• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH ( R P J P D ) KABUPATEN SEMARANG TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH ( R P J P D ) KABUPATEN SEMARANG TAHUN"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

NOMOR 5 TAHUN 2009

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

( R P J P D )

(2)

Halaman

BAB I : PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Pengertian 3

1.3 Maksud dan Tujuan 3

1.4 Landasan Hukum 4

1.5 Hubungan RPJP Daerah dengan Dokumen Perencanaan Lainnya 5

1.6 Tata Urutan 7

BAB II : KONDISI UMUM DAERAH

2.1 Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama 8

2.1.1 Kependudukan dan Keluarga Berencana 8 2.1.2 Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian 10

2.1.3 Pendidikan 12

2.1.4 Perpustakaan 14

2.1.5 Pemuda dan Olahraga 15

2.1.6 Kesehatan 16

2.1.7 Kesejahteraan Sosial 16

2.1.8 Kemiskinan 17

2.1.9 Kebudayaan 19

2.1.10 Agama 19

2.1.11 Perempuan dan Anak 19

2.2 Ekonomi 20

2.2.1 Kondisi dan Struktur Ekonomi 20

2.2.2 Pertumbuhan Ekonomi dan Laju Inflasi 22

2.2.3 Investasi 23

2.2.4 Industri 23

2.2.5 Pariwisata 24

2.2.6 Pertanian 24

2.2.7 Koperasi dan UKM 25

2.2.8 Perdagangan 26

2.3 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 26

2.4 Sarana dan Prasarana 27

2.4.1 Perhubungan 27

2.4.2 Perumahan dan Permukiman 29

2.4.3 Sumberdaya Air 30

2.4.4 Energi dan Pertambangan 31

2.5 Politik dan Tata Pemerintahan 32

2.6 Keamanan dan Ketertiban 33

2.7 Hukum dan Aparatur 34

2.7.1 Hukum 34

2.7.2 Aparatur 34

2.8 Wilayah, Tata Ruang dan Pertanahan 35

2.8.1 Wilayah 35

2.8.2 Tata Ruang 36

2.8.3 Pertanahan 36

2.9 Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup 37

2.10 Keuangan Daerah 38

BAB III : ANALISIS ISU STRATEGIS 42

3.1 Identifikasi Faktor Lingkungan 42

3.1.1 Faktor Internal 42

3.1.2 Faktor Eksternal 44

3.2 Analisis Faktor Lingkungan 45

3.3 Isu Strategis 48

DAFTAR ISI

(3)

-BAB IV :

50

4.1 Visi Pembangunan Kabupaten Semarang Tahun 2005-2025 50 4.2 Misi Pembangunan Kabupaten Semarang Tahun 2005-2025 52

BAB V :

56

5.1 Sasaran-sasaran Pokok Pembangunan (2005 - 2025) 56 5.2 Arah Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-2025 60 5.3 Tahapan dan Skala Prioritas Kebijakan Pembangunan 5 Tahunan 67

5.3.1 Tahapan I (2005 - 2009) 67

5.3.2 Tahapan II (2010 - 2014) 71

5.3.3 Tahapan III (2015 - 2019) 75

5.3.4 Tahapan IV (2020 - 2024) 80

BAB VI : KAIDAH PELAKSANAAN 85

BAB VII : PENUTUP 87

ii

-VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2005-2025

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2005-2025

(4)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 5 TAHUN 2009

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2005-2025

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu disusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional yang disusun dalam jangka panjang, menengah, dan pendek ;

b. bahwa untuk memberikan arah dan tujuan dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan daerah sesuai dengan visi, misi dan arah kebijakan daerah perlu disusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah kurun waktu 20 (dua puluh) tahun mendatang ;

c. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan ketentuan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2025 yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Semarang Tahun 2005 – 2025;

Mengingat : 1. Undang–Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang

Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam

Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;

2. Undang–Undang Nomor 67 Tahun 1958 tentang

(5)

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1652);

3. Undang–Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

4. Undang–Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

5. Undang–Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab

Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

10. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun

2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

11. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang

(6)

Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3079);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1992 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga dan Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3500);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang

Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nonor 4593);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

22. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang

(7)

23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan

Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah;

24. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 21

Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003 Nomor 133);

25. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan

Pembangunan Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006 Nomor 8);

26. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Tengah Tahun

2005–2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3 Seri E Nomor 3);

27. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 4 Tahun 2002 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Semarang (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2002 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 2);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SEMARANG dan

BUPATI SEMARANG M E M U T U S K A N :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2005 – 2025.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kabupaten Semarang.

2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan

oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip

(8)

Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai

unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

4. Bupati Semarang yang selanjutnya disebut Bupati adalah Kepala

Daerah Kabupaten Semarang.

5. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025

yang selanjutnya disebut RPJP Nasional adalah perencanaan pembangunan nasional untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai tahun 2025.

6. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2005-2025 yang selanjutnya disebut RPJP Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai tahun 2025.

7. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Semarang

yang selanjutnya disingkat RPJPD adalah dokumen perencanaan pembangunan untuk periode 20 (dua puluh) tahun, merupakan pedoman dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Semarang.

8. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada

akhir periode perencanaan.

9. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan

dilaksanakan untuk mewujudkan visi.

10. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif

untuk mewujudkan visi dan misi.

11. Kebijakan adalah arah / tindakan yang diambil oleh pemerintah

daerah untuk mencapai tujuan.

12. Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang selanjutnya disingkat

Musrenbang adalah forum antar pemangku kepentingan dalam rangka menyusun rencana pembangunan daerah.

13. Pemangku kepentingan adalah pihak-pihak yang langsung atau tidak

langsung mendapatkan manfaat atau dampak dari perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah.

14. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten

Semarang yang selanjutnya disingkat RPJMD adalah dokumen perencanaan pembangunan untuk periode 5 (lima) tahun, merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Kepala Daerah Terpilih Kabupaten Semarang hasil Pemilihan Langsung Kepala Daerah pada Tahun 2005 terhitung mulai Tahun 2005-2010.

15. Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD

adalah dokumen perencanaan periode 1 (satu) tahun.

BAB II

(9)

(1) Sistematika RPJPD disusun sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

BAB II : KONDISI UMUM DAERAH

BAB III : ANALISIS ISU STRATEGIS

BAB IV : VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN

SEMARANG TAHUN 2005-2025

BAB V : ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN

SEMARANG TAHUN 2005-2025

BAB VI : KAIDAH PELAKSANAAN

BAB VII : PENUTUP

(2) Uraian RPJPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijabarkan dalam Lampiran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

BAB III

PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Pasal 3

Program Pembangunan Daerah Tahun 2005-2025 dilaksanakan sesuai dengan RPJPD.

Pasal 4

RPJPD merupakan dokumen perencanaan Pembangunan Daerah sebagai pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pembangunan 20 (dua puluh) tahun ke depan terhitung sejak tahun 2005 sampai tahun 2025 dalam bentuk Visi, Misi dan Arah Pembangunan.

Pasal 5

RPJPD mengacu pada RPJP Nasional dan RPJP Provinsi Jawa Tengah.

Pasal 6

(1) RPJPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 menjadi pedoman penyusunan RPJMD yang memuat visi, misi dan Program Kepala Daerah.

(10)

(2) Penyusunan RPJMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selanjutnya dijabarkan dalam RKPD.

(3) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai pedoman untuk menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Semarang.

