• Tidak ada hasil yang ditemukan

110 Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan, Jilid 2, Nomor 1 Januari 2014 hlm ISSN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "110 Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan, Jilid 2, Nomor 1 Januari 2014 hlm ISSN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN PAPAN KAYU DALAM PENINGKATAN HASIL

BELAJAR LEMPAR CAKRAM SISWA KELAS X

SMA NEGERI 2 SENTANI

Tery Wanena, S.Pd, M.Pd

Universitas Cenderawasih. Jl Abepura-Sentani Papua e-mail: terywanena@gmail.com

Abstrak: Pemanfaatan Papan Kayu dalam Peningkatan Hasil Belajar Lempar Cakram Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Sentani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pemanfaatan papan kayu dalam peningkatan hasil belajar lempar cakram siswa kelas X SMA Negeri 2 Sentani, (2) mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran lempar cakram dengan memanfaatkan papan kayu.

Metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di SMA Negeri 2 Sentani tahun pelajaran 2012/2013 pada siswa Kelas X yang berjumlah 32 orang siswa. PTK ini menggunakan dua kali siklus. Setiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Teknik pengumpulan data melalui tes unjuk kerja lempar cakram dan observasi.

Hasil : (1) pemanfaatan papan kayu telah meningkatkan hasil belajar lempar cakram siswa kelas X SMA Negeri 2 Sentani. Peningkatan hasil belajar ditunjukkan dengan perolehan ketuntasan belajar secara individu 78,35 dan ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 90,53 % dan (2) Aktivitas siswa selama pembelajaran tampak lebih efektif sejak dari tindakan 1 hingga tindakan 2, rata-rata keaktifan siswa sebesar 65 %, sementara waktu yang tidak efektif hanya sebesar 35 % atau peningkatan keaktifan siswa dari siklus 1 dan siklus 2 sebesar 65 %. Secara umum siswa belajar mengalami peningkatan dengan hal yang menarik dan menantang siswa, untuk melakukan aktivitas gerak.

Abstract: Utilization of Wood Plank in Discus Throw Improved Learning Outcomes Class X

SMA Negeri 2 Sentani. This study aimed to determine (1) the use of wooden boards in improving learning outcomes discus class X SMA Negeri 2 Sentani, (2) determine the learning activities of students in the discus throw by using wooden planks.

Methods Classroom Action Research (CAR), which is implemented in SMA Negeri 2 Sentani

school year 2012/2013 in Class X students who are 32 students. CAR uses two cycles. Each cycle includes planning, implementation, observation and reflection. Data collection techniques through performance tests and observations discus throwing.

Results: (1) the use of wooden planks have improved learning outcomes discus class X SMA

Negeri 2 Sentani. Improved learning outcomes indicated by the acquisition of 78.35 individually mastery learning and mastery learning in classical reached 90.53% and (2) students during learning activities seem more effective since of action 1 to action 2, the average activity of students by 65% , while the ineffective only by 35% or increase student activity from cycle 1 and cycle 2 is 65%. In general, students learn has increased with the exciting and challenging students, to perform motor activity.

Pendahuluan

Kegiatan olahraga dewasa ini telah men-jadi salah satu pelajaran yang dimasukkan dalam kurikulum pendidikan, yang di-laksanakan di semua jenjang pendidikan, termasuk pada siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan nama mata pelajaran Pendidikan Jasmani, olahraga dan ke-sehatan. Melalui aktivitas fisik yang di-lakukan akan mampu menciptakan

manu-sia yang berkualitas secara jasmani dan rohani, seperti yang diamanatkan oleh Undang-undang Dasar 1945. Pendidikan jasmani bagi siswa, selain sebagai sarana mendidik para siswa, juga dapat mening-katkan kebugaran jasmani siswa. Olahraga atletik merupakan salah satu bagian dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olah-raga dan kesehatan. Tujuan pembelajaran atletik, sebagaimana diungkapkan oleh

(2)

Sunaryo Basuki (1979), bahwa atletik ada-lah (1) Siswa memiliki pengetahuan dan pengertian tentang atletik, (2) siswa me-miliki ketangkasan/ketrampilan melakukan teknik-teknik berbagai nomor atletik, (3) siswa memiliki kegemaran atletik dalam kehidupannya, (4) siswa memiliki ke-mampuan menyerap materi pelajaran atletik yang diberikan oleh guru, dan (5) siswa dapat meningkatkan prestasi dan mencapai kebugaran jasmani dari aktivitas atletik. Pada pelaksanaan proses belajar mengajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di sekolah, khususnya ma-teri lempar cakram dibutuhkan ke-mampuan mengajar guru dalam mendesain model pembelajaran yang sederhana. Apabila guru kurang kreatif dan kurang inovatif dalam pembelajaran lempar cakram ini, maka peserta didik akan cepat merasa bosan/jenuh dan lelah, sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan tidak akan tercapai dengan baik.

Berbicara tentang pengelolaan kegiatan belajar dan penggunaan metode mengajar, maka dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani yang saat ini ber-kembang masih senantiasa terpusat pada metode ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Ada kecenderungan para guru pendidikan jasmani untuk selalu menggunakan metode tersebut dalam mengajarkan keterampilan olahraga, khususnya kepada siswa di sekolah.

