• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

A. PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH 1. Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan

Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD pada

dasarnya merupakan perkiraan penerimaan daerah tahun

bersangkutan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan yang ada. Pendapatan daerah yang diperoleh melalui sumber-sumber pendapatan yang ada memiliki posisi yang sangat penting bagi kesinambungan hidup dan kemandirian di suatu daerah, mengingat pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pem-bangunan dan kemasyarakatan di suatu daerah, diperoleh dari hasil pengelolaan sumber pendapatan daerah.

Sesuai dengan kondisi faktual yang ada, Kabupaten Pekalongan masih bertumpu pada pendapatan daerah yang bersumber dari luar PAD, terutama dana perimbangan baik Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU), maupun Dana Alokasi Khusus (DAK). Hal tersebut mengindikasikan bahwa kontribusi sumber pendapatan asli daerah dalam pembiayaan daerah masih sangat kecil dibandingkan dengan pendapatan daerah yang bersumber dari pemerintah pusat. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Pekalongan melakukan upaya optimalisasi pengelolaan pendapatan daerah khususnya yang berasal dari PAD, yaitu dengan melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah. Upaya ini dilakukan melalui penyederhanaan sistem dan prosedur administrasi pemungutan pajak dan retribusi daerah. Selain itu dilakukan pula

upaya penegakan hukum dalam rangka meningkatkan ketaatan wajib

pajak dan wajib retribusi daerah serta meningkatkan pengendalian dan pengawasan atas pemungutan pendapatan asli daerah.

(2)

Sebagai upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), dilaksanakan dengan semakin diintensifkannya pemungutan pajak dan retribusi yang ada, serta ekstensifikasi atas jenis pajak dan retribusi baru, namun diupayakan tidak menimbulkan kontraksi pada perekonomian daerah maupun pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, upaya peningkatan PAD dilakukan dengan upaya-upaya penyehatan dan peningkatan kinerja Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sebagai sumber pendapatan daerah, serta menjalin kerja sama dengan mitra usaha dalam pengembangan potensi daerah.

PAD yang bersumber dari pajak dan retribusi daerah, selain dilakukan intensifikasi dan ekstensifikasi juga perlu dilakukan kaji ulang terhadap dasar pengenaan pajak/retribusi daerah dan mekanisme pemungutan serta mekanisme pengawasannya.

Dalam rangka perumusan kebijakan umum APBD perlu memperhatikan asas umum pengelolaan keuangan daerah dan asas umum APBD. Asas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah, sesuai dengan yang ditetapkan dalam Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah adalah sebagai berikut :

a. Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat ;

b. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah.

Asas Umum APBD, sesuai dengan yang ditetapkan dalam Pasal 16 sampai dengan Pasal 19 Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah disebutkan bahwa :

(3)

Buku II – Laporan Akhir Masa Jabatan Bupati Pekalongan Tahun 2006 - 2010 44

a. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan

pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah ;

b. Penyusunan APBD berpedoman kepada RKPD dalam rangka

mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara ;

c. APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi ; serta

d. APBD, Perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah.

Sedang pada Pasal 17 disebutkan pula bahwa :

a. Semua penerimaan dan pengeluaran daerah baik dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa dianggarkan dalam APBD ;

b. Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan ;

c. Seluruh pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah dianggarkan secara bruto dalam APBD ; serta

d. Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD harus

berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan. Pada Pasal 18 disebutkan bahwa :

a. Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran harus

didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan

b. Penganggaran untuk setiap pengeluaran APBD harus didukung dengan dasar hukum yang melandasinya.

Sedangkan pada Pasal 19 disebutkan bahwa tahun anggaran APBD meliputi masa 1 (satu) tahun mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember.

(4)

Anggaran pendapatan daerah disusun sebagai kesatuan sistem komprehensif dan tersusun atas dasar potensi yang dikelola oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagai unit penghasil pendapatan daerah. Pendapatan daerah Kabupaten Pekalongan diupayakan akan ada kenaikan setiap tahun. Pendapatan Daerah adalah semua penerimaan uang melalui kas umum daerah yang menjadi hak pemerintah daerah dalam 1 tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Seluruh pendapatan daerah dianggarkan secara bruto, hal ini mempunyai makna bahwa jumlah pendapatan yang dianggarkan tidak boleh dikurangi dengan belanja yang dipergunakan dalam rangka menghasilkan pendapatan tersebut dan/atau dikurangi dengan bagian pemerintah pusat/daerah lain dalam rangka bagi hasil. Pendapatan daerah terdiri dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah. Pendapatan asli daerah terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Dana perimbangan terdiri dari dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak, dana alokasi umum, dana alokasi khusus. Lain-lain pendapatan yang sah terdiri dari hibah, dana darurat, dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya, dana penyesuaian dan otonomi khusus serta bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya.

Kebijakan alokasi penganggaran dalam rangka mewujudkan pembangunan Kabupaten Pekalongan secara umum ditujukan dalam rangka memecahkan permasalahan penting (important) dan mendesak (urgent) yang dapat menjadi sektor/bidang pengungkit (leverage sector) dan mengarah pada ektor/bidang pendorong utama (prime move) pembangunan guna tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas, serta penciptaan lapangan kerja yang memadai. Dengan tetap memperhatikan pemenuhan kebutuhan dasar seperti

(5)

Buku II – Laporan Akhir Masa Jabatan Bupati Pekalongan Tahun 2006 - 2010 46

pendidikan; kesehatan dan perumahan pemukiman serta

penanggulangan kemiskinan.

Adapun kebijakan perencanaan pendapatan daerah adalah sebagai berikut :

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat d an Daerah. Sumber Pendapatan Asli Daerah adalah :

- Pajak Daerah;

- Retribusi Daerah;

- Hasil Perusahaan Daerah dan hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan;

- Lain-lain PAD yang sah.

Kebijakan perencanaan PAD yaitu dengan penggalian sumber-sumber pendapatan pada sektor pajak dan retribusi Daerah terus ditingkatkan, baik dengan jalan intensifikasi maupun ekstensifikasi secara selektif dan tidak berpotensi menghambat akselerasi perkembangan aktivitas ekonomi masyarakat.

