• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 9df4630328 BAB IIIBAB III Arahan Kebijakan dan Renstra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 9df4630328 BAB IIIBAB III Arahan Kebijakan dan Renstra"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 3

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA

STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG

CIPTA KARYA

3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan

Penataan Ruang

Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam

pembangunan nasional karena turut berperan serta dalam mendorong

pertumbuhan ekonomi, mengurangi angka kemiskinan, maupun menjaga

kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, Ditjen Cipta Karya berperan penting

dalam implementasi amanat kebijakan pembangunan nasional.

3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

3.1.1.1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025

RPJPN2005-2025 yang ditetapkanmelalui UU No. 17 Tahun 2007,

(2)

arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan

secara bertahap dalam jangka waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut,

ditetapkan bahwa Visi Indonesia pada tahun 2025 adalah “Indonesia yang

Mandiri, Maju, Adil dan makmur”. Dalam penjabarannya RPJPN

mengamanatkan beberapa hal sebagai berikut dalam pembangunan bidang

Cipta Karya, yaitu:

a. Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan

dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan

terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan

sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi,

pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.

Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap

kebutuhan (demand responsive approach) dan pendekatan terpadu

dengan sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya

air, serta kesehatan.

b. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan

maka Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum

dan sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset

(asset management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2)

pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi

masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang

kredibel dan profesional, dan (4) penyediaan sumber-sumber

pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi

(3)

c. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata

dan berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang

dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh

masyarakat untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran

pemerintah akan lebih difokuskan pada perumusan kebijakan

pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran swasta dalam

penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama

untuk proyek-proyek yang bersifat komersial.

d. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada

setiap tahapan RPJMN, yaitu: RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing

perekonomian ditingkatkan melalui percepatan pembangunan

infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah

dan dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan permukiman.

RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh

masyarakat terus meningkat karena didukung oleh sistem pembiayaan

perumahan jangkapanjang dan berkelanjutan, efisien, dan

akuntabel. Kondisi itusemakin mendorong terwujudnya kota tanpa

permukiman kumuh. RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya

kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana

(4)

3.1.1.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional III

(2015-2019)

RPJMN 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan nasional

jangka menengah hasil penjabaran tahapan ketiga dari RPJPN 2005-2025

yang kemudian disandingkan dengan Visi, Misi, dan Agenda Presiden/Wakil

Presiden (Nawa Cita). RPJMN III ditetapkan melalui Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015. Arahan sesuai dengan Target

RPJMN III yang didukung Infrastruktur Bidang Cipta Karya yakni dalam

pemenuhan Standar Pelayanan Minimal.

Sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum

dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:

1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0

persen;

2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk

Indonesia;

3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum;

4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan

prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional;

5. Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang

mendukung;

6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah

domestik, sampah

dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan

(5)

7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk

keserasiannya terhadap lingkungan

Sasaran pembangunan perkotaan yang tercantum dalam RPJMN

2015-2019 adalah sebagai berikut:

1. Pembangunan 5 kawasan metropolitan baru di luar Pulau Jawa-Bali

sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang diarahkan menjadi pusat

investasi dan penggerak pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya

guna mempercepat pemerataan pembangunan di luar Pulau Jawa;

2. Peningkatan peran dan fungsi sekaligus perbaikan manajemen

pembangunan di 7 kawasan perkotaan metropolitan yang sudah ada

untuk diarahkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) berskala global

guna meningkatkan daya saing dan kontribusi ekonomi;

3. Pengembangan sedikitnya 20 kota otonom di luar Pulau Jawa – Bali

khususnya di KTI yang diarahkan sebagai pengendali (buffer) arus

urbanisasi ke Pulau Jawa yang diarahkan sebagai pusat pertumbuhan

ekonomi bagi wilayah sekitarnya serta menjadi percotohan (best

practices) perwujudan kota berkelanjutan;

4. Pembangunan 10 kota baru publik yang mandiri dan terpadu di sekitar

kota atau kawasan perkotaan metropolitan yang diperuntukkan bagi

masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah serta diarahkan

sebagai pengendali (buffer) urbanisasi di kota atau kawasan perkotaan

metropolitan;

5. Perwujudan 39 pusat pertumbuhan baru perkotaan sebagai Pusat

(6)

10 Kota Baru 20 Kota Sedang 7 Kawasan Metropolitan

Eksisting

39 Pusat Pertumbuhan

Baru 5 Kawasan

Metropolitan Baru

Sasaran pembangunan perkotaan yang didukung oleh

infrastruktur permukiman bidang Cipta Karya yakni diprioritaskan pada: 5

Kawasan Metropolitan Baru, 7 Kawasan Metropolitan Eksisting, 20 Kota

Sedang, 39 Pusat Pertumbuhan Baru, 10 Kota Baru.

Gambar 3.1 Sasaran Pembangunan Perkotaan

3.1.1.3 Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya 2015-2019

Tujuan dan Sasaran Strategis Ditjen Cipta Karya merupakan

turunan dari visi Kementerian PUPR tahun 2015-2019, yaitu “Terwujudnya

Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang Handal dalam

Mendukung Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian

Berlandaskan Gotong Royong”. Infrastruktur Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat yang handal diartikan sebagai tingkat dan kondisi

ketersediaan, keterpaduan, serta kualitas dan cakupan pelayanan

(7)

cerdas, berkeselamatan, mendukung kesehatan masyarakat,

menyeimbangkan pembangunan, memenuhi kebutuhan dasar, serta

berkelanjutan yang berasaskan gotong royong guna mencapai masyarakat

yang lebih sejahtera.

Berdasarkan Renstra Kementerian PU-PR 2015-2019 sasaran

strategis yang fokus perhatian Ditjen Cipta Karya adalah meningkatnya

kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur permukiman di perkotaan

dan perdesaan. Adapun indikator kinerja outcome-nya Direktorat Jenderal

Cipta Karya meliputi:

1. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum

bagi masyarakat.

2. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan

permukimanyang layak.

3. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi

masyarakat

Adapun peta strategi Kementerian PU-PR dalam mewujudkan visi

(8)

Gambar 3.2

Peta Strategi Kementerian PUPR 2015-2019

Berdasarkan arahan kebijakan serta memperhatikan peluang dan

tantangan yang ada dalam pembangunan infrastruktur permukiman, maka

tujuan yang akan dicapai oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam

periode lima tahun ke depan adalah:

1. Melaksanakan fungsi pengaturan, pembinaan, dan pengawasan dalam

bidang Cipta Karya dengan mengedepankan prinsip keterpaduan,

inklusifitas, dan berkelanjutan.

2. Melaksanakan keterpaduan pembangunan infrastruktur permukiman

berdasarkan penataan ruang di kabupaten/kota/kawasan strategis.

3. Menyediakan infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaan

dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal.

4. Meningkatkan kemandirian pemerintah daerah serta mendorong

kemitraan dengan masyarakat dan dunia usaha dalam

(9)

5. Mewujudkan organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif dan SDM

yang profesional dengan menerapkan prinsip good governance.

Gambar 3.3

Strategi Gerakan Nasional 100-0-100

Untuk mewujudkan sasaran strategis tersebut, maka sasaran

program Ditjen Cipta Karya adalah sebagai berikut:

a. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum

bagi masyarakat, dengan indikator persentase peningkatan cakupan

pelayanan akses air minum

b. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan

permukiman yang layak, dengan indikator persentase penurunan

luasan permukiman kumuh perkotaanMeningkatnya kontribusi

terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat, dengan indikator

(10)

Tabel 3.1

Sasaran Program Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya

Dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur keciptakaryaan,

Ditjen Cipta Karya menggunakan tiga strategi pendekatan yaitu

membangun sistem, memfasilitasi Pemerintah Daerah Provinsi, Kota dan

Kabupaten, serta memberdayakan masyarakat melalui program-program

pemberdayaan masyarakat. Dalam membangun sistem, Ditjen Cipta Karya

memberikandukungan pembangunan infrastruktur dengan

memprioritaskan sistem infastruktur Provinsi/Kabupaten/Kota. Dalam hal

fasilitasi Pemerintah Daerah, bentuk dukungan yang diberikan adalah

fasilitasi kepada Pemerintah Daerah dalam penguatan kelembagaan,

keuangan, termasuk pembinaan teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan

pembantuan. Untuk pemberdayaan masyarakat, bentuk dukungan yang

diberikan adalah pembangunan infrastruktur keciptakaryaan melalui

(11)

Pada dasarnya untuk bidang Cipta Karya, hampir semua tugas

pembangunan dikerjakan bersama pemerintah daerah, baik pemerintah

Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Olehkarena itu, peran pemerintah pusat,

dalam hal ini Ditjen Cipta Karya lebih terfokus kepada tugas pengaturan,

pembinaan dan pengawasan (Turbinwas). Tugas pengaturan dilakukan

melalui penyusunan kebijakan dan strategi, penyusunan Norma, Standar,

Pedoman dan Kriteria (NSPK), penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

serta tugas-tugas lain yang bersifat penyusunan perangkat peraturan.

