III-1 BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
encana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang.
Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional,
sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.
3.1. RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) SEBAGAI ARAHAN SPASIAL RPI2 - JM
Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang
tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan
berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu
keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam
penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber
daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap
lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
3.1.1. RTRW Nasional
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No.
26 Tahun 2008 . RTRWN ini dijadikan sebagai pedoman untuk:
a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,
R
BAB
Arahan strategis nasional
Bidang cipta karya
KABUPATEN TANA TIDUNG
b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,
c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional,
d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah
provinsi, serta keserasian antar sektor,
e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,
f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan
g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
3.1.2. RTRW Kawasan Strategis Nasional
RTRW KSN ditetapkan melalui Perpres. Dan sampai saat ini RTRW KSN yang sudah ditetapkan
ada 7 wilayah yakni :
a. Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur;
b. Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan
Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan;
c. Perpres No. 55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan
Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar;
d. Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan
Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo;
e. Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan
Infrastruktur Selat Sunda;
f. Perpres No. 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan,
dan Karimun.
Sampai saat ini Provinsi Kalimantan Utara belum memiliki RTRW KSN .
3.1.3. RTRW Pulau
RTR Pulau ditetapkan melalui Perpres. Ada 4 RTR Pulau yang telah di tetapkan yakni : Rencana
Tata Ruang Pulau Sulawesi; Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan; Rencana Tata Ruang
III-3 BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
3.1.4. RTRW Provinsi Kalimantan Utara
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Kalimantan Utara untuk saat ini belum
ditetapkan melalui Peraturan Daerah. Adapun arahan RTRW Provinsi meliputi
pengembangan pola ruang, struktur ruang dan Strategi operasionalisasi pola ruang dan
struktur ruang yang diuraikan sebagai berikut :
A. Kawasan Lindung
Rencana pola ruang wilayah provinsi merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam
wilayah provinsi yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana
peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
Kawasan lindung terdiri atas :
a. kawasan hutan lindung;
b. kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya;
c. kawasan perlindungan setempat;
d. kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;
e. kawasan rawan bencana;
f. kawasan lindung geologi; dan
g. kawasan lindung lainnya.
i) Kawasan Hutan Lindung
Kawasan hutan lindung yang merupakan kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap kawasan bawahannya ditetapkan dalam rangka:
a) mencegah terjadinya erosi dan sedimentasi;
b) menjaga fungsi hidrologis tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air
tanah, dan air permukaan; dan
c) memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah tertentu untuk
keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir, baik untuk
kawasan bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan.
Kawasan hutan lindung terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten
TABEL 3.1. KAWASAN HUTAN LINDUNG PROVINSI KALIMANTAN UTARA
KABUPATEN/ KOTA % LUASAN (HA)
Kab. Bulungan 15.90 224.769,60
Kab. Nunukan 11.45 158.014,95
Kab. Malinau 17.04 675.398,51
Kab. Tana Tidung - -
Kota Tarakan 27.83 224.769,60
Total 72.22 1.282.952,66
Sumber: Draf RTRWP 2014
ii) Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, meliputi:
a. Kawasan bergambut
Kawasan bergambut ditetapkan dengan kriteria kawasan yang mempunyai
kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan dan sebagai pengontrol tata air
permukaan.
Kawasan bergambut, terdapat di Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Tana Tidung.
b. Kawasan Resapan Air
Kawasan resapan air ditetapkan dengan kriteria kawasan yang mempunyai
kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan dan sebagai pengontrol tata air
permukaan.
Kawasan resapan air, terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten
Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.
iii) Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan perlindungan setempat di Provinsi Kalimantan Utara, meliputi:
a. Kawasan sempadan pantai
Kawasan sempadan pantai terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan,
Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung disesuaikan dengan lekukan garis
pantai dan dengan memperhatikan dan mempertimbangkan eksistensi kawasan
permukiman penduduk lokal, kawasan pelabuhan, kawasan parawisata dan olahraga
pantai dan kawasan pertahanan dan keamanan.
b. Kawasan sempadan sungai.
Kawasan sempadan sungai dikembangkan bagi seluruh aliran sungai baik yang
III-5 BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
memperhatikan dan mempertimbangkan kawasan permukiman penduduk lokal pada
sepanjang sempadan sungai, dermaga sungai dan dermaga penyeberangan, kawasan
pariwisata dan kawasan pertahanan dan keamanan.
c. Kawasan sekitar danau atau waduk
Kawasan sekitar danau atau waduk terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan,
dan Kabupaten Nunukan.
d. Kawasan sempadan mata air
Kawasan sempadan mata air menyebar di seluruh wilayah provinsi.
e. Kawasan ruang terbuka hijau
Kawasan terbuka hijau kota menyebar di kawasan permukiman perkotaan. Adapun
arahan Kawasan Perlindungan Setempat Provinsi Kalimantan Utara disajikan pada
tabel dibawah ini :
TABEL 3.2. ARAHAN KAWASAN PERLINDUNGAN SETEMPAT PROVINSI KALIMANTAN
UTARA
N
O JENIS NORMA
INDIKASI PERATURAN ZONASI
NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN UTARA
1 Hutan
Lindung
Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.
Kawasan Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasn sekitar maupun bawahannya, sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah.
a. Pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam;
b. Ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan dan tutupan vegetasi; dan c. Pemanfaatan ruang kawasan
untuk kegiatan budidaya hanya diizinkan bagi penduduk asli dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di bawah pengawasan ketat
a. Pemanfaatan ruang untuk pemanfaatan (budidaya jamur, penangkaran satwa, budidaya tanaman obat dan tanaman hias, budidaya perlebahan dan budidaya sarang burung walet), pemanfaatan jasa lingkungan (wisata alam, pemanfaatan air, keindahan dan kenyamanan, usaha olahraga tantangan), dan pemungutan hasil hutan non kayu (rotan, madu, buah–buahan dan perburuan satwa
b. liar yang tidak dilindungi dan dilaksanakan secara tradisional) serta pendidikan dan penelitian;
c. Ketentuan pembatasan dalam kawasan hutan lindung hanya untuk pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan, penelitian dan wisata alam secara terbatas; d. Pemanfaatan dalam kawasan hutan lindung untuk rehabilitasi lahan, pembinaan habitat dan pembinaan kawasan serta pengurangan dan penambahan jumlah populasi suatu jenis, baik asli atau bukan asli ke dalam kawasan; dan
e. Ketentuan pelarangan dalam kawasan hutan lindung untuk kegiatan yang bersifat merubah bentang alam
2 Kawasan
bergamb ut
Kawasan Bergambut adalah kawasan yang unsur pembentuk tanahnya sebagian besar berupa sisa-sisa bahan organik yang tertimbun dalam waktu yang lama.
a. Pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam;
b. Ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi merubah tata air dan ekosistem unik; dan
c. Pengendalian material sedimen yang masuk ke kawasan bergambut melalui badan air.
a. Pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa mengubah bentang alam;
b. Ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengubah tata air dan ekosistem unik;
c. Pengendalian material sedimen yang masuk ke kawasan bergambut melalui badan air
Resapan Air
yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresap air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang berguna sebagai sumber air
Kawasan Resapan Air adalah daerah bercurah hujan tinggi, berstruktur tanah yang mudah meresapkan air dan mempnyai geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran.
terbatas untuk kegiatan budi daya tidak terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan; b. Penyediaan sumur resapan
dan/atau waduk pada lahan terbangun yang sudah ada; dan c. Penerapan prinsip zero delta Q
policy terhadap setiap kegiatan budi daya terbangun yang diajukan izinnya
4 Sempada
n Pantai
Sempadan Pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai.
c. Pendirian bangunan yang dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan rekreasi pantai;
d. Ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud pada huruf c; dan
e. Ketentuan pelarangan semua jenis kegiatan yang dapat menurunkan luas, nilai ekologis, dan estetika kawasan
a. Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau; b. Pengembangan struktur alami dan struktur buatan untuk
mencegah abrasi;
c. Pendirian bangunan yang dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan rekreasi pantai;
d. Ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud pada huruf c; dan
e. Ketentuan pelarangan semua jenis kegiatan yang dapat menurunkan luas, nilai ekologis, dan estetika kawasan.
5 Sempada
Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai
Kawasan Sekitar Danau/Waduk adalah kawasan tertentu di sekeliling danau/ waduk yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau/waduk/situ
a. Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau
b. Ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang dimaksudkan untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air,
c. Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman rekreasi; dan
d. Penetapan lebar sempadan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
a. Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau; b. Ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang dimaksudkan untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air;
c. Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman rekreasi; dan
d. Penetapan lebar sempadan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
6 Kawasan
Sekitar Mata Air
Kawasan Sekitar Mata Air adalah kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air.
a. Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau; dan
b. Pelarangan kegiatan yang dapat
menimbulkan pencemaran
terhadap mata air
a. Pemanfaatan ruang untuk ruang sekitar mata air; b. Ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali
bangunan yang dimaksudkan untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air; dan
c. Penetapan lebar kawasan sekitar mata air sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
7 Kawasan
Suaka Alam
Laut Kawasan Suaka Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan
pengawetan keanekaragaman
tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan.
o
a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan wisata alam;
b.Pembatasan kegiatan
pemanfaatan sumber daya alam;
c.Ketentuan pelarangan
pemanfaatan biota yang dilindungi peraturan perundang-undangan;
d. Ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat mengurangi daya dukung dan daya tampung lingkungan; dan
e. Ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat merubah bentang alam dan ekosistem
a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan wisata alam; b. Pembatasan kegiatan pemanfaatan sumber daya alam; c. Ketentuan pelarangan pemanfaatan biota yang dilindungi
peraturan perundang-undangan;
d. Ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat mengurangi daya dukung dan daya tampung lingkungan; dan e.Ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat mengubah
bentang alam dan ekosistem
8 Kawasan
Pantai Berhutan Bakau
Kawasan Pantai Berhutan Bakau diidentifikasikan sebagai kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan bakau (mangrove) yang berfungsi memberi perlindungan kepada perikehidupan pantai dan lautan.
a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan pendidikan, penelitian, dan wisata alam;
b. Ketentuan pelarangan pemanfaatan kayu bakau; dan c. Ketentuan pelarangan kegiatan
a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan pendidikan, penelitian, dan wisata alam;
III-7 BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
yang dapat mengubah mengurangi luas dan/atau mencemari ekosistem bakau
9 Kawasan Taman Nasional
Kawasan Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk keperluan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
a. Pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam;
b. Pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya hanya diizinkan bagi penduduk asli di zona penyangga dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di bawah pengawasan ketat; c. Ketentuan pelarangan kegiatan
budi daya di zona inti; dan d. Ketentuan pelarangan kegiatan
budi daya yang berpotensi
a. Pemanfaatan ruang hanya untuk kepentingan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan menunjang budidaya kawasan cagar alam, budaya dan wisata alam;
b. Ketentuan pelarangan untuk melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan zona inti, meliputi mengurangi, menghilangkan fungsi dan zona inti;
c. Ketentuan pelarangan memasukan/menambah jenis-jenis tumbuhan dan satwa bukan asli setempat;
d. Ketentuan pelarangan melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain taman nasional;
e. Pemanfaatan didalam zona pemanfaatan taman nasional, untuk pembangunan sarana kepariwisataan berdasarkan rencana pengelolaan; dan
f. Pemanfaatan untuk kegiatan kepariwisataan dan rekreasi, dengan memberikan hak pengusahaan atas zona pemanfaatan taman nasional serta mengikutsertakan masyarakat
10 Kawasan Taman Hutan Raya
Kawasan Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuj tujuan koleksi tumuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan jenis asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.
a. Pemanfaatan ruang untuk penelitian, pendidikan, dan wisata alam;
b. Ketentuan pelarangan kegiatan selain yang dimaksud pada huruf a;
c. Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a; dan d. Ketentuan pelarangan pendirian
bangunan selain yang dimaksud pada huruf c.
a. Pemanfaatan ruang hanya untuk kepentingan dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya kawasan cagar alam, budaya dan wisata alam;
b. Ketentuan pelarangan melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain taman hutan raya;
c. Ketentuan pembatasan didalam zona pemanfaatan taman hutan raya, untuk pembangunan sarana kepariwisataan berdasarkan rencana pengelolaan; dan
d. Pemanfaatan untuk kegiatan kepariwisataan dan rekreasi, dengan memberikan hak pengusahan atas zona pemanfaatan taman hutan raya serta mengikutsertakan masyarakat
11 Taman Wisata Alam
Kawasan Taman Wisata Alam adalah kawasn pelestarian alam dengan tujuan utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi.
a. Pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa mengubah bentang alam;
b. Ketentuan pelarangan kegiatan selain yang dimaksud pada huruf a;
c. Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a; dan d. Ketentuan pelarangan pendirian
bangunan selain yang dimaksud pada huruf c.
a. Pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa mengubah bentang alam;
b. Ketentuan pelarangan kegiatan selain yang dimaksud pada huruf a;
c. Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a; dan d. Ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang
dimaksud pada huruf a
12 Cagar
Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.