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pekalongan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang signifikan. Namun demikian proporsinya masih relatif kecil bila dibandingkan dengan APBD secara keseluruhan. Untuk itu perencanaan ke depan harus diusahakan tetap semakin meningkat, sehingga prosentasenya terhadap APBD akan semakin besar. Dalam upaya peningkatan pendapatan hendaknya agar tidak menetapkan kebijakan yang memberatkan dunia usaha dan masyarakat

(6)

b. Dana Perimbangan

Pendanaan pembangunan melalui Dana Perimbangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendanaan pembangunan secara nasional. Sehubungan dengan itu kebijakan pendanaan perimbangan tetap diarahkan untuk mendukung program / kegiatan prioritas nasional dan menjaga konsistensi dan keberlanjutan pelaksanaan desentralisasi fiskal guna menunjang penyelenggaraan otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab.

Mengingat Dana Perimbangan adalah kewenangan

Pemerintah Pusat, maka sebagaimana dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 45 Tahun 2007 dapat disampaikan penjelasan bahwa Dana Perimbangan menurut Undang-Undang nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan yang terdiri dari dana bagi hasil (DBH), dan alokasi umum (DAU), dan dana alokasi khusus (DAK), merupakan pendanaan pelaksanaan desentralisasi yang alokasinya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena masing-masing jenis dana perimbangan tersebut saling mengisi dan melengkapi.

Dana Bagi Hasil (DBH) merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka presentase untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi. Langkah-langkah untuk

penyempurnaan proses penghitungan, penetapan alokasi dan ketepatan waktu penyaluran DBH akan tetap dilanjutkan, antara

(7)

Buku II – Laporan Akhir Masa Jabatan Bupati Pekalongan Tahun 2006 - 2010 48

lain melalui peningkatan koordinasi dan akurasi data sesuai dengan peraturan yang berlaku, dalam rangka mempercepat penyelesaian dokumen transfer yang diperlukan untuk penyaluran DBH ke Daerah dan meningkatkan efektivitas penggunaannya.

Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Jumlah keseluruhan DAU setiap tahun ditetapkan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, yaitu sekurang-kurannya 26 persen dari pendapatan dalam negeri netto yang ditetapkan dalam APBN dengan terus meningkatkan akurasi data dasar perhitungan DAU yang bersumber dari instansi yang berwenang.

Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu pendanaan kegiatan khusus yang merupakan bagian dari program prioritas nasional yang merupakan urusan daerah. Dengan mempertimbangkan kebutuhan anggaran untuk membiayai prioritas-prioritas pembangunan nasional, maka alokasi DAK diestimasikan meningkat dari tahun ke tahun dan tetap disesuaikan dengan kemampuan keuangan negara. Secara umum, arah kebijakan pengalokasian DAK adalah sebagai berikut :

1) Diprioritaskan untuk membantu daerah-daerah dengan

kemampuan fiskal rendah atau di bawah rata-rata nasional, dalam rangka mendanai kegiatan penyediaan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat yang telah menjadi urusan daerah. Selain itu, alokasi juga dapat diberikan kepada seluruh daerah yang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku memiliki status sebagai daerah otonomi khusus.

(8)

2) Menunjang percepatan pembangunan sarana dan prasarana di daerah pesisir dan pulau-pulau kecil, daerah perbatasan darat dengan negara lain, daerah tertinggal/terpencil, daerah rawan banjir dan longsor, serta daerah yang termasuk kategori daerah ketahanan pangan dan daerah pariwisata.

3) Mendorong peningkatan produktivitas, perluasan kesempatan kerja, dan diversifikasi ekonomi terutama di perdesaan, melalui kegiatan khusus di bidang pertanian, perikanan dan kelautan, serta infrastruktur.

4) Meningkatna akses penduduk miskin terhadap pelayanan dasar

dan prasarana dasar melalui kegiatan khusus di bidang pendidikan, kesehatan dan kependudukan, serta infrastruktur. 5) Menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup, serta

mencegah kerusakan , lingkungan hidup, dan mengurangi resiko bencana melalui kegiatan khusus di bidang lingkungan hidup dan kehutanan.

6) Mempercepat penyediaan serta meningkatkan cakupan dan

kehandalan pelayanan prasarana dan sarana daasr dalam satu kesatuan sistem yang terpadu melalui kegiatan khusus di bidang infrastruktur.

7) Mendukung penyediaan prasarana pemerintah di daerah yang

terkena dampak pemekaran pemerintah kabupaten/kota dan provinsi maupun daerah-daerah lain yang sudah tidak layak melalui kegiatan khusus di bidang prasarana pemerintah.

8) Meningkatkan keterpaduan dan sinkornisasi kegiatan yang didanai dari DAK dengan kegiatan yang didanai dari anggaran kementrian/lembaga dan kegiatan yang didanai dari APBD. 9) Mengalihkan secara bertahap dana dekonsentrasi dan tugas

pembantuan yang digunakan untuk mendanai kegiatan-kegiatan yang telah menjadi urusan daerah ke DAK, setelah

(9)

Buku II – Laporan Akhir Masa Jabatan Bupati Pekalongan Tahun 2006 - 2010 50

ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

10) Bidang atau program yang didanai oleh DAK meliputi

Pendidikan, Kesehatan, Kependudukan, Infrastruktur Jalan, Infrastruktur Irigasi, Infrastruktur Air Minum, Pertanian, Kelautan dan Perikanan, Prasarana Pemerintah Daerah, Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

2. Target dan Realisasi Pendapatan

Target pendapatan dan realisasi pendapatan tahun anggaran 2006 sampai dengan tahun 2010 adalah sebagai berikut :

a. Target Pendapatan tahun anggaran 2006 adalah

Rp.463.242.364.000,- dan realisasinya Rp.475.316.078.669,- atau terjadi pelampauan target sebesar Rp.12.073.714.669,- (2,61%).

b. Target Pendapatan Tahun anggaran 2007 sebesar

Rp.551.891.316.216,- realisasinya sebesar Rp.556.751.295.875,- sehingga terjadi pelampauan target sebesar Rp.4.859.979.659,- (0,88%).

c. Target pendapatan tahun anggaran 2008 sebesar

Rp.650.951.225.443,- realisasinya sebesar Rp.673.072.590.380,- atau terjadi pelampauan target sebesar Rp.22.121.364.937,- (3,40%).

d. Target pendapatan Tahun Anggaran 2009 sebesar

Rp.662.943.246.583,- dan realisasi sebesar Rp.673.743.830.890,- terjadi pelampauan pendapatan sebesar Rp.10.800.584.307,- atau 1,63%.