Sedangkan tugas pembinaan dilakukan dalam bentuk dukungan

perencanaan, pemberian bantuan administrasi dan teknis, supervisi serta

konsultasi. Untuk tugas pengawasan, peran pemerintah pusat dilakukan

dalam bentuk monitoring dan evaluasi kinerja. Keseluruhan tugas

pengaturan, pembinaan dan pengawasan ini didanai oleh Anggaran

Pendapatan Belanja Negara (APBN), disertai dukungan dari Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

Meskipun fokus melakukan tugas Turbinwas, Ditjen Cipta Karya

juga melakukan kegiatan pembangunan infrastruktur Cipta Karya.

Berdasarkan Undang-Undang Pemerintah Daerah, Ditjen Cipta Karya

diamanatkan melakukan pembangunan infrastruktur skala nasional (lintas

provinsi), serta infrastruktur untuk kepentingan nasional. Di samping itu,

Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan dalam rangka

pemenuhan SPM sebagai stimulan bagi Pemerintah Daerah untuk

(12)

Cipta Karya. Pemda juga bertanggung jawab atas operasional dan

pemeliharaan infrastruktur yang terbangun.

Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan pembangunan dengan

pendekatan pola pemberdayaan khususnya kegiatan yang mendorong peran

serta masyarakat dalam pembangunan lingkungannya. Untuk tugas

pembangunan juga ada melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk

memenuhi target pencapaian SPM berupa bantuan khusus yang diberikan

oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sesuai dengan

kewenangannya dengan kriteria-kriteria teknis tertentu. Selain itu terdapat

pola hibah, yaitu bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah untuk melaksanakan kegiatan strategis nasional yang

mendesak.

Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, proses perencanaan

perlu diselenggarakan dengan mengacu kepada amanat perundangan

(Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Presiden), baik

spasial maupun sektoral. Selain itu, perencanaan pembangunan

infrastruktur Bidang Cipta Karya juga memperhatikan kondisi eksisting, isu

strategis, serta potensi daerah.Keterpaduan pembangunan bidang Cipta

Karya diarahkan untuk mendukung pengembangan wilayah pada Wilayah

Pengembangan Strategis (WPS). WPS merupakan wilayah-wilayah yang

dipandang memerlukan prioritas pembangunan yang didukung keterpaduan

penyelenggaraan infrastruktur dan meningkatkan peran serta seluruh

(13)

Dalam rangka pengembangan permukiman yang layak huni dan

berkelanjutan, Direktorat Jenderal Cipta Karya mengembangkan konsep

perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang

terintegrasi dalam Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Bidang Cipta Karya, sebagai upaya mewujudkan keterpaduan

pembangunan di kabupaten/kota. RPIJM Bidang Cipta Karya disusun oleh

Pemerintah Kabupaten/Kota melalui fasilitasi Pemerintah Provinsi yang

mengintegrasikan kebijakan skala nasional, provinsi, dan kabupaten/kota,

baik kebijakan spasial maupun sektoral. RPIJM, selain mengacu pada

rencana spasial dan arah pembangunan nasional/daerah, juga

mengintegrasikan rencana sektoral Bidang Cipta Karya, antara lain Rencana

Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK),

serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dalam rangka

mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman yang berkelanjutan.

Melalui perencanaan yang rasional dan inklusif, diharapkan keterpaduan

pembangunan Bidang Cipta Karya dapat terwujud, dengan

mempertimbangkan aspek lingkungan, kelembagaan, dan kemampuan

keuangan daerah.

Dalam mewujudkan sasaran 100-0-100 diperlukan peningkatan

pendanaan yang signifikan dalam bidang Cipta Karya. Diperkirakan

kebutuhan dana mencapai mencapai Rp. 830 Triliun untuk mencapai

sasaran tersebut dalam jangka waktu 5 tahun. Pemerintah Pusat yang

selama ini mendominasi pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya pada

(14)

mempunyai keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan tersebut.

Berdasarkan prakiraan maju, baseline pendanaan pemerintah hanya cukup

memenuhi 15% kebutuhan pendanaan tersebut. Berdasarkan skenario

optimis maka pemerintah pusat dapat berkontribusi terhadap 30- 35% dari

porsi pendanaan tersebut.

Untuk mengatasi gap pendanaan, maka sumber-sumber

pendanaan alternatif dari para pemangku kepentingan lainnya perlu

ditingkatkan. Pemerintah Daerah sebagai ujung tombak penyelenggaraan

pembangunan bidang Cipta Karya perlu meningkatkan komitmen sehingga

kontribusi pendanaannya meningkat dari 14,7% menjadi 25% pada periode

2015-2019. Sektor swasta dan perbankan yang selama ini hanya berperan

dalam 2,25% dari total pembangunan bidang Cipta Karya, perlu didorong

melalui skema KPS maupun CSR sehingga peranannya meningkat

signifikan menjadi 15%. Masyarakat juga dapat berkontribusi melalui

kegiatan pemberdayaan masyarakat ataupun kegiatan swadaya masyarakat

sehingga diharapkan dapat berkontribusi 15% terhadap porsi pendanaan.

Dukungan pinjaman dan hibah luar negeri juga akan dimanfaatkan,

meskipun porsi kontribusinya dikurangi dari 16,09% menjadi 10% pada

tahun 2015-2019 untuk mengurangi beban hutang negara. Kebijakan

kemitraan dan peningkatan partisipasi para stakeholder merupakan strategi

(15)

Gambar3.4

Strategi Pembiayaan Gerakan 100-0-100

Untuk meningkatkan efektifitas pencapaian sasaran Gerakan

Nasional 100-0-100perlu juga sinergi kemitraan dengan

Kementerian/Lembaga lainnya, antara lain:

• Ditjen Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR, terkait perbaikan

rumah tidak layak huni dan pembangunan Rusunawa di kawasan

permukiman kumuh;

• Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR, terkait penyediaan air

baku dan penanganan kawasan rawan genangan;

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, terkait keterpaduan

perencanaan dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan nasional

bidang perumahan dan permukiman serta bidang perkotaan dan

perdesaan;

• Kementerian Kesehatan, terkait perubahan perilaku hidup bersih dan

(16)

• Kementerian Dalam Negeri, terkait pengembangan kapasitas

Pemerintah Daerah;

• Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terkait pengelolaan

persampahan;

• Kementerian Kelautan dan Perikanan, terkait pengembangan kawasan

permukiman nelayan/pesisir dan pulau terluar;

• Kementeran Agraria dan Tata Ruang, terkait keterpaduan

pembangunan berdasarkan RTRW dan RDTR;

• Badan Nasional Pengembangan Kawasan Perbatasan, terkait

pengembangan kawasan perbatasan

3.1.2 Arahan Penataan Ruang

3.1.2.1 Arahan Strategis Rencana Tata Ruang Kabupaten Biak Numfor

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Biak NumforTahun

Tahun 2011 – 2031

Mengacu pada PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, draft RTRW

Provinsi Papua, draft RPJP Kabupaten Biak Numfor 2009-2029, serta

berlandaskan pada potensi, permasalahan, dan peluang pembangunan,

maka tujuan penataan ruang Kabupaten Biak Numfor adalah:

(17)

A. KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Tujuan penataan ruang tersebut dijabarkan secara lebih operasional dalam

kebijakan dan strategi sebagai berikut:

1. Kebijakan pengembangan prasarana dan sarana jasa komersial,

dijabarkan dalam strategi berikut:

a. Mengoptimalkan prasarana dan sarana perhubungan darat, laut, dan

udara;

b. Mengembangkan prasarana dan sarana jasa pariwisata, perdagangan,

serta pendukung sektor kelautan dan perikanan.

