• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB Arahan strategis nasional Bidang cipta karya KABUPATEN TANA TIDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB Arahan strategis nasional Bidang cipta karya KABUPATEN TANA TIDUNG"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

III-1 BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP

encana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang.

Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan

prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial

ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional,

sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang

meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

3.1. RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) SEBAGAI ARAHAN SPASIAL RPI2 - JM

Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang

tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan

berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu

keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam

penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber

daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap

lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

3.1.1. RTRW Nasional

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No.

26 Tahun 2008 . RTRWN ini dijadikan sebagai pedoman untuk:

a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,

R

BAB

Arahan strategis nasional

Bidang cipta karya

KABUPATEN TANA TIDUNG

(2)

b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,

c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional,

d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah

provinsi, serta keserasian antar sektor,

e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,

f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan

g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

3.1.2. RTRW Kawasan Strategis Nasional

RTRW KSN ditetapkan melalui Perpres. Dan sampai saat ini RTRW KSN yang sudah ditetapkan

ada 7 wilayah yakni :

a. Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor,

Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur;

b. Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan

Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan;

c. Perpres No. 55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan

Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar;

d. Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan

Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo;

e. Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan

Infrastruktur Selat Sunda;

f. Perpres No. 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan,

dan Karimun.

Sampai saat ini Provinsi Kalimantan Utara belum memiliki RTRW KSN .

3.1.3. RTRW Pulau

RTR Pulau ditetapkan melalui Perpres. Ada 4 RTR Pulau yang telah di tetapkan yakni : Rencana

Tata Ruang Pulau Sulawesi; Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan; Rencana Tata Ruang

(3)

III-3 BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP

3.1.4. RTRW Provinsi Kalimantan Utara

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Kalimantan Utara untuk saat ini belum

ditetapkan melalui Peraturan Daerah. Adapun arahan RTRW Provinsi meliputi

pengembangan pola ruang, struktur ruang dan Strategi operasionalisasi pola ruang dan

struktur ruang yang diuraikan sebagai berikut :

A. Kawasan Lindung

Rencana pola ruang wilayah provinsi merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam

wilayah provinsi yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana

peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

Kawasan lindung terdiri atas :

a. kawasan hutan lindung;

b. kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya;

c. kawasan perlindungan setempat;

d. kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;

e. kawasan rawan bencana;

f. kawasan lindung geologi; dan

g. kawasan lindung lainnya.

i) Kawasan Hutan Lindung

Kawasan hutan lindung yang merupakan kawasan yang memberikan perlindungan

terhadap kawasan bawahannya ditetapkan dalam rangka:

a) mencegah terjadinya erosi dan sedimentasi;

b) menjaga fungsi hidrologis tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air

tanah, dan air permukaan; dan

c) memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah tertentu untuk

keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir, baik untuk

kawasan bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan.

Kawasan hutan lindung terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten

(4)

TABEL 3.1. KAWASAN HUTAN LINDUNG PROVINSI KALIMANTAN UTARA

KABUPATEN/ KOTA % LUASAN (HA)

Kab. Bulungan 15.90 224.769,60

Kab. Nunukan 11.45 158.014,95

Kab. Malinau 17.04 675.398,51

Kab. Tana Tidung - -

Kota Tarakan 27.83 224.769,60

Total 72.22 1.282.952,66

Sumber: Draf RTRWP 2014

ii) Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, meliputi:

a. Kawasan bergambut

Kawasan bergambut ditetapkan dengan kriteria kawasan yang mempunyai

kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan dan sebagai pengontrol tata air

permukaan.

Kawasan bergambut, terdapat di Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Tana Tidung.

b. Kawasan Resapan Air

Kawasan resapan air ditetapkan dengan kriteria kawasan yang mempunyai

kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan dan sebagai pengontrol tata air

permukaan.

Kawasan resapan air, terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten

Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.

iii) Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan perlindungan setempat di Provinsi Kalimantan Utara, meliputi:

a. Kawasan sempadan pantai

Kawasan sempadan pantai terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan,

Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung disesuaikan dengan lekukan garis

pantai dan dengan memperhatikan dan mempertimbangkan eksistensi kawasan

permukiman penduduk lokal, kawasan pelabuhan, kawasan parawisata dan olahraga

pantai dan kawasan pertahanan dan keamanan.

b. Kawasan sempadan sungai.

Kawasan sempadan sungai dikembangkan bagi seluruh aliran sungai baik yang

(5)

III-5 BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP

memperhatikan dan mempertimbangkan kawasan permukiman penduduk lokal pada

sepanjang sempadan sungai, dermaga sungai dan dermaga penyeberangan, kawasan

pariwisata dan kawasan pertahanan dan keamanan.

c. Kawasan sekitar danau atau waduk

Kawasan sekitar danau atau waduk terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan,

dan Kabupaten Nunukan.

d. Kawasan sempadan mata air

Kawasan sempadan mata air menyebar di seluruh wilayah provinsi.

e. Kawasan ruang terbuka hijau

Kawasan terbuka hijau kota menyebar di kawasan permukiman perkotaan. Adapun

arahan Kawasan Perlindungan Setempat Provinsi Kalimantan Utara disajikan pada

tabel dibawah ini :

TABEL 3.2. ARAHAN KAWASAN PERLINDUNGAN SETEMPAT PROVINSI KALIMANTAN

UTARA

N

O JENIS NORMA

INDIKASI PERATURAN ZONASI

NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN UTARA

1 Hutan

Lindung

Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.

Kawasan Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasn sekitar maupun bawahannya, sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah.

a. Pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam;

b. Ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan dan tutupan vegetasi; dan c. Pemanfaatan ruang kawasan

untuk kegiatan budidaya hanya diizinkan bagi penduduk asli dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di bawah pengawasan ketat

a. Pemanfaatan ruang untuk pemanfaatan (budidaya jamur, penangkaran satwa, budidaya tanaman obat dan tanaman hias, budidaya perlebahan dan budidaya sarang burung walet), pemanfaatan jasa lingkungan (wisata alam, pemanfaatan air, keindahan dan kenyamanan, usaha olahraga tantangan), dan pemungutan hasil hutan non kayu (rotan, madu, buah–buahan dan perburuan satwa

b. liar yang tidak dilindungi dan dilaksanakan secara tradisional) serta pendidikan dan penelitian;

c. Ketentuan pembatasan dalam kawasan hutan lindung hanya untuk pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan, penelitian dan wisata alam secara terbatas; d. Pemanfaatan dalam kawasan hutan lindung untuk rehabilitasi lahan, pembinaan habitat dan pembinaan kawasan serta pengurangan dan penambahan jumlah populasi suatu jenis, baik asli atau bukan asli ke dalam kawasan; dan

e. Ketentuan pelarangan dalam kawasan hutan lindung untuk kegiatan yang bersifat merubah bentang alam

2 Kawasan

bergamb ut

Kawasan Bergambut adalah kawasan yang unsur pembentuk tanahnya sebagian besar berupa sisa-sisa bahan organik yang tertimbun dalam waktu yang lama.

a. Pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam;

b. Ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi merubah tata air dan ekosistem unik; dan

c. Pengendalian material sedimen yang masuk ke kawasan bergambut melalui badan air.

a. Pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa mengubah bentang alam;

b. Ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengubah tata air dan ekosistem unik;

c. Pengendalian material sedimen yang masuk ke kawasan bergambut melalui badan air

