• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT DENGAN ALAT PERAGA KARTU PINUS SISWA KELAS III MI NOBOREJO SALATIGA TAHUN AJARAN 20162017 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT DENGAN ALAT PERAGA KARTU PINUS SISWA KELAS III MI NOBOREJO SALATIGA TAHUN AJARAN 20162017 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN

BILANGAN BULAT DENGAN ALAT PERAGA

KARTU PINUS SISWA KELAS III MI NOBOREJO

SALATIGA TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

HERI SUSANTO

NIM: 11511034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH

IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(2)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN

BILANGAN BULAT DENGAN ALAT PERAGA

KARTU PINUS SISWA KELAS III MI NOBOREJO

SALATIGA TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

HERI SUSANTO

NIM: 11511034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH

IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(3)
(4)
(5)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

DAN KESEDIAAN DI PUBLIKASIKAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Heri Susanto

NIM : 11511034

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Judul : Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Dengan Alat Peraga Kartu Pinus Siswa Kelas III MI Noborejo Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017 Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk bedasarkan kode etik ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk di publikasikan oleh perpustakaan IAIN Salatiga.

,

Salatiga, 22 Maret 2018 yang menyatakan

(6)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Hidup itu pilihan, setiap pilihan ada resiko, berani memilih, berani ambil resiko. Allah akan merubah nasib seseorang apabila orang tersebut mau merubah nasibnya dan Allah akan meninggikan orang yang berilmu beberapa derajat dibanding orang yang tidak berilmu (QS. Ar-Ra’du 11 : dan QS. Al-Mujadilah: 11)

PERSEMBAHAN

1. Orang tuaku yang selalu mendidikku dari kecil sampai besar sekarang ini dan akhirnya aku bisa membuat bangga orang tuaku.

2. Kakak - kakakku dan saudaraku yang selalu menyemangati aku tiada henti. 3. Keluarga besar Hj Slamet Mariyati

4. Terima kasih kepada warga Genuk Barat RT 04/ 03 umumnya dan lebih khusus Guru- guruku Habib Zen Magelang, Bapak Toha , Bapak Nur Khafid yang telah membuatku nyaman hidup di Salatiga.

5. Teman-teman PGMI

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, karunia, dan berkah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar

Matematika Materi Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan Bulat Dengan Alat Peraga Kartu Pinus Siswa Kelas III MI Noborejo Salatiga Tahun Ajaran 2016/ 2017”.

Didalam penulisan skripsi ini peneliti banyak mendapat bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., Rektor IAIN Salatiga yang telah memberikan kesempatan belajar pada penelitian.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang telah memberikan izin penelitian.

3. Ibu Peni Susapti, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah yang telah memberikan izin penelitian.

4. Ibu Drs. Nurhasanah, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan fikirannya serta dengan tekun dan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

(8)

vii

6. Drs. Marno., Kepala MI Noborejo Salatiga yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

7. Bapak Abdul Wahab, S. Ag Guru Kelas III MI Noborejo Salatiga, yang telah membantu peneliti kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

8. Seluruh guru dan karyawan MI Noborejo Salatiga yang telah membantu peneliti melaksanakan penelitian.

9. Seluruh siswa Kelas III MI Noborejo Salatiga, yang telah membantu peneliti melaksanakan penelitian.

10. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, namun tidak pernah terlupakan bantuannya yang turut dalam menyelesaikan penelitian.

Akhirnya, semoga segala bantuannya yang tidak ternilai ini mendapatkan balasan dari Allah SWT dengan balasan yang sepantasnya, dan semoga penelitian ini bermanfaat bagi peneliti sendiri pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin.

Salatiga, 15 Maret 2018

(9)

viii

ABSTRAK

Susanto, Heri. 2018. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Dengan Alat Peraga Kartu Pinus Siswa Kelas III MI Noborejo Salatiga Tahun Ajaran 2017/2018. Skripsi Program Strata I Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah IAIN Salatiga 2018. Pembimbing: Dra. Nur Hasanah, M.Pd.

Kata kunci: Hasil Belajar, Matematika, Penjumlahan dan Pengurangan, Kartu Pinus

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Dengan Alat Peraga Kartu Pinus. Yang pada penelitain ini dikhususkan pada Siswa Kelas III MI Noborejo Salatiga Tahun Ajaran 2017/2018. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan pendekatan kualitataif kuantitatif. Peneliti menggunakan penafsiran deskripsi tabel sebagai teknik analisis data. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan metode observasi langsung melalui pengajaran langsung, SPSS, buku dan internet.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Dalam pelaksanaannya, penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai model penelitian tindakan yang lain, khususnya PTK.

(10)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ...ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian …. ... 8

E. Definisi operasional ... 9

F. Metode penelitian ... 12

G. Sistematika penulisan ... 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar ... 19

B. Prinsip Belajar……. ... 20

C. Sarat Keberhasilan Belajar ... 21

D. Komponen Pembelajaran ... 22

E. Hasil Belajar ... 33

F. Hakekat Matematika ... 35

G. Media Kartu Pembelajaran Kartu Plus Minus ... 40

H. Krangka Berfikir ... 46

I. Hipetesis Tindaka ... 47

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian ... 48

(11)

x

C. Variabel Yang Diteliti ... 54

D. Rencana Tindakan ... 54

Siklus 1 ... 54

Siklus 2 ... 60

E. Data dan sumber penelitian ... 64

F. Teknik Pengumpulan Rokok... 65

G. Instrumen penelitian ... 67

H. Analisis Data ,Evaluasi, dan refleksi ... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kondisi Awal ... 72

B. Deskripsi Tiap Siklus ... 77

1. Deskripsi Siklus 1 ... 77

2. Deskripsi Siklus 2 ... 85

C. Pembahasan hasil penelitian ... 92

D. Pembahasan 1. Siklus 1 ... 98

2. Siklus ... 99

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 105

B. Saran ... 106

(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hak bagi seluruh warga negara Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Republik Indonesia tahun 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi “setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pada pasal 1 ayat 1 menyebutkan:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memliki kekuatan spiritual-keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

(13)

2

yang memberikan pengetahuan dan keterampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan dalam masyarakat, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.

Dalam pelaksanaannya, pendidikan di Indonesia harus dilaksanakan sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan demi tercapainya tujuan pendidikan nasional. UUSPN 1989 dalam Hernawan, dkk. (2012: 9.4) disebutkan bahwa pengertian kurikulum adalah “seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar”. Pelaksanaan kurikulum di Indonesia kerap mengalami perubahan. Upaya-upaya inovatif telah banyak dilakukan dan dukungan terhadap pendidikan semakin meningkat sejalan dengan kesadaran pihak pemerintah dan masyarakat dalam meningkatkan sumber daya manusia.

Setelah menggunakan kurikulum 2013 selama dua tahun, pada bulan Januari 2015 kurikulum yang digunakan di Indonesia berubah ke kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau yang biasa dikenal dengan sebutan kurikulum 2006.

Salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam KTSP yaitu Matematika. Dalam Hernawan dkk (2012: 8.27) menyebutkan bahwa :

(14)

3

membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Pada dasarnya mata pelajaran Matematika sudah diajarkan dari Pendidikan Anak Usia Dini sampai pada jenjang pendidikan menengah ke atas. Matematika juga merupakan suatu ilmu yang berperan penting dalam menunjang ilmu-ilmu yang lain, juga mempelajari masalah keseharian yang berkaitan dengan hitung menghitung. Selain itu Matematika berpengaruh bagi setiap siswa yang mempelajarinya, yakni melatih siswa agar memiliki pemikiran yang sistematis, logis, kritis, rasionalis, dan bersikap efektif dalam setiap aktivitas. Oleh karena itu, diperelukan pembelajaran matematika yang optimal.

Pembelajaran yang optimal dipengaruhi oleh komponen-komponen pendidikan. Komponen pendidikan merupakan bagian dari suatu sistem pendidikan yang akan menentukan berhasil atau tidaknya suatu proses pendidikan. Komponen pendidikan saling terkait secara terpadu dan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan nasional.

(15)

4

eksternal. Salah satu faktor eksternalnya adalah model yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Kebanyakan guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang cenderung monoton dan membosankan bagi siswa, karena itulah diperlukan suatu model pembelajaran yang inovatif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Pembelajaran Matematika juga belum menggunakan alat bantu. Pemanfaatan alat peraga dalam pembelajaran matematika sangat diperlukan karena dengan menggunakan alat peraga dimungkinkan dapat membantu siswa lebih memahami konsep pembelajaran matematika.

(16)

5

pembelajaran. Guru juga masih terlalu berpusat pada model pembelajarn konvensional.

Hal ini mengakibatkan nilai rata-rata siswa pada materi bilangan bulat tergolong masih rendah dibandingkan dengan materi-materi yang lainnya. Karena itulah perlu diadakannya perubahan dalam proses pembelajaran materi bilangan bulat. Salah satu bentuk perubahan yang dapat dilakukan guru yaitu dengan menerapkan model pembelajaran dan penggunaan media pembelajaran yang lebih bervariasi. Joyce dan Weil (1986) dalam Abimanyu, dkk. (2008: 2.4) mengutarakan bahwa:

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.

(17)

6

suatu alat peraga yang terbuat dari kartu yang disusun berpasangan antara positif dan negatif, pasangan itu akan menunjukan bilangan positif dan negatif atau bilangan nol.

Dalam penelitian ini, penulis mengkaji tentang media pembelajaran kartu pinus”. Penelitian tentang kartu pinus. Namun, dalam pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu penelitian tindakan kelas kolaboratif. Kunandar (2013 : 47) menyebutkan Penelitian Tindakan kelas dapat dilakukan secara mandiri, tetapi alangkah baiknya kalau dilaksanakan secara kolaboratif, baik dengan teman sejawat, kepala sekolah, pengawas, widyaiswara, dosen, dan pihak lain yang relevan dengan PTK. Selain itu, Kunandar (2013: 81) menyebutkan bahwa :

Pelaksanaan PTK diperlukan pengamat (kolaborator atau mitra) karena dalam PTK peneliti dalam hal ini guru berprofesi ganda. Artinya, guru sebagai peneliti sekaligus sebagai subjek penelitian yang melaksanakan proses belajar mengajar yang di PTK-kan. Dengan demikian, kalau tidak ada pengamat (kolaborator atau mitra), dikhawatirkan akan terjadi subyektivitas atau bias terhadap hasil penelitian.

(18)

7

ceramah menjadi metode utama dalam pembelajaran, guru kurang inovatif dan kreatif menerapkan berbagai model, strategi, metode maupun media yang turut mempengaruhi kualitas pembelajaran matematika di kelas III MI Noborejo Salatiga.

Dengan kejadian tersebut penulis mengajak teman sejawat yang bersedia membantu dengan mendiskripsikan segala permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran. Hasil kolaborasi dengan teman sejawat menemukan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Siswa masih kesulitan mengerjakan penjumlahan dan pengurangan karena kurangnya alat peraga.

2. Kurangnya penguasaan kelas sehingga banyak siswa yang bicara sendiri dan lambat dalam menyelesaikan tugas dan guru.

3. Siswa merasa malu untuk bertanya karena waktu yang diberikan kurang tepat.

4. Siswa kurang memahami materi yang didengarnya karena dalam menyampaikan guru terlalu cepat.

(19)

8 B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah dengan alat peraga kartu pinus dapat meningkatan hasil belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat siswa kelas III MI Noborejo Salatiga tahun ajaran 2017/2018.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dengan alat peraga alat pinus dapat meningkatan hasil belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat siswa kelas III MI Noborejo Salatiga tahun ajaran 2017/2018.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik teoritis maupun praktis bagi siswa, guru, dan sekolah. Manfaat tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

(20)

9

1) Memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pendidikan, khususnya pendidikan sekolah dasar.

2) Memberikan informasi mengenai media pembelajaran kartu pinus” yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika materi bilangan bulat.

b. Manfaat Praktis

1) Mempermudah siswa menerima mata pelajaran matematika materi bilangan bulat.

2) Mendorong pada siswa untuk belajar aktif, komunikatif dan saling bekerja sama.

3) Dapat meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan media pembelajaran kartu pinus.

2. Bagi Guru

a. Memberikan informasi kepada guru tentang pelaksanaan media pembelajaran “kartu pinus”.

b. Menambah pengetahuan guru mengenai media pembelajaran yang kreatif dan efektif dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran. c. Menambah pengetahuan guru untuk menggunakan media

pembelajaran kartu pinus” sebagai alternatif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran matematika materi bilangan bulat.

3. Bagi Sekolah

(21)

10

e. Memberikan kontribusi positif kepada sekolah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

4. Bagi Peneliti

a. Memperdalam wawasan peneliti tentang penelitian tindakan kelas. b. Dapat meningkatkan pengetahuan peneliti tentang karakteristik siswa sehingga diharapkan dapat memperbaiki proses pembelajaran di masa yang akan datang.

E. Definisi Operasional

1. Hasil Belajar

Menurut Nawawi (dalam Ahmad Susanto, 2013:5) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.

(22)

11

peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang memengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal.

2. Matematika

Priyo Darmanto & Puji Wiyoto (2007: 305) menyatakan bahwa matematika yaitu ilmu tentang angka-angka, jumlah, bentuk dan ukuran.

Johnson dan Rising (dalam Sri Subarinah, 2006: 1) mengatakan matematika merupakan pola pikir, pola mengorganisasikan pembuktian logika, pengetahuan terstruktur yang memuat sifat-sifat, teori-teori dibuat secatra deduktif berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya.

3. Bilangan bulat

Bilangan nol, bilangan asli, dan lawan bilangan asli disebut bilangan bulat (Burhan Mustakim, 2008: 137).