2. Kebijakan pelestarian ekosistem pulau kecil, dijabarkan dalam strategi

berikut:

a. Melestarikankawasan yang berfungsi lindung;

b. Mewujudkan kawasan hutan dalam satu wilayah pulau dengan luas

paling sedikit 70% dari luas pulau atau sesuai dengan kondisi

ekosistemnya;

c. Mengembangkan potensi sumberdaya alam sesuai daya dukung dan

daya tampung ekosistem pulau;

d. Mengembangkan potensi sumberdaya alam secara optimal dan

berkelanjutan;

e. Mengelola sumberdaya air secara berkelanjutan;

f. Meningkatkan kemampuan ekosistem pulau dari tekanan perubahan

(18)

tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk

hidup lainnya;

g. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam di kawasan berfungsi

lindung secara bijaksana untuk menjamin keberlanjutan ekosistem

pulau.

3. Kebijakan pengembangan pariwisata, kelautan dan perikanan,

dijabarkan dalam strategi berikut:

a. Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumberdaya

pariwisata unggulan, kelautan dan perikanan sebagai penggerak

utama perekonomian wilayah;

b. Meningkatkan iklim investasi yang kondusif;

c. Mengoptimalkan promosi peluang investasi;

d. Meningkatkan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya

di darat dan laut;

e. Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumberdaya manusia dalam

pengelolaan kegiatan ekonomi.

4. Kebijakan pengembangan manajemen resiko bencana, dijabarkan dalam

strategi berikut:

a. Menetapkan zona bahaya dan zona aman pada kawasan rawan

bencana;

b. Mengembangkan perencanaan sesuai zona kerawanan bencana;

c. Mengembangkan sistem pencegahan sesuai sifat dan jenis bencana,

serta karakteristik wilayah;

(19)

e. Mengembangkan upaya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana;

f. Mengembangkan sistem penanganan pasca bencana.

5. Kebijakan pengembangan aksesibilitas antar pulau, dijabarkan dalam

strategi berikut:

a. Meningkatkan aksesibilitas transportasi penyeberangan, laut, dan

udara hingga ke pulau–pulau kecil yang berpenghuni;

b. Membuka akses dan meningkatkan aksesibilitas antar kawasan dan

antara kawasan dengan pusat-pusat kegiatan.

6. Kebijakan pemantapan fungsi pusat-pusat kegiatan sesuai dengan

struktur dan hirarkinya, dijabarkan dalam strategi berikut:

a. Memantapkan Biak sebagai Pusat Kegiatan Nasional;

b. Memantapkan dan mengembangkan potensi perkotaan Biak sebagai

ibukota kabupaten;

c. Mengembangkan pusat kegiatan baru untuk menunjang pemerataan

pengembangan wilayah;

d. Menetapkan fungsi pusat kegiatan sesuai dengan pelayanannya;

e. Menetapkan kegiatan utama pada pusat-pusat kegiatan agar masing –

masing dapat berkembang sesuai potensinya;

f. Meningkatkan keterkaitan antara kawasan perkotaan dan distrik di

sekitarnya untuk mendukung percepatan pertumbuhan wilayah;

g. Mengembangkan eksistensi masyarakat kampung dan sosial budaya;

h. Menyediakan sarana sosial ekonomi sesuai standar pelayanan

(20)

i. Meningkatkan sarana sosial ekonomi di pusat-pusat kegiatan sesuai

dengan fungsi dan hirarki pelayanannya.

7. Kebijakan peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan

prasarana telekomunikasi, energi, dan sumber daya air, dijabarkan

dalam strategi berikut:

a. Meningkatkan pelayanan jaringan telekomunikasi di seluruh wilayah

hingga ke pulau-pulau kecil;

b. Meningkatkan jaringan energi di seluruh wilayah dan memanfaatkan

energi terbarukan sebagai sumber energi alternatif secara optimal

serta berdaya guna, dan mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan

tenaga listrik;

c. Meningkatkan pelayanan sumber daya air di seluruh wilayah.

8. Kebijakan pengendalian fungsi kawasan lindung, dijabarkan dalam

strategi berikut:

a. Meningkatkan dan mengendalikan fungsi hutan lindung;

b. Memulihkan kawasan lindung yang telah menurun fungsinya;

c. Meningkatkan nilai ekonomi kawasan lindung setempat;

d. Meningkatkan nilai ekonomi kawasan lindung tanpa mengabaikan

fungsi perlindungan melalui kegiatan pariwisata yang ramah

lingkungan;

e. Mengatur pola penggunaan lahan di sekitar kawasan lindung;

f. Meningkatkan kerjasama antar wilayah dalam pengelolaan kawasan

(21)

g. Mengembangkan sistem monitoring dan evaluasi pengelolaan

kawasan lindung.

9. Kebijakan pengembangan dan peningkatan kawasan budidaya untuk

mendukung perekonomian wilayah sesuai daya dukung lingkungan,

serta mendukung fungsi pertahanan dan keamanan negara, dijabarkan

dalam strategi berikut:

a. Mempertahankan dan mengendalikan perubahan fungsi kawasan

hutan produksi;

b. Mengembangkan budidaya tanaman pangan dan perkebunan,

termasuk sumberdaya lokal;

c. Mengembangkan sistem pemasaran hasil perikanan dan pertanian;

d. Mengembangkan kegiatan pertambangan yang ramah lingkungan;

e. Mengembangkan kegiatan industri terutama diarahkan pada industri

pendukung perikanan dan pertanian;

f. Mengembangkan dan meningkatan kegiatan pariwisata alam, buatan,

dan sejarah secara terintegrasi;

g. Mengembangan permukiman yang aman, nyaman, dan seimbang

serta mempertimbangkan daya dukung lingkungan;

h. Mengembangkan kegiatan budidaya yang mendukung fungsi

pertahanan dan keamanan negara.

10. Kebijakan pengembangan kawasan yang diprioritaskan untuk

mendukung sektor ekonomi potensial, pengembangan sosial budaya, dan

(22)

a. Mendorong pengembangan sentra ekonomi pendukung pariwisata dan

pengolah hasil kelautan dan perikanan;

b. Mendorong pengembangan pengelolaan aset sosial budaya;

a. Mengendalikan kualitas lingkungan hidup.

3.1.2.2 Struktur Ruang Wilayah

A. Perkotaan

Pusat kegiatan di wilayah kabupaten merupakan simpul pelayanan

sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat di wilayah

kabupaten, yang secara umum terdiri atas:

a. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) promosi yang berada di wilayah

kabupaten;

b. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang berada di wilayah kabupaten;

c. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang berada di wilayah kabupaten;

d. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) yang berada di wilayah

kabupaten;

e. Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang wewenang

penentuannya ada pada pemerintah daerah kabupaten, yaitu:

o Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan

yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala distrik atau

beberapa desa; dan

o Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman

(23)

Rencana sistem pusat kegiatan Kabupaten Biak Numfor, terdiri atas:

1. PKN promosi:perkotaan Biak

PKW adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani

kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. Dalam PP No.

27/2008 tentang RTRWN, Biak ditentukan sebagai PKW. Karena

potensi serta prospek perkembangannya, dalam RTRW Provinsi

Papua, perkotaan Biak diusulkan menjadi PKN promosi. PKN adalah

kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala

internasional, nasional, atau beberapa provinsi.

Biak merupakan pusat dari SWP III Provinsi Papua dengan wilayah

pengembangan Kabupaten Supiori, Kabupaten Yapen, dan Kabupaten

Waropen.

2. PKL: perkotaan Yemburwo (Distrik Numfor Timur), perkotaan

Orkhdori (Distrik Swandiwe), perkotaan Andei (Distrik Biak Utara),

perkotaan Yomdori (Distrik Biak Barat), dan perkotaan Pasi (Distrik

Aimando).

PKL adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani

kegiatan skala kabupaten atau beberapa distrik. Beberapa pusat

distrik di Kabupaten Biak Numfor diusulkan menjadi PKL, sesuai

potensi dan prospek pengembangan masing-masing:

o Perkotaan Yemburwo: memiliki bandara, yang merupakan

prasarana transportasi utama penghubung Pulau Numfor dengan

(24)

o Perkotaan Orkhdori: merupakan distrik perbatasan dengan

Kabupaten Supiori, sehingga pertumbuhannya perlu didorong agar

mengimbangi perkembangan yang berlangsung di Kabupaten

Supiori.

o Perkotaan Andei, Yomdori, dan Pasi: memiliki pelabuhan sebagai

prasarana transportasi angkutan orang dan barang, penghubung

Kepulauan Padaido dengan Pulau Biak.

3. PPK: Sandauw (Distrik Bruyadori), Yereboy (Distrik Warsa), Yendidori

(Distrik Yendidori), Wadibu (Distrik Oridek)

PPK merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani

kegiatan skala distrik atau beberapa kampung.