Kawasan Cagar budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua situs cagar budaya atau lebih yang letaknya
a. Pemanfaatan untuk penelitian, pendidikan, dan pariwisata; dan b. Ketentuan pelarangan kegiatan
dan pendirian bangunan yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan
a. Pemanfaatan untuk penelitian, pendidikan, dan pariwisata; b. Ketentuan pelarangan kegiatan dan pendirian bangunan
berdekatan Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan adalah kawasan yang merupakan lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernialai tinggi maupun bentukan geologi alami yang khas
13 Kawasan Rawan Tanah Longsor
Kawasan Rawan Tanah Longsor adalah kawasn berbentuk lereng yang rawan terhadap perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran.
a. Pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan
karakteristik, jenis, dan ancaman bencana;
b. Penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk; dan
c. Pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana dan kepentingan umum.
a. Pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana; b. Penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman
penduduk; dan
c. Pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana dan kepentingan umum
14 Kawasan Rawan Banjir
Kawasan Banjir adalah kawasan yang tergenang atau banjir bandang bersifat merusak, aliran arus air yang tidak terlalu dalam tetapi cepat dan bergolak (turbulent) dapat menghanyutkan manusia dan binatang. Aliran air yang membawa material tanah yang halus akan mampu menyeret material berupa batuan yang lebih berat sehingga daya rusaknya akan semakin tinggi.
a. Penetapan batas dataran banjir; b. Pemanfaatan dataran banjir bagi
ruang terbuka hijau dan pembangunan fasilitas umum dengan kepadatan rendah; dan c. Ketentuan pelarangan
pemanfaatan ruang bagi kegiatan permukiman dan fasilitas umum penting lainnya
a. Penetapan batas dataran banjir;
b. Pemanfaatan dataran banjir bagi ruang terbuka hijau dan pembangunan fasilitas umum dengan kepadatan rendah; dan
c. Ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bagi kegiatan permukiman dan fasilitas umum penting lainnya
15 Kawasan
a. Penetapan batas kawasan yang terkena dampak peruahan iklim;
b. Pemanfaatan kawasan yang terkena dampak perubahan iklim dan pembatasan pembangunan fasilitas umum; dan c. Kete ntuan pelarangan pemanfaatan ruang bagi kegiatan
permukiman dan fasilitas umum penting lainnya
16 Kawasan Keunikan Batuan Dan Fosil
a. Pemanfaatan untuk pariwisata tanpa mengubah bentang alam; b. Ketentuan pelarangan kegiatan
pemanfaatan batuan; dan c. Kegiatan penggalian dibatasi
hanya untuk penelitian arkeologi dan geologi.
a. Pemanfaatan untuk pariwisata tanpa mengubah bentang alam;
b. Ketentuan pelarangan kegiatan pemanfaatan batuan; dan c. Kegiatan penggalian dibatasi hanya untuk penelitian
arkeologi dan geologi
17 Kawasan Keunikan Bentang Alam
Pemanfaatannya bagi pelindungan bentang alam yang memiliki ciri langka dan/atau bersifat indah untuk pengembangan ilmu pengetahuan, budaya, dan/atau pariwisata.
Pemanfaatannya bagi pelindungan bentang alam yang memiliki ciri langka dan/atau bersifat indah untuk pengembangan ilmu pengetahuan, budaya, dan/atau pariwisata kawasan yang memiki ciri langka berupa proses geologi tertentu untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan/atau pariwisata.
Pemanfaatannya bagi pelindungan kawasan yang memiki ciri langka berupa proses geologi tertentu untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan/atau pariwisata
19 Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi
Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi mencakup kawasan rawan letusan gunung berapi, kawasan gempa bumi, kawasan rawan gerakan tanah, kawasan yang terletak di zona patahan aktif, kawasan rawan tsunami, kawasan rawan abrasi, kawasan rawan bahaya gas beracun
a. Pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana; b. Penentuan lokasi dan jalur
evakuasi dari permukiman penduduk; dan
c. Pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana
a. Pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana; b. Penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman
penduduk; dan
III-9 BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
dan kepentingan umum
20 Kawasan Imbuhan Air Tanah
Kawasan Imbuhan Air Tanah yaitu wilayah resapan air yang mampu menambah air tanah secara alamiah pada cekungan air tanah.
a. Pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kegiatan budi daya tidak terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan
b. Penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan terbangun yang sudah ada; dan c. Penerapan prinsip zero delta Q
policy terhadap setiap kegiatan budi daya terbangun yang diajukan izinnya
a. Pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kegiatan budi daya tidak terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan;
b. Penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan terbangun yang sudah ada; dan
c. Penerapan prinsip zero delta Q policy terhadap setiap kegiatan budi daya terbangun yang diajukan izinnya
21 Kawasan Lindung Lainnya
a. Ketentuan pelarangan penangkapan biota laut yang dilindungi peraturan perundang-undangan; dan b. Pembatasan kegiatan pemanfaatan sumber daya kelautan
untuk mempertahankan makanan bagi biota yang bermigrasi
22 Kawasan Keanekar agaman Hayati
a. Penetapan batas kawasan untuk kawasan keanekaragaman hayati;
b. Ketentuan pelarangan kegiatan penangkapan ikan dan pengambilan keanekaragaman hayati; dan
c. Ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bagi kegiatan permukiman dan fasilitas umum penting lainnya
Kawasan Budidaya
1 Kawasan Hutan Produksi
Kawasan Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan. Kawasan peruntukan hutan prosuksi dimaksudkan untuk menyediakan komoditas hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan untuk keperluan industri, sekaligus untuk melindungi kawasan hutan yang ditetapkan sebagai hutan lindung dan hutan konservasi dari kerusakan akibat pengambilan hasil hutan yang tidak terkendali
a. Pembatasan pemanfaatan hasil hutan untuk menjaga kestabilan neraca sumber daya kehutanan; b. Pendirian bangunan dibatasi
hanya untuk menunjang kegiatan pemanfaatan hasil hutan; dan
c. Ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud pada huruf b
a. Pemanfaatan ruang untuk Ijin Usaha Pemanfaatan Kawasan (IUPK), Ijin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan (IUPJL), Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK), Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK), Ijin Pemungutan Hasil Hutan Kayu (IPHHK) dan Ijin Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu (IPHHBK);
b. Ketentuan pembatasan/pengendalian pemanfaatan dan pemungutan hasil hutan untuk menjaga kelestarian dan kestabilan neraca sumber daya hutan; dan
c. Ketentuan pembangunan sarana dan prasarana dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan pemanfaatan kawasan dan pemungutan hasil hutan
2 kawasan Pertanian
a. Pemanfaatan ruang untuk permukiman petani dengan kepadatan rendah; dan b. Ketentuan pelarangan alih fungsi
lahan menjadi lahan budi daya non pertanian kecuali untuk pembangunan sistem jaringan prasarana utama
a. Pemanfaatan ruang untuk lahan pertanian tanaman pangan dan permukiman perdesaan dengan kepadataan rendah;
b. Ketentuan pelarangan alih fungsi lahan menjadi lahan budidaya non pertanian kecuali untuk pembangunan sistem jaringan prasarana yang mendukung pertaniandan pembangunan sistem jaringan prasarana utama; c. Pemanfaatan ruang untuk budidaya tanamanperkebunan,
industri pengolahan hasil perkebunan serta sarana dan prasarana pendukungnya, dan permukiman perdesaan berkepadatan rendah;
d. Ketentuan pelarangan alih fungsi lahan penghasil produk perkebunan spesifik lokasi (ciri khas dan kulaitas tertentu pada komoditas perkebunan yang dihasilkan dan tidak dapat diperoleh pada wilayah lainnya); dan e. Ketentuan pelarangan pengembangan lahan budidaya
3 kawasan Perkebun an
a. Pemanfaatan ruang untuk areal perkebunan; b. Ketentuan jumlah dan jenis komoditas perkebunan yang
memiliki nilai ekonomi tinggi dan keunggulan komparatif; c. Pengembangan sistem jaringan infrastruktur utama; d. Permukiman untuk agroindustri hasil perkebunan; dan e. Perijinan kawasan perkebunan khusus untuk kawasan perkebunan yang batas arealnya berimpir dengan batas negara, tidak diperbolehkan atau dipindah-tangankan untuk Penanaman Modal Asing
4 Kawasan Perikana n
Kawasan Perikanan adalah wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan, budidaya, dan industri pengolahan hasil perikanan mencakup pula pelabuhan perikanan yang pengembangannya dilakukan denganmempertimbangkan skala ekonomi wilayah yang dilayaninya.
