• Tidak ada hasil yang ditemukan

FINANCIAL VALUE ADDED : PARADIGMA BARU PENGUKURAN KINERJA DAN NILAI TAMBAH PERUSAHAAN. Oleh: I Made Murjana Dosen STIE AMM Mataram

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FINANCIAL VALUE ADDED : PARADIGMA BARU PENGUKURAN KINERJA DAN NILAI TAMBAH PERUSAHAAN. Oleh: I Made Murjana Dosen STIE AMM Mataram"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

FINANCIAL VALUE ADDED :

PARADIGMA BARU PENGUKURAN KINERJA DAN NILAI TAMBAH PERUSAHAAN

Oleh:

I Made Murjana

Dosen STIE AMM Mataram

Abstrak: Salah satu alasan seorang investor menanamkan dananya di suatu perusahaan adalah karena

perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik. Dengan kineja yang baik akan dapat meningkatkan

kekayaan pemegang sahamnya. Metode konvensional yang telah banyak dipergunakan untuk menilai

kinerrja keuangan melalui penggunaan rasio keuangan. Perhitungan rasio keuangan ini dapat dengn mudah

dilakukan, Namun kelemahan metode ini tidak dapat mengukur kinerja perusahaan secara akurat.Konsep

baru dalam pengukuran kinerja keuangan adalah dengan konsep value based. Salah satu konsep baru yang

sudah mulai banyak ditelaah baik secara konsepsional maupun empiris adalah Ekonomic Value Added

(EVA). Konsep nilai tambah perusahaan yang belum banyak dikaji adalah konsep pengukuran nilai tambah

perusahaan dengan menggunakan Financial Value Added (FVA). Kajian ini akan menjelaskan secara detail

bagaimana mengukur kinerja dan nilai tambah perusahaan berdasarkan FVA yang dikaitkan dengan

keputusan-keputusan dalam manajemen keuangan. Namun sebeumnya akan dijelaskan pengukuran dengan

menggunakan rasio keuangan dan EVA sebagai pembanding.

Kata kunci : Financial Ratio, Economic Value Added, Financial Value Added.

PENDAHULUAN

Tujuan perusahaan yang hanya menghasilkan

laba sebesar-besarnya sudah kurang relevan lagi di

masa sekarang karena tanggung jawab perusahaan

tidaklah hanya kepada pemilik saja, melainkan

tanggung jawab kepada seluruh stakeholder menjadi

sangat penting sehingga hal ini menuntut perusahaan

untuk menimbang semua strategi yang diambil.

Berdasarkah hal tersebut maka tujuan yang sesuai

adalah untuk memaksimalkan nilai suatu perusahaan

Pengukuran kinerja keuangan perusahaan sangat

penting dilakukan untuk menentukan keberhasilan

dalam pencapaian tujuan tersebut. Pengukuran

keuangan lebih banyak dilakukan melalui

pendekatan ratio keuangan seperti ratio likwiditas,

solvabilitas/leverage,

aktivitas

maupun

ratio

profitabilitas.

Pengukuran

melalui

pendekatan

tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan.

Kelebihannya mudah dalam perhitungannya selama

data historis tersedia, sedangkan kelemahannya

adalah metode tersebut tidak dapat mengukur kinerja

perusahaan secara akurat karena data yang

dIgunakan adalah data akuntansi yang tidak terlepas

dari penafsiran/estimasi yang dapat mengakibatkan

timbulnya berbagai macam distorsi sehingga kinerja

keuangan perusahaan tidak terukur secara tepat dan

akurat.

Untuk mengatasi berbagai permasalahaan yang

timbul

dalam

pengukuran

kinerja

keuangan

berdasarkan

data

akuntansi,

maka

timbulah

pemikiran menggunakan nilai (value based) dalam

pengukuran

pengelolaan

modalnya,

rencana

pembiayaaan, wahana komunikasi dengan pemegang

saham serta dapat dijadikan sebagai dasar dalam

menentukan insentif bagi karyawan ( Amin Wijaya

: 2001). Dengan value based sebagai alat ukur, pihak

manajemen dituntut mampu meningkatkan nilai

perusahaan.

