i
PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MATERI BANGUN DATAR MENGGUNAKAN
METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DAN
MEDIA KARTU KEMUDI PINTAR
PADA SISWA KELAS V SEMESTER II MI
KARANGDUREN KECAMATAN TENGARAN
KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH: DEWI AZIZAH
NIM 11514053
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
iii
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MATERI BANGUN DATAR MENGGUNAKAN
METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DAN
MEDIA KARTU KEMUDI PINTAR
PADA SISWA KELAS V SEMESTER II MI
KARANGDUREN KECAMATAN TENGARAN
KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
iv Dr. Winarno, S.Si, M.Pd.
Dosen Pembimbing IAIN Salatiga Persetujuan Pembimbing
Hal : Naskah Skripsi
Lamp : 4 eksemplar
Saudari : Dewi Azizah
Kepada :
Yth Dekan FTIK IAIN Salatiga Di Tempat
Asslamualaikum wr.wb
Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari :
Nama : Dewi Azizah
Nim : 11514053
Fakultas :Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : PGMI
Judul : Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Bangun Datar
Menggunakan Metode Numbered Head Together (NHT) Dan Media Kartu Kemudi Pintar Pada Siswa Kelas V Semester II MI Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018
Dengan ini kami mohon skripsi saudari supaya dimunaqosahkan. Wassalamualaikum Wr.Wb
Salatiga, 23 april 2018 Dosen Pembimbing
Dr. Winarno, S.Si, M.Pd.
v
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGAFAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jalan Lingkar Salatiga KM.2 Telepon (0298) 6031364 Kode Pos 50716 Salatiga
Website:http://tarbiyah.iainsalatiga.ac.ide-mail: tarbiyah@iainsalatiga.ac.id SKRIPSI
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Bangun Datar Menggunakan Metode Numbered Head Together (NHT) Dan Media Kartu Kemudi Pintar
Pada Siswa Kelas V Semester II MI Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018
DISUSUN OLEH DEWI AZIZAH
11514053
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 4 Juli 2018 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Dr. Fatchurrohman.,S.Ag., M.Pd. :____________________
Sekretaris : Dr. Winarno, S.Si, M.Pd. : ____________________
Penguji 1 : Hj. Siti Rukhayati, M.Ag : ____________________
Penguji 2 : Sutrisna, S.Ag, M.Pd. : ____________________
Salatiga, 8 Juli 2018 Dekan
Suwardi M.Pd
vi
DEKLARASI
DAN
PERNYATAAN BERSEDIA DIPUBLIKASIKAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dewi Azizah
NIM : 115 14 053
Jurusan : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)
Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau
temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan
kode etik ilmiah.
Salatiga, 23 April 2018
Yang Menyatakan,
Dewi Azizah
vii
MOTTO
Tidak ada Masalah Yang Tidak Bisa Diselesaikan Selama Ada
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat serta karuniaNya,
skripsi ini penulis persembahkan untuk :
1. Ayahku Nuri dan ibundaku Rohmi tersayang, yang selalu
membimbingku, memberikan doa, nasihat, kasih sayang, dan motivasi
dalam kehidupanku.
2. Saudara kandungku kakak Qumil Laila dan Syaifulloh atas motivasi yang
tak ada hentinya kepadaku sehingga proses penempuhan gelar sarjana ini
bisa tercapai.
3. Dosen Pembimbing Akademik, bapak Dr. Fatchurrohman,S.Ag, M.Pd.
4. Dosen pembimbing skripsi, bapak Dr. Winarno, S.Si, M.Pd.
5. Bapak dan ibu dosen IAIN Salatiga yang telah bersedia membimbing dan
memberikan bekal ilmu.
6. Kepala Madrasah dan segenap guru MI Karangduren yang telah
memberikan izin dan membantu peneliti melaksanakan penelitian.
7. Teman dekatku Maesaroh, Luluk, Febri, risma dan Retnoningrum yang
selalu memberikan motivasi dan dukungannya.
8. Sahabat dan teman-teman terbaikku, terimakasih atas dukungan kalian.
9. Sahabat-sahabat seperjuanganku angkatan 2014 khususnya jurusan
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim
Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan kepada Allah
Swt yang selalu memberikan nikmat, kaunia, taufik, serta hidayah-Nya kepada
penulis sehinggap penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Bangun Datar
Menggunakan Metode Numbered Head Together (NHT) dan Media Kartu Kemudi Pintar pada Siswa Kelas V Semester II di MI Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018”.
Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
nabi agung Muhammad Saw, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya
yang selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah
satu-satunya umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman
kegelapan menuju zaman terang benerang yakni dengan ajarannya agama Islam.
Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga.
x
4. Bapak Dr. Winarno, S.Si, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
5. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu
pengetahuan, serta karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat
menyelesaikan jenjang pendidikan S1.
6. Bapak dan ibu serta keluarga yang telah memberikan do‟a, motivasi
serta dukungan kepada penulis.
7. Kepala Madrasah dan segenap guru MI Karangduren yang telah
memberikan izin dan membantu peneliti melaksanakan penelitian.
8. Siswa-siswi kelas V MI Karangduren yang telah membantu peneliti
dalam mengumpulkan data.
9. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya, serta para pembaca pada umumnya. Amin.
Salatiga, 23 April 2018
Dewi Azizah
xi
ABSTRAK
Azizah, Dewi. 2018. “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Bangun
Datar Menggunakan Metode Numbered Head Together (NHT) Dan Media Kartu Kemudi Pintar Pada Siswa Kelas V Semester II MI Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing : Dr. Winarno,
S.Si, M.Pd.
Kata kunci: Hasil Belajar, Matematika, dan Numbered Head Together (NHT)
Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa kelas V
di MI Karangduren pada materi bangun datar. Rendahnya hasil belajar siswa
dibuktikan dengan nilai rata-rata kelas yaitu 57,3. Secara lasikal juga belum
memenuhi target pencapaian Kriteria Ketuntasan Klasikal yaitu ≥85% dibuktikan
dengan hasil pra siklus bahwa siswa yang tuntas sebanyak 5 siswa dari 26 siswa dengan presentase 19,2 % .Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah
penggunaan metode numbered head together (NHT) dan media pembelajaran
kartu kemudi pintar dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi bangun datar pada siswa kelas V Semester II MI Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2017/2018 ?