a. Pemanfaatan ruang untuk permukiman petani dan/atau nelayan dengan kepadatan rendah
b. Pemanfaatan ruang untuk kawasan pemijahan dan/atau kawasan sabuk hijau; dan c. Pemanfaatan sumber daya
perikanan agar tidak melebihi potensi lestari.
a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan budi daya perikanan; b. Pemanfaatan ruang untuk kawasan pemijahan dan/atau
kawasan konservasi;
c. Pemanfaatan ruang untuk kawasan agroindustri perikanan;
d. Kelestarian sumber daya perikanan; dan e. Ketersediaan infrastruktur perikanan
5 Kawasan Pariwisat a
Kawasan Pariwisata adalah kawasan didominasi oleh fungsi kepariwisataan dapat mencakup sebagian areal dalam kawasan lindung atau kawasn budidaya lainnya dimana terdapat
konsentrasidaya tarik dan fasilitas penunjang pariwisata.
a. Pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan;
b. Perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan masa lampau;
c. Pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan pariwisata; dan d. Ketentuan pelarangan pendirian
bangunan selain yang dimaksud pada huruf c.
a. Pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan; b. Ketentuan perlindungan terhadap situs peninggalan
kebudayaan masa lampau; dan
c. Pendirian bangunan dan sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata
6 Kawasan Industri
Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan kawasan Industri yang telah memiliki Izin Usaha Kawasan Industri
a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri baik yang sesuai dengan kemampuan penggunaan teknologi, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia di wilayah sekitarnya; dan b. Pembatasan pembangunan
perumahan baru sekitar kawasan peruntukan industri
a. Pemanfaatan untuk kegiatan industri baik yang sesuai dengan kemampuan penggunaan teknologi, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia di wilayah sekitarnya;
b. Ketentuan pembatasan pembangunan perumahan baru disekitar kawasan peruntukan industri; dan
c. Pengelolaan Kawasan Industri melalui pencegahan dan larangan untuk melakukan kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan
7 Kawasan Pertamba ngan
Tambang adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral atau batu bara yang meliputi penyelidikan umum, eksporasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan serta kegiatan pasca tambang Wilayah Pertambangan adalah wilayah yang memiliki potensi mineral dan/atau batubara dan tidak terikat dengan batasan administrasi pemerintahan yang merupakan bagian rencana tata ruang
a. Pengaturan pendirian bangunan agar tidak mengganggu fungsi alur pelayaran yang ditetapkan peraturan perundangundangan; b. Pengaturan kawasan tambang
dengan memperhatikan keseimbangan antara biaya dan manfaat serta keseimbangan antara risiko dan manfaat; dan c. Pengaturan bangunan lain
disekitar instalasi dan peralatan kegiatan pertambangan yang berpotensi menimbulkan bahaya dengan memperhatikan kepentingan daerah
a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan usaha pertambangan umum dan migas;
b. Ketentuan pengaturan pendirian bangunan tambang lepas pantai agar tidak mengganggu fungsi alur pelayaran; c. Ketentuan pengaturan kawasan tambang dengan
memperhatikan keterdapatan dan potensi sumber daya mineral dan energi;
d. Pengaturan bangunan lain di sekitar instalasi dan peralatan kegiatan pertambangan yang berpotensi menimbulkan bahaya dengan memperhatikan kepentingan daerah;
e. Pengelolaan kawasan pertambangan dengan memperhatikan aspek–aspek lingkungan hidup melalui penerapan praktek pertambangan yang ramah lingkungan; dan
f. Pemulihan kualitas lingkungan paska tambang. g. Seluruh kegiatan budidaya dapat dilakukan pada kawasan
peruntukan pertambangan yang di dalamnya baru terdapa izin usaha pertambangan eksplorasi;
III-11 BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
Sumber: R TRWP 2014
iv). Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya ditetapkan dalam rangka:
a. mengawetkan keanekaragaman tumbuhan dan satwa dalam rangka mencegah
kepunahan spesies, melindungi sistem penyangga kehidupan, dan pemanfaatan
keanekaragaman hayati secara lestari; dan
b. melindungi kekayaan budaya bangsa berupa peninggalan sejarah, bangunan arkeologi
dan monumen, yang berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan dari ancaman
kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia.
Kawasan suaka alam, pelestarianalam, dan cagar budaya terdiri atas:
a. Kawasan suaka alam laut
Kawasan suaka alam laut ditetapkan di:
Kawasan suaka alam Pulau Burung, Kawasan suaka alam Pulau Keris, dan Kawasan
suaka alam Peso di Kabupaten Bulungan; dan
Kawasan suaka alam Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan
b. Kawasan pantai berhutan bakau
Kawasan pantai berhutan bakau meliputi Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan,
Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung.
kegiatan budidaya lain dengan ketentuan menyesuaikan dengan rencana penambangan dan reklamasi, tidak mendirikan bangunan permanen, tidak menjadi kendala bagi aktivitas penambangan, serta memperhatikan ketentuan yang berlaku dalam lingkungan kegiatan eksploitasi;
i. Boleh pengembangan industri terkait dengan pengolahan bahan tambang di luar
8 Kawasan Permuki man
Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasn linung, baik berupa kawasn perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
a. Penetapan amplop bangunan; b. Penetapan tema arsitektur
bangunan;
c. Penetapan kelengkapan bangunan dan lingkungan; dan d. Penetapan jenis dan syarat
penggunaan bangunan yang diizinkan
a. Penetapan amplop bangunan; meliputi garis sempadan bangunan, koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, koefisien dasar hijau, dan ketinggian bangunan;
b. Penetapan tema arsitektur bangunan; meliputi peryaratan penampilan bangunan gedung, tata ruang dalam, keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya, serta pertimbangan adanya keseimbangan antara nilai-nilai sosial budaya setempat terhadap penerapan berbagai perkembangan arsitektur dan rekayasa;
c. Penetapan kelengkapan bangunan dan lingkungan; antara lain lahan parkir, jalan, kelengkapan pemadam kebakaran, dan jalur evakuasi bencana; dan d. Penetapan jenis dan syarat penggunaan bangunan yang
c. Taman nasional ditetapkan di Taman Nasional Kayan Mentarang di Kabupaten
Nunukan dan Kabupaten Malinau.
d. Taman hutan raya
Taman hutan raya ditetapkan di Taman Hutan Raya Gunung Rian, Kecamatan
Sesayap, di Kabupaten Tana Tidung.
e. Taman wisata alam
Taman wisata alam ditetapkan di Kabupaten Bulungan.
f. Cagar budaya dan ilmu pengetahuan
Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan ditetapkan di Kabupaten Bulungan,
Kota Tarakan, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana
Tidung.
