• Tidak ada hasil yang ditemukan

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

GUBERNUR PAPUA

KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA

NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG

PEMBERIAN IZIN USAHA INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN KAYU RAKYAT MASYARAKAT HUKUM ADAT (IUIPHHKR-MHA) KEPADA KOPERASI SERBA

USAHA (KSU) JIBOGOL DI KABUPATEN JAYAPURA PROVINSI PAPUA GUBERNUR PAPUA,

Menimbang : a. bahwa sesuai Peraturan Gubernur Provinsi Papua Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu Rakyat, telah diatur pelaksanaan usaha industri hasil hutan kayu rakyat ;

b. bahwa untuk pemantapan pelaksanaan usaha industri hasil hutan kayu rakyat, perlu memberikan Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu Rakyat Khususnya bagi Masyarakat Hukum Adat ;

c . bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Gubernur Papua tentang Pemberian Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu Rakyat Masyarakat Hukum Adat (IUIPHHKR-MHA) Kepada Koperasi Serba Usaha (KSU) Jibogol di Kabupaten Jayapura Provinsi Papua.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi Otonom Irian Barat dan Kabupaten-Kabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 47) ;

2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 86);

3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 135) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 112);

(2)

- 2 -

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 22) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Perubahan Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 16) ;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82) ;

7. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut-II/2008 Tentang Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor.P.09/Menhut-II/2009 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut-II/2008 ; 8. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55/Menhut-II/2006

sebagaimana telah diubah denganPeraturan Menteri Kehutanan Nomor P.63/Menhut-II/2996 Jo Nomor P.08/MenhutII/2009 Tentang Penatausahaan Hasil Hutan ;

9. Peraturan Daerah Khusus Provinsi Papua Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Hutan Berkelanjutan Di Provinsi Papua (Lembaran Daerah Provinsi Papua Tahun 2008 Nomor 21) ;

10. Peraturan Gubernur Provinsi Papua Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu Rakyat. (Lembaran Daerah Provinsi Papua Tahun 2010 Nomor 15) ;

Memperhatikan : Surat Ketua Koperasi Serba Usaha (KSU) Jibogol Nomor : 05/KSU-Jibogol/2011 tanggal 11 Januari 2011 perihal Permohonan IUPHHK-MHA.

MEMUTUSKAN: MENETAPKAN :

KESATU : Memberikan Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu Rakyat Bagi Masyarakat Hukum Adat (IUIPHHK-MHA) kepada :

a. Nama Koperasi : Koperasi Serba Usaha (KSU) Jibogol b. Alamat : Kampung Guryat Distrik Unurum Guay c. Lokasi : Kampung Guryat Distrik Unurum Guay d. Peralatan : Portable Sawmill 1 (satu) unit, Gergaji

Mesin 2 (dua)unit

e. Kapasitas Alat : 2.500 M³/Tahun (5.000 M³ Log) f. Jenis Produksi : Kayu Gergajian (Sawn Timber)

(3)

- 3 -

KEDUA : Pemegang IUIPHHKR-MHA sebagaimana dimaksud pada

Diktum KESATU berkewajiban untuk:

a. merealisasikan pelaksanaan industri dalam batas waktu 3 (bulan) bulan sejak tanggal ditetapkan IUIPHHKR-MHA serta menyampaikan laporan kemajuan realisasi pembangunan industri setiap bulan kepada Dinas Kehutanan Provinsi dan Kabupaten/Kota.

b. memperoleh sumber bahan baku kayu bulat yang berasal dari IUPHHK-MHA (Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Masyarakat Hukum Adat).

c. menjalankan usaha industri sesuai dengan izin yang dimiliki; d. dalam hal melakukan kontrak kerja sama dengan pihak lain harus diketahui Kepala Dinas Kehutanan dan Konservasi Provinsi Papua;

e. mengajukan izin perluasan, apabila menambah peralatan pengolahan hasil hutan kayu dan alat menebang pohon; f. menyusun dan menyampaikan Rencana Pemenuhan Bahan

Baku Industri (RPBBI);

g. menyusun dan menyampaikan laporan bulanan realisasi pemenuhan bahan baku industri serta produksi;

h. membuat dan menyampaikan pengolahan hasil hutan kayu dan peredarannya;

i. melakukan kegiatan industri sesuai dengan yang ditetapkan dalam izin;

j. memiliki tenaga pengukuran dan pengujian hasil hutan bersertifikat.