Sebagai PPK, perkotaan Sandauw, Yereboy, Yendidori, dan Wadibo

tidak memiliki fasilitas prasarana transportasi penting (kecuali

Sandauw yang memiliki pelabuhan, yaitu Pelabuhan Manggari) dan

sarana perdagangan dalam skala kabupaten. Namun perkotaan

tersebut memiliki fasilitas permukiman yang dapat melayani kegiatan

skala distrik atau beberapa kampung, seperti fasilitas pendidikan

serta fasilitas kesehatan.

4. PPL: Kansai (Distrik Numfor Barat), Rawar (Distrik Orkeri), Andei

(Distrik Poiru), Bosnik (Distrik Biak Timur), Roidifu (Distrik Andey),

Soor (Distrik Yawosi), Sansudi (Distrik Bondifuar), Pai (Distrik

(25)

Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah

pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala

antar kampung.

Pusat-pusat pelayanan di PPL memiliki fasilitas permukiman dasar

(sarana pendidikan dan kesehatan) yang dapat melayani kegiatan

skala antar kampung. Pusat pelayanan di Distrik Yawosi dari Yawosi

dipindahkan ke Soor, dikarenakan faktor fisik dasar dan pencegahan

terhadap terjadinya bencana.

Tabel 3.2

Rencana Penetapan Hirarki dan Fungsi Pusat Pelayanan Kabupaten Biak Numfor

PKNp • Pusat perdagangan dan jasa internasional, nasional, dan

PKL • Pusat perdagangan dan

(26)

Pusat dan laut skala antar distrik

Pasi Aimando Hirarki

PPK • Pusat pemerintahan distrik

Yereboy Warsa Hirarki

PPL • Pusat pemerintahan distrik

(27)

Pusat

Catatan: *pusat Distrik Yawosi dari Yawosi dipindahkan ke Soor dengan alasan faktor fisik

3.1.2.3 Sistem Perwilayahan

Karakter perkembangan wilayah di Kabupaten Biak Numfor

cenderung linier, mengikuti kawasan pesisir, di mana antara wilayah pesisir

timur dan pesisir barat dipisahkan oleh kawasan hutan di bagian

tengahnya. Sistem jaringan jalan juga berpola mengikuti perkembangan

kawasan permukiman.

Berdasarkan kondisi geografis seperti di atas serta hirarki pusat-pusat

kegiatan maka rencana sistem perwilayahan di Kabupaten Biak Numfor

sebagai berikut:

1. SSWP I

o Pusat kegiatan: PKN promosi Biak(perkotaan Biak)

o Wilayah pelayanan: Distrik Biak Kota, Samofa, Biak Timur, dan

(28)

Kegiatan utama: perdagangan dan jasa (komersial, sosial,

pemerintahan), industri, transportasi, konservasi, pariwisata,

kehutanan, pertanian, minapolitan, serta permukiman.

2. SSWP II

o Pusat kegiatan: PKL Biak Barat(perkotaan Yomdori)

o Wilayah pelayanan: Distrik Biak Barat, Yendidori

Kegiatan utama: transportasi, kehutanan, pertanian, minapolitan,

serta industri.

3. SSWP III

o Pusat kegiatan: PKL Biak Utara(perkotaan Andey)

o Wilayah pelayanan: Distrik Biak Utara, Andey, Yawosi, dan Warsa

Kegiatan utama: konservasi, kehutanan, minapolitan, pertanian, serta

transportasi.

4. SSWP IV

o Pusat kegiatan:PKL Swandiwe (perkotaan Orkhdori)

Orkhdori merupakan pusat kegiatan dengan fasilitas minimum

dibanding dengan pusat-pusat kegiatan yang lain. Mengingat bahwa

orkhdori berada di kawasan perbatasan dengan Kabupaten Supiori

maka perkembangan Orkhdori perlu menjadi prioritas dalam rencana

pembangunan struktur ruang.

o Wilayah pelayanan: Distrik Swandiwe, Bondifuar

(29)

5. SSWP V

o Pusat kegiatan: PKL Numfor Timur (perkotaan Yemburwo)

o Wilayah pelayanan: Distrik Numfor Timur, Numfor Barat, Orkeri,

Bruyadori, dan Poiru

Kegiatan utama: minapolitan, kehutanan, pariwisata, serta

transportasi.

6. SSWP VI

o Pusat kegiatan: PKL Aimando(perkotaan Pasi)

o Wilayah pelayanan: Distrik Aimando dan Padaido

Kegiatan utama: konservasi, minapolitan, serta pariwisata.

3.1.2.4 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD)

Arah Kebijakan, Strategi dan Program Pengembangan Kota

Visi Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Biak

Numforadalah:Mewujudkan Biak Numfor Bangkit, Mandiri, Sejahtera

Untuk Perubahan”

Misi Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Biak

Numfor, mencakup:

1) Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Bersih dan Akuntabel;

(30)

3) Mewujudkan Kualitas SDM yang Cerdas, Inovatif dan Kreatif;

4) Meningkatkan Kualitas Kesehatan Masyarakat;

5) Meningkatkan Suasana Aman dan Damai Dalam Masyarakat dilandasi

Nilai Keagamaan dan Nilai Adat Istiadat;

6) Meningkatkan Pembangunan Insfrastruktur yang Berbasis Tata Ruang

dan Lingkungan Hidup.

Strategi dan kebijakan Pembangunan Jangka Menengah

Kabupaten Biak Numfor yaitu:

Strategi Pembangunan Daerah

A. Strategi Pokok Pembangunan Daerah

Strategi pembangunan daerah merupakan pendekatan utama

mengenai upaya-upaya pembangunan yang harus dilaksanakan oleh

pemerintah bersama seluruh komponen masyarakat guna mewujudkan visi

pembangunan daerah. Untuk mewujudkan visi pembangunan daerah maka

ditetapkan 6 (enam) misi pembangunan daerah yang dilaksanakan melalui 5

(lima) Strategi Pokok pembangunan daerah yaitu kemitraan, keberlanjutan,

peningkatan dan percepatan, pemberdayaan masyarakat dan keterpaduan

sektor.

B. Strategi Kemitraan

Pemerintahan Kabupaten mengemban misi representasi Provinsi

dan pemerintah Pusat dan sekaligus sebagai daerah otonom. Karenanya,

(31)

untuk mengembangkan kemitraan secara internal dan eksternal. Kemitraan

internal adalah solidaritas dan komitmen yang sama untuk mewujudkan

kemajuan bersama serta mengurangi kesenjangan antar wilayah, sedangkan

kemitraan antar kabupaten, LSM, regional dan nasional merupakan bentuk

kemitraan eksternal.

C. Strategi Berkelanjutan

Program pembangunan yang digulirkan merupakan rangkaian

yang tak terpisahkan dari berbagai program pembangunan yang telah

dicanangkan dan dilaksanakan pada masa-masa sebelumnya. Melalui

proses pengkajian dan evaluasi yang akurat, dipetik hikmah dan

pengalaman untuk menata program-program pembangunan selanjutnya

dan tetap merangkainya sebagai suatu jalinan yang bermanfaat bagi rakyat.

Pembangunan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan masa kini tanpa

mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan

mereka sendiri.

D. Strategi Peningkatan dan Percepatan

Pembangunan diarahkan untuk dapat mencapai perubahan dari

kondisi pembangunan yang saat ini sedang berkembang dan belum optimal

menuju kondisi perkembangan pembangunan yang lebih pesat, berkualitas

dan bermanfaat bagi kepentingan peningkatan kesejahteraan rakyat. Untuk

mencapai perubahan dimaksud, maka perlu dilakukan peningkatan dan

percepatan melalui program dan kegiatan yang berdaya ungkit besar dan

pro rakyat sehingga dapat mewujudkan kesejahteraan rakyat.

(32)

Pembangunan yang dijalankan bertujuan untuk meningkatkan

peran dan akses masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan

pengawasan pembangunan. Untuk itu perlu dikembangkan birokrasi

dengan pelayanan publik yang cepat dan murah melalui penataan

kelembagaan dan kultur untuk mewujudkan anggaran pembangunan yang

lebih besar berpihak pada kepentingan rakyat (belanja publik) dari pada

untuk belanja pemerintah (belanja aparatur), dengan mengoptimalkan

pemerintahan yang katalis.

F. Strategi Keterpaduan Antar Sektor

Keberhasilan pembangunan membutuhkan keterlibatan seluruh

sektor pembangunan dan komponen bangsa baik pemerintah, swasta,

akademisi, masyarakat maupun pemangku kepentingan terkait. Tiap

komponen yang terkait mewakili berbagai kepentingan dan sektor yang

menjadi kewenangannya, karena itu dibutuhkan payung integrasi guna

menciptakan keterpaduan agenda pembangunan yang ditetapkan dalam

upaya percepatan dan peningkatan kesejahteraan rakyat.

