• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN TSUNAMI DI WILAYAH GEMPA DAN BENDUNGAN DI INDONESIA. H. M Pabundu Tika Drs. MM. *)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDIDIKAN TSUNAMI DI WILAYAH GEMPA DAN BENDUNGAN DI INDONESIA. H. M Pabundu Tika Drs. MM. *)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN TSUNAMI DI WILAYAH GEMPA DAN BENDUNGAN DI INDONESIA

H. M Pabundu Tika Drs. MM. *)

ABSTRAK

Sasaran pendidikan tsunami adalah masyarakat di wilayah yang rawan gempa dan dibawah sebuah waduk. Di Indonesia wilayah yang rawan gempa dan tsunami terdapat diseluruh pantai mulai dari ujung Aceh, pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa, Bali, NTB, NTT kemudian membelok ke kepulauan Maluku. Juga terdapat diseluruh pantai di kepulauan Sulawesi dan pantai timur laut Papua.

Untuk itu perlu pendidikan tsunami dari generasi ke generasi bagi masyarakat yang rawan tsunami di wilayah gempa dan bendungan di Indonesia. Selain itu, perlu dibentuk tim penanggulangan tsunami permanen mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan dan kelurahan / desa yang siap bergerak jika sewaktu-waktu ada tsunami.

Kata Kunci : Pendidikan Tsunami, Penangulangan Bencana PENDAHULUAN

asih terbetik dalam ingatan kita bahwa pada tanggal 26 Desember 2004 yang lalu, bangsa Indonesia dikagetkan dengan sebuah gempa besar berskala ritcher 8,9 diwilayah Provinsi Nangru Aceh Darussalam yang diikuti tsunami. Gempa dan tsunami ini membawa korban 180.000 orang meninggal dan lebih 100.000 orang hilang. Gempa dan tsunami ini juga dirasakan dampaknya bukan saja di Indonesia tetapi juga Negara-negara lain seperti Srilangka, India, Thailand, Bangladesh, Birma dan sebagian Negara-negara diwilayah pantai timur Afrika. Kemudian pada tanggal 27 Maret 2009 sebuah waduk kecilbernama Situ Gintung yang bobol tanggulnya dan berakibat 101

orang meninggal dan ratusan orang hilang. Bobolnya tanggul Situ Gintung ini menimbulkan banjir di bantaran sungai Gintung dan sungai Pesanggrahan yang sebagian orang menyebut sebagai tsunami kecil. Wilayah Indonesia yang merupakan pertemuan lempeng tektonik antara daratan Asia dan Australia yang jalurnya mulai dari ujung Aceh, pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa, Bali, NTB, dan NTT serta membelok ke kepulauan Maluku merupakan wilayah yang rawan gempa dan tsunami. Demikian pula di Indonesia terdapat ratusan atau mungkin ribuan waduk mulai dari waduk besar sampai waduk kecil, perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya sesuatu yang bias berdampak terjadinya korban jiwa.

M

(2)

DAMPAK TSUNAMI DI WILAYAH GEMPA DAN BENDUNGAN

Terjadinya gempa besar yang berakibattsunami disuatu wilayah, pasti akan menimbulkan korban jiwa dan harta benda penduduk, termasuk prasarana dan sarana yang telah dibangun oleh pemerintah dan masyarakat. Harta benda yang hancur dapat berupa rumah-rumah penduduk, gedung, sekolah, prasarana dan sarana kesehatan, prasarana jalan, irigasi, air minum, listrik, telepon, gas, dsb.

