• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1503115216BAB V KERANGKA STRATEGI BIAYA 4 lwg

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB V. KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1503115216BAB V KERANGKA STRATEGI BIAYA 4 lwg"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Potensi Pendanaan APBD Kabupaten Empat Lawang 5.1

Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten/Kota selama 3-5

tahun terakhir dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD

dalam 5 tahun terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan format

Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut :

Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak a.

Langsung

Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah dana b.

Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah

Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan c.

pengeluaran

(2)

Tabel 5.1

Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir

P

PEENNDDAAPPAATTAANN DDAAEERRAAHH 22001100 22001111 22001122 22001133 22001144 R

Rpp %% RRpp %% RRpp %% RRpp %% RRpp %% P

Peennddaappaattaann AAssllii DDaaeerraahh Pajak Daerah

-Retribusi Daerah

-Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan

-Daannaa PPeerriimmbbaannggaann Dana Bagi Hasil

-Dana Alokasi Umum

-Dana Alokasi Khusus

-LLaaiinn--LLaaiinn PPeennddaappaattaann DDaaeerraahh yyaanngg SSaahh

Pendapatan Hibah

-Dana Darurat

-DBH Pajak dari Pemda Lainnya

-Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus

-Bantuan Keuangan Provinsi/ Pemda Lain

-Pendapatan Lainnya

-DBH bukan pajak/sumber daya alam dari pemerintah

-Toottaall PPeennddaappaattaann 444422..887755..776600..449966,,5544 110000 557744..883344..777733..331133,,1100 110000 559933..557700..447766..667755,,5522 110000 773311..441100..000022..772255,,5555 110000 883311..445511..556655..883355,,0066 110000

(3)

Tabel 5.2

Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir

B

BEELLAANNJJAA DDAAEERRAAHH 22001100 22001111 22001122 22001133 22001144 R

Rpp %% RRpp %% RRpp %% RRpp %% RRpp %% B

Beellaannjjaa TTiiddaakk LLaannggssuunngg Belanja Pegawai Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Bantuan Pemda lain Belanja Tidak Terduga

110.826.300.521,04 Belanja Barang & Jasa Belanja Modal

Toottaall BBeellaannjjaa 445511..333311..997711..994444,,5544 110000 556622..113388..005522..330066,,1100 110000 660044..226688..449900..990044,,4499 110000 779966..225522..774455..445599,,4488 110000 990077..224400..557744..886655,,5511 110000

Tabel 5.3

(4)

P

PEEMMBBIIAAYYA22001100AAANN DDAAEERRAAHH 22001111 22001122 22001133 22001144 R

Rpp %% RRpp %% RRpp %% RRpp %% RRpp %% P

Peenneerriimmaaaann PPeemmbbiiaayyaaaann Penggunaan SiLPA Pencairan Dana Cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Penerimaan Pinjaman dan Obligasi Daerah Penerimaan Kembali Pinjaman

Penerimaan Piutang Daerah

10.371.817.232,04

Peennggeelluuaarraann PPeemmbbiiaayyaaaann Pembentukan Dana

Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Pembayaran Pokok Pinjaman Pemberian Pinjaman Daerah

(5)

Pos-pos pendapatan dan belanja perlu diolah ke dal am bentuk grafik proporsi untuk

melihat perkembangan proporsi sumber penerimaan dan pengeluaran selama lima tahun

terakhir berdasarkan Standar Akuntasi Pemerintah (PP No. 71 Tahun 2010).

.

Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBD 5.1.1

dalam 5 Tahun Terakhir

Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki tugas untuk membangun prasarana

permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan

Pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta

Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta

Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan

infrastruktur yang sudah ada. Perlu disusun tabel proporsi berdasarkan sektor-sektor

Cipta Karya yang ada.

Tabel 5.4

Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya

dalam 5 Tahun Terakhir

2009 2010 2011 2012 2013

Sektor Alokasi %Alokasi %Alokasi %Alokasi

% APB Alokasi

% APB

Pengembanga n Air

Minum

2.771.355.000 844.643.000 1.203.342.000 1.667.701.000 3.170.877.000 10 %

Pengembanga

n PPLP

5.282.640.000 940.800.000 5.203.597.000 870.000.000 2.917.130.000

Pengembanga n

Permukiman

269.152.000 17.089.940.000 3.421.756.000 18.574.195.000 1.566.140.000

Penataan Bangunan dan

Lingkungan

5.976,152.000 859.459.000 5.737.870.000 3.565.300.000 3.943.377.000

Total Belanja APBD

Bidang Cipta

14.299.757.000 19.774.042.000 15.565.565.000 24.677.196.000 11.597.524.000

(6)

5.2 Potensi Pendanaan APBN Kabupaten Empat Lawang

Setelah APBD secara umum dibahas, maka perlu dikaji berapa besar investasi

pembangunan khusus bidang Cipta Karya di daerah tersebut selama 3-5 tahun terakhir

yang bersumber dari APBN.

Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN 5.2.1

dalam 5 Tahun Terakhir

Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab

Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai

stimulant kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di

lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non

Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPU No. 14 Tahun 2011).

Data dana yang dialokasikan pada suatu kabup aten/kota perlu dianalisis untuk melihat

(7)

Tabel 5.5

Tabel APBN Cipta Karya di Kab. Empat Lawang dalam 5 Tahun Terakhir (dalam ribu)

Sektor Alokasi

2010

Alokasi 2011

Alokasi 2012

Alokasi 2013

Alokasi 2014

Pengembangan Air Minum - - - - 2.266.936.000

Pengembangan PLP - - 465.500.000 -

-Pengembangan Permukiman

1.250.000.000 - - -

-Penataan Bangunan & Lingkungan

- 500.000.000 - 2.000.000.000.

-Total

*Dalam Ribuan

Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah,

untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan

melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang

dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang

merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.

Prioritas nasional yang terkait dengan sektor Cipta Karya adalah pembangunan air

minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan

kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan.

Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampaha n, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat

berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan

masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria

Umum, Kriteria Khusus dan Kriter ia Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5

tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.

Tabel 5.6

Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di kab. Empat Lawang

dalam 5 Tahun Terakhir

Jenis DAK 2010 2011 2012 2013 2014 DAK Air Minum - - Rp. 996.237.000,- Rp. 1.331.440.000,- Rp.

2.853.186.600,-DAK Sanitasi Rp. 497.750.000,- Rp. 790.600.000,- Rp. 1.650.804.000,- Rp. 1.600.082.000,- Rp.

(8)

Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah untuk

Urusan Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di kabupaten/kota.

DDUB ini menunjukan besaran komitmen pemerintah daerah dala m melakukan

pembangunan bidang Cipta Karya. Oleh sebab itu, perkembangan besaran DDUB dalam

3-5 tahun terakhir perlu diketahui untuk melihat komitmen pemerintah daerah.

Perkembangan DDUB dapat dijabarkan dalam tabel 6.7

Tabel 5.7

Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir (dalam ribuan)

2010 2011 2012 2013 2014

Sektor

Alokasi APBN

DD UB

Alokasi APBN

DD UB

Alokasi APBN

DD UB

Alokasi APBN

DD UB

Alokasi APBN

DD UB Pengembangan Air

Minum

5.056.001.000

Pengembangan PPLP

7.950.000.000

Pengembangan Permukiman

158.342.000

Penataan Bangunan dan Lingkungan

3.750.000.000

Total

Alternatif Sumber Pendanaan 5.3

Selain APBD dan APBN, alternatif sumber pendanaan infrastruktur bidang cipta

karya juga berasal dari perusahaan daerah dan swasta, maka perlu dikaji berapa besar

investasi pembangunan khusus bidang Cipta Karya di daerah tersebut selama 3-5 tahun

terakhir yang bersumber dari perusahaan daerah dan swasta.

Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya dalam 5 5.3.1

Tahun Terakhir

Perusahaan daerah yang dibentu k pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu

untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus

untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan

pemerintah daerah ( profit oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak

dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan

(9)

melihat kemampuan perusahaan daerah dalam meningkatka n cakupan dan kualitas

pelayanan secara berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan daerah dapat menjadi

salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya

Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di bidang

Cipta K arya berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan aspek

sumber daya manusia. Khusus untuk PDAM, indikator tersebut telah ditetapkan BPP-

SPAM untuk diketahui apakah perusahaan daerah memiliki status sehat, kurang sehat

atau sakit.