Arah Kebijakan Pembangunan

Arah kebijakan pembangunan dilaksanakan untuk megoptimalkan

5 (lima) strategi pokok pembangunan yang menjadi landasan seluruh

Program dan Kegiatan Pembangunan. Sehubungan dengan itu ditetapkan

arah kebijakan umum pembangunan yang mendukung strategi

pembangunan yang selanjutnya dijabarkan dalam arah kebijakan

(33)

A. Peningkatan Investasi Pembangunan

Arah kebijakan pembangunan untuk mendukung strategi

kemitraan pembangunan dilaksanakan melalui peningkatan investasi

pembangunan dengan melibatkan seluruh pelaku pembangunan.

Peningkatan investasi dilaksanakan melalui peningkatan jumlah dan

kualitas penggunaan dana investasi pada 6 (enam) agenda pembangunan

daerah untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk mewujudkan

harapan tersebut maka strategi kemitraan pembangunan melalui

peningkatan investasi pembangunan diwujudkan melalui penggalian dana,

peningkatan kualitas dan peningkatan pengelolaan investasi pembangunan.

1. Penggalian Sumber Dana Investasi Pembangunan

Penggalian sumber-sumber investasi pembangunan dilaksanakan

melalui dukungan perencanaan pembangunan yang berkualitas sesuai

kebutuhan daerah. Sumber-sumber dana investasi pembangunan yang

perlu didorong dan digerakkan peningkatannya untuk mendukung 6

(enam) agenda pembangunan yaitu; (1) Dana Dekonsentrasi, (2) Dana

Tugas Pembantuan, (3) Pendapatan Asli Daerah (PAD), (4) Dana

Perimbangan, (5) Lain-lain pendapatan yang sah, (6) Hibah kerjasama

bilateral dan multilateral, NGO Internasional, CSR BUMN, Kerjasama

pemerintah Swasta dan sumber-sumber investasi pembangunan

lainnya. Peningkatan investasi pembangunan juga dilaksanakan

melalui optimalisasi kerjasama pembangunan yaitu kerjasama dengan

Kabupaten se-kawasan Teluk Cenderawasih, Kerjasaama kota kembar

(34)

dalam pengelolaan Asset, penyertaan Modal pada Bank Papua , Badan

Usaha Milik Daerah (BUMD) Peningkatan kualitas investasi

pembangunan dimaksudkan bahwa untuk setiap pembiayaan harus

mampu memberikan daya ungkit besar dan mampu menyelesaiakan

permasalahan yang dapat menghambat pencapaian yang optimal 6

(enam) agenda pembangunan. Untuk mewujudkan kualitas investasi

pembangunan maka perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian

pendanaan investasi dilaksanakan dengan prinsip transparan,

responsive, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan,

berdaya ungkit besar dengan tetap berwawasan lingkungan untuk

menjamin kesinambungannya.

2. Peningkatan Pengelolaan Hasil Investasi Pembangunan

Pengelolaan hasil investasi pembangunan yang dapat meningkatkan

produktifitas masyarakat dan kesinambungan pembangunan harus

dilaksanakan dengan baik agar berfungsi optimal. Untuk menjamin

setiap hasil investasi pembangunan berfungsi optimal maka pemangku

kepentingan yang mengelola, memelihara, membina, mengendalikan

dan memberikan pengawasan harus jelas standar operasi prosedurnya

Sejak selesai pembangunan hingga pengelolaannya. Sehubungan

sumber dana pembangunan dari berbagai sumber dengan prosedur

yang berbeda maka setiap hasil pembangunan dilaksanakan

pencatatan secara baik dilengkapi dengan standar prosedur yang akan

dipergunakan secara bersama sebagai kartu kendali.

(35)

Kabupaten Biak Numfor sebagai Kabupaten dengan laju pertumbuhan

ekonomi agregat tahun 2012 yaitu mencapai 7,28 persen, serta belum

optimalnya kontribusi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Biak Numfor

terhadap pertumbuhan ekonomi secara nasional hal ini disebabkan

oleh karena potensi unggulan belum dikelola dengan baik dan

rendahnya infrastruktur fasilitas pelayanan dasar. Sehubungan dengan

itu strategi peningkatan dan percepatan pembangunan dilaksanakan

melalui; (i). peningkatan kinerja potensi unggulan yang sudah dikelola;

(ii). Perluasan dan percepatan pengelolaan potensi yang belum dikelola;

dan (iii). peningkatan dan percepatan dukungan pembangunan

infrasruktur wilayah dan infrastruktur pelayanan sosial dasar. Untuk

mewujudkan capaian tersebut maka arah kebijakan pembangunan

dalam rangka mewujudkan strategi peningkatan dan percepatan

pembangunan difokuskan pada pembangunan sumberdaya manusia,

ekonomi wilayah, konektifitas wilayah, air bersih dan kelistrikan serta

reformasi birokrasi.

a. Pembangunan Sumber Daya Manusia

Peningkatan mutu sumberdaya manusia agar berdaya saing tinggi

didukung pembangunan pendidikan, kesehatan dan pelatihan

kompetensi secara reguler didukung kebijakan peningkatan dan

percepatan yaitu :

 Pembangunan pendidikan dan kebudayaan melalui

penerapan manajemen pengelolaan pendidikan yang

(36)

Sekolah (BOS), beasiswa, peningkatan kompetensi guru,

tutor, pamong belajar, seniman, budayawan, dan peningkatan

prasarana dan sarana pendidikan yang berbasis teknologi

serta peningkatan prasarana dan sarana pendidikan;

 Pembangunan kesehatan masyarakat didukung Revolusi

Kesehatan Ibu dan Anak (Revolusi KIA) yang disinergikan

dengan Biaya Operasional Kesehatan (BOK), Sanitasi Total

berbasis Masyarakat (STBM), Jaminan Kesehatan

masyarakat, peningkatan kualitas, jumlah dan distribusi

tenaga kesehatan, Peningkatan gizi masyarakat melalui

mandiri pangan yang didukung pengelolaan pangan lokal dan

Pembangunan Rumah sakit Rujukan Tipe B;

 Peningkatan daya saing sumberdaya manusia dilaksanakan

melalui pelatihan kompetensi tenaga kerja berbasis

kewirausahaan untuk mendukung pencapaian jumlah

wirausaha.

b. Pembangunan Ekonomi

Peningkatan, percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi

untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita

maka akan dilaksanakan melalui sinergi pembangunan ekonomi

daerah dengan kebijakan pembangunan afirmatif Nasional di

Kabupaten Biak Numfor yaitu; (i). Direktif Presiden untuk

Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua

(37)

NASIONAL dan Optimalisasi Kawasan Ekonomi Khusus yang

terintegrasi dengan kawasan Pelabuhan Perikanan sebagai pusat

pertumbuhan ekonomi; (iii). Mendorong Percepatan Biak sebagai

Destinasi Wisata Nasional melalui penetapan Biak sebagai

Kawasan Strategi Pariwisata Nasional (KSPN) dan Kawasan

Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI).

c. Peningkatan Konektifitas Wilayah

Pembangunan ekonomi, pelayanan sosial dan kemasyarakatan

perlu didukung konektifitas wilayah. Sehubungan dengan itu

pembangunan infrastruktur dipacu jumlah dan kualitasnya.

Pembangunan infrastruktur berdaya ungkit besar yang akan

dibangun yaitu; (i). Pengembangan Bandara Internasional Frans

Kaisepo, (ii). Peningkatan kualitas jalan Nasional, Provinsi dan

Kabupaten (iii). Pembangunan jembatan (iv). Peningkatan

transportasi terpadu antar modal dan (v) Peningkatan prasarana

transportasi ke pulau-pulau.

d. Peningkatan Perumahan Air Bersih dan Kelistrikan

Percepatan pembangunan daerah juga dilaksanakan melalui

penyediaan pelayanan sosial daerah yaitu rumah layak huni, air

bersih dan listrik. Sehubungan dengan itu akan dilaksanakan

upaya terobosan pembangunan melalui; (i). Pembangunan

perumahan layak huni integrasi program kampung mandiri,

pembangunan rumah swadaya, (ii). Peningakatan layanan air

(38)

dari mata air dan sistem pengeboran (iii). Pelayanan listrik melalui

optimalisasi pengembangan energi baru dan terbarukan

e. Reformasi Birokrasi dan Peningkatan Pelayanan Publik

Reformasi birokrasi untuk meningkatkan tatakelola pemerintahan

yang baik merupakan tatanan pengelolaan manajemen yang

ditandai dengan penerapan prinsip-prinsip tertentu, antara lain:

keterbukaan, akuntabilitas, efektifitas dan efisiensi, supremasi

hukum, keadilan, dan partisipasi. Penerapan tata kelola

pemerintahan yang baik secara konsisten dan berkelanjutan

mempunyai peranan yang sangat penting bagi tercapainya sasaran

pembangunan dan dapat menyelesaikan berbagai masalah yang

dihadapi secara efektif dan efisien. Terbangunnya tatakelola

pemerintahan yang baik dalam manajemen pemerintahan akan

tercermin dari berkurangnya tingkat korupsi, makin banyaknya

keberhasilan pembangunan diberbagai bidang, dan terbentuknya

birokrasi pemerintahan yang professional dan berkinerja tinggi.