Jenis penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan langkah prencanaan, tindakan, observasi dan refleksi yang dilaksanakan dengan dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2018 dan siklus II dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 2018. Penelitian dilaksankan pada kelas V Semester II MI Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang dengan jumlah 26 siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penggunaan metode numbered head
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...i
LEMBAR BERLOGO ...ii
JUDUL ...iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iv
PENGESAHAN KELULUSAN ...v
DEKLERASI ...vi
MOTTO...vii
PERSEMBAHAN ...viii
KATA PENGANTAR ...ix
ABSTRAK ...xi
DAFTAR ISI ...xii
DAFTAR TABEL ...xv
DAFTAR GAMBAR ...xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Rumusan Masalah ...7
C. Tujuan Penelitian ...8
D. Kegunaan Penelitian ...8
E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ...10
F. Metode Penelitian ...12
G. Rancangan Penelitian ...12
H. Subjek, Lokasi dan Waktu Penelitian ...13
I. Langkah – langkah Penelitian ...15
J. Metode Pengumpulan Data ...18
K. Instrumen Penelitian ...19
L. Analisis Data ...20
xiii BAB II LANDASAN TEORI
A.Hasil Belajar Matematika ...24
1. Pengertian Belajar ...24
2. Tujuan Belajar ...27
3. Pengertian Hasil Belajar ...27
4. Pengertian Matematika ...31
B. Materi Bangun Datar yang diaplikasikan dalam Penelitian ...34
1. Pengertian bangun datar ...34
2. Jenis-jenis bangun datar ...34
C.Metode Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) ...39
1. Pengertian metode Numbered Head Together (NHT) ...39
2. Langkah-langkah pelaksaan metode Numbered Head Together (NHT) ...41
3. Manfaat metode Numbered Head Together (NHT) ...42
4. Kelebihan metode Numbered Head Together (NHT) ...43
5. Kelemahan metode Numbered Head Together (NHT) ...43
D.Media Pembelajaran Kartu Kemudi Pintar ...43
1. Pengertian Media Pembelajaran ...43
2. Pengertian media kartu kemudi pintar ...48
3. Karakteristik kartu kemudi pintar ...48
4. Kelebihan kartu kemudi pintar ...49
5. Kelemahan kartu kemudi pintar ...50
6. Deskripsi kartu kemudi pintar ...50
7. Manfaat media kartu kemudi pintar ...51
8. Prosedur penggunaan media kartu kemudi pintar ...52
E. Kajian Pustaka ...53
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi penelitian ...55
1. Identitas Madrasah ...56
xiv
3. Keadaan Siswa ...57
4. Keadaan Guru ...58
B. Subjek Penelitian ...59
C. Kolaborator Penelitian ...60
D. Waktu Penelitian ...60
E. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ...61
1. Siklus I ...61
2. Siklus II ...72
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Obeservasi pada Tahap Pra Siklus ...84
B. Deskripsi Hasil Penelitian ...84
1. Siklus I ...86
2. Siklus II ...90
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...97
B. Saran ...98
DAFTAR PUSTAKA ...101
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tabel Menentukan KKM ...11
Tabel 3.1 Daftar Jumlah Siswa ...57
Tabel 3.2 Daftar Nama Guru dan Karyawan ...58
Tabel 3.3 Daftar Nama Siswa ...59
Tabel 3.4 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ...60
Tabel 3.5 Lembar Observasi Guru Siklus I ...67
Tabel 3.7 Nilai Evaluasi Siklus I ...69
Tabel 3.8 Lembar Observasi Guru Siklus II ...79
Tabel 3.9 Nilai Evaluasi Siklus II ...81
Tabel 4.1 Hasil Belajar Prasiklus ...84
Tabel 4.2. Hasil Belajar Siswa Siklus I ...87
Tabel 4.3. Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus II ...92
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Skema Penelitian ...15
Gambar 2.1 Persegi ...35
Gambar 2.2 Persegi Panjang ...35
Gambar 2.3 Jajar genjang ...36
Gambar 2.4 Layang-layang ...37
Gamabar 2.5 Belah Ketupat ...38
Gamabar 2.6 Lingkaran ...38
Gambar 4.1 Grafik Ketuntasan Siswa Prasiklus ...86
Gambar 4.2 Grafik Ketuntasan Siswa Siklus I...89
Gambar 4.3 Grafik Ketuntasan Siswa Siklus II ...92
Gambar 4.4 Hasil Belajar Siswa Prasiklus – Siklus II ...94
Gambar 4.5 Hasil Belajar Siswa Prasiklus ...94
Gambar 4.6 Hasil Belajar Siswa Siklus I ...95
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Konsultasi Skripsi ...102
Lampiran 2 Lembar Pembimbing Skripsi ...103
Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian ...104
Lampiran 4 Surat Balasan Izin Penelitian ...105
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ...106
Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ...121
Lampiran 7 Lembar Pengamatan Siswa Siklus I ...132
Lampiran 8 Lembar Pengamatan Siswa Siklus II ...135
Lampiran 9 Lembar Pengamatan Guru Siklus I ...138
Lampiran 10 Lembar Pengamatan Guru Siklus II ...140
Lampiran 11 Lembar Tes Formatif/ Evaluasi Siswa siklus I ...142
Lampiran 12 Lembar Tes Formatif/ Evaluasi Siswa siklus I ...143
Lampiran 13 Lembar Tes Formatif/ Evaluasi Siswa siklus II...144
Lampiran 14 Lembar Tes Formatif/ Evaluasi Siswa siklus II...145
Lampiran 15 Lembar Nilai Evaluasi Siklus I ...146
Lampiran 16 Lembar Nilai Evaluasi Siklus II ...147
Lampiran 17 lembar Nilai Evaluasi Prasiklus ...148
Lampiran 18 Lembar nilai Produk 1 ...149
Lampiran 19 Lembar Nilai Sikap Siklus 1 ...150
Lampiran 20 Lembar Nilai Sikap Siklus 2 ...151
Lampiran 21 Foto Kegiatan Pembelajaran ...152
Lampiran 22 Nilai SKK Mahasiswa ...155
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran suatu mata pelajaran akan efektif bagi siswa jika
guru memiliki pengetahuan tentang objek yang akan diajarkan supaya dalam
menyampaikan materi tersebut penih dengan dinamika dan inovatif.
Demikian juga dengan pembelaaran matematika disekolah dasar, guru Sd
harus mengetahui bagaimana karakteristik matematika. Para ahli sepakat
bahwa sasaran dalam pembelajaran matematika adalah abstrak.
Menurut Mulyani Sumantri matematika adalah pengetahuan yang
tidak kurang pentingnya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu tujuan
pengajaran matematika adalah agar peserta didik dapat berkonsultasi dengan
mempergunakan angka-angka dan bahasa dalam matematika. Pengajaran
matematika harus berusaha mengembangkan suatu pengertian sistem angka,
keterampilan menghitung dan memahami simbol-simbol yang sering kali
dalam buku pelajaran mempunyai arti khusus. Matematika perlu ditekankan
pada arti pemecahan berbagai masalah yang sering kali ditemui dalam
kehidupan sehari-hari (Hartiny, 2012: 12).
Karena dalam kehidupan sehari-hari banyak yang melakukan operasi
hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan pengukuran.
Bahkan sesungguhnya Islam pun telah mengajarkan masalah berhitung, yang
2
اًّدَع ْمُهَّدَعَو ْمُهاَصْحَأ ْدَقَل
Artinya: “Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan
menghitung mereka dengan hitungan yang teliti”.
Dengan memahami ayat di atas, Islam telah memberikan anjuran
untuk mempelajari ilmu tentang berhitung. Menghitung bukan hanya
berlaku sebagai teori atau pengetahuan semata, akan tetapi berhitung
menjadi permasalahan yang akan dihadapi dalam kehidupan nyata, dan
manusia dituntut mampu menerapkannya dengan hitungan yang teliti.