BAB IV

PENGENDALIAN DAN EVALUASI Pasal 7

(1) Pemerintah Daerah melakukan pengendalian dan evaluasi

pelaksanaan RPJPD.

(2) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pengendalian terhadap :

a. Kebijakan perencanaan pembangunan daerah dan; b. Pelaksanaan rencana pembangunan daerah.

(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi evaluasi

terhadap :

a. Kebijakan perencanaan pembangunan daerah; b. Pelaksanaan rencana pembangunan daerah dan; c. Hasil rencana pembangunan daerah.

(4) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menjadi bahan

bagi penyusunan rencana pembangunan daerah untuk periode berikutnya.

(5) Pemerintah Daerah berkewajiban memberikan informasi mengenai

hasil evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah kepada masyarakat.

(11)

BAB V

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 8

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 2 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Semarang Tahun 2005 - 2010 dinyatakan masih tetap berlaku, khusus Tahun 2010 sebagai masa transisi sepanjang tidak bertentangan dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

BAB VI

KETENTUAN PENUTUP Pasal 9

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pasal 10

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Semarang.

Ditetapkan di Ungaran

pada tanggal 14 - 08 - 2009 WAKIL BUPATI SEMARANG,

CAP TTD

Hj. SITI AMBAR FATHONAH Diundangkan di Ungaran pada tanggal 18 - 08 - 2009 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SEMARANG CAP TTD WARNADI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009 NOMOR 5.

PARTONO Diperbanyak Sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM

(12)
(13)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 5 TAHUN 2009

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2005–2025

I. UMUM

Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, rencana pembangunan jangka panjang nasional yang merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Dengan demikian dokumen yang dalam bentuk visi, misi dan arah pembangunan ini lebih bersifat visioner dan hanya memuat hal-hal yang mendasar, sehingga memberikan keleluasaan yang cukup bagi penyusunan rencana pembangunan menengah dan tahunannya.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional menjadi acuan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi dan keduanya merupakan acuan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2005–2025 yang selanjutnya disingkat RPJPD adalah dokumen perencanaan pembangunan dua puluh tahunan, terbagi dalam tahapan-tahapan perencanaan pembangunan jangka menengah daerah 5 (lima) tahunan yang tertuang dalam RPJMD.

RPJPD diwujudkan dalam Visi, Misi dan Arah Pembangunan Daerah.

RPJPD memuat gambaran umum dan kondisi daerah, visi, misi daerah, arah kebijakan dan strategi pembangunan daerah, program pembangunan daerah, dan investasi pembangunan daerah yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun.

RPJPD ini disusun berdasarkan kebutuhan dan aspirasi masyarakat juga memperhatikan hasil evaluasi pelaksanaan

(14)

permasalahan yang akan datang serta dinamika perkembangan lingkungan strategis.

Tujuan ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten Semarang tentang RPJPD Tahun 2005-2025 adalah untuk mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan dalam pencapaian tujuan daerah, menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antar pusat dan daerah, menjamin keterkaitan dan konsekuensi antar perencanaan, penganggaran pelaksanaan dan pengawasan.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu menetapkan

Peraturan Daerah Kabupaten Semarang tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Semarang Tahun 2005-2025.

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2)

Yang dimaksud dengan Lampiran adalah keseluruhan materi mulai dari Bab I sampai dengan Bab VI, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 3 Cukup jelas Pasal 4 Cukup jelas Pasal 5 Cukup jelas Pasal 6 Cukup jelas Pasal 7 Cukup jelas Pasal 8 Cukup jelas

(15)

Pasal 10

Cukup jelas

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pendiri Kabupaten Semarang dan sebagai Bupati Semarang yang pertama adalah Ki Pandan Arang 11 yang dikenal sebagai

Raden Kaji Kasepuhan (1547-1553), yang dinobatkan tanggal 2 Mei 1547, berkuasa hingga tahun 1574 serta mendapat

pengesahan Sultan Hadiwijaya. Pada masa itu berhasil membuat bangunan dan gedung-gedung yang dipergunakan sebagai pusat kegiatan pemerintah Kabupaten.

Pemerintahan sentra di Semarang berakhir setelah dibentuknya

pernerintahan kota berdasarkan Statblad tahun 1906 S.0 120 kecuali

perintah-perintah untuk orang bumiputra masih harus berjalan seperti biasa di bawah wewenang Bupati, Wedana, Camat sampai dengan Kepala desa. Dengan demikian terdapat dua sistem pemerintahan, yaitu: Pemerintah Kabupaten Semarang yang

dipimpin oleh seorang Bupati dan Pemerintah Kotapraja (gemente)

untuk wilayah Semarang yang dipimpin oleh seorang Burgenmester.

Pemisahan pemerintahan ini terjadi pada saat pemerintahan Bupati RM. Soebiyono (1897-1927).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah, Kota Semarang ditetapkan sebagai Ibukota Kabupaten Semarang. Namun Kota Semarang adalah Kotamadya yang memiliki pemerintahan sendiri, ditinjau dari segi pemerintahan Kota

Semarang sebagai Ibukota Kabupaten sangatlah kurang

menguntungkan, maka timbulah gagasan untuk memindahkan Ibukota Semarang ke Kota Ungaran yang pada saat itu masih dalam status kawedanan.

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor : 5 Tahun 2009

(17)

Sementara dilakukan pembenahan, tanggal 30 Juli 1979 oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II Semarang diusulkan kepada Pemerintah Pusat melalui Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah, agar Kota Ungaran secara definitif ditetapkan sebagai ibukota pemerintah Kabupaten Semarang. Usul tersebut disetujui dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1983 tentang Penetapan Status Kota Ungaran sebagai lbukota Pemerintah Kabupaten Dati II Semarang, yang berlaku peresmiannya tanggal 20 Desember 1983. Peristiwa ini terjadi pada masa pemerintahan Bupati Ir. Susmono Martosiswoyo (1979-1985).

Secara administratif Kabupaten Semarang terbagi menjadi 19 (sembilan belas) Kecamatan, 27 (dua puluh tujuh) Kelurahan dan

208 (dua ratus delapan) Desa dan secara geografis terletak pada

koordinat 110o14’54,74” sampai dengan 110o39’3” Bujur Timur dan

7o30’0” Lintang Selatan, serta ketinggian wilayah pada kisaran

300-2050 meter di atas permukaan laut (dpl). Berdasarkan tingkat

kelandaian wilayah, Kabupaten Semarang dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelompok, yaitu wilayah datar (kemiringan 0-2%)

seluas 6,169 Ha;wilayah bergelombang (kemiringan 2-15%) 57.659 Ha; wilayah curam (kemiringan 15-40%) 21.725 Ha; dan wilayah sangat curam (kemiringan > 40%) seluas 9.467,674 Ha.

Untuk menghadapi perubahan dan perkembangan pembangunan daerah, maka sangat diperlukan sebuah Rencana Pembangunan Daerah

yang disusun berdasarkan hasil musyawarah perencanaan

pembangunan dan konsultasi publik sebagai upaya antisipasi yang tahap-tahapnya tertuang dalam rencana pembangunan daerah.

Bahwa untuk kurun waktu 2005-2010 acuan pelaksanaan pembangunan daerah menggunakan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 2 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Semarang.

