• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR MENGGUNAKAN METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DAN MEDIA KARTU KEMUDI PINTAR PADA SISWA KELAS V SEMESTER II MI KARANGDUREN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR MENGGUNAKAN METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DAN MEDIA KARTU KEMUDI PINTAR PADA SISWA KELAS V SEMESTER II MI KARANGDUREN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI"

Copied!
181
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI BANGUN DATAR MENGGUNAKAN

METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DAN

MEDIA KARTU KEMUDI PINTAR

PADA SISWA KELAS V SEMESTER II MI

KARANGDUREN KECAMATAN TENGARAN

KABUPATEN SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH: DEWI AZIZAH

NIM 11514053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)

iii

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI BANGUN DATAR MENGGUNAKAN

METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DAN

MEDIA KARTU KEMUDI PINTAR

PADA SISWA KELAS V SEMESTER II MI

KARANGDUREN KECAMATAN TENGARAN

KABUPATEN SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(4)

iv Dr. Winarno, S.Si, M.Pd.

Dosen Pembimbing IAIN Salatiga Persetujuan Pembimbing

Hal : Naskah Skripsi

Lamp : 4 eksemplar

Saudari : Dewi Azizah

Kepada :

Yth Dekan FTIK IAIN Salatiga Di Tempat

Asslamualaikum wr.wb

Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari :

Nama : Dewi Azizah

Nim : 11514053

Fakultas :Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : PGMI

Judul : Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Bangun Datar

Menggunakan Metode Numbered Head Together (NHT) Dan Media Kartu Kemudi Pintar Pada Siswa Kelas V Semester II MI Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018

Dengan ini kami mohon skripsi saudari supaya dimunaqosahkan. Wassalamualaikum Wr.Wb

Salatiga, 23 april 2018 Dosen Pembimbing

Dr. Winarno, S.Si, M.Pd.

(5)

v

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jalan Lingkar Salatiga KM.2 Telepon (0298) 6031364 Kode Pos 50716 Salatiga

Website:http://tarbiyah.iainsalatiga.ac.ide-mail: tarbiyah@iainsalatiga.ac.id SKRIPSI

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Bangun Datar Menggunakan Metode Numbered Head Together (NHT) Dan Media Kartu Kemudi Pintar

Pada Siswa Kelas V Semester II MI Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018

DISUSUN OLEH DEWI AZIZAH

11514053

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 4 Juli 2018 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Dr. Fatchurrohman.,S.Ag., M.Pd. :____________________

Sekretaris : Dr. Winarno, S.Si, M.Pd. : ____________________

Penguji 1 : Hj. Siti Rukhayati, M.Ag : ____________________

Penguji 2 : Sutrisna, S.Ag, M.Pd. : ____________________

Salatiga, 8 Juli 2018 Dekan

Suwardi M.Pd

(6)

vi

DEKLARASI

DAN

PERNYATAAN BERSEDIA DIPUBLIKASIKAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Dewi Azizah

NIM : 115 14 053

Jurusan : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan

hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau

temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan

kode etik ilmiah.

Salatiga, 23 April 2018

Yang Menyatakan,

Dewi Azizah

(7)

vii

MOTTO

Tidak ada Masalah Yang Tidak Bisa Diselesaikan Selama Ada

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat serta karuniaNya,

skripsi ini penulis persembahkan untuk :

1. Ayahku Nuri dan ibundaku Rohmi tersayang, yang selalu

membimbingku, memberikan doa, nasihat, kasih sayang, dan motivasi

dalam kehidupanku.

2. Saudara kandungku kakak Qumil Laila dan Syaifulloh atas motivasi yang

tak ada hentinya kepadaku sehingga proses penempuhan gelar sarjana ini

bisa tercapai.

3. Dosen Pembimbing Akademik, bapak Dr. Fatchurrohman,S.Ag, M.Pd.

4. Dosen pembimbing skripsi, bapak Dr. Winarno, S.Si, M.Pd.

5. Bapak dan ibu dosen IAIN Salatiga yang telah bersedia membimbing dan

memberikan bekal ilmu.

6. Kepala Madrasah dan segenap guru MI Karangduren yang telah

memberikan izin dan membantu peneliti melaksanakan penelitian.

7. Teman dekatku Maesaroh, Luluk, Febri, risma dan Retnoningrum yang

selalu memberikan motivasi dan dukungannya.

8. Sahabat dan teman-teman terbaikku, terimakasih atas dukungan kalian.

9. Sahabat-sahabat seperjuanganku angkatan 2014 khususnya jurusan

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim

Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan kepada Allah

Swt yang selalu memberikan nikmat, kaunia, taufik, serta hidayah-Nya kepada

penulis sehinggap penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Bangun Datar

Menggunakan Metode Numbered Head Together (NHT) dan Media Kartu Kemudi Pintar pada Siswa Kelas V Semester II di MI Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018”.

Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada

nabi agung Muhammad Saw, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya

yang selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah

satu-satunya umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman

kegelapan menuju zaman terang benerang yakni dengan ajarannya agama Islam.

Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari

berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan IAIN Salatiga.

(10)

x

4. Bapak Dr. Winarno, S.Si, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik.

5. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu

pengetahuan, serta karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat

menyelesaikan jenjang pendidikan S1.

6. Bapak dan ibu serta keluarga yang telah memberikan do‟a, motivasi

serta dukungan kepada penulis.

7. Kepala Madrasah dan segenap guru MI Karangduren yang telah

memberikan izin dan membantu peneliti melaksanakan penelitian.

8. Siswa-siswi kelas V MI Karangduren yang telah membantu peneliti

dalam mengumpulkan data.

9. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya, serta para pembaca pada umumnya. Amin.

Salatiga, 23 April 2018

Dewi Azizah

(11)

xi

ABSTRAK

Azizah, Dewi. 2018. “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Bangun

Datar Menggunakan Metode Numbered Head Together (NHT) Dan Media Kartu Kemudi Pintar Pada Siswa Kelas V Semester II MI Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing : Dr. Winarno,

S.Si, M.Pd.

Kata kunci: Hasil Belajar, Matematika, dan Numbered Head Together (NHT)

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa kelas V

di MI Karangduren pada materi bangun datar. Rendahnya hasil belajar siswa

dibuktikan dengan nilai rata-rata kelas yaitu 57,3. Secara lasikal juga belum

memenuhi target pencapaian Kriteria Ketuntasan Klasikal yaitu ≥85% dibuktikan

dengan hasil pra siklus bahwa siswa yang tuntas sebanyak 5 siswa dari 26 siswa dengan presentase 19,2 % .Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah

penggunaan metode numbered head together (NHT) dan media pembelajaran

kartu kemudi pintar dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi bangun datar pada siswa kelas V Semester II MI Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2017/2018 ?