(6)

Resapan Air

yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresap air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang berguna sebagai sumber air

Kawasan Resapan Air adalah daerah bercurah hujan tinggi, berstruktur tanah yang mudah meresapkan air dan mempnyai geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran.

terbatas untuk kegiatan budi daya tidak terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan; b. Penyediaan sumur resapan

dan/atau waduk pada lahan terbangun yang sudah ada; dan c. Penerapan prinsip zero delta Q

policy terhadap setiap kegiatan budi daya terbangun yang diajukan izinnya

4 Sempada

n Pantai

Sempadan Pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai.

c. Pendirian bangunan yang dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan rekreasi pantai;

d. Ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud pada huruf c; dan

e. Ketentuan pelarangan semua jenis kegiatan yang dapat menurunkan luas, nilai ekologis, dan estetika kawasan

a. Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau; b. Pengembangan struktur alami dan struktur buatan untuk

mencegah abrasi;

c. Pendirian bangunan yang dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan rekreasi pantai;

d. Ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud pada huruf c; dan

e. Ketentuan pelarangan semua jenis kegiatan yang dapat menurunkan luas, nilai ekologis, dan estetika kawasan.

5 Sempada

Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai

Kawasan Sekitar Danau/Waduk adalah kawasan tertentu di sekeliling danau/ waduk yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau/waduk/situ

a. Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau

b. Ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang dimaksudkan untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air,

c. Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman rekreasi; dan

d. Penetapan lebar sempadan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

a. Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau; b. Ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang dimaksudkan untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air;

c. Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman rekreasi; dan

d. Penetapan lebar sempadan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

6 Kawasan

Sekitar Mata Air

Kawasan Sekitar Mata Air adalah kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air.

a. Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau; dan

b. Pelarangan kegiatan yang dapat

menimbulkan pencemaran

terhadap mata air

a. Pemanfaatan ruang untuk ruang sekitar mata air; b. Ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali

bangunan yang dimaksudkan untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air; dan

c. Penetapan lebar kawasan sekitar mata air sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

7 Kawasan

Suaka Alam

Laut Kawasan Suaka Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan

pengawetan keanekaragaman

tumbuhan dan satwa serta

ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan.

o

a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan wisata alam;

b.Pembatasan kegiatan

pemanfaatan sumber daya alam;

c.Ketentuan pelarangan

pemanfaatan biota yang dilindungi peraturan perundang-undangan;

d. Ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat mengurangi daya dukung dan daya tampung lingkungan; dan

e. Ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat merubah bentang alam dan ekosistem

a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan wisata alam; b. Pembatasan kegiatan pemanfaatan sumber daya alam; c. Ketentuan pelarangan pemanfaatan biota yang dilindungi

peraturan perundang-undangan;

d. Ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat mengurangi daya dukung dan daya tampung lingkungan; dan e.Ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat mengubah

bentang alam dan ekosistem

8 Kawasan

Pantai Berhutan Bakau

Kawasan Pantai Berhutan Bakau diidentifikasikan sebagai kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan bakau (mangrove) yang berfungsi memberi perlindungan kepada perikehidupan pantai dan lautan.

a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan pendidikan, penelitian, dan wisata alam;

b. Ketentuan pelarangan pemanfaatan kayu bakau; dan c. Ketentuan pelarangan kegiatan

a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan pendidikan, penelitian, dan wisata alam;

(7)

III-7 BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP

yang dapat mengubah mengurangi luas dan/atau mencemari ekosistem bakau

9 Kawasan Taman Nasional

Kawasan Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk keperluan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.

a. Pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam;

b. Pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya hanya diizinkan bagi penduduk asli di zona penyangga dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di bawah pengawasan ketat; c. Ketentuan pelarangan kegiatan

budi daya di zona inti; dan d. Ketentuan pelarangan kegiatan

budi daya yang berpotensi

a. Pemanfaatan ruang hanya untuk kepentingan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan menunjang budidaya kawasan cagar alam, budaya dan wisata alam;

b. Ketentuan pelarangan untuk melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan zona inti, meliputi mengurangi, menghilangkan fungsi dan zona inti;

c. Ketentuan pelarangan memasukan/menambah jenis-jenis tumbuhan dan satwa bukan asli setempat;

d. Ketentuan pelarangan melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain taman nasional;

e. Pemanfaatan didalam zona pemanfaatan taman nasional, untuk pembangunan sarana kepariwisataan berdasarkan rencana pengelolaan; dan

f. Pemanfaatan untuk kegiatan kepariwisataan dan rekreasi, dengan memberikan hak pengusahaan atas zona pemanfaatan taman nasional serta mengikutsertakan masyarakat

10 Kawasan Taman Hutan Raya

Kawasan Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuj tujuan koleksi tumuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan jenis asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.

a. Pemanfaatan ruang untuk penelitian, pendidikan, dan wisata alam;

b. Ketentuan pelarangan kegiatan selain yang dimaksud pada huruf a;

c. Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a; dan d. Ketentuan pelarangan pendirian

bangunan selain yang dimaksud pada huruf c.

a. Pemanfaatan ruang hanya untuk kepentingan dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya kawasan cagar alam, budaya dan wisata alam;

b. Ketentuan pelarangan melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain taman hutan raya;

c. Ketentuan pembatasan didalam zona pemanfaatan taman hutan raya, untuk pembangunan sarana kepariwisataan berdasarkan rencana pengelolaan; dan

d. Pemanfaatan untuk kegiatan kepariwisataan dan rekreasi, dengan memberikan hak pengusahan atas zona pemanfaatan taman hutan raya serta mengikutsertakan masyarakat

11 Taman Wisata Alam

Kawasan Taman Wisata Alam adalah kawasn pelestarian alam dengan tujuan utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi.

a. Pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa mengubah bentang alam;

b. Ketentuan pelarangan kegiatan selain yang dimaksud pada huruf a;

c. Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a; dan d. Ketentuan pelarangan pendirian

bangunan selain yang dimaksud pada huruf c.

a. Pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa mengubah bentang alam;

b. Ketentuan pelarangan kegiatan selain yang dimaksud pada huruf a;

c. Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a; dan d. Ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang

dimaksud pada huruf a

12 Cagar

Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.