Perkembangan sistem demokrasi di Indonesia yang salah satunya

adalah penerapan pemilihan kepala daerah secara langsung setiap 5 (lima tahun) sekali, juga menjadi salah satu pertimbangan pentingnya

(18)

1.2. Pengertian

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah adalah dokumen perencanaan komprehensif 20 (dua puluh) tahunan yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan daerah yang mengacu pada RPJP Nasional dan RPJP Provinsi disusun berdasar pada potensi, kendala, kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

Selanjutnya RPJP Daerah akan digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah untuk setiap jangka waktu 5 (lima) tahun.

1.3. Maksud dan Tujuan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan 2025, ditetapkan dengan maksud:

1. Memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen

pelaku pembangunan daerah (pemerintah, masyarakat dan dunia usaha);

2. Mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah sesuai

dengan visi, misi dan arah kebijakan pembangunan daerah yang telah disepakati bersama;

3. Mewujudkan suatu pelaksanaan pembangunan yang dilakukan

oleh seluruh pemangku kepentingan dapat berjalan secara efektif, efisien, terpadu, berkesinambungan, transparan dan saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.

Adapun tujuan penyusunan RPJPD adalah sebagai pedoman bagi penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang memuat visi, misi, arah dan program kepala daerah terpilih.

(19)

1.4. Landasan Hukum

Landasan idiil penyusunan RPJPD Kabupaten Semarang Tahun 2005-2025 adalah Pancasila sedangkan sebagai landasan konstitusional adalah Undang-Undang Dasar 1945. Adapun sebagai landasan operasional meliputi seluruh ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan langsung dengan pembangunan nasional dan daerah, yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan

Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah.

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286).

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355).

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421).

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844).

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438).

(20)

7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700).

8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725).

9. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman

Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815)

10. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi

dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816)

11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata

Cara Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664).

12. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 3 Tahun 2008

tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3 Seri E Nomor 3).

1.5. Hubungan RPJP Daerah dengan Dokumen Perencanaan Lainnya.

Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah membawa perubahan signifikan dalam penyusunan dokumen perencanaan daerah.

(21)

Terkait dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah, disusun perencanaan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Dengan diterbitkannya aturan tersebut diharapkan pembangunan daerah baik provinsi maupun Kabupaten/Kota dapat sejalan dengan pembangunan nasional.

Dalam Pasal 150 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 ayat (3) disebutkan bahwa, perencanaan pembangunan daerah disusun secara berjangka yang meliputi:

a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, disingkat RPJP

Daerah untuk jangka waktu 20 (dua Puluh) tahun yang memuat visi-misi dan arah pembangunan daerah yang mengacu kepada RPJP Nasional .

b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, selanjutnya

disebut RPJM Daerah untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi dan program kepala daerah yang penyusunannya berpedoman kepada RPJP Daerah dengan memperhatikan RPJM Nasional. RPJM Daerah memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum dan program satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah dan program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

c. Rencana Kerja Pemerintah Daerah, selanjutnya disingkat RKPD,

merupakan penjabaran dari RPJM Daerah untuk jangka waktu 1 (satu) tahun, yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat, dengan mengacu kepada rencana kerja pemerintah.

Perencanaan pembangunan daerah tersebut disusun untuk

menjamin keterkaitan dan kesesuaian antara perencanaan

(22)

1.6. Tata Urutan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025 disusun dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

BAB II : KONDISI UMUM DAERAH

BAB III : ANALISIS ISU STRATEGIS

BAB IV : VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN

SEMARANG TAHUN 2005-2025

BAB V : ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN

SEMARANG TAHUN 2005-2025

BAB VI : KAIDAH PELAKSANAAN

(23)

BAB II

KONDISI UMUM DAERAH

Sebagai kunci penting dalam perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan dalam proses perencanaan dan pembangunan

adalah tersedianya data yang akurat, terkini dan dapat

dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, statistik mempunyai peran dan fungsi yang strategis dalam perencanaan dan perumusan kebijakan pembangunan. Dengan demikian sudah menjadi kewajiban bagi Pemerintah Kabupaten Semarang untuk senantiasa melakukan pembaharuan dan perbaikan dalam menyajikan data dan pemberian pelayanan akan kebutuhan data bagi seluruh lapisan masyarakat.

Sebagai salah satu wujud nyata, Kabupaten Semarang telah melaksanakan pembangunan statistik daerah dengan melibatkan seluruh instansi terkait sehingga diharapkan data yang tersaji nantinya

adalah data yang benar-benar akurat, terkini, dapat

dipertanggungjawabkan dan dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan para penggunanya, baik dari pihak pemerintah sendiri, masyarakat umum maupun dunia usaha.

Hal lain yang sangat penting dalam mendukung terselenggaranya aktivitas pemerintahan adalah kearsipan. Arsip dapat diartikan sebagai dokumen penting dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Dengan demikian profesionalisme kinerja lembaga dan aparaturnya dalam bidang kearsipan semakin menjadi

penting. Selain dibutuhkan dalam perumusan kebijakan,

penyelenggaraan kearsipan sangat dibutuhkan dalam mendukung penelitian dan kajian dalam upaya memajukan daerah.

Dinamika perubahan yang demikian cepat di era global dewasa ini komunikasi dan informasipun semakin mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Salah satu hal yang dilakukan pemerintah daerah dalam melakukan pelayanan publik di bidang komunikasi dan informasi adalah dengan melakukan transparansi informasi kepada masyarakat tentang penyelenggaraan pemerintahan, kebijakan-kebijakan dan hasil-hasil pembangunan, sehingga diharapkan

(24)

terwujud umpan balik dan proses perbaikan di masa datang dapat dilakukan.

Pembangunan di Kabupaten Semarang yang selama ini telah dilaksanakan berhasil menunjukkan kemajuan di berbagai bidang kehidupan masyarakat, yang meliputi bidang sosial budaya dan kehidupan beragama, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, politik, pertahanan dan keamanan, hukum dan aparatur, pembangunan wilayah dan tata ruang, penyediaan sarana dan prasarana, serta pengelolaan sumber daya alam (SDA) dan lingkungan hidup. Namun demikian masih banyak tantangan pembangunan serta masalah-masalah yang belum terselesaikan, untuk itu diperlukan sebuah upaya untuk mengatasi pembangunan jangka panjang 20 (dua puluh) tahun ke depan.

2.1 Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama 2.1.1 Kependudukan dan Keluarga Berencana

Jumlah penduduk Kabupaten Semarang pada tahun 2001 tercatat sebesar 838.022 jiwa dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 896.048 jiwa, yang terdiri dari 444.690 laki-laki (49,85%) dan 451.358 perempuan (50,37). Dari hasil angka registrasi tersebut, diperoleh rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Semarang masih di bawah 100 yaitu sebesar 98,52. Hal ini menggambarkan bahwa jumlah penduduk wanita lebih banyak

daripada jumlah penduduk laki-laki. Seiring dengan laju

pertumbuhan penduduk yang mencapai 1,45% per tahun, maka jumlah kepala keluarga juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2001 sebesar 217.875 menjadi 232.238 pada tahun 2005, dengan rata-rata anggota rumah tangga 4 (empat) orang baik pada tahun 2001 maupun pada tahun 2005. Seiring dengan kenaikan penduduk maka kepadatan penduduk dalam kurun waktu lima tahun (2001-2005) cenderung mengalami kenaikan, pada tahun 2005 tercatat sebesar 943 (sembilan ratus empat puluh tiga) jiwa setiap kilometer persegi.