Memahami permasalahan di atas, maka muncul sorotan terhadap guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan bahwa para guru kurang kreatif mencari dan mendesain metode mengajar yang tepat untuk digunakan dalam mengajarkan ma-teri pelajaran lempar cakram. Keber-hasilan proses belajar mengajar dalam bidang pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan banyak tergantung pada guru yang melaksanakan tugas operasional di kelas. Hal-hal yang mempengaruhi ter-capainya proses belajar mengajar yang baik di kelas antara lain : cara guru mengajar, cara guru memberikan motivasi, cara guru menggunakan alat peraga atau

media pembelajaran serta penggunaan me-tode mengajar yang tepat, yang sesuai dengan kebutuhan dan materi pelajaran yang diajarkan.(Warsita Muhammad, 2008:5)

Hasil pengamatan penulis dan wawancara dengan guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan pada SMA Negeri 2 Sentani, menunjukkan bahwa kurang lebih 43 % kegiatan proses belajar mengajar di Sekolah belum begitu optimal karena kurang memadainya sarana dan alat-alat olahraga, termasuk para siswa yang dari segi ekonomi tidak memiliki sera-gam/pakaian olahraga, sehingga berimbas pada kegiatan belajar mengajar tidak nor-mal. Selain itu, guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan masih kurang memperhatikan karakteristik dan kemam-puan peserta didik. Kecenderungan para guru dalam proses pembelajaran harus menggunakan alat yang standar yang sesuai dengan nomor olahraga yang di-ajarkan, sehingga jika tidak ada alat, maka guru pendidikan jasmani tidak mau mengajarkan materi tersebut.

Proses belajar mengajar akan berjalan, dengan memaksimalkan peran guru dalam mendesain alat atau sarana belajar harus dapat diciptakan dalam bentuk modifikasi sederhana, sebagaimana yang dikemu-kakan oleh Soepartono dalam Roji (2004) bahwa modifikasi penjas dapat dilakukan dengan penekanan pada berbagai aspek se-perti materi, alat, ukuran lapangan, ben-tuk, jumlah pemain, serta peraturan yang lebih sederhana.

Selain itu dalam memaksimalkan kondisi pembelajaran penjas diperlukan alat-alat pembelajaran dalam jumlah yang me-madai, bila sekolah tidak memiliki per-alatan, guru penjas bersama siswa dapat membuat peralatan sederhana (Depdiknas, 2004).

Mencermati kendala yang terjadi pada SMA Negeri 2 Sentani, maka penulis da-lam penelitian ini, mendesain dan memodifikasi alat pembelajaran pendi-dikan jasmani yang menitikberatkan pada modifikasi cakram dari kayu limbah

(3)

se-bagai alternatif untuk mengatasi keter-batasan alat yang standar dengan menye-suaikan jumlah siswa di SMA Negeri 2 Sentani yang dirata-ratakan 32 orang siswa. Sementara alat standar yang ada hanya 3 (tiga) buah cakram. Dengan 3 (tiga) cakram tersebut, mustahil guru pen-didikan jasmani dapat melaksanakan pro-ses pembelajaran secara optimal dan berhasil dengan baik. Artinya bahwa da-lam pembelajaran tersebut, peserta didik akan kurang menguasai teknik dasar lempar cakram yang hanya dapat di-lakukannya hanya 1 – 2 kali karena selain alat yang kurang juga alokasi waktu yang sangat sempit.

Berdasarkan masalah tersebut, penulis berkolaborasi dengan guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di SMA Negeri 2 Sentani, terinspirasi untuk mendesain alat modifikasi dalam pem-belajaran lempar cakram dengan meng-gunakan potongan-potongan papan kayu sisa yang banyak dijumpai disekitar Sentani yang kemudian dimodifikasi se-bagai cakram, dimana dari cakram modi-fikasi tersebut diharapkan para peserta didik akan mampu melakukan dan meng-kuasai teknik dasar lempar cakram. Potongan papan sisa dirapikan sedemikian rupa sekalipun tidak bundar tetapi sudah cukup nyaman untuk dipegang dengan diameter yang disesuaikan dengan cakram yang sesungguhnya. Dari cakram modi-fikasi tersebut, peserta didik akan lebih tertarik untuk melakukan kegiatan pem-belajaran lempar cakram dan kesempatan untuk melakukan percobaan dan latihan akan lebih mudah dilakukan dengan berulang-ulang, sehingga peserta didik juga akan lebih mudah menguasai teknik dasar lempar cakram.

Berangkat dari permasalahan di atas, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah tersebut sebagai berikut : Apakah peng-gunaan cakram modifikasi dapat mening-katkan aktivitas siswa dalam pembelajaran lempar cakram?

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : Apakah penggunaan cakram modifikasi dapat meningkatkan hasil belajar lempar cakram siswa kelas X SMA Negeri 2 Sentani ?

Bagaimanakah aktivitas siswa dalam pem-belajaran lempar cakram dengan meng-gunakan Cakram Modifikasi?

Tujuan yang ingin dicapai dalam pene-litian ini adalah: (a). Untuk mengetahui penggunaan cakram modifikasi dalam peningkatan hasil belajar lempar cakram siswa kelas X SMA Negeri 2 Sentani?. (b). Untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran lempar cakram dengan menggunakan cakram modifikasi?