Kawasan Cagar budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua situs cagar budaya atau lebih yang letaknya

a. Pemanfaatan untuk penelitian, pendidikan, dan pariwisata; dan b. Ketentuan pelarangan kegiatan

dan pendirian bangunan yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan

a. Pemanfaatan untuk penelitian, pendidikan, dan pariwisata; b. Ketentuan pelarangan kegiatan dan pendirian bangunan

(8)

berdekatan Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan adalah kawasan yang merupakan lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernialai tinggi maupun bentukan geologi alami yang khas

13 Kawasan Rawan Tanah Longsor

Kawasan Rawan Tanah Longsor adalah kawasn berbentuk lereng yang rawan terhadap perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran.

a. Pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan

karakteristik, jenis, dan ancaman bencana;

b. Penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk; dan

c. Pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana dan kepentingan umum.

a. Pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana; b. Penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman

penduduk; dan

c. Pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana dan kepentingan umum

14 Kawasan Rawan Banjir

Kawasan Banjir adalah kawasan yang tergenang atau banjir bandang bersifat merusak, aliran arus air yang tidak terlalu dalam tetapi cepat dan bergolak (turbulent) dapat menghanyutkan manusia dan binatang. Aliran air yang membawa material tanah yang halus akan mampu menyeret material berupa batuan yang lebih berat sehingga daya rusaknya akan semakin tinggi.

a. Penetapan batas dataran banjir; b. Pemanfaatan dataran banjir bagi

ruang terbuka hijau dan pembangunan fasilitas umum dengan kepadatan rendah; dan c. Ketentuan pelarangan

pemanfaatan ruang bagi kegiatan permukiman dan fasilitas umum penting lainnya

a. Penetapan batas dataran banjir;

b. Pemanfaatan dataran banjir bagi ruang terbuka hijau dan pembangunan fasilitas umum dengan kepadatan rendah; dan

c. Ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bagi kegiatan permukiman dan fasilitas umum penting lainnya

15 Kawasan

a. Penetapan batas kawasan yang terkena dampak peruahan iklim;

b. Pemanfaatan kawasan yang terkena dampak perubahan iklim dan pembatasan pembangunan fasilitas umum; dan c. Kete ntuan pelarangan pemanfaatan ruang bagi kegiatan

permukiman dan fasilitas umum penting lainnya

16 Kawasan Keunikan Batuan Dan Fosil

a. Pemanfaatan untuk pariwisata tanpa mengubah bentang alam; b. Ketentuan pelarangan kegiatan

pemanfaatan batuan; dan c. Kegiatan penggalian dibatasi

hanya untuk penelitian arkeologi dan geologi.

a. Pemanfaatan untuk pariwisata tanpa mengubah bentang alam;

b. Ketentuan pelarangan kegiatan pemanfaatan batuan; dan c. Kegiatan penggalian dibatasi hanya untuk penelitian

arkeologi dan geologi

17 Kawasan Keunikan Bentang Alam

Pemanfaatannya bagi pelindungan bentang alam yang memiliki ciri langka dan/atau bersifat indah untuk pengembangan ilmu pengetahuan, budaya, dan/atau pariwisata.

Pemanfaatannya bagi pelindungan bentang alam yang memiliki ciri langka dan/atau bersifat indah untuk pengembangan ilmu pengetahuan, budaya, dan/atau pariwisata kawasan yang memiki ciri langka berupa proses geologi tertentu untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan/atau pariwisata.

Pemanfaatannya bagi pelindungan kawasan yang memiki ciri langka berupa proses geologi tertentu untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan/atau pariwisata

19 Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi

Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi mencakup kawasan rawan letusan gunung berapi, kawasan gempa bumi, kawasan rawan gerakan tanah, kawasan yang terletak di zona patahan aktif, kawasan rawan tsunami, kawasan rawan abrasi, kawasan rawan bahaya gas beracun

a. Pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana; b. Penentuan lokasi dan jalur

evakuasi dari permukiman penduduk; dan

c. Pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana

a. Pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana; b. Penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman

penduduk; dan

(9)

III-9 BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP

dan kepentingan umum

20 Kawasan Imbuhan Air Tanah

Kawasan Imbuhan Air Tanah yaitu wilayah resapan air yang mampu menambah air tanah secara alamiah pada cekungan air tanah.

a. Pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kegiatan budi daya tidak terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan

b. Penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan terbangun yang sudah ada; dan c. Penerapan prinsip zero delta Q

policy terhadap setiap kegiatan budi daya terbangun yang diajukan izinnya

a. Pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kegiatan budi daya tidak terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan;

b. Penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan terbangun yang sudah ada; dan

c. Penerapan prinsip zero delta Q policy terhadap setiap kegiatan budi daya terbangun yang diajukan izinnya

21 Kawasan Lindung Lainnya

a. Ketentuan pelarangan penangkapan biota laut yang dilindungi peraturan perundang-undangan; dan b. Pembatasan kegiatan pemanfaatan sumber daya kelautan

untuk mempertahankan makanan bagi biota yang bermigrasi

22 Kawasan Keanekar agaman Hayati

a. Penetapan batas kawasan untuk kawasan keanekaragaman hayati;

b. Ketentuan pelarangan kegiatan penangkapan ikan dan pengambilan keanekaragaman hayati; dan

c. Ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bagi kegiatan permukiman dan fasilitas umum penting lainnya

Kawasan Budidaya

1 Kawasan Hutan Produksi

Kawasan Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan. Kawasan peruntukan hutan prosuksi dimaksudkan untuk menyediakan komoditas hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan untuk keperluan industri, sekaligus untuk melindungi kawasan hutan yang ditetapkan sebagai hutan lindung dan hutan konservasi dari kerusakan akibat pengambilan hasil hutan yang tidak terkendali

a. Pembatasan pemanfaatan hasil hutan untuk menjaga kestabilan neraca sumber daya kehutanan; b. Pendirian bangunan dibatasi

hanya untuk menunjang kegiatan pemanfaatan hasil hutan; dan

c. Ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud pada huruf b

a. Pemanfaatan ruang untuk Ijin Usaha Pemanfaatan Kawasan (IUPK), Ijin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan (IUPJL), Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK), Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK), Ijin Pemungutan Hasil Hutan Kayu (IPHHK) dan Ijin Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu (IPHHBK);

b. Ketentuan pembatasan/pengendalian pemanfaatan dan pemungutan hasil hutan untuk menjaga kelestarian dan kestabilan neraca sumber daya hutan; dan

c. Ketentuan pembangunan sarana dan prasarana dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan pemanfaatan kawasan dan pemungutan hasil hutan

2 kawasan Pertanian

a. Pemanfaatan ruang untuk permukiman petani dengan kepadatan rendah; dan b. Ketentuan pelarangan alih fungsi

lahan menjadi lahan budi daya non pertanian kecuali untuk pembangunan sistem jaringan prasarana utama

a. Pemanfaatan ruang untuk lahan pertanian tanaman pangan dan permukiman perdesaan dengan kepadataan rendah;

b. Ketentuan pelarangan alih fungsi lahan menjadi lahan budidaya non pertanian kecuali untuk pembangunan sistem jaringan prasarana yang mendukung pertaniandan pembangunan sistem jaringan prasarana utama; c. Pemanfaatan ruang untuk budidaya tanamanperkebunan,

industri pengolahan hasil perkebunan serta sarana dan prasarana pendukungnya, dan permukiman perdesaan berkepadatan rendah;

d. Ketentuan pelarangan alih fungsi lahan penghasil produk perkebunan spesifik lokasi (ciri khas dan kulaitas tertentu pada komoditas perkebunan yang dihasilkan dan tidak dapat diperoleh pada wilayah lainnya); dan e. Ketentuan pelarangan pengembangan lahan budidaya

(10)

3 kawasan Perkebun an

a. Pemanfaatan ruang untuk areal perkebunan; b. Ketentuan jumlah dan jenis komoditas perkebunan yang

memiliki nilai ekonomi tinggi dan keunggulan komparatif; c. Pengembangan sistem jaringan infrastruktur utama; d. Permukiman untuk agroindustri hasil perkebunan; dan e. Perijinan kawasan perkebunan khusus untuk kawasan perkebunan yang batas arealnya berimpir dengan batas negara, tidak diperbolehkan atau dipindah-tangankan untuk Penanaman Modal Asing

