BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.
Pembangunan nasional harus dilaksanakan secara merata di seluruh wilayah Indonesia, bersama
seluruh tingkat pemerintahan dari pusat sampai dengan pemerintah daerah dengan cara yang lebih
terpadu, efisien, efektif serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat. Salah
satu perwujudan pembangunan nasional tersebut adalah pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang
disiapkan secara lebih cerdas, terencana dan terpadu sesuai dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.
Pendayagunaan sumber daya yang lebih optimal diharapkan ada diharapkan mampu mendukung
pertumbuhan ekonomi nasional dan pemerataan pembangunan di berbagai daerah, penciptaan lapangan
kerja dan penanggulangan kemiskinan dengan tetap menjaga daya dukung lingkungan.
Didalam melakukan pembangunan, setiap Pemerintaah Daerah memerlukan perencanaan yang
akurat dan komprehensif serta diharapkan dapat melakukan evaluasi terhadap pembangunan yang
dilakukannya. Seiring dengan semakin pesatnya pembangunan bidang ekonomi, maka terjadi peningkatan
permintaan data dan indikator-indikator yang menghendaki ketersediaan data sampai tingkat
Kabupaten/Kota. Data dan indikator-indikator pembangunan yang diperlukan adalah yang sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan.
Struktur perencanaan pembangunan di Indonesia berdasarkan hirarki dimensi waktunya
berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
dibagi menjadi perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek (tahunan), sehingga
dengan Undang-Undang ini kita mengenal satu bagian penting dari perencanaan wilayah yaitu apa yang
disebut sebagai rencana pembangunan daerah, yaitu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJP-D), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM-D) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD) serta Rencana Strategis Organisasi Perangkat Daerah (Renstra-OPD) dan Rencana Kerja Organisasi
Perangkat Daerah (Renja-OPD) sebagai kelengkapannya.
Perencanaan pembangunan daerah seperti diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004 tentang SPPN, mewajibkan daerah untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang yang
berdurasi waktu 20 (dua puluh) tahun yang berisi tentang visi, misi dan arah pembangunan daerah.
Perencanaan ini kemudian dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang
berdurasi waktu 5 (lima) tahun, yang memuat kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah,
kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Selanjutnya RPJM Daerah
dijabarkan dalam perencanaan berdurasi tahunan yang disebut sebagai Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD) yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja,
dan pembiayaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan
mendorong partisipasi masyarakat.
Untuk mewujudkan hal tersebut perlu disiapkan perencanaan program infrastruktur yang dapat
mendukung kebutuhan ekonomi, sosial dan lingkungan secara terpadu yaitu perencanaan program yang
dimaksud khususnya Bidang PU/Cipta Karya sebagai embrio terwujudnya perencanaan program
infrastruktur yang lebih luas. Dengan adanya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang
PU/Cipta Karya diharapkan Kabupaten/Kota dapat menggerakkan semua sumber daya yang ada untuk
memenuhi kebutuhannya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan penanggulangan kemiskinan
serta mewujudkan lingkungan yang layak huni (livable).
RPIJM Bidang PU/Cipta Karya merupakan tindak lanjut dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015–2019.
serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kalimantan Timur dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kutai Barat. Sedangkan Peraturan Menteri PUPR No.
13/RPT/M/2015 tentang Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
2015-2019 menjadi acuan kegiatan Sektoral Bidang Cipta Karya.
Rencana Program Infrastruktur Bidang PU/Cipta Karya yang akan disusun daerah harus
mempertimbangkan kemampuan keuangan/pendanaan dan kelembagaan dalam memenuhi kebutuhan
pembangunannya. Disamping itu, RPIJM perlu memperhatikan aspek kelayakan program masing-masing
sektor dan kelayakan spasialnya sesuai dengan Rencana Tata Ruang yang ada, serta kelayakan sosial dan
lingkungannya.