Pengukuran

yang

telah

banyak

dikemukakan dalam bebagai tulisan adalah Model

EVA (Economic Value Added ). Paradigma yang

belum banyak dibicarakan adalah model (FVA)

Financial Value Added dan ( NVA).Net Value

Added. Dalam kajian ini penulis khusus akan

memaparkan pengukuran value added dengan

menggunakan Financial Value Added, namun

sebelum itu akan diuraikan pengukuran kinerja

keuangan dengan menggunakan financial ratio dan

pengukuran nilai tambah dengan menggunakan

Economic Value Added sebagai dasar pembanding.

PEMBAHASAN

a. Financial Ratio

Metode yang paling sering digunakan untuk

mengukur

kinerja

keuangan

adalah

dengan

menggunakan pendekatan analisis financial ratio,

Analisis laporan keuangan dilakukan dengan

menghitung berbagai macam ratio dimana data yang

(2)

dianalisis diambil dari laporan keuangan perusahaan

bersangkutan.

Bambang

Riyanto

(1986)

mengelompokkan rasio keuangan dalam enam (6)

kelompok, yaitu : likwidity ratio,assets activity,

leverage ratio, coverage ratio, profitability ratio dan

market value ratio. Penggunaan financial ratio

sangat penting dalam membantu perusahaan di

dalam mengidentifikasi berbagai kekuatan dan

kelemahan perusahaan( Keon, 1996 : 94), disamping

itu beliau juga mengatakan bahwa ada dua cara

untuk membandingkan data laporan keuangan

perusahaan yaitu 1). Dengan analisis trend yaitu

membandingkan financial ratio antar waktu, dan 2).

Dengan

analisis

Comparative,

yakni

membandingkan financial ratio suatu perusahaan

dengan perusahaan lainnya. Kelebihan dari

penggunaan financial ratio sebagai pengukur kinerja

keuangan

adalah

mudah

dalam

proses

perhitungannya, selama data yang dibutuhkan

tersedia dengan lengkap. Namun disisi lain terdapat

juga kelemahan-kelemahannya.

b. Kelemahan Financial Ratio.

Kelemahan financial ratio karena perhitungannya

berdasarkan data akuntansi yang dihasilkan dari nilai

buku.

Dengan

demikian

nilainya

tidaklah

mencerminkan yang ada di pasar. Misalkan : jika

terdapat dua perusahaan yang identik, baik assets

maupun struktur modalnya, namun berbeda waktu

pendiriannya,maka perusahaan yang lebih dahulu

berdiri memiliki laba bersih yang lebih besar

dibandingkan dengan perusahaan yang berdiri

kemudian.

Hal ini

dapat dipahami,

karena

perusahaan yang lebih dahulu berdiri cendrung

memiliki nilai penyusutan yang lebih kecil.

Distorsi lain dari penggunaan data akuntansi

adalah dalam penggunaan metode penyusutan

maupun metode penilaian persediaan. Metode

penyusutan saldo menurun akan menghasilkan laba

lebih besar pada akhir umur ekonomis aktiva

dibanding metode garis lurus mengakibatkan biaya

penyusutan realtif stabil sepanjang umur aktiva

bersangkutan. Dalam kondisi dimana harga barang

cendrung naik, peng gunaan LIFO dalam

menghitung persediaan akan menyebabkan beban

pokok penjualan menjadi rendah sehingga beban

pajak dan laba perusahaan juga akan berpengaruh.

Dari pemaparan itu dapat disimpulkan bahwa

penggunaan metode penyusutan yang berbeda dalam

menilai persediaan pada perusahaan yang

berbeda-beda akan menghasilkan keuntungan yang berberbeda-beda

pula. Sehingga itulah sulitnya membandingkan

kinerja perusahaan dengan menggunakan financial

ratio tidak dapat menghasilkan nilai pengukuran

yang akurat .

c. Economic Value Added

Istilah model EVA pertama kali dipopulerkan ole

Stern Steward Management service yang merupakan

perusahaan konsultan dari Amerika Serikat pada

tahun 1980. Model EVA ini telah lama dikenal oleh

para ekonom sebagai economic profit yaitu nilai

profit yang melebihi ( kurang dari) tingkat

pengembalian minimum yang bisa diperoleh

(diderita) oleh pemegang saham dan kreditor dengan

berivestasi di sekuritas lain yang mempunyai resiko

sebanding ( operating cost)

Dalam manajemen Keuangan, model ini juga

telah populer sebagai alat untuk menilai kinerja

(performance) suatu pusat investasi. Model EVA

merupakan alternatif yang lebih baik dalam menilai

kinerja manajer divisi dibandingkan dengan ROI.