4 Kawasan Perikana n

Kawasan Perikanan adalah wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan, budidaya, dan industri pengolahan hasil perikanan mencakup pula pelabuhan perikanan yang pengembangannya dilakukan denganmempertimbangkan skala ekonomi wilayah yang dilayaninya.

a. Pemanfaatan ruang untuk permukiman petani dan/atau nelayan dengan kepadatan rendah

b. Pemanfaatan ruang untuk kawasan pemijahan dan/atau kawasan sabuk hijau; dan c. Pemanfaatan sumber daya

perikanan agar tidak melebihi potensi lestari.

a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan budi daya perikanan; b. Pemanfaatan ruang untuk kawasan pemijahan dan/atau

kawasan konservasi;

c. Pemanfaatan ruang untuk kawasan agroindustri perikanan;

d. Kelestarian sumber daya perikanan; dan e. Ketersediaan infrastruktur perikanan

5 Kawasan Pariwisat a

Kawasan Pariwisata adalah kawasan didominasi oleh fungsi kepariwisataan dapat mencakup sebagian areal dalam kawasan lindung atau kawasn budidaya lainnya dimana terdapat

konsentrasidaya tarik dan fasilitas penunjang pariwisata.

a. Pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan;

b. Perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan masa lampau;

c. Pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan pariwisata; dan d. Ketentuan pelarangan pendirian

bangunan selain yang dimaksud pada huruf c.

a. Pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan; b. Ketentuan perlindungan terhadap situs peninggalan

kebudayaan masa lampau; dan

c. Pendirian bangunan dan sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata

6 Kawasan Industri

Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan kawasan Industri yang telah memiliki Izin Usaha Kawasan Industri

a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri baik yang sesuai dengan kemampuan penggunaan teknologi, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia di wilayah sekitarnya; dan b. Pembatasan pembangunan

perumahan baru sekitar kawasan peruntukan industri

a. Pemanfaatan untuk kegiatan industri baik yang sesuai dengan kemampuan penggunaan teknologi, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia di wilayah sekitarnya;

b. Ketentuan pembatasan pembangunan perumahan baru disekitar kawasan peruntukan industri; dan

c. Pengelolaan Kawasan Industri melalui pencegahan dan larangan untuk melakukan kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan

7 Kawasan Pertamba ngan

Tambang adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral atau batu bara yang meliputi penyelidikan umum, eksporasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan serta kegiatan pasca tambang Wilayah Pertambangan adalah wilayah yang memiliki potensi mineral dan/atau batubara dan tidak terikat dengan batasan administrasi pemerintahan yang merupakan bagian rencana tata ruang

a. Pengaturan pendirian bangunan agar tidak mengganggu fungsi alur pelayaran yang ditetapkan peraturan perundangundangan; b. Pengaturan kawasan tambang

dengan memperhatikan keseimbangan antara biaya dan manfaat serta keseimbangan antara risiko dan manfaat; dan c. Pengaturan bangunan lain

disekitar instalasi dan peralatan kegiatan pertambangan yang berpotensi menimbulkan bahaya dengan memperhatikan kepentingan daerah

a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan usaha pertambangan umum dan migas;

b. Ketentuan pengaturan pendirian bangunan tambang lepas pantai agar tidak mengganggu fungsi alur pelayaran; c. Ketentuan pengaturan kawasan tambang dengan

memperhatikan keterdapatan dan potensi sumber daya mineral dan energi;

d. Pengaturan bangunan lain di sekitar instalasi dan peralatan kegiatan pertambangan yang berpotensi menimbulkan bahaya dengan memperhatikan kepentingan daerah;

e. Pengelolaan kawasan pertambangan dengan memperhatikan aspek–aspek lingkungan hidup melalui penerapan praktek pertambangan yang ramah lingkungan; dan

f. Pemulihan kualitas lingkungan paska tambang. g. Seluruh kegiatan budidaya dapat dilakukan pada kawasan

peruntukan pertambangan yang di dalamnya baru terdapa izin usaha pertambangan eksplorasi;

(11)

III-11 BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP

Sumber: R TRWP 2014

iv). Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya

Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya ditetapkan dalam rangka:

a. mengawetkan keanekaragaman tumbuhan dan satwa dalam rangka mencegah

kepunahan spesies, melindungi sistem penyangga kehidupan, dan pemanfaatan

keanekaragaman hayati secara lestari; dan

b. melindungi kekayaan budaya bangsa berupa peninggalan sejarah, bangunan arkeologi

dan monumen, yang berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan dari ancaman

kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia.

Kawasan suaka alam, pelestarianalam, dan cagar budaya terdiri atas:

a. Kawasan suaka alam laut

Kawasan suaka alam laut ditetapkan di:

 Kawasan suaka alam Pulau Burung, Kawasan suaka alam Pulau Keris, dan Kawasan

suaka alam Peso di Kabupaten Bulungan; dan

 Kawasan suaka alam Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan

b. Kawasan pantai berhutan bakau

Kawasan pantai berhutan bakau meliputi Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan,

Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung.

kegiatan budidaya lain dengan ketentuan menyesuaikan dengan rencana penambangan dan reklamasi, tidak mendirikan bangunan permanen, tidak menjadi kendala bagi aktivitas penambangan, serta memperhatikan ketentuan yang berlaku dalam lingkungan kegiatan eksploitasi;

i. Boleh pengembangan industri terkait dengan pengolahan bahan tambang di luar

8 Kawasan Permuki man

Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasn linung, baik berupa kawasn perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

a. Penetapan amplop bangunan; b. Penetapan tema arsitektur

bangunan;

c. Penetapan kelengkapan bangunan dan lingkungan; dan d. Penetapan jenis dan syarat

penggunaan bangunan yang diizinkan

a. Penetapan amplop bangunan; meliputi garis sempadan bangunan, koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, koefisien dasar hijau, dan ketinggian bangunan;

b. Penetapan tema arsitektur bangunan; meliputi peryaratan penampilan bangunan gedung, tata ruang dalam, keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya, serta pertimbangan adanya keseimbangan antara nilai-nilai sosial budaya setempat terhadap penerapan berbagai perkembangan arsitektur dan rekayasa;

c. Penetapan kelengkapan bangunan dan lingkungan; antara lain lahan parkir, jalan, kelengkapan pemadam kebakaran, dan jalur evakuasi bencana; dan d. Penetapan jenis dan syarat penggunaan bangunan yang

(12)

c. Taman nasional ditetapkan di Taman Nasional Kayan Mentarang di Kabupaten

Nunukan dan Kabupaten Malinau.

d. Taman hutan raya

Taman hutan raya ditetapkan di Taman Hutan Raya Gunung Rian, Kecamatan

Sesayap, di Kabupaten Tana Tidung.

e. Taman wisata alam

Taman wisata alam ditetapkan di Kabupaten Bulungan.

f. Cagar budaya dan ilmu pengetahuan

Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan ditetapkan di Kabupaten Bulungan,

Kota Tarakan, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana

Tidung.