1.2 Maksud dan Tujuan.
Penyusunan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya di Kabupaten Kutai Barat sebagai upaya untuk
mensukseskan pembangunan infrastruktur di Kabupaten Kutai Barat secara terpadu, efektif dan efisien
sehingga lebih bermanfaat bagi masyarakat luas. Diharapkan para pelaku pembangunan termasuk
konsultan dapat memahami kedudukan, arti pentingnya dokumen RPIJM Pemerintah Daerah Kabupaten
Kutai Barat.
Adapun maksud dari penyusunan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Kutai Barat adalah
berkelanjutan, baik di perkotaan maupun perdesaan. Dan Tujuan dari penyusunan RPIJM Bidang PU/Cipta
Karya Kabupaten Kutai Barat adalah sebagai dokumen acuan dalam perencanaan, pemrograman, dan
penganggaran pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya. RPIJM memuat rencana program dan
investasi dalam jangka waktu lima tahun.
Tersusunnya RPIJM pada akhirnya dapat menjadi dokumen Program/Anggaran Kerja antara
Pemerintah Pusat, Propinsi Kalimantan Timur dan Kabupaten Kutai Barat yang kelayakannya dapat
dipertanggungjawabkan.
1.3 Dasar Hukum.
RPIJM Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Kutai Barat 2016-2021 disusun dalam kerangka
harmonisasi dan sinkronisasi dengan situasi dan kondisi nasional, bahkan internasional. Dengan demikian
pembangunan daerah dapat terintegrasi dengan pembangunan nasional. Atas dasar hal tersebut, RPIJM
disusun berdasarkan landasan sebagai berikut:
a. Landasan Idiil : Pancasila
b. Landasan Konstitusional : UUD 1945
c. Landasan Operasional :
1) Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan,
Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur, dan kota Bontang
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 500 (Lembaran Negara
Tahun 500 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3962);
2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);
4) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara
Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);
5) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air;
6) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4389):
7) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
8) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4438);
9) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
10) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pembangunan Jangka Panjang Nasional
2005-2025 (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 33,Tambahan Lembaran Negara Nomor 4700);
11) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
12) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;
13) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman;
14) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pembentukan Kabupaten Mahakam Ulu Di
Provinsi Kalimantan Timur;
15) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5587);
16) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140,Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4578);
17) Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan
Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 150,Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4585);
18) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia nomor 4737):
19) Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 83, Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4738);
20) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4741);
21) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan
22) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4817);
23) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN);
24) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah;
25) Peraturan Pemerintah Nomor 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya Air;
26) Peraturan Pemerintan Nomor 122 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan
Air Minum;
27) Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2015-2019;
28) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 494/PRT/M/2005 tentang Kebijakan Nasional
Strategi Pengembangan (KNSP) Perumahan dan Permukiman, bahwa pembangunan perkotaan
perlu ditingkatkan dan diselenggarakan secara berencana dan terpadu;
29) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
59 Tahun 2007;
30) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan (KSNP) Sistem Penyediaan Air Minum;
31) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan (KSNP-SPP) Sistem Pengelolaan Persampahan;
32) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan , Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
33) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 1/PRT/M/2014 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;
34) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 13/PRT/M/2015 tentang
Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2015-2019;
35) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2/PRT/M/2016 tentang
36) Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 50/SE/Dc/2016 tanggal 29 Juni 2016 tentang Rencana Strategis (Renstra)
Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2015 – 2019;
37) Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 15 Tahun 2008 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kalimantan Timur 2005 – 2025;
38) Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 7 Tahun 2014 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kalimantan Timur 2013 – 2018;
39) Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 1 Tahun 2016 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur 2016 – 2036;
40) Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 50 Tahun 2016 tentang Penyesuaian Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur 2016 – 2036;
41) Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 32 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2011-2031;
42) Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 3 Tahun 2016 tentang tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kutai Barat 2016 – 2021;
1.4 Konsep Pembangunan Bidang PU/Cipta Karya.
Sidang umum Perserikatan Bangsa–Bangsa (PBB) pada 25 September 2015 lalu di New York,
Amerika Serikat, secara resmi telah mengesahkan Agenda Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs sebagai
kesepakatan pembangunan global. Sekurangnya 193 kepala negara hadir, termasuk Wakil Presiden Jusuf
Kalla, turut mengesahkan Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 untuk Indonesia.