Adapun luasan kawasan ini dimasing-masing Kabupaten/ Kota di Provinsi Kalimantan
Utara adalah sebagai berikut:
TABEL 3.3. LUASAN KAWASAN SUAKA ALAM, PELESTARIAN ALAM, CAGAR BUDAYA PROVINSI KALIMANTAN UTARA
KABUPATEN/ KOTA
Total 47,252.75 12,321.82 151,482.58 55,536.94 10,072.76
Sumber: Draf RTRWP 2014
B. KAWASAN BUDIDAYA
Rencana kawasan budidaya di Provinsi Kalimantan Utara, terdiri atas:
1) Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Kawasan peruntukan hutan produksi, terdiri atas:
a. kawasan peruntukan hutan produksi terbatas
Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas terdapat di Kabupaten Malinau,
Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung.
b. kawasan peruntukan hutan produksi tetap
Kawasan peruntukan hutan produksi tetap terdapat di Kabupaten Malinau, Kabupaten
III-13 BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
c. kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi
Kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi terdapat di Kabupaten
Malinau, Kabupaten Bulungan, dan Kabupaten Nunukan.
2) Kawasan Peruntukkan Hutan Rakyat
Kawasan peruntukan hutan rakyat, ditetapkan dengan kriteria kawasan yang dapat
diusahakan sebagai hutan oleh orang pada tanah yang dibebani hak milik. Kawasan
peruntukan hutan rakyat terdapat di Kabupaten Malinau, Kabupaten Bulungan, dan
Kabupaten Nunukan. Distribusi kawasan hutan rakyat diatur lebih lanjut secara rinci
dalam rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota bersangkutan.
3) Kawasan Peruntukan Pertanian
Kawasan peruntukan pertanian, ditetapkan dengan kriteria:
a. memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian;
b. ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan abadi;
c. mendukung ketahanan pangan nasional; dan/atau
d. dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat ketersediaan air.
Kawasan peruntukan pertanian, meliputi;
a. kawasan pertanian tanaman pangan
Kawasan pertanian tanaman pangan terdapat di Kabupaten Bulungan, Kabupaten
Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.
b. kawasan hortikultura
Kawasan hortikultura terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten
Malinau, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung.
c. kawasan perternakan
Kawasan perternakan terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten
Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.
4) Kawasan Peruntukan Perkebunan
Kawasan peruntukan perkebunan, ditetapkan dengan kriteria:
a. memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan perkebunan;
b. ditetapkan sebagai lahan perkebunan bernilai ekonomi tinggi; dan/atau
c. mendukung kawasan perbatasan untuk fungsi kesejahteraan masyarakat dan fungsi
Kawasan perkebunan terdapat di Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, Kabupaten
Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.
5) Kawasan Peruntukan Perikanan
Kawasan peruntukan perikanan, terdiri atas:
a. kawasan budidaya perikanan
Kawasan budidaya perikanan terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan,
Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.
b. kawasan perikanan tangkap
Kawasan perikanan tangkap terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan,
Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung.
c. kawasan pengolahan ikan
Kawasan pengolahan ikan terdapat di Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Nunukan.
6) Kawasan Peruntukan Pertambangan
Kawasan peruntukan pertambangan, terdiri atas:
a. kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batubara
Kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batubara terdapat di Kabupaten
Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten
Tana Tidung.
b. kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi
Kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi terdapat di Kabupaten
Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung.
7) Kawasan Peruntukan Industri
Kawasan peruntukan industri, ditetapkan dengan kriteria:
a. berupa wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan industri;
b. memberikan nilai tambah pada komoditas unggulan wilayah;
c. tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan/atau
d. tidak mengubah lahan produktif.
Kawasan peruntukan industri terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten
Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.
8) Kawasan Peruntukan Pariwisata
Kawasan peruntukan pariwisata, ditetapkan dengan kriteria:
III-15 BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
b. mendukung upaya pelestarian budaya, keindahan alam, dan lingkungan.
Kawasan peruntukan pariwisata, terdiri atas:
kawasan pariwisata alam
Kawasan pariwisata alam, terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan,
Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.
Kawasan pariwisata budaya
Kawasan pariwisata budaya, meliputi Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan,
Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.
Kawasan pariwisata buatan
Kawasan pariwisata buatan, meliputi Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, dan
Kabupaten Tana Tidung.
9) Kawasan Peruntukan Permukiman
Kawasan peruntukan permukiman meliputi:
a. Permukiman perkotaan
Kawasan permukiman perkotaan didominasi oleh kegiatan non agraris dengan
tatanan kawasan permukiman yang terdiri atas sumberdaya buatan seperti
perumahan, fasilitas sosial, fasilitas umum, prasarana dan sarana perkotaan;
Kawasan permukiman di PKN, PKW, dan PKL yang padat penduduknya; dan
Pola permukiman perkotaan yang rawan terhadap bencana alam seperti banjir,
gempa bumi, dan tsunami harus menyediakan tempat evakuasi pengungsi bencana
alam baik berupa lapangan terbuka di tempat ketinggian ≥ 30 m di atas
permukaan laut
b. Permukiman perdesaan
Didominasi oleh kegiatan agraris dengan kondisi kepadatan bangunan, penduduk
serta prasarana dan sarana permukiman yang rendah, dan kurang intensif dalam
pemanfaatan lahan untuk keperluan non agraris;
Bangunan-bangunan perumahan diarahkan menggunakan nilai kearifan budaya
lokal seperti pola rumah kebun dengan bangunan berlantai panggung; dan
Kawasan permukiman perdesaan termasuk kawasan permukiman penduduk di
perkampungan yang ada (kecuali perkampungan-perkampungan yang berlokasi di
kawasan lindung yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung)
c. Permukiman pada kawasan khusus
kawasan permukiman yang tumbuh akibat kegiatan sentra ekonomi;
kawasan industri yang mengalami kelangkaan penyediaan rumah untuk pekerja
industri;
kawasan perbatasan yang mengalami kesenjangan sosial ekonomi dengan negara
tetangga dan kerawanan terhadap gangguan pertahanan dan keamanan wilayah
kedaulatan negara;
kawasan permukiman pada kawasan lindung yang telah menjadi kawasan
permukiman suku asli daerah;
kawasan nelayan yang mengalami kerawanan terhadap bencana kebakaran,
rawan terhadap terpaan gelombang termasuk tsunami dan angin ribut;
kawasan permukiman pada kawasan pertambangan yang mengalami kelangkaan
penyediaan rumah untuk pekerja tambang dan energi;
kawasan permukiman padakawasan pertanian yang tidak layak lingkungan
perumahannya, termasuk ketersediaan prasarana dan sarana tidak memadai;
kawasan permukiman pada kawasan pariwisata yang mengalami kelangkaan
penyediaan rumah untuk pekerja di sektor pariwisata, kawasan perumahan yang
berada di sekitar destinasi pariwisata yang mempunyai isu lingkungan dengan
ketersediaan prasarana dan sarana umum yang belum memadai dan lingkungan
perumahan yang memiliki nilai jual wisata;
kawasan permukiman pada kawasan pelabuhan yang mengalami kelangkaan
penyediaan rumah, isu kemiskinan dan kekumuhan di sekitarnya, baik pelabuhan
lautmaupun perikanan;
kawasan permukiman pada kawasan cagar budaya yang mengalami kelangkaan
penyediaan rumah dan ketidaklayakan lingkungan perumahan, dan isu lingkungan
terjadi terutama pada kawasan perumahan yang berada di sekitar obyek wisata
alam yang menjadi bagian dari kawasan cagar terkait dengan ketersediaan
prasarana dan sarana umum yang belum memadai; dan
kawasan khusus lainnya pada kawasan permukiman yang mengalami kelangkaan
penyediaan rumah untuk pekerja informal di sektor khusus lainnya, kekumuhan
serta adanya isu lingkungan terjadi terutama pada kawasan perumahan terkait
dengan prasarana dan sarana umum yang belum memadai.