Di sam ping itu, pada bagian ini dicantumkan juga nilai dan volume kegiatan

pembangunan, operasi dan pemeliharaan prasarana secara umum yang dilaksanakan

oleh perusahaan daerah yang ada di kabupaten/kota dalam 3-5 tahun terakhir

Perkembangan Investasi Pembanguna n Cipta Karya Bersumber dari Swasta 5.3.2

dalam 5 Tahun Terakhir

Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki

pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan

infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemer intah dan Swasta (KPS) untuk

kegiatan yang berpotensi cost-recovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk

kegiatan non-cost recovery . Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah

Perpres No.67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Bad an Usaha Dalam

Penyediaan Infrastruktur serta Permen PPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum

Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan

Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU

No. 40 tahu n 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang

Penanaman Modal d i beberapa daerah, skema pembiayaan alternatif ini sudah banyak

dilakukan untuk menunjang pembangunan Cipta Karya di daerah. Informasi

kegiatan-kegiatan eksisting perl u dipahami untuk melihat potensi pembiayaan dari dunia usaha di

(10)

Tabel 5.8

Perkembangan KPS Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir

Kegiatan Tahun Komponen

KPS Satuan Volume

Nilai (Rp)

Skema

Pembiayaan* Ket. Pengembangan Air Minum

-…

-…

Pengembangan PPLP

-…

-…

Pengembangan Permukiman

-…

-…

Penataan Bangunan dan Lingkungan

-…

-…

*Dalam Proses Pendataan

5.4 Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan

bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPIJM) maka

dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah,

dan rencana kerjasama pemerintah dan swasta.

Proyeksi APBD 5 tahun ke depan 5.4.1

Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan

perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir

menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja

maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan

dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.

Adapun langkah-langkah proyeksi APBD ke depan adalah sebagai berikut sebagai Berikut

:

1.Menentukan presentase pertumbuhan per pos pendapatan Setiap pos pendapatan

(11)

Y0 = Nilai tahun ini

Y-1 = Nilai 1 tahun sebelumnya

Y-2 = Nilai 2 tahun sebelumnya

Dalam menentukan presentase pertumbuhan dihitung setiap pos pendapatan yang terdiri

dari PAD, Dana Perimbangan (DAU, DAK, DBH), dan Lain-lain pendapatan yang sah.

2. Menghitung proyeksi sumber pendapatan dalam 5 tahun ke depan Setel ah diketahui

tingkat pertumbuhan pos pendapatan maka dapat dihitung nilai proyeksi pada 5 tahun ke

depan dengan menggunakan rumus proyeksi geometris sebagai berikut :

Yn = Nilai pada tahun n

r = % pertumbuhan

Y0 = Nilai pada tahun ini

n = tahun ke n (1-5)

3. Menjumlahkan Pendapatan dalam APBD tiap tahun dan menghitung kapasitas daerah

dalam pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya

Setelah didapatkan nilai untuk setiap pos pendapatan, dapat dihitung total

pendapatan. Apabila diasumsikan bahwa total pendapatan sama dengan total belanja dan

diasumsikan pula bahwa proporsi belanja bidang Cipta Karya terhadap APBD sama

dengan eksisting maka dapat diketahui proyeksi kapasitas daerah dalam mengalokasikan

anggaran untuk bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan.

Adapun hasil dari proses perhitungan tersebut, disajikan dalam tabel 5.9

Tabel 5.9

Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan

Sumber:

Dari data proyeksi APBD tersebut, dapat dinilai kapasitas keuangan daerah dengan

metode analisis Net Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah (DSCR)

Net Public Saving

(12)

daerahsetelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata

lain, NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS

menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya. Berdasarkan

proyeksi APBD, dapat dihitung NPS dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan

anggaran pemerintah berinvestasi dalam bidang Ci pta Karya. Adapun rumus perhitungan

NPS adalah sebagai berikut :

Net Public Saving = Total Penerimaan daerah - Belanja Wajib

NPS = (PAD+DAU+DBH+DAK) - (Belanja mengikat + Kewajiban Daerah)

- Belanja mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi/tidak bisa dihindari oleh Pemerintah

Daerah dalam tahun anggaran bersangkutan seperti belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang mengikat sesuai peraturan daerah yang berlaku.

- Kewajiban daerah anta ra lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran kegiatan lanjutan, serta kewajiban daerah lain sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku.

Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio)

Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APB D yang digunakan untuk menutup

defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. Pinjaman Daerah

dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank,

lembaga keuangan bukan bank, dan Masyarakat (obligasi). Berdasarka n PP No. 30

Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan

sebagai berikut :

Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak

o

melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya;

Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan

o

pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah

Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman

o

Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah

o

juga wajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian

pinjaman yang bersumber dari Pemerintah

Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan keuangan

daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt Servic e Cost Ratio

(13)

menunjukan kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan

gambaran kapasitas keuangan pemerintah. Oleh karena itu, DSCR dalam 3-5 tahun ke

depan perlu dianalisis dalam RPIJM dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

PAD = Pendapatan Asli Daerah DAU = Dana Alokasi Umum

DBH = Dana Bagi Hasil DBHDR = DBH Dana Reboisasi

Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah 5.4.2

Beberapa kabupaten/kota memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam

bidang pelayanan bidang Cipta Karya seperti air minum, air limbah maupun persampahan.