(25)

Jumlah penduduk yang terus bertambah setiap tahun tidak diimbangi dengan pemerataan penyebaran penduduk. Kepadatan penduduk di kecamatan yang wilayahnya sebagian besar perkotaan mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan dengan kecamatan yang wilayahnya masih merupakan daerah pedesaan. Wilayah terpadat pada tahun 2005 tercatat di Kecamatan Tengaran, Ambarawa dan Ungaran, masing-masing dengan kepadatan 1.285,

1.550 dan 1.689 jiwa/km2.

Pembangunan di bidang kependudukan salah satunya adalah mengendalikan laju pertumbuhan penduduk. Pembangunan suatu wilayah tidak dapat lepas dari jumlah penduduk di masa yang akan datang. Kecamatan di Kabupaten Semarang yang memiliki laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi di tahun 2005 adalah Kecamatan Tengaran (1,04%) dan Bergas (3,32%).

Gambaran perkembangan kependudukan di Kabupaten Semarang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1:

Kondisi Kependudukan Kabupaten Semarang Tahun 2001-2005

No Uraian 2001 2002 2003 2004 2005

1 Jumlah Penduduk 838.022 841.137 844.889 891.951 896.048

2 Laju pertumbuhan 0.38 0.37 0.45 5.57 0.46

3 Kepadatan 882 885 889 939 943

4 Jumlah KK 217.875 220.117 223.835 230.351 232.238

Sumber: Kabupaten Dalam Angka, 2005

Proyeksi penduduk suatu wilayah dapat mencerminkan bagaimana keadaan serta perkembangan suatu wilayah dengan daya dukung yang ada sekarang jika jumlah penduduknya meningkat.

Upaya untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk telah dilakukan antara lain melalui pelayanan keluarga berencana (KB), peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB serta kesehatan reproduksi, peningkatan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi, peningkatan keikutsertaan pria dalam ber-KB.

(26)

Peserta KB aktif di Kabupaten Semarang pada tahun 2001 sebanyak 134.213 peserta dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 143.843 peserta. Pada keadaan yang sama peserta KB baru tercatat sebanyak 17.125 peserta. Jumlah tersebut telah mencapai 92,58% dari target yang dicanangkan oleh Pemerintah Kabupaten Semarang, yaitu sebanyak 18.497 peserta. Tren metode kontrasepsi yang digunakan secara umum tidak mengalami perubahan. Metode kontrasepsi yang bersifat tidak permanen diminati oleh lebih banyak peserta KB aktif daripada Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Lebih spesifik metode kontrasepsi suntik merupakan metode yang paling banyak digunakan. Tabel berikut menggambarkan perkembangan jumlah peserta KB di Kabupaten Semarang Tahun 2001-2005.

Tabel 2.3

Jumlah Peserta KB di Kabupaten Semarang Tahun 2001-2005

No Uraian 2001 2002 2003 2004 2005

1 Peserta KB Aktif (jiwa) 134.213 132.959 136.860 138.420 143.843

2 Peserta KB Baru (jiwa) 25.303 18.637 20.611 18.873 17.125

3 Peserta KB Mandiri

(jiwa)

27.576 79.279 81.990 86.547 0

Sumber: Kabupaten Dalam Angka, 2005

2.1.1.2 Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian

Tenaga kerja merupakan salah satu modal dalam

perkembangan roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga

kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan

berlangsungnya proses demografi. Pencari kerja yang terdaftar pada tahun 2001 berjumlah 4.376 orang dan meningkat cukup tajam di tahun 2005 hingga mencapai 13.091 dengan rata-rata pertumbuhan per tahun selama kurun waktu 2001-2005 adalah sebesar 40,01%. Pemohon perpanjangan dan pemberian ijin bekerja bagi warga negara asing (WNA) selama tahun 2002 mengalami kenaikan dratis. Hal ini menunjukan situasi perekonomian yang cenderung mulai membaik sejak terjadinya krisis. WNA yang mengajukan permohonan perpanjangan izin bekerja sebanyak 97 orang, terdiri dari laki-laki sebesar 88 orang dan perempuan sebanyak 9 orang.

(27)

Mata pencaharian penduduk di Kabupaten Semarang pada umumnya masih bekerja di bidang pertanian, yaitu sebesar 31,27% dari penduduk berumur 10 (sepuluh) tahun ke atas yang bekerja. Hal ini sesuai dengan potensi wilayah Kabupaten Semarang yang sebagian besar masih merupakan lahan pertanian. Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian Kabupaten Semarang pada tahun 2001 – 2005 dapat dilihat sebagaimana tabel berikut :

Tabel 2.4

Komposisi Penduduk Yang Bekerja Berdasarkan Mata Pencaharian No Mata pencaharian 2001 2002 3003 2004 2005 1 Petani 161.545 163.574 164.748 164.748 165.126 2 Buruh Tani 91.801 106.571 103.268 103.421 103.679 3 Nelayan 2.167 2.182 1.779 3.127 3.133 4 Pengusaha 17.502 15.279 17.181 14.226 14.264 5 Buruh Industri 71.177 71.574 71.348 73.491 73.781 6 Buruh Bangunan 30.741 29.571 30.315 32.347 32.428 7 Pedagang 30.138 29.071 30.190 30.167 30.216 8 Angkutan 10.510 11.337 11.636 11.453 11.471 9 P N S 24.805 2.257 23.342 24.902 24.947 10 Pensiunan 7.924 7.555 7.733 8.512 8.512 11 Lain-lain 45.969 40.769 36.555 60.350 60.441

Sumber: Kabupaten Dalam Angka, 2005

Dari sisi tingkat pendidikan dan ketrampilan, pencari kerja di Kabupaten Semarang yang belum ditempatkan sebagian besar

berpendidikan SMA (32,29%). Hal ini antara lain disebabkan kurangnya daya saing dibandingkan dengan angkatan kerja daerah lain. Namun apabila dilihat dari tingkat penempatan tenaga kerja di Kabupaten Semarang mengalami peningkatan. Pada tahun 2001 tenaga kerja yang ditempatkan mencapai 30% dari jumlah pencari kerja dan angka ini meningkat menjadi 49% di tahun 2005.

Sedangkan dilihat dari jumlah tenaga kerja yang terserap di perusahaan mengalami peningkatan dari 65.829 orang di tahun 2001

meningkat sebesar 23% menjadi 81.233 orang di tahun 2005. Peningkatan ini sejalan dengan bertambahnya jumlah perusahaan. Di tahun 2001 jumlah perusahaan yang ada di Kabupaten Semarang sebanyak 486 buah, yang terdiri dari 63 perusahaan besar, 32 perusahaan sedang, 58 perusahaan menengah, dan 333 perusahaan kecil. Pada tahun 2005 jumlah perusahaan meningkat cukup signifikan

(28)

yaitu sebesar 53% dibanding tahun 2001 hingga jumlahnya mencapai

744 buah perusahaan, yang terdiri dari 74 perusahaan kecil, 43 perusahaan sedang, 77 perusahaan menengah, dan 550 perusahaan

kecil.

