• Tidak ada hasil yang ditemukan

Air Hidup. Yoh.4: Ev.Bakti Anugrah, M.A.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Air Hidup. Yoh.4: Ev.Bakti Anugrah, M.A."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Air Hidup

Yoh.4: 1-26

Ev.Bakti Anugrah, M.A.

Apa yang dilakukan oleh Kristus kepada perempuan Samaria ini adalah sesuatu yang bertentangan bahkan sangat melampaui jaman-Nya. Di masa itu perempuan tidak dihargai. Seorang pria tidak akan berbicara kepada perempuan asing di depan umum, kesaksian

seorang perempuan di pengadilan juga tidak akan diterima karena dianggap tidak sah. Di masa kini di mana timbul gerakan feminisme sebagai bentuk perlawanan atas dominasi pria, apa yang dilakukan Kristus di sini juga sangat luar biasa. Saat ini muncul isu kesetaraan gender yang bahkan sampai tidak suka apabila ada wanita yang masih menggunakan nama keluarga yang nota bene adalah nama ayahnya. Bahkan juga sudah muncul gereja yang

mempopulerkan doa Ibu Kami (melawan doa Bapa Kami) sebagai bentuk perlawanan terhadap budaya patriarkhal. Akan tetapi di tempat ini dan di berbagai bagian lain justru Tuhan kita Yesus Kristus menunjukkan penghargaan yang sangat besar kepada kaum perempuan: Maria

diijinkan mengurapi kaki-Nya di Bethania sebagai persiapan penguburan-Nya; selain itu Ia juga menampakkan diri waktu kebangkitan-Nya dari orang mati pertama-tama kepada perempuan! Dua hak istimewa ini bahkan tidak diberikan kepada para murid-Nya yang adalah laki-laki.

Peristiwa percakapan dengan perempuan ini dimulai dengan menyingkirnya Yesus dari Yudea ke Galilea karena Ia sadar bahwa popularitas-Nya telah menimbulkan keresahan di kalangan para ahli Taurat dan orang Yahudi yang akan menyulitkan misi-Nya untuk mengabarkan

Kerajaan Allah. Dalam perjalanan-Nya Tuhan sengaja melintasi daerah Samaria. Ini juga bukan merupakan satu hal yang wajar. Samaria dianggap sebagai tempat orang kafir, bahkan

dianggap seperti anjing oleh orang-orang Yahudi. Ini pertama karena pada masa pecahnya Israel menjadi dua kerajaan yaitu kerajaan Israel di utara dan Yehuda di selatan maka Samaria yang menjadi pusat pemerintahan kerajaan Israel utara itu mulai suatu ibadah baru yang

menyembah berhala di bawah pemerintahan Yerobeam. Selain itu pada masa pembuangan masih ada orang-orang Israel yang tertinggal di Samaria yang kawin campur dengan

(2)

orang-orang yang sudah tidak murni lagi keyahudiannya karena darahnya sudah bercampur.

Karena itulah orang Israel yang mau pergi ke wilayah Galilea dari Yudea atau sebaliknya yang harusnya melintasi daerah Samaria umumnya akan memilih untuk tidak melewati daerah “najis” tersebut. Mereka lebih memilih jalan memutar yang lebih jauh: menyeberangi sungai Yordan kemudian melewati daerah Sepuluh Kota  baru kemudian menyeberang sungai Yordan lagi baru tiba di Yudea atau Galilea. Tuhan justru sengaja melintasi daerah ini karena Ia sedang ingin membawa Kabar Baik kepada bangsa kafir ini dan sekaligus juga mendidik para

murid-Nya, yang adalah orang Yahudi, untuk belajar mengasihi bangsa-bangsa lain (band. Ef. 2:14-19).  Sebelum Ia memerintahkan para murid-Nya untuk memberitakan Injil kepada semua bangsa Ia sendiri telah memberi teladan terlebih dahulu.

Dalam keletihan-Nya setelah berjalan berjam-jam Ia dan para murid-Nya akhirnya tiba di kota Sikhar dan duduk di pinggir sumur yang dahulu digali Yakub. Waktu itu pukul 12. Matahari sedang terik-teriknya dan para murid-Nya berangkat untuk membeli makanan ke dalam kota karena waktu itu juga adalah waktu makan siang bagi orang Yahudi. Pada waktu itulah muncul perempuan Samaria ini untuk mengambil air. Pekerjaan menimba air adalah sesuatu yang umumnya dilakukan oleh kaum perempuan pada waktu itu. Pekerjaan ini meskipun berat tapi tidak terlalu menjadi beban karena biasanya waktu mengambil air itu menjadi tempat bagi para wanita untuk bersosialisasi dan saling bercerita atau bahkan bergosip. Akan tetapi biasanya mereka mengambil air itu pada waktu pagi hari sebelum matahari menjadi terik atau di sore hari menjelang matahari akan terbenam sehingga lebih teduh. Maka perempuan Samaria ini

mengambil air di waktu yang tidak tepat. Tetapi melihat latar belakangnya yang bukan perempuan baik-baik yang akan kita baca kemudian kita akan memaklumi dia karena

kemungkinan besar ia ingin menghindari gosip dan bahasa tubuh dari para wanita lain yang menunjukkan penolakan kepadanya apabila ia menimba air di waktu yang umum.