Penerapan tatakelola pemerintah yang baik tersebut harus

dilakukan pada seluruh aspek manajemen penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan, mulai dari perencanaan,

pelaksanaan, dan pengendaliannya. Penerapan tatakelola

pemerintahan yang baik diharapkan terwujud dalam

pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, pelayanan publik yang

berkualitas, dan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi

(39)

pembangunan. Pelayanan publik juga merupakan hal yang

penting karena kewajiban utama pemerintah adalah memberikan

pelayanan yang berkualitas kepada masyarakatnya agar dapat

hidup lebih aman, nyaman dan sejahtera. Upaya peningkatan

tatakelola pemerintahan dan pelayanan publik dilaksanakan

melalui penyiapan peraturan daerah yang dapat melindungi

hak-hak sipil, peningkatan keterbukaan informasi, peningkatan akses

masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan

pembangunan dan pelaksanaan Standar Pelayanan Minimum

(SPM) secara konsisten, penandatanganan pakta integritas,

Pelaksanaan E-procrument dalam pengadaan barang dan jasa,

dan meningkatkan pendelegasian pelaksanaan kegiatan secara

swakelola langsung oleh masyarakat, lembaga swasdaya

mansyarakat dan perguruan tinggi sesuai dengan kompetensinya

serta pembentukan Tim Pengendali Mutu Pelaksanaan dan

Pengendali Pelaksanaan Kegiatan pada seluruh SKPD.

3.1.2.5 Arahan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung

A. Ketentuan fungsi bangunan gedung

Fungsi Bangunan Gedung di Wilayah Kabupaten Biak Numfor di

golongkan ke dalam fungsi hunian, keagamaan, usaha, social dan

budaya serta fungsi khusus.

Menurut Fungsinya, Bangunan Gedung di Kabupaten Barito Selatan di

(40)

• Bangunan Rumah Tinggal dan sejenisnya

• Bangunan Kelembagaan/Kantor

• Bangunan Fasilitas Umum

• Bangunan Perdagangan dan jasa

• Bangunan Pendidikan

• Bangunan Industry

• Bangunan Sosial

• Bangunan Fungsi Khusus

• Bangunan Campuran

B. Persyaratan bangunan gedung

• Setiap bangunan gedung harus dapat di bangun, dimanfaatkan,

dilestarikan dan bongkar sesuai persyaratan bangunan gedung

yang diatur dalam Undang-Undang No 28 Tahun 2002 tentang

Bangunan Gedung dan Pelaksanaannya, termasuk pedoman dan

standard teknisnya

• Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan

administrasi agar gedung dapat dimanfaatkan sesuai fungsi yang

ditetapkan

• Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan teknis,

baik persyaratan tata bangunan laik fungsi dan laik huni, serasi

dan selaras dengan lingkungan

• Pemenuhan persyaratan teknis di sesuaaikan dengan fungis,

klasifikasi dan permanensi bangunan gedung

(41)

• Penyelenggaraan bangunan gedung meliputi pembangunan

pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran

• Dalam penyelenggaraan bangunan gedung sebagaimana yang

dimaksud pada point satu penyelenggara berkewajiban memenuhi

persyaratan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam BAB

III Peraturan Daerah Kabupaten Biak Numfor tentang Bangunan

Gedung

• Penyelenggaraan gedung terdiri atas pemilik bangunan gedung,

penyedia jasa konstruksi dan pengguna bangunan gedung

• Pemilik bangunan gedung yang belum memiliki persyaratan

sebagaimana di maksud dalam Bab IIIPeraturan Daerah

Kabupaten Biak Numfor tentang Bangunan Gedung harus tetap

memenuhi ketentuan tersebut secara bertahap

D. Peran Masyarakat

• Dalam penyelenggaraan bangunan gedung, masyarakat dapat

berperan untuk memantau dan menjaga ketertiban, baik dalam

kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian, maupun

kegiatan pembokaran bangunan gedung

• Pemantauan sebagaimana pada point satu dilakukan secara

objektif, dengan penuh tanggung jawab, dan dengan tidak

menimbulkan gangungan dan/atau kerugian bagi pemilik

dan/atau penggunan bangunan gedung, masyarakat dan

(42)

• Masyarakat melakukan pemantauan melalui kegiatan

pengamatan, penyampaian masukan, usulan dan, pengaduan

dalam penyelenggaraan bangunan gedung.

• Dalam pelaksanaan pemantauan sebagaimana yang dimaksud

pada poin satu, masyarakat dapat melakukan secara perorangan,

kelompok, organisasi kemasyarakatan, maupun melalui tim ahli

bangunan gedung.

• Berdasarkan pemantauannya, masyarakat melaporkan secara

tertulis kepada pemerintah dan/atau pemerintah Kabupaten

terhadap:

1. Indikasi bangunan gedung yang tidak layak fungsi dan/atau

2. Bangunan gedung yang pembangunan, pemanfaatan,

pelestarian, dan/atau pembongkarannya berpotensi

menimbulkan gangguan dan/atau bahaya bagi pengguna,

masyarakat, dan lingkungannya.

3.1.2.6 Arahan Strategi Sanitasi Kota

A. Arahan Pengembangan Air Limbah

PengelolaanAir Limbah Domestik

Sistem pengelolaan limbah meliputi:

a. sistem pengelolaan komunal di kawasan perkotaan, kawasan

pengembangan permukiman baru, dan kawasan industri;

(43)

c. pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di Distrik

Samofa;

d. pengembangan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di kawasan

industri.

B. Arahan Pengembangan Persampahan

Kondisi pengelolaan persampahan pada tahun penyusunan rencana;

TPA berada di Kampung Maryendi Distrik Samofa dengan luas 4 Ha.

TPA tersebut hanya mampu melayani 2 distrik (Distrik Biak Kota dan

Samofa). Sistem pengumpulan sampah, sampah dari masyarakat

langsung dipindahkan ke TPA tanpa ada proses pengolahan terlebih

dahulu di tingkat masyarakat. Pengangkutan sampah menggunakan

truk dengan armada terbatas dan usia kendaraan 10 tahun lebih.

Sistem pembuangan akhir masih menggunakan sistem open dumping.

Sementara itu di permukiman pada tingkat kampung pada umumnya

sampah dibakar di halaman rumah.

Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan

berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan

sampah. Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan

kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan

sampah sebagai sumber daya.

Arahan pengelolaan sampah di Kabupaten Biak Numfor dilakukan

melalui upaya pengurangan dan penanganan sampah. Kegiatan

(44)

pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah.

Sedangkan kegiatan pemilahan meliputi:

1. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah

sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;

2. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan

sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara

atau tempat pengolahan sampah terpadu;

3. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber

dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari

tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat

pemrosesan akhir;

4. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan

jumlah sampah; dan/atau

5. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah

dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media

lingkungan secara aman.

Arahan pemrosesan akhir sampah di Kabupaten Biak Numfor:

a. Rencana pembangunan TPST (Tempat Pengelolaan Sementara

Terpadu) di beberapa lokasi yakni Kelurahan Mandala Distrik Biak

Kota, di Kelurahan Samofa, Kelurahan Karang Mulya, Kelurahan

Brambaken, dan Kelurahan Sumberker Distrik Samofa, dengan

(45)

Aktivitas di TPST diarahkan pada composting dan daur ulang. Sisa

sampah hasil composting dan daur ulang diangkut ke TPA

menggunakan armada truk pengangkut.

b. Lokasi TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) tetap diarahkan pada

lokasi TPA yang telah ada (yaitu di Samofa Distrik Samofa), namun

ditingkatkan lagi fungsinya.