Di bidang ketransmigrasian, Kabupaten Semarang telah melakukan pemberangkatan keluarga transmigran ke beberapa daerah tujuan transmigrasi. Daerah yang menjadi tujuan transmigrasi sejak tahun 2001 adalah Maluku Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Riau, Sulawesi Tenggara, dan pada tahun 2005 daerah yang menjadi tujuan transmigrasi adalah Jambi dan Kalimantan Timur. Namun dilihat dari jumlah keluarga yang diberangkatkan cenderung mengalami penurunan. Di tahun 2001 jumlah yang diberangkatkan sebanyak 41 KK atau sebanyak 150 jiwa, sedangkan pada tahun 2005 mengalami penurunan menjadi 30 KK atau 96 jiwa. Untuk tahun 2003 Kabupaten Semarang tidak memberangkatkan transmigran karena belum adanya perjanjian kerja sama antar daerah (MOU) antar daerah. Pemberangkatan transmigran tersebut mengalami keberhasilan, terutama untuk tahun 2004 karena keluarga yang diberangkatkan makin sejahtera dan umumnya merasa senang di daerah yang baru. Namun untuk tahun 2005, dari jumlah 20 KK yang ditempatkan di UPT. Soliliran Kalimantan Timur ternyata yang bertahan hanya 11 KK saja. Kondisi ini disebabkan pada daerah tujuan transmigrasi termasuk daerah pasang surut sehingga kurang menguntungkan bagi para trnasmigran.

2.1.1.3 Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu sektor yang amat penting dalam program pembangunan di daerah dan merupakan modal dasar dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki daya saing di era global. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan di suatu daerah adalah ditengarai dengan tingginya tingkat pendidikan penduduk. Berbagai sarana pendidikan merupakan salah satu faktor yang menunjang program pendidikan di daerah untuk menunjang pendidikan dasar 9 tahun. Tingkat pendidikan menengah dan tinggi,

(29)

pada saat ini belum dapat bersaing di tingkat nasional. Kabupaten Semarang terus berupaya untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanannya antara lain melalui penambahan jumlah anggaran bidang pendidikan dari tahun ke tahun sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 yang diamandemen dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Nasional 9 (sembilan) tahun diharapkan dapat mencapai 100% pada tahun 2008.

Perkembangan kondisi pendidikan masyarakat dapat dilihat dari beberapa indikator Angka Melek Huruf (AMH), jenjang pendidikan masyarakat yang ditamatkan, tingkat partisipasi sekolah dan Angka Putus Sekolah (APS). Sedangkan kondisi sarana pendukung pendidikan dapat ditunjukkan dari ratio guru-murid dan ratio murid–kelas. Salah satu ukuran dari hasil pendidikan adalah kemampuan baca tulis penduduk dewasa, yaitu prosentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca huruf latin dan huruf lainnya. Perkembangan AMH tahun 2001-2005 menunjukkan peningkatan sebesar 6,26%. Kondisi AMH pada kelompok usia muda menunjukkan pencapaian lebih tinggi dibandingkan kelompok usia tua. Pada kelompok usia 15-34 tahun AMH diatas 6,85%. Rata-rata tingkat pendidikan pada kelompok usia diatas 5 tahun masih didominasi oleh penduduk dengan tingkat pendidikan

dibawah SLTP. Prosentase tertinggi adalah tingkat pendidikan SD sampai SLTP, yaitu sebesar 79,30% pada tahun 2001 dan meningkat

menjadi 80,84% pada tahun 2005. Hal ini menunjukkan masih rendahnya kualitas sumber daya manusia. Masalah rendahnya tingkat pendidikan penduduk juga masih dibebani oleh tingginya penduduk yang belum sekolah dan belum tamat SD, yaitu 30% pada tahun 2001 dan sebesar 32,51% pada tahun 2005.

Angka Putus Sekolah (APS) mencerminkan anak-anak usia sekolah yang sudah tidak bersekolah atau yang sudah tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan tertentu. Angka putus sekolah pada jenjang Sekolah Dasar pada tahun 2001 sebesar 0,31%, menurun menjadi 0,11% pada tahun 2005, jenjang pendidikan SLTP pada tahun 2001 sebesar 0,93%, menurun menjadi 0,78% pada tahun 2005, jenjang pendidikan SLTA pada tahun 2001 sebesar 0,87%, dan tetap 0,87% pada tahun 2005.

(30)

Jumlah anak putus sekolah (drop-out) selama tahun 2005 menurut tingkat pendidikannya adalah untuk tingkat SD sebanyak 949 orang, untuk SLTP 6.523 orang dan SLTA 7.251 orang. Dengan demikian jumlah seluruhnya mencapai 14.724 orang.

Berdasarkan Data dari Kopertis Wilayah VI – Jawa Tengah, jumlah Perguruan Tinggi yang ada di Kabupaten Semarang sebanyak 5 (lima) buah, dengan berbagai program studi seperti peternakan, teknik sipil, manajemen, kependidikan, teknik elektro, pertamanan, perencanaan interior, kesehatan masyarakat, ilmu keperawatan, kebidanan dan lain-lain. Keberadaan Perguruan Tinggi di Kabupaten Semarang selain berperan penting dalam upaya pengembangan sumber daya manusia, juga dapat menjadi mitra Pemerintah Kabupaten dalam pembangunan daerah.

Gambaran capaian kinerja pendidikan di Kabupaten Semarang secara umum ditunjukkan oleh tabel berikut ini:

Tabel 2.5

Capaian Kinerja Pendidikan Kabupaten Semarang Tahun 2001-2005

No. Uraian 2001 2002 2003 2004 2005

1 Angka Melek Huruf (%) 91,87 93,08 92,8 98,11 98,72

2 Angka Putus Sekolah

- SD + MI 0,31 0,26 0,1 1,09 0,11

- SMP 0,93 0,89 0,86 0,82 0,78

- SMA 0,87 0,85 0,88 0,87 0,87

3 Angka Partisipasi Kasar

- SD + MI 111,12 119,13 118,48 119,48 111,48

- SMP 84,60 86,35 85,0 88,19 88,19

- SMA 40,05 40,67 43,16 44,16 45,00

4 Angka Partisipasi Murni

- SD + MI 98,93 98,91 98,93 98,94 98,94

- SMP 80,73 81,26 82,60 82,80 82,80

- SMA 27,52 28,93 31,74 32,74 32,74

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang, 2005

2.1.1.4 Perpustakaan

Mencerdaskan kehidupan masyarakat juga dilakukan melalui penyediaan layanan kondisi perpustakaan dan peningkatan minat baca masyarakat.

(31)

Kondisi perpustakaan daerah Kabupaten Semarang menunjukkan kecenderungan meningkat dilihat dari jumlah pengunjung, peminjam buku dan fasilitas layanan. Dari sisi jumlah pengunjung mengalami peningkatan sebesar 66,83% selama kurun waktu 2004-2005. Sedangkan dari jumlah peminjam buku mengalami peningkatan dari tahun 2004 yang sebesar 5450 orang menjadi 8626 orang di tahun 2005 atau meningkat sebesar 58,28%, demikian pula untuk pos pelayanan keliling yang pada tahun 2004 berjumlah 10 pos, pada tahun 2005 bertambah menjadi 16 pos atau meningkat sebesar 60%.

Sedangkan perpustakaan sekolah tersedia di 208 Sekolah Dasar/MI, 93 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas/MTs dan 38 Sekolah Menengah Atas/MA.