Jenis penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan langkah prencanaan, tindakan, observasi dan refleksi yang dilaksanakan dengan dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2018 dan siklus II dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 2018. Penelitian dilaksankan pada kelas V Semester II MI Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang dengan jumlah 26 siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penggunaan metode numbered head

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

LEMBAR BERLOGO ...ii

JUDUL ...iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iv

PENGESAHAN KELULUSAN ...v

DEKLERASI ...vi

MOTTO...vii

PERSEMBAHAN ...viii

KATA PENGANTAR ...ix

ABSTRAK ...xi

DAFTAR ISI ...xii

DAFTAR TABEL ...xv

DAFTAR GAMBAR ...xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...7

C. Tujuan Penelitian ...8

D. Kegunaan Penelitian ...8

E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ...10

F. Metode Penelitian ...12

G. Rancangan Penelitian ...12

H. Subjek, Lokasi dan Waktu Penelitian ...13

I. Langkah – langkah Penelitian ...15

J. Metode Pengumpulan Data ...18

K. Instrumen Penelitian ...19

L. Analisis Data ...20

(13)

xiii BAB II LANDASAN TEORI

A.Hasil Belajar Matematika ...24

1. Pengertian Belajar ...24

2. Tujuan Belajar ...27

3. Pengertian Hasil Belajar ...27

4. Pengertian Matematika ...31

B. Materi Bangun Datar yang diaplikasikan dalam Penelitian ...34

1. Pengertian bangun datar ...34

2. Jenis-jenis bangun datar ...34

C.Metode Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) ...39

1. Pengertian metode Numbered Head Together (NHT) ...39

2. Langkah-langkah pelaksaan metode Numbered Head Together (NHT) ...41

3. Manfaat metode Numbered Head Together (NHT) ...42

4. Kelebihan metode Numbered Head Together (NHT) ...43

5. Kelemahan metode Numbered Head Together (NHT) ...43

D.Media Pembelajaran Kartu Kemudi Pintar ...43

1. Pengertian Media Pembelajaran ...43

2. Pengertian media kartu kemudi pintar ...48

3. Karakteristik kartu kemudi pintar ...48

4. Kelebihan kartu kemudi pintar ...49

5. Kelemahan kartu kemudi pintar ...50

6. Deskripsi kartu kemudi pintar ...50

7. Manfaat media kartu kemudi pintar ...51

8. Prosedur penggunaan media kartu kemudi pintar ...52

E. Kajian Pustaka ...53

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi penelitian ...55

1. Identitas Madrasah ...56

(14)

xiv

3. Keadaan Siswa ...57

4. Keadaan Guru ...58

B. Subjek Penelitian ...59

C. Kolaborator Penelitian ...60

D. Waktu Penelitian ...60

E. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ...61

1. Siklus I ...61

2. Siklus II ...72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Obeservasi pada Tahap Pra Siklus ...84

B. Deskripsi Hasil Penelitian ...84

1. Siklus I ...86

2. Siklus II ...90

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...97

B. Saran ...98

DAFTAR PUSTAKA ...101

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tabel Menentukan KKM ...11

Tabel 3.1 Daftar Jumlah Siswa ...57

Tabel 3.2 Daftar Nama Guru dan Karyawan ...58

Tabel 3.3 Daftar Nama Siswa ...59

Tabel 3.4 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ...60

Tabel 3.5 Lembar Observasi Guru Siklus I ...67

Tabel 3.7 Nilai Evaluasi Siklus I ...69

Tabel 3.8 Lembar Observasi Guru Siklus II ...79

Tabel 3.9 Nilai Evaluasi Siklus II ...81

Tabel 4.1 Hasil Belajar Prasiklus ...84

Tabel 4.2. Hasil Belajar Siswa Siklus I ...87

Tabel 4.3. Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus II ...92

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Skema Penelitian ...15

Gambar 2.1 Persegi ...35

Gambar 2.2 Persegi Panjang ...35

Gambar 2.3 Jajar genjang ...36

Gambar 2.4 Layang-layang ...37

Gamabar 2.5 Belah Ketupat ...38

Gamabar 2.6 Lingkaran ...38

Gambar 4.1 Grafik Ketuntasan Siswa Prasiklus ...86

Gambar 4.2 Grafik Ketuntasan Siswa Siklus I...89

Gambar 4.3 Grafik Ketuntasan Siswa Siklus II ...92

Gambar 4.4 Hasil Belajar Siswa Prasiklus – Siklus II ...94

Gambar 4.5 Hasil Belajar Siswa Prasiklus ...94

Gambar 4.6 Hasil Belajar Siswa Siklus I ...95

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Konsultasi Skripsi ...102

Lampiran 2 Lembar Pembimbing Skripsi ...103

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian ...104

Lampiran 4 Surat Balasan Izin Penelitian ...105

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ...106

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ...121

Lampiran 7 Lembar Pengamatan Siswa Siklus I ...132

Lampiran 8 Lembar Pengamatan Siswa Siklus II ...135

Lampiran 9 Lembar Pengamatan Guru Siklus I ...138

Lampiran 10 Lembar Pengamatan Guru Siklus II ...140

Lampiran 11 Lembar Tes Formatif/ Evaluasi Siswa siklus I ...142

Lampiran 12 Lembar Tes Formatif/ Evaluasi Siswa siklus I ...143

Lampiran 13 Lembar Tes Formatif/ Evaluasi Siswa siklus II...144

Lampiran 14 Lembar Tes Formatif/ Evaluasi Siswa siklus II...145

Lampiran 15 Lembar Nilai Evaluasi Siklus I ...146

Lampiran 16 Lembar Nilai Evaluasi Siklus II ...147

Lampiran 17 lembar Nilai Evaluasi Prasiklus ...148

Lampiran 18 Lembar nilai Produk 1 ...149

Lampiran 19 Lembar Nilai Sikap Siklus 1 ...150

Lampiran 20 Lembar Nilai Sikap Siklus 2 ...151

Lampiran 21 Foto Kegiatan Pembelajaran ...152

Lampiran 22 Nilai SKK Mahasiswa ...155

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran suatu mata pelajaran akan efektif bagi siswa jika

guru memiliki pengetahuan tentang objek yang akan diajarkan supaya dalam

menyampaikan materi tersebut penih dengan dinamika dan inovatif.

Demikian juga dengan pembelaaran matematika disekolah dasar, guru Sd

harus mengetahui bagaimana karakteristik matematika. Para ahli sepakat

bahwa sasaran dalam pembelajaran matematika adalah abstrak.

Menurut Mulyani Sumantri matematika adalah pengetahuan yang

tidak kurang pentingnya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu tujuan

pengajaran matematika adalah agar peserta didik dapat berkonsultasi dengan

mempergunakan angka-angka dan bahasa dalam matematika. Pengajaran

matematika harus berusaha mengembangkan suatu pengertian sistem angka,

keterampilan menghitung dan memahami simbol-simbol yang sering kali

dalam buku pelajaran mempunyai arti khusus. Matematika perlu ditekankan

pada arti pemecahan berbagai masalah yang sering kali ditemui dalam

kehidupan sehari-hari (Hartiny, 2012: 12).

Karena dalam kehidupan sehari-hari banyak yang melakukan operasi

hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan pengukuran.

Bahkan sesungguhnya Islam pun telah mengajarkan masalah berhitung, yang

(19)

2

اًّدَع ْمُهَّدَعَو ْمُهاَصْحَأ ْدَقَل

Artinya: “Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan

menghitung mereka dengan hitungan yang teliti”.

Dengan memahami ayat di atas, Islam telah memberikan anjuran

untuk mempelajari ilmu tentang berhitung. Menghitung bukan hanya

berlaku sebagai teori atau pengetahuan semata, akan tetapi berhitung

menjadi permasalahan yang akan dihadapi dalam kehidupan nyata, dan

manusia dituntut mampu menerapkannya dengan hitungan yang teliti.

Pada usia siswa sekolah dasar (7-8 tahun hingga 12-13 tahun),

menurut teori kognitif piaget termasuk pada tahap operasional konkret.