Himpunan semua bilangan bulat terdiri atas:

a. Bilangan bulat positif : 1, 2, 3, 4, …

b. Bilangan bulat negatif : …, -3, -2, -1

c. Bilangan bulat nol : 0

(23)

12 a. Penjumlahan

Makna dari operasi penjumlahan (Sri Subarianah, 2006: 29) adalah menggabungkan dua kelompok (himpunan). Jika kelompok A yang anggotanya ada 2 anak digabungkan dengan kelompok B yang anggotanya ada 3 orang maka diperoleh kelompok baru, sebut saja kelompok AB. Dengan membilang diperoleh bahwa banyaknya anggota kelompo AB tersebut adalah 5.

b. Pengurangan

Operasi pengurangan (Sri Subarinah, 2006: 30) “merupakan lawan dari operasi penjumlahan”. Jika pada operasi

penjumlahan dilakukan penggabungan himpunan (kelompok), maka pada operasi pengurangan dilakukan pengambilan kelompok baru, yaitu pembentukan kelompok baru. Misalnya pada kelompok A beranggotakan 5 orang, akan dibentuk suatu kelompok B yang terdiri dari 2 orang. Maka banyaknya anggota kelompok A yang tertinggal hanya 3 orang.

5. Kartu Pinus

(24)

13 F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Sunendar (2012:41), PTK adalah upaya memperbaiki kualitas pendidikan dengan instrospeksi, bercermin, dan merefleksi guru dengan mengunakan metode pembelajaran tertentu untuk meningkatkan kualitas anak didiknya dalam pembelajaran.

McTaggart (1986:66) menyebutkan, prosedur penelitian dirancang melalui dua siklus melalui prosedur: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (action), (3) pengamatan (observation), (4) refleksi (reflecsion) dalam tiap-tiap siklus.

Gambar 3. Disain Penelitian Tindakan (Action Research) Keterangan:

P = Perencanaan O = Observasi T = Tindakan R = Refleksi (Sumber: Kemmis dan McTaggart, 1986)

(25)

14

Miles and Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reducktion, data display, dan conclusion drawing/verification. Model interaktif dalam analisis

data ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 4. Proses analisis data

2. Tempat dan Waktu Penelitian

(26)

15

masing masing 3 jam pelajaran (3 x 35 menit). Sedangkan untuk ulangan harian setelah siklus dilaksanakan masing-masing 2 jam pelajaran (2x 35 menit).

Penelitian ini dilaksanakan di MI Noborejo Salatiga karena ada masalah pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Penelitian harus mencari pemecahan masalah tersebut sehingga siswa memehami materi tersebut. Selain itu, peneliti bertugas sebagai kepala sekolah pada sekolah tersebut. Sebagai kepala sekolah, maka peneliti wajib mengajar 6 jam pelajaran setiap minggu dan peneliti mengampu mata pelajaran matematika di kelas III tersebut.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III tahun pelajaran 2017/2018 di MI Noborejo Salatiga yang berjumlah 24 siswa, terdiri atas 14 siswa dan 10 siswi. Subjek tersebut tetap selama pelaksanaan pembelajaran. Siswa akan diteliti mengenai aktifitas dan hasil belajar materi pembelajaran matematika mengenai penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat menggunakan metode demonstrasi dengan alat peraga kartu pinus.

4. Sumber Data

(27)

16

Jenis data yang dihimpun adalah data kualitatif berupa hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. Observasi dilakukan terhadap kegiatan pembelajaran matematika pada tahap pratindakan dan setiap pelaksanaan tindakan. Wawancara dilakukan untuk mengungkap kesulitan yang dialami siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika.

5. Teknik dan Alat Pengumpul Data

Teknik pengumpulan data, yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari observasi, tes, catatan lapangan dan dokumentasi. Berikut diuraikan teknik pengumpulan data yang dilaksanakan:

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk memperoleh informasi berupa observasi, wawancara, dokumentasi dan tes.

1. Observasi

(28)

17 2. Wawancara

Wawancara yang diperhitungkan dengan presentasi dan peringkat di setiap siklus. Wawancara merupakan percakapan dengan tujuan tertentu. Percakapan itu dilakukan 2 pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban dari pertanyaan itu. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan beberapa siswa kelas III MI Noborejo. Wawancara dilakukan diluar jam pelajaran. 3. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini adalah seluruh bahan rekaman selama penelitian berlangsung. Dokumentasi ini berupa hasil kartu kegiatan siswa, dan foto. Dari hasil dokumentasi ini dapat dijadikan petunjuk dan bahan pertimbangan pelaksanaan selanjutnya dan penarikan kesimpulan.

4. Tes

(29)

18 6. Analisis Data

Data hasil penelitian yang sudah terkumpul ditabulasi kemudian dianalisis untuk mencapai tujuan-tujuan penelitian. Analisis data yang digunakan adalah teknik diskriptif analitik.

a. Data kuantitatif berupa hasil belajar kognitif, dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dengan menentukan presentasi ketuntasan belajar dan mean (rata-rata) kelas. Adapun penyajian data kuantitatif dipaparkan dalam bentuk presentasi dan angka dengan mengacu pada referensi Aqib (2010) sebagai berikut:

Rumus untuk menghitung persentase ketuntasan belajar adalah sebagai berikut :

Rumus untuk menghitung nilai rata-rata adalah sebagai berikut :

Keterangan :

x = Nilai rata-rata

= Jumlah semua nilai siswa

(30)

19

b. Data kuantitatif yang berasal dari observasi dan angket diklasifikasikan berdasarkan aspek-aspek yang dijadikan fokus analisis. Kemudian dikaitkan dengan data kuantitatif sebagai dasar untuk mendeskripsikan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan ditandai aktifitas siswa yang semakin aktif dan semakin meningkatnya hasil belajar siswa.

G. Sistematika Penulisan

Agar terdapat kejelasan secara garis besar dan dapat dimengerti dengan mudah, maka dalam pembahasannya secara berurutan penulis membagi dalam lima bab, yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II kajian pustaka, Bab III Paparan data dan hasil temuan, Bab IV Pembahasan, Bab V Penutup

Bab I, yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional dan sistematika penulisan.

Bab II, yang berisikan kajian teori mengenai, peningkatan hasil belajar, matematika, operasional bilangan bulat, penjumlahaan dan pengurangan, alat peraga kartu plus minus (pinus).

Bab III pelaksanaan penilitian, yang berisi deskripsi siklus I dan siklus II

Bab IV hasil penilitan dan pembahasan, yang berisi deskripsi per siklus dan pembahasan

(31)

20 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar

Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi termasuk ahli psikologi pendidikan. Slameto (2010: 2) pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Hamalik (2002) dalam Hamdani (2010: 20), belajar tidak hanya mempelajari mata pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau mina, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan lain, dan cita-cita. Selain itu Sardiman A.M (2005) dalam Hamdani (2010: 20) mengungkapkan definisi belajar sebagai berikut: 1. Cronbach memberikan definsi, “Learning is shown by a change in

behavior as a result of experience” (Belajar adalah memperlihatkan

perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman).

(32)

21

(Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk).