Walaupun dari sisi pelayanan perpustakaan secara umum mengalami peningkatan, namun masih terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi, antara lain masih kuatnya budaya pandang dan dengar masyarakat daripada budaya baca, belum terpenuhinya kebutuhan buku untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, belum efektifnya pelayanan prima untuk mendekatkan pelayanan perpustakaan kepada masyarakat, masih terbatasnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk mengembangkan minat baca masyarakat dan masih terbatasnya kualitas sumber daya manusia aparatur pemerintah untuk mempercepat pelayanan secara maksimal.

2.1.1.5 Pemuda dan Olahraga

Pada Tahun 2005 jumlah pemuda sebesar 171.650 jiwa atau sekitar 19,15% dari keseluruhan jumlah penduduk. Jumlah pemuda yang sebesar ini merupakan aset sebagai kader pemimpin, pelopor, dan penggerak pembangunan, namun sekaligus membutuhkan keseriusan dalam hal pembinaan dan penyediaan lapangan kerja. Jumlah organisasi

kepemudaan di Kabupaten Semarang pada tahun 2005 tercatat 279 buah yang tersebar di 235 Desa/19 Kecamatan, yang masih perlu

terus ditingkatkan semangat kepeloporannya dalam pembangunan di tengah terpaan globalisasi.

(32)

2.1.1.6 Kesehatan

Secara umum status kesehatan masyarakat Kabupaten Semarang berdasarkan indikator Angka Harapan Hidup (AHH) pada rentang waktu 2001-2005 menunjukkan adanya perbaikan dari 71,8 tahun pada 2004 menjadi 72,7 tahun pada 2005. Perbaikan ini didasarkan pada data demografi dan kesehatan Kabupaten Semarang 2001-2005. Sementara itu untuk Angka Kematian Bayi (AKB) terjadi peningkatan dari 9,3/1000 kelahiran pada tahun 2004 menjadi 10,19/1000 kelahiran pada tahun 2005.

Ditinjau dari ketersediaan fasilitas dan sarana kesehatan serta akses masyarakat terhadap fasilitas dan layanan kesehatan, tahun 2005 di Kabupaten Semarang terdapat 3 RSU, 25 Puskesmas, 63 Puskesmas Pembantu, 4 Rumah Bersalin dan 40 Balai Pengobatan. Sedangkan tenaga kesehatan adalah 52 dokter umum, 10 dokter gigi, 2 apoteker, 3 sarjana kesehatan, 9 sarjana muda kesehatan, 116 perawat, 15 perawat khusus gigi dan 34 bidan. Balita kurang gizi di Kabupaten

Semarang sebesar 1,18%. Jumlah ini di atas rata-rata Provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar 25,0%.

Tabel 2.6

Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Ibu Melahirkan Kabupaten Semarang Tahun 2001 – 2005

No. Uraian 2001 2002 2003 2004 2005

1 AKB (per 1000kh) 10.6 7.6 11.8 9.3 10.19

2 AKI (per 100.000 kh) 63,9 98,8 92,6 125,2 114,98

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2005

2.1.1.7 Kesejahteraan Sosial

Dengan meningkatnya jumlah penduduk miskin ditemui masalah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) seperti gelandangan, anak terlantar, pengemis, anak jalanan, dan penyandang masalah sosial lainnya. Dari 27 masalah kesejahteraan sosial, masalah yang paling banyak dialami di Kabupaten Semarang dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun adalah tingginya jumlah anak terlantar, wanita rawan

(33)

sosial ekonomi, lanjut usia terlantar, keluarga fakir miskin dan keluarga berumah tak layak huni. Jumlah anak terlantar di tahun 2001 sebanyak 4.964 orang dan meningkat pada tahun 2005 menjadi 7.743 orang. Wanita rawan sosial ekonomi yang pada tahun 2001 berjumlah 7.360 orang pada tahun 2005 meningkat menjadi 9.878. Demikian juga lanjut usia terlantar yang pada tahun 4.456 orang pada tahun 2005 menjadi 7.300 orang. Bahkan untuk keluarga fakir miskin mengalami peningkatan yang cukup tajam menjadi 211.738 jiwa di tahun 2005 dibanding tahun 2001 yang hanya sebesar 49.177 jiwa. Keluarga berumah tak layak huni mengalami peningkatan pula dari 3.631 orang pada tahun 2001 menjadi 5.106 di tahun 2005.

Upaya penanganan yang dilakukan untuk meminimalisir masalah tersebut, antara lain melalui bimbingan sosial dan latihan ketrampilan keluarga miskin, pelatihan ketrampilan bagi anak terlantar, bimbingan sosial dan pelatihan ketrampilan bagi wanita tuna susila, pemberdayaan bagi penyandang cacat, bantuan pemberdayaan bagi lanjut usia terlantar, bantuan bagi korban bencana alam dan bantuan keuangan bagi veteran/janda veteran dan janda perintis kemerdekaan. Walaupun upaya ini terus dilakukan namun belum dapat mengurangi jumlah PMKS secara signifikan.

Fasilitas pelayanan sosial yang telah disediakan di Kabupaten Semarang mengalami peningkatan. Di tahun 2001 jumlah panti yang ada sebanyak 18 buah, terdiri dari 16 panti asuhan dengan jumlah penghuni sebanyak 795 orang dan panti wredha sebanyak 2 buah dengan jumlah penghuni sebanyak 135 orang. Di tahun 2005 fasilitas sosial, terutama untuk panti asuhan mengalami peningkatan yang cukup berarti, yaitu menjadi 23 buah dengan jumlah penghuni sebanyak 1.042 orang dan ada penambahan fasilitas sosial lainnya sebanyak 1 buah dengan jumlah penghuni sebanyak 38 orang.

2.1.1.8 Kemiskinan

Jumlah rumah tangga di Kabupaten Semarang pada tahun 2005 adalah 232.238 Kepala Keluarga. Dari jumlah tersebut yang termasuk dalam golongan keluarga prasejahtera sebesar 48.573 rumah tangga

(34)

atau 20,92%. Dengan demikian jumlah penduduk yang tergolong tidak mampu diperkirakan mencapai 194.292 jiwa. Walaupun prosentasenya terbilang cukup tinggi namun dibandingkan tahun 2001 kondisi tersebut sudah mengalami peningkatan sebesar 55,59%. Di tahun 2001 jumlah keluarga prasejahtera sebanyak 101.200 kepala keluarga atau sebesar 47,11% dari seluruh rumah tangga yang ada di Kabupaten Semarang

Banyaknya jumlah keluarga miskin di Kabupaten Semarang pada umumnya disebabkan oleh rendahnya pendapatan, minimnya pemenuhan dan akses pelayanan sarana dan prasarana terutama dalam bidang pendidikan dan kesehatan, pertambahan jumlah penduduk yang tidak diiringi oleh peningkatan kualitas hidup, rendahnya daya beli masyarakat dan lain-lain.

Secara umum kondisi keluarga miskin ditandai oleh

ketidakberdayaan atau ketidakmampuan dalam hal 1). Memenuhi kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan; 2). Melakukan kegiatan usaha produktif; 3). Menjangkau akses sumber daya sosial dan ekonomi; 4). Membebaskan diri dari mental dan budaya miskin.

Dengan kondisi tersebut pemerintah pusat sampai tingkat pemerintah daerah telah berupaya keras dalam mengurangi angka

kemiskinan melalui kebijakan-kebijakan dan program-program

penanggulangan kemiskinan sehingga kesejahteraan dan kemandirian masyarakat kelompok miskin tersebut dapat terwujud. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Semarang dalam rangka pemberdayaan dan perwujudan kemandirian masyarakat, antara lain melalui penyediaan sarana dan prasarana bagi masyarakat miskin.