Pengertian cakram modifikasi dapat di-paparkan sebagai berikut: Sentani me-rupakan ibu kota Kabupaten Jayapura yang banyak berdiri perusahaan pengolahan kayu yang dikenal dengan istilah showmill

atau penggergajian kayu dari kayu ukuran balok 40 cm x 40 cm x 400 cm digergaji menjadi ukuran yang lebih kecil seperti 2cm x 20 cm x 400 cm atau 5 cm x 5 cm x 400 cm atau 5 cm x 10 cm x 400cm, biasanya kayu tersebut diolah berdasarkan pesanan konsumen, sehingga dari showmill

tadi banyak limbah kayu yang berukuran beraneka ragam, penulis melihat jika limbah kayu yang berukuran 2cm x 20 cm x 150cm ada banyak dan daripada dibakar, maka akan baik jika dibuat cakram modi-fikasi, karena bisa dibuat dengan potongan kubus 20 cm x 20 cm dan kemudian sikunya dibuat menjadi segi 6(enam) lalu sudutnya dibuang maka cakram modifikasi sudah jadi, sedangkan cakram sesungguh-nya berukuran diameter 220m, berat untuk putra 2 kg dan untuk putri 1 kg. Sedang-kan cakram modifikasi beratnya kurang dari 1 kg.

Kamus besar bahasa indonesia (KBBI) elektronik V1.3, cakram : besi bundar, pipih, dan tajam; modifikasi didefenisikan sebagai pengubahan atau perubahan.

(4)

Dalam penelitian ini cakram modifikasi mengandung arti adalah perubahan cakram yang sesungguhnya menjadi suatu cakram yang menyerupai cakram sebenarnya yang dapat digunakan dalam latihan, termasuk dalam proses pembelajaran.

Terkait dengan cakram modifikasi dalam olahraga, Rusli Lutan (2002), mengemu-kakan bahwa modifikasi diartikan sebagai perubahan alat/lapangan, ukuran, bentuk permainan dan aturan standart menjadi lebih sederhana tanpa mengubah ciri-ciri khusus, dan syarat-syarat pokok dari cabang olahraga yang dipelajari berdasar-kan pada karakteristik, kemampuan, dan perkembangan anak. Sedangkan Sofyan Hanafi dalam Rusli Lutan (2001), mengatakan bahwa modifikasi olahraga ke dalam mata pelajaran pendidikan jasmani terdiri dari tiga unsur: (1) modifikasi ukuran lapangan, (2) modifikasi peralatan (3) modifikasi lamanya permainan dan peraturan permainan.

Rusli Lutan (1988) menambahkan bahwa modifikasi dalam mata pelajaran pendidik-an jasmpendidik-ani diperlukpendidik-an dengpendidik-an tujupendidik-an (1) siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran, (2) meningkatkan kemungkinan keberhasilan siswa dalam berpartisipasi (3) siswa dapat melakukan pola gerak secara benar.

Pendapat para ahli di atas dapat disimpul-kan bahwa modifikasi merupadisimpul-kan sesuatu yang mengalami perubahan dari yang asli menjadi hal yang menyerupai aslinya. Demikan pula dengan cakram yang di-modifikasi dalam penelitian ini adalah sisa papan kayu yang dipergunakan sebagai media pembelajaran lempar cakram. Dari cakram modifikasi tersebut, diharapkan para siswa akan mampu melakukan dan menguasai teknik dasar lempar cakram. Dalam pembelajaran lempar cakram, peng-gunaan cakram modifikasi akan jauh lebih menyenangkan, menarik, menggembirakan dan bermakna bagi siswa karena akan lebih memberi kesempatan untuk bergerak, keleluasaan berfikir, kebebasan bertindak, dan kerjasama serta melakukan dalam suasana bermain, sehingga peserta didik

selama mengikuti proses pembelajaran akan keasyikan bermain dan berlomba. Kondisi yang demikian sangat efektif da-lam mencapai tujuan pembelajaran yang menyenangkan.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) elektronik V1.3 cakram; 2 dalam olah-raga salah satu alat nomor lempar pada cabang olahraga atletik, terbuat dari kayu bundar dan pipih, di pinggirannya dibalut dengan besi (beratnya 2 kg untuk putra dan 1 kg untuk putri); dalam wikipedia di-sebutkan Lempar cakram (Bahasa Inggris-nya Discus Throw) adalah salah satu cabang olahraga atletik. cakram yang dilempar berukuran garis tengah 220 mm dan berat 2 kg untuk laki-laki, 1 kg untuk perempuan. Lempar cakram diperlomba-kan sejak Olimpiade I tahun 1896 di Athena, Yunani.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) elektronik V1.3 istilah lempar cakram ada-lah melemparkan cakram sejauh-jauhnya untuk tujuan olahraga. Dengan maksud mengukur kekuatan tangan dalam hal melempar cakram.

Cara melempar cakram dengan awalan dua kali putaran badan caranya yaitu: me-megang cakram ada 3 cara, diantaranya se-bagai berikut berdiri membelakangi arah lemparan, lengan memegang cakram di-ayunkan ke belakang kanan diikuti gerakan badan, kaki kanan agak ditekuk, berat badan sebagian besar ada dikanan, cakram diayunkan ke kiri, kaki kanan kendor dan tumit diangkat, lemparan cakram 30 derajat lepas dari pegangan, ayunan cakram jangan mendahului putaran badan, lepasnya cakram diikuti badan condong ke depan.

Latihan dasar sebagai berikut: (1). Diawali dengan sikap tegap, (2). Langkahkan salah satu kaki sambil mengayunkan cakram ke depan, (3). Lanjutkan ayunan hingga mengelilingi tubuh, jaga agar lengan memegang cakram tetap lurus dan berada di bawah ketinggian bahu, (4). Langkah-kan kaki lurus ke depan (berlawanan dengan arah tangan). Ikuti gerakan pinggul dan dada ke depan. Kemudian lepaskan

(5)

cakram, ayunkan tangan ke atas dan lang-kahkan kaki belakang ke depan.