3. Geoch mengatahkan. ”Learning is a change in erformance as a result of practice.” (Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai

hasil praktik).

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan. Misalnya, dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya.

B. Prinsip Belajar

Terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum digunakan sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya. Adapun prinsip-prinsip belajar menurut Slameto (2010: 27-28), yaitu:

1. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar.

a. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

(33)

22

c. Belajar perlu lingkungan yang menantang di dalam anak dapat mengembangkan kemampuan bereksplorasi dan belajar dengan efektif.

d. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya. 2. Sesuai hakikat belajar.

a. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.

b. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi, dan discovery.

c. Belajar adalah proses kontnguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan.

3. Sesuai materi/ bahan yang harus dipelajari.

a. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.

b. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.

C. Syarat Keberhasilan Belajar.

Syarat keberhasilan belajar menurut Suprijono (2014:4) adalah: 1. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar

(34)

23

2. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/keterampilan/ sikap itu mendalam pada siswa.

Suprijono (2014: 4) menyebutkan terdapat beberapa prinsip belajar. Pertama, prinsip belajar adalah perubahan tingkah laku. Kedua, belajar merupakan proses, dan yang terakhir belajar merupakan bentuk pengalaman. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa prinsip belajar merupakan suatu pedoman yang digunakan oleh guru dan siswa sebagai dasar dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Proses pembelajaran dapat meningkatkan dan memperoleh hasil yang optimal jika menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran tersebut.

D. KomponenPembelajaran

Pembelajaran bila ditinjau dari pendekatan system, maka dalam prosesnya akan melibatkan berbagai komponen. Sugandi (2004) dalam Hamdani (2011: 48) menyebutkan, komponen-komponen pembelajaran diantaranya adalah:

1. Instumen penelitian

(35)

24 a. Tes

Dalam kontekspengukurandanpenilaian, tes mempunyai banyak pengertian.Tes dapat diartikan sebagai teknik atau instrument pengukuran yang menggunakan serangkaian pertanyaan yang harus dijawab, atau tugas yang harus dilakukan dan dirancang secara khusus untuk mengetahui potensi, kemampuan, dan ketrampilan peserta didik sehingga menghasilkan data atau skor yang dapat diinterpretasikan. (Shodiq, 2012:43)

Sebagai sebuah tes, tes hasil belajar merupakan salah satu alat ukur yang mengukur penampilan maksimal. Dalam pengukuran, siswa peserta tes didorong mengeluarkan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan soal tes hasil belajar.Hasil belajar siswa dapat diketahui dengan menerakan skor atas jawaban yang diberikan masing-masing siswa.

Tes hasil belajar mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru dan dipelajari oleh siswa. Penguasaan hasil belajar mencerminkan perubahan perilaku yang dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. (Purwanto, 2008:57)

Ditinjau dari bentuk bentuknya, tes dibagi atas tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan.

(36)

25

Tes tertulis ialah tes yang soal dan jawabannya diberikan oleh siswa berupa bahasa tertulis.

2) Tes lisan

Tes lisan adalah tes soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan. Peserta didik akan menjawab pertanyaan yang diberikan dengan kata- katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan yang diberikan.

3) Tes perbuatan atau tindakan (performance test)

Tes perbuatan ialah tes di mana jawaban yang dituntut dari peserta didik berupa tindakan dan tingkah laku konkrit. yaitu dengan cara observasi perbuatan yang dilakukan peserta didik.(Pupuh, 2010:77)

b. Non-Tes

Yang dimaksudinstrumennon-tesialah serangkaian pertanyaan, pernyataan atau stimulus lain yang harus direspon peserta didik atau yang membutuhkan respon dalam situasi yang tidak atau kurang dibakukan,untukmengukuraspek-aspek tingkah laku peserta didik. (Shodiq, 2012:52)

(37)

26 a) Angket

b) Wawancara

c) Observasi

d) Skala sikap

e) Skala bertingkat (Rating scale)

f) Daftar chek (check list)

Menurut peranan fungsionalnya dalam pembelajaran, penilaian tes hasil belajar, dapat dibagi menjadi empat macam yaitu: penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian diagnotis dan penilaian penempatan. (Nana, 1990:5)

1) Penilaian formatif

Penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar-mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri.

2) Penilaian sumatif

(38)

27 3) Penilaian diagnotistik

Penilaianyang bertujuan untuk melihat kelemahan-kelemahan siswa serta faktor-faktor penyebabnya. Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan bimbingan belajar, remedial, dan kasus- kasus lain.

4) Penilaian selektif

Penilaianyang bertujuan untuk keperluan seleksi,misalnya penyaringan masuk lembaga pendidikan tertentu.

c. Penilaian Sub-Sumatif Sebagai Indikator Hasil Belajar

Di samping penilaian tes sumatif yang biasanya dilakukan pada akhir caturwulan atau akhir semester, guru harus melakukan pula tes-tes subsumatif pada tahap-tahap tertentu (misalnya dua minggu sekali atau satu bulan sekali) selama caturwulan atau semester yang bersangkutan.

Menuirut Imam (505:55) dalam Ikhya’ Ulumuddin

(39)

28

Sesogyanya bagi orang yang berakal mempunyai empat bagian waktu, dan satu bagian waktu darinya digunakan untuk mengevaluasi.

Kabar diatas menunjukkan tentang waktu evaluasi diri. Dalam kaitannya dengan pendidikan bahwa aktivitas kependidikan dalam satuan waktu yang telah ditentukan secara periodik, seperempat dari satuan waktu tersebut untuk mengadakan evaluasi. Hal ini menunjukkan pentingnya pendidik untuk melakukan pre-test dan post-test atau tes sub-sumatif dan sub-sumatif dalam tengah maupun akhir kegiatan belajar. (Abidin,2009:14)

(40)

29

untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dalam satuan program pendidikan.

2. Factor-faktor yang mempengaruhi belajar

Bobbide Porter (2000:57) dalam buku Quantum Teaching mengutip pendapat Dr. Vernon A. Magnesen, bahwa orang belajar 10% dari apa yang dibaca, 20% dari apa yang didengar, 30% dari apa yang dilihat dan 50% dari apa yang dilihat dan didengar,70% dari apa yang dikatakan dan 90% dari apa yang dikatakan dan dilakukan.

Dengan demikian, keberhasilan belajar sangat ditentukan oleh sejauh mana keterlibatan anak didik untuk berpikir cerdas, berbicara, mengutarakan pendapatnya dan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diucapkan. Selanjutnya Bobbi de Porter (2000:76) menjelaskan bahwa keberhasilan belajar ditentukan juga dengan suasana menyenangkan dan menggembirakan. Pastinya akan sulit menikmati belajar jika seorang anak didik merasa tidak nyaman dan tertekan dalam proses belajar mengajarnya.

Muhibbin Syah (2010:29) dalam buku Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru menyebutkan beberapa macam faktor yang mempengaruhi belajar siswa:

(41)

30

2) Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan disekitar siswa.

3) Faktor pendekatan belajar (approachto learning) yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.