(10)

e. Target pendapatan Tahun Anggaran 2010 sebesar Rp.758.436.134.553,- realisasinya sampai dengan Desember 2010 sebesar Rp.749.729.368.692,-.

Realisasi anggaran pendapatan Kabupaten Pekalongan dari Tahun Anggaran 2006 sampai dengan Tahun Anggaran 2010 secara keseluruhan mengalami kenaikan sebesar 57,73%. Fakta yang lebih menggembirakan adalah kenaikan pendapatan tersebut seiring dengan pertumbuhan penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) yang selama periode tahun anggaran 2006 sampai dengan tahun anggaran 2010 mengalami kenaikan sebesar 120,04.%, sebagaimana ditunjukkan pada grafik berikut :

Grafik 3.1.

Kenaikan Pendapatan Asli Daerah Tahun 2006 – 2010

Untuk memberikan deskripsi tentang target dan realisasi pendapatan daerah pada tahun anggaran 2006 - 2010, dapat disajikan dalam tabel berikut ini :

-10,000.00 20,000.00 30,000.00 40,000.00 50,000.00 60,000.00 70,000.00 80,000.00 2006 2007 2008 2009 2010 TAHUN R E A LI S A S I P A D (J U TA A N R U P IA H )

(11)

Buku II – Laporan Akhir Masa Jabatan Bupati Pekalongan Tahun 2006 - 2010 52

Tabel 3.1.

Target dan Realisasi Anggaran Pendapatan Kabupaten Pekalongan Tahun 2006 – 2010

NO URAIAN 2006 2007 2008

TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET REALISASI

I PENDAPATAN ASLI DAERAH 26,720,072,000 30,803,316,110 37,117,857,216 42,341,231,906 39,963,278,319 55,278,780,756 1 Pajak Daerah 7,144,628,000 7,783,348,848 7,866,663,000 8,604,584,129 8,775,816,000 9,522,186,889 2 Retribusi Daerah 4,737,345,000 5,303,952,279 21,919,927,500 24,430,217,145 24,343,777,132 36,266,653,562 3 Hasil Perusahaan Daerah dan Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 1,125,098,000 1,120,144,210 1,168,809,116 1,210,297,659 1,730,228,187 1,773,502,363 4 Lain-lain PAD yang Sah 13,713,001,000 16,595,870,773 6,162,457,600 8,096,132,973 5,113,457,000 7,716,437,942

II DANA PERIMBANGAN 421,361,009,000 426,996,911,121 480,780,089,000 486,164,793,901 552,230,627,000 563,069,985,047 1 Hasil Bagi Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak 18,072,009,000 23,707,911,121 23,193,089,000 28,577,793,901 28,306,536,000 39,145,894,047 2 Dana Alokasi Umum 377,379,000,000 377,379,000,000 411,159,000,000 411,159,000,000 465,324,091,000 465,324,091,000 3 Dana Alokasi Khusus 25,910,000,000 25,910,000,000 46,428,000,000 46,428,000,000 58,600,000,000 58,600,000,000

III LAIN - LAIN PENDAPATAN YANG SAH 15,161,283,000 17,515,851,438 34,017,427,000 28,378,401,502 58,757,320,124 55,548,807,346

1 Pendapatan Hibah - - - - 3,000,000,000 10,000,000,000

2 Dana Darurat - - - -

3 Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak dari Propinsi

- - 21,073,222,000 15,434,196,502 16,010,399,874 18,799,683,096 4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

-

- - - 22,036,414,000 9,038,618,000

5 Bantuan Keuangan dari Pemerintah Daerah

Lainnya 15,161,283,000 17,515,851,438 12,944,205,000 12,944,205,000 17,710,506,250 17,710,506,250

(12)

NO URAIAN 2009 2010

TARGET REALISASI TARGET REALISASI

I PENDAPATAN ASLI DAERAH 51,859,714,150 58,468,319,642 73,663,467,250 67,780,239,029

1 Pajak Daerah 9,364,169,000 10,193,309,783 10,983,929,000 10,686,457,193

2 Retribusi Daerah 34,038,085,025 40,969,783,810 51,842,100,250 48,127,352,464 3 Hasil Perusahaan Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah yang Dipisahkan 2,195,383,125 2,273,442,155 2,183,145,000 2,201,201,653 4 Lain-lain PAD yang Sah 6,262,077,000 5,031,783,894 8,654,293,000 6,765,227,719

II DANA PERIMBANGAN 571,734,968,000 567,654,080,284 591,252,296,000 592,088,962,367

1 Hasil Bagi Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak 35,813,718,000 31,740,638,284 37,313,718,000 38,204,384,367 2 Dana Alokasi Umum 475,256,250,000 475,248,442,000 490,093,078,000 490,039,078,000 3 Dana Alokasi Khusus 60,665,000,000 60,665,000,000 63,845,500,000 63,845,500,000

III LAIN - LAIN PENDAPATAN YANG SAH 39,348,564,433 47,621,430,964 93,520,371,303 89,860,167,296

1 Pendapatan Hibah - - - -

2 Dana Darurat - - - -

3 Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak dari Propinsi 21,845,810,433 23,589,305,964 21,945,482,503 22,704,802,496 4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 4,752,804,000 11,466,675,000 51,230,102,800 47,011,048,800 5 Bantuan Keuangan dari Pemerintah Daerah Lainnya 12,749,950,000 12,565,450,000 20,344,786,000 20,144,316,000

(13)