Banyak contoh gempa dan tsunami yang dampaknya sangat dirasakan oleh penduduk yang mengalaminya. Gempa bumi dan tsunami di Aceh menimbulkan korban 180.000 orang meninggal dan lebih 100.000 orang dinyatakan hilang. Lebih 500.000 keluarga kehilangan tempat tinggal, 2000 sekolah dan 120 pusat kesehatan masyarakat termasuk rumah sakit yang rusak, serta rusaknya berbagai sarana dan prasarana seperti jalan/jembatan, irigasi, gedung-gedung pemerintah, dsb. Belum lagi lebih 800.000 orang yang kehilangan pekerjaan. Sementara gempa di Nias yang terjadi pada tanggal 28 Maret 2005 dan tsunami tanggal 26 Desember 2004 mengakibatkan korban 900 orang meninggal, 13.500 orang kehilangan tempat tinggal, 755 buah sekolah yang rusak, 2 rumah sakit dan 170 fasilitas lainnya yang rusak, 3 jembatan dan 800 km jalan kabupaten, serta 12 airport

/ pelabuhan yang rusak. Selain itu terdapat 219 pasar, pertokoan dan kios-kios mengalami kerusakan.

Bencana alam (gempa dan tsunami) yang menimpa Aceh dan Nias tersebut menimbulkan kerugian yang bernilai + Rp. 41,5 Triliun. Sesuai kesepakatan pemerintah dan Negara-negara / organisasi donor dana yang direncanakan untuk membangun atau merehabilitasi dan merekonstruksi kembali Aceh-Nias diperkirakan mencapai US $6,1 milliar atau setara dengan Rp. 61 trilliun.

Kejadian terakhir yakni jebolnya tanggul Situ Gintung yang menimbulkan tsunami kecil berakibat 101 orang meninggal, 92 orang lainnya dinyatakan hilang, luka-luka 190 orang, 420 rumah rusak, jumlah pengungsi 1600 orang, sehingga kerugian diperkirakan puluhan milliard rupiah (sumber: Tempo Edisi 6 – 12 April 2009). Jika kita simak dampak tsunami dan gempa bumi diatas, Nampak sangat besar karena mayarakat tidak siap menghadapi bahaya yang akan mengancamnya. Yang menjadi pertanyaan dapatkah dampak gempa dan tsunami dikurangi, sehingga masyarakat tidak banyak kerugian.

PENDIDIKAN TSUNAMI KEPADA

MASYARAKAT

Kepulauan Indonesia yang rawan gempa dan tsunami, serta banyaknya waduk, irigasi

(3)

yang telah dibangun pemerintah, perlu dipersiapkan masyarakatnya untuk menghadapi bahaya tsunami yang mungkin terjadi.

Kelihatannya masyarakat yang siap dengan bahaya tsunami, lebih bisa menyelamatkan diri dari pada masyarakat yang tidak siap sama sekali. Hal ini terbukti dari peristiwa bobolnya tanggul Situ Gintung dimana ada salah seorang pemancing ikan yang melihat bobolnya tanggul tersebut, kemudian segera berteriak memberitahukan masyarakat sekitarnya, sehingga dapat menyelamatkan + 40 keluarga disekitar bending tanggul.

Sasaran pendidikan tsunami adalah masyarakat di wilayah yang rawan gempa dan dibawah sebuah waduk. Di Indonesia wilayah yang rawan gempa dan tsunami terdapat diseluruh pantai mulai dari ujung Aceh, pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa, Bali, NTB, NTT kemudian membelok ke kepulauan Maluku. Juga terdapat diseluruh pantai di kepulauan Sulawesi dan pantai timur laut Papua.

Demikian pula ratusan sampai ribuan waduk yang telah dibangun pemerintah perlu dipersiapkan masyarakatnya untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.

Pendidikan tsunami yang perlu diberikan kepada masyarakat antara lain adalah :