Pada usia siswa sekolah dasar (7-8 tahun hingga 12-13 tahun),
menurut teori kognitif piaget termasuk pada tahap operasional konkret.
Berdasarkan perkembangan kognitif ini, maka anak usia sekolah dasar
pada umumnya mengalami kesulitan dalam memahami Matematika yang
bersifat abstrak. Karena keabstrakannya Matematika relatif tidak mudah
untuk dipahami oleh siswa sekolah dasar pada umumnya (Susanto,
2013:184)
Menurut Subarinah matematika merupakan ilmu pengetahuan yang
mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada
didalamnya. Ini berarti bahwa belajar matematika pada hakikatnya adalah
belajar konsep, strukturnya,dan mencari hubungan antar konsep dan
strukturnya. Ciri khas matematika yang deduktif aksiomatis ini harus
diketahui oleh guru sehinnga mereka dapat membelajarkan matematika
dengan tepat mulai dari konsep yang sederhana sampai yang kompleks
3
Salah satu manfaat dalam pembelajaran matematika adalah untuk
mempelajari ilmu-ilmu eksak lainya akan tetapi hal ini dirasakan sulit oleh
para guru untuk menyampaikan pelajaran matematika agar mudah diterima
oleh siswa sehingga guru dan siswa sama-sama senang dalam proses
belajar matematika (Hartiny, 2010:30-31)
Sesuai hasil wawancara tanggal 27 November tahun 2017 peneliti
dengan guru kelas V MI Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang ditemukan beberapa masalah dalam pembelajaran matematika,
diantaranya kurangnya pemahaman siswa tentang materi bangun datar
yang diajarkan oleh guru, sehingga keterampilan dalam menerapkan
Matematika terlihat belum sesuai yang diharapkan. Hal ini dibuktikan
dengan hasil nilai ulangan Matematika siswa kelas V yang diperoleh dari
guru menunjukkan masih banyaknya siswa yang mendapatkan nilai
dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan yaitu
70. Secara klasikal nilai ulangan siswa belum memenuhi KKM dari 26
siswa hanya 5 siswa yang dapat memenuhi KKM atau sebesar 19,2 %
sedangkan sisanya masih berada dibawah KKM.
Selanjutnya, berdasarkan diskusi dengan guru Matematika di MI
Karangduren, diduga faktor yang mempengaruhi siswa mendapatkan nilai
dibawah standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), antara lain: Siswa
kurang memperhatikan saat pembelajaran berlangsung, sibuk bermain
sendiri, mengobrol dengan teman yang menyebabkan siswa kurang
4
pada guru. Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa dalam
mengemukakan ide atau gagasan sehingga pembelajaran kurang bermakna
bagi siswa akibatnya pemahaman konsep matematis siswa tentang materi
bangun datar yang diajarkan kurang maksimal. Dan siswa juga merasa
jenuh dalam belajar karena mereka selalu disajikan dengan sesuatu yang
harus diterima tanpa diberi kesempatan untuk lebih mengeksplor
pengetahuannya.
Selain faktor tersebut, faktor lain yang mempengaruhi siswa
mendapat nilai dibawah KKM, yakni kurangnya kreatifitas guru dalam
mengajar menyebabkan proses pembelajaran kurang menarik minat siswa
sehingga siswa cenderung pasif dan kurang tertarik dengan materi yang
diajarkan. Dalam hal ini guru dituntut untuk memiliki kreatifitas dalam
mengajar agar mampu menciptakan proses pembelajaran yang
menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Melihat faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar
siswa, peneliti bersama Ibu Fitriyah S.Pdi melakukan diskusi mengenai
metode yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut, sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Melalui diskusi yang telah dilakukan,
diputuskan untuk menggunakan metode numbered head together ( NHT )
dan media pembelajaran kartu kemudi pintar sebagai solusi tindakan untuk
mengatasi permasalahan pembelajaran Matematika yang ada di MI
Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun pelajaran
5
kemudi pintar dalam pembelajaran Matematika materi bangun datar
mampu memberikan inovasi dalam pembelajaran.
Metode numbered head together merupakan bagian model
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada pemikiran berkelompok
siswa dan mempengaruhi pola interaksi siswa dengan tujuan untuk
meningkatkan penguasaan akademik (Hamdayama, 2014: 175).
Metode numbered head together (NHT) adalah pembelajaran
kooperatif yang mengapresiasikan aktivitas pembelajaran melalui interaksi
yang dilakukan siswa secara berkelompok, dengan berbagi pemahaman
pada pemecahan masalah. Model ini melibatkan para siswa untuk
menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan untuk
mengetahui pemahaman siswa terhadap isi pelajaran. Langkah awal dalam
penerapan metode numbered head together adalah guru membagi siswa
dalam kelompok-kelompok, yang jumlah kelompok disesuaikan topik
permasalahan atau soal yang akan diberikan. Tiap anggota kelompok
diberikan topik dengan nomor yang berbeda-beda sesuai dengan topik
yang akan dibahas. Soal-soal yang diberikan oleh guru dipecahkan
bersama-sama dalam kelompok, dan siswa akan menyampaikan jawaban
soal di depan kelas sesuai dengan nomor yang dimilikinya. Kemudian guru
memberikan soal individu sebagai bahan evaluasi kegiatan pembelajaran
untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah
6
Sadiman (1993:3) mengemukakan, bahwa media adalah perantara
atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media adalah
wadah dari pesan yang oleh sumbernya ingin diteruskan kepada sasaran
atau penerima pesan tersebut (Raharjo, 1989:25).
Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai
pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Criticos, 1996).
Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran
merupakan proses komunikasi. Secara umum dapat dikatakan media
mempunyai kegunaan antara lain adalah memperjelas pesan agar tidak
terlalu verbalitis, mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya
indera, menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung, antara murid
dengan sumber belajar, memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan
bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya. Oleh karena itu,
proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media
pembelajaran menempati posisi paling cukup penting sebagai salah satu
komponen sistem pembelajaran. Tenpa media, komunikasi juga tidak akan
bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen
sebagai integral dari sistem pembelajaran.
Kartu kemudi pintar adalah suatu alat bantu untuk peserta didik
dalam belajar matematika. Karena kita tahu bahwa bahwa matematika
adalah salah satu mata pelajaran yang berfungsi sebagai tolak ukur untuk
pelajaran yang lain. Anak sering jenuh dan malas dalam belajar
7
yang berbentuk kartu roda putar yang dapat diputar sesuai bangun datar
yang dibahas serta berguna untuk menghafal semua rumus matematika
pada materi bangun datar yang mudah dibawa kemana-mana, mudah
dihafal, dan mudah untuk dipahami oleh peserta didik (jurnal Ihda Mawaddatul „Aliyah, 2014:3-7).
Menggunakan metode numbered head together dan media
pembelajaran kartu kemudi pintar diharapkan siswa mampu mengikuti
proses pembelajaran dengan antusias sehingga dapat meningkatkan
partisipasi siswa, meningkatkan sifat kritis dan analisis siswa. Materi akan
lebih mudah diterima, menyenangkan dan hasil belajar siswa menjadi
meningkat.