Di samping program yang bersifat fisik dan pemberian dana stimulan, upaya lain yang dilakukan dalam mengurangi angka kemiskinan yaitu meningkatkan keberdayaan dan partisipasi masyarakat miskin dalam pembangunan melalui perkuatan kelembagaan desa, yang disebut Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), meningkatkan peran dan fungsi Pos Pelayanan Terpadu.

(35)

2.1.1.9 Kebudayaan

Kabupaten Semarang terletak diantara 3 (tiga) wilayah pusat budaya Jawa, yaitu Yogyakarta, Solo dan Semarang. Dengan demikian nilai-nilai moral dan budaya yang ada di Kabupaten Semarang tidak jauh berbeda dengan ketiga wilayah tersebut. Salah satu permasalahan yang muncul adalah apresiasi masyarakat terhadap budaya tradisional seperti wayang wong, kethoprak, wayang kulit serta budaya lokal lainnya cenderung menurun seiring dengan semakin gencarnya arus informasi dan hiburan dengan karakter budaya asing. Hal tersebut selain ada dampak positif bagi masyarakat juga berpotensi menimbulkan pengaruh negatif berupa memudarnya nilai-nilai religius dan norma-norma sosial.

2.1.1.10 Agama

Suasana kerukunan kehidupan beragama dan kepercayaan Terhadap Tuhan yang Maha Esa merupakan dambaan masyarakat. Pembangunan di bidang budaya dan agama telah menunjukkan peningkatan yang tercermin dari meningkatnya pemahaman terhadap keberagaman budaya, pentingnya toleransi, pentingnya penyelesaian tanpa kekerasan serta mulai berkembangnya interaksi antar-budaya.

Beragamnya tempat peribadatan merupakan salah satu bukti kerukunan diantara umat beragama. Sarana peribadatan yang ada di Kabupaten Semarang pada tahun 2005 mencapai 4.587 buah, terdiri atas masjid dan mushola 4.308 buah (93,92%), gereja sebanyak 235 buah (5,12%), pura sebanyak 8 buah (0,17%) dan vihara sebanyak 36 buah (0,78%). Dilihat dari banyaknya pemeluk agama, penduduk Kabupaten Semarang mayoritas beragama Islam yaitu mencapai 93,62% dari total penduduk. Selebihnya, penduduk yang memeluk agama Kristen-Katolik sebesar 5,55% dan yang memeluk agama Hindu-Budha sebesar 0,83%.

2.1.1.11 Perempuan dan Anak

Permasalahan yang menyangkut ketidakberdayaan perempuan anak dan remaja pada umumnya berkaitan dengan masalah kemiskinan, pendidikan, ketenagakerjaan, kesehatan dan kekerasan terhadap

(36)

perempuan. Kesenjangan antara kaum perempuan dan laki-laki yang terjadi dalam urusan kesehatan misalnya dalam hal peserta KB aktif yang masih didominasi oleh perempuan. Selain itu juga ditunjukkan oleh Angka Kematian Ibu (AKI) yang mengalami kenaikan sebesar 34,77% di mana tahun 2003 menunjukkan angka 92,9 per 100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2004 meningkat menjadi 125,2 per 100.000 kelahiran hidup. Namun angka ini mengalami penurunan pada tahun 2005 hingga mencapai 114,98 per 100.000 kelahiran hidup.

Tingginya angka kematian ibu melahirkan diantaranya disebabkan oleh asupan gizi yang rendah, kualitas kesehatan dan jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah.

Dalam urusan pendidikan, angka melek huruf perempuan di Kabupaten Semarang sebesar 99,99% sedangkan laki-laki sebesar 99,99%. Permasalahan yang dihadapi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan anak yaitu masih banyaknya jumlah pekerja anak. Tahun 2005 tercatat 317 pekerja anak di Kabupaten Semarang. Dengan demikian pemantauan terhadap pekerja anak baik di sektor formal maupun informal guna melindungi kesehatan dan kesejahteraan anak sangat penting untuk dilakukan.

2.2 Ekonomi

2.2.1 Kondisi dan Struktur Ekonomi

Pembangunan di bidang ekonomi pada hakekatnya bermuara pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Indikator-indikator makro ekonomi daerah yang perlu

dipertimbangkan dalam perencanaan ekonomi antara lain adalah PDRB, pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi, pendapatan perkapita, dan investasi. Namun krisis ekonomi yang melanda negara-negara Asia Tenggara pada tahun 1997 telah melumpuhkan perekonomian nasional dan berkembang ke arah krisis multidimensi. Dari krisis tersebut ditemukan kelemahan yang cukup mendasar, yaitu bahwa kemajuan yang selama ini dicapai ternyata belum diikuti dengan peningkatan efisiensi dan perbaikan tata kelola kelembagaan ekonomi yang menyebabkan runtuhnya kepercayaan para pelaku pasar. Krisis nasional

(37)

waktu itu berimbas pula pada perekonomian di semua daerah di Indonesia.

Saat ini secara umum Kabupaten Semarang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup berarti. Perekonomian Kabupaten

Semarang tahun 2005 yang diukur dari nilai PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000, mencapai Rp. 4.484.189.540.000,-.

Angka ini meningkat 3,18% dibanding tahun 2004 sebesar Rp. 4.345.991.153.000,-. Bila dilihat berdasar harga berlaku, pada

tahun 2005 mencapai Rp. 6.488.712.943.000,-. Angka ini meningkat

14,17% jika dibandingkan tahun 2004 yang yang mencapai Rp. 5.683.406.798.000,-.

Pertumbuhan perekonomian Kabupaten Semarang pada tahun 2005 telah membantu menciptakan kondisi stabilitas ekonomi yang semakin membaik. Pertumbuhan paling tinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 9,66%, diikuti oleh sektor kontruksi dan industri. Sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada sektor jasa sebesar 0,72%. Perkembangan struktur PDRB Kabupaten Semarang menurut kelompok sektoral, sektor tersier memberikan kontribusi pada tahun 2001-2005 diatas 12,74%, kontribusi rata-rata pertahun sektor sekunder (industri, listrik, gas dan air bersih dan bangunan) sebesar 4,88%. Sedangkan sektor primer (pertanian dan pertambangan-penggalian) rata-rata sebesar 1,06%.

Dilihat dari struktur PDRB, struktur perekonomian Kabupaten Semarang sangat dipengaruhi oleh sektor industri yang kontribusinya pada tahun 2005 atas dasar harga konstan mencapai 47,03%; sektor pertanian sebesar 13,34%; sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 21,78%; sektor jasa-jasa sebesar 7,91,%; sektor lembaga keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 3,15%; sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 2,08%; sektor konstruksi sebesar 3,79%; sektor listrik, gas dan air sebesar 0,81%; dan sektor penggalian hanya sebesar 0,12%. Sehingga dengan demikian tiga sektor yang menjadi unggulan daerah merupakan sektor yang paling besar dalam memberikan kontribusi terhadap PDRB di Kabupaten Semarang.

(38)

Perkembangan pendapatan perkapita Kabupaten Semarang atas dasar berlaku menunjukkan perubahan yang cukup baik. Pada tahun 2001 sebesar Rp. 4.040.926,-/tahun meningkat menjadi Rp. 6.636.923,-/tahun pada tahun 2005.