Ia tentunya tidak bisa tidak akan melihat Tuhan Yesus, seorang Yahudi yang biasanya membenci mereka, di pinggir sumur itu, akan tetapi demi kebutuhannya akan air ia tetap mengambil air juga. Waktu itulah Kristus meminta air kepada perempuan ini. Jawaban perempuan ini di ayat 9 sebetulnya menyiratkan semacam kepahitan dan sakit hati terhadap orang Yahudi tetapi juga sekaligus kekagetannya. Jangankan minum dari ember yang dibawa seorang Samaria, memegang embernya pun sudah dianggap najis oleh orang Yahudi. Maka hal ini adalah sesuatu yang mengejutkan.

Tuhan tidak menanggapi protes dari perempuan ini sebaliknya Ia menyatakan bahwa sebetulnya ia tidak mengenal Dia, Sang Pemberi Air Hidup. Andaikata ia mengenal Kristus

(3)

maka pasti ia sudah meminta kepadanya Air Hidup itu.  Ini adalah lambang Roh Kudus dan hidup baru yang akan dimiliki oleh setiap orang yang percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Jadi perkataan Kristus di sini bukan bersifat harafiah melainkah rohaniah. Sayangnya, seperti juga banyak perkataan Kristus yang lain yang bersifat rohaniah yang

seringkali ditanggapi secara harafiah, perempuan ini tidak mengerti makna dari perkataan itu dan menanyakan bagaimana caranya Kristus dapat memiliki air hidup itu.

Air hidup dalam pengertian si perempuan ini adalah air yang mengalir seperti mata air atau aliran sungai sedangkan yang ada di Sikhar hanyalah air mati yang tidak mengalir yaitu air sumur. Sumur ini adalah sumur yang penting karena pernah digali oleh Yakub. Sumur ini sudah berumur ribuan tahun, sangat terkenal dan masih bisa dipakai. Itulah sebabnya perempuan ini bertanya di ayat 12, “Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub?” Tetapi Tuhan menjawab, “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi”, ini betul. Tuhan Yesus tahu betul kebutuhan perempuan ini dan menjawab kebutuhannya. Secara harafiah, betul perempuan ini akan haus lagi tetapi Yesus memakai kesempatan ini untuk memberitakan Injil (ayat 14). Tuhan Yesus sedang mengatakan pengajaran yang lain yang tidak dimengerti oleh perempuan ini: Anugerah dan kasih karunia dari Roh Kudus, dengan Yesus Kristus sebagai sumber mata air yang terus meluap dan terus memancar sampai hidup yang kekal, yang akan diberikan jika perempuan ini mau menerima-Nya. Dengan tegas Yesus berkata kepada perempuan ini jika kamu minum “air” ini, niscaya kamu tidak akan haus lagi sampai selama-lamanya.

Perempuan ini tertarik dan meminta “air” tersebut pada Yesus. Namun Tuhan tahu apa yang dibutuhkan perempuan ini sesungguhnya bukanlah air minum melainkan ada yang lain. Yesus langsung mengganti topik pembicaraan-Nya di ayat 16, “Panggillah suamimu.” Yesus tahu apa yang menjadi alasan perempuan harus mengambil air di siang hari. Herannya perempuan ini mau terbuka. Ia jujur menjawab kalau ia tidak punya suami. Perempuan ini lebih terkejut lagi ketika Yesus pun tahu bahwa ia punya lima suami dan laki-laki yang ada sekarang bersamanya bukanlah suaminya. Yesus sedang mengarahkan hal yang bersifat harafiah itu ke hal yang bersifat spiritual. Apa yang menjadi kebutuhan perempuan ini yang paling dalam? Ia bukan mencari air. Air yang ia cari selama ini adalah laki-laki yang dapat memuaskan hasrat seksualnya yang tidak habis-habisnya. Seorang penafsir mengatakan perempuan ini masih muda dan mungkin tidak menikah melainkan hanya hidup bersama dengan banyak laki-laki. Inilah yang mengikat perempuan ini. Ia tidak akan pernah puas.