1. Bagaimana mengenal tanda-tanda tsunami.

Bagi masyarakat diwilayah gempa sebenarnya tidak terlalu sulit untuk mengenal tanda-tanda tsunami. Apabila terjadi gempa tanda-tanda adanya tsunami adalah surutnya secara tajam permukaan laut diwilayah pantai dan akan kelihatan terdapat ikan yang bergelimpangan pada wilayah surutnya air laut tersebut. Masyarakat yang tidak sadar akan memburu ikan-ikan yang mengalami kekringan. Padahal pada saat yang tidak terlalu lama 10 – 15 menit, air laut yang telah surut akan kembali menghantam pantai yang mengalami kekeringan dan kemungkinan air laut sampai kedaratan pada ketinggian 5 – 10 m diatas muka laut. Terjadinya tsunami karena pada saat gempa terjadi rekahan kulit bumi yang berakibat air laut mengisi rekahan tersebut, kemudian bersamaan atau setelah terisi air laut, rekahan tadi mengalami longsoran yang berakibat air laut tadi meluap dan menimbulkan gelombang besar yang akan menghantam pantai. Sebenarnya peringatan tanda-tanda tsunami dapat juga dilakukan melalui alat detector yang dipasang diwilayah-wilayah yang rawan gempa

Untuk wilayah waduk, tanda-tanda kemungkinan robohnya suatu waduk yang bisa berakibat tsunami adalah adanya rembesan air pada waduk tersebut dan daya

(4)

tamping waduk melebihi kapasitas volume / debit air yang ada, disebabkan derasnya hujan pada daerah tangkapan hujan (catchment area) sebuah sungai yang dibendung atau menyempitnya outlet pada pintu waduk.

Pada waktu bertugas di Inspektorat Jenderal Dep. PU penulis pernah ditugaskan untuk memimpin sebuah tim Pemeriksa Teknik untuk meneliti salah satu bendungan besar diwilayah pulau Jawa dengan mengikutsertakan seorang ahli bendungan dari Puslitbang Pengairan Bandung. Hasil pemeriksaan teknik menunjukkan adanya rembesan air pada pojok kanan bendungan yang harus segera diatasi dan adanya peralatan instrumen yang kurang berfungsi untuk mendeteksi debit air dan pergerakan batuan apabila sewaktu-waktu terjadi gempa. Hasil pemeriksaan ini kemudian ditindak lanjuti pengelola bendungan dengan melakukan penelitian geologi dan sumber rembesan oleh sebuah konsultan.

Hasil penelitian konsultan kemudian dilakukan perbaikan-perbaikan yang dapat mengamankan bendungan tersebut.

2. Tindakan yang perlu dilakukan menghadapi tsunami

Tindakan yang perlu dilakukan dalam menghdapi tsunami dibagi 2 yaitu tindakan

sebelum tejadi tsunami dan tindakan setelah terjadi tsunami.

a. Tindakan sebelum terjadi tsunami, meliputi :

1) Pembentukan tim penanggulangan tsunami Tim ini dapat dibentuk mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan dan kelurahan / desa. Ditingkat pusat anggota tim terdiri dari instansi-instansi yang terkait seperti Menko Kedejahteraan Sosial, Menteri Sosial, Menteri PU, Menteri Negara Perumahan Rakyat, Menteri Kesehatan, Menteri Pendidikan Nasional, BMG, Tim SAR, dsb. Ditingkat provinsi, kabupaten, kecamatan dapat diketuai masing-masing oleh Gubernur, Bupati / Walikota, Camat dan instansi local yang terkait pada masing-masing tingkat pemerintahan. Ditingkat kelurahan / desa, dapat diketuai oleh Lurah / Kepala Desa ditambah aparat RW, RT dan tokoh-tokoh masyarakat setempat.

2) Penyebarluasan informasi jika ada tanda-tanda tsunami.

Besarnya korban jiwa dan harta benda pada saat terjadi tsunami karena masyarakat tidak siap menghadapainya. Oleh karena itu penyebarluasan informasi tanda-tanda tsunami perlu dilakukan guna menghindari korban bergelimpangan pada masyarakat. Sumber informasi bisa berasal dari Badan Metereologi dan Geofisika (BMG), Departemen Pekerjaan Umum (penanggung jawab waduk) dan masyarakat. Sedangkan penyebaran informasi dapat dilakukan melalui media cetak, media elektronik, dan organisasi / tim penanggulangan tsunami dan masyarakat itu sendiri. Ditingkat

(5)

kelurahan / desa perlu ada sandi atau tanda-tanda tertentu peringatan akan terjadinya tsunami dimana masyarakat bisa mengetahui seperti pengumuman atau beduk melalui masjid, dan tempat ibadah lainnya, pemukulan kentongan, dsb. Kesemuanya ini dapat mendorong masyarakat untuk mempersiapkan diri sebelum tsunami terjadi.