Adapun luasan kawasan ini dimasing-masing Kabupaten/ Kota di Provinsi Kalimantan

Utara adalah sebagai berikut:

TABEL 3.3. LUASAN KAWASAN SUAKA ALAM, PELESTARIAN ALAM, CAGAR BUDAYA PROVINSI KALIMANTAN UTARA

KABUPATEN/ KOTA

Total 47,252.75 12,321.82 151,482.58 55,536.94 10,072.76

Sumber: Draf RTRWP 2014

B. KAWASAN BUDIDAYA

Rencana kawasan budidaya di Provinsi Kalimantan Utara, terdiri atas:

1) Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

Kawasan peruntukan hutan produksi, terdiri atas:

a. kawasan peruntukan hutan produksi terbatas

Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas terdapat di Kabupaten Malinau,

Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung.

b. kawasan peruntukan hutan produksi tetap

Kawasan peruntukan hutan produksi tetap terdapat di Kabupaten Malinau, Kabupaten

(13)

III-13 BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP

c. kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi

Kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi terdapat di Kabupaten

Malinau, Kabupaten Bulungan, dan Kabupaten Nunukan.

2) Kawasan Peruntukkan Hutan Rakyat

Kawasan peruntukan hutan rakyat, ditetapkan dengan kriteria kawasan yang dapat

diusahakan sebagai hutan oleh orang pada tanah yang dibebani hak milik. Kawasan

peruntukan hutan rakyat terdapat di Kabupaten Malinau, Kabupaten Bulungan, dan

Kabupaten Nunukan. Distribusi kawasan hutan rakyat diatur lebih lanjut secara rinci

dalam rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota bersangkutan.

3) Kawasan Peruntukan Pertanian

Kawasan peruntukan pertanian, ditetapkan dengan kriteria:

a. memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian;

b. ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan abadi;

c. mendukung ketahanan pangan nasional; dan/atau

d. dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat ketersediaan air.

Kawasan peruntukan pertanian, meliputi;

a. kawasan pertanian tanaman pangan

Kawasan pertanian tanaman pangan terdapat di Kabupaten Bulungan, Kabupaten

Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.

b. kawasan hortikultura

Kawasan hortikultura terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten

Malinau, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung.

c. kawasan perternakan

Kawasan perternakan terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten

Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.

4) Kawasan Peruntukan Perkebunan

Kawasan peruntukan perkebunan, ditetapkan dengan kriteria:

a. memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan perkebunan;

b. ditetapkan sebagai lahan perkebunan bernilai ekonomi tinggi; dan/atau

c. mendukung kawasan perbatasan untuk fungsi kesejahteraan masyarakat dan fungsi

(14)

Kawasan perkebunan terdapat di Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, Kabupaten

Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.

5) Kawasan Peruntukan Perikanan

Kawasan peruntukan perikanan, terdiri atas:

a. kawasan budidaya perikanan

Kawasan budidaya perikanan terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan,

Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.

b. kawasan perikanan tangkap

Kawasan perikanan tangkap terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan,

Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung.

c. kawasan pengolahan ikan

Kawasan pengolahan ikan terdapat di Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Nunukan.

6) Kawasan Peruntukan Pertambangan

Kawasan peruntukan pertambangan, terdiri atas:

a. kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batubara

Kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batubara terdapat di Kabupaten

Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten

Tana Tidung.

b. kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi

Kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi terdapat di Kabupaten

Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung.

7) Kawasan Peruntukan Industri

Kawasan peruntukan industri, ditetapkan dengan kriteria:

a. berupa wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan industri;

b. memberikan nilai tambah pada komoditas unggulan wilayah;

c. tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan/atau

d. tidak mengubah lahan produktif.

Kawasan peruntukan industri terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten

Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.

8) Kawasan Peruntukan Pariwisata

Kawasan peruntukan pariwisata, ditetapkan dengan kriteria:

(15)

III-15 BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP

b. mendukung upaya pelestarian budaya, keindahan alam, dan lingkungan.

Kawasan peruntukan pariwisata, terdiri atas:

 kawasan pariwisata alam

Kawasan pariwisata alam, terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan,

Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.

 Kawasan pariwisata budaya

Kawasan pariwisata budaya, meliputi Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan,

Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.

 Kawasan pariwisata buatan

Kawasan pariwisata buatan, meliputi Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, dan

Kabupaten Tana Tidung.

9) Kawasan Peruntukan Permukiman

Kawasan peruntukan permukiman meliputi:

a. Permukiman perkotaan

 Kawasan permukiman perkotaan didominasi oleh kegiatan non agraris dengan

tatanan kawasan permukiman yang terdiri atas sumberdaya buatan seperti

perumahan, fasilitas sosial, fasilitas umum, prasarana dan sarana perkotaan;

 Kawasan permukiman di PKN, PKW, dan PKL yang padat penduduknya; dan

 Pola permukiman perkotaan yang rawan terhadap bencana alam seperti banjir,

gempa bumi, dan tsunami harus menyediakan tempat evakuasi pengungsi bencana

alam baik berupa lapangan terbuka di tempat ketinggian ≥ 30 m di atas

permukaan laut

b. Permukiman perdesaan

 Didominasi oleh kegiatan agraris dengan kondisi kepadatan bangunan, penduduk

serta prasarana dan sarana permukiman yang rendah, dan kurang intensif dalam

pemanfaatan lahan untuk keperluan non agraris;

 Bangunan-bangunan perumahan diarahkan menggunakan nilai kearifan budaya

lokal seperti pola rumah kebun dengan bangunan berlantai panggung; dan

 Kawasan permukiman perdesaan termasuk kawasan permukiman penduduk di

perkampungan yang ada (kecuali perkampungan-perkampungan yang berlokasi di

kawasan lindung yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung)

c. Permukiman pada kawasan khusus

(16)

 kawasan permukiman yang tumbuh akibat kegiatan sentra ekonomi;

 kawasan industri yang mengalami kelangkaan penyediaan rumah untuk pekerja

industri;

 kawasan perbatasan yang mengalami kesenjangan sosial ekonomi dengan negara

tetangga dan kerawanan terhadap gangguan pertahanan dan keamanan wilayah

kedaulatan negara;

 kawasan permukiman pada kawasan lindung yang telah menjadi kawasan

permukiman suku asli daerah;

 kawasan nelayan yang mengalami kerawanan terhadap bencana kebakaran,

rawan terhadap terpaan gelombang termasuk tsunami dan angin ribut;

 kawasan permukiman pada kawasan pertambangan yang mengalami kelangkaan

penyediaan rumah untuk pekerja tambang dan energi;

 kawasan permukiman padakawasan pertanian yang tidak layak lingkungan

perumahannya, termasuk ketersediaan prasarana dan sarana tidak memadai;

 kawasan permukiman pada kawasan pariwisata yang mengalami kelangkaan

penyediaan rumah untuk pekerja di sektor pariwisata, kawasan perumahan yang

berada di sekitar destinasi pariwisata yang mempunyai isu lingkungan dengan

ketersediaan prasarana dan sarana umum yang belum memadai dan lingkungan

perumahan yang memiliki nilai jual wisata;

 kawasan permukiman pada kawasan pelabuhan yang mengalami kelangkaan

penyediaan rumah, isu kemiskinan dan kekumuhan di sekitarnya, baik pelabuhan

lautmaupun perikanan;

 kawasan permukiman pada kawasan cagar budaya yang mengalami kelangkaan

penyediaan rumah dan ketidaklayakan lingkungan perumahan, dan isu lingkungan

terjadi terutama pada kawasan perumahan yang berada di sekitar obyek wisata

alam yang menjadi bagian dari kawasan cagar terkait dengan ketersediaan

prasarana dan sarana umum yang belum memadai; dan

 kawasan khusus lainnya pada kawasan permukiman yang mengalami kelangkaan

penyediaan rumah untuk pekerja informal di sektor khusus lainnya, kekumuhan

serta adanya isu lingkungan terjadi terutama pada kawasan perumahan terkait

dengan prasarana dan sarana umum yang belum memadai.