Buku II – Laporan Akhir Masa Jabatan Bupati Pekalongan Tahun 2006 - 2010 54 3. Permasalahan dan Solusi

a. Permasalahan

1) Terbatasnya penggalian obyek-obyek pajak baru oleh

pemerintah kabupaten/kota karena sebagian besar obyek pajak telah dikenakan pajak, baik oleh provinsi maupun pemerintah pusat karena adanya kriteria yang menyulitkan kabupaten/kota mencari obyek pajak baru;

2) Tidak diperkenankannya biaya/upah pungut dalam pemungutan

retribusi daerah;

3) Berubah-ubahnya aturan;

4) Adanya beberapa aparatur desa/pemungut pajak yang

menyalahgunakan keuangan;

5) Kurang tertibnya data pajak/retribusi daerah; 6) Kurangnya kesadaran wajib pajak/wajib retribusi. b. Solusi

1) Optimalisasi pengelolaan terhadap obyek-obyek pajak daerah yang ada;

2) Menganggarkan biaya kegiatan pada RKA-SKPD sesuai

standarisasi/aturan yang berlaku;

3) Melakukan pembenahan administrasi untuk menyesuaian

dengan ketentuan yang baru secara bertahap;

4) Pembinaan dan pemeriksaan Inspektorat Kabupaten;

5) Mengadakan inventarisasi wajib pajak/wajib retribusi dan pembuatan data base di SKPD;

6) Sosialisasi secara rutin, operasi yustisi oleh tim terkait dan meningkatkan pelayanan publik;

7) Meningkatkan pengendalian dan pengawasan atas pemungutan

pendapatan asli daerah untuk terciptanya efektivitas dan efisiensi;

(14)

8) Penegakan hukum dalam upaya membangun ketaatan wajib pajak dan wajib retribusi daerah.

B. PENGELOLAAN BELANJA DAERAH 1. Kebijakan Umum Belanja Daerah

Kebijakan belanja daerah Kabupaten Pekalongan yakni kebijakan alokasi anggaran untuk membiayai/membelanjai semua kegiatan pemerintah daerah. Penyusunan belanja daerah akan diprioritaskan untuk menunjang efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing satuan kerja perangkat daerah dalam rangka melaksanakan kewajiban daerah yang menjadi tanggung jawabnya.

Kebijakan belanja pada tahun 2006 diarahkan untuk mellaksanakan fungsi pemerintahan yang menjadi kewenangan dengan meliputi belanja aparatur dan publik. Belanja daerah disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan.

Kebijakan belanja pada tahun 2007 – 2010 berpedoman pada prinsip –prinsip penganggaran, dengan pendekatan anggaran berbasis kinerja dan berimbang yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan untuk mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan Kabupaten, yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan, terutama terhadap target kinerja yang harus dipenuhi sebagai konsekuensi tahun terakhir pelaksanaan RPJMD.

Belanja daerah diprioritaskan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yaitu meningkatkan pelayanan dasar, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak. Adapun Kebijakan Belanja Daerah adalah sebagai berikut :

(15)

Buku II – Laporan Akhir Masa Jabatan Bupati Pekalongan Tahun 2006 - 2010 56

a. Belanja Tidak Langsung disediakan untuk membiayai belanja tidak langsung untuk kegiatan non investasi berupa belanja pegawai/personalia, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah,

belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil kepada

propinsi/kabupaten/kota dan pemerintah desa, serta belanja tidak terduga.

b. Belanja Langsung, disediakan untuk membiayai kegiatan non investasi berupa belanja begawai/personalia, belanja barang dan jasa, belanja perjalanan dinas dan belanja pemeliharaan serta belanja modal yang disediakan untuk membiayai kegiatan investasi yang mempunyai sifat menambah aset daerah.

Kebijakan perencanaan belanja daerah yang dianggarkan dalam APBD tahun 2007 - 2010 sebagai berikut :

a. Belanja dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial dan penanggulangan kemiskinan.

b. Belanja daerah disusun berdasarkan evaluasi pelaksanaan capaian kinerja RKPD tahun lalu yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan secara terukur. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta memperjelas efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran.

c. Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi daerah,

pemerintah daerah memberikan perhatian yang maksimal terhadap upaya peningkatan investasi di daerah yang benar-benar

(16)

bermanfaat bagi masyarakat secara luas, termasuk investasi bidang pendidikan.

d. Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan daerah yang menjadi tanggung jawabnya. Peningkatan alokasi anggaran belanja yang direncanakan oleh setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah harus mempunyai tolok ukur yang jelas, diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan dan berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

e. Penggunaan dana perimbangan diprioritaskan untuk kebutuhan sebagai berikut:

1) Penerimaan dana bagi hasil pajak diprioritaskan untuk mendanai perbaikan lingkungan pemukiman di perkotaan dan di perdesaan, pembangunan irigasi, jaringan jalan dan jembatan; 2) Penerimaan dana bagi hasil sumber daya alam diutamakan

pengalokasiannya untuk mendanai pelestarian lingkungan areal pertambangan, perbaikan dan penyediaan fasilitas umum, sosial, pelayanan kesehatan dan pendidikan untuk tercapainya standar pelayanan minimal yang ditetapkan peraturan perundang -undangan;

3) Dana alokasi umum ditujukan untuk mendanai kebutuhan

belanja pegawai negeri sipil daerah dan urusan wajib dalam rangka peningkatan pelayanan dasar dan pelayanan umum;

4) Dana alokasi khusus (DAK) digunakan untuk mendanai

kebutuhan fisik, sarana dan prasarana dasar yang menjadi urusan daerah antara lain program dan kegiatan pendidikan, kesehatan dan lain-lain sesuai dengan petunjuk teknis yang

(17)

Buku II – Laporan Akhir Masa Jabatan Bupati Pekalongan Tahun 2006 - 2010 58

ditetapkan oleh menteri teknis terkait sesuai dengan peraturan perundang -undangan;

5) Pemerintah daerah menyediakan dana pendamping/ cost

sharing pada program/kegiatan yang berasal dari pusat maupun Provinsi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. f. Belanja Pegawai.

