• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I UMUM. Pasal 1 Pihak-Pihak Yang Membuat Perjanjian Kerja Bersama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I UMUM. Pasal 1 Pihak-Pihak Yang Membuat Perjanjian Kerja Bersama"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PKB AP II – SP II Page 1 of 61 2008-2009

Sekarpura II _________________ Manajemen __________________

BAB I UMUM Pasal 1

Pihak-Pihak Yang Membuat Perjanjian Kerja Bersama

PT (PERSERO) ANGKASA PURA II,

---berkedudukan di Tangerang, beralamat di Gedung 600, Bandara Internasional Jakarta Soekarno-Hatta Tangerang, dalam hal ini diwakili oleh EDIE HARYOTO, selaku Direktur Utama, oleh karena itu berdasarkan anggaran dasar perusahaan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Akta Notaris H. Harjono Moekiran, SH, nomor 27 tanggal 26 November 1998 (Berita Negara RI Tahun 1999 Nomor 19, Tambahan Berita Negara RI nomor 1502) secara sah bertindak untuk dan atas nama PT (Persero) Angkasa Pura II, yang selanjutnya dalam Perjanjian Kerja Bersama ini disebut “Perusahaan”---

SERIKAT KARYAWAN PT (PERSERO) ANGKASA PURA II,

---berkedudukan di Tangerang, beralamat di Gedung 600 Kantor Pusat PT (Persero) Angkasa Pura II, Bandara Internasional Jakarta Soekarno-Hatta Tangerang, yang telah tercatat di Departemen Tenaga Kerja RI berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor KEP.415/M/BW/2000 tanggal 30 Juni 2000 dan pencatatan ulang pada Dinas Ketenagakerjaan dan Kependudukan Kota Tangerang berdasarkan surat Nomor 560/211-DKK/OP/KOTA-TNG/VIII/2003 tanggal 4 Agustus 2003, dalam

hal ini secara bersama-sama diwakili oleh RP HARI CAHYONO selaku Ketua I dan

SUDIBYO selaku Sekretaris Umum Dewan Pimpinan Pusat Serikat Karyawan

PT (Persero) Angkasa Pura II, yang selanjutnya dalam Perjanjian Kerja Bersama ini disebut “SEKARPURA II”---

Dalam rangka menciptakan hubungan industrial yang harmonis bagi kemajuan dan kesejahteraan PT (Persero) Angkasa Pura II dan ketenangan bekerja bagi karyawan, Perusahaan dan SEKARPURA II dengan itikad baik bersepakat untuk mengatur tentang hubungan kerja, hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam suatu Perjanjian Kerja Bersama, dengan syarat-syarat dan ketentuan sebagai berikut:

Pasal 2 Pengertian

Dalam Perjanjian Kerja Bersama ini yang dimaksud dengan :

1. Serikat Pekerja adalah Serikat Karyawan PT (Persero) Angkasa Pura II, yang

terdaftar/tercatat di instansi pemerintah yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan;

2. Anggota Serikat Pekerja adalah Karyawan PT (Persero) Angkasa Pura II

yang memenuhi persyaratan organisasi, dan telah mendaftarkan diri menjadi anggota serikat pekerja;

3. Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian hasil perundingan antara

Perusahaan dengan Serikat Karyawan dengan tetap berpedoman pada peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan yang berlaku;

(2)

PKB AP II – SP II Page 2 of 61

2008-2009

Sekarpura II _________________ Manajemen __________________

4. Direksi adalah Direksi PT (Persero) Angkasa Pura II;

5. Perusahaan adalah PT (Persero) Angkasa Pura II termasuk unit bisnis di tingkat pusat maupun di tingkat cabang;

6. Kantor Pusat adalah Kantor Pusat PT (Persero) Angkasa Pura II;

7. Kantor Cabang adalah Kantor Cabang PT (Persero) Angkasa Pura II;

8. Unit Kerja adalah seluruh unit kerja yang ada dalam struktur organisasi PT (Persero) Angkasa Pura II pada tingkat pusat dan cabang;