Mulai tahun 2016, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2015–2030 secara resmi
menggantikan Tujuan Pembangunan Millennium (MDGs) 2000–2015. SDGs berisi seperangkat tujuan
transformatif yang disepakati dan berlaku bagi seluruh bangsa tanpa terkecuali. SDGs berisi 17 Tujuan.
Salah satu Tujuan adalah Tujuan yang mengatur tata cara dan prosedur yaitu masyarakat yang damai tanpa
kekerasan, nondiskriminasi, partisipasi, tata pemerintahan yang terbuka serta kerja sama kemitraan multi–
pihak.
Indonesia telah memiliki prioritas pembangunan, sesuai dengan program dan prioritas dalam
Nawacita dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015–2019. Terdapat konvergensi dan divergensi antara SDGs dan Nawacita. Dalam hal pembangunan manusia dan upaya penurunan
ketimpangan, kedua dokumen selaras berjalan. Dalam hal pembangunan ekonomi, keduanya juga teman
RPJMN harus melakukan banyak penyesuaian (konsumsi dan produksi yang berkelanjutan, penurunan
kerusakan hutan, manajemen air, laut, dan sebagainya).
Meski begitu, secara keseluruhan banyak pihak sepakat bahwa terdapat beberapa fokus SDGs yang
dapat menjadi panduan pembangunan serta sesuai dengan sembilan agenda prioritas Presiden Joko
Widodo (Nawacita) di antaranya:
1. Keberlanjutan agenda pembangunan manusia seperti kemiskinan, kelaparan, keadilan gender, serta
pemenuhan akses terhadap air dan sanitasi sebagai isu yang senantiasa strategis.
2. Peningkatan kesejahteraan dan pendidikan sesuai dengan agenda prioritas peningkatan kualitas
hidup manusia melalui jaminan sosial, pendidikan, kesehatan serta reformasi agraria.
3. Pembangunan ekonomi berkelanjutan merupakan isu baru yang akan difokuskan pada pertumbuhan
ekonomi inklusif, serta industrialisasi yang berkelanjutan dan pembangunan hunian serta kota yang
berkelanjutan disertai penerapan pola produksi dan konsumsi berkelanjutan.
4. Akses energi yang terjangkau, sebagai fokus baru yang dikombinasikan dengan pembangunan
infrastruktur seperti pembangunan pembangkit listrik, penggunaan biofuel, bendungan, serta jalur
transportasi. Pengalihan kepada sumber energi terbarukan serta transparansi pengelolaan sektor
energi turut menjadi fokus penting serta tanggung jawab sosial sebagai bagian dari upaya lebih luas
untuk menerapkan tata kelola sumber daya berkelanjutan.
5. Perubahan iklim, di mana Indonesia telah secara sukarela menyatakan komitmennya untuk
menurunkan emisi gas rumah kaca. Komitmen inidituangkan dalam Rencana Aksi Nasional
Penurunan Gas Rumah Kaca melalui Perpres No. 61 tahun 2011 dan 33 Rencana Aksi Daerah yang
ditetapkan melalui peraturan gubernur. Langkah penurunan emisi diiringi dengan langkah adaptasi.
Pelaksanaan rencana mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di berbagai bidang terkait dituangkan di
dalam program lintas bidang dalam RPJMN 2015–2019 dengan target penurunan emisi gas rumah
kaca (GRK) sekitar 26 persen pada tahun 2019 dan peningkatan ketahanan perubahan iklim di
daerah.