Ragam Faktor dan Elemennya

Internal Eksternal Pendekatan Belajar 1. Aspek sendiri meliputi dua aspek yaitu: aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat ruhaniah).

1) Kondisi Fisiologis

(42)

31

b) Gizi cukup tinggi (gizi kurang, maka lekas lelah, mudah ngantuk, sukar menerima pelajaran).

c) Kondisi panca indra (mata, hidung, telinga, pengecap, dan tubuh). (Noer, 2012:196)

2) Kondisi Psikologis.

Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis, oleh karena itu semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Faktor-faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik antara lain:

a) Minat

Minat (interest) yaitu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Oleh, karena itu minat dapat mempengaruhi hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu. Minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal daripada yang lainnya, dapat juga melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. (Mulyasa, 2009:93)

(43)

32

Intelegensi atau kecerdasan merupakan dasar potensial bagi pencapaian hasil belajar, artinya hasil belajar yang dicapai akan bergantung pada tingkat intelegensi, dan hasil belajar dicapai yang dicapai akan melebihi tingkat intelegensinya. (Mulyasa, 2009:92)

c) Bakat

Bakat sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih. Bakat yang tidak dilatih akan menjadi terpendam yang tidak aktual.

d) Motivasi

Yaitu kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi merupakan motor penggerak dalam perbuatan. Kuat lemahnya motivasi belajar siswa, turut mempengaruhi keberhasilan belajar.

Kedua,faktor eksternal. Faktor dari luar siswa juga terdiri atas dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor non-sosial.

1) Faktor Lingkungan Sosial

(44)

33

b) Lingkungan sosial siswa seperti: masyarakat dan tetangga juga teman sepermainan.

c) Lingkungan sosial keluarga: orang tua siswa dan keluarga siswa.

Faktor eksternal dalam lingkungan keluarga baik langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar peserta didik.

2) Faktor non-sosial (Instrumenal)

Yaitu seperangkat kelengkapan dalam berbagai bentuk untuk mencapai tujuan, yang meliputi kurikulum, program, sarana dan fasilitas, guru.

a) Kurikulum

Yaitu seperangkat rencana untuk mencapai tujuan pembelajaran. Muatan kurikulum akan mempengaruhi intensitas dan frekuensi belajar anak didik. (Syaiful,2011:108) Dengan adanya kurikulum guru dapat mengukur tingkat keberhasilan belajar mengajar dan hasil belajar peserta didik.

b) Program

(45)

34

prasarana. Salah satunya program pendidikan yaitu bimbingan dan penyuluhan terhadap anak didik yang mempunyai masalah kesulitan belajar.

c) Sarana dan Fasilitas

Menurut Syaiful (2011:181) yaitu Segala hal yang menunjang proses belajar mengajar seperti ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang tata usaha dan lainnya, bertujuan untuk memberikan kemudahan pelayanan anak didik. Fasilitas yang memadai seperti adanya buku pegangan dan alat peraga, metode mengajar yang dipakai juga memberikan pengaruh terhadap prestasi peserta didik.

d) Guru

Keberadaan guru sangat mutlak diperlukan dalam keberhasilan belajar peserta didik. Sehingga diperlukan guru yang memadai dan professional.

Ketiga, Faktor pendekatan belajar juga mempengaruhi taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut. pendekatan belajar siswa dapat dikelompokkan ke dalam tiga bentuk dasar, yaitu:

(46)

35

Siswa yang menggunakan pendekatan surface, misalnya mau belajar karena dorongan dari luar (ekstrinsik) antara lain takut tidak lulus yang mengakibatkan dia malu. Gaya belajarnya santai, asal hafal dan tidak mementingkan pemahaman yang mendalam.

b) Pendekatan deep (mendalam)

Siswa yangmenggunakan pendekatan deep biasanya mempelajari materi karena memang dia tertarik dan merasa membutuhkannya (intrinsic). Gaya belajarnya serius dan berusaha memahami materi secara mendalam serta memikirkan cara mengaplikasikannya. Baginya lulus dengan nilai baik penting, namun lebih penting memiliki pengetahuan yang cukup banyak dan bermanfaat bagi kehidupannya.

c) Pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi)

Siswa yang menggunakan pendekatan achieving pada umumnya dilandasi oleh motif ekstrinsik yang berciri khusus, disebut ego-enhancement. Yaitu ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih prestasi setinggi tingginya.

(47)

36

untuk meraih prestasi belajar yang bermutu dari pada menggunakan pendekatan permukaan (surface) ataupun (reproductive). (Muhibbin,2009:136)

E. Hasil Belajar

Rifa’I dan Anni (2011: 85) mengatakan bahwa hasil belajar

merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Sedangkan Hernawan, dkk. (2012: 10.20) menyebutkan bahwa hasil belajar mengacu pada segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Bloom dalam Suprijono (2014: 6) menyatakan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Selaras dengan pernyataan dari Sudjana (2010: 22), bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Rifa’I dan Anni (2011: 86) menyampaikan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar menurut Bloom, yaitu: 1. Ranah kognitif, berkaitan dnegan hasil berupa pengetahuan,

kemampuan, dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (syntesis), dan penilaian (evaluation).

(48)

37

Kategori tujuan peserta didikan afektif adalah penerimaan (receiving), penanggapan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian (organization), pembentukan pola hidup (organization by a value complex).

3. Ranah psikomotor berkaitan dnegan kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi obyek, dan kondisi syaraf.Suprijono (2014: 5) menyebutkan, menurut Gagne hasil belajar berupa: (1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan. (2) Keterampilan Intelektual yaitu kemampuan mepresentasikan konsep dalam lambang. (3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitif sendiri. (4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terjadi optimism gerak jasmani. (5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

(49)

38

Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian PTK kolaboratif ini adalah hasil belajar siswa mata pelajaran matematika pada materi bilangan bulat ranah kognitif. Melalui penelitian ini diharapkan hasil belajar siswa ranah kognitif dapat meningkat.

F. Hakikat Matematika

Pada bagian hakikat matematika ini akan dipaparkan beberapa pokok bahasan diantaranya adalah:

1. Pengertian Matematika

Taniredja, dkk. (2011: 66) Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari.

Matematika dari bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Ciri utama Matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Namun demikian, pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali secara induktif malalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika.

(50)

39

Taniredja, dkk. (2011: 66) mengungkapkan bahwa matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar, peluang, dan statistika, kalkulus dan trigonometri. Tujuan pembelajaran Mateatika menurut Dikmenum (2005: 2) adalah:

a. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkostistensi.

b. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan ingin tahu, membantu prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram, dalam menjalankan gagasan.

3. Ruang Lingkup Matematika

(51)

40

dasar serta hasil belajarnya, indikator, dan materi pokok untuk setiap aspeknya.

Aspek atau ruang lingkup materi pada standar kompetensi metematika adalah bilangan, pengukuran, dan geometri, aljabar, trigonometri, peluang dan statistika, dan kalkulus. Dari pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah suatu ilmu yang memfokuskan pada menghitung, mengukur dan menggunakan rumus matematika dengan penalaran deduktif.