10) Kawasan Peruntukan Lainnya
III-17 BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
Kawasan peruntukan instalasi pembangkit energi listrik;
Instalasi militer; dan
III-19 BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
3.1.5. RTRW Kabupaten Tana Tidung
3.1.5.1. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Tana Tidung
Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah
kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Tujuan penataan ruang
wilayah kabupaten memiliki fungsi:
1. Sebagai dasar untuk memformulasikan kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah
kabupaten;
2. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW kabupaten; dan
3. Sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten.
Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan:
a. Visi dan misi pembangunan wilayah kabupaten;
b. Karakteristik wilayah kabupaten;
c. Isu strategis; dan
d. Kondisi objektif yang diinginkan.
Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria:
1) Tidak bertentangan dengan tujuan penataan ruang wilayah provinsi dan nasional;
2) Jelas dan dapat tercapai sesuai jangka waktu perencanaan; dan
3) Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
Tujuan penataan ruang merupakan arah pengembangan ruang yang akan dicapai selama kurun
waktu perencanaan. Tujuan ini akan menjadi dasar penyusunan konsep dan strategi pemanfaatan
ruang wilayah, yang selanjutnya akan diwujudkan dalam alokasi ruang pada Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW). Secara umum, penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk
mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan, melalui upaya:
a) Terwujudnya keharmonisan lingkungan;
b) Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan
dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan
c) Terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap
lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Atas dasar pertimbangan potensi yang dimiliki, permasalahan, tantangan dan peluang serta
prospek pengembangan wilayah, maka tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Tana Tidung
III-21 BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
“Untuk Mewujudkan Kabupaten Tana Tidung Sebagai Sentra Agroindustri, Pertanian, dan Perikanan Berbasis Masyarakat”.
3.1.5.2. Kebijakan Penataan Ruang Kab. Tana Tidung
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten adalah arahan pengembangan wilayah yang
ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten guna mencapai tujuan penataan ruang wilayah
kabupaten dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun.
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan
untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten. Kebijakan penataan ruang wilayah
kabupaten berfungsi sebagai :
1. Sebagai dasar untuk memformulasikan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
2. Sebagai dasar untuk merumuskan struktur dan pola ruang wilayah kabupaten;
3. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW kabupaten; dan
4. Sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten.
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan :
a. Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten;
b. Karakteristik wilayah kabupaten;
c. Kapasitas sumber daya untuk mewujudkan tujuan penataan ruang; dan
d. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria:
1) Mengakomodasi kebijakan penataan ruang wilayah nasional dan kebijakan penataan ruang
wilayah provinsi;
2) Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan;
3) Mampu menjawab isu-isu strategis baik yang ada sekarang maupun yang diperkirakan akan
timbul di masa yang akan datang; dan
4) Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
Dengan rangka pencapaian tujuan penataan ruang wilayah kabupaten, maka rumusan kebijakan
penataan ruang Kabupaten Tana Tidung adalah sebagai berikut:
a. pengoptimalan pemanfaatan potensi agroindustri, perdagangan dan pertanian dalam rangka
mendorong perbaikan kualitas kehidupan masyarakat;
c. pemantapan pemanfaatan ruang kawasan lindung sesuai dengan fungsinya;
d. pengelolaan wilayah pesisir dan laut dengan pendekatan keterpaduan ekosistem;
sumberdaya, dan kegiatan pembangunan berkelanjutan;
e. pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah; dan
f. pengoptimalan potensi lahan budidaya dan sumberdaya alam yang mendorong;
pertumbuhan sosial ekonomi pada wilayah belum berkembang.
3.1.5.3. Strategi Penataan Ruang Kabupaten Tana Tidung
Strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang
wilayah kabupaten ke dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Strategi penataan ruang wilayah kabupaten berfungsi :
1. Sebagai dasar untuk penyusunan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan penetapan
kawasan strategis kabupaten;
2. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW kabupaten; dan
3. Sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten.
Strategi penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan :
a. Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten;
b. Kapasitas sumber daya wilayah kabupaten dalam melaksanakan kebijakan penataan
ruangnya; dan
c. Ketentuan peraturan perundang-undangan.
Strategi penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria:
1) Memiliki kaitan logis dengan kebijakan penataan ruang;
2) Tidak bertentangan dengan tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah nasional,
dan provinsi;
3) Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah
kabupaten bersangkutan secara efisien dan efektif;
4) Harus dapat dijabarkan secara spasial dalam rencana struktur dan rencana pola ruang
III-23 BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
5) Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
Sebagai turunan dari rumusan kebijakan penataan ruang yang dijabarkan secara lebih
operasional, maka strategi penataan ruang Kabupaten Tana Tidung adalah sebagai berikut:
(1) Pengoptimalan pemanfaatan potensi agroindustri, perdagangan dan pertanian dalam rangka
mendorong perbaikan kualitas kehidupan masyarakat dengan strategi meliputi:
a. mengembangkan sentra agroindustri dan pendapatan petani melalui revitalisasi sektor
pertanian, perdagangan, jasa dan pariwisata;
b. mengembangkan industri kecil, menengah dan industri besar terutama jenis industri
yang mengolah hasil pertanian, perikanan dan kehutanan;
c. memantapkan usaha pemberdayaan petani dan nelayan;
d. mengembangkan kerjasama dan sinergitas antara perguruan tinggi, lembaga penelitian,
petani dan industri; dan
e. mengembangkan penelitian dan teknologi tepat guna sektor pertanian dan perikanan.