Keselarasan SDGs atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030 dengan visi dan misi Presiden Joko
Widodo–Jusuf Kalla “Nawacita” diharapkan dapat mengakselarasi pencapaian RPJMN 2014–2019 sekaligus
melengkapi prioritas strategi pembangunan terutama terkait dengan tujuan–tujuan yang berkaitan dengan
lingkungan, energi bersih serta upaya menangani perubahan iklim.
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Bidang PU/Cipta Karya Kutai Barat
merupakan penjabaran dari perspektif RPJMD Kutai Barat 2016-2021. Rencana Pembangunan Jangka
kepala daerah terpilih dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan daerah.
Dengan demikian, RPJMD Kutai Barat 2016-2021 merupakan bagian dari upaya kepala daerah terpilih
dalam memenuhi janji politik, untuk mewujudkan visi dan misi Kutai Barat 2016-2021. Adanya RPJMD Kutai
Barat ini akan memudahkan eksekutif dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi perencaaan dan
implementasi pembangunan daerah. RPJMD juga memungkinkan Kutai Barat menyusun berbagai program
sesuai dengan skala prioritas beserta indikator keberhasilan untuk alat evaluasi. Program-program yang
tersusun dalam RPJMD dilaksanakan secara koordinatif atas OPD, sehingga diharapkan masing-masing
program akan saling melengkapi dan saling mendukung, sehingga menghindari kemungkinan adanya
overlapping.
Rencana Program Investasi (Infrastruktur) Jangka Menengah Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten
Kutai Barat 2016 – 2021 atau disingkat sebagai RPIJM Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Kutai Barat 2016 –
2021 merupakan dokumen rencana kerjasama pembangunan infrastruktur (Infrastruktur Development
Plan:IDD) di Kabupaten Kutai Barat yang bersifat lintas sektoral. RPIJM merupakan dokumen teknis
kelayakan program (Feasibility Study) untuk rencana pembangunan infrastruktur bidang PU/Cipta Karya.
Sebagai dokumen teknis, RPIJM menekankan proses partisipasi melalui dialog kebijakan dengan
pihak-pihak terkait, masyarakat, profesional dan lain-lain pada tahap penyusunan rencana pembangunan
Kabupaten Kutai Barat dan melalui dialog investasi dengan masyarakat dan dunia usaha maupun
pihak-pihak yang terkait pada tahap penyusunan prioritas program/kelayakan program investasi. Dengan
demikian, RPIJM yang bersifat sektoral dan terpadu merupakan Consolidated FS yang dapat diterima semua
pihak sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah.
1.5 Metode Pendekatan.
Pendekatan penyusunan RPIJM pada hakekatnya perlu mempertimbangkan beberapa hal antara
lain:
1. Proses Perencanaan yang Partisipatif: Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan
pembangunan Kabupaten Kutai Barat yang dinamis membutuhkan penyediaan fasilitas
infrastruktur yang layak, memadai, terjangkau, adil, serta bagi masyarakat luas. Untuk itu
diperlukan perencanaan program investasi yang partisipatif;
2. Membangun Transparansi dan Persepsi Bersama: Permasalahan yang dihadapi Kabupaten
Kutai Barat baik persoalan ekonomi, sosial, budaya, lingkungan maupun persoalan kapasitas
3. Keterpaduan dan Keberlanjutan: Perencanaan Program Investasi Jangka Menengah Bidang
PU/Cipta Karya Kabupaten Kutai Barat mengacu pada prinsip pengembangan wilayah,
RTRW Kabupaten Kutai Barat 2011 - 2031, RPJMN, RPJMD Kabupaten Kutai Barat 2016 -
2021, dan Renstra PU/Cipta Karya, Dinas Terkait, Masterplan Sektor, Strategi Pembangunan
Kabupaten Kutai Barat, maupun Peraturan Perundangan yang berlaku;
4. Kelayakan Teknis, Sosial, Ekonomi dan Lingkungan: Penentuan prioritas program dan
kegiatan perlu mengacu pada hasil Studi Kelayakan (FS/DED), kelayakan ekonomi dan sosial
serta lingkungan;
5. Credit Worthiness dan Akuntabilitas; Perhitungan kemampuan penyediaan dana perlu
didasarkan pada hasil analisis keuangan. Demikian pula kemampuan pelaksanaan perlu
diperhitungkan dari hasil analisis kelembagaannya serta perlu mempertimbangkan
keberlanjutan pembangunan.