9. Karyawan masa percobaan adalah seseorang yang telah memenuhi

persyaratan penerimaan karyawan dan sedang menjalani masa percobaan sebagai karyawan perusahaan;

10. Karyawan adalah pegawai/pekerja sebagaimana dimaksud pada peraturan

perundang-undangan ketenagakerjaan, yang mempunyai hubungan kerja dengan perusahaan, dengan status karyawan perusahaan, karyawan diperbantukan atau karyawan ditugaskan;

11. Karyawan Perusahaan adalah seseorang yang telah memenuhi persyaratan

yang ditentukan oleh perusahaan, diangkat oleh direksi dan diserahi tugas dalam suatu jabatan di perusahaan atau diserahi tugas lainnya yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan dan diberikan penghasilan sesuai peraturan yang berlaku di lingkungan perusahaan;

12. Karyawan Diperbantukan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diperbantukan

pada perusahaan setelah mendapat persetujuan dari Kepala Badan Kepegawaian Negara;

13. Karyawan Ditugaskan adalah Pegawai Negeri Sipil atau TNI/Polri baik yang

dinas aktif maupun yang sudah diberhentikan karena penugasan dari instansi induk ke perusahaan;

14. Karyawan Perusahaan Perbantuan adalah karyawan yang berasal dari

PT (Persero) Angkasa Pura I atau instansi lain yang diperbantukan ke perusahaan atau karyawan perusahaan yang diperbantukan ke afiliasi perusahaan atau anak perusahaan atau instansi lain;

15. Karyawan administrasi adalah karyawan yang berdinas sesuai ketentuan

waktu kerja administrasi;

16. Karyawan Operasional adalah karyawan yang karena sifat unit kerja atau pekerjaannya bertugas berdasarkan waktu kerja operasional;

17. Isteri/Suami Karyawan adalah seorang isteri/suami yang sah dan telah

didaftarkan oleh karyawan bersangkutan pada perusahaan;

18. Formasi Karyawan adalah jumlah dan susunan karyawan yang dibutuhkan

(3)

PKB AP II – SP II Page 3 of 61

2008-2009

Sekarpura II _________________ Manajemen __________________

19. Golongan Ruang adalah kedudukan yang menunjukkan tingkat susunan

penggajian berdasarkan tingkat pendidikan yang digunakan antara lain sebagai salah satu dasar perhitungan Gaji Dasar, Manfaat Pensiun dan Tunjangan Hari Tua;

20. Jabatan adalah kedudukan yang menunjukan fungsi, tugas, kewajiban,

tanggung jawab dan wewenang serta hak karyawan dalam perusahaan, dengan jenis jabatan manajerial, administrasi atau profesi;

21. Jabatan Manajerial adalah posisi tugas yang membawahi beberapa

karyawan dan dibedakan atas :

a. Jabatan Struktural yaitu posisi tugas dalam struktur organisasi

perusahaan yang mempunyai hubungan lini secara langsung dengan jabatan lain secara vertikal atau horizontal;

b. Jabatan Non Struktural yaitu posisi tugas dalam struktur organisasi perusahaan yang tidak secara tegas mempunyai hubungan lini dengan jabatan lain secara vertikal atau horizontal.

22. Jabatan Profesi adalah kelompok jabatan yang secara fungsional dapat

dilaksanakan oleh karyawan yang memiliki keahlian tertentu dengan sertifikat keahlian tertentu dan ditetapkan direksi sebagai jabatan dalam jalur profesi;

23. Jabatan Administrasi adalah kelompok jabatan yang menjalankan

tugas-tugas administratif dan bekerja di bawah pengawasan atau supervisi dari karyawan pada jabatan manajerial;

24. Kelas Jabatan adalah kelompok jabatan yang memiliki bobot kegiatan dan beban kerja relatif sama, dan digunakan sebagai salah satu dasar penghitungan penghasilan karyawan yang melaksanakan pekerjaan pada kelas jabatan tersebut ;

25. Penghasilan adalah hak yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan, dalam bentuk uang sebagai imbalan atau balas jasa, dengan didasarkan pada golongan pendidikan, kelas jabatan dan prestasi kerja, berupa:

a. Gaji dasar; b. Insentif Prestasi.