Pengenalan perempuan ini kepada Yesus meningkat lagi. Pertama ia mengenal Yesus sebagai orang Yahudi, sekarang sebagai seorang nabi yang dapat mengetahui pikirannya. Setelah Yesus membongkar siapa dirinya, perempuan ini langsung mengalihkan pembicaraan, “Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah” (ayat 20). Biasanya jika orang berbicara kepada kita tentang hal yang paling sensitif bagi kita, kita cenderung langsung mengalihkan pembicaraan. Perempuan

(4)

ini tidak enak ketika diarahkan secara personal oleh Yesus. Kita pun demikian, saat dosa kita sudah diarahkan secara personal biasanya kita mulai menghindar. Apalagi jika kita

bercakap-cakap dengan orang yang baru pertama kali mengenal kita. Contoh serupa yang terjadi zaman ini adalah saat kita memberitakan Injil kemudian orang yang kita injili dengan halus menolak dan mengatakan bahwa semua agama sama-sama baik, semua agama menuju pada Tuhan.

Oleh sebab itu Yesus menjawab perempuan ini di ayat 20-22, “"Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi." Ini betul. Bangsa Yahudi dipilih Tuhan untuk menjadi berkat bagi bangsa lain, dan Tuhan Yesus adalah orang Yahudi. Seluruh sejarah Israel puncaknya adalah pada Yesus Kristus. Yesus adalah Mesias yang ditunggu orang Israel beribu-ribu tahun.

Kemudian Yesus melanjutkan di ayat 23-24, “Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."

Penyembahan kepada Tuhan tidak harus dibatasi tempat tertentu. Kita dapat beribadah di ruko, di gedung gereja, di rumah persekutuan atau di manapun tetapi yang terpenting adalah kita harus menyembah-Nya di dalam Roh dan kebenaran, di dalam Firman. Mengapa? Karena orang Samaria waktu itu menolak beberapa bagian dari kitab-kitab Nabi. Mereka hanya menerima sebagian Alkitab, mereka sudah menyimpang. Inilah maksudnya bahwa mereka harus kembali menyembah Dia dalam Roh dan kebenaran firman.

Yerusalem dihancurkan oleh Jenderal Titus pada tahun 70 M. Bait Allah dibakar habis dan emasnya ditampung. Satu per satu batu bangunan Bait Suci yang dibangun Herodes dibongkar dan dibakar habis. Bait Suci sudah tidak ada lagi sekarang. Orang Yahudi sampai sekarang masih menginginkannya berdiri lagi. Tetapi Yesus sudah menyatakan kepada perempuan Samaria ini, barangsiapa menyembah Dia haruslah menyembah-Nya dalam roh dan

kebenaran, bukan di gedung tertentu. Perjanjian Lama hanyalah bayang-bayang dari Perjanjian Baru. Seluruh Perjanjian Lama digenapi oleh Yesus Kristus dan Dialah yang sekarang sedang berbicara dengan perempuan Samaria ini. Allah itu Roh, tidak terbatas, kekal, tidak berubah, barangsiapa menyembah-Nya harus menyembah dalam Roh dan kebenaran. Semua makhluk ciptaan-Nya harus takluk menyembah kepada-Nya dan dilakukan dalam natur yang bersifat rohani. Apa yang tampak di luar hanya memancarkan kerohanian yang di dalam. Tuhan tidak mempermasalahkan penampilan kita di luar waktu kita beribadah. Namun penampilan, cara, dan sikap kita beribadah mencerminkan kerohanian kita.

(5)

Bukan berarti semua orang yang datang ke gereja pasti Tuhan selamatkan. Jika hari Minggu kita tahu akan pergi beribadah, apa yang kita lakukan hari Sabtu? Pergi sampai malam, jalan-jalan, tidur larut malam dan bangun kesiangan sehingga terlambat ke gereja? Kita harus mengubah hati kita. Kita harus hormat dan takut kepada Dia. Tuhan tidak melihat berapa besar persembahan yang kita berikan. Tetapi apakah dari hati kita, kita sungguh mengenal Dia

melalui firman? Bagaimana kita beribadah menunjukkan hati kita. Perempuan Samaria ini sudah dibongkar habis oleh Tuhan Yesus baik secara pribadi (kebutuhannya akan laki-laki) maupun secara agama (penyembahan yang palsu). Ia sudah tidak memiliki apa-apa lagi yang disembunyikan.

Sekarang pengenalan perempuan ini akan Tuhan semakin meningkat lagi. Pertama ia

mengenal-Nya sebagai pria Yahudi, kemudian nabi, sekarang Kristus sebagai Mesias (ayat 25). Jawab Yesus kepada perempuan ini di ayat 26, “Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau.” Dalam seluruh Alkitab tidak pernah muncul lagi kalimat pernyataan Yesus tentang siapa Diri-Nya secara langsung1 kecuali kepada perempuan ini. Akulah Dia, Ego Eimi. Ini istilah yang dikatakan Allah pada Musa dalam Keluaran 3, Aku adalah Aku. Istilah yang begitu dalam, tetapi Tuhan menyatakan, mewahyukan Diri-Nya kepada orang yang kelihatannya paling tidak layak, kepada seorang perempuan, bahkan yang penyembahannya salah dan yang punya banyak suami. Itulah Tuhan kita. Theologi Reformed mengatakan Sola Gratia, semata-mata hanya karena anugerah. Inilah yang diterima oleh perempuan ini. Bersiap-siaplah, Tuhan akan memanggil kita untuk memberitakan Injil di waktu yang sangat tidak kita duga.