Arahan pengembangan sistem pengelolaan sampah di TPA adalah

menggunakan sistemsanitarylandfill.

c. Composting serta daur ulang sampah dapat dilakukan oleh

masyarakat pada tingkat permukiman melalui pendampingan dari

pemerintah daerah. Pemerintah daerah melalui dinas yang

bersangkutan dapat menyediakan pendamping (penyuluh) melalui

kerjasama dengan LSM.

C. Arahan Pengembangan Drainase

Rencana sistem jaringan drainase terutama ditujukan pada kawasan

perkotaan. Rencana pengembangan sistem jaringan drainase meliputi

wilayah perkotaan Biak, Waroi dan Bosnik.

Drainase primer juga dikembangkan dengan memanfaatkan badan

sungai Korem di Distrik Biak Utara, sungai Wari di Distrik Andey,

sungai Wardo di Distrik Biak Barat, sungai Napi dan Orek di Distrik

(46)

Rencana sistem drainase diarahkan pada revitalisasi saluran drainase

yang telah ada dan pembuatan saluran baru. Untuk merencanakan

sistem drainase batasan yang digunakan adalah sebagai berikut:

o Sedapat mungkin memanfaatkan saluran alam agar sistem yang

direncanakan lebih ekonomis

o Arah pengaliran mengikuti garis kontur sehingga dapat mengalir

secara gravitasi tanpa memerlukan pemompaan.

o Dimensi saluran drainase disesuaikan dengan lebar jalan dan

tergantung pada curah hujan setempat, sedangkan untuk saluran

drainase yang berfungsi sebagai saluran pematusan dimensinya

tergantung pada jumlah penduduk yang dilayani.

Sarana prasarana sistem jaringan drainase, meliputi:

1. Badan penerima air

Prasarana meliputi: sumber air di permukaan tanah (laut, sungai,

danau) serta sumber air di bawah permukaan air tanah (air tanah

akifer)

2. Bangunan pelengkap

Prasarana meliputi: gorong-gorong, pertemuan saluran, bangunan

terjunan, jembatan,street inlet, pompa, pintu air.

3.1.2.7 Arahan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan

(47)

Kawasan peruntukan permukiman, meliputi kawasan peruntukan

permukiman perkotaan dan peruntukan permukiman kampung.

Permukiman perkotaan meliputi perkotaan Biak-Samofa-Yendidori-Biak

Timur. Kawasan perkotaan ini merupakan perkotaan kecil. Kawasan

perkotaan kecil adalah kawasan perkotaan dengan jumlah penduduk yang

dilayani paling sedikit 50.000 jiwa dan paling banyak 100.000 jiwa. Sebagai

ibukota Kabupaten Biak Numfor, saat ini tercatat berpenduduk lebih

kurang 60.000 jiwa, dan diperkirakan akan mendekati 100.000 jiwa dalam

kurun waktu 20 tahun yang akan datang.

Kawasan permukiman kampung dibedakan berdasarkan

lokasinya, yaitu kampung yang berada di dataran tinggi dan kampung yang

berada di pantai. Kawasan perkampungan di dataran tinggi pola

kehidupannya dipengaruhi oleh sistem ladang, sedangkan pola kehidupan

kampung di pantai berbentuk permukiman pesisir dan kawasan nelayan.

Kawasan permukiman merupakan kawasan di luar kawasan

lindung yang digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan

hunian masyarakat yang berada di wilayah perkotaan dan perdesaan

Kabupaten Biak Numfor, dengan mempertimbangkan kelestarian

lingkungan yang memiliki areal seluas 21580,77 ha yang sesuai dengan

pola ruang direncanakan lokasi permukiman akan berada tetap di

sepanjang pesisir pantai yang tersebar di 19 distrik Kabupaten Biak Numfor.

Berdasarkan perkembangan permukiman di atas diperlukan

arahan pengelolaan sebagai berikut:

(48)

konservasi/lindung.

b. Pengembangan kawasan budidaya yang secara teknis dapat digunakan

untuk permukiman harus aman dari bahaya bencana alam, sehat,

mempunyai akses untuk kesempatan berusaha dan dapat memberikan

manfaat bagi peningkatan ketersediaan permukiman,

mendayagunakan fasilitas dan utilitas disekitarnya serta meningkatkan

sarana dan prasarana perkembangan kegiatan sektor ekonomi yang

ada.

c. Pengembangan permukiman perdesaan dilakukan dengan

menyediakan fasilitas dan infrastruktur secara berhirarki sesuai

dengan fungsinya.

d. Pengembangan permukiman perkotaan dilakukan dengan tetap

menjaga fungsi dan hirarki kawasan perkotaan.

e. Pengembangan kawasan pusat Kota Biak untuk kegiatan yang memiliki

nilai ekonomi tinggi.

f. Perkembangan perkotaan menengah dilakukan dengan membentuk

pelayanan wilayah yang mampu mendorong pertumbuhan wilayah

sekitarnya.

g. Permukiman kawasan khusus seperti penyediaan tempat

peristirahatan pada kawasan pariwisata, kawasan permukiman baru

sebagai akibat perkembangan infrastruktur, kegiatan sentra ekonomi,

sekitar kawasan industri, dilakukan dengan tetap memegang kaidah

(49)

3.1.2.8 Integrasi Strategi Pembangunan Kabupaten/Kota dan Sektor

Penyusunan RPIJM pada dasarnya merupakan suatu kegiatan

penyiapan program pembangunan kota yang penekanannya pada

pengembangan dan peningkatan prasarana perkotaan. Kegiatan ini

merupakan tindak lanjut dari kegiatan perencanaan pembangunan wilayah

kabupaten yang biasa dikenal dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW).

Dengan demikian, penyusunan RPIJMKabupaten Biak Numfor ini adalah

suatu arahan kegiatan penyusunan program investasi pengembangan dan

peningkatan prasarana kota dalam jangka menengah untuk mendukung

kebijaksanaan pembangunan wilayah kabupaten.

Konsep dasar rencana pengembangan dan pembangunan wilayah

dalam RPIJM Kabupaten Biak Numfor menguraikan arah dan strategi

pengembangan kabupaten dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun sesuai

dengan RTRW kabupaten, dengan memperhatikan hasil revisi lima tahunan

RTRW tersebut. Skenario ini mencerminkan kondisi perkembangan

kabupaten atau lingkungan strategisnya saat RPIJM dibuat dan perkiraan

lima sampai dua puluh tahun kedepan.

Fungsi Skenario Pengembangan Wilayah merupakan suatu analisa

strategi pengembangan Wilayah yang ditekankan pada penentuan prioritas

pengembangan kawasan-kawasan di dalam wilayah Kabupaten Biak Numfor

kedalam RPIJM yang sejalan dengan kebijaksanaan perencanaan tata ruang

wilayah Kabupaten Biak Numfor. Adapun skenario pengembangan wilayah

Kabupaten Biak Numfor merupakan suatu tindak lanjut kebijakan yang

(50)

maupun global dalam rangka peningkatan prasarana wilayah regional dan

urban, selanjutnya, skenario pembangunan wilayah Kabupaten Biak

Numfor ini akan menjadi dasar/pedoman bagi penentuan investasi

pengembangan dan peningkatan prasarana Kabupaten Biak Numfor

(penyusunan program investasi) dalam jangka menengah (RPIJM Kabupaten

Biak Numfor).

Berdasarkan konsep pemikiran di atas, diharapkan penyusunan

investasi pembangunan perkotaan (terutama pengembangan dan

peningkatan prasarana kota) yang dilakukan melalui penyusunan RPIJM

dapat dilaksanakan secara terpadu dan efisien sehingga pembangunan

perkotaan dalam jangka menengah dapat mencapai sasaran secara optimal.

Biak Kota adalah merupakan Ibu Kota Kabupaten Biak Numfor

secara geografis terletak di bagian tengah Papua yang berjarak ± 555 km

arah Barat Laut dari Ibu Kota Provinsi Papua (Jayapura). Dalam konteks

regional pengembangan wilayah Papua, Biak Kota merupakan sub pusat

pengembangan Kabupaten Biak Numfor.