Untuk menjawab problematika di atas penulis mengangkat judul
“PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI
BANGUN DATAR MENGGUNAKAN METODE NUMBERED HEAD
TOGETHER (NHT) DAN MEDIA KARTU KEMUDI PINTAR PADA
SISWA KELAS V SEMESTER II MI KARANGDUREN KECAMATAN
TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018”.
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini rumusan masalah dalam penelitian ini apakah
Menggunakan metode numbered head together (NHT) dan media
8
Matematika materi bangun datar pada siswa kelas V Semester II MI
Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun pelajaran
2017/2018 ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui penggunaan metode
numbered head together (NHT) dan media pembelajaran kartu kemudi
pintar dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi bangun datar
pada siswa kelas V Semester II MI Karangduren Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2017/2018.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi kegunaan baik dari segi teoritis
maupun praktis yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
dalam dunia pendidikan berupa gambaran mengenai sebuah teori yang
menyatakan bahwa peningkatan hasil belajar Matematika pada materi
bangun datar dengan menggunakan metode numbered head together
(NHT) dan media pembelajaran kartu kemudi pintar terhadap siswa
9 2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
1) Meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika.
2) Meningkatkan keaktifan siswa dalam menggunakan metode
numbered head together(NHT) pada proses pembelajaran.
3) Meningkatkan keaktifan dan inovatif siswa dalam menggunakan
media pembelajaran kartu kemudi pintar pada proses pembelajaran.
b. Bagi guru
1) Guru dapat menganalisa terjadinya permasalahan-permasalahan
pembelajaran dan mampu mengatasinya dengan menggunakan
metode numbered head together (NHT) dan media kartu kemudi
pintar.
2) Diperoleh metode numbered head together (NHT) dan media kartu
pemudi pintaryang sesuai dengan materi pembelajaran.
c. Bagi lembaga
1) Dapat meningkatkan mutu pendidikan sekolah dengan
menggunakan metode numbered head together (NHT) dan media
kartu kemudi pintar
2) Menciptakan kondisi dan suasana pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan dengan menggunakan metode numbered head
10 d. Bagi peneliti
Dapat memberikan pengalaman kepada peneliti untuk terjun ke bidang
pendidikan.
E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
Hipotesis tindakan adalah jawaban sementara terhadap masalah
yang dihadapi, sebagai alternatif tindakan yang dipandang paling tepat
untuk memecahkan masalah yang telah dipilih untuk diteliti melalui PTK
(Mulyasa, 2011:63). Adapun dalam penelitian tindakan kelas ini penulis
mengambil hipotesis tindakan yaitu: “menggunakan metode numbered
head together (NHT) dan media pembelajaran kartu kemudi pintar dapat
meningkatkan hasil belajar Matematika materi bangun datar pada siswa
kelas V MI Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun 2017.”
Menggunakan metode numbered head together (NHT) dan kartu
kemudi pintar ini dikatakan efektif apabila indikator yang diharapkan
tercapai. Adapun indikator yang dapat dirumuskan penulis sebagai berikut:
1. Ada peningkatan hasil belajar apabila siswa memenuhi kriteria
ketuntasan minimal KKM ≥ 70 yang dihasilkan dengan rumus:
Berikut langkah-langkah untuk menentukan KKM:
a. Hitunglah jumlah Kompetensi Dasar (KD) setiap mata
11
b. Tentukan kekuatan / nilai setiap aspek / komponen sesuai
dengan kemampuan masing-masing aspek.
a) Aspek kompleksitas. Semakin komplek (sukar KD maka
nilainya semakin rendah, semakin mudah KD maka
nilainya semakin tinggi.
b) Aspek sumber daya pendukung (sarana). Semakin tinggi
sumber daya pendukung maka nilainya semakin tinggi.
c) Aspek intake. Semakin tinggi kemapuan awal siswa
(Intake) maka nilainya semakin tinggi.
c. Jumlah nilai setiap komponen, selanjutnya dibagi tiga
untuk menentukan KKM setiap KD.
d. Jumlahkan seluruh KKM, KD selanjutnya dibagi jumlah
KD untuk menentukan KKM Mata pelajaran.
e. KKM setiap mata pelajaran pada setiap kelas tidak sama,
tergantung pada kompleksitas KD, daya dukung, dan
potensi siswa.
1.1Tabel Menentukan KKM
Aspek yang dianalisis Kriteria dan Skala Penilaian
Kompleksitas Tinggi < 65 Sedang
65-79
Rendah 80-100
Daya dukung Tinggi
80-100
Sedang 65-79
Rendah < 65
Potensi siswa Tinggi
80-100
Sedang 65-79
12
Rumus perhitungan untuk mencari KKM per KD : ∑ bobot soal
3 ( Kompeksitas, daya dukung, intake)
Contoh : a. 65+80+65 = 70
2. Suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang telah tuntas
belajarnya dalam pembelajaran Matematika (Trianto, 2009:214)
F. Metode Penelitian
Metode penelitian menjelaskan tentang: rancangan penelitian, subyek
penelitian, langkah-langkah penelitian, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, pengumpulan data, dan analisis data.
G. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Prosedur dan langkah-langkah penelitian mengikuti prinsip-prinsip dasar
13
bahwa penelitian tindakan kelas merupakan upaya menguji cobakan
ide-ide ke dalam praktik untuk memperbaiki atau mengubah sesuatu agar
memperoleh dampak nyata dari situasi. Penelitian tindakan adalah suatu
bentuk penelitian reflektif diri yang secara kolektif dilakukan peneliti
dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaraan dan keadilan praktik
pendidikan dan sosial mereka, serta pemahaman mereka mengenai praktik
ini dan terhadap siswa tempat dilakukan praktik-praktik ini (Taggart,
1998:5-6).
H. Subjek, Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa MI Karangduren Kecamatan
Tengaran Kabupaten Semarang yang berjumlah 26 siswa dan guru
yang mengampu mata pelajaran Matematika kelas V. Peneliti
menggunakan pola kolaboratif yaitu peneliti sebagai pengamat dan
guru yang melaksanakannya.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MI Karangduren Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang Tahun 2017.
3. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester II pada tanggal 2 Maret - selesai
14 I. Langkah – langkah Penelitian
(Wiriaatmadja, 2006:66-67) mengemukakan langkah –langkah
penelitian tindakan kelas terdiri atas empat tahap, yaitu :
1. Perencanaan (plan)
2. Pelaksanaan tindakan (action)
3. Pengamatan (Observation)
4. Refleksi (reflektion)
Penelitian pada materi bangun datar menggunakan metode numbered
head together (NHT) dan media kartu kemudi pintar akan dilalui dalam
siklus-siklus, setiap siklus memuat empat tahap, yaitu: perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Berikut adalah gambaran keempat
15
G
Gambar 1.1 Skema Penelitian (Hartiny, 2010:73)
Penelitian pada materi bangun datar menggunakan metode
numbered head together (NHT) dan media pembelajaran kartu kemudi
pintar akan dilalui dalam siklus-siklus, setiap siklus memuat empat tahap,
yaitu: perencananan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, refleksi. Permasalahan
SIKLUS I Perencanaan
Tindakan I
Pelaksanaan Tindakan I
Refleksi I Pengamatan/
pengumpulan data I
belum terselesaikan Dilanjutkan ke
16 a. Perencanaan
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode
numbered head together (NHT) dan media pembelajaran kartu
kemudi pintar
2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan
saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan
metode numbered head together (NHT) dan media pembelajaran
kartu kemudi pintar
3) Mempersiapkan lembar observasi guru untuk mengetahui
keterampilan guru dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan metode numbered head together (NHT) dan media
pembelajaran kartu kemudi pintar
4) Perencanaan tindakan pembelajaran menggunakan metode
numbered head together (NHT) dankartu kemudi pintar
5) Menyiapkan instrument untuk menggali data hasil belajar siswa
berupa lembar tes.