1) Besarnya penyediaan gaji pokok/tunjangan Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD) mempedomani ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil dan diproyeksikan tidak ada kenaikan gaji PNS ;

2) Penganggaran gaji dan tunjangan ketiga belas PNSD dan tunjangan jabatan struktural/fungsional dan tunjangan lainnya dibayarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan ;

3) Untuk mengantisipasi pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah (CPNSD), pemerintah daerah menganggarkan dalam APBD sesuai dengan jumlah CPNSD dan formasi pegawai;

4) Dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan produktivitas PNSD, khususnya bagi PNSD yang tidak menerima tunjangan jabatan struktural, tunjangan jabatan fungsional atau yang dipersamakan dengan tunjangan jabatan, diberikan Tunjangan Umum setiap bulan. Besarnya Tunjangan Umum dimaksud tetap berpedoman pada Peraturan Presiden Republik lndonesia Nomor 12 Tahun 2006 tentang Tunjangan Umum Bagi Pegawai Negeri Sipil ;

5) Dalam merencanakan belanja pegawai diperhitungkan "accres" gaji yang disesuaikan dengan kebutuhan untuk mengantisipasi adanya kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, tunjangan

(18)

keluarga, dan penambahan jumlah pegawai akibat adanya mutasi ;

g. Belanja Hibah

1) Belanja Hibah digunakan untuk menganggarkan pemberian

uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat serta tidak secara terus menerus. Uang dan barang yang diberikan dalam bentuk hibah harus digunakan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam naskah perjanjian hibah daerah.

2) Hibah dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya dapat diberikan dalam rangka menunjang peningkatan penyelenggaraan fungsi pemerintahan di daerah dan layanan dasar umum sepanjang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

3) Hibah diberikan kepada perusahaan daerah dalam rangka menunjang peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan hibah kepada badan/lembaga/organisasi swasta dan/atau kelompok masyarakat/perorangan sepanjang berpartisipasi dalam penyelenggaraan pembangunan daerah.

4) Pemberian hibah dalam bentuk barang dilakukan apabila barang tersebut tidak dimanfaatkan oleh pemerintah daerah tetapi dibutuhkan oleh kelompok masyarakat/perorangan.

h. Bantuan Sosial

1) Bantuan sosial digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan

(19)

Buku II – Laporan Akhir Masa Jabatan Bupati Pekalongan Tahun 2006 - 2010 60

masyarakat. Pemberian bantuan sosial tersebut tidak secara terus menerus/tidak berulang setiap tahun anggaran, selektif dan memiliki kejelasan peruntukan penggunaannya.

2) Untuk optimalisasi fungsi APBD sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan Pasal 16 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 pengalokasian bantuan sosial tahun demi tahun diupayakan semakin berkurang agar APBD berfungsi sebagai instrument pemerataan dan keadilan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pengurangan jumlah bantuan sosial bertujuan agar dana APBD dapat dialokasikan mendanai program dan kegiatan pemerintahan daerah yang dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas perekonomian. Dengan demikian dapat dihindari adanya diskriminasi pengalokasian dana APBD yang hanya dinikmati oleh kelompok masyarakat tertentu saja.

i. Belanja Bantuan Keuangan

1) Belanja bantuan keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari pemerintah kabupaten kepada pemerintah desa atau pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan desa penerima bantuan.

2) Bantuan keuangan yang bersifat umum peruntukan dan

penggunaannya diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah daerah/pemerintah desa penerima bantuan, sedangkan bantuan keuangan yang bersifat khusus peruntukan dan pengelolaannya diarahkan/ditetapkan oleh pemerintah/pemerintah daerah. Untuk pemberi bantuan bersifat khusus dapat mensyaratkan

(20)

penyediaan dana pendamping atau anggaran pendapatan dan belanja desa penerima bantuan.

3) Dalam rangka menghindari duplikasi penganggaran, dalam APBD kabupaten, urusan pemerintahan daerah yang bukan merupakan kewenangan kabupaten tidak dapat dianggarkan dalam bentuk program dan kegiatan pada SKPD Kabupaten, namun dapat dianggarkan pada Belanja Bantuan Keuangan, baik yang bersifat umum maupun bersifat khusus. Bantuan keuangan tersebut disalurkan ke desa yang bersangkutan. j. Belanja Tidak Terduga

Belanja Tidak Terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa/tanggap darurat dalam rangka pencegahan dan penanggulangan terhadap gangguan stabilitas penyelenggaraan pemerintahan demi terciptanya keamanan dan ketertiban di daerah dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang didukung dengan bukti-bukti yang sah.

Dalam penggunaannya, belanja daerah harus tetap mengedepankan efisiensi, efektivitas dan penghematan sesuai dengan prioritas, yang diharapkan dapat memberikan dukungan program-program strategis daerah. Pengelolaan belanja daerah yang diarahkan dalam rangka meningkatkan pelayanan publik, adalah dengan mengingat bahwa Daerah berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat setempat guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu dalam pengelolaan belanja

(21)

Buku II – Laporan Akhir Masa Jabatan Bupati Pekalongan Tahun 2006 - 2010 62

mengembangkan dan meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Dalam rangka mengelola belanja daerah yang berorientasi pada peningkatan pelayanan kepada masyarakat tersebut, maka dalam pelaksanaannya memperhatikan output atas input yang telah dialokasikan sesuai target kinerja dari masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

2. Target dan Realisasi Belanja

Target belanja dalam APBD Tahun Anggaran 2006 sebesar

Rp.488.753.225.203,- dan dapat direalisasikan sebesar Rp.446.989.523.789,- atau 91,46% terdiri dari belanja aparatur

daerah Rp.134.717.119.931,- atau 88,17% dan belanja pelayanan publik Rp.312.272.403.585,- atau 92,95%.

Target belanja dalam APBD Tahun Anggaran 2007 sebesar

Rp.606.732.295.847,- dan dapat direalisasikan sebesar Rp.550.217.963.554,- atau 90,69%, terdiri dari kelompok belanja tidak

langsung sebesar Rp.355.813.571.483,- (90,90%) dan kelompok belanja langsung sebesar Rp.194.404.392.071,- (90,30%).