Cara memegang cakram: Pegang dengan buku ujung jari-jari tangan, ibu jari me-megang samping cakram, kemudian per-gelangan tangan ditekuk sedikit ke dalam Mengayunkan cakram : Ayunkan cakram ke depan dan ke belakang di samping tu-buh. Pada saat mengayunkan cakram, tangan yang memegang cakram direntang-kan sampai lurus. Jangan sampai lepas. Gerakan lempar cakram : Ada 3 tahap da-lam melempar cakram, Persiapan: (a). Berdiri dengan kedua kaki dibuka lebar, (b). Pegang cakram dengan tangan kanan. Ayunkan sampai di atas bahu sambil memutar badan ke kiri, kemudian ke kanan secara berulang-ulang. Saat cakram diayun ke kiri, bantu tangan kiri dengan cara menyangganya.

Pelaksanaan : (a). Ayunkan cakram ke de-pan lalu ke belakang, (b) Pada saat cakram di belakang, putar badan dan ayunkan ca-kram ke samping-depan-atas (membentuk sudut 40° ), (c). Lepaskan cakram pada saat berada di depan muka

Penutup : (a). Bantu lemparan dengan kaki kanan agar tercipta suatu tolakan kuat pada tanah sehingga badan melonjak ke depan-atas, (b). Langkahkan kaki kanan ke depan untuk menumpu, sedangkan kaki kiri diangkat rileks untuk menjaga kese-imbangan badan.

Pembelajaran lempar cakram yang menggunakan cakram modifikasi dalam penelitian ini menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif. Menurut Gusar-min (2007), bahwa pembelajaran ko-operatif adalah salah satu bentuk pem-belajaran yang berdasarkan faham kon-struktivis. Pembelajaran kooperatif meru-pakan strategi belajar mengajar dengan sejumlah peserta didik sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuan-nya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap peserta didik anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.

Dari pendapat di atas, nyata bahwa pendekatan pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan dalam proses be-lajar mengajar lempar cakram karena dalam pendekatan ini, belajar belum di-katakan selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan atau materi pelajaran yang diberikan oleh guru.

Gusarmin (2007), mengemukakan tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Maksud dari teori tersebut bahwa pembelajaran ko-operatif berbeda dengan dengan pen-dekatan tradisional yang menerapkan sis-tem kompetisi, dimana keberhasilan indi-vidu diorientasikan pada kegagalan orang lain.

Langkah-langkah pembelajaran lempar cakram dengan cakram modifikasi dengan pendekatan pembelajaran koopera-tif yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1). Menyampai-kan tujuan dan memotivasi siswa, dimana guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik dalam belajar. (2). Menyajikan informasi, dimana guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. (3). Mengorganisasi siswa ke da-lam kelompok-kelompok belajar, dimana guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar mela-kukan transisi secara efesien. (4). Mem-bimbing kelompok bekerja dan belajar, dimana guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. (5). Evaluasi, dimana guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasi-kan hasil kerjanya. (6). Memberimempresentasi-kan penghargaan, dimana guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Keterkaitan dengan pembelajaran lempar cakram, dimana alat yang tersedia

(6)

kurang memadai, sehingga memungkinkan proses pembelajaran menggunakan pende-katan pembelajaran kooperatif. Model ko-operatif dalam proses belajar mengajar ini, peserta didik belajar berkelompok 5 - 6 orang satu kelompok, dimana dalam kelompok diharapkan terjadi kerjasama yang baik dalam belajar, saling membantu satu sama lain, terjadi dialog antara sesama siswa. Sehingga hasil belajar yang diharap-kan adiharap-kan dapat tercapai dengan baik.

Pada pelaksanaan gerakan teknik dasar lempar cakram, didalamnya me-miliki berbagai unsur gerak yang memer-lukan keterampilan khusus, dimana proses pelaksanaannya harus sesuai dengan ke-mampuan dan karakteristik siswa. Selama ini siswa mempelajari teknik dasar lempar cakram secara tertuntun dan harus sesuai dengan contoh yang didemonstrasikan oleh guru. Sementara dari penjelasan tentang pendekatan pembelajaran kooperatif, menuntut kerjasama siswa dalam kelom-poknya.

Dengan demikian, melalui pende-katan pembelajaran kooperatif diyakini dapat memberikan jalan keluar dalam mengaktifkan siswa untuk melakukan rangkaian gerakan dalam teknik dasar lempar cakram, termasuk didalamnya penggunaan cakram modifikasi.

Berbicara tentang hasil belajar, tentu tidak terlepas dari kata belajar itu sendiri. Menurut Skinner, dalam Dimyati dan Mudjiono (2002), berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik.

Sementara dalam kamus besar bahasa Indonesia elektronik V1.3, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Artinya, bahwa dari teori, pengertian dan pandangan tentang belajar tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa seseorang yang mengalami proses belajar ditandai dengan munculnya perubahan-perubahan yang positif dalam diri pelaku-nya, dengan kata lain bahwa berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan tergantung pada bagaimana proses belajar yang

dirasakan dan dialami oleh siswa baik ketika berada di sekolah ataupun ketika berada dalam lingkungan keluarga.