10) Kawasan Peruntukan Lainnya

(17)

III-17 BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP

 Kawasan peruntukan instalasi pembangkit energi listrik;

 Instalasi militer; dan

(18)
(19)

III-19 BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP

(20)

3.1.5. RTRW Kabupaten Tana Tidung

3.1.5.1. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Tana Tidung

Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah

kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Tujuan penataan ruang

wilayah kabupaten memiliki fungsi:

1. Sebagai dasar untuk memformulasikan kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah

kabupaten;

2. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW kabupaten; dan

3. Sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah

kabupaten.

Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan:

a. Visi dan misi pembangunan wilayah kabupaten;

b. Karakteristik wilayah kabupaten;

c. Isu strategis; dan

d. Kondisi objektif yang diinginkan.

Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria:

1) Tidak bertentangan dengan tujuan penataan ruang wilayah provinsi dan nasional;

2) Jelas dan dapat tercapai sesuai jangka waktu perencanaan; dan

3) Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Tujuan penataan ruang merupakan arah pengembangan ruang yang akan dicapai selama kurun

waktu perencanaan. Tujuan ini akan menjadi dasar penyusunan konsep dan strategi pemanfaatan

ruang wilayah, yang selanjutnya akan diwujudkan dalam alokasi ruang pada Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW). Secara umum, penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk

mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan, melalui upaya:

a) Terwujudnya keharmonisan lingkungan;

b) Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan

dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan

c) Terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap

lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

Atas dasar pertimbangan potensi yang dimiliki, permasalahan, tantangan dan peluang serta

prospek pengembangan wilayah, maka tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Tana Tidung

(21)

III-21 BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP

“Untuk Mewujudkan Kabupaten Tana Tidung Sebagai Sentra Agroindustri, Pertanian, dan Perikanan Berbasis Masyarakat”.

3.1.5.2. Kebijakan Penataan Ruang Kab. Tana Tidung

Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten adalah arahan pengembangan wilayah yang

ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten guna mencapai tujuan penataan ruang wilayah

kabupaten dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun.

Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan

untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten. Kebijakan penataan ruang wilayah

kabupaten berfungsi sebagai :

1. Sebagai dasar untuk memformulasikan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;

2. Sebagai dasar untuk merumuskan struktur dan pola ruang wilayah kabupaten;

3. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW kabupaten; dan

4. Sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah

kabupaten.

Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan :

a. Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten;

b. Karakteristik wilayah kabupaten;

c. Kapasitas sumber daya untuk mewujudkan tujuan penataan ruang; dan

d. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria:

1) Mengakomodasi kebijakan penataan ruang wilayah nasional dan kebijakan penataan ruang

wilayah provinsi;

2) Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan;

3) Mampu menjawab isu-isu strategis baik yang ada sekarang maupun yang diperkirakan akan

timbul di masa yang akan datang; dan

4) Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Dengan rangka pencapaian tujuan penataan ruang wilayah kabupaten, maka rumusan kebijakan

penataan ruang Kabupaten Tana Tidung adalah sebagai berikut:

a. pengoptimalan pemanfaatan potensi agroindustri, perdagangan dan pertanian dalam rangka

mendorong perbaikan kualitas kehidupan masyarakat;

(22)

c. pemantapan pemanfaatan ruang kawasan lindung sesuai dengan fungsinya;

d. pengelolaan wilayah pesisir dan laut dengan pendekatan keterpaduan ekosistem;

sumberdaya, dan kegiatan pembangunan berkelanjutan;

e. pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah; dan

f. pengoptimalan potensi lahan budidaya dan sumberdaya alam yang mendorong;

pertumbuhan sosial ekonomi pada wilayah belum berkembang.

3.1.5.3. Strategi Penataan Ruang Kabupaten Tana Tidung

Strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang

wilayah kabupaten ke dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

Strategi penataan ruang wilayah kabupaten berfungsi :

1. Sebagai dasar untuk penyusunan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan penetapan

kawasan strategis kabupaten;

2. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW kabupaten; dan

3. Sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah

kabupaten.

Strategi penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan :

a. Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten;

b. Kapasitas sumber daya wilayah kabupaten dalam melaksanakan kebijakan penataan

ruangnya; dan

c. Ketentuan peraturan perundang-undangan.

Strategi penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria:

1) Memiliki kaitan logis dengan kebijakan penataan ruang;

2) Tidak bertentangan dengan tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah nasional,

dan provinsi;

3) Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah

kabupaten bersangkutan secara efisien dan efektif;

4) Harus dapat dijabarkan secara spasial dalam rencana struktur dan rencana pola ruang

(23)

III-23 BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP

5) Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Sebagai turunan dari rumusan kebijakan penataan ruang yang dijabarkan secara lebih

operasional, maka strategi penataan ruang Kabupaten Tana Tidung adalah sebagai berikut:

(1) Pengoptimalan pemanfaatan potensi agroindustri, perdagangan dan pertanian dalam rangka

mendorong perbaikan kualitas kehidupan masyarakat dengan strategi meliputi:

a. mengembangkan sentra agroindustri dan pendapatan petani melalui revitalisasi sektor

pertanian, perdagangan, jasa dan pariwisata;

b. mengembangkan industri kecil, menengah dan industri besar terutama jenis industri

yang mengolah hasil pertanian, perikanan dan kehutanan;

c. memantapkan usaha pemberdayaan petani dan nelayan;

d. mengembangkan kerjasama dan sinergitas antara perguruan tinggi, lembaga penelitian,

petani dan industri; dan

e. mengembangkan penelitian dan teknologi tepat guna sektor pertanian dan perikanan.

(2) Penataan lahan pertanian lahan basah serta meningkatkan produktivitas pertanian dengan

strategi meliputi:

f. menetapkan kawasan lahan pangan pertanian berkelanjutan;

g. merehabilitasi dan memelihara jaringan irigasi; dan

h. meningkatkan produktivitas lahan sawah tadah hujan dan pertanian tanaman pangan.

(3) Pemantapan pemanfaatan ruang kawasan lindung sesuai dengan fungsinya dengan strategi

meliputi:

a. memulihkan fungsi kawasan lindung secara bertahap;

b. mengendalikan pembangunan prasarana wilayah di sekitar kawasan lindung;

c. mengoptimalkan pendayagunaan kawasan lindung hutan dan non hutan;

d. mengendalikan pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan pada kawasan

lindung; dan

e. merehabilitasi lahan kritis pada kawasan lindung.