26. Gaji Dasar adalah salah satu komponen penghasilan yang diberikan kepada karyawan berdasarkan golongan pendidikan yang telah diakui perusahaan;

27. Kesejahteraan karyawan antara lain meliputi tunjangan, fasilitas,

sumbangan, bantuan, dan Insentif Produksi atau bentuk lain yang diberikan perusahaan berdasarkan kehadiran, prestasi, kriteria atau kondisi tertentu;

28. Insentif Prestasi adalah komponen penghasilan yang didasarkan pada Indeks

Skala Prestasi, Harga Jabatan dan Koefisien Pembinaan Bandara (KoPB);

29. Pembinaan Karyawan adalah suatu upaya yang ditujukan untuk

menegakkan disiplin karyawan, meningkatkan profesionalisme dan produktivitas karyawan secara berdayaguna dan berhasil guna dalam rangka mendukung pencapaian visi, misi dan tujuan perusahaan;

(4)

PKB AP II – SP II Page 4 of 61

2008-2009

Sekarpura II _________________ Manajemen __________________

30. Penilaian Kinerja Karyawan adalah kegiatan penilaian terhadap

pelaksanaan tugas yang meliputi kompetensi, sikap kerja, perilaku dan potensi yang dimiliki oleh karyawan;

31. Pola Karir adalah pedoman pelaksanaan pengelolaan karir karyawan,

semenjak yang bersangkutan diangkat sebagai karyawan, ditempatkan dalam jabatan hingga berhenti atau menjalani pemutusan hubungan kerja dengan perusahaan yang diatur dalam peraturan pola karir;

32. Cuti adalah hak karyawan untuk tidak bekerja berdasarkan alasan yang dibenarkan sesuai ketentuan yang berlaku di perusahaan;

33. Pendidikan Formal adalah kegiatan peningkatan ilmu pengetahuan yang

ditempuh pada lembaga yang menyelenggarakan pendidikan secara terstruktur dengan kurikulum yang baku dan mendapat legalisasi serta akreditasi dari Departemen Pendidikan Nasional;

34. Pendidikan dan Pelatihan adalah kegiatan yang bertujuan untuk

membekali, meningkatkan dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktifitas, dan kesejahteraan;

35. Perjalanan Dinas adalah tugas yang dilakukan karyawan diluar tempat

kedudukan dalam waktu tertentu, di dalam atau di luar wilayah negara Republik Indonesia, atas perintah pejabat yang berwenang untuk kepentingan perusahaan;

36. Keluarga Karyawan adalah anggota keluarga yang terdiri dari suami/isteri, anak yang sah dan tercatat di perusahaan;

37. Ahli Waris adalah keluarga atau orang yang ditunjuk karyawan dan terdaftar

di perusahaan untuk menerima setiap pembayaran dalam hal kematian. Dalam hal tidak ada ahli waris yang ditunjuk karyawan, maka penetapannya mengikuti ketentuan hukum yang berlaku;

38. Peraturan Disiplin adalah ketentuan yang mengatur kewajiban, larangan dan

sanksi;

39. Mutasi adalah pemindahan karyawan dengan tujuan promosi, rotasi atau

demosi, yang dilakukan atas perintah pejabat yang berwenang untuk kepentingan perusahaan, sehingga mengakibatkan atau tidak mengakibatkan yang bersangkutan beserta keluarganya pindah;

40. Fasilitas adalah kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh perusahaan

kepada karyawan, berupa sarana kebutuhan atau penggantinya yang diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan tugas;