Terkait dengan teori tentang belajar di atas, maka proses dari belajar itu akan menghasilkan suatu hasil belajar. Tentang hasil belajar ini, Suharsimi Arikunto (1995) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan suatu hasil yang diperoleh siswa dalam mengikuti proses pembelajar-an ypembelajar-ang dilakukpembelajar-an oleh siswa, hasil belajar ini biasanya dinyatakan dalam angka huruf atau kata-kata, baik sedang ataupun kurang. Penilaian hasil belajar oleh guru adalah untuk mengetahui sejauh mana efektivitas proses belajar, ketepatan proses pengajaran dan strategi belajar yang digunakan serta tingkat kemampuan ke-siapan siswa.

Teori di atas mengandung makna bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Pengukuran hasil yang dicapai siswa proses pembelajaran berbentuk evaluasi dengan menggunakan alat ukur yang secara luas telah digunakan yaitu evaluasi hasil belajar. Dimyati dan Mudjiono (2002), mengemukakan bahwa evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan/atau pengukuran hasil belajar.

Akan halnya dengan hasil belajar lempar cakram dengan menggunakan cakram modifikasi, pengukuran mutlak dilakukan untuk menilai dan melihat sejauhmana kemampuan siswa dalam melakukan aktivitas gerak, yaitu proses pelaksanaan teknik dasar lempar cakram.

Metode

Penulis berkolaborasi dengan guru pendidikan jasmani SMA Negeri 2 Sentani untuk melakukan penelitian, dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) dari Aqib Zainab, 2006. Melalui empat tahap secara berdaur ulang, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 2 Sentani yang berjumlah 32 orang siswa,

(7)

yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 17 orang perempuan. Hasil observasi awal sebelum tindakan penelitian dilakukan menunjukkan hasil belajar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan rata-rata baru mencapai 57 % ketuntasan belajar, sementara kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan dalam kurikulum KTSP untuk mata pelajaran Penjasorkes, khususnya pada materi pokok lempar lembing sebesar 75.

Teknik Pengumpulan Data, Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari: (a). Tes hasil belajar, untuk memperoleh/mengukur hasil belajar lempar cakram, (b). Observasi, dimaksud-kan untuk mengetahui aktivitas siswa dan pemunculan keterampilan kooperatif siswa selama proses pembelajaran ber-langsung.

Alat Pengumpul data terdiri dari: (a). Tes keterampilan/unjuk kerja untuk mengukur hasil belajar lempar cakram, (b). Lembar observasi, digunakan untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa pada saat melakukan teknik dasar lempar cakram. Teknik analisis data dilaksanakan ber-dasarkan analisis data model mengalir yang dikemukakan oleh Miles dan Huber-man (1992), yakni proses analisis data dimulai dengan menelaah semua data yang terkumpul. Data tersebut direnung-kan kembali berdasarkan masalah-masalah yang diteliti dan selanjutnya disusun dalam satuan-satuan dan kategorisasi. Proses

ana-lisis data dilakukan sejak awal penelitian dilaksanakan sampai pada proses peng-kumpulan data selesai.

Terkait dengan data hasil belajar lempar cakram, diambil melalui tes setiap akhir siklus, kemudian dianalisis untuk mencari rata-rata dan ketuntasan belajar siswa baik secara individu maupun klasikal. Selanjutnya, dari data tersebut di-sesuaikan pada kriteria ketuntasan belajar yang telah ditetapkan pada indikator kinerja pada penelitian ini. Sedangkan data aktivitas siswa melalui observasi dianalisis secara deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi. Hasil analisis data diharapkan terjadinya peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa, jika ternyata hasil pada siklus pertama belum sesuai dengan apa yang diharapkan se-bagaimana telah ditetapkan pada indikator kinerja, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya. Siklus dapat dihentikan apabila hasil belajar siswa telah mencapai kriteria ketuntasan, baik secara individu maupun klasikal. Untuk mengetahui keberhasilan penelitian ini ditetapkan indikator kinerja sebagai berikut: (1). Penggunaan cakram modifikasi dapat meningkatkan hasil belajar lempar cakram siswa kelas X SMA Negeri 2 Sentani. (2). Adanya peningkat-an hasil belajar siswa sekurpeningkat-ang-kurpeningkat-angnya 85 % siswa dapat mencapai ketuntasan belajar secara klasikal dengan nilai ketun-tasan hasil belajar individu minimal 75.

Gambar 1 : Cakram Modifkasi Gambar 2 : urutan cara Melempar cakram Secara garis besar penelitian ini

mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut : perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi (Aqib Zainal ; 2006).

Adapun tahapan pelaksanaan secara rinci dapat digambarkan sebagai berikut :

(8)

Siklus I :

Siklus II :

Gambar 3: Diagram Siklus

Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian siklus I Perencanaan

Dalam pembelajaran lempar cakram dengan menggunakan kayu dapat temukan beberapa hal yang dapat di-rumuskan sebagai berikut: (1). Indikator pembelajaran yang telah dirumuskan sesuai dengan kompetensi dasar dan hasil pembelajaran yang diharapkan; (2). Peng-organisasian materi, media,dan sumber belajar diharapkan dapat memotivasi minat siswa dalam mengikuti pembelajar-an, dan mempermudah pencapaian hasil belajar; (3). Persiapan kegiatan guru dan siswa telah tertata sedemikian rupa sehingga mudah dilaksanakan dan terenca-na dengan baik; (4). Pengguterenca-naan kayu sisa sebagai media pembelajaran lempar cakram sangat memadai untuk setiap siswa mempunyai kesempatan yang banyak untuk mempraktekkan gerakan melempar cakram yang seharusnya; (5). Penilaian pembelajaran tidak hanya pada produk tetapi juga terhadap proses pembelajaran siswa.