Dalam hal ini, perusahaan daerah tersebut umumnya memiliki rencana dalam lima tahun

ke depan dalam bentuk business plan . Informasi ini dibutuhkan untuk mengetahui

kontribusi perusahaan daerah untuk pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya dalam

lima tahun ke depan sesuai jangka waktu RPIJM.

Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya 5.4.3

Dalam menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, Pemerintah Daerah perlu

menyusun daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan skema kerjasama

pemerintah dan swasta di bidang Cipta Karya untuk ditawarkan ke pihak swasta. Daftar

proyek potensial te rsebut disusun berdasarkan identifikasi usulan program dan kegiatan

setiap sektor serta tingkat kelayakan ekonomi dan finansial dari programtersebut.

Rencana kerjasama pemerintah dan swasta bidang Cipta Karya terangkum dalam tabel di

bawah ini

Tabel 5.10

Proyek Potensial yang Dapat Dibiayai dengan KPS dalam 5 Tahun Ke Depan

Nama Kegiatan Deskripsi Kegiatan Biaya Kegiatan (Rp)

Kelayakan

Finansial Keterangan IRR = ...

(14)

5.4.4 Analisis Tingkat Keterpaduan Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

Sebagai kesimpulan dari analis is aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat

ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang

meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia

usaha dan masyarakat. Kemudian, perlu dir umuskan strategi peningkatan investasi

pembangunan bidang Cipta Karya dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari

berbagai sumber.

Analisis Kemampuan Keuangan Daerah 5.4.5

Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan

kegiatan yang ada dalam RPIJM dapat dihitung melalui hasil analisis yang telah dilakukan

dengan penjabaran sebagai berikut Proyeksi dana dari pemerintah pusat (APBN) dengan

menggunakan asumsi trend historis maksimal 10% dari tahun sebelumnya Proyeksi dana

dari pemerintah daerah (APBD) berdasarkan hasil perhtungan pada bagian 5.1

Rencana pembiayaan dari perusahaan daerah berdasarkan analisis pada bagian 5.3.1

Hasil identifikasi kegiatan potensial untuk dibiayai melalui skema Kerjasama Pemerintah

dan Swasta berdasarkan bagian 5.3.2

Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk

memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam

RPIJM, maka Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan

pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman. Oleh karena itu pada bagian ini,

Satgas RPIJM daerah agar merumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan

infrastruktur bidang Cipta Karya, yang meliputi beberapa aspek antara lain:

Strategi peningkatan DDUB oleh kabupaten/kota dan provinsi; 1.

Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi pengunaan anggaran; 2.

Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah; 3.

Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan 4.

pembangunan bidang Cipta Karya;

Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabiltasi infrastruktur 5.

permukiman yang sudah ada;

Gambar

Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.4
Tabel APBN Cipta Karya di Kab. Empat Lawang  dalam 5 Tahun Terakhir (dalam ribu)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penulis melakukan percobaan untuk membuktikan kelemahan protokol WPA jika diterapkan pada Wireless LAN, yaitu melakukan serangan terhadap encryption (Network Key atau password)

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan bahwa adanya hubungan antara pola asuh orangtua dengan status gizi siswa

bahwa dalam rangka pemberdayaan dan peningkatan kualitas sumber daya masyarakat, sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa dan Peraturan

Uang Leges adalah Biaya legalisasi yang dinyatakan dalam bentuk surat berharga berupa materai leges yang ditempelkan pada Surat-surat Izin, Surat

Faktor determinan yang berhubungan dengan kejadian leptospirosis di Kota Semarang tahun 2009 adalah keberadaan tikus di dalam dan sekitar rumah, dimana model ini bermakna

Kepentingan dan kebutuhan masyarakat akan hidup sejahtera lahir dan bathin, tempat tinggal dan lingkungan yang baik dan sehat yang terbebas dari dampak negative

dari pihak lain yang meminjamkan kepada Pemerintah Desa dengan syarat tertentu seperti jangka waktu, bunga ,' dan jaminan tertentu. Pengurusan sumber pendapatan dan

Melihat dari permasalahan akan kurangnya minat anak-anak terhadap cerita rakyat lokal dan meningkatnya popularitas iPad sebagai toys of the year versi majalah PCWorld, maka munculah