Berdasarkan perkembangan kognitif ini, maka anak usia sekolah dasar

pada umumnya mengalami kesulitan dalam memahami Matematika yang

bersifat abstrak. Karena keabstrakannya Matematika relatif tidak mudah

untuk dipahami oleh siswa sekolah dasar pada umumnya (Susanto,

2013:184)

Menurut Subarinah matematika merupakan ilmu pengetahuan yang

mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada

didalamnya. Ini berarti bahwa belajar matematika pada hakikatnya adalah

belajar konsep, strukturnya,dan mencari hubungan antar konsep dan

strukturnya. Ciri khas matematika yang deduktif aksiomatis ini harus

diketahui oleh guru sehinnga mereka dapat membelajarkan matematika

dengan tepat mulai dari konsep yang sederhana sampai yang kompleks

(20)

3

Salah satu manfaat dalam pembelajaran matematika adalah untuk

mempelajari ilmu-ilmu eksak lainya akan tetapi hal ini dirasakan sulit oleh

para guru untuk menyampaikan pelajaran matematika agar mudah diterima

oleh siswa sehingga guru dan siswa sama-sama senang dalam proses

belajar matematika (Hartiny, 2010:30-31)

Sesuai hasil wawancara tanggal 27 November tahun 2017 peneliti

dengan guru kelas V MI Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten

Semarang ditemukan beberapa masalah dalam pembelajaran matematika,

diantaranya kurangnya pemahaman siswa tentang materi bangun datar

yang diajarkan oleh guru, sehingga keterampilan dalam menerapkan

Matematika terlihat belum sesuai yang diharapkan. Hal ini dibuktikan

dengan hasil nilai ulangan Matematika siswa kelas V yang diperoleh dari

guru menunjukkan masih banyaknya siswa yang mendapatkan nilai

dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan yaitu

70. Secara klasikal nilai ulangan siswa belum memenuhi KKM dari 26

siswa hanya 5 siswa yang dapat memenuhi KKM atau sebesar 19,2 %

sedangkan sisanya masih berada dibawah KKM.

Selanjutnya, berdasarkan diskusi dengan guru Matematika di MI

Karangduren, diduga faktor yang mempengaruhi siswa mendapatkan nilai

dibawah standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), antara lain: Siswa

kurang memperhatikan saat pembelajaran berlangsung, sibuk bermain

sendiri, mengobrol dengan teman yang menyebabkan siswa kurang

(21)

4

pada guru. Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa dalam

mengemukakan ide atau gagasan sehingga pembelajaran kurang bermakna

bagi siswa akibatnya pemahaman konsep matematis siswa tentang materi

bangun datar yang diajarkan kurang maksimal. Dan siswa juga merasa

jenuh dalam belajar karena mereka selalu disajikan dengan sesuatu yang

harus diterima tanpa diberi kesempatan untuk lebih mengeksplor

pengetahuannya.

Selain faktor tersebut, faktor lain yang mempengaruhi siswa

mendapat nilai dibawah KKM, yakni kurangnya kreatifitas guru dalam

mengajar menyebabkan proses pembelajaran kurang menarik minat siswa

sehingga siswa cenderung pasif dan kurang tertarik dengan materi yang

diajarkan. Dalam hal ini guru dituntut untuk memiliki kreatifitas dalam

mengajar agar mampu menciptakan proses pembelajaran yang

menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Melihat faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar

siswa, peneliti bersama Ibu Fitriyah S.Pdi melakukan diskusi mengenai

metode yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut, sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Melalui diskusi yang telah dilakukan,

diputuskan untuk menggunakan metode numbered head together ( NHT )

dan media pembelajaran kartu kemudi pintar sebagai solusi tindakan untuk

mengatasi permasalahan pembelajaran Matematika yang ada di MI

Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun pelajaran

(22)

5

kemudi pintar dalam pembelajaran Matematika materi bangun datar

mampu memberikan inovasi dalam pembelajaran.

Metode numbered head together merupakan bagian model

pembelajaran kooperatif yang menekankan pada pemikiran berkelompok

siswa dan mempengaruhi pola interaksi siswa dengan tujuan untuk

meningkatkan penguasaan akademik (Hamdayama, 2014: 175).

Metode numbered head together (NHT) adalah pembelajaran

kooperatif yang mengapresiasikan aktivitas pembelajaran melalui interaksi

yang dilakukan siswa secara berkelompok, dengan berbagi pemahaman

pada pemecahan masalah. Model ini melibatkan para siswa untuk

menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan untuk

mengetahui pemahaman siswa terhadap isi pelajaran. Langkah awal dalam

penerapan metode numbered head together adalah guru membagi siswa

dalam kelompok-kelompok, yang jumlah kelompok disesuaikan topik

permasalahan atau soal yang akan diberikan. Tiap anggota kelompok

diberikan topik dengan nomor yang berbeda-beda sesuai dengan topik

yang akan dibahas. Soal-soal yang diberikan oleh guru dipecahkan

bersama-sama dalam kelompok, dan siswa akan menyampaikan jawaban

soal di depan kelas sesuai dengan nomor yang dimilikinya. Kemudian guru

memberikan soal individu sebagai bahan evaluasi kegiatan pembelajaran

untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah

(23)

6

Sadiman (1993:3) mengemukakan, bahwa media adalah perantara

atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media adalah

wadah dari pesan yang oleh sumbernya ingin diteruskan kepada sasaran

atau penerima pesan tersebut (Raharjo, 1989:25).

Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai

pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Criticos, 1996).

Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran

merupakan proses komunikasi. Secara umum dapat dikatakan media

mempunyai kegunaan antara lain adalah memperjelas pesan agar tidak

terlalu verbalitis, mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya

indera, menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung, antara murid

dengan sumber belajar, memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan

bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya. Oleh karena itu,

proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media

pembelajaran menempati posisi paling cukup penting sebagai salah satu

komponen sistem pembelajaran. Tenpa media, komunikasi juga tidak akan

bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen

sebagai integral dari sistem pembelajaran.

Kartu kemudi pintar adalah suatu alat bantu untuk peserta didik

dalam belajar matematika. Karena kita tahu bahwa bahwa matematika

adalah salah satu mata pelajaran yang berfungsi sebagai tolak ukur untuk

pelajaran yang lain. Anak sering jenuh dan malas dalam belajar

(24)

7

yang berbentuk kartu roda putar yang dapat diputar sesuai bangun datar

yang dibahas serta berguna untuk menghafal semua rumus matematika

pada materi bangun datar yang mudah dibawa kemana-mana, mudah

dihafal, dan mudah untuk dipahami oleh peserta didik (jurnal Ihda Mawaddatul „Aliyah, 2014:3-7).

Menggunakan metode numbered head together dan media

pembelajaran kartu kemudi pintar diharapkan siswa mampu mengikuti

proses pembelajaran dengan antusias sehingga dapat meningkatkan

partisipasi siswa, meningkatkan sifat kritis dan analisis siswa. Materi akan

lebih mudah diterima, menyenangkan dan hasil belajar siswa menjadi

meningkat.

Untuk menjawab problematika di atas penulis mengangkat judul

“PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI

BANGUN DATAR MENGGUNAKAN METODE NUMBERED HEAD

TOGETHER (NHT) DAN MEDIA KARTU KEMUDI PINTAR PADA

SISWA KELAS V SEMESTER II MI KARANGDUREN KECAMATAN

TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018”.