Pelaksanaan tindakan

Guru membuka pembelajaran dengan berdiskusi dengan siswa untuk mengetahui kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, selanjutnya guru mem-bangkitkan semangat belajar siswa untuk menguasai tehnik melempar cakram yang

benar, dengan cara mengikuti pem-belajaran dengan sungguh-sungguh, dengan permainan guru membagi siswa kedalam kelompok-kelompok menjadi tiga kelompok, sambil melakukan pemanasan siswa bermain seperti yang diperintahkan oleh guru. Setiap kelompok melakukan gerakan yang seharusnya dilakukan dikelompok tersebut, seperti di kelompok satu melakukan gerakan awalan, yaitu melakukan membuka kaki selebar bahu sambil memegang cakram dengan benar, kelompok dua melakukan gerakan yang sebelumnya telah dilakukan pada ke-lompok satu, dan selanjutnya melakukan ancang-ancang dengan mengayun cakram kedepan-kebelakang tiga kali, kelompok ketiga melemparkan cakram dengan cara mengkombinasikan gerakan yang telah dilakukan mulai dari kelompok satu, dan dua.melepaskan cakram dengan sudut 30°. Dengan memanfaatkan cakram dari kayu maka diharapkan siswa dapat melakukan sebanyak mungkin ulangan-ulangan ge-rakan melempar cakram dan diharapkan banyak pengalaman gerak yang benar yang tersimpan pada memori siswa.

Penilaian dilakukan sambil berlangsung-nya pembelajaran, dengan cara guru mengamati setiap gerakan siswa pada tiap-tiap pos, sehingga guru dapat mengontrol gerakan siswa yang benar dan yang kurang benar, untuk siswa yang telah Permasalahan Perencanaan Tindakan II Pelaksanaan Tindakan I Pengamatan/ data I REFLEKSI Tindakan I

Permasalahan Baru Hasil Refelksi Perencanaan Tindakan I Pelaksanaan Tindakan II Pengamatan/ data II REFLEKSI Tindakan II Bila permasalahan belum

tuntas dapat dilanjutkan

(9)

melakukan gerakan benar dikelompokkan sebagai siswa kelompok exelent, dan siswa yang hampir benar dikelompokkan sendiri sebagai kelompok good, sedangkan siswa yang belum benar juga dikelompokkan sendiri sebagai kelompok trainning. Setelah itu pembelajaran berakhir dilaku-kan pendinginan yang berupa permainan melempar tumpukan cakram dan siswa dibagi menjadi dua kelompok, satu kelompok sebagai pelempar cakram, dan siswa yang lain sebagai pengatur cakram, bagi kelompok siswa yang melempar dan mengenai tumpukan cakram dari kayu dan menjadi bubar cakramnya, maka regu yang kalah menggendong regu yang menang. Dan ditutup dengan berdoa.

Pengamatan: siswa ketika melakukan akti-vitas melempar maka guru mengamati proses melemparnya siswa, dan siswa juga akan berdiskusi dengan temannya ketika mengalami kesulitan, proses ini diharap-kan siswa saling tukar informasi mengenai pengalamannya setelah melempar cakram yang seharusnya. Dari pos satu, dua dan tiga guru mengamati perpindahan pos itu sendiri dan sekaligus pelaksanaan gerak pada tiap pos. Guru terlihat lebih dominan mengarahkan siswa yang melakukan pada pos satu karena gerakannya hanya seder-hana, tetapi banyak siswa yang belum tepat melakukan sikap awalan, tetapi guru terus memberi motivasi agar siswa tidak jenuh mengulang dan mengulang. Dari hasil penilaian tehnik melemper cakram yang benar masih banyak siswa yang masuk dalam kelompok trainning, sehingga target pencapaian pembelajaran belum berhasil, sehingga guru harus mengubah gaya mengajarnya.

Refleksi: dalam pembelajaran yang telah dilakukan dapat dikatakan guru telah berhasil mengamati seluruh gerakan siswa dari sikap awal, ambil ancang-ancang dan saat melemparkan cakram, dan dijumpai banyak siswa yang belum sungguh-sungguh melakukan gerakan yang seharusnya. Kendala yang dihadapai siswa adalah siswa merasa canggung dengan banyaknya cakram dari kayu limbah dan

merasa aneh dengan alat tersebut, sehingga mereka memainkan cakram dengan tidak semestinya, semua siswa memegang cakram akan tetapi perhatian siswa men-jadi kurang karena mereka asyik dengan adanya mainan baru.

Persiapan perbaikan: kelompok menjadi lebih banyak dan tiap kelompok menjadi lebih sedikit anak, agar kesempatan mempraktekan menjadi lebih banyak, memanfaatkan cakram dari kayu limbah dengan latihan melempar, bukan untuk permainan yang lain, merubah tempat latihan di tempat yang terbuka dan bebas dari gangguan, agar siswa dapat melempar dengan leluasa, pos latihan menjadi lebih sedikit, dari 3 pos menjadi 1 pos. Memberi perhatian kepada siswa yang belum benar melempar pada siklus 1.

Hasil Penelitian Tindakan Siklus ke 2: Perencanaan: menyusun rencana pem-belajaran dengan penekanan memper-banyak latihan melempar dengan merubah pos dari 3 pos menjadi 1 pos dan mengurangi jumlah siswa dalam kelompok 5 orang menjadi 3 orang, tetapi memper-banyak kelompok menjadi 10 kelompok. Sehingga kesempatan melempar menjadi semakin banyak dengan memanfaatkan banyaknya cakram modifikasi yang tersedia.