Dengan penilaian berdasar ROI, manajer divisi

enggan

melakukan

investasi

karena

akan

menurunkan ROI divisi, meskipun dapat menaikkan

laba perusahaan secara keseluruhan ( hansen &

Mowen, 2000).

Secara umum EVA merupakan tujuan corperate

untuk meningkatkannilai atau value added dari

modal yang telah ditanamkan pemegang saham

dalam operasi perusahaan. Oleh karenanya EVA

merupakan selisih antara laba operasi setelah pajak

( after tax operating income) dengan total biaya (

total cost of capital). Total biaya capital merupakan

tingkat biaya modal dikalikan dengan total modal

yang diinvestasikan ( utama, 1977 ). Perhitungan

EVA dalam berbagai kondisi tidak harus persis sama

dengan rumus tersebut karena terdapat

penyesuaian-penyesuaian. Oleh karena itu beberapa perusahaan

mempunyai versi berbeda dalam menghitung EVA

dengan

melakukan

penyesuaian-penyesuaian,

misalnya Lee dalam Utama (1977) menghitung EVA

= ( tingkat pengembalian atas modal – tingkat biaya

modal ) x total modal. Jika EVA positif berarti

terdapat tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih

tinggi daripada tingkat pengembalian modal yang

diminta investor, yang berarti perusahaan telah

memaksimumkan

nilai

perusahaan.

Demikian

sebaliknya jika EVA negatif menandakan bahwa

nilai perusahaan berkurang sehingga tingkat

pengembalian yang dihasilkan lebih rendah

daripada tingkat pengembalian yang dituntut

investor, yang berarti perusahaan tidak berhasil

menciptakan ng dapat ilai bagi pemilik modal.

d. Manfaat Model EVA

Menurut Amin Wijaya (2001) mengungkapkan

ada beberapa manfaat yang diperoleh oleh

perusahaan dalam penggunaan EVA sebagai alat

ukur kinerja perusahaan yaitu : Model EVA sebagai

alat ukur penggunaannya dapat berdiri sendiri tanpa

memerlukan ukuran lain baik berupa perbandingan

dengan

perusahaan

lain

maupun

analisis

kecendrungan ( trend), disamping juga hasil

(3)

perhitungan dengan EVA akan mendorong

pengalokasian dana perusahaan untuk investasi

biaya rendah.

Selanjutnya menurut Sidharta Utama( 1997) :

10). Mengatakan ada beberapa manfaat dari model

EVA ini anatara lain :

1.

EVA digunakan sebagai penilaian kinerja

keuangan perusahaan karena penilaian kinerja

tersebut difokuskan pada penciptaan nilai ( value

creation)

2.

Eva akan menyebabkan perusahaan lebih

memperhatikan kebijakan struktur modal

3.

EVA

membuat

manajemen

berpikir

dan

bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu

memilih investasi yang mampu memaksimumkan

tingkat

pengembalian

modal

dan

meminimumkan tingkat biaya modal sehingga

nilai perusahaan dapat dimaximalkan.

4.

EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi

kegiatan

atau

proyek

yang

memberikan

pengembalian lebih tinggi daripada biaya-biaya

modalnya

Selain ke-2 pendapat diatas EVA juga merupakan

pengukuran yang penting karena dapat digunakan

sebagai signal terjadinya financial distress pada

suatu perusahaan ( salmi dan Virnaten,2001),

dimana jika perusahaan tidak mampu memperoleh

profit diatas required of return berarti EVA menjadi

negative ini merupakan warning dari financial

distress tersebut.

e. Pengukuran EVA

Pendekatan yang dipakai mengukur EVA,

aadalah didasarkan dari struktur modal perusahaan

(Veles-Pareja : 2000), dimana jika struktur modal

perusahaan hanya menggunakan modal sendiri

maka secara matematis EVA dapat ditentukan

sebabagai berikut :

EVA = NOPAT – (ie X E ) ---(1)

Dimana :

NOPAT = Net Operating Profit After Taxes

Ie = Opportunity cost of equity

E = Total Equity.

Namun manakala struktur modal perusahaan terdiri

dari hutang dan modal sendiri, secara matematis

dapat dirumuskan sebagai berikut :

EVA = NOPAT – (WACC X TA ) ---(2)

Dimana :

NOPAT = Net Operating Profit After Taxes

WACC = Weighted average cost of capital

TA = Total Assets( total Modal).