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini rumusan masalah dalam penelitian ini apakah

Menggunakan metode numbered head together (NHT) dan media

(25)

8

Matematika materi bangun datar pada siswa kelas V Semester II MI

Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun pelajaran

2017/2018 ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui penggunaan metode

numbered head together (NHT) dan media pembelajaran kartu kemudi

pintar dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi bangun datar

pada siswa kelas V Semester II MI Karangduren Kecamatan Tengaran

Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2017/2018.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi kegunaan baik dari segi teoritis

maupun praktis yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

dalam dunia pendidikan berupa gambaran mengenai sebuah teori yang

menyatakan bahwa peningkatan hasil belajar Matematika pada materi

bangun datar dengan menggunakan metode numbered head together

(NHT) dan media pembelajaran kartu kemudi pintar terhadap siswa

(26)

9 2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa

1) Meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika.

2) Meningkatkan keaktifan siswa dalam menggunakan metode

numbered head together(NHT) pada proses pembelajaran.

3) Meningkatkan keaktifan dan inovatif siswa dalam menggunakan

media pembelajaran kartu kemudi pintar pada proses pembelajaran.

b. Bagi guru

1) Guru dapat menganalisa terjadinya permasalahan-permasalahan

pembelajaran dan mampu mengatasinya dengan menggunakan

metode numbered head together (NHT) dan media kartu kemudi

pintar.

2) Diperoleh metode numbered head together (NHT) dan media kartu

pemudi pintaryang sesuai dengan materi pembelajaran.

c. Bagi lembaga

1) Dapat meningkatkan mutu pendidikan sekolah dengan

menggunakan metode numbered head together (NHT) dan media

kartu kemudi pintar

2) Menciptakan kondisi dan suasana pembelajaran yang efektif dan

menyenangkan dengan menggunakan metode numbered head

(27)

10 d. Bagi peneliti

Dapat memberikan pengalaman kepada peneliti untuk terjun ke bidang

pendidikan.

E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

Hipotesis tindakan adalah jawaban sementara terhadap masalah

yang dihadapi, sebagai alternatif tindakan yang dipandang paling tepat

untuk memecahkan masalah yang telah dipilih untuk diteliti melalui PTK

(Mulyasa, 2011:63). Adapun dalam penelitian tindakan kelas ini penulis

mengambil hipotesis tindakan yaitu: “menggunakan metode numbered

head together (NHT) dan media pembelajaran kartu kemudi pintar dapat

meningkatkan hasil belajar Matematika materi bangun datar pada siswa

kelas V MI Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun 2017.”

Menggunakan metode numbered head together (NHT) dan kartu

kemudi pintar ini dikatakan efektif apabila indikator yang diharapkan

tercapai. Adapun indikator yang dapat dirumuskan penulis sebagai berikut:

1. Ada peningkatan hasil belajar apabila siswa memenuhi kriteria

ketuntasan minimal KKM ≥ 70 yang dihasilkan dengan rumus:

Berikut langkah-langkah untuk menentukan KKM:

a. Hitunglah jumlah Kompetensi Dasar (KD) setiap mata

(28)

11

b. Tentukan kekuatan / nilai setiap aspek / komponen sesuai

dengan kemampuan masing-masing aspek.

a) Aspek kompleksitas. Semakin komplek (sukar KD maka

nilainya semakin rendah, semakin mudah KD maka

nilainya semakin tinggi.

b) Aspek sumber daya pendukung (sarana). Semakin tinggi

sumber daya pendukung maka nilainya semakin tinggi.

c) Aspek intake. Semakin tinggi kemapuan awal siswa

(Intake) maka nilainya semakin tinggi.

c. Jumlah nilai setiap komponen, selanjutnya dibagi tiga

untuk menentukan KKM setiap KD.

d. Jumlahkan seluruh KKM, KD selanjutnya dibagi jumlah

KD untuk menentukan KKM Mata pelajaran.

e. KKM setiap mata pelajaran pada setiap kelas tidak sama,

tergantung pada kompleksitas KD, daya dukung, dan

potensi siswa.

1.1Tabel Menentukan KKM

Aspek yang dianalisis Kriteria dan Skala Penilaian

Kompleksitas Tinggi < 65 Sedang

65-79

Rendah 80-100

Daya dukung Tinggi

80-100

Sedang 65-79

Rendah < 65

Potensi siswa Tinggi

80-100

Sedang 65-79

(29)

12

Rumus perhitungan untuk mencari KKM per KD : ∑ bobot soal

3 ( Kompeksitas, daya dukung, intake)

Contoh : a. 65+80+65 = 70

2. Suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang telah tuntas

belajarnya dalam pembelajaran Matematika (Trianto, 2009:214)

F. Metode Penelitian

Metode penelitian menjelaskan tentang: rancangan penelitian, subyek

penelitian, langkah-langkah penelitian, instrumen penelitian, teknik

pengumpulan data, pengumpulan data, dan analisis data.

G. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Prosedur dan langkah-langkah penelitian mengikuti prinsip-prinsip dasar

(30)

13

bahwa penelitian tindakan kelas merupakan upaya menguji cobakan

ide-ide ke dalam praktik untuk memperbaiki atau mengubah sesuatu agar

memperoleh dampak nyata dari situasi. Penelitian tindakan adalah suatu

bentuk penelitian reflektif diri yang secara kolektif dilakukan peneliti

dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaraan dan keadilan praktik

pendidikan dan sosial mereka, serta pemahaman mereka mengenai praktik

ini dan terhadap siswa tempat dilakukan praktik-praktik ini (Taggart,

1998:5-6).

H. Subjek, Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa MI Karangduren Kecamatan

Tengaran Kabupaten Semarang yang berjumlah 26 siswa dan guru

yang mengampu mata pelajaran Matematika kelas V. Peneliti

menggunakan pola kolaboratif yaitu peneliti sebagai pengamat dan

guru yang melaksanakannya.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MI Karangduren Kecamatan Tengaran

Kabupaten Semarang Tahun 2017.

3. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester II pada tanggal 2 Maret - selesai

(31)

14 I. Langkah – langkah Penelitian

(Wiriaatmadja, 2006:66-67) mengemukakan langkah –langkah

penelitian tindakan kelas terdiri atas empat tahap, yaitu :

1. Perencanaan (plan)

2. Pelaksanaan tindakan (action)

3. Pengamatan (Observation)

4. Refleksi (reflektion)

Penelitian pada materi bangun datar menggunakan metode numbered

head together (NHT) dan media kartu kemudi pintar akan dilalui dalam

siklus-siklus, setiap siklus memuat empat tahap, yaitu: perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Berikut adalah gambaran keempat

(32)

15

G

Gambar 1.1 Skema Penelitian (Hartiny, 2010:73)

Penelitian pada materi bangun datar menggunakan metode

numbered head together (NHT) dan media pembelajaran kartu kemudi

pintar akan dilalui dalam siklus-siklus, setiap siklus memuat empat tahap,

yaitu: perencananan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, refleksi. Permasalahan

SIKLUS I Perencanaan

Tindakan I

Pelaksanaan Tindakan I

Refleksi I Pengamatan/

pengumpulan data I

belum terselesaikan Dilanjutkan ke

(33)

16 a. Perencanaan

1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode

numbered head together (NHT) dan media pembelajaran kartu

kemudi pintar

2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan

saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan

metode numbered head together (NHT) dan media pembelajaran

kartu kemudi pintar

3) Mempersiapkan lembar observasi guru untuk mengetahui

keterampilan guru dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan metode numbered head together (NHT) dan media

pembelajaran kartu kemudi pintar

4) Perencanaan tindakan pembelajaran menggunakan metode

numbered head together (NHT) dankartu kemudi pintar

5) Menyiapkan instrument untuk menggali data hasil belajar siswa

berupa lembar tes.