41. Penghargaan adalah pengakuan yang diberikan oleh perusahaan kepada

karyawan, atas prestasi tertentu atau hal khusus lainnya yang telah dicapai;

42. Jaminan Hari Tua adalah jaminan kesejahteraan, yang diberikan secara

berkala dan sekaligus oleh perusahaan kepada karyawan atau keluarganya yang berhak, pada saat pemutusan hubungan kerja;

(5)

PKB AP II – SP II Page 5 of 61

2008-2009

Sekarpura II _________________ Manajemen __________________

43. Pemutusan Hubungan Kerja adalah pengakhiran hubungan kerja antara

perusahaan dengan karyawan, yang disebabkan karena pensiun atau hal lain baik yang bersifat sementara maupun tetap;

44. Keluh Kesah adalah adanya suatu kondisi yang menunjukkan adanya

ketidakpuasan karyawan dan adanya ketidakharmonisan pada hubungan antara karyawan atau serikat pekerja dengan perusahaan yang berakibat terganggunya ketenangan kerja dan produktivitas perusahaan;

45. Insentif Produksi adalah komponen biaya karyawan dengan pemberian

sejumlah uang kepada karyawan sebagai balas jasa produksi dari perusahaan yang perhitungannya didasarkan atas pencapaian laba yang telah disahkan RUPS.

46. Rencana Induk Pengembangan Sumber Daya Manusia adalah

perencanaan sumber daya manusia (SDM) yang disusun berdasarkan RJPP, sebagai dasar dan acuan dalam penyusunan kebijakan, strategi dan pelaksanaan program pengembangan tenaga kerja Perusahaan secara berkesinambungan

Pasal 3

Ruang Lingkup Kesepakatan

(1) Perjanjian Kerja Bersama ini secara umum mengatur hubungan kerja, syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban perusahaan dan karyawan sehingga merupakan kesepakatan yang mengikat antara perusahaan dengan karyawan dan seluruh serikat pekerja dan anggotanya.

(2) Perjanjian Kerja Bersama merupakan pedoman yang berlaku bagi seluruh

karyawan dan perusahaan.

(3) Kedua pihak yang bersepakat mengakui bahwa disamping hak dan kewajiban yang ditentukan, masih terdapat hal lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 4

Hak dan Kewajiban Para Pihak

(1) Perusahaan dan Serikat Pekerja berkewajiban menaati dan melaksanakan isi Perjanjian Kerja Bersama, saling kerjasama yang baik, hormat menghormati, saling mempercayai sehingga hubungan industrial benar-benar terbina, terpelihara dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

(2) Perusahaan berhak untuk mengajukan keberatan atas tindakan Serikat Karyawan yang bertentangan dengan isi Perjanjian Kerja Bersama ini.

(3) Serikat Pekerja dan Anggotanya berkewajiban membantu perusahaan untuk menjaga ketenangan kerja, serta kelancaran jalannya perusahaan dan peningkatan produktivitas kerja.

(6)

PKB AP II – SP II Page 6 of 61

2008-2009

Sekarpura II _________________ Manajemen __________________

(4) Serikat Pekerja berhak untuk :

a. Mewakili, membela dan melindungi anggotanya dalam menyelesaikan

perselisihan antara karyawan dengan perusahaan dalam hubungan kerja; b. Mengatur organisasi Serikat Pekerja sepanjang tidak bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

c. Mengajukan keberatan atas tindakan perusahaan yang bertentangan dengan Perjanjian Kerja Bersama ini;

d. Membuat Perjanjian Kerja Bersama dengan perusahaan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku;

e. Mewakili karyawan dalam lembaga ketenagakerjaan.

f. Memberikan saran kepada Perusahaan karena merasa ikut memiliki

Perusahaan untuk berusaha memajukan, mengamankan, menjaga, memelihara dan meningkatkan nama baik perusahaan.