Pelaksanaan: memotivasi siswa terus menerus, memperhatikan siswa yang mengalami kendala pada siklus 1, memberi kesempatan melempar kepada siswa sebanyak-banyaknya, menilai siswa yang melakukan melempar, dan memberi apre-siasi kepada siswa yang dengan benar melakukan lemparan, serta memberi perhatian kepada siswa yang belum benar melempar.

Pengamatan: dalam perubahan cara mengajar pada siklus 2 ini dapat dilapor-kan perubahan yang signifidilapor-kan yaitu: dengan semakin sering melakukan me-lempar dengan gerakan yang tidak terpotong-potong dan dengan banyaknya cakram modifikasi sehingga setiap siswa dapat bertanggungjawab terhadap cakram-nya maka, kesempatan melempar yang

(10)

dimiliki, membuat siswa tidak ada waktu untuk bermain, karena guru senantiasa mengontrol setiap gerakan yang dilakukan oleh siswa dengan jarak istirahat hanya 1 siswa yang melakukan maka kesempatan bagi dirinya akan datang lagi, maka hasil yang diperoleh frekwensi melempar menjadi lebih banyak dan hasilnya menjadi lebih baik.

Refleksi : Bertitik tolak dari hasil pengamatan guru dan hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus 2 tersebut, maka hasil dari tahap refleksi ini meng-hasilkan sebagai berikut : (1). Guru dapat mencermati dan menganalisa kekurangan-kekurangan yang telah dialami selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. (2). Penggunaan cakram modifikasi yang cukup dan latihan dilaksanakan dengan variasi gerakan menolak melalui strategi pembelajaran kooperatif membuat siswa

cukup termotivasi dan terkonsentrasi untuk bergerak sehingga penguasaan keterampil-an teknik dasar lempar cakram diperoleh secara maksimal.

Data pada tabel lampiran 1 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa sudah cukup baik dengan memperoleh angka rata-rata hasil evaluasi pada siklus 2 sebesar 78,35 dan ketuntasan hasil belajar secara klasikal 90,53 %, hal ini berarti bahwa secara klasikal proses belajar mengajar telah tuntas karena telah melebihi indikator ketuntasan hasil belajar dari 85%, mes-kipun masih terdapat 3 orang (9,47 %) siswa yang belum tuntas. Ketidak tuntasan siswa tersebut disebabkan oleh berbagai alasan, seperti; ada siswa terlambat sehingga tidak maksimal mengikuti latihan, kurang fokus menerima materi pelajaran dan masih terdapat siswa yang malas melakukan latihan yang diberikan. Tabel 1: Rekapitulasi nilai rata-rata hasil belajar siswa dan ketuntasan

hasil belajar pada siklus I dan siklus II

NO SIKLUS NILAI RATA-RATA KETUNTASAN TUNTAS TIDAK TUNTAS 1 I 68,55 57 % 43% 2 II 78,35 90,53% 9,47% PENINGKATAN 9,8 % 33,53%

Penyebab hasil belajar yang belum ter-capai pada siklus 1 karena siswa tidak mendengarkan apa yang menjadi arahan guru, siswa asyik main sendiri dengan cakram modifkasi yang terlihat banyak, ada 6 kelompok sedangkan siswa dalam kelompok banyak ada 5 anak, sehingga ketika menunggu giliran untuk melempar menjadi terlalu lama sehingga ada kesempatan bermain, dan gerakan yang terputus-putus dari pos 1 sampai ke pos 3 menyebabkab siswa merasa bosan melakukan tehnik dasar melempar cakram.

Perhatian guru terpecah antara memper-hatikan gerakan siswa yang melempar atau memperhatikan siswa yang bermain sen-diri. Dan peningkatan pada siklus 2 karena adanya perubahan yang nyata yaitu dari 6 kelompok menjadi 10 kelompok dan banyaknya siswa dari 5 orang tiap ke-lompok menjadi 3 orang tiap keke-lompok, dan setiap siswa memegang cakram modifikasi, sehingga kesempatan me-lempar menjadi banyak dan giliran menunggu untuk melempar menjadi singkat.

(11)

Tabel 2 : Aktivitas siswa dalam pembelajaran Tolak Peluru

NO SIKLUS PERSENTASE

TIDAK AKTIF AKTIF

1 1 60 % 40 %

2 2 10 % 90 %

RATA – RATA 35 % 65 % Keaktifan siswa untuk melempar menjadi

lebih baik bukannya keaktifan bermain sendiri, setelah kelompoknya dibuat banyak, dan siswa dalam kelompok menjadi lebih sedikit, karena kesempatan siswa melakukan lemparan menjadi lebih banyak, dan kesempatan siswa menunggu giliran menjadi singkat, sehingga keaktifan siswa dapat dilhat dari tabel diatas. Hal ini berarti bahwa siswa sangat tertarik dan antusias sehingga mengalami perubahan yang cenderung meningkat.

Peningkatan rata-rata keaktifan siswa pada siklus 1 dan siklus 2 disebabkan oleh penggunaan cakram modifikasi dengan berbagai metode atau pendekatan, seperti pendekatan bermain. Pendekatan bermain sangat disenangi sebab siswa akan lebih bebas melakukan kegiatan yang menye-nangkan, apalagi kegiatan tersebut dilakukan secara sistematis dan ber-manfaat. Hal ini sesuai dengan pendapat Yudha M. Saputra dalam Rusli Lutan (2001) bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang menyenangkan. Kegiatan bermain sangat disukai oleh siswa.