6) Melakukan evaluasi terhadap pembelajaran menggunakan metode

numbered head together (NHT) dan media pembelajaran kartu

kemudi pintar.

b. Pelaksanaan

Guru mengadakan proses pembelajaran menggunakan metode

numbered head together (NHT) dan media pembelajaran kartu kemudi

(34)

17

metode numbered head together(NHT) sebagai berikut (Sholih,

2011:218-220) :

1) Siswa dibagi kelompok dan setiap siswa dalam kelompok tersebut

mendapat nomor kelompok.

2) Guru memberikan tugas yang berkaitan dengan materi pelajaran

yang akan disampaikan dan masing-masing kelompok

mengerjakannya bersama kelompoknya.

3) Setiap kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan

memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya atau

mengetahui jawaban yang mewakili dari kelompok.

4) Untuk membahas hasil dari setiap kelompok tersebut, guru

memanggil nomor kelompok tertentu untuk membahas jawaban

mereka, kemudian memanggil nomor kelompok lain untuk

memberi tanggapan atas jawaban dari kelompok yang

mempresentasikan jawabannya.

5) Begitu seterusnya, hingga semua kelompok mendapatkan

kesempatan untuk mempresentasikan hasil jawaban kelompok

mereka dan kelompok yang lain menanggapinya dengan aktif dan

interaktif.

6) Terakhir, guru memberikan kesimpulan terhadap jalannya

(35)

18 c. Observasi dan Pengamatan

Pengamatan dalam penelitian tindakan kelas merupakan

pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. Pengamatan ini dilakukan

dengan cara mengamati guru pada proses pembelajaran dengan

menggunakan lembar observasi serta tes evaluasi untuk menggali data

hasil belajar siswa setelah dilakukan proses pembelajaran menggunakan

metode numbered head together (NHT) dan media pembelajaran kartu

kemudi pintar.

d. Refleksi

Tahap refleksi melibatkan kegiatan: menganalisis, mensintesis,

memaknai, dan menyimpulkan. Kegiatan refleksi dapat dipandang sebagai

upaya untuk memahami dan memaknai proses dan hasil yang dicapai

sebagai akibat dari tindakan yang disertai dengan kegiatan pengamatan

mengahsilkan tentang cerita apa yang terjadi. Refleksi didasarkan pada

bukti-bukti empiris yang telah terkumpul serta teori-teori yang relevan

(Somadayo, 2013:51-60).

J. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini teknik yang akan digunakan

dalam pengumpulan data adalah:

a. Observasi

Observasi digunakan untuk memperoleh informasi yang

(36)

19

pembelajaran menggunakan metode numbered head together

(NHT) dan media kartu kemudi pintar.

b. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan salah satu alat untuk

mengumpulkan data. Dokumentasi digunakan untuk memotret

kegiatan yang berlangsung saat pembelajaran dan untuk

menemukan gambaran tentang MI Karangduren Kecamatan

Tengaran Kabupaten Semarang.

c. Tes

Tes sebagai instrument pengumpulan data adalah

serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk

mengukur keterampilan pengetahuan, inteligensi, kemampuan,

atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

d. Wawancara

Wawancara dilakukan peneliti kepada guru kelas V MI

Karangduren sebelum berlangsungnya kegiatan guna

mengetahui kondisi awal siswa dalam proses pembelajaran

sebelum menggunakan metode pembelajaran numbered head

together (NHT) dan media kartu kemudi pintar.

K. Instrumen Penelitian

Instrumen yang dimaksudkan adalah alat yang digunakan oleh guru

(37)

20

dimanfaatkan untuk menetapkan keberhasilan dari rencana tindakan yang

dilakukan. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Lembar tes mata pelajaran Matematika materi bangun datar yang

menggunakan metode numbered head together (NHT) dan media

kartu kemudi pintar

b. Lembar observasi untuk mengamati guru terhadap penggunaan

metode numbered head together (NHT) dan media pembelajaran

kartu kemudi pintar

c. Lembar dokumentasi proses pembelajaran

d. Lembar wawancara

L. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan membandingkan antara skor nilai

tiap siklus dengan KKM yang telah ditentukan yaitu 70 (sesuai KKM yang

berlaku di MI Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang).

Oleh karena itu, siswa dikatakan tuntas belajarnya atau mencapai KKM

jika nilai perolehan siswa > 70. Sebaliknya siswa dikatakan belum tuntas

belajarnya atau belum mencapai KKM jika nilai perolehan siswa < 70.

Selanjutnya untuk menentukan akhir perbaikan melalui siklus-siklus

digunakan tolak ukur Kriteria Ketuntasan Klasikal. Suatu kelas dikatakan

tuntas belajarnya jika dalam kelas tersebut ≥ 85% siswa telah tuntas

(38)

21

Presentase ketuntasan klasikal dapat dihitung menggunakan rumus

(Daryanto, 2011:192):

P = ∑ X 100%

M.Sistematika Penulisan

1. Bagian awal

a. Halaman sampul

b. Halaman judul

c. Lembar logo IAIN

d. Persetujuan pembimbing

e. Pernyataan keaslian tulisan

f. Pengesahan kelulusan

g. Motto dan persembahan

h. Kata pengantar

i. Abstrak

j. Daftar isi

k. Daftar table

l. Daftar gambar

m.Daftar lampiran

2. Bagian inti

a. Bab I: Pendahuluan

1) Latar belakang masalah

(39)

22 3) Tujuan penelitian

4) Kegunaan penelitian

5) Hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan

6) Metode penelitian

7) Rancangan peneitian

8) Subjek, lokasi, dan waktu penelitian

9) Langkah-langkah penelitian

10) Metode pengumpulan data

11) Instrumen penelitian

12) Pengumpulan data

13) Analisis data

14) Sistematika penulisan

b. Bab II.: Landasan Teori

1) Kajian teori

a) Kajian materi penelitian

b) Kajian teori

c) PTK

2) Kajian pustaka

c. Bab III: Pelaksanaan Penelitian

1) Deskripsi pelaksanaan siklus I (perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan, dan refleksi )

2) Deskripsi pelaksanaan siklus II

(40)

23

d. Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan

1) Deskripsi per siklus ( data hasil penelitian, refleksi )

2) Pembahasan

e. Bab V: Penutup

1) Kesimpulan

2) Saran

3. Bagian akhir

a. Daftar Pustaka

(41)

24

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hasil Belajar Matematika 1. Pengertian Belajar

Belajar adalah perubahan kemampuan dan disposisi

seseorang yang dapat dipertahankan dalam suatu periode

tertentu dan bukan merupakan hasil dari proses pertumbuhan

(Rosma Hartiny,2010: 31).

Belajar menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia

artinya berusaha (berlatih dan sebagainya) supaya mendapat

suatu kepandaian. Dari definisi tersebut, dapat diartikan bahwa

belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri seseorang

yang ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan

kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan,

kecakapan, daya pikir, sikap, kebiasaan, dan lain-lain.

Menurut pengertian secara psikologis, belajar

merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam

tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Drs. Slameto, 1991: 2).

Belajar adalah perubahan kemampuan dan disposisi

seseorang yang dapat dipertahankan dalam suatu periode

(42)

25

Mayer yang dikutip oleh Seels dan Rita mengemukakan

pendapat yang hampir sama mengenai belajar yaitu menyangkut

adanya perubahan yang relatif permanen pada pengetahuan atau

perilaku seseorang karena pengalaman.

Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses yang

ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.

Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat dindikasikan

dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan,

pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan, ketrampilan,

dan kemanpuan, serta perubahan aspek-aspek yang lain yang

ada pada individu yang belajar (Trianto, 2009:9)

Belajar merupakan interaksi antara pendidik dengan

peserta didik yang dilakukan secara sadar, terencana baik

didalam maupun diluar ruangan untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik (Afandi, dkk, 2013:3)

Pendapat yang dikemukakan oleh Galloway yang

mendefinisikan belajar sebagai perubahan tingkah laku yang

relatif tetapndan terjadi sebagai hasil dari latihan atau

pengalaman.

Hergenhahn dan Olson mengemukakan lima hal yang

perlu diperhatikan berkaitan dengan belajar yaitu : (1) belajar

menunjuk pada suatu perubahan tingkah laku, (2) perubahan

(43)

26

laku tersebut tidak terjadi segera setelah mengikuti pengalaman

belajar, (4) perubahan tingkah laku tersebut merupakan hasil

pengalaman dan latihan, (5) pengalaman dan latihan harus

diberi penguatan.

Berdasarkan pendapat diatas maka belajar dapat

disimpulkan bahwa dlam belajar mngandung tiga hal pokok,

yaitu : (1) belajar mengakibatkan perubahan kemampuan atau

perilaku, (2) perubahan kemampuan atau perilaku yang terjadi

bersifat relatif menetap, (3) perilaku tersebut disebabkan karena

hasil adanya latihan atau pengalamn dan bukab karena proses

dari pertumbuhan atau kematangan (Hartiny, 2010:31-32)

Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku

pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu

dengan individu dan individu dengan lingkungannya.dalam

bahasa asingnya: “ Learning is change in the individual due to

instruction of that individual and his environment, which fells a

need and makes him more capable of dealing adequately with

his environment.”(W.H Burton, the guidance of Learning

Activities, 1984)

Pandangan seorang guru terhadap pengertian belajar

akan mempengaruhi tindakannya dalam membimbing siswa

untuk belajar. Seorang guru yang mengartikan belajar sebagai

(44)

27

dibandingkan dengan guru lain yang mengartikan bahwa

sebagai suatu proses perubahan tingkah laku (Usman, dkk,

1993: 4-5)

2. Tujuan Belajar

Secara garis besar Taksonomi Bloom (Yulaelawati,

2004: 59-64) tujuan hasil belajar dikelompokkan kedalam tiga

kategori, yakni (Afandi, dkk, 2013:7) :

1) Ranah kognitif yang terdiri dari enam tingkatan, yaitu:

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa, sintesis,

penilaian.

2) Ranah afektif yang terdiri dari lima tingkatan yaitu:

penerimaan, penanggapan, penilaian, pengelolaan, bermuatan

nilai

3) Ranah psikomotorik terdiri dari lima tingkatan, yaitu:

menirukan, manipulasi, keseksamaan, artiklasi, naturalisasi.

3. Hasil Belajar

Menurut Gagne dalam Dahar (2006:2), belajar dapat

didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi

berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Hasil belajar

pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa

keterampilan dan perilaku sebagai akibat dari latihan atau

pengalaman yang diperoleh. Dalam hal ini, Gagne dan Briggs

(45)

28

diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar. Adapun

hasil belajar tersebut meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif,

ranah afektif, ranah psikomotorik (Hartiny, 2010: 31-33). Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 3) “hasil belajar

merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak

mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan

proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar”.

Hasil belajar merupakan proses perubahan kemampuan

intelektual (kognitif), kemampuan minat atau emosi (afektif),

dan kemampuan motorik halus dan kasar (psikomotor) pada

peserta didik (Afandi, dkk, 2013: 4-6).

Menurut Hamalik (2004:49) “mendefinisikan hasil

belajar sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar

dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan”. Sedangkan Susanto (2013: 5)

perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut

aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari belajar”.

Bloom (1956) mengemukakan tiga ranah hasil belajar

yaitu kognitif, afektif, dan psikomotori. Untuk aspek kognitif,

Bloom menyebutkan enam tingkatan, yaitu: pengetahuan,

(46)

29

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pada

dasarnya proses belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku

secara keseluruhan baik yang menyangkut segi kognitif, afektif,

psikomotorik. Proses perubahan dapat terjadi dari yang paling

sederhana sampai pada yang paling kompleks yang bersifat

pemecahan masalah, dan pentingnya peranan kepribadian dalam

proses serta hasil belajar.

Secara umum, hasil belajar siswa dipengaruhi oleh

faktor internal, yaitu faktor-faktor yang ada dalam diri siswa

dan faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berada di luar diri

pelajar.

a. Faktor yang tergolong faktor internal adalah:

1) Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat

bawaan maupun yang diperoleh dengan melihat,

mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh, dan sebagainya.

2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun

keturunan, yang meliputi:

a) Faktor intelektual terdiri atas :

(1) Faktor potensial, yaitu intelegensi dan bakat.

(2) Faktor aktual, yaitu kecakapan nyata dan prestasi.

b) Faktor non intelektual, yaitu komponen-komponen

(47)

30

motivasi, kebutuhan, konsep diri, penyesuaian diri,

dan emosional.

c) Faktor kematangan baik fisik maupun psikis, yang

tergolong faktor eksternal yaitu :

(1) Faktor sosial yang terdiri atas : faktor

lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah,

faktor lingkungan masyarakat, faktor kelompok

(2) Faktor budaya seperti: adat istiadat, ilmu

pengetahuan, teknologi, kesenian.

(3) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah,

fasilitas belajar, iklim.

(4) Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan.

Faktor – faktor tersebut saling berinteraksi secara

langsung atau tidak langsung dalam mempengaruhi hasil

belajar yang dicapai seseorang. Karena adanya faktor – faktor

tertentu yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu motivasi

berprestasi, intelegensi , kecemasan (Daryanto, 2012:226-28).

Untuk menyatakkan bahwa suatu proses

belajar-mengajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki

pandangan masing-masing sejalan dengan filosofinya. Untuk

menyamakan persepsi sebaiknya berpedoman pada kurikulum

(48)

31

pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional khusus (TIK) tersebut dapat dicapai.”

Untuk mengetahui tercapai tidaknya TIK, guru perlu

mengadakan tes formatif setiap selesai menyajikan satu satuan

bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui

sejauh mana siswa telah menguasai tujuan intruksional khusus

(TIK) yang ingi dicapai. Fungsi penilaian ini adalah untuk

memberikan umpan balik kepada guru dalam rangka

memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan

program remidial bagi siswa yang belum berhasil (Usman,

dkk, 1993: 7-8)

4. Matematika

Kata “Matematika” berasal dari kata Yunani “Mathein

atau “Mathenein”, artinya mempelajari. Menurut Nasution

(1980:2) yang dikutip oleh Subarinah kata matematika diduga erat

hubungannya dengan kata Sansekerta, medha atau widya yang

artinya kepandaian, ketahuan atau intelegensia.