Dari perhitungan akan diperoleh kesimpulan dengan

interprestasi hasil sebagai berikut :

Jika EVA > 0 ini menunjukkan terjadinya nilai

tambah ekonomis bagi perusahaan

Jika EVA < 0 ini menunjukkan tidak terjadi nilai

tambah ekonomis bagi perusahaan

Jika EVA

= 0 ini menunjukkan terjadinya

posisi impas karena laba telah

digunakan

untuk

membayar

kewajiban kepada penyandang

dana

baik

kreditur

maupun

pemegang saham.

f. Cost of Capital

Cost of Capital atau biaya modal mempunyai dua

makna, tergantung dari sisi investor atau perusahaan

melihatnya. Jika kita melihat dari sudut pandang

investor cost of capital adalah opportunity cost dari

dana yang ditanamkan investor pada suatu

perusahaan, sedang dipandang dari sudut perusahaan

cost of Capital adalah biaya yang dikeluarkan untuk

memperoleh sumber dana yang dibutuhkan ( Keown

: 1999). Untuk praktisi keuangan, istilah cost of

Capital digunakan untuk:

1)

Discounted rate untuk membawa cash flow pada

masa mendatang suatu project.

2)

Tarif minimum yang diinginkan untuk menerima

project baru.

3)

Biaya modal dalam perhitungan EVAa umumnya

konponen cost of capital terdiri dari cost of debt

4)

Benchmark untuk menaksir tariff biaya pada

modal yang dipergunakan pada umumnya

konponen cost of capital terdiri dari cost of debt

dan cost of equity ( Lisa Linawati Utomo : 1999 )

1. Cost of Debt

Hutang dapat diperoleh dari lembaga

pembiayaan atau dengan menerbitkan surat

pengakuan hutang ( obligasi ). Biaya hutang

yang berasal dari pinjaman adalah bunga yang

harus dibayar perusahaan, sedangkan biaya

hutang dengan menerbitkan obligasi adalah

required of return yang diharapkan investor yang

digunakan untuk sebagai tingkat diskonto dalam

mencari nilai obligasi. Mengingat biaya hutang

(bunga)

dibayar

sebelum

perusahaan

memperhitungkan

pajak

penghasilan

(debt

deductible), maka biaya riil yang ditanggung

perusahaan adalah biaya hutang setelah pajak

(cost of debt after tax ).

Biaya hutang

= Kd

Biaya hutang setelah kuda = Kd = kd (1 – t )--(3)

Dimana :

Kd = Biaya hutang setelah pajak

Kd = Biaya hutang sebelum pajak

T = Tarif pajak

(4)

Biaya modal saham merupakan tingkat hasil

pengembalian atas saham biasa yang diinginkan

oleh para investor. Weston & Copeland ( 1992)

mengatakan salah satu metode yang dapat

digunakan dalam menghitung biaya modal yaitu

melalui pendekatan Capital Assets pricing Model

(CAMP), dimana biaya modal laba ditahan

adalah tingkat pengembalian atas modal sendiri

yag diinginkan oleh investor yang terdiri dari

tingkat bunga bebas resiko degan premi resiko

pasar dikalikan dengan ( resiko saham

perusahaan ).

Secara

matematis

dapat

ditulis Ks dapat dicari dengan rumus :

ks = Rf + ( Rm – Rf) β ………(4)

dimana

ks = Tk.

Pengembalian

yang

diinginkan

investor (Opportunity of equit )

Rf = Tingkat bunga investasi yang diperoleh

tanpa resiko ( risk fee)

Rm= Tingkat bunga investasi rata-rata dari pasar

β = Ukuran resiko saham perusahaan

3. Weighteed Average Cost of Capital (WACC).

Dalam praktek pembiayaan/pendanaan yang

digunakan perusahaan diperoleh dari berbagai

sumber. Dengan demikian biaya riil yang

ditanggung

oleh

perusahaan

merupakan

keseluruhan

biaya

untuk

semua

sumber

pembiayaan

yang

digunakan,

dimana

perhitungannya dapat digunakan rumus sebagai

berikut :

WACC = Wd . Kd ( 1 – t) + Ws.ks ---(5)

Dimana :

WACC = biaya Modal rata-rata tertimbang

Wd = Proporsi hutang dalam struktur modal

Kd = Cost of debt

Ws

= Proporsi sahambiasa daalam struktur

modal

Ks = Tingkat

pengembalian

yang

diinginkan investor

g. Keunggulan Dan Kelemahaan EVA

Menurut Teuku Mirza (1997) keunggulan EVA

sebagai penilai kinerja perusahaan adalah dapat

digunakan sebagai penciptaan nilai ( value creation)

disamping itu :

1.

EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah

dengan

memperhitngkan

beban

sebagai

konsekwensi investasi

2.

Konsep EVA adalah alat perusahaan dalam

mengukur harapan yang dilihat dari segi

ekonomis dalam pengukurannya yaitu dengan

memperhatikan harapan para penyandang dana

secara adil dimana derajat keadilan dinyatakan

dengan ukuran tertimbang dari struktur modal

yang ada dan berpedoman pada nialai pasar dan

bukan pada nilai buku.

3.

Perhutungan EVA dapat digunakan secara

mandiri tanpa memerlukan data pembanding

seperti standar industry atau data perusahaan lain

sebagai konsep penilaian.

4.

Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar

penilaian pemberian bonus pada karyawan

terutama pada divisi yang memberrikan EVA

lebih sehingga dapat dikatakan bahwa EVA

menjalankan Stakeholders Satisfaction Concepts.

5.

Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukkan

bahwa konsep tersebut merupakan ukuran

praktis, mudah dihitung dan mudah digunakan

sehingga

merupakan

salah

satu

bahan

pertimbangan dalam mempercepat pengambilan

keputusan bisnis.

Selain berbagai keunggulan tersebut, konsep

EVA juga memiliki kelemahan antara lain :

1.

EVA hanya mengukur hasil akhir ( result) konsep

ini tidak mengukur aktivitas-aktivitas tertentu.

2.

Eva terlalu tertump pada keyakinan vahwa

investor

sangat

mengandalkan

pendekatan

fundamental dalam mengkaji dan mengambil

saham

tertentu

padahal

factor-faktor

lain

terkadang justru lebih dominan.

h. Financial Value Added

Financial value added ( FVA) adalah metode

baru dalam mengukur kinerja dan nilai tambah

perusahaan.

Metode

ini

mempertimbangkan

kontribusi dari fixed assets dalam menghasilkan

keuntungan bersih perusahaan. Secara matematis

FVA dinyatakan sebagai berikut :

FVA= Nopat – (ED – D) ……..……… ………(6)

Dimana :

FVA = Financial Value Added

NOPAT = Net Operating profit After Taxes

ED – D = Equivalent

Depreciation

Depreciation

Interpretasi hasil perhitungan dapat dijelaskan

sebagai berikut FVA :

Jika FVA > 0 menunjukkan terjadi nilai tambah

financial perusahaan,

Jika FVA < 0 menunjukkan terjadi nilai tambah

financial perusahaan,

Jika FVA = 0 menunjukkan posisi impas.

Perusahaan tentunya akan berusaha untuk

memiliki nilai tambah financial bagi perusahaan

dimana FVA > 0, ini terjadi manakala keuntungan

bersih perusahaan dan penyusutan dapat mengcover

equivalent depreciation atau ( Nopat +D) lebih

besar dari ED. Jika ini tercapai berarti perusahaan

dapat meningkatkan kekayaan pemegang saham.

Dengan

menggunakan

konsep

BEP,

maka

(5)

pengukuran FVA diatas dapat diketahui pada tingkat

penjualan berapa unit perusahaan mencapai BEP.

Dari interpretasi diatas posisi BEP tercapai pada saat

FVA = 0. Formulasinya adalah sebagai berikut :

FVA = NOPAT – (ED – D) = 0

{ ( pxq – Vcxq – Fc – D) x (1 – t)} - { ED – D } = 0

Q = Fcx(1 – t) + D(1 –t)+ (ED – D)

Mx (1 – t)

Q = Fcx(1 – t) + ED – txD ---7)

Mx (1 – t)

Dimana :

Q = unit yang dijual

Fc = Fixed Cost

T = Tingkat pajak

M = Unit margin

D = Depreciation

ED = Equivalent depreciation.

i. Hubungan FVA dengan keputusan dalam

manajemen keuangan

Pengukuran

FVA

sangatlah

membantu

perusahaan dalam menetapkan keputusan-keputusan

yang harus dilakukan oleh perusahaan yang

berkaitan dengan manajemen keuangan. Ada 3(tiga )

keputusan manajemen keuangan yang dapat

menjadi value driver terciptanya FVA( Financial

Value Added) yaitu :

1.