Faktor-faktor yang mendukung pengembangan adalah letak

geografis yang diapit oleh wilayah kabupaten disekitarnya dan terletak di

tengah-tengah, potensi ekonomi meliputi, pertanian, tanaman pangan,

perkebunan, kelautan dan perikanan, perdagangan dan transportasi serta

pariwisata yang merupakan salah satu kawasan andalan pemerintah

provinsi Papua. Pembangunan Wilayah Kabupaten Biak Numfor mempunyai

tujuan utama, yakni memberdayakan seluruh lapisan san kelompok

(51)

kehidupan, termasuk ekonomi, sosial, hukum, dan politik. Kondisi

masyarakat yang berdaya dalam segala bidang merupakan tujuan yang

hendak dicapai dalam jangka panjang dimana proses untuk mencapai

tujuan akhir tersebut dilakukan secara bertahap sesuai dengan kondisi,

potensi dan kendala yang dihadapi.

3.2 Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Biak

Numfor

Perubahan pendekatan pembangunan dari sentralisasi

kedesentralisasi secara monumental ditandai dengan lahirnya

Undang-Undang No. 22/1999 yang memberikan inplikasi terhadap sistem dan

praktek penyelenggaraan pembangunan, khususnya di daerah kabupaten

Biak Numfor. Hal tersebut, paling tidak dapat diamati dari (i); proses dan

mekanisme perencanaan akan lebih bernuansa bottom–up planning, dimana

masyarakat akan mempunyai peluang yang lebih besar untuk terlibat dalam

secara langsung dalam perumusan dan implementasi berbagai konsep

perencanaan dan aktivitas pembangunan; (ii) semakin terbukanya ruang

bagi tumbuh kembangkan kreativitas, prakarsa, dan inisiatif dari

pemerintah lokal (kabupaten/kota) untuk mengembangkan daerahnya

masing-masing sesuai dengan karakteristik, potensi dan kebutuhan daerah

dan (iii) tuntutan masyarakat tentang kinerja pemerintahan, seperti

akuntanbilitas publik, transparansi, pelayanan, profesionalisme aparat akan

(52)

Guna mengantisipasi kemungkinan yang bakal terjadi dalam

perubahan tersebut, maka setiap daerah dituntut untuk mengembangkan

kapasitas kelembagaan (capacity building), meningkatkan kualitas sumber

daya aparat atau memperbaiki kinerja aparatur pemerintahan,

mengembangkan akuntabilitas publik, mendorong partisipasi masyarakat

mengembangkan kerjasama wilayah dan sebagainya.

Untuk itulah Rencana strategi (Renstra) Kabupaten Biak Numfor

perlu segera diimplementasikan, sehingga pemerintah daerah dapat

memiliki acuan/pedoman dalam mengoptimalisasi penyelenggaraan

Desentralisasi Otonomi Daerah (DESTODA).

3.2.1 Rencana Induk Penyediaan Air Minum (RISPAM)

Air merupakan kebutuhan pokok penduduk yang vital, misalnya

untuk air minum, memasak, mencuci, mandi dan lain-lain. Untuk

keperluan air minum penduduk Kabupaten Biak Numfor biasanya

memperoleh yang bersumber dari air hujan, sungai, sumur gali dan sumur

bor. Dari gambaran ini maka Kabupaten Biak Numfor sangat membutuhkan

Investasi Prasarana dan Sarana Air Minum (PSAM) sehingga penduduk

Kabupaten Biak Numfor bisa mendapatkan pelayanan air minum yang baik

dan layak untuk dikomsumsi.

Sub Bidang Air Minum Direktorat Jenderal Cipta Karya

Departemen Pekerjaan Umum memiliki program dan kegiatan yang

bertujuan meningkatkan pelayanan Air Minum di perdesaan maupun

(53)

itu meningkatkan keikutsertaan swasta dalam investasi dalam

pembangunan Prasarana dan Sarana Air Minum (PSAM) di perkotaan.

Sasaran Penyediaan dan Pengelolaan Prasarana dan sarana (PS)

Air Minumdi Kabupaten Biak Numfor sampai saat ini belum tersedia,

karena Prasarana dan Sarana air bersih masih dalam tahap pembangunan.

Hanya di Distrik Biak Kota saja yang baru mulai dibangun PS air bersih

tersebut.

Pemda Kabupaten Biak Numfor berharap pada tahun 2014 telah

dapat melayani ketersediaan air bersih hingga sampai kerumah masyarakat

sebanyak 40% di distrik Biak Kota, Distrik Samofa dan 17 (Tujuh Belas)

Distrik lainnya.

Aspek pendanaan dalam pengelolaan sistem jaringan bersih di

Kabupaten Biak Numfor selama ini masih dibiayai oleh Dana dari APBD

Kabupaten Biak Numfor

3.2.2 Strategi Sanitasi Kota (SSK),

A. Air Limbah

Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman

(municipal wastewater) yang terdiri atas air limbah domestik ( Rumah

Tangga )yang berasal dari air sisa mandi,cuci, dapur dan dan tinja manusia

dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang

(54)

Kondisi sistem pengelolaan air limbah yang ada pada saat ini

adalah sistem On site yaitu sistem pembuangan setempat dimana fasilitas

pembuangan air limbah yang berada di dalam daerah persil pelayanannya

(batas tanah yang dimiliki).

Sasaran Pengelolaan (PS) Air Limbah,mengingat pentingnya

kesehatan masyarakat dan kemampuan masyarakat untuk pengelolaan air

limbah di perlukan bantuan untuk pembuatan prasarana sarana air limbah

yaitu dengan cara pembuatan septik tank atau cubluk untuk masyarakat

yang kurang mampu atau belum mempunyai PS air limbah. Untuk menjaga

kesehatan dan perlindungan lingkungan terutama SD air permukaan

maupun air tanah, perlu dilakukan menyebarluaskan informasi tentang

pengelolaan air limbah yang sesuai baku mutu lingkungan.

Melihat kondisi pengelolaan air limbah dan permasalahan yang

ada di Kabupaten Biak Numfor, baik dari aspek teknis maupun non teknis

serta melihat kondisi sosial dan budaya masyarakat maka usulan program

atau kegiatan yang perlu untuk dilakukan dalam jangka pendek maupun

jangka panjang adalah sebagai berikut:

- Penyusunan Master Plan Pengelolaan Air Limbah

- Penyusunan/Pembuatan Study Kelayakan Pembangunan Sarana Air Limbah

- Penyusunan DED Sarana Air Limbah dan IPLT

(55)

Pembiayaan Pengelolaandalam rangka pelaksanaan pembangunan

dan pengelolaan air limbah, maka perlu didukung oleh pembiayaan

pengelolaan yang bersumber dari APBN maupun APBD.

B. Persampahan

Sampah adalah limbah atau buangan yang bersifat padat,

setengah padat yang merupakan hasil sisa aktivitas manusia/masyarakat,

tidak terpakai, dapat bersifat organik maupun non-organik, karena

membahayakan kesehatan lingkungan harus di

buang/disingkirkan/dikelola dari lingkungan.

Sistem Pengelolaan Persampahan yang ada saat ini di Kabupaten

Biak Numfor adalah Sistem skala individual yaitu sistem pengelolaan yang

dilakukan oleh satu sumber atas sampah yang dihasilkan sendiri oleh

sumber tersebut.

Masyarakat mengolah sampahnya sendiri dengan cara dibakar

dan sebagian besar masyarakat mengolah sampahnya sembarangan dengan

cara membuang di pinggir rumah dan di kali/sungai.

Sasaran Penyediaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan

Sampahyang ingin dicapai dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten

Biak Numfor adalah:

• Tercapainya kondisi kota dan lingkungan yang bersih;

• Pencapaian pengurangan kuantitas sampah sebesar 20%;

Gambar

Gambar 3.1Sasaran Pembangunan Perkotaan
Gambar 3.2Peta Strategi Kementerian PUPR 2015-2019
Gambar 3.3Strategi Gerakan Nasional 100-0-100
Tabel 3.1
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti akan meneliti dengan program promosi penjualan yang sering digencarkan Flashy dan konsumen memilih Flashy sebagai produk

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikanskripsi dengan judul

Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk menguji seberapa signifikan pengaruh pemberian insentif terhadap kinerja karyawan pada PT. Macanan Jaya Cemerlang Klaten, 2)

Pekerjaan yang dilakukan dengan baik, dengan kemampuan kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang diberikan oleh seorang karyawan tentunya akan

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah, jika penelitian terdahulu aspek yang ingin dicapai adalah hasil belajar siswa, minat belajar dana

Segala puji dan syukur penulis panjatan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir

Seluruh Bapak/Ibu dosen beserta staf karyawan Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya yang telah membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan

4.3 Dimensi Persepsi Yang Paling Dominan dalam Mempengaruhi Keputusan Pembelian Notebook Acer Pada Mahasiswa Program Studi Sistem Informasi Universitas Binadarma