(2) Penataan lahan pertanian lahan basah serta meningkatkan produktivitas pertanian dengan
strategi meliputi:
f. menetapkan kawasan lahan pangan pertanian berkelanjutan;
g. merehabilitasi dan memelihara jaringan irigasi; dan
h. meningkatkan produktivitas lahan sawah tadah hujan dan pertanian tanaman pangan.
(3) Pemantapan pemanfaatan ruang kawasan lindung sesuai dengan fungsinya dengan strategi
meliputi:
a. memulihkan fungsi kawasan lindung secara bertahap;
b. mengendalikan pembangunan prasarana wilayah di sekitar kawasan lindung;
c. mengoptimalkan pendayagunaan kawasan lindung hutan dan non hutan;
d. mengendalikan pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan pada kawasan
lindung; dan
e. merehabilitasi lahan kritis pada kawasan lindung.
(4) Pengelolaan wilayah pesisir dan laut dengan pendekatan keterpaduan ekosistem,
sumberdaya dan kegiatan pembangunan berkelanjutan dengan strategi meliputi:
a. merehabilitasi kawasan pelestarian ekologi pesisir dan pulau kecil serta kawasan
perlindungan bencana pesisir;
b. mengembangkan budidaya perikanan;
c. mengoptimalkan fungsi hutan bakau;
d. mengembangkan perikanan tangkap; dan
(5) Pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah dengan strategi meliputi:
a. meningkatkan akses jaringan jalan;
b. mengembangkan dan meningkatkan ketersediaan dan kualitas prasarana wilayah;
c. mengembangkan alokasi prasarana dan sarana fisik, sosial, dan ekonomi sesuai fungsi
dan terintegrasi dengan struktur ruang wilayah;
d. mengembangkan sistem energi;
e. meningkatkan ketersediaan dan kualitas prasarana sumberdaya air berbasis DAS;
f. mengembangkan sistem pengelolaan persampahan skala regional dan lokal; dan
g. mengembangkan sistem telekomunikasi yang merata.
(6) Pengoptimalan potensi lahan budidaya dan sumberdaya alam yang mendorong
pertumbuhan sosial ekonomi di wilayah belum berkembang dengan strategi meliputi:
a. meningkatkan prasarana transportasi;
b. mengembangkan perekonomian pada kawasan budidaya wilayah tertinggal;
c. meningkatkan akses kawasan budidaya ke jaringan jalan arteri dan jalan kolektor;
d. meningkatkan sarana dan prasarana pendukung di pusat kegiatan; dan
e. meningkatkan produktivitas dan komoditas unggulan serta pengembangan keterkaitan
hulu dan hilir.
3.2. ARAHAN STRATEGIS NASIONAL
Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2010, menjelaskan bahwa penataan ruang kawasan strategis
dilakukan untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi dan/atau mengoordinasikan
keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan dalam mendukung penataan ruang wilayah.
Kawasan strategis terdiri atas kawasan yang mempunyai nilai strategis yang meliputi:
a. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan;
b. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi;
c. Kawasan strategis dari sudut kepentingan social dan budaya;
d. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau
teknologi tinggi; dan
Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
3.2.1. Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Sesuai dengan arahan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional, Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang penataan
III-25 BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia. Penetapan
Kawasan Strategis Nasional dilakukan berdasarkan beberapa kepentingan, yaitu:
a. pertahanan dan keamanan
b. pertumbuhan ekonomi
c. sosial dan budaya
d. pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi
e. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
Kawasan Strategis Nasional (KSN) di Provinsi Kalimantan Utara, ditetapkan di:
1. Kawasan strategis nasional Perbatasan Darat RI dan Jantung Kalimantan (Heart Of Borneo)
Kalimantan Utara; dan
2. Kawasan strategis nasional Perbatasan Laut RI di sekitar pulau-pulau kecil terluar Kalimantan
Utara meliputi Pulau Sebatik, dan Gosong Makassar.
Adapun Kawasan Strategis Nasional (KSN) di wilayah Provinsi Kalimantan Utara, tersaji
pada tabel berikut ini :
Tabel 3.4.
Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) di Provinsi Kalimantan Utara
Sumber : RTRW Prov. Kalimantan Utara 2014
NO KAWASAN STRATEGIS NASIONAL SUDUT
KEPENTINGAN KOTA / KABUPATEN STATUS HUKUM
1
Pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, Pintu gerbang internasional, Simpul transportasi di kawasan perbatasan negara
pusat pengembangan wisata budaya
Pertahanan dan
Pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, Pintu gerbang internasional, Simpul transportasi di kawasan perbatasan negara
pusat pengembangan wisata budaya
Pertahanan dan
Pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, Pintu gerbang internasional,Simpul transportasi di kawasan perbatasan negara
pusat pengembangan ekowisata dan wisata budaya
Pertahanan dan
Pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, Pintu gerbang internasional, Simpul transportasi di kawasan perbatasan negara
pusat pengembangan ekowisata dan wisata budaya
3.2.2. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN adalah kawasan perkotaan yang
ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara. Wilayah Provinsi
Kalimantan Utara berbatasan darat dan laut dengan negara Malaysia dan Pilipina. Karena itu
maka provinsi Kalimantan Utara masuk dalam PKSN.
Adapun Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di wilayah Provinsi Kalimantan Utara, tersaji
pada tabel berikut ini :
Tabel 3.5. Lokasi Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di Provinsi Kalimantan Utara
NO PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL STATUS PROVINSI
1 Nunukan, Simanggaris, dan Long Midang
(Kabupaten Nunukan);
Pengembangan
/ Peningkatan Fungsi Kalimantan Utara
2 Long Nawang (Kabupaten Malinau).
Pengembangan / Peningkatan Fungsi
)
Kalimantan Utara
A.
Kawasan Lindung
Rencana pola ruang wilayah provinsi merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam
wilayah provinsi yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana
peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
Kawasan lindung terdiri atas :
i) Kawasan Rawan Bencana Alam
Kawasan rawan bencana alam ditetapkan dalam rangka memberikan perlindungan
semaksima lmungkin atas kemungkinan bencana alam terhadap fungsi lingkungan hidup dan
kegiatan lainnya.
Kawasan rawan bencana alam berupa kawasan bencana alam banjir pasang ditetapkan di:
a. Kawasan rawan tanah longsor
Kawasan rawan tanah longsor meliputi kawasan berbentuk lereng yang rawan terhadap
perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau
material campuran.
Kawasan rawan tanah longsor terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan,
III-27 BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
b. Kawasan rawan banjir
Kawasan rawan banjir meliputi kawasan yang diidentifikasikan sering dan/atau
berpotensi tinggi mengalami bencana alam banjir.
Kawasan rawan banjir terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten
Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.
ii) Kawasan Lindung Geologi
Kawasan lindung ditetapkan dalam rangka memberikan perlindungan semaksimal mungkin
atas kemungkinan bencana alam geologi terhadap fungsi lingkungan hidup dan kegiatan
lainnya.