Kemudian perempuan ini langsung meninggalkan embernya, lari masuk ke dalam kota dan memberitahu semua orang siapa dirinya (ayat 29). Perempuan ini menjadi “rasul” pertama yang memberitakan Injil di Samaria. Setelah itu orang Samaria berkumpul dan ingin melihat siapa Mesias mereka (ayat 40). Orang Samaria kedatangan Mesias yang sudah mereka nantikan ribuan tahun. Mesias orang Yahudi mau datang ke tempat mereka yang separuh Yahudi. Hal yang sangat tidak masuk akal. Yesus tinggal di situ 2 hari. Semua sudah di dalam

ketetapan-Nya, itulah sebabnya Ia harus datang ke Samaria. Waktu kita memberitakan Injil, kita membawa orang melihat kepada-Nya dan bukan kepada diri kita.

Apa yang dapat kita pelajari dari bagian ini? Apa yang menjadi air yang selama ini kita pikir menghidupkan kita? Apa dosa yang paling besar mengikat hidup kita? Apa yang kita cari? Berapa banyak di antara kita yang belum pernah meminum Air Hidup yang diberikan-Nya? Kita yang mencari kepuasan pada uang, seks, kekayaan, kehormatan dan hal-hal dunia lainnya, akan menemukan bahwa semua ini tidak akan pernah bisa memuaskan hidup kita. Semua akan lewat. Tetapi siapa yang datang meminum Air yang diberikan-Nya, tidak akan haus lagi. Air hidup itu akan mengalir sampai hidup yang kekal. Kitalah perempuan Samaria yang kafir itu.

(6)

Apakah kita berkelimpahan dalam hidup kita? Marilah kita hidup menikmati Tuhan sampai selama-lamanya. Kelimpahan bukanlah hal-hal fisik. Tetapi waktu kita ada kebutuhan, kita masih bisa menjadi berkat dan memperhatikan orang lain, waktu kita ada masalah kita masih bisa menolong orang lain, waktu kita kekurangan masih bisa murah hati, waktu dunia gelap kita masih menjadi terang, waktu dunia tidak mengenal Tuhan kita masih bisa membawa mereka kepada Tuhan. itulah hidup berkelimpahan. Kelimpahan bukanlah terkait dengan apa yang kita miliki, tetapi dengan apa yang Tuhan berikan pada kita. Pertanyaannya adalah apakah kita sudah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita? Jika sudah, apakah kita sudah menikmati air hidup itu atau kita masih mencari sesuatu yang lain? Jika sudah, apakah kita bertekun menikmati Air itu? Apakah kita setia membaca firman? Adakah hidup kita setiap hari semakin dikuduskan? Itulah kelimpahan. Orang Kristen adalah orang yang mengerti kasih Kristus, yang tidak dipengaruhi oleh lingkungannya tetapi terus mempengaruhi lingkungannya dan menjadi berkat bagi orang lain. Buanglah kenikmatan dosa dan dunia yang sementara dan kembalilah kepada kenikmatan yang sejati, Kristus, Firman.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh Pengkhotbah – Transkrip: BA.)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini memperoleh hasil bahwa orientasi pasar memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap internasionalisasi, hal tersebut berarti bahwa UKM mebel di

Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa cluster yang terbentuk menggunakan hierarchical clustering analysis ada sebanyak 2, yaitu cluster dengan TPK tinggi dan TPK

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pemanfaatan perpustakaan Undiksha oleh mahasiswa Pendidikan Ekonomi Angkatan 2010-2012 berada pada kategori yang baik, (2) besarnya

Gambar 4.1 Plot Distribusi Normal TTF As Intermediate Kempa 1 82 Gambar 4.2 Plot Distribusi Normal TTF Pondasi Gear Box Kempa 2 83 Gambar 4.3 Plot Distribusi Weibull TTF Screw Kempa

harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

Berdasarkan table 2.2 kandungan naftalena dalam tar batu bara men0apai .(-1.( # berat. 6roduksi naftalena dari tar batubara dapat dilakukan dengan metode pemisahan komponen

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik berbasis asesmen

Fakta-fakta inilah yang menimbulkan ketertarikan peneliti untuk meneliti lebih jauh mengenai variabel sumber informasi yakni iklan internet dan getok tular