KETIGA : Pemegang IUIPHHKR-MHA sebagaimana dimaksud pada

Diktum KESATU dalam menjalankan usahanya memiliki hak: 1. melaksanakan kegiatan pengolahan kayu sesuai dengan

izin yang diberikan;

2. melaksanakan kegiatan pengangkutan, pengolahan dan atau pemasaran atas hasil hutan kayu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

3. mendapatkan pendampingan dari pemerintah daerah setempat;

4. mendapatkan pembinaan penyuluhan.

KEEMPAT : Pemegang IUIPHHKR-MHA sebagaimana dimaksud pada

Diktum KESATU dilarang :

1. memperluas usaha industri tanpa izin;

(4)

-4 -

2. memindahkan lokasi usaha industri tanpa izin;

3. melakukan penebangan sebelum dikeluarkan IUPIHHK-MHA;

4. melakukan kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan;

5. menadah, menampung atau mengolah bahan baku hasil hutan yang berasal dari sumber bahan baku yang tidak sah (ilegal),

6. melakukan kegiatan industri tidak ssuai dengan izin yang diberikan.

KELIMA : IUIPHHKR-MHA sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU

berlaku 3 (dua) tahun dan dievaluasi setiap 6 (enam) bulan oleh Dinas Kehutanan dan Konservasi Provinsi Papua dan Dinas Kehutanan Kabupaten setempat.

KEENAM : Hal-hal yang menyangkut teknis pelaksanaan selanjutnya diatur oleh Kepala Dinas Kehutanan dan Konservasi Provinsi Papua. KETUJUH : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan Jayapura pada tanggal 19 Juli 2011

GUBERNUR PAPUA, CAP/TTD

BARNABAS SUEBU, SH

Untuk salinan yang sah sesuai dengan yang asli KEPALA BIRO HUKUM

ROSINA UPESSY, SH

Tembusan Kepada Yth, :

1. Menteri Kehutanan RI di Jakarta ;

2. Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Kementerian Kehutanan di Jakarta ; 3. Bupati Jayapura di Sentani ;

4. Kepala Dinas Kehutanan dan Konservasi Provinsi Papua di Jayapura ; 5. Kepala BKPM Provinsi Papua di Jayapura ;

6. Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Jayapura di Sentani ; 7. Ketua Koperasi Serba Usaha (KSU) Jibogol di Kampung Guryat.

(5)

NOTA PENGAJUAN KONSEP NASKAH DINAS Nomor : 522.1/

Kepada : Sekretaris Daerah Provinsi Papua

Cq. Kepala Biro Hukum SETDA Provinsi Papua

D a r i : Kepala Dinas Kehutanan dan Konservasi Prov. Papua Tanggal : Januari 2011

Lampiran : 2 (dua) SK Gubernur.

Dengan hormat diajukan Keputusan Gubernur Provinsi Papua :

Tentang : 1. Keputusan Gubernur Provinsi Papua Tentang Uji Coba Model Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Masyarakat Hukum Adat.

2. Keputusan Gubernur Provinsi Papua Tentang Industri Kayu Rakyat

Untuk : - Paraf Koordinasi ( ) - Paraf Pengaman ( ) - Tanda Tangan ( )

Keterangan : Perizinan bagi Masyarakat Hukum Adat sebagai tindak lanjut Peraturan Daerah Khusus Provinsi Papua Nomor 21 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Hutan Berkelanjutan di Provinsi Papua.

Disposisi Pimpinan : Tindak lanjut Staf :

KEPALA DINAS

KEHUTANAN DAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA,

Ir. MARTHEN KAYOI, MM. PEMBINA UTAMA MADYA NIP. 19560304 198603 1009

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

DINAS KEHUTANAN DAN KONSERVASI

Jalan Tanjung Ria Base “G” Telepon 541222, 541522 Fax. 541041

JAYAPURA

(6)
(7)

KONSEP BIDANG PROGRAM DAN PERENCANAAN KEHUTANAN

Nomor : 522.1/ Jayapura, 2009

Lampiran :

Perihal : Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kepada Yth, :

Kayu Masyarakat Hukum Adat. Bapak Gubernur Provinsi Papua

Di –

Jayapura.