BAB II

FASILITAS, DISPENSASI, PERUBAHAN PENGURUS, PENGUMPULAN IURAN ANGGOTA, JAMINAN PARA PIHAK, LKS BIPARTIT

Pasal 5

Fasilitas Untuk Serikat Pekerja

(1) Perusahaan dapat menyediakan fasilitas perkantoran dan peralatan pendukung kesekretariatan Serikat Pekerja atau koalisi Serikat Pekerja yang memiliki anggota lebih 50% (lima puluh persen) dari karyawan Perusahaan dan tersebar di sebagian besar kantor cabang perusahaan.

(2) Perusahaan dapat membantu/memfasilitasi kegiatan Serikat Pekerja yang memiliki mayoritas anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. Pendanaan kegiatan Musyawarah Nasional dan Cabang yang diselenggarakan sesuai ketentuan Anggaran Dasar Serikat Pekerja;

b. Pendanaan kegiatan Rapat Kerja Nasional dan Rapat Kerja Cabang; c. Pendanaan kegiatan rutin lainnya yang telah disetujui dalam Rencana

Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP);

d. Pendanaan kegiatan lainnya yang disetujui oleh perusahaan.

(3) Perusahaan mengalokasikan dana pembinaan Serikat Pekerja dan anggotanya yang ditampung dalam RKAP, dengan mempertimbangkan usulan yang diajukan sebelumnya oleh Serikat Pekerja.

(4) Bantuan atau fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) direalisasikan pada saat kegiatan akan dilaksanakan dan harus dipertanggungjawabkan sesuai ketentuan yang berlaku di perusahaan.

Pasal 6

Dispensasi Untuk Kegiatan Serikat Pekerja

(1) Perusahaan memberikan dispensasi kepada Serikat Pekerja untuk melakukan kegiatan Serikat Pekerja di dalam atau di luar lingkungan perusahaan pada jam kerja terutama untuk kegiatan Musyawarah Nasional/Cabang, Rapat Kerja Nasional/Cabang, atau kegiatan lainnya sesuai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Serikat Pekerja.

(7)

PKB AP II – SP II Page 7 of 61

2008-2009

Sekarpura II _________________ Manajemen __________________

(2) Pengurus atau anggota yang terlibat dalam kegiatan Serikat Pekerja, akan diberikan izin oleh atasannya sepanjang tidak mengganggu kepentingan kedinasan.

Pasal 7

Perubahan Pengurus

(1) Setiap terjadi perubahan pengurus Serikat Pekerja, akan diberitahukan kepada perusahaan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sejak ditetapkan atau dilantik.

(2) Perjanjian Kerja Bersama tetap berlaku walaupun terjadi perubahan Pengurus Serikat Pekerja maupun perubahan manajemen perusahaan.

Pasal 8

Pengumpulan Iuran Anggota

Perusahaan dapat membantu pelaksanaan pengumpulan iuran anggota Serikat Pekerja di lingkungan kantor/cabang setempat, melalui pemotongan gaji atas dasar surat kuasa dari karyawan.

Pasal 9

Jaminan Bagi Serikat Pekerja

(1) Perusahaan tidak dibenarkan melakukan tekanan baik langsung maupun tidak langsung terhadap karyawan yang terpilih menjadi Pengurus Serikat Pekerja, atau melakukan tindakan lain yang merugikan kepentingan karyawan yang bersangkutan dan Serikat Pekerja.

(2) Perusahaan mengikutsertakan Serikat Pekerja yang memiliki jumlah anggota lebih dari 50 % (lima puluh persen) dari karyawan perusahaan dan tersebar di sebagian besar kantor cabang perusahaan, atau gabungan Serikat Pekerja yang memiliki jumlah anggota lebih dari 50 % (lima puluh persen) dari karyawan perusahaan dan tersebar di sebagian besar kantor cabang perusahaan, dalam setiap perumusan aturan-aturan yang berhubungan dengan ketenagakerjaan.

Pasal 10

Jaminan Bagi Perusahaan

(1) Serikat Pekerja mengakui bahwa direksi berhak untuk memimpin dan mengurus perusahaan.

(2) Serikat Pekerja mengakui bahwa direksi atau pejabat yang ditunjuk mewakili berhak sepenuhnya dalam menentukan kebijakan perusahaan di luar hal-hal yang mengatur hubungan kerja, syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban karyawan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

(8)

PKB AP II – SP II Page 8 of 61

2008-2009

Sekarpura II _________________ Manajemen __________________

Pasal 11

Lembaga Kerjasama Bipartit

(1) Lembaga Kerjasama Bipartit adalah suatu lembaga yang berfungsi sebagai forum komunikasi, konsultasi dan musyawarah untuk peningkatan produktifitas kerja perusahaan.

(2) Lembaga Kerjasama Bipartit bertujuan :

a. Mewujudkan ketenangan kerja, disiplin kerja dan ketenangan usaha;

b. Meningkatkan kesejahteraan karyawan dan perkembangan serta

kelangsungan perusahaan;

c. Mengembangkan motivasi dan partisipasi karyawan sebagai mitra kerja perusahaan.

(3) Lembaga Kerjasama Bipartit mempunyai tugas :

a. Menampung, menanggapi dan memecahkan masalah ketenagakerjaan serta menghindari secara dini kemungkinan timbulnya kesalahpahaman atau perbedaan pendapat dalam permusyawaratan yang menyangkut kepentingan bersama;

b. Menunjang dan mendorong terciptanya disiplin, ketenangan dan kegairahan kerja;

c. Menegakkan eksistensi dan peranan fungsi di perusahaan yang berkaitan

dengan kepentingan ketenagakerjaan.

(4) Susunan keanggotaan Lembaga Kerjasama Bipartit terdiri dari unsur perusahaan yang ditunjuk oleh direksi dan unsur karyawan yang dipilih oleh Serikat Pekerja.

(5) Lembaga Kerjasama Bipartit terdiri dari Lembaga Kerjasama Bipartit Kantor Pusat dan Kantor Cabang.

(6) Susunan keanggotaan Lembaga Kerjasama Bipartit Kantor Pusat dan Kantor Cabang dievaluasi setiap 2 (dua) tahun.

(7) Pergantian antar waktu anggota Lembaga Kerjasama Bipartit dilaksanakan sesuai kebutuhan.

(8) Bagi Kantor Cabang yang belum membentuk LKS Bipartit, harus membentuk selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah PKB ini berlaku.

BAB III HUBUNGAN KERJA

Pasal 12

Penerimaan Karyawan

(1) Penerimaan, penempatan, dan pengangkatan karyawan merupakan hak dan

kewenangan perusahaan yang dilaksanakan oleh direksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(9)

PKB AP II – SP II Page 9 of 61

2008-2009

Sekarpura II _________________ Manajemen __________________

(2) Penerimaan karyawan dilakukan untuk mengisi formasi sesuai dengan

kebutuhan perusahaan.

(3) Dalam penerimaan karyawan, perusahaan wajib berpedoman kepada:

a. Rencana induk pengembangan sumber daya manusia; b. Formasi jabatan;

c. Rencana kerja dan anggaran perusahaan.

(4) Pengisian formasi dapat dilakukan secara internal dan eksternal, dengan lebih mengutamakan sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan.

(5) Dalam hal tertentu perusahaan dapat mempekerjakan karyawan tidak tetap dengan perjanjian kerja waktu tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(6) Syarat Penerimaan karyawan perusahaan yang merupakan

fresh graduate :

a. minimal 18 tahun, maksimal 28 tahun;

b. Belum menikah.

(7) Penerimaan karyawan sebagaimana tersebut pada ayat (6) tidak termasuk :

a. Karyawan diperbantukan;

b. Karyawan ditugaskan;

c. Pegawai Negeri Sipil yang beralih status/mono status sebagai akibat Penyertaan Modal Negara (PMN) Bandara UPT Ditjen Hubud ke perusahaan;

d. Tenaga kerja dengan kualifikasi yang spesifik.