(4) Pengelolaan wilayah pesisir dan laut dengan pendekatan keterpaduan ekosistem,

sumberdaya dan kegiatan pembangunan berkelanjutan dengan strategi meliputi:

a. merehabilitasi kawasan pelestarian ekologi pesisir dan pulau kecil serta kawasan

perlindungan bencana pesisir;

b. mengembangkan budidaya perikanan;

c. mengoptimalkan fungsi hutan bakau;

d. mengembangkan perikanan tangkap; dan

(24)

(5) Pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah dengan strategi meliputi:

a. meningkatkan akses jaringan jalan;

b. mengembangkan dan meningkatkan ketersediaan dan kualitas prasarana wilayah;

c. mengembangkan alokasi prasarana dan sarana fisik, sosial, dan ekonomi sesuai fungsi

dan terintegrasi dengan struktur ruang wilayah;

d. mengembangkan sistem energi;

e. meningkatkan ketersediaan dan kualitas prasarana sumberdaya air berbasis DAS;

f. mengembangkan sistem pengelolaan persampahan skala regional dan lokal; dan

g. mengembangkan sistem telekomunikasi yang merata.

(6) Pengoptimalan potensi lahan budidaya dan sumberdaya alam yang mendorong

pertumbuhan sosial ekonomi di wilayah belum berkembang dengan strategi meliputi:

a. meningkatkan prasarana transportasi;

b. mengembangkan perekonomian pada kawasan budidaya wilayah tertinggal;

c. meningkatkan akses kawasan budidaya ke jaringan jalan arteri dan jalan kolektor;

d. meningkatkan sarana dan prasarana pendukung di pusat kegiatan; dan

e. meningkatkan produktivitas dan komoditas unggulan serta pengembangan keterkaitan

hulu dan hilir.

3.2. ARAHAN STRATEGIS NASIONAL

Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2010, menjelaskan bahwa penataan ruang kawasan strategis

dilakukan untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi dan/atau mengoordinasikan

keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan dalam mendukung penataan ruang wilayah.

Kawasan strategis terdiri atas kawasan yang mempunyai nilai strategis yang meliputi:

a. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan;

b. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi;

c. Kawasan strategis dari sudut kepentingan social dan budaya;

d. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau

teknologi tinggi; dan

Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

3.2.1. Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Sesuai dengan arahan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Nasional, Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang penataan

(25)

III-25 BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP

kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau

lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia. Penetapan

Kawasan Strategis Nasional dilakukan berdasarkan beberapa kepentingan, yaitu:

a. pertahanan dan keamanan

b. pertumbuhan ekonomi

c. sosial dan budaya

d. pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

e. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup

Kawasan Strategis Nasional (KSN) di Provinsi Kalimantan Utara, ditetapkan di:

1. Kawasan strategis nasional Perbatasan Darat RI dan Jantung Kalimantan (Heart Of Borneo)

Kalimantan Utara; dan

2. Kawasan strategis nasional Perbatasan Laut RI di sekitar pulau-pulau kecil terluar Kalimantan

Utara meliputi Pulau Sebatik, dan Gosong Makassar.

Adapun Kawasan Strategis Nasional (KSN) di wilayah Provinsi Kalimantan Utara, tersaji

pada tabel berikut ini :

Tabel 3.4.

Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) di Provinsi Kalimantan Utara

Sumber : RTRW Prov. Kalimantan Utara 2014

NO KAWASAN STRATEGIS NASIONAL SUDUT

KEPENTINGAN KOTA / KABUPATEN STATUS HUKUM

1

Pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, Pintu gerbang internasional, Simpul transportasi di kawasan perbatasan negara

pusat pengembangan wisata budaya

Pertahanan dan

Pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, Pintu gerbang internasional, Simpul transportasi di kawasan perbatasan negara

pusat pengembangan wisata budaya

Pertahanan dan

Pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, Pintu gerbang internasional,Simpul transportasi di kawasan perbatasan negara

pusat pengembangan ekowisata dan wisata budaya

Pertahanan dan

Pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, Pintu gerbang internasional, Simpul transportasi di kawasan perbatasan negara

pusat pengembangan ekowisata dan wisata budaya

(26)

3.2.2. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN adalah kawasan perkotaan yang

ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara. Wilayah Provinsi

Kalimantan Utara berbatasan darat dan laut dengan negara Malaysia dan Pilipina. Karena itu

maka provinsi Kalimantan Utara masuk dalam PKSN.

Adapun Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di wilayah Provinsi Kalimantan Utara, tersaji

pada tabel berikut ini :

Tabel 3.5. Lokasi Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di Provinsi Kalimantan Utara

NO PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL STATUS PROVINSI

1 Nunukan, Simanggaris, dan Long Midang

(Kabupaten Nunukan);

Pengembangan

/ Peningkatan Fungsi Kalimantan Utara

2 Long Nawang (Kabupaten Malinau).

Pengembangan / Peningkatan Fungsi

)

Kalimantan Utara

A.

Kawasan Lindung

Rencana pola ruang wilayah provinsi merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam

wilayah provinsi yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana

peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

Kawasan lindung terdiri atas :

i) Kawasan Rawan Bencana Alam

Kawasan rawan bencana alam ditetapkan dalam rangka memberikan perlindungan

semaksima lmungkin atas kemungkinan bencana alam terhadap fungsi lingkungan hidup dan

kegiatan lainnya.

Kawasan rawan bencana alam berupa kawasan bencana alam banjir pasang ditetapkan di:

a. Kawasan rawan tanah longsor

Kawasan rawan tanah longsor meliputi kawasan berbentuk lereng yang rawan terhadap

perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau

material campuran.

Kawasan rawan tanah longsor terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan,

(27)

III-27 BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP

b. Kawasan rawan banjir

Kawasan rawan banjir meliputi kawasan yang diidentifikasikan sering dan/atau

berpotensi tinggi mengalami bencana alam banjir.

Kawasan rawan banjir terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten

Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.

ii) Kawasan Lindung Geologi

Kawasan lindung ditetapkan dalam rangka memberikan perlindungan semaksimal mungkin

atas kemungkinan bencana alam geologi terhadap fungsi lingkungan hidup dan kegiatan

lainnya.

Kawasan lindung geologi, meliputi:

a. kawasan cagar alam geologi

kawasan cagar alam geologi meliputi:

 kawasan keunikan batuan dan fosil

Kawasan keunikan batuan dan fosil terdapat di Kabupaten Bulungan.

 kawasan keunikan bentang alam

Kawasan keunikan bentang alam terdapat di Kabupaten Bulungan.

 kawasan keunikan proses geologi

Kawasan keunikan proses geologi terdapat di Kabupaten Bulungan.

b. kawasan rawan bencana alam geologi

kawasan rawan bencana alam geologi, berupa kawasan abrasi. Kawasan rawan abrasi

ditetapkan dengan criteria pantai yang berpotensi dan/atau pernah mengalami abrasi.

Kawasan rawan abrasi terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten

Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung.

c. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah meliputi:

 kawasan imbuhan air tanah

Kawasan imbuhan air tanah meliputi:

 memiliki jenis fisik batuan dengan kemampuan meluluskan air dengan jumlah

yang berarti;

 memiliki lapisan penutup tanah berupa pasir sampai lanau;

 memiliki hubungan hidrogeologis yang menerus dengan daerah lepasan; dan/atau

 memiliki muka air tanah tidak tertekan yang letaknya lebih tinggi daripada muka

(28)

Kawasan imbuhan air tanah ditetapkan di CAT Tanjung Selor.

 kawasan sempadan mata air

Kawasan sempadan mata air meliputi:

 daratan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat untuk mempertahankan

fungsi mata air; dan

 wilayah sempadan mata air dengan jarak paling sedikit 200 (dua ratus) meter dari

mata air.