Tabel 2.7

Pertumbuhan PDRB Kabupaten Semarang Dalam Kurun Waktu 2001 – 2005

Tahun PDRB ADHB PDRB ADHK

Nilai (Rp. juta) Pertumbuhan (%) Nilai (Rp. juta) Pertumbuhan (%) 2001 4.298.235,82 3.915.169,47 2002 4.914.951,32 14,35 4.128.481,21 5,45 2003 5.334.650,39 8,54 4.283.284,51 3,75 2004 5.683.406,80 6,54 4.345.991,15 1,46 2005 6.488.712,94 14,17 4.484.189,54 3,18

Sumber: PDRB Kabupaten Semarang, 2005

2.2.1.2 Pertumbuhan Ekonomi dan Laju Inflasi

Angka pertumbuhan ekonomi dan inflasi dapat menunjukkan gambaran riil dari kondisi pembangunan ekonomi. Pada tahun 2004, berdasarkan harga konstan tahun 2000 laju pertumbuhan ekonomi sebesar 1,46%. Sedangkan laju inflasi mencapai 6,12% sedikit lebih rendah bila dibanding tahun 2003 yang sebesar 7,59%. Dengan demikian pada tahun 2004 belum terjadi perbaikan dalam upaya pembangunan ekonomi daerah. Angka pertumbuhan ekonomi dan inflasi Kabupaten Semarang dalam kurun waktu 2001-2005 ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 2.6

Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Kabupaten Semarang 2001 – 2005

Tahun 2001 2002 2003 2004 2005

Pertumbuhan

Ekonomi 5,13 5,45 3,75 1,46 3,18

Laju Inflasi 11,51 10,02 7,59 6,12 17,12

(39)

2.2.1.3 Investasi

Investasi merupakan salah satu indikator perekonomian daerah. Pada tahun 2004 terdapat investasi 1 proyek PMA, 1 proyek PMDN dan

302 investasi non fasilitas dengan total nilai investasi sebesar Rp. 69.271.844.608,-. Pada tahun 2005 di Kabupaten Semarang

investasi mengalami peningkatan yang cukup tajam, yaitu investasi 1 proyek PMA, 1 proyek PMDN dan 601 investasi non fasilitas dengan nilai sebesar Rp. 219.973.218.603,-.

2.2.1.4 Industri

Peranan sektor industri sampai saat ini masih merupakan sektor yang memberikan sumbangan terbesar dalam perekonomian Kabupaten Semarang. Perkembangan sektor industri di Kabupaten Semarang dapat dilihat dari nilai sumbangannya terhadap PDRB Kabupaten, yang pada tahun 2004 kontribusinya mencapai 46,33% dan tahun 2005 meningkat menjadi 47,03%. Untuk industri kecil dan formal menunjukkan peningkatan yang luar biasa, seperti industri tahun yang semula berjumlah 61, pada tahun 2005 meningkat menjadi 114.

Sektor industri merupakan potensi ekonomi yang telah berkembang di Kabupaten Semarang. lndustri unggulan yang mendominasi di Kabupaten Semarang adalah industri makanan dan minuman, industri obat-obatan, industri tekstil dan garment yang secara umum nilai produksinya di Kabupaten Semarang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Sejalan dengan peningkatan nilai produksi, maka serapan tenaga kerja pada sektor industri juga mengalami peningkatan meskipun cukup kecil. Dari penambahan tenaga kerja yang setiap tahunnya direkrut oleh perusahaan pada umumnya tenaga harian lepas sedangkan tenaga kerja ahli didatangkan dari luar hal ini dikarenakan tenaga kerja yang mempunyai keahlian khusus belum ada di daerah Kabupaten Semarang. Seiring dengan penambahan jumlah tenaga kerja, maka berakibat pula pada peningkatan produksi hasil industri yang akan dipasarkan baik di dalam negeri

(40)

maupun luar negeri, kecuali untuk industri obat-obatan pemasarannya hanya di dalam negeri saja karena untuk obat-obatan daya beli dari luar negeri masih kecil jika dibandingkan dengan biaya produksi sehingga akan mengalami kerugian.

2.2.1.5 Pariwisata

Kabupaten Semarang terletak di jalur JOGLO SEMAR (Jogja–Solo– Semarang) yang merupakan wilayah yang kaya akan obyek wisata dan budaya. Menurut data yang ada di Kabupaten Semarang, terdapat 56 potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) usaha jasa dan usaha sarana yang tersebar di seluruh wilayah.

Potensi unggulan yang dimiliki Kabupaten Semarang adalah obyek wisata alam, budaya, dan lain-lain yang menarik untuk

dikunjungi baik wisatawan nusantara maupun wisatawan

mancanegara.

Jika dilihat dari jumlah pelaku usaha pariwisata di Kabupaten Semarang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, seperti: perhotelan, restoran dan toko cenderamata. Jika dilihat dari lama tinggal wisatawan yang berkunjung di Kabupaten Semarang pada umumnya selama 4 (empat) hari.

Dilihat dari potensi pariwisatanya, di Kabupaten Semarang sangat potensial namun masih perlu ada penataan yang lebih baik lagi seperti obyek wisata Gedong Songo dimana obyek wisata tersebut layak untuk dijual kepada wisatawan. Namun kalau dilihat kondisinya saat ini masih terkesan kumuh dan belum mencerminkan SAPTA PESONA, oleh karena itu instansi terkait perlu melaksanakan sadar wisata kepada masyarakat setempat dan menggalakkan promosi obyek wisata tersebut baik dalam negeri maupun luar negeri.

2.2.1.6 Pertanian

Walaupun terdapat cukup banyak konversi lahan dari lahan pertanian ke lahan non pertanian, tetapi sampai saat ini potensi sektor pertanian masih merupakan sektor yang dominan dalam mendukung perekonomian Kabupaten Semarang. Hal ini ditunjukkan dengan luasnya lahan yang diperuntukkan sebagai lahan sawah,

Referensi

Dokumen terkait

Organisasi Internasional dan Organisasi lokal tersebut melakukan banyak cara untuk menjadi meditor antara Pemerintah RI-GAM, melalui perundingan gencatan senjata,

Pada lokasi perumahan, sampah-sampah tersebut diangkut dengan gerobak sampah dengan sistem terbuka yang menggunakan tenaga manusia, setelah sampah dikumpulkan baru kemudian sampah

Atas kesedaran inilah yang mendorong pengkaji untuk menghasilkan satu modul berasaskan multimedia iaitu dalam bentuk CD interaktifbagi mata pelajaran Perdagangan khusus untuk

Bahwa pembanding/tergugat rekonpensi merasa keberatan atas amar putusan dalam rekonpensi pada halaman 21 angka 6 ( enam ) yang berbunyi “Menghukum pula tergugat rekonpensi

Komposisi bentukan-bentukan fisik tersebut akan membentuk struktur kota secara hirarkis yang mengatur kehiduan kota yang didukung oleh alamiah sehingga akan terjadi

Balai Penelitian Tanaman Sayuran Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.. Botani Bawang Merah Teknologi Produksi

Kandungan logam berat timbal (Pb) pada kerang Polymesoda erosa L yang berada di perairan Tanjung Bunga Makassar dapat berasal dari keberadaan kapal nelayan yang lalu

mengembangkan media pembelajaran matematika berbasis Macromedia Flash. Untuk menghasilkan produk media yang dikembangkan maka peneliti menggunakan.. prosedur penelitian dan