Ber-main yang dilakukan secara tertata, mem-punyai manfaat yang besar bagi perkem-bangan siswa.

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah sebagai berikut : Aktivitas siswa Kelas X SMA Negeri 2 Sentani dalam melakukan lempar cakram dengan meng-gunakan cakram modifikasi secara efektif mengalami peningkatan yang berarti. Peningkatan hasil belajar tersebut dilihat pada perolehan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 90,53 %, sedangkan ketuntasan hasil belajar secara individu sebesar 78,35 atau mengalami peningkatan sebesar 9,8 % dari siklus 1.

Aktivitas siswa selama pembelajaran tampak lebih efektif sejak dari tindakan 1 hingga tindakan 2. Hasil perolehan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sebesar 65 %. Dimana pada siklus 1 keaktifan siswa sebesar 40 %, sedangkan pada siklus 2 sebesar 90 %. Daftar Pustaka

Aqib, Zainal, 2006 Penelitian Tindakan

Kelas Untuk : Guru, Bandung,

Yrama Widya.

Arikunto, Suharsimi. 1995. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta, Bina Aksara

Basuki Sunaryo, 1979, Atletik Sejarah, Teknik Dan Metodik, Jakarta, Depdibud. Depdiknas. 2004. Buku Pegangan

Penggunaan Perlatan Olahraga Anak (POA). Jakarta, Direktorat IPTEK- Dirjen Olahraga.

Djumidar A. Widya, Mochamad, 2004.

Belajar Berlatih Gerak-Gerak

Dasar Atletik dalam Bermain.

Jakarta, PT Prajagrapindo Persada Gusarmin, 2007, Model – Model

Pembelajarani, Modul Diklat

Profesi Guru, Kendari, FKIP, Universitas Haluoleo (Unhalu).

Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Lempar_Ca

kram Diakses 1 Agustus 2013, 23;46

http://materipenjasorkes.blogspot.com/201

3/02/teknik-lempar-cakram-discus-throw.html. diakses 1 agustus 2013.

(12)

KBBI Elektronik V 1.3, Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lutan, Rusli, 1988. Strategi Belajar Mengajar Penjaskes. Jakarta. Dirjen Dikdasmen, Depdikbud Lutan, Rusli, 2001. Pembaharuan

Pendidikan Jasmani di Indonesia. Jakarta. Depdiknas, Direktorat Jederal Olahraga.

Lutan, Rusli, 2002. Supervisi Pendidikan

Jasmani: Konsep dan Praktek.

Jakarta. Depdiknas, Dirjen Dikdasmen bekerjasama dengan Direktorat Jederal Olahraga. Miles, Matthew B & A. Michael

Huberman, 1992, Analisis Data Kualitatif : Buku Sumber Tentang

Metode-metode Baru, Terjemahan

oleh Tjetjep Rohendi Rohidi, Jakarta, UI – Press.

Mudjiono, dan Dimyati, 2002, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Rineka Cipta,

Roji, 2004. Pendidikan Jasmani SMP

Kelas VIII Kurikulum 2004

Berbasis Kompetensi, Jakarta,

Penerbit Erlangga

Warsita Muhammad, 2008,Efektivitas Penggunaan Bola Dalam

Peningkatan Hasil Belajar Tolak Peluru Siswa Kelas VII B SMP Negeri 2 Dolo, Palu, tidak diperdagangkan.

Gambar

Gambar  1 : Cakram Modifkasi                                                                  Gambar 2 : urutan cara Melempar cakram
Gambar 3: Diagram Siklus
Tabel 2 : Aktivitas siswa dalam pembelajaran Tolak Peluru

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, ketiga hipotesis khusus peneliti juga diterima, dimana terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara life satisfaction dengan organizational

Sepulang sekolah, Xiao Hua bertanya pada ibu, “Bu, bolehkah saya menonton televisi?” Ibu menggeleng dan berkata, “Sekarang tidak boleh menonton televisi, sehabis mengerjakan

Selanjutnya untuk pembinaan yang terakhir yaitu pembinaan integrasi dilakukan untuk Narapidana yang sudah memenuhi semua kewajibannya dengan mengalami setengah masa hukumannya

Terkait dengan kendala tersebut di atas Inspektorat Provinsi Riau sebagai salah satu Aparat Pengawasan Fungsional di Dae- rah Provinsi Riau berfungsi melaksanakan tugas

Menimbang, bahwa dengan tidak hadirnya Tergugat di persidangan, berarti dalil-dalil gugatan Penggugat tidak disanggah oleh Tergugat, dan setiap yang tidak

Heinonen (2008: 9) kirjoittaa, että ammatillinen sekä akateeminen kiinnostus yleisön sanansijoihin, siihen miten yleisöstä hankitaan tietoa toimitusten käyttöön ja

Trend hujan jangkamasa panjang diteliti dari segi trend hujan bulanan, musiman (monsun) dan tahunan bagi mengenalpasti variasi yang wujud dan punca yang mempengaruhinya.. Daerah

Di SMP Negeri Satu Atap Waangu Angu Kabupaten Buton rentang waktu-waktu istirahat bagi para siswa yaitu: istirahat pertama jam 09.45 sampai dengan 10.00 WITA, dan istirahat