Target belanja dalam APBD Tahun Anggaran 2008 sebesar

Rp.713.837.753.406,- dan dapat direalisasikan sebesar

Rp.672.945.318.285,- atau (94,27%), terdiri dari kelompok belanja tidak langsung sebesar Rp.454.652.269.294,- (95,21%) dan kelompok belanja langsung sebesar Rp.218.293.048.991,- (92,38%).

Target belanja dalam APBD Tahun Anggaran 2009 sebesar

Rp.726.164.052.792,- dan dapat direalisasikan sebesar

Rp.689.683.535.705,- atau 94,98%, terdiri dari kelompok belanja tidak langsung sebesar Rp.472.304.741.993,- (95,59%) dan kelompok belanja langsung sebesar Rp.217.378.793.712,- (93,68%).

Belanja Tahun 2010 ditargetkan sebesar Rp.211.247.689.230,- dan dapat direalisasikan (angka sementara/anaudited) sebesar

(22)

Rp.757.361.740.507,- (94,02%) terdiri dari belanja tidak langsung sebesar Rp.575.860.194.325,- (96,90%) dan belanja langsung sebesar Rp.181.501.546.182,- (85,92%).

Untuk memberikan deskripsi tentang target dan realisasi belanja daerah pada tahun anggaran 2006 sampai dengan 2010, dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 3.2.

Realisasi Anggaran Belanja Kabupaten Pekalongan Tahun 2006

NO. URAIAN 2006

ANGGARAN REALISASI

2.1 APARATUR DAERAH 152,794,403,474 134,717,119,931

2.1.1 BELANJA ADMINISTRASI UMUM 122,670,909,474 108,308,897,136

2.1.1.1 Belanja Pegawai / Personalia 95,444,424,324 82,925,359,464

2.1.2.1 Belanja Barang dan Jasa 17,436,423,200 16,497,061,282

2.1.3.1 Belanja Perjalanan Dinas 3,203,458,200 2,760,733,550

2.1.4.1 Belanja Pemeliharaan 6,586,603,750 6,125,742,840

2.2.1 BELANJA OPERASI DAN PEMELIHARAAN 17,270,013,150 14,657,461,075

2.2.1.1 Belanja Pegawai / Personalia 3,629,279,000 3,068,017,565

2.2.2.1 Belanja Barang dan Jasa 11,993,589,250 10,028,516,010

2.2.3.1 Belanja Perjalanan Dinas 1,635,170,000 1,549,223,500

2.2.4.1 Belanja Pemeliharaan 11,974,900 11,704,000

2.3.1 BELANJA MODAL 12,853,480,850 11,750,761,720

2.2 PUBLIK 335,958,821,729 312,272,403,858

2.1.2 BELANJA ADMINISTRASI UMUM 169,648,975,999 154,480,661,236

2.1.1.2 Belanja Pegawai / Personalia 157,851,945,099 143,698,713,350

2.1.2.2 Belanja Barang dan Jasa 8,542,769,450 7,754,526,951

2.1.3.2 Belanja Perjalanan Dinas 11,450,000 6,725,000

2.1.4.2 Belanja Pemeliharaan 3,242,811,450 3,020,695,935

2.2.2 BELANJA OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN 45,883,915,725 44,448,099,116

2.2.1.2 Belanja Pegawai / Personalia 2,307,578,000 2,180,943,198

2.2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 27,487,827,225 26,478,792,703

2.2.3.2 Biaya Perjalanan Dinas 1,584,289,500 1,408,279,439

2.2.4.2 Belanja Pemeliharaan 14,504,221,000 14,380,083,776

2.3.2 BELANJA MODAL 40,547,977,400 39,096,957,300

2.4.2 BELANJA BAGI HASIL & BANTUAN KEUANGAN 67,313,812,572 66,240,492,436 2.5.2 BELANJA TIDAK TERSANGKA 12,564,140,033 8,006,193,770

2.5.01.2 Belanja Tidak Tersangka 12,564,140,033 8,006,193,770

(23)

Buku II – Laporan Akhir Masa Jabatan Bupati Pekalongan Tahun 2006 - 2010 64

Tabel 3.3.

Realisasi Anggaran Belanja

Kabupaten Pekalongan Tahun 2007 - 2008

NO. URAIAN 2007 2008

ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI

1 Belanja Tidak Langsung 391,445,697,995 355,813,571,483 477,545,197,211 454,652,269,294

1.1.1 Belanja Pegawai 284,039,040,000 256,081,467,797 360,231,567,563 339,104,406,984

1.1.2 Belanja Bunga 237,937,000 214,729,636 237,937,000 192,030,103

1.1.3 Belanja Subsidi - - - -

1.1.4 Belanja Hibah - - - -

1.1.5 Bealanja Bantuan Sosial 72,280,522,000 65,825,950,250 81,521,968,375 80,597,538,957

1.1.6 Belanja Bagi Hasil Kepada Prop/Kab/Kota dan

Pemerintahan Desa 250,000,000 237,126,500 250,000,000 197,186,250

1.1.7 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prop/Kab/Kota dan

Pemerintahan Desa 32,219,950,000 31,340,436,000 31,748,510,420 31,371,963,000

1.1.8 Belanja Tak Terduga 2,418,248,995 2,113,861,300 3,555,213,853 3,189,144,000

2 Belanja Langsung 215,286,597,852 194,404,392,071 236,292,556,195 218,293,048,991

2.1.1 Belanja Pegawai 34,511,833,399 31,259,469,259 34,204,205,300 32,183,786,771

2.1.2 Belanja Barang Jasa 81,339,192,908 73,883,406,575 100,928,822,895 89,508,400,357

2.1.3 Belanja Modal 99,435,571,545 89,261,516,237 101,159,528,000 96,600,861,863

(24)

Tabel 3.4.