3) Uji coba menghadapai tsunami

Pendidikan tsunami bisa dilakukan melalui uji coba kesiapan masyarakat dalam menghadapi tsunami. Uji coba ini perlu diikuti oleh tim penanggulangan tsunami, dan masyarakat itu sendiri.

Tujuan uji coba adalah mempersiapkan tim penanggulangan tsunami di tingkat kecamatan dan desa untuk membantu masyarakat dalam menghadapi tsunami. Disamping itu agar masyarakat itu sendiri, terdorong mempersiapkan diri untuk mencari tempat pengungsian yang aman dari tsunami serta menyelamatkan harta benda yang penting.

b. Tindakan setelah terjadi tsunami

Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan jika suatu wilayah mengalami musibah tsunami yaitu :

1) Tim penanggulangan tsunami segera bergerak melakukan tindakan penyelamatan. Langkah-langkah utama yang perlu dilakukan tim adalah :

a). Segera melakukan koordinasi penyelamatan terhadap masyarakat yang terkena tsunami

b). Membantu penyelamatan jiwa penduduk yang terkena tsunami

c). Mendirikan tenda / tempat penampungan sementara

d). Penyediaan logistik bagi korban tsunami

e). Mencari korban jiwa yang belum ditemukan

f). Menyelamatkan harta benda penduduk

g). Mencatat dan menginventarisir seluruh korban tsunami termasuk kerugian harta benda akibat tsunami h). Penyedian fasilitas dan pelayanan

kesehatan bagi penduduk yang terkena tsunami

i). Penyediaan sarana yatim piatu korban tsunami

2.) Pembuatan rencana induk (master plan) perlu segera dilakukan agar rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah yang terkena bencana tsunami dapat terkoordinasi dengan baik. Jika perlu relokasi korban tsunami direncanakan yang dikaitkan dengan master plan yang akan dibuat. Tugas pembuatan master plan perlu dilakukan oleh pemerintah pusat / pemerintah daerah melalui Bappenas / Bappeda. Master plan diperlukan sebagai dasar blueprint pembangunan kembali wilayah-wilayah terkena bencana. Disamping itu blueprint juga diperlukan untuk mengkoordinasikan bantuan-bantuan social dari berbagai Negara donor atau organisasi social untuk membangun kembali wilayah yang terkena tsunami.

3.) Pembangunan kembali wilayah-wilayah bencana tsunami

Berdasarkan rencana induk / blueprint yang dibuat pemerintah, pembangunan kembali wilayah-wilayah bencana tsunami perlu segera dilakukan. Pemerintah harus menyediakan dana dan mengkoordinasikan Negara-negara

(6)

donor /organisasi social yang bersedia membantu merehabilitasi dan merekonstruksi wilayah-wilayah yang terkena bencana tsunami.

Untuk tsunami yang dampak kerusakannya sangat luas dan memerlukan biaya besar, sebaiknya dibentuk organisasi pelaksana untuk membangun kembali wilayah-wilayah bencana. Di Aceh dan Nias paska gempa dan tsunami organisasi semacam ini disebut Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD-Nias

SIAPA YANG MELAKUKAN PENDIDIKAN TSUNAMI

Sampai saat ini jumlah penduduk yang rawan tsunami baik diwilayah gempa maupun di wilayah bendungan belum teridentifikasi. Untuk efektifnya pendidikan tsunami jumlah penduduk diwilayah gempa dan bendungan perlu diinventarisasi karena pendidikan tsunami sebaiknya dilakukan secara berkelanjutan dari generasi ke generasi. Yang menjadi pertanyaan, siapa yang melakukan pendidikan tsunami.