Kawasan sempadan mata air ditetapkan di Kabupaten Bulungan, Kabupaten

Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.

iii) Kawasan Lindung Lainnya

Kawasan lindung lainnya ditetapkan dalam rangka mempertahankan, melestarikan, dan

mengembangkan plasma nutfah. kawasan lindung lainnya terdiri atas:

a. Kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut

Kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut terdapat pada koridor ekosistem

bekantan dan orang utan yang menghubungkan antar ekosistem dataran tinggi di

Kabupaten Malinau dan Kabupaten Nunukan.

b. Kawasan konservasi perairan daerah

(29)

III-29 BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP

Peta 3.3. Peta Kawasan Lindung Provinsi Kalimantan Utara

(30)

B. Kawasan Budidaya

Rencana kawasan budidaya di Provinsi Kalimantan Utara, terdiri atas:

1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

Kawasan peruntukan hutan produksi, terdiri atas:

a. kawasan peruntukan hutan produksi terbatas

Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas terdapat di Kabupaten Malinau,

Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung.

b. kawasan peruntukan hutan produksi tetap

Kawasan peruntukan hutan produksi tetap terdapat di Kabupaten Malinau,

Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung.

c. kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi

Kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi terdapat di Kabupaten

Malinau, Kabupaten Bulungan, dan Kabupaten Nunukan.

2. Kawasan Peruntukkan Hutan Rakyat

Kawasan peruntukan hutan rakyat, ditetapkan dengan kriteria kawasan yang dapat

diusahakan sebagai hutan oleh orang pada tanah yang dibebani hak milik. Kawasan

peruntukan hutan rakyat terdapat di Kabupaten Malinau, Kabupaten Bulungan, dan

Kabupaten Nunukan. Distribusi kawasan hutan rakyat diatur lebih lanjut secara rinci

dalam rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota bersangkutan.

3. Kawasan Peruntukan Pertanian

Kawasan peruntukan pertanian, ditetapkan dengan kriteria:

a. memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian;

b. ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan abadi;

c. mendukung ketahanan pangan nasional; dan/atau

d. dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat ketersediaan air.

Kawasan peruntukan pertanian, meliputi;

a. kawasan pertanian tanaman pangan

Kawasan pertanian tanaman pangan terdapat di Kabupaten Bulungan, Kabupaten

Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.

b. kawasan hortikultura

Kawasan hortikultura terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten

Malinau, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung.

(31)

III-31 BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP

Kawasan perternakan terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten

Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.

4. Kawasan Peruntukan Perkebunan

Kawasan peruntukan perkebunan, ditetapkan dengan kriteria:

a. memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan perkebunan;

b. ditetapkan sebagai lahan perkebunan bernilai ekonomi tinggi; dan/atau

c. mendukung kawasan perbatasan untuk fungsi kesejahteraan masyarakat dan fungsi

pertahanan keamanan.

Kawasan perkebunan terdapat di Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, Kabupaten

Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.

5. Kawasan Peruntukan Perikanan

Kawasan peruntukan perikanan, terdiri atas:

a. kawasan budidaya perikanan

Kawasan budidaya perikanan terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan,

Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.

b. kawasan perikanan tangkap

Kawasan perikanan tangkap terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan,

Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung.

c. kawasan pengolahan ikan

Kawasan pengolahan ikan terdapat di Kabupaten Bulungan dan Kabupaten

Nunukan.

6. Kawasan Peruntukan Pertambangan

Kawasan peruntukan pertambangan, terdiri atas:

a. kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batubara

Kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batubara terdapat di Kabupaten

Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten

Tana Tidung.

b. kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi

Kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi terdapat di Kabupaten

Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung.

7. Kawasan Peruntukan Industri

Kawasan peruntukan industri, ditetapkan dengan kriteria:

a. berupa wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan industri;

(32)

c. tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan/atau

d. tidak mengubah lahan produktif.

Kawasan peruntukan industri terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan,

Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.

8. Kawasan Peruntukan Pariwisata

Kawasan peruntukan pariwisata, ditetapkan dengan kriteria:

a. memiliki objek dengan daya tarik wisata; dan/atau

b. mendukung upaya pelestarian budaya, keindahan alam, dan lingkungan.

Kawasan peruntukan pariwisata, terdiri atas:

 kawasan pariwisata alam

Kawasan pariwisata alam, terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan,

Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.

 Kawasan pariwisata budaya

Kawasan pariwisata budaya, meliputi Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan,

Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.

 Kawasan pariwisata buatan

Kawasan pariwisata buatan, meliputi Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, dan

Kabupaten Tana Tidung.

9. Kawasan Peruntukan Permukiman

Kawasan peruntukan permukiman meliputi:

a. Permukiman perkotaan

 Kawasan permukiman perkotaan didominasi oleh kegiatan non agraris dengan

tatanan kawasan permukiman yang terdiri atas sumberdaya buatan seperti

perumahan, fasilitas sosial, fasilitas umum, prasarana dan sarana perkotaan;

 Kawasan permukiman di PKN, PKW, dan PKL yang padat penduduknya; dan

 Pola permukiman perkotaan yang rawan terhadap bencana alam seperti banjir,

gempa bumi, dan tsunami harus menyediakan tempat evakuasi pengungsi bencana

alam baik berupa lapangan terbuka di tempat ketinggian ≥ 30 m di atas

permukaan laut

b. Permukiman perdesaan

Didominasi oleh kegiatan agraris dengan kondisi kepadatan bangunan, penduduk

serta prasarana dan sarana permukiman yang rendah, dan kurang intensif dalam

Gambar

TABEL 3.2.  ARAHAN KAWASAN PERLINDUNGAN SETEMPAT PROVINSI KALIMANTAN
TABEL 3.3.  LUASAN KAWASAN SUAKA ALAM, PELESTARIAN ALAM,  CAGAR BUDAYA PROVINSI KALIMANTAN UTARA
Tabel 3.4.
Tabel 3.5.  Lokasi Pusat Kegiatan Strategis Nasional  (PKSN) di Provinsi  Kalimantan Utara
+3

Referensi

Dokumen terkait

tersebut tidak ada dalam perbuatan atau sikap seseorang, maka tidak.. dapat disebut

Sebuah tag RFID selangkah lebih maju dengan mengemisikan sebuah nomor seri unik di antara jutaan obyek yang identik, sehingga ia dapat mengindikasikan “Ini

besi cor yang mana membuat kualitas produk rendah karena adanya bagian permukaan dari molten metal yang meleleh menempel pada permukaan pipa.. rendah dan umur

Praktik Pengalaman Lapangan adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan mahasiswa yang sedang praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

Ada beberapa fitur yang tersedia dalam aplikasi joox yaitu : koleksi musik, personalisasi musik,e. top charts, realtime sharing,joox vip, rekomendasi playlist, dan

untuk masuk, penerimaan pasien rawat inap, merekam masuk, transfer dan kematian, organisasi dari layanan administrasi medis dan departemen rekam medis harus dapat

Jurnal internasional yang berjudul “Strategic Magagement and The Philosophy of Science : The case for a constructivist methodology” yang ditulis oleh Raza Mir

Pada Bulan Februari 2014 kelompok-kelompok komoditi memberikan andil/sumbangan deflasi adalah: kelompok Bahan Makanan sebesar -0,51 persen; kelompok Makanan Jadi,