Menurut Johnson dan Myklebust matematika adalah bahasa

simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan

hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan teoritisnya adalah

untuk memudahkan pemikiran. Menurut Mulyani Sumantri

matematika adalah pengetahuan yang tidak kurang pentingnya

(49)

32

matematika ialah agar peserta didik dapat berkonsultasi dengan

mempergunakan angka-angka dan bahasa dalam matematika.Dari

segi bahasa, matematika adalah bahasa yang melambangkan

serangkaian makna dari pernyataan yang inginkan kita sampaikan

(Hartiny, 2010: 11-12)

Matematika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan

yang penting dan semakin dirasakan kegunaannya dalam ilmu

pengetahuan dan teknologi dewasa ini (jurnal Rahmi dan Yhance

Hendra Diana, 2012:55)

Plato berpendapat bahwa matematika adalah identik dengan

filsafat untuk ahli pikir, walaupun mereka mengatakan bahwa

matematika harus dipelajari untuk keperluan lain. Objek

matematika ada didunia nyata, tetapi terpisah dengan akal.

Aristoteles mempunyai pendapat lain, ia memandang

matematika sebagai salah satu dari tiga dasar yang membagi ilmu

pengetahuan fisik, matematika, dan teologi. Matematika

didasarkan atas kenyataan yang dialami, yaitu pengetahuan yang

diperoleh dari eksperimen, observasi, dan abstraksi.

Sedangkan matematika dalam sudut pandang Andi Hakim

Nasution, yang diuraikan dalam bukunya, bahwa istilah

matematika berasal dari kata Yunani, mathein atau manthenein

yang berarti mempelajari. Kata ini memiliki hubungan erat dengan

(50)

33

ketahuan, atau intelegensia. Dalam bahasa Belanda, matematika

disebut dengan kata wiskunde yang bearti ilmu tentang belajar

(Fathhani, 2009:21)

Pembelajaran Matematika adalah suatu proses belajar

mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan

kreativitas berfikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan

mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan

penguasaan yang baik terhadap materi Matematika.

Menurut Hans Freudental dalam Susanto (2013:189),

Matematika merupakan aktifitas insani (human activities) dan

harus dikaitkan dengan realitas. Dengan demikian, Matematika

merupakan cara berpikir logis yang dipresentasikan dalam

bilangan, ruang, dan bentuk dengan aturan-aturan yang telah ada

yang tak lepas dari aktivitas insan tersebut.

Pada hakikatnya, Matematika tidak terlepas dari

kehidupan sehari-hari, dalam arti Matematika memiliki kegunaan

yang praktis dalam kehidupan sehari-hari. Semua masalah

kehidupan yang membutuhkan pemecahan secara cermat dan teliti

mau tidak mau harus berpaling kepada Matematika (Hartiny,

(51)

34 B. Bangun Datar

1. Pengertian Bangun Datar

Bangun datar adalah bangun yang seluruh bagiannya terletak

pada bidang (permukaan) datar. Bangun datar disebut juga bangun dua

dimensi (Sunarjo, 2008:100). Menurut Untoro (2006: 162) bangun

datar adalah suatu bangun yang berbentuk datar (rata). Berdasarkan

Imam Roji (dalam Ian, 2010) bangun datar adalah bagian dari bidang

datar yang dibatasi oleh garis-garis lurus atau lengkung. Sedangkan

menurut Julius Hambali (dalam Ian, 2010) bangun datar dapat

didefinisikan sebagai bangun yang rata yang mempunyai dua dimensi

yaitu panjang dan lebar, tetapi tidak memiliki tinggi atau tebal. Jadi

bangun datar adalah bangun yang rata, memiliki dua dimensi yaitu

panjang dan lebar serta dibatasi oleh garis lurus atau lengkung yang

disebut sisi.

Bangun datar merupakan bentuk-bentuk geometri berdimendi

dua, terletak pada bidang datar, dan memiliki dua unsur, yaitu panjang

dan lebar (Firmanawaty, 2003: 61)

2. Jenis-Jenis Bangun Datar

Pelajaran matematika materi bangun datar kelas 5 semester 2

tercantum dalam Kurikulum satuan Pendidikan (KTSP). Menurut

Soenarjo (2008: 226) sifat-sifat bangun datar dipaparkan sebagai

(52)

35 a. Persegi

Gambar 2.1 Persegi

Persegi yaitu bangun datar yang memiliki keempat sudut dan

keempat sisi. Sifat-sifat persegi sebagai berikut:

1) Memiliki empat ruas garis: AB, DC, AD dan BC

2) Keempat ruas garis itu sama panjang.

3) Mempunyai 4 sisi

4) Keempat sisinya sama panjang

5) Mempunyai 4 sudut

6) Keempat sudutnya berbentuk siku-siku

7) Jumlah besar sudut 3600

b. Persegi Panjang

Gambar 2.2 Persegi Panjang

Persegi panjang adalah segi empat yang titik sudutnya siku-siku.

Sifat-sifat persegi panjang sebagai berikut:

1) Mempunyai 4 sisi

(53)

36

3) Mempunyai 4 sudut

4) Keempat sudutnya berbentuk siku-siku

5) Jumlah besar sudut 3600

6) Mempunyai simetri lipat 2

c. Jajar genjang

Gambar 2.3 Jajar Genjang

Jajar genjang merupakan suatu segiempat dengan sisi-sisi

yang berhadapan sejajar sama panjang serta sudut-sudut yang

berhadapan sama besar. Diagonal-diagonal jajar genjang saling

membagi menjadi dua bagian sama panjang. Sifat-sifat jajar

genjang sebagai berikut :

1) Memiliki 4 ruas garis AB, BC, CD dan AD.

2) Dua ruas garis yang berhadapan sama panjang

3) Memiliki dua macam ukuran alas dan tinggi

4) Memiliki dua buah sudut lancip.

5) Memiliki dua buah sudut tumpul.

6) Mempunyai 4 sisi

7) Sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang

8) Sudut-sudut yang berhadapan sama besar

9) Jumlah sudut-sudut yang berdekatan

(54)

37

11) Tidak mempuyai simetri lipat

d. Layang – Layang

Gambar 2.4 Layang-layang

Layang – layang adalah merupakan bentuk khas belah

ketupat dengan setiap pasang sisinya yag berdekatan sama

panjang. Salah satu diagonalnya membagi dua sama panjang dan

tegak lurus pada diagonal yang lain. Sepasang sudut yang

berhadapan sama besar dan mempunyai satu sumbu simetri.

Sifat–sifat layang-layang :

1) Memiliki 4 ruas garis: AB, BC, CD dan AD.

2) Dua ruas garis yang berhadapan sama panjang.

3) Memiliki dua macam ukuran diagonal

4) Mempunyai 2 sepasang sisi yang sama panjang

5) Mempunyai sudut yang saling berhadapan dan sama

besar.

(55)

38 e. Belah Ketupat

Gambar 2.5 Belah Ketupat

Belah ketupat adalah bentuk istimewa dari jajar genjang

dengan sifat keempat sisinya sama panjang, kedua diagonalnya

saling berpotongan tegak lurus , saling membagi dua sama

panjang. Sifat –sifat belah ketupat :

1) Memiliki 4 ruas garis AB, BC, CD dan AD

2) Dua ruas garis yang berhadapan sama panjang

3) Memiliki dua macam ukuran diagonal

4) Memiliki dua buah sudut lancip.

5) Mempunyai 4 sisi yang sama.