6) Melakukan evaluasi terhadap pembelajaran menggunakan metode
numbered head together (NHT) dan media pembelajaran kartu
kemudi pintar.
b. Pelaksanaan
Guru mengadakan proses pembelajaran menggunakan metode
numbered head together (NHT) dan media pembelajaran kartu kemudi
17
metode numbered head together(NHT) sebagai berikut (Sholih,
2011:218-220) :
1) Siswa dibagi kelompok dan setiap siswa dalam kelompok tersebut
mendapat nomor kelompok.
2) Guru memberikan tugas yang berkaitan dengan materi pelajaran
yang akan disampaikan dan masing-masing kelompok
mengerjakannya bersama kelompoknya.
3) Setiap kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan
memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya atau
mengetahui jawaban yang mewakili dari kelompok.
4) Untuk membahas hasil dari setiap kelompok tersebut, guru
memanggil nomor kelompok tertentu untuk membahas jawaban
mereka, kemudian memanggil nomor kelompok lain untuk
memberi tanggapan atas jawaban dari kelompok yang
mempresentasikan jawabannya.
5) Begitu seterusnya, hingga semua kelompok mendapatkan
kesempatan untuk mempresentasikan hasil jawaban kelompok
mereka dan kelompok yang lain menanggapinya dengan aktif dan
interaktif.
6) Terakhir, guru memberikan kesimpulan terhadap jalannya
18 c. Observasi dan Pengamatan
Pengamatan dalam penelitian tindakan kelas merupakan
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. Pengamatan ini dilakukan
dengan cara mengamati guru pada proses pembelajaran dengan
menggunakan lembar observasi serta tes evaluasi untuk menggali data
hasil belajar siswa setelah dilakukan proses pembelajaran menggunakan
metode numbered head together (NHT) dan media pembelajaran kartu
kemudi pintar.
d. Refleksi
Tahap refleksi melibatkan kegiatan: menganalisis, mensintesis,
memaknai, dan menyimpulkan. Kegiatan refleksi dapat dipandang sebagai
upaya untuk memahami dan memaknai proses dan hasil yang dicapai
sebagai akibat dari tindakan yang disertai dengan kegiatan pengamatan
mengahsilkan tentang cerita apa yang terjadi. Refleksi didasarkan pada
bukti-bukti empiris yang telah terkumpul serta teori-teori yang relevan
(Somadayo, 2013:51-60).
J. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian tindakan kelas ini teknik yang akan digunakan
dalam pengumpulan data adalah:
a. Observasi
Observasi digunakan untuk memperoleh informasi yang
19
pembelajaran menggunakan metode numbered head together
(NHT) dan media kartu kemudi pintar.
b. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu alat untuk
mengumpulkan data. Dokumentasi digunakan untuk memotret
kegiatan yang berlangsung saat pembelajaran dan untuk
menemukan gambaran tentang MI Karangduren Kecamatan
Tengaran Kabupaten Semarang.
c. Tes
Tes sebagai instrument pengumpulan data adalah
serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk
mengukur keterampilan pengetahuan, inteligensi, kemampuan,
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
d. Wawancara
Wawancara dilakukan peneliti kepada guru kelas V MI
Karangduren sebelum berlangsungnya kegiatan guna
mengetahui kondisi awal siswa dalam proses pembelajaran
sebelum menggunakan metode pembelajaran numbered head
together (NHT) dan media kartu kemudi pintar.
K. Instrumen Penelitian
Instrumen yang dimaksudkan adalah alat yang digunakan oleh guru
20
dimanfaatkan untuk menetapkan keberhasilan dari rencana tindakan yang
dilakukan. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Lembar tes mata pelajaran Matematika materi bangun datar yang
menggunakan metode numbered head together (NHT) dan media
kartu kemudi pintar
b. Lembar observasi untuk mengamati guru terhadap penggunaan
metode numbered head together (NHT) dan media pembelajaran
kartu kemudi pintar
c. Lembar dokumentasi proses pembelajaran
d. Lembar wawancara
L. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan membandingkan antara skor nilai
tiap siklus dengan KKM yang telah ditentukan yaitu 70 (sesuai KKM yang
berlaku di MI Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang).
Oleh karena itu, siswa dikatakan tuntas belajarnya atau mencapai KKM
jika nilai perolehan siswa > 70. Sebaliknya siswa dikatakan belum tuntas
belajarnya atau belum mencapai KKM jika nilai perolehan siswa < 70.
Selanjutnya untuk menentukan akhir perbaikan melalui siklus-siklus
digunakan tolak ukur Kriteria Ketuntasan Klasikal. Suatu kelas dikatakan
tuntas belajarnya jika dalam kelas tersebut ≥ 85% siswa telah tuntas
21
Presentase ketuntasan klasikal dapat dihitung menggunakan rumus
(Daryanto, 2011:192):
P = ∑ ∑ X 100%
M.Sistematika Penulisan
1. Bagian awal
a. Halaman sampul
b. Halaman judul
c. Lembar logo IAIN
d. Persetujuan pembimbing
e. Pernyataan keaslian tulisan
f. Pengesahan kelulusan
g. Motto dan persembahan
h. Kata pengantar
i. Abstrak
j. Daftar isi
k. Daftar table
l. Daftar gambar
m.Daftar lampiran
2. Bagian inti
a. Bab I: Pendahuluan
1) Latar belakang masalah
22 3) Tujuan penelitian
4) Kegunaan penelitian
5) Hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan
6) Metode penelitian
7) Rancangan peneitian
8) Subjek, lokasi, dan waktu penelitian
9) Langkah-langkah penelitian
10) Metode pengumpulan data
11) Instrumen penelitian
12) Pengumpulan data
13) Analisis data
14) Sistematika penulisan
b. Bab II.: Landasan Teori
1) Kajian teori
a) Kajian materi penelitian
b) Kajian teori
c) PTK
2) Kajian pustaka
c. Bab III: Pelaksanaan Penelitian
1) Deskripsi pelaksanaan siklus I (perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi )
2) Deskripsi pelaksanaan siklus II
23
d. Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan
1) Deskripsi per siklus ( data hasil penelitian, refleksi )
2) Pembahasan
e. Bab V: Penutup
1) Kesimpulan
2) Saran
3. Bagian akhir
a. Daftar Pustaka
24
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Hasil Belajar Matematika 1. Pengertian Belajar
Belajar adalah perubahan kemampuan dan disposisi
seseorang yang dapat dipertahankan dalam suatu periode
tertentu dan bukan merupakan hasil dari proses pertumbuhan
(Rosma Hartiny,2010: 31).