4. Pembelajaran Matematika di SD

Muhsetyo, dkk. (2012: 1.26) pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari.

(52)

41

menggunakan bilangan dalam kaitannya dengan praktik kehidupan sehari-hari.

Lebih lanjut Hernawan, dkk. (2012: 8.28) menjelaskan pembelajaran matematika di MI, menurut KBK, ditekankan pada pembelajaran kemampuan siswa menggunakan matematika: (a) Dalam memecahkan masalah matematika, pelajaran lain, ataupun masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata. (b) Sebagai alat komunikasi; dan (c) Sebagai cara bernalar yang dapat dialihgunakan pada setiap keadaan.

Heruman (2013: 2) menyebutkan berikut ini pemaparan pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep Matematika, yaitu:

a. Penanaman konsep dasar, yaitu pembelajaran suatu konsep baruMatematika, ketika siswa belum pernah mempelajarai konsep tersebut.

b. Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep Matematika.

c. Pembinaan keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep.

(53)

42

agar siswa mampu mengenal, memahami, serta mahir menggunakan bilangan dalam kehidupan sehari-hari.

5. Materi Bilangan Bulat

Dalam pembelajaran Matematika tidak dapat terlepas dari istilah bilangan. Bilangan merupakan suatu ide yang bersifat abstrak yang akan memberikan keterangan mengenai banyaknya suatu kumpulan benda. Bilangan dalam pembelajaran Matematika dibedakan menjadi 9, yakni bilangan Sail atau asli, bilangan prima, bilangan cacah, bilangan bulat, bilangan rasional, bilangan irasional, bilangan riil, bilangan imajiner, dan bilangan kompleks. Pada penelitian ini, peneliti hanya akan memfokuskan pada bilangan bulat saja.

Bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri dari seluruh bilangan baik negatif, nol, maupun positif. Dalam proses pembelajaran matematika di sekolah dasar keberadaan bilangan negatif memang perlu dijelaskan. Dalam Darhim, dkk. (1991: 268) di jelaskan bahwa bilangan bulat adalah merupakan gabungan dari bilanga asli, dengan bilangan-bilangan negative serta bilangan nol. Dan ini, bila ditulis dalam suatu bentuk himpunan bilangan bulat akan didapat B = {…, -4,

(54)

43

bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri dari bilangan positif dan bilangan negatif.

G. Media pembelajaran

Gerlach dan Ely (1971) dalam Hamdani (2011: 243) juga mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar, media adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi agar siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa, yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Adapun media pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran.

Lithanta (2005) dalam Suyanto dan Jihad (2013: 107 - 108) mengatakan ada beberapa fungsi atau manfaat dari penggunaan alat peraga dalam pembelajaran, diantaranya:

a. Siswa akan lebih banyak mengikuti pelajaran dengan gembira, sehingga minatnya mempelajari materi pelajaran semakin bear. Di saat inilah, siswa akan terangsang, senang, tertarik, dan bersikap positif terhadap materi pelajaran.

(55)

44

c. Siswa akan menyadari adanya hubungan antara pengajaran dan benda- benda yang ada disekitarnya atau antara ilmu dengan alam sekitar dan masyarakat.

Suyanto dan Jihad (2013: 109) mengemukakan bahwa ada beberapa criteria pemilihan media sebagai berikut: (a) media yang dipilih hendaknya selalu menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. (b) media yang dipilih hendaknya selalu disesuaikan dengan kemampuan dan daya nalar siswa. (c) media yang digunakan hendaknya biasa digunakan sesuai fungsinya. (d) media yang dipilih hendaknya memang tersedia, artinya alat/ bahannya memang tersedia, baik dilihat dari waktu untuk mempersiapkan maupun untuk mempergunakannya. (e) media yang dipih hendaknya disenangi oleh guru dan siswa. (f) persiapan dan penggunaan media hendaknya disesuaikan dengan biaya yang tersedia. (g) kondisi fisik lingkungan kelas harus mendukung.

Dapat disimpulkan bahwa media adalah komponen sumber belajar dapat berupa alat, manusia, maupun materi yang mampu membangun kondisi agar siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Media berfungsi untuk memudahkan siswa memahami materi yang bersifat abstrak atau cenderung sulit di pahami siswa.

1. Media dalam Pembelajaran Matematika

(56)

45

bahan pelajaran, serta digunakan siswa untuk dapat terlibat langsung dengan pembelajaran Matematika.

Media dalam pembelajaran Matematika relatif sama dengan media dalam pembelajaran bidang yang lain, yaitu dapat dikelompokkan berupa media: (1) sederhana, misalnya papan tulis, papan grafik, (2) cetak, misalnya buku, modul, LKS (Lembar Kegiatan Siswa), petunjuk praktik atau praktikum, dan (3) media elektronik, misalnya OHT (Over Head Transparancy) atau OHP (Over Head Projector), audio (radio, tape), audio & video (TV, VCD, DVD).

Kalkulator, komputer, dan internet.

Garis besar jenis-jenis media dan penggunaannya dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Papan Tulis

Sebagian besar sekolah menggunakan papan tulis hitam (black board) dalam kelas. Dengan menggunakan kapur atau

sejenisnya untuk menulis bahan pelajaran dibicarakan dan dibahas dengan bantuan papan tulis.

b. Papan Grafik

(57)

46

yang dapat dipakai untuk merancang koordinat dari titik-titik yang diperlukan untuk membuat grafik.

c. Papan Tempel

Fungsi dari papan tempel ini antara lain untuk memasang informasi (pengumuman, berita, tugas), untuk menempel kliping dari koran, majalah atau brosur yang berkaitan dengan pelajaran atau IPTEK, dan untuk memasang karya-karya tulis siswa yang lain. Untuk mata pelajaran Matematika, papan tempel ini dapat digunakan untuk menginformasikan/mengkomunikasikan antara lain tokoh-tokoh matematisi, sejarah Matematika, rekreasi Matematika, permainan Matematika, pola-pola khusus Matematika dan tebakan Matematika.

d. Media Cetak

Media cetak merupakan media pembelajaran utama karena media ini mudah dibawa dan dapat dibaca di mana saja dan kapan saja. Bentuk media cetak ini data berupa buku, LKS, petunjuk praktik, petunjuk praktikum, laporan kegiatan, modul dan buku kerja.

e. Kalkulator

(58)

47

dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar.Media pembelajaran matematika adalah komponen sumber belajar yang dapat merangsang siswa untuk mempelajari matematika. Dalam penelitian kali inipenulis menggunakan media “kartu pinus”(kartu plus minus) dimana media tersebut

tergolong kedalam media cetak. 2. Media pembelajaran “kartu pinus”

Berdasarkan pendapat ahli tentang kartu, maka dengan alat peraga kartu plus minus ini diharapkan siswa dapat lebih mudah memahami materi operasi hitung bilangan bulat.Kartu termasuk dalam jenias alat peraga cetak. Adapun alatperaga kartu plus minus tersebut bisa diilustrasikan dalam gambar dibawah ini :