(8) Ketentuan mengenai penerimaan karyawan diatur lebih lanjut dengan

keputusan direksi.

Pasal 13

Perkawinan Antar Karyawan

(1) Dalam hal terjadi perkawinan antar karyawan, maka salah satu dari karyawan

tersebut harus mengundurkan diri, selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah perkawinan.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini ditentukan sebagai

berikut:

a. tidak berlaku bagi karyawan yang menikah sebelum ditandatanganinya Perjanjian Kerja Bersama;

b. berlaku bagi karyawan yang telah menandatangani Kontrak Kerja Perorangan;

c. tidak berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil eks bandara UPT Direktorat Jenderal Perhubungan Udara yang telah menikah sebelum pelaksanaan Penyertaan Modal Negara (PMN) ke perusahaan.

Pasal 14

Karyawan Masa Percobaan

(1) Karyawan masa percobaan dapat diangkat sebagai karyawan dengan melalui masa percobaan paling lama 3 (tiga) bulan.

(10)

PKB AP II – SP II Page 10 of 61

2008-2009

Sekarpura II _________________ Manajemen __________________

(2) Pengangkatan karyawan yang berasal dari Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) tidak melalui masa percobaan.

(3) Karyawan masa percobaan wajib menandatangani pernyataan kesanggupan untuk ditempatkan di seluruh wilayah kerja perusahaan serta persyaratan lain yang disepakati sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan yang berlaku. (4) Pengangkatan karyawan masa percobaan menjadi karyawan didasarkan pada

antara lain :

a. Penilaian Kinerja; b. Pelatihan orientasi;

c. Rekomendasi atasan langsung.

(5) Karyawan masa percobaan wajib mengikuti seluruh peraturan yang berlaku bagi karyawan.

(6) Karyawan masa percobaan tidak berhak :

a. pakaian seragam dinas (kecuali pada unit kerja yang berhubungan

dengan pelayanan publik);

b. pakaian olah raga;

c. jaminan rawat inap kecuali akibat kecelakaan kerja;

d. tunjangan khusus dan tunjangan kesejahteraan keluarga;

e. program jaminan hari tua;

f. cuti;

g. melaksanakan pernikahan;

h. pesangon;

i. sumbangan uang sewa rumah;

j. kenaikan gaji dasar berkala; k. insentif produksi.

(7) Karyawan masa percobaan yang tidak memenuhi syarat untuk diangkat

menjadi karyawan perusahaan diberhentikan tanpa syarat apapun dengan pemberitahuan terlebih dahulu.

(8) Karyawan masa percobaan yang memenuhi syarat diangkat sebagai karyawan

perusahaan, ditetapkan dalam surat pengangkatan yang diterbitkan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak berakhirnya masa percobaan.

(9) Dalam hal telah lewat waktu sebagaimana diatur dalam ayat (1) dan ayat (8),

sedangkan karyawan masa percobaan yang bersangkutan tidak diberikan surat pengangkatan, namun tetap dipekerjakan, maka yang bersangkutan dengan serta merta telah menjadi karyawan perusahaan dan mendapatkan hak-hak sebagai karyawan perusahaan.

Pasal 15

Hak dan Kewajiban Karyawan

(1) Karyawan berhak atas :

a. Penghasilan sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilakukan;

b. Pembayaran upah kerja lembur untuk kelebihan jam kerja dari waktu kerja yang telah disetujui oleh perusahaan;

(11)

PKB AP II – SP II Page 11 of 61

2008-2009

Sekarpura II _________________ Manajemen __________________

c. Cuti, dengan ketentuan cuti tersebut telah mendapat persetujuan

sebelumnya dari perusahaan;

d. Jaminan kesehatan bagi karyawan dan keluarganya sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

e. Keikutsertaan dalam kegiatan organisasi karyawan yang tidak bertentangan dengan ketentuan