Realisasi Anggaran Belanja

Kabupaten Pekalongan Tahun 2009 - 2010

NO. URAIAN 2009 2010

ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI

1 Belanja Tidak Langsung 494,108,316,683 472,304,741,993 594,285,491,293 575,860,194,325

1.1.1 Belanja Pegawai 417,286,143,783 399,067,891,159 517,336,446,293 501,185,127,782

1.1.2 Belanja Bunga 237,937,000 168,311,919 237,937,000 145,103,286

1.1.3 Belanja Subsidi - - - -

1.1.4 Belanja Hibah 1,500,000,000 - 5,321,000,000 5,083,832,550

1.1.5 Bealanja Bantuan Sosial 41,895,727,000 40,722,795,204 38,047,838,000 36,502,907,707

1.1.6 Belanja Bagi Hasil Kepada Prop/Kab/Kota dan Pemerintahan Desa

122,388,900 104,315,625 106,200,000 96,200,000

1.1.7 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prop/Kab/Kota dan

Pemerintahan Desa 31,566,120,000 30,840,009,546 32,236,070,000 32,100,904,000

1.1.8 Belanja Tak Terduga 1,500,000,000 1,401,418,540 1,000,000,000 746,119,000

2 Belanja Langsung 232,055,736,109 217,378,793,712 211,247,689,230 181,501,546,182

2.1.1 Belanja Pegawai 35,298,883,940 29,711,206,739 24,096,572,215 21,863,022,333

2.1.2 Belanja Barang Jasa 90,579,038,834 85,234,200,473 97,400,682,245 86,347,413,479

2.1.3 Belanja Modal 106,177,813,335 102,433,386,500 89,750,434,770 73,291,110,370

(25)

Buku II – Laporan Akhir Masa Jabatan Bupati Pekalongan Tahun 2006 - 2010 66

Dari laporan realisasi anggaran dari tahun anggaran 2006 sampai dengan tahun 2010 dapat dilihat adanya pertumbuhan realisasi anggaran sebesar 69,44% sebagaimana dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Grafik 3.2.

Realisasi Belanja Tahun Anggaran 2006-2010

Secara umum keseluruhan belanja dialokasikan dalam rangka mendukung pencapaian visi dan misi sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pekalongan tahun 2006 - 2011. Untuk memberikan gambaran komposisi alokasi belanja kepada setiap urusan pemerintahan secara akumulatif dari tahun anggaran 2006 sampai dengan tahun anggaran 2010 dapat dilihat pada grafik sebagai berikut : -100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 700,000 800,000 900,000 (J ut a a n R up ia h) 2006 2007 2008 2009 2010 TAHUN ANGGARAN REALISASI

(26)

Grafik 3.3.

Alokasi APBD Tahun 2006 – 2010 (Pendekatan Urusan)

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa urusan/fungsi pendidikan menjadi urusan/fungsi yang mendapat alokasi terbesar dan secara konsisten mengalami penambahan pada setiap tahun anggaran. Dari tahun anggaran 2006 sampai dengan tahun anggaran 2010, alokasi dana pendidikan mengalami penambahan sebesar 27,63% per tahun sebagaimana dapat digambarkan pada grafik berikut ini:

Grafik 3.4.

Alokasi Anggaran Pendidikan Tahun 2006 – 2010

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40%

Pendidikan Kesehatan Pekerjaan Umum Otonomi Daerah, Pemerintahan, Adm. Keuangan Lainnya -50,000.00 100,000.00 150,000.00 200,000.00 250,000.00 300,000.00 350,000.00 400,000.00 2006 2007 2008 2009 2010 TAHUN A N G G A R A N ( J ut a a n R up ia h)

(27)

Buku II – Laporan Akhir Masa Jabatan Bupati Pekalongan Tahun 2006 - 2010 68 3. Permasalahan dan Solusi

a. Permasalahan

1) Belum ditemukannya formulasi yang ideal yang dapat

menciptakan efesiensi sekaligus secara praksis dapat dilaksanakan dalam tingkat keragaman kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD;

2) Pengelolaan keuangan belum terintegrasi dalam hal

penganggaran, penatausahaan dan pelaporan sehingga dapat menyajikan data terkini secara cepat dan akurat sebagai dasar pengambilan keputusan;

3) Masih adanya ketimpangan persepsi keberhasilan capaian kinerja yang hanya menggunakan indikator pada tingkat realisasi anggaran belanja, sehingga pengukuran indikator capaian kinerja kegiatan dalam kaitannya pencapaian kinerja sasaran yang ditetapkan di dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah belum mendapatkan perhatian yang proporsional. b. Solusi

1) Terus-menerus meningkatkan kualitas Analisis Standar Biaya agar dapat membangun efesiensi pelaksanaan kegiatan sekaligus mengakomodir kebutuhan dari pelaksanaan kegiatan,

2) Pemerintah Kabupaten Pekalongan melaksanakan suatu sistem

yang terintegrasi agar pelaksanaan pengelolaan keuangan dapat menyajikan informasi pengelolaan keuangan daerah secara tepat dan akurat;

3) Memperkuat korelasi dan integrasi proses APBD dengan

rencana capaian kinerja sebagaimana tertuang di dalam RKPD maupun Indikator Kinerja Utama/Kunci (IKU/IKK).

(28)

C. PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAERAH 1. Kebijakan Umum Pembiayaaan Daerah

Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan Pembiayaan yang mencakup : (1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu; (2) Transfer dari Dana Cadangan; (3) Penerimaan Pinjaman dan Obligasi; dan (4) Hasil Penjualan Aset Daerah yang Dipisahkan, maupun berupa Pengeluaran Pembiayaan yang mencakup : (1) Transfer ke Dana Cadangan; (2) Investasi/Penyertaan Modal Daerah; (3) Pembayaran Utang Pokok yang Jatuh Tempo; dan (4) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan.

Kebijakan penganggaran Pemerintah Kabupaten Pekalongan dari Tahun Anggaran 2006 sampai dengan 2010 adalah anggaran defisit. Kebijakan tersebut terutama untuk mendukung kebutuhan belanja dalam pencapaian visi dan misi yang telah ditetapkan. Kebijakan defisit ini secara cermat juga memperhitungkan realisasi SILPA pada tahun anggaran sebelumnya sebagai sumber pembiayaan utama untuk menutup defisit yang ada.