Gambar 2.1 Kartu Plus Minus

Warna merah menandakan bilangan positif, warna putih menandakan bilangan negatif. Kartu tersebut berbentuk persegi panjang. Fungsi Alat ini di gunakan untuk menghitung penjumlahan

(59)

48

dan pengurangan bilangan bulat. Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk membuat “kartu pinus” tersebut antara lain: Gunting,

pisau, penggaris, sepidol / pulpen, kertas dengan dua warna. Perinsip Kerja kartu bilangan bulat ini adalah alat bantu untuk menjumlahkan bilangan bulat positif dan negatif. Contoh penjumlahan bilangan (-6+8=…) dengan menggunakan alat yang sederhana ini siswa tidak terlalu banyak berfikir akan cepat mendapatkan jawaban. Seperti soal di atas kartu yang mempunnyai tanda negatif di pasangkan dengan kartu yang bertanda positif, kemudian kita hitung yang tidak mempunnyai pasangan satu persatu itulah hasilnya.

Dalam peroses belajar mengajar dengan media yang sederhana ini hendaknya didemontrasikan dilakukan oleh siswa dan guru dan menjelaskan konsep yang perlu dipahami oleh siswa dengan bantuan alat ini ada 2 peranan penting yaitu:

a. Siswa terampil menggunakan suatu alat atau media yang ada dilingkungan dan bisa membantu memecahkan masalah sehari-hari.

b. Siswa mengetahui teknik penjumlahan bilangan bulat dengan media pembelajaran dan mampu menemukan konsep sendiri. H. Kerangka Berpikir

(60)

49

penggunaan media pembelajaran mengakibatkan siswa sulit memahami materi tentang bilangan bulat yang bersifat abstrak. Hal tersebut mengakibatkan rendahnya hasil belajar dan aktivitas belalajar siswa pada mata pelajaran matematika materi bilangan bulat.

Diharapkan dengan di terapkannya model berbantuan “kartu pinus”, siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan lebih antusias

sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Berikut ini adalah bagan kerangka berpikir meningkatkan aktivitas dan hasil belajar materi bilangan bulat melalui media “kartu pinus”pada siswa kelas III MI

Noborejo.

(61)

50 I. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir, maka dapat diajukan suatu hipotesis sebagai berikut: “Dengan penerapan alat peraga “kartu pinus”

(62)

51 BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Metode Penelitian

Dalam Arikunto (2002:136), metode penelitian adalah cara yang

digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitan

tindakan kelas dalm bahasa inggris disebut dengan istilah class room action

riseach. Dari nama tersebut terkandung tiga kata yakni

Dengan menggabungkan ketiga kata tersebut diatas, yakni (1)

penelitian, (2) tindakan, dan (3) kelas. Dapat disimpulkan bahwa penelitian

tindakan kelas merupakan suatu pencermatan tindaaan terhadap kegiatan

belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam

sebuah kelas secara bersama. Arikunto (2007:7) pun menerangkan tindakan

tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh

siswa.

Penelitian tindakan kelas merupakan ragam penelitian pembelajaran

yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan

masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu

dan hasil pembelajaran dan mencoba hal-hal baru dalam pembelajaran demi

(63)

52

proses yang dinamis meliputi aspek perencanaan, tindakan, observasi dan

refleksi yang berhubungan dengan siklus berikutnya.

PTK mempunyai karakteristik tersendiri yang membedakan dengan

penelitian yang lain, diantaranya, yaitu masalah yang diangkat adalah masalah

yang dihadapi oleh guru di kelas dan adanya tindakan (aksi) tertentu untuk

memperbaiki proses belajar mengaja dikelas.(Arikunto, 2007:109).

Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian kualitatif. Dalam

Kunandar (2011:46) menjelaskan meskipun data yang dikumpulkan bisa saja

bersifat kuantitatif,dimana uraiannya bersifat deskriptif dalam bentuk

kata-kata, peneliti merupakan instrumen pertama dalam pengumpulan data,

proses sama pentingnya dengan produk.

Dalam pelaksanaannya, penelitian tindakan kelas ini menggunakan

model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai

model penelitian tindakan yang lain, khususnya PTK. Dikatakan demikian,

karena dialah yang pertama kali memperkenalkan Action Research atau

penelitian tindakan.

Model Kurt Lewin menyatakan bahwa satu sikluster diri dari empat

langkah pokok yaitu Perencanaan (planning), Pelaksanaan Tindakan

(acting), Observasi (Observing) dan Refleksi (Reflecting).6 Langkah pada

siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan,

pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk siklus 1 dilakukan tindakan

(64)

53

Secara keseluruhan, empat tahapan dalam PTK tersebut membentuk

suatu siklus PTK yang digambarkan dalam bentuk spiral. Seperti pada gambar

dibawah ini

Gambar 3.1 Prosedur PTK Model Kurt Lewin

Penjelasan prosedur

1. Perencanaan (planning), sebelum mengadakan penelitian,

peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat

rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen

penelitian dan perangkat pembelajaran.

2. Melaksanakan tindakan (acting), pada tahap ini

observer melaksanakan tindakan yang telah dirumuskan

pada RPP dalam situasi yang aktual.

3.Melaksanakan pengamatan (observing). Pada tahap ini,

yang harus dilakukan observer adalah; mengamati

(65)

54

diskusi antar siswa dalam kelompok, mengikuti pemaham

tiap siswa terhadap penguasaan materi pembelajaran

yang telah dirancang.

4. Melakukan refleksi (reflecting). Pada tahap ini

observer harus; mencatat hasil observasi, menganalisis

hasil pembelajaran, mencatat isi hasil pembelajaran,

mencatat kelemahan untuk dijadikan bahan penyusunan

rancangan siklus berikutnya.

B. Setting Penilitian dan Karakteristik Subyek Penelitian

1. Setting Penelitian

Setiing penilitian ini meliputi: tempat penelitian, waktu penelitian dan

siklus penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

a. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan kelas dilaksanakan di MI Noborejo

Salatiga, khususnya pada siswa kelas III MI Noborejo Salatiga.

b. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu yang diperlukan peneliti dalam

melaksanakan PTK. Adapun peelitian ini dilaksanakan pada

(66)

55 c. Siklus PTK

PTK ini dilakukan melalui2 (dua) siklus, setiap siklus

dilaksanakan mengikuti prosedur yaitu perencanaan, aksi atau

tindakan, observasi dan refleksi. Melalui kedua siklus tersebut dapat

diamati peningkatan hasil belajar siswa pada materi penjumlahan

dan pengurangan pada bilangan bulat mata pelajaran Matematika

melalui alat peraga Kartu Pinus.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III Madrasah Ibtidaiyyah

dengan jumlah 24 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 10 siswa

perempuan. Pada umumnya siswa berusia 8-9 tahun dengan tingkat

karakter dan kemampuan yang berbeda, baik kemampuan ekonomi

sosial maupun kemampuan dalam pemikirannya.