Kawasan lindung geologi, meliputi:
a. kawasan cagar alam geologi
kawasan cagar alam geologi meliputi:
kawasan keunikan batuan dan fosil
Kawasan keunikan batuan dan fosil terdapat di Kabupaten Bulungan.
kawasan keunikan bentang alam
Kawasan keunikan bentang alam terdapat di Kabupaten Bulungan.
kawasan keunikan proses geologi
Kawasan keunikan proses geologi terdapat di Kabupaten Bulungan.
b. kawasan rawan bencana alam geologi
kawasan rawan bencana alam geologi, berupa kawasan abrasi. Kawasan rawan abrasi
ditetapkan dengan criteria pantai yang berpotensi dan/atau pernah mengalami abrasi.
Kawasan rawan abrasi terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten
Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung.
c. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah meliputi:
kawasan imbuhan air tanah
Kawasan imbuhan air tanah meliputi:
memiliki jenis fisik batuan dengan kemampuan meluluskan air dengan jumlah
yang berarti;
memiliki lapisan penutup tanah berupa pasir sampai lanau;
memiliki hubungan hidrogeologis yang menerus dengan daerah lepasan; dan/atau
memiliki muka air tanah tidak tertekan yang letaknya lebih tinggi daripada muka
Kawasan imbuhan air tanah ditetapkan di CAT Tanjung Selor.
kawasan sempadan mata air
Kawasan sempadan mata air meliputi:
daratan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat untuk mempertahankan
fungsi mata air; dan
wilayah sempadan mata air dengan jarak paling sedikit 200 (dua ratus) meter dari
mata air.
Kawasan sempadan mata air ditetapkan di Kabupaten Bulungan, Kabupaten
Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.
iii) Kawasan Lindung Lainnya
Kawasan lindung lainnya ditetapkan dalam rangka mempertahankan, melestarikan, dan
mengembangkan plasma nutfah. kawasan lindung lainnya terdiri atas:
a. Kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut
Kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut terdapat pada koridor ekosistem
bekantan dan orang utan yang menghubungkan antar ekosistem dataran tinggi di
Kabupaten Malinau dan Kabupaten Nunukan.
b. Kawasan konservasi perairan daerah
III-29 BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
Peta 3.3. Peta Kawasan Lindung Provinsi Kalimantan Utara
B. Kawasan Budidaya
Rencana kawasan budidaya di Provinsi Kalimantan Utara, terdiri atas:
1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Kawasan peruntukan hutan produksi, terdiri atas:
a. kawasan peruntukan hutan produksi terbatas
Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas terdapat di Kabupaten Malinau,
Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung.
b. kawasan peruntukan hutan produksi tetap
Kawasan peruntukan hutan produksi tetap terdapat di Kabupaten Malinau,
Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung.
c. kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi
Kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi terdapat di Kabupaten
Malinau, Kabupaten Bulungan, dan Kabupaten Nunukan.
2. Kawasan Peruntukkan Hutan Rakyat
Kawasan peruntukan hutan rakyat, ditetapkan dengan kriteria kawasan yang dapat
diusahakan sebagai hutan oleh orang pada tanah yang dibebani hak milik. Kawasan
peruntukan hutan rakyat terdapat di Kabupaten Malinau, Kabupaten Bulungan, dan
Kabupaten Nunukan. Distribusi kawasan hutan rakyat diatur lebih lanjut secara rinci
dalam rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota bersangkutan.
3. Kawasan Peruntukan Pertanian
Kawasan peruntukan pertanian, ditetapkan dengan kriteria:
a. memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian;
b. ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan abadi;
c. mendukung ketahanan pangan nasional; dan/atau
d. dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat ketersediaan air.
Kawasan peruntukan pertanian, meliputi;
a. kawasan pertanian tanaman pangan
Kawasan pertanian tanaman pangan terdapat di Kabupaten Bulungan, Kabupaten
Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.
b. kawasan hortikultura
Kawasan hortikultura terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten
Malinau, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung.
III-31 BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
Kawasan perternakan terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten
Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.
4. Kawasan Peruntukan Perkebunan
Kawasan peruntukan perkebunan, ditetapkan dengan kriteria:
a. memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan perkebunan;
b. ditetapkan sebagai lahan perkebunan bernilai ekonomi tinggi; dan/atau
c. mendukung kawasan perbatasan untuk fungsi kesejahteraan masyarakat dan fungsi
pertahanan keamanan.
Kawasan perkebunan terdapat di Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, Kabupaten
Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.
5. Kawasan Peruntukan Perikanan
Kawasan peruntukan perikanan, terdiri atas:
a. kawasan budidaya perikanan
Kawasan budidaya perikanan terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan,
Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.
b. kawasan perikanan tangkap
Kawasan perikanan tangkap terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan,
Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung.
c. kawasan pengolahan ikan
Kawasan pengolahan ikan terdapat di Kabupaten Bulungan dan Kabupaten
Nunukan.
6. Kawasan Peruntukan Pertambangan
Kawasan peruntukan pertambangan, terdiri atas:
a. kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batubara
Kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batubara terdapat di Kabupaten
Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten
Tana Tidung.
b. kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi
Kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi terdapat di Kabupaten
Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung.
7. Kawasan Peruntukan Industri
Kawasan peruntukan industri, ditetapkan dengan kriteria:
a. berupa wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan industri;
c. tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan/atau
d. tidak mengubah lahan produktif.
Kawasan peruntukan industri terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan,
Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.
8. Kawasan Peruntukan Pariwisata
Kawasan peruntukan pariwisata, ditetapkan dengan kriteria:
a. memiliki objek dengan daya tarik wisata; dan/atau
b. mendukung upaya pelestarian budaya, keindahan alam, dan lingkungan.
Kawasan peruntukan pariwisata, terdiri atas:
kawasan pariwisata alam
Kawasan pariwisata alam, terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan,
Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.
Kawasan pariwisata budaya
Kawasan pariwisata budaya, meliputi Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan,
Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.
Kawasan pariwisata buatan
Kawasan pariwisata buatan, meliputi Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, dan
Kabupaten Tana Tidung.
9. Kawasan Peruntukan Permukiman
Kawasan peruntukan permukiman meliputi:
a. Permukiman perkotaan
Kawasan permukiman perkotaan didominasi oleh kegiatan non agraris dengan
tatanan kawasan permukiman yang terdiri atas sumberdaya buatan seperti
perumahan, fasilitas sosial, fasilitas umum, prasarana dan sarana perkotaan;
Kawasan permukiman di PKN, PKW, dan PKL yang padat penduduknya; dan
Pola permukiman perkotaan yang rawan terhadap bencana alam seperti banjir,
gempa bumi, dan tsunami harus menyediakan tempat evakuasi pengungsi bencana
alam baik berupa lapangan terbuka di tempat ketinggian ≥ 30 m di atas
permukaan laut
b. Permukiman perdesaan
Didominasi oleh kegiatan agraris dengan kondisi kepadatan bangunan, penduduk
serta prasarana dan sarana permukiman yang rendah, dan kurang intensif dalam