Adapun kebijakan pengeluaran pembiayaan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 terutama diarahkan untuk :

a. Membayar angsuran kewajiban jangka panjang pemerintah yaitu pinjaman kepada Pemerintah Pusat untuk SLA atas nama Pemerintah Kabupaten Pekalongan dan PDAM Pekalongan;

b. Penambahan penyertaan modal (investasi) Pemerintah Daerah yang ditujukan untuk penguatan Badan Usaha Milik Daerah; c. Pemberian pinjaman kepada :

(29)

Buku II – Laporan Akhir Masa Jabatan Bupati Pekalongan Tahun 2006 - 2010 70

6) Lembaga Keuangan Mikro Baitulmal wal Tamwil (LKM-BMT) dan Koperasi Syariah;

7) Pemberian pinjaman Dana Talangan kepada petani Tebu KPTR

Sido Mulyo untuk pembelian pupuk

8) Pemberian pinjaman daerah Lembaga Usaha Ekonomi

Pedesaan (LUEP) kepada Rice Mill Unit/Penggilingan Beras (RMU/PB).

2. Target dan Realisasi Pembiayaan

Target pembiayaan netto selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 menunjukkan angka yang semakin berkurang. Hal ini menunjukkan bahwa perencanaan di Kabupaten Pekalongan dari tahun ke tahun mulai nampak baik seperti yang ditunjukkan seperti pada tabel berikut :

Grafik 3.5

Perkembangan Pembiayaan Netto Tahun 2006 - 2010

Target dan realisasi pembiayaan selama tahun anggaran 2006 sampai dengan 2010 adalah sebagaimana digambarkan pada tabel di bawah ini :

(40,000.00) (20,000.00) -20,000.00 40,000.00 60,000.00 80,000.00 2006 2007 2008 2009 2010 TAHUN R E A LI S A S I P E M B IA Y A A N N E TT O (J ut a a n R up ia h)

(30)

Tabel 3.5.

Realisasi Pembiayaan Daerah Tahun 2006 – 2010

NO. U R A I A N 2006 2007 2008

ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI

A. PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 30,323,764,205 30,323,764,205 61,197,417,631 61,197,417,631 65,583,386,963 65,496,988,536 1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran

Sebelumnya 30,323,764,205 30,323,764,205 55,297,417,631 55,297,417,631 61,483,386,963 61,271,988,536

2 Pencairan Dana Cadangan - - - - - -

3 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - - 4,000,000,000 4,000,000,000 2,000,000,000 2,000,000,000 4 Penerimaan Pinjaman Daerah - - 1,900,000,000 1,900,000,000 2,100,000,000 2,100,000,000 5 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman - - - - - 125,000,000 6 Penerimaan Piutang Daerah - - - - - -

7 Dana Talangan - - - - - -

B. PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 4,812,903,000 58,650,319,085 6,380,495,000 6,380,494,423 2,696,859,000 2,694,817,190

1 Pembentukan Dana Cadangan - - - -

2 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 3,118,086,000 3,118,085,034 3,785,678,000 3,785,678,000 400,000,000 400,000,000 3 Pembayaran Pokok Hutang 194,817,000 194,816,420 194,817,000 194,816,423 196,859,000 194,817,190 4 Pemberian Pinjaman Daerah - - 2,400,000,000 2,400,000,000 2,100,000,000 2,100,000,000

5 Dana Talangan - - - - - -

6 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Berkenaan - 55,297,417,631 - - - -

7 Dana Talangan Hasil Produksi Pertanian, Sarana

Produksi Tani dan Nelayan 1,500,000,000 40,000,000 - - - -

(31)

Buku II – Laporan Akhir Masa Jabatan Bupati Pekalongan Tahun 2006 - 2010 72

NO. U R A I A N 2009 2010

ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI

A. PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 66,355,426,209 66,229,426,209 52,293,904,970 52,293,904,970

1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya 63,754,426,209 63,729,426,209 47,293,904,970 47,293,904,970

2 Pencairan Dana Cadangan - - - -

3 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 101,000,000 - - -

4 Penerimaan Pinjaman Daerah 2,500,000,000 2,500,000,000 5,000,000,000 5,000,000,000

5 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman - - - -

6 Penerimaan Piutang Daerah - - - -

7 Dana Talangan - - - -

B. PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH

3,134,620,000 2,995,816,424 5,196,859,000 5,194,816,423

1 Pembentukan Dana Cadangan - - - -

2 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 301,000,000 301,000,000 - -

3 Pembayaran Pokok Hutang 208,620,000 194,816,424 196,859,000 194,816,423

4 Pemberian Pinjaman Daerah 2,625,000,000 2,500,000,000 5,000,000,000 5,000,000,000

5 Dana Talangan - - - -

6 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Berkenaan - - - -

7 Dana Talangan Hasil Produksi Pertanian, Sarana Produksi Tani dan Nelayan

- - - -

(32)

3. Permasalahan dan Solusi

a. Permasalahan

Masih terbatasnya alternatif sumber-sumber pembiayaan yang dapat digali Pemerintah Daerah karena belum tersedianya perangkat regulasi maupun infrastruktur sistem dan kelembagaan yang memadai.

b. Solusi

Mengoptimalkan sumber-sumber pembiayaan yang tersedia secara bijaksana dan berpijak pada prinsip kehati-hatian

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang bertujuan untuk memperoleh informasi dengan memberikan suatu perlakuan terhadap

• Mengembangkan dan menyosialisasikan pedoman bagi otoritas pendidikan tentang kebijakan dan praktik analisis risiko multibahaya untuk pengurangan risiko dan kesiapsiagaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan petani untuk mengkonversi lahan pertanian dan pengaruh konversi

Obyek kerja sama adalah program yang difokuskan pada Pengembangan Usaha Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pada Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Tipe Alterasi dan mineralisasi yang berkembang pada daerah penelitian yaitu:  Tipe alterasi yang berkembang di daerah penelitian ada 3 yaitu alterasi propilitik

[r]

WAHAB

Sertifikat Akreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) Nomor : LVLK-006-IDN tanggal 18 Agustus 2011 yang diberikan kepada PT EQUALITY Indonesia sebagai Lembaga