6) Sisi-sisi yang saling berhadapan

7) Mempunyai 2 sudut yang saling berhadapan dan sama besar.

f. Lingkaran

(56)

39

Lingkaran merupakan suatu kurva tertutup sederhana

yag khusus. Setiap titik sama jika mempunyai jarak yang sama

dari titik yang disebut dengan pusat lingkaran. Jarak titik

tersebut dinamakan jari-jari (radius) dan garis tengah lingkaran

disebut diameter (Firmanawaty, 2003: 72). Sifat-sifat lingkaran

sebagai berikut:

1) Hanya memiliki satu sisi

2) Tidak memiliki titik sudut

3) Memiliki simetri lipat yang tidak terbatas

4) Memiliki simetri putar yang tidak terbatas

5) Mempunyai jari-jari

6) Mempunyai titik pusat lingkaran

C. Metode Numbered Head Together

1. Pengertian Metode Numbered Head Together (NHT)

Metode number head together (NHT) merupakan salah satu

tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur-struktur

khusus dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan

memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan tingkat akademik

(Hamdayama, 2016:106)

Metode number head together adalah sebagaimana siswa

mampu menerima berbagai pendapat yang diterima dan disampaikan

(57)

40

sehingga memunculkan pendapat yang paling ideal, atau bahkan

tidak mendapatkan pendapat yang paling ideal. Selanjutnya, guru

memberikan kesimpulan terhadap jalannnya pembahasan materi

tersebut ( Sholih, 2011:218-220).

Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir

bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang

dirancang mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif

terhadap sumber struktur kelas tradisonal. Pembelajaran ini pertama

kali diperkenalkan oleh Sprnser Kagen (1993) untuk melibatkan lebih

banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu

pelajaran dan mengecak pemahaman mereka terhadap isi pembelajran

( Hamdayama, 2014: 175).

Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru

menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT (Trianto,

2009: 82-83):

a. Fase 1 : Penomoran

Dalam fase ini, guru membagi siswa kedalam kelompok 3-5

orang dan kepada setiap kelompok diberi nomor antara 1-5.

b. Fase 2 : mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat

(58)

41

arahan, misalnya “pastikan setiap orang mengetahui salah satu

sifat bangun datar”.

c. Fase 3 : berpikir bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu

dan menyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui

jawaban tim.

d. Fase 4 : menjawab

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang

nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk

menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

2. Langkah- langkah Metode Numbered Head Together (NHT)

Langkah-langkah yang dilakukan guru untuk menjalankan

metode ini adalah (Asmani, 2011:39-42) :

1. Siswa dibagi kelompok dan setiap siswa dalam kelompok tersebut

mendapat nomor kelompok.

2. Guru memberikan tugas yang berkaitan dengan materi pelajaran

yang akan disampaikan dan masing-masing kelompok

mengerjakannya bersama kelompoknya.

3. Setiap kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan

memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya atau

mengetahui jawaban yang mewakili dari kelompok.

4. Untuk membahas hasil dari setiap kelompok tersebut, guru

(59)

42

mereka, kemudian memanggil nomor kelompok lain untuk

memberi tanggapan atas jawaban dari kelompok yang

mempresentasikan jawabannya.

5. Begitu seterusnya, hingga semua kelompok mendapatkan

kesempatan untuk mempresentasikan hasil jawaban kelompok

mereka dan kelompok yang lain menanggapinya dengan aktif dan

interaktif.

6. Terakhir, guru memberikan kesimpulan terhadap jalannya

pembahasan dan pembelajaran tersebut.

3. Manfaat Metode Numbered Head Together

Pelaksanaan di kelas memiliki manfaat sebagaimana dijelaskan

oleh Ibrahim (2000: 18-19) sebagai berikut :

1) Meningkatkan pencurahan waktu tugas

2) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi

3) Angka putus sekolah lebih rendah

4) Memperbaiki kehadiran

5) Sikap apatis kurang

6) Pemahaman yang lebih mendalam

7) Motivasi lebih besar

(60)

43

4. Kelebihan Metode Numbered Head Together (NHT)

Menggunakan metode number head together (NHT) memiliki

beberapa kelebihan antara lain sebagai berikut (Jumanta Hamdayama,

2014: 177-178):

1) Melatih siswa untuk dapat bekerja sama

2) Menghargai pendapat porang lain

3) Melatih siswa untuk bisa menjadi tutor sebaya

4) Memupuk rasa kebersamaan

5) Membuat siswa menjadi terbiasa dengan perbedaan

5. Kelemahan Metode Numbered Head Together (NHT)

Dalam menggunakan number head together (NHT) juga

terdapat beberapa kelemahan antara lain sebagai berikut :

1) Siswa yang sudah terbiasa dengan cara konvensional akan sedikit

kewalahan

2) Guru harus bisa menfasilitasi siswa

3) Tidak semua mendapat giliran.

D.Media Pembelajaran Kartu Kemudi Pintar 1. Pengertian Media

Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium.

Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar

terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima ( Heinich

(61)

44

salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari

komunikator menuju komunikan (Cricticos, 1996). Berdasarkan

dafinisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran

merupakan proses komunikasi (Daryanto, 2013:5).

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima

sehingga merangsag pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta

kemauan peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar

terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif

(Sukirman, 2012: 29)

Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi

menyampaikan pesan (Bovee,1997). Media pembelajaran adalah

sebuah alat yang berfungsi dan dapat digunakan menyampikan

pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara

pembelajar, pengajar, dan bahan ajar.

Secara harfiah kata media memiliki arti “perantara” atau

“pengantar”. Association for education and Communication

Technology (AECT) mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang

dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Sedangkan

Education Association (NEA) mendefinisikan sebagai benda yang

dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan

(62)

45

belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program

instruktional ( Sanaky, 2013:3-4).

Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan

bahwa pengertian media merupakan sesuatu yang bersifat

menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan

kemauan audien (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya

proses belajar pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif akan

memungkinkan audien (siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat

meningkatkan performan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai (Basyiruddin, 2002:11).

Kegunaaan media pembelajaran secara umum antara lain

sebagai berikut :

1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalitis.

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indera.

3. Menimbulkan gairah belajar, interakti lebih langsung antar

murid dengan sumber belajar.

4. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan

kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya.

5. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalamn

dam menimbulkan persepsi yang sama.

6. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi,

Gambar

Gambar 1.1 Skema Penelitian (Hartiny, 2010:73)
Gambar 2.5 Belah Ketupat
Tabel 3.1 Daftar Jumlah Siswa MI Karangduren, Kecamatan
Tabel 3.2 Daftar Nama Guru dan Karyawan MI Karangduren
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bila pipa sub drain patah atau pecah di dalam tanah maka permukaan tanah di daerah pipa yang rusak tersebut akan terlihat lebih basah dari permukaan tanah disekitarnya.

Sebelum instrument variabel X digunakan, dilakukan uji validitas konstruk melalui proses validasi yaitu perhitungan koefisien korelasi skor butir dengan skor total dan

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya, sehingga skripsi yang berjudul “Perancangan Program Aplikasi Optimasi Pelatihan Sumber Daya

Penggunaan metode guided note taking dapat meningkatkan pembelajaran IPS tentang perjuangan melawan penjajah pada siswa kelas V SDN 2 Kalirejo Kebumen Tahun

Selasa Bahan katun prima, panjang 3 m, (motif sesuai contoh) 33 potong 4 Seragam atasan batik untuk hari. Selasa Bahan katun prima, panjang 3,5 m, (motif sesuai contoh) 4 potong

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menggambarkan tentang peran modal sosial pada buruh gendong dengan pedagang dan pembeli di sub terminal agribisnis Jetis, Bandungan

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, evaluasi teknis, evaluasi harga dan evaluasi kualifikasi serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran

Aula Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kalimantan Selatan Jl.. Hasan