Dalam rangka tindak lanjut pelaksanaan Peraturan Daerah Khusus

Provinsi Papua Nomor : 21 Tentang Pengelolaan Hutan Berkelanjutan di Provinsi Papua, bersama ini dengan hormat disampaikan konsep perizinan bagi Masyarakat Hukum Adat sebagai berikut :

1. Konsep Keputusan Gubernur tentang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Masyarakat Hukum Adat, merupakan perizinan yang memberikan ruang kelola usaha kepada masyarakat hukum adat untuk memiliki areal dan memanfaatkan serta melakukan budidaya hasil hutan kayu.

2. Konsep Keputusan Gubernur tentang Izin Industri Kayu Masyarakat Hukum Adat, merupakan perizinan bagi masyarakat hukum adat untuk mengolah hasil hutan kayu yang bersumber dari Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Masyarakat Hukum Adat maupun dari sumber baku sah lainnya.

3. Kedua perizinan tersebut merupakan bentuk perizinan baru yang ada di Provinsi Papua yang berdasarkan pada Peraturan Daerah Khusus Nomor : 21 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Hutan Berkelanjutan di Provinsi Papua.

4. Mengingat masih merupakan perizinan baru, perlu dilakukan uji coba model Izin tersebut kepada 5 (lima) koperasi yang telah dipersiapkan dalam hal kelembagaan usaha, sumber daya manusia, peralatan dan inventarisasi potensi yaitu , :

a. Koperasi Yera Asai di Kampung Asai Distrik Windesi Kabupaten Kepulauan Yapen.

b. Koperasi Jibogol di Kampung Guryad Distrik Urunumguay

Kabupaten Jayapura.

c. Koperasi Mo Make Unaf di Kampung Kaliki Distrik Kurik Kabupaten

Merauke.

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

DINAS KEHUTANAN DAN KONSERVASI

Jalan Tanjung Ria Base “G” Telepon 541222, 541522 Fax. 541041

JAYAPURA

(8)

d. Koperasi Tetom Jaya di Kampung Armopa Distrik Bonggo Kabupaten Sarmi.

e. Koperasi Lwaguben Srem di Kampung Beneik Distrik Urunumguay Kabupaten Jayapura.

5. Pilihan uji coba pada ke 5 (lima) koperasi tersebut dengan pertimbangan telah memiliki kelembagaan usaha koperasi, areal usaha pemanfaatan dan telah tersedia peralatan.

Demikian disampaikan sebagai bahan pertimbangan guna proses lebih lanjut.

KEPALA DINAS

KEHUTANAN DAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA,

Ir. MARTHEN KAYOI, MM PEMBINA UTAMA MADYA NIP. 19560304 198603 1 009

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan secara umum penulisan bahan ajar ini adalah untuk memudahkan pengajaran Bahasa Indonesia bagi siswa Jepang khususnya di SJS karena model bahan ajar ini dirancang khusus

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur Nomor 72

Jarak antara mobil bus tersebut dengan mobil bus di depannya relatif dekat, sehingga pada saat mobil bus yang berada di depan membanting setir ke kiri untuk

melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan pembangunan dan keuangan inilah yang merupakan salah satu dasar

menyatakan dengan sebenarnya bahwa saya tidak memiliki afiliasi dan/atau menjadi anggota Partai Politik, dan tidak pernah menjadi calon anggota legislatif Partai

a) Mahasiswa wajib melaksanakan KP sesuai dengan periode yang telah ditentukan. b) Tempat KP yang diijinkan adalah instansi pemerintah, perusahaan yang berbadan hukum

Simpan di dalam bekas asal atau bekas lain yang diluluskan yang diperbuat daripada bahan yang sesuai, tutup ketat apabila tidak digunakan.. Bekas kosong mengandungi sisa produk

Berdasarkan harapan akan hadirnya sebuah lembaga pendidikan yang dapat mewujudkan keinginan masyarakat tersebut, maka Universitas Andalas melalui Keputusan