Dampak bencana tsunami sangat terkait dengan maslah-masalah social. Oleh karena itu sangat bijaksana jika organisasi yang menangani pendidikan tsunami adalah Kementerian yang terkait dengan masalah-masalah social seperti Menko Kesejahteraan Rakyat (Kesra), atau Departemen Sosial yang dibantu oleh instansi-instansi teknis yang terkait seperti Departement PU, BMG, Badan SAR, Dep. Diknas, Perguruan tinggi dsb. Kurikulum pendidikan tsunami dibuat sesederhana mungkin yang mampu dicerna

oleh masyarakat awam. Pendidikan tsunami dapat dilakukan melalui kelompok Pembina ditingkat kecamatan dan desa dari generasi ke generasi. Selanjutnya kelompok Pembina menyebar luaskan pendidikan tsunami kepada masyarakat paling bawah.

Dengan cara demikian, diharapkan masyarakat selalu siap menghadapi tsunami yang sewaktu-waktu bisa mengancamnya.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan

1. Sampai saat ini jumlah penduduk di daerah-daerah yang rawan tsunami pada wilayah gempa dan bendungan belum teridentifikasi secara pasti.

2. Setiap terjadi tsunami menimbulkan korban yang sangat besar bagi masyarakat baik korban jiwa maupun harta benda.

3. Masyarakat pada umunya masih awam mengenai tanda-tanda tsunami disuatu wilayah sehingga tidak siap menghadapi tsunami.

4. Koordinasi penanggulangan tsunami selama ini bersifat temporer sehingga setiap kejadian tsunami tim penaggulangan dibentuk secara temporer.

5. Pendidikan tsunami di Indonesia belum dilakukan secara terorganisasi. Demikian

(7)

pula belum jelas organisasi mana yang bertanggung jawab terhadap pendidikan tsunami tersebut.

Rekomendasi

1. Perlu diidentifikasi jumlah dan lokasi penduduk yang rawan tsunami di wilayah gempa dan bendungan di Indonesia. 2. Perlu dibentuk tim penanggulangan

tsunami permanen mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan dan kelurahan / desa yang siap bergerak jika sewaktu-waktu ada tsunami.

3. Diperlukan pendidikan tsunami dari generasi ke generasi bagi masyarakat yang rawan tsunami di wilayah gempa dan bendungan di Indonesia.

4. Perlu ditentukan organisasi ditingkat pusat yang bertanggung jawab melaksanakan pendidikan tsunami terhadap masyarakat dari generasi ke generasi diwilayah gempa dan bendungan di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Laporan BRR NAD – Nias Tahun 2007

Laporan BRR NAD – Nias Tahun 2009 Majalah tempo Tempo Edisi 6 – 12 April

2009 Pembangunan, Kesehatan dan Pendidikan.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini dengan judul “Pengaruh Pemberian

Kalau kita daur ulang limbah padat tersebut sehingga dapat diserap oleh tanaman maka tingkat pakan tersebut bisa diturunkan untuk luas lahan tanam yg sama..5. Dengan kata lain

Setiap orang, pelaku usaha, pengelola, penyelenggara dan/atau penanggung jawab tempat/kegiatan dan fasilitas umum yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 11

1) Tahu (know) merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, karena pada tingkat ini seseorang hanya mampu melakukan recall (mengulang) memori yang telah ada

Mengatasi banyaknya obyek tunggakkan pajak kendaraan bermotor, yang dilakukan oleh UPT Samsat Medan Utara adalah dengan mengirimkan blanko/surat teguran dan penagihan

Berdasarkan hasil analisis gambar simulasi nilai FK yaitu 1.308 pada kelipatan kedalaman 25 Meter pada tekanan 400 Kpa,tekanan 450 Kpa, FK 1.211, 500 Kpa, FK

Pertanian terpadu merupakan sistem yang menggabungkan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan ilmu lain yang terkait dengan pertanian dalam satu

Puji dan syukur tak lupa penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas bimbingan dan penyertaan selama menulis skripsi ini, sehingga skripsi dengan judul “Analisis