Operating Decision yaitu suatu keputusan yang

harus diambil perusahaan dalam menghasilkan

volume penjualan dan mengeola biaya-biaya

yang timbul baik variable cost maupun fixed cost

sedemikian

rupa

sehingga

menghasilkan

operating profit margin bagi perusahaan .

Pertumbuhan volume penjualan (sales growth)

merupakan

indicator

dari

petumbuhan

perusahaan atau value driver bagi terciptanya

finvancial value added. Jadi sales growth yng

tingga dengan income tax tertentu akan

meningkatkan operating profit margin.

2.

Financial Decision adalah suatu keputusan

pembiayaan

dimana

perusahaan

harus

menentukan sumber dana yang paling effisien,

yang direfleksikan oleh cost of capital (k) yang

dibayarkan selama periode n, Cost of capital

kemudian menjadi factor pembagi terhadap nilai

income yang diterima ( n,k). Dalam kontek value

driver semakin rendah cost of capital yang

ditanggung perusahaan maka semakin besar nilai

per 1 sen uang yang diterima oleh perusahaan.

Konsekuensinya, pada formula measure, semakin

kecil cost of capital semakin besar ( n,k)

sehingga semakin besar FVA.

3.

Invesment

decision,

adalah

keputusan

manajemen terhadap pilihan-pilihan investasi

yang

secara

normative

harus

mampu

memaksimalkan

nilai

perusahaan.

Proses

pemilihan

alternative

investasi

harus

mempertimbangkan sumber-sumber pembiayaan,

karena akan mempengaruhi struktur modal

perusahaan.

Hal

ini secara

intuitif juga

mempengaruhi komposisi working capital dan

fixed

capital

yang

merupakan

komponen

pengubah nilai dalam kontek pengukuran FVA

diatas.

Manajemen

harus

mampu

mengoftimalkan pengelolaan working capital dan

fixed capital-nya agar tidak tercipta idle capital

atau capital yang yang kurang efektif dalam

proses peningkatan nilai perusahaan. Otomatis

jumlah working capital dan fixed capital yang

besar akan menciptakan tanggungan cost of

capital yang lebih besar bagi perusahaan, ini juga

akan menurunkan nilai FVA karena TR menjadi

besar

j. Keunggulan konsep Financial Value Added

1.

Jika ditilik ulang konsep NOPATD, melalui

definisi

equivalent

Depreciation

mengintegrasikan seluruh kontribusi assets bagi

kinerja perusahaan, demikian juga opportunity

Cost dari pembiayaan perusahaan. Kontribusi ini

konstan sepanjang umur proyek investasi.

2.

FVA secara jelas mengakomodasikan kontribusi

konsep value growth duration ( durasi proses

penciptaan nilai). Unsur ini adalah hasil

pengulangan nilai Equivalet Depreciation akibat

bertambah panjangnya umur assets dimana assets

dapat terus berkontribusi bagi kinerja perusahaan.

Dalam konsep EVA proses ini tidak secara jelas

dijabarkan.

3.

EVA

mengedepankan

konsep

Equivalent

Depreciation

dan

Acumulated

Equivalent

tampaknya

lebih

akurat

menggambarkan

financing costs. Lebih lanjut , FVA lebih mampu

mengharmonisasikan hasilnya dengan konsep

NPV tahun per tahun, dimana NPV setidaknya

saat ini dianggap sukses mengukur proses

penciptaan nilai.

4.

Dengan berbasis pada definisi EVA yang sudah

dikenal luas. FVA memberi solusi terhadap

mekanisme control dalam periode tahunan, yang

selama ini merupakan kendala bagi konsep NPV.

EVA

dan

FVA

sama-sama

mampu

menyelaraskan outputnya dengan hasil NPV,

dalam bentuk periode yang terdiskonto, namun

FVA memberi output yang lebih maju dengn

berhasil melakukan harmonisasi hasil dengan

NPV dalam ukuran tahunan. Oleh karena itu,

FVA menjadi lebih bermanfaat sebagai alat

control.

k. Kelemahan Financial Value Added

Dibanding EVA, FVA kurang praktis dalam

mengantisipasi fenomena bila perusahaan ( proyek)

(6)

menjalankan investasi baru ditengah-tengah masa

investasi

yang

diperhitungkan.