1.6 Kedudukan.
Kedudukan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Kutai Barat yaitu berada di bawah kebijakan
spasial dan kebijakan sektoral yang ada sebagai Rencana Pembangunan Infrastruktur (Infrastructure
Development Plan) pada skala Kabupaten. RPIJM Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Kutai Barat pada
hakekatnya merupakan operasionalisasi dari RPJMN dan RPJMD Kabupaten Kutai Barat. Kebijakan spasial
dalam RPIJM Kutai Barat mengacu pada RTRW Nasional, Propinsi Kalimantan Timur dan Kabupaten Kutai
Barat sedangkan kebijakan sektoral/program dalam RPIJM mengacu pada RPJMN dan RPJMD Kutai Barat
2016-2021 atau lanjutannya serta Masterplan sektor yang ada. Bilamana suatu daerah belum mempunyai
Rencana Tata Ruang maupun Masterplan Sektor (RIS) masih dapat dilakukan assessment berdasarkan
Gambar 1.1
Kedudukan RPIJM Dalam Rencana Pembangunan Nasional
Gambar 1.2
Sistem berpikir di dalam proses penyusunan RPIJM pada prinsipnya mengacu kepada diagram alir proses perencanaan dan penyusunan sebagaimana dapat dilihat pada gambar 1.3
Gambar 1.3
1.7 Sistematika Pembahasan.
Secara garis besar sistematika penyusunan laporan ini terdiri dari 8 bab dengan isi setiap bab
sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan RPIJM Bidang
Cipta Karya, serta muatan RPIJM Bidang Cipta Karya.
BAB 2 PROFIL KABUPATEN KUTAI BARAT
Bagian ini membahas mengenai wilayah administrasi, potensi wilayah, demografi dan urbanisasi,
serta isu strategis sosial ekonomi dan lingkungan berdasarkan RPJMD dan RTRW Kabupaten Kutai
Barat.
BAB 3 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUTUR BIDANG CIPTA KARYA
Pada bab ini berisi arahan pembangunan Bidang Cipta Karya, arahan penataan ruang dan rencana
strategis infrastruktur Bidang Cipta Karya di Kabupaten Kutai Barat.
BAB 4 ANALISIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN
Pada Bagian ini membahas tentang analisis sosial, ekonomi, dan lingkungan antara lain analisis
kemiskinan dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Kabupaten Kutai Barat.
BAB 5 KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
Bagian ini membahas mengenai kebutuhan investasi, potensi pendanaan, dan alternatif
pendanaan serta strategi peningkatan investasi Bidang Cipta Karya di Kabupaten Kutai Barat.
BAB 6 KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI KABUPATEN KUTAI BARAT
Bagian ini membahas mengenai aspek kelembagaan dan aspek regulasi yang ada dalam mencapai
sasaran strategis di Kabupaten Kutai Barat.
BAB 7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA
Bagian ini membahas mengenai rencana program investasi infrastruktur Bidang Cipta Karya untuk
masing-masing sektor, yaitu sektor Pengembangan Kawasan Permukiman, Penataan Bangunan
dan Lingkungan, Pengembangan SPAM, dan Pengembangan PLP. Pada setiap sektor dijelaskan
kondisi eksisting, analisis kebutuhan, serta usulan kebutuhan program dan pendanaan
masing-masing sektor di Kabupaten Kutai Barat.
BAB 8 MEMORANDUM PROGRAM JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
Pada bab ini berisi mengenai matriks program investasi RPIJM Kabupaten Kutai Barat dan matriks