Belajar menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia
artinya berusaha (berlatih dan sebagainya) supaya mendapat
suatu kepandaian. Dari definisi tersebut, dapat diartikan bahwa
belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri seseorang
yang ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan
kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan,
kecakapan, daya pikir, sikap, kebiasaan, dan lain-lain.
Menurut pengertian secara psikologis, belajar
merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Drs. Slameto, 1991: 2).
Belajar adalah perubahan kemampuan dan disposisi
seseorang yang dapat dipertahankan dalam suatu periode
25
Mayer yang dikutip oleh Seels dan Rita mengemukakan
pendapat yang hampir sama mengenai belajar yaitu menyangkut
adanya perubahan yang relatif permanen pada pengetahuan atau
perilaku seseorang karena pengalaman.
Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat dindikasikan
dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan, ketrampilan,
dan kemanpuan, serta perubahan aspek-aspek yang lain yang
ada pada individu yang belajar (Trianto, 2009:9)
Belajar merupakan interaksi antara pendidik dengan
peserta didik yang dilakukan secara sadar, terencana baik
didalam maupun diluar ruangan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik (Afandi, dkk, 2013:3)
Pendapat yang dikemukakan oleh Galloway yang
mendefinisikan belajar sebagai perubahan tingkah laku yang
relatif tetapndan terjadi sebagai hasil dari latihan atau
pengalaman.
Hergenhahn dan Olson mengemukakan lima hal yang
perlu diperhatikan berkaitan dengan belajar yaitu : (1) belajar
menunjuk pada suatu perubahan tingkah laku, (2) perubahan
26
laku tersebut tidak terjadi segera setelah mengikuti pengalaman
belajar, (4) perubahan tingkah laku tersebut merupakan hasil
pengalaman dan latihan, (5) pengalaman dan latihan harus
diberi penguatan.
Berdasarkan pendapat diatas maka belajar dapat
disimpulkan bahwa dlam belajar mngandung tiga hal pokok,
yaitu : (1) belajar mengakibatkan perubahan kemampuan atau
perilaku, (2) perubahan kemampuan atau perilaku yang terjadi
bersifat relatif menetap, (3) perilaku tersebut disebabkan karena
hasil adanya latihan atau pengalamn dan bukab karena proses
dari pertumbuhan atau kematangan (Hartiny, 2010:31-32)
Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku
pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu
dengan individu dan individu dengan lingkungannya.dalam
bahasa asingnya: “ Learning is change in the individual due to
instruction of that individual and his environment, which fells a
need and makes him more capable of dealing adequately with
his environment.”(W.H Burton, the guidance of Learning
Activities, 1984)
Pandangan seorang guru terhadap pengertian belajar
akan mempengaruhi tindakannya dalam membimbing siswa
untuk belajar. Seorang guru yang mengartikan belajar sebagai
27
dibandingkan dengan guru lain yang mengartikan bahwa
sebagai suatu proses perubahan tingkah laku (Usman, dkk,
1993: 4-5)
2. Tujuan Belajar
Secara garis besar Taksonomi Bloom (Yulaelawati,
2004: 59-64) tujuan hasil belajar dikelompokkan kedalam tiga
kategori, yakni (Afandi, dkk, 2013:7) :
1) Ranah kognitif yang terdiri dari enam tingkatan, yaitu:
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa, sintesis,
penilaian.
2) Ranah afektif yang terdiri dari lima tingkatan yaitu:
penerimaan, penanggapan, penilaian, pengelolaan, bermuatan
nilai
3) Ranah psikomotorik terdiri dari lima tingkatan, yaitu:
menirukan, manipulasi, keseksamaan, artiklasi, naturalisasi.
3. Hasil Belajar
Menurut Gagne dalam Dahar (2006:2), belajar dapat
didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi
berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Hasil belajar
pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa
keterampilan dan perilaku sebagai akibat dari latihan atau
pengalaman yang diperoleh. Dalam hal ini, Gagne dan Briggs
28
diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar. Adapun
hasil belajar tersebut meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif,
ranah afektif, ranah psikomotorik (Hartiny, 2010: 31-33). Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 3) “hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan
proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar”.
Hasil belajar merupakan proses perubahan kemampuan
intelektual (kognitif), kemampuan minat atau emosi (afektif),
dan kemampuan motorik halus dan kasar (psikomotor) pada
peserta didik (Afandi, dkk, 2013: 4-6).
Menurut Hamalik (2004:49) “mendefinisikan hasil
belajar sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar
dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan”. Sedangkan Susanto (2013: 5)
perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari belajar”.
Bloom (1956) mengemukakan tiga ranah hasil belajar
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotori. Untuk aspek kognitif,
Bloom menyebutkan enam tingkatan, yaitu: pengetahuan,
29
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya proses belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku
secara keseluruhan baik yang menyangkut segi kognitif, afektif,
psikomotorik. Proses perubahan dapat terjadi dari yang paling
sederhana sampai pada yang paling kompleks yang bersifat
pemecahan masalah, dan pentingnya peranan kepribadian dalam
proses serta hasil belajar.
Secara umum, hasil belajar siswa dipengaruhi oleh
faktor internal, yaitu faktor-faktor yang ada dalam diri siswa
dan faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berada di luar diri
pelajar.
a. Faktor yang tergolong faktor internal adalah:
1) Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat
bawaan maupun yang diperoleh dengan melihat,
mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh, dan sebagainya.
2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun
keturunan, yang meliputi:
a) Faktor intelektual terdiri atas :
(1) Faktor potensial, yaitu intelegensi dan bakat.
(2) Faktor aktual, yaitu kecakapan nyata dan prestasi.
b) Faktor non intelektual, yaitu komponen-komponen
30
motivasi, kebutuhan, konsep diri, penyesuaian diri,
dan emosional.
c) Faktor kematangan baik fisik maupun psikis, yang
tergolong faktor eksternal yaitu :
(1) Faktor sosial yang terdiri atas : faktor
lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah,
faktor lingkungan masyarakat, faktor kelompok
(2) Faktor budaya seperti: adat istiadat, ilmu
pengetahuan, teknologi, kesenian.
(3) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah,
fasilitas belajar, iklim.
(4) Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan.
Faktor – faktor tersebut saling berinteraksi secara
langsung atau tidak langsung dalam mempengaruhi hasil
belajar yang dicapai seseorang. Karena adanya faktor – faktor
tertentu yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu motivasi
berprestasi, intelegensi , kecemasan (Daryanto, 2012:226-28).
Untuk menyatakkan bahwa suatu proses
belajar-mengajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki
pandangan masing-masing sejalan dengan filosofinya. Untuk
menyamakan persepsi sebaiknya berpedoman pada kurikulum
31
pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional khusus (TIK) tersebut dapat dicapai.”