Tabel 3.1

Nama siswa kelas III MI Noborejo Salatiga

NO NAMA ANAK Jenis kelamin

1 Ani Latifah Perempuan

(67)

56

4 Ahmad Fajar Aprilian Laki-laki

5 Nisa Nafi`ah perempuan

6 Reza Fauzi Saputra Laki-laki 7 Ahmad jausyan Alfaqih Laki-laki 8 Muhammad 'Irvanzainuury Laki-laki 9 Rendi Ahmad Fauzi Laki-laki 10 Muhammad Ilham Saputra Laki-laki 11 Muhammad Ihab Zakki Munawwar Laki-laki 12 Fino Ilhamsah Laki-laki 13 Syifa Wakhidatul Laila Perempuan 14 Septi Nur Cahyaningtyas Perempuan 15 Hindah Heny Kusrini Perempuan 16 Muhammad Rizky Ramadhan Laki-laki 17 Mayla Annisatul Khusna Perempuan

18 Satya Arjuna Laki-laki

19 lidya Herawati Perempuan

(68)

57

Data Guru dan Karyawan MI Noborejo Salatiga,

NO N A M A NIP JABATAN/

Golongan

1. Drs Marno 19681210200003 1002 IV/a 2. Yuli Inayati A, S.PdI 19730727200710 2002 III/a 3. Pranti Lestari, S.Pd 198102072007102005 III/a

4. AgusGuproni, S.PdI - -

5. Indah S R, S.PdI - -

6. Ratna Puspita S, S.PdI - -

7. AgusSetyoko, S.PdI - -

8. Muzayinah, S.Ag - -

9. Abdul Wahab, S.Ag - -

10.Muntaha, S.PdI - -

11.Kasmin - -

(69)

58 C. Variabel yang diselidiki

Dalam penelitian tindakan kelas ini variabel-variabel

yang akan diselidiki adalah sebagaiberikut:

a) Variabel input : Siswa kelas III MI Noborejo Salatiga

b) Variabel Output : Peningkatan hasil belajar Matematika pada

materi penjumlahan dan pengurangan

D. RencanaTindakan

Adapun penerapan model dalam penelitian tindakan kelas

dilakukan dengan dua siklus. Siklus I dilaksanakan dengan satu

kali pertemuan dan siklus II dilaksanakan dengan satu kali

pertemuan. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu:

1) Perencanaan (Planning)

2) Pelaksanaan tindakan (Acting)

3) Tahap Observasi (Observing)

4) Refleksi (Reflecting)

(70)

59 1. Siklus I

a. Perencanaan (Planning)

Kegiatan awal yang dilakukan oleh peneliti pada

tahap perencanaan ini yaitu merefleksikan dan

menganalisis masalah yang terjadi dalam proses

pembelajaran serta mencari alternatif pemecahan

masalahnya. Sehingga dari hasil kegiatan tersebut

peneliti akan dapat melakukan kegiatan selanjutnya

seperti sebagai berikut:

Kegiatan utama yang dilakukan peneliti dalam

tahap perencanaan ini yaitu:

1. Menganalisis kurikulum dalam rangka

mengetahui standar kompetensi dan kompetensi

dasar serta materi pokok yang akan disampaikan

dengan menggunakan alat peraga kartu pinus.

2. Menetapkan indikator ketercapaian hasil belajar

Matematika materi penjumlahan dan pengurangan

dengan mengacu pada standar kompetensi dan

(71)

60

3. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) dengan menggunakan alat peraga katu pinus.

4. Menyiapkan lembar kerja produk, sebagai penerapan

dari alat peraga kartu pinus.

6. Menyiapkan soal lembar evaluasi siswa sebagai

penilaian dari hasil belajar.

7. Membuat format penilaian serta menyiapkan

sarana dan prasarana yang dapat mendukung dalam

proses pembelajaran.

8. Menyusun instrument pengumpulan data yang akan

digunakan dalam penelitian tindakan kelas, sebagai

berikut:

a. Lembar observasi aktivitas guru dalam

mengelolah proses pembelajaran di dalam

kelas sesuai yang telah direncanakan di

dalam RPP dengan menggunakan alat peraga

kartu pinus

b. Lembar observasi aktivitas siswa dalam

proses pembelajaran dengan menggunakan

(72)

61

9. Menentukan kriteria keberhasilan

pembelajaran. Dalam penelitian ini peserta didik

dikatakan berhasil apabila mencapai criteria

ketuntasan minimal (KKM) dengan nilai 70.

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Pada tahap ini peneliti menerapkan metode

Snowball Throwing mengacu pada RPP yang telah

dipersiapkan dengan langkah-langkah pembelajaran

sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan

2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan

memanggil masing- masing ketua kelompok untuk

memberikan penjelasan tentang materi.

3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke

kelompokknya masing-masing, kemudian

menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru

kepada temannya.

4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu

(73)

62

pertanyaan apa saja yang menyangkut materi

yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

5) Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut

dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke

siswa yang lain sesama kurang lebih 5 menit.

6) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan

diberikan kesempatan kepada siswa untuk

menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas

berbentuk bola tersebut secara bergantian.

7) Guru memberikan kesimpulan

8) Guru mengevaluasi kegiatan tersebut dengan cara

memberikan komentar sekaligus memberikan

penilaian mengenai jenis dan bobot pertanyaan,

rumusan kalimat, kemudian memberikan contoh

rumusan pertanyaan yang benar

9) Penutup

Dari langkah-langkah di atas, dapat

disimpulkan bahwa alat peraga kartu plus minus

Gambar

Gambar 3. Disain Penelitian Tindakan (Action Research)
Gambar 4. Proses analisis data
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
Gambar 3.1 Prosedur PTK Model Kurt Lewin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa ungkapan kebahasaan yang penulis ulas dalam makalah ini dapat disimpulkan beberapa hal, bahwa (1) Secara bentukan bahasa, ungkapan-ungkapan

Namun pada perkembangannya saat ini, tidak hanya berkomunikasi dengan sebuah program yang telah dirancang dapat memberikan hiburan pada seseorang. Akan tetapi dapat digunakan

[r]

9.4.3 Mengenal pasti alat pengubah tenaga yang lain dengan menyatakan perubahan bentuk tenaga yang berlaku menggunakan persembahan multimedia melalui aktiviti dalam

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai algoritma greedy dan penggunaannya dalam mencari pohon merentang minimum akan dijelaskan terlebih dahulu beberapa teori dasar

Berdasarkan gap analysis yang dilaku- kan terhadap aliran produk di Pelabuhan Per- ikanan dengan supply chain ideal yang telah diterapkan di beberapa negara, maka

fotocopy seluruh dokumen yang sesuai dengan daftar isian dokumen kualifikasi perusahaan. saudara pada aplikasi SPSE, yang akan dilaksanakan

Dua buah jam tangan (gambar hanya memperlihatkan kerangka jam tangan tersebut dan gambar kedua tampak gambar jam lengkap dengan mesinnya). Pada iklan jam tangan tersebut