EVA

akan

merefleksikan situasi ini melalui peningkatan assets

dan sumber daya yang terlibat dalam perusahaan

(proyek). Fenomena ini tidak dapat diakomodasikan

dalam penentuan titik impas pada konsep NPV dan

EVA.

SIMPULAN

Kinerja FVA jelas lebih baik dibanding EVA,

terutama dalam hal sinkronisasi hasil pengukurannya

dengan hasil NPV. Kelemahan FVA dalam

mengantisipasi terjadinya rekrutment investasi baru

ditengah horizon masa investasi yang sudah

ditetapkan. Sebenarnya dapat ditanggulangi dengan

merancang ulang definisi konsep Equivalent

Depreciation menjadi akumulasi Depreciation dari

berbagai investasi yang dijalankan, kemudian setiap

element

investasi

tersebut

masing-masing

dihubungkan

horizon

masa

investasi

secara

individual. Misalnya sebuah perusahaan dengan

berbagai investasi dalam kurun waktu 1 tahun n1

dimana diasumsikan setiap investasi dimulai

sedemikian rupa diawal setiap periode sehingga

investasi-investasi yang berlangsung pada tahun 1

akan berlangsung selama n tahun, sedangkan yang

dimulai pada tahun 2 akan berumur n – 2 tahun dan

seterusnya. Equivalent Deprediation individual

merupakan jumbah dari masing-masing nilai

investasi awal yang terdiskonto oleh jumlah tahun

dan

tingkat

diskonto

terkait

masing-masing

investasi.

DAFTAR PUSTAKA

Amin Wijaya Tunggal, 2001, Memahami Konsep

Value

Added

dan

Value

Based

Management, Harvindo.

Emery, Douglas R., and John D Finerty, 1997,

Corporate

finanacial

Management,

International Edition, New Jersey :

Prentice Hall.

Franciska Wiranda B. dan Rr. Iramani, 2004,

Analisis Return On Equity, EVA dan FVA

dalam pengukuran kinerja perusahaan serta

pengaruhnya terhadap return dan Market

Value

pada

industry

makanan

dan

minuman, dalam laporan tak diterbitkan,

STIE, Perbanas Surabaya. Keown ,Arthur,

et.al, 1999, Basic Financial Management,

eigh dition, USA : Prentice- Hall Inc.

Lisa Linawati Utomo, 1999, Economic Value Added

Sebagai Ukuran Keberhasilan Kinerja

Manajemen Keuangan Perusahaan. Rao

CheL, Bhavesh and Jurnal Akuntansi

Keuangan.

Pate Bhavesh and Rao Cherukuri, Net Present

Added

(NVA)

and

Share

Value

Appreciation Rate (SVAR) : Improved

value addition Measures For Evaluation of

capital projects ( On Line), (http/google.

Com).

Rodrieges S. Alfonso,2002, Financial Value Added,

(Online) , (http/ssrn. Com, diakses 16

Nope mber 2004).

Salmi, Timo and Ilka Virnaten, 2001 Economic

Value Added : A simulation Analysis of

the Trendy, Owner Oriented Management

Tool, Acta Wasaensi No.20

Sidharta Utama. Economic Value Added :

Pengukuran

dan

Penciptaan

NIlai

Perusahaan, Manajemen dan Usahawan

Indonesia. April, 1997.

Referensi

Dokumen terkait

 menyerahkan KTP-el dan berkas kepada Petugas Pendukung Pelayanan KEPALA SEKSI PETUGAS PENDUKUNG PELAYANAN 3 4 5 6 Membawa berkas:  KTP-el yang salah  Formulir permohonan

Namun hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Nadhiroh (2008) dan Praditaningrum (2011) juga menyatakan bahwa variabel kompleksitas tugas tidak berpengaruh secara signifikan

Hal tersebut dapat mendukung atau sejalan dengan fenomena-fenomena yang terjadi di CV Affindo Jaya Persada seperti: beberapa karyawan masih kurang disiplin,

Skripsi Pengaruh Pelaksanaan Proyek WSLIC II Terhadap ..... ADLN - Perpustakaan

Menggambar termasuk dalam jenis terapi seni visual yang biasa digunakan untuk menangani depresi dan distres (Cordella &amp; Aldo, 2014, h. 79-84) mengenai pengaruh berjalan

Apakah rasio likuiditas berpengaruh terhadap opini audit going concern pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 -

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar minat mahasiswa menjadi entrepreneur, bagaimana pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap keinginan