Untuk mengetahui tercapai tidaknya TIK, guru perlu
mengadakan tes formatif setiap selesai menyajikan satu satuan
bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui
sejauh mana siswa telah menguasai tujuan intruksional khusus
(TIK) yang ingi dicapai. Fungsi penilaian ini adalah untuk
memberikan umpan balik kepada guru dalam rangka
memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan
program remidial bagi siswa yang belum berhasil (Usman,
dkk, 1993: 7-8)
4. Matematika
Kata “Matematika” berasal dari kata Yunani “Mathein”
atau “Mathenein”, artinya mempelajari. Menurut Nasution
(1980:2) yang dikutip oleh Subarinah kata matematika diduga erat
hubungannya dengan kata Sansekerta, medha atau widya yang
artinya kepandaian, ketahuan atau intelegensia.
Menurut Johnson dan Myklebust matematika adalah bahasa
simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan
hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan teoritisnya adalah
untuk memudahkan pemikiran. Menurut Mulyani Sumantri
matematika adalah pengetahuan yang tidak kurang pentingnya
32
matematika ialah agar peserta didik dapat berkonsultasi dengan
mempergunakan angka-angka dan bahasa dalam matematika.Dari
segi bahasa, matematika adalah bahasa yang melambangkan
serangkaian makna dari pernyataan yang inginkan kita sampaikan
(Hartiny, 2010: 11-12)
Matematika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan
yang penting dan semakin dirasakan kegunaannya dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi dewasa ini (jurnal Rahmi dan Yhance
Hendra Diana, 2012:55)
Plato berpendapat bahwa matematika adalah identik dengan
filsafat untuk ahli pikir, walaupun mereka mengatakan bahwa
matematika harus dipelajari untuk keperluan lain. Objek
matematika ada didunia nyata, tetapi terpisah dengan akal.
Aristoteles mempunyai pendapat lain, ia memandang
matematika sebagai salah satu dari tiga dasar yang membagi ilmu
pengetahuan fisik, matematika, dan teologi. Matematika
didasarkan atas kenyataan yang dialami, yaitu pengetahuan yang
diperoleh dari eksperimen, observasi, dan abstraksi.
Sedangkan matematika dalam sudut pandang Andi Hakim
Nasution, yang diuraikan dalam bukunya, bahwa istilah
matematika berasal dari kata Yunani, mathein atau manthenein
yang berarti mempelajari. Kata ini memiliki hubungan erat dengan
33
ketahuan, atau intelegensia. Dalam bahasa Belanda, matematika
disebut dengan kata wiskunde yang bearti ilmu tentang belajar
(Fathhani, 2009:21)
Pembelajaran Matematika adalah suatu proses belajar
mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan
kreativitas berfikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan
mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan
penguasaan yang baik terhadap materi Matematika.
Menurut Hans Freudental dalam Susanto (2013:189),
Matematika merupakan aktifitas insani (human activities) dan
harus dikaitkan dengan realitas. Dengan demikian, Matematika
merupakan cara berpikir logis yang dipresentasikan dalam
bilangan, ruang, dan bentuk dengan aturan-aturan yang telah ada
yang tak lepas dari aktivitas insan tersebut.
Pada hakikatnya, Matematika tidak terlepas dari
kehidupan sehari-hari, dalam arti Matematika memiliki kegunaan
yang praktis dalam kehidupan sehari-hari. Semua masalah
kehidupan yang membutuhkan pemecahan secara cermat dan teliti
mau tidak mau harus berpaling kepada Matematika (Hartiny,
34 B. Bangun Datar
1. Pengertian Bangun Datar
Bangun datar adalah bangun yang seluruh bagiannya terletak
pada bidang (permukaan) datar. Bangun datar disebut juga bangun dua
dimensi (Sunarjo, 2008:100). Menurut Untoro (2006: 162) bangun
datar adalah suatu bangun yang berbentuk datar (rata). Berdasarkan
Imam Roji (dalam Ian, 2010) bangun datar adalah bagian dari bidang
datar yang dibatasi oleh garis-garis lurus atau lengkung. Sedangkan
menurut Julius Hambali (dalam Ian, 2010) bangun datar dapat
didefinisikan sebagai bangun yang rata yang mempunyai dua dimensi
yaitu panjang dan lebar, tetapi tidak memiliki tinggi atau tebal. Jadi
bangun datar adalah bangun yang rata, memiliki dua dimensi yaitu
panjang dan lebar serta dibatasi oleh garis lurus atau lengkung yang
disebut sisi.
Bangun datar merupakan bentuk-bentuk geometri berdimendi
dua, terletak pada bidang datar, dan memiliki dua unsur, yaitu panjang
dan lebar (Firmanawaty, 2003: 61)
2. Jenis-Jenis Bangun Datar
Pelajaran matematika materi bangun datar kelas 5 semester 2
tercantum dalam Kurikulum satuan Pendidikan (KTSP). Menurut
Soenarjo (2008: 226) sifat-sifat bangun datar dipaparkan sebagai
35 a. Persegi
Gambar 2.1 Persegi
Persegi yaitu bangun datar yang memiliki keempat sudut dan
keempat sisi. Sifat-sifat persegi sebagai berikut:
1) Memiliki empat ruas garis: AB, DC, AD dan BC
2) Keempat ruas garis itu sama panjang.
3) Mempunyai 4 sisi
4) Keempat sisinya sama panjang
5) Mempunyai 4 sudut
6) Keempat sudutnya berbentuk siku-siku
7) Jumlah besar sudut 3600
b. Persegi Panjang
Gambar 2.2 Persegi Panjang
Persegi panjang adalah segi empat yang titik sudutnya siku-siku.
Sifat-sifat persegi panjang sebagai berikut:
1) Mempunyai 4 sisi
36
3) Mempunyai 4 sudut
4) Keempat sudutnya berbentuk siku-siku
5) Jumlah besar sudut 3600
6) Mempunyai simetri lipat 2
c. Jajar genjang
Gambar 2.3 Jajar Genjang
Jajar genjang merupakan suatu segiempat dengan sisi-sisi
yang berhadapan sejajar sama panjang serta sudut-sudut yang
berhadapan sama besar. Diagonal-diagonal jajar genjang saling
membagi menjadi dua bagian sama panjang. Sifat-sifat jajar
genjang sebagai berikut :
1) Memiliki 4 ruas garis AB, BC, CD dan AD.
2) Dua ruas garis yang berhadapan sama panjang
3) Memiliki dua macam ukuran alas dan tinggi
4) Memiliki dua buah sudut lancip.
5) Memiliki dua buah sudut tumpul.
6) Mempunyai 4 sisi
7) Sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang
8) Sudut-sudut yang berhadapan sama besar
9) Jumlah sudut-sudut yang berdekatan
37
11) Tidak mempuyai simetri lipat
d. Layang – Layang
Gambar 2.4 Layang-layang
Layang – layang adalah merupakan bentuk khas belah
ketupat dengan setiap pasang sisinya yag berdekatan sama
panjang. Salah satu diagonalnya membagi dua sama panjang dan
tegak lurus pada diagonal yang lain. Sepasang sudut yang
berhadapan sama besar dan mempunyai satu sumbu simetri.
Sifat–sifat layang-layang :
1) Memiliki 4 ruas garis: AB, BC, CD dan AD.
2) Dua ruas garis yang berhadapan sama panjang.
3) Memiliki dua macam ukuran diagonal
4) Mempunyai 2 sepasang sisi yang sama panjang
5) Mempunyai sudut yang saling berhadapan dan sama
besar.
38 e. Belah Ketupat
Gambar 2.5 Belah Ketupat
Belah ketupat adalah bentuk istimewa dari jajar genjang
dengan sifat keempat sisinya sama panjang, kedua diagonalnya
saling berpotongan tegak lurus , saling membagi dua sama
panjang. Sifat –sifat belah ketupat :
1) Memiliki 4 ruas garis AB, BC, CD dan AD
2) Dua ruas garis yang berhadapan sama panjang
3) Memiliki dua macam ukuran diagonal
4) Memiliki dua buah sudut lancip.
5) Mempunyai 4 sisi yang sama.
6) Sisi-sisi yang saling berhadapan
7) Mempunyai 2 sudut yang saling berhadapan dan sama besar.
f. Lingkaran
39
Lingkaran merupakan suatu kurva tertutup sederhana
yag khusus. Setiap titik sama jika mempunyai jarak yang sama
dari titik yang disebut dengan pusat lingkaran. Jarak titik
tersebut dinamakan jari-jari (radius) dan garis tengah lingkaran
disebut diameter (Firmanawaty, 2003: 72). Sifat-sifat lingkaran
sebagai berikut:
1) Hanya memiliki satu sisi
2) Tidak memiliki titik sudut
3) Memiliki simetri lipat yang tidak terbatas
4) Memiliki simetri putar yang tidak terbatas
5) Mempunyai jari-jari
6) Mempunyai titik pusat lingkaran
C. Metode Numbered Head Together
1. Pengertian Metode Numbered Head Together (NHT)
Metode number head together (NHT) merupakan salah satu
tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur-struktur
khusus dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan
memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan tingkat akademik
(Hamdayama, 2016:106)
Metode number head together adalah sebagaimana siswa
mampu menerima berbagai pendapat yang diterima dan disampaikan
40
sehingga memunculkan pendapat yang paling ideal, atau bahkan
tidak mendapatkan pendapat yang paling ideal. Selanjutnya, guru
memberikan kesimpulan terhadap jalannnya pembahasan materi
tersebut ( Sholih, 2011:218-220).
Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir
bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif
terhadap sumber struktur kelas tradisonal. Pembelajaran ini pertama
kali diperkenalkan oleh Sprnser Kagen (1993) untuk melibatkan lebih
banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu
pelajaran dan mengecak pemahaman mereka terhadap isi pembelajran
( Hamdayama, 2014: 175).
Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru
menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT (Trianto,
2009: 82-83):
a. Fase 1 : Penomoran
Dalam fase ini, guru membagi siswa kedalam kelompok 3-5
orang dan kepada setiap kelompok diberi nomor antara 1-5.
b. Fase 2 : mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat
41
arahan, misalnya “pastikan setiap orang mengetahui salah satu
sifat bangun datar”.
c. Fase 3 : berpikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu
dan menyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui
jawaban tim.
d. Fase 4 : menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang
nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk
menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
2. Langkah- langkah Metode Numbered Head Together (NHT)
Langkah-langkah yang dilakukan guru untuk menjalankan
metode ini adalah (Asmani, 2011:39-42) :
1. Siswa dibagi kelompok dan setiap siswa dalam kelompok tersebut
mendapat nomor kelompok.
2. Guru memberikan tugas yang berkaitan dengan materi pelajaran
yang akan disampaikan dan masing-masing kelompok
mengerjakannya bersama kelompoknya.
3. Setiap kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan
memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya atau
mengetahui jawaban yang mewakili dari kelompok.
4. Untuk membahas hasil dari setiap kelompok tersebut, guru
42
mereka, kemudian memanggil nomor kelompok lain untuk
memberi tanggapan atas jawaban dari kelompok yang
mempresentasikan jawabannya.
5. Begitu seterusnya, hingga semua kelompok mendapatkan
kesempatan untuk mempresentasikan hasil jawaban kelompok
mereka dan kelompok yang lain menanggapinya dengan aktif dan
interaktif.
6. Terakhir, guru memberikan kesimpulan terhadap jalannya
pembahasan dan pembelajaran tersebut.
3. Manfaat Metode Numbered Head Together
Pelaksanaan di kelas memiliki manfaat sebagaimana dijelaskan
oleh Ibrahim (2000: 18-19) sebagai berikut :
1) Meningkatkan pencurahan waktu tugas
2) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
3) Angka putus sekolah lebih rendah
4) Memperbaiki kehadiran
5) Sikap apatis kurang
6) Pemahaman yang lebih mendalam
7) Motivasi lebih besar
43
4. Kelebihan Metode Numbered Head Together (NHT)
Menggunakan metode number head together (NHT) memiliki
beberapa kelebihan antara lain sebagai berikut (Jumanta Hamdayama,
2014: 177-178):
1) Melatih siswa untuk dapat bekerja sama
2) Menghargai pendapat porang lain
3) Melatih siswa untuk bisa menjadi tutor sebaya
4) Memupuk rasa kebersamaan
5) Membuat siswa menjadi terbiasa dengan perbedaan
5. Kelemahan Metode Numbered Head Together (NHT)
Dalam menggunakan number head together (NHT) juga
terdapat beberapa kelemahan antara lain sebagai berikut :
1) Siswa yang sudah terbiasa dengan cara konvensional akan sedikit
kewalahan
2) Guru harus bisa menfasilitasi siswa
3) Tidak semua mendapat giliran.
D.Media Pembelajaran Kartu Kemudi Pintar 1. Pengertian Media
Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium.
Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar
terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima ( Heinich
44
salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari
komunikator menuju komunikan (Cricticos, 1996). Berdasarkan
dafinisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran
merupakan proses komunikasi (Daryanto, 2013:5).
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga merangsag pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta
kemauan peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar
terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif
(Sukirman, 2012: 29)
Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi
menyampaikan pesan (Bovee,1997). Media pembelajaran adalah
sebuah alat yang berfungsi dan dapat digunakan menyampikan
pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara
pembelajar, pengajar, dan bahan ajar.
Secara harfiah kata media memiliki arti “perantara” atau
“pengantar”. Association for education and Communication
Technology (AECT) mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang
dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Sedangkan
Education Association (NEA) mendefinisikan sebagai benda yang
dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan
45
belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program
instruktional ( Sanaky, 2013:3-4).
Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa pengertian media merupakan sesuatu yang bersifat
menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan
kemauan audien (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya
proses belajar pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif akan
memungkinkan audien (siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat
meningkatkan performan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai (Basyiruddin, 2002:11).
Kegunaaan media pembelajaran secara umum antara lain
sebagai berikut :
1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalitis.
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indera.
3. Menimbulkan gairah belajar, interakti lebih langsung antar
murid dengan sumber belajar.
4. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan
kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya.
5. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalamn
dam menimbulkan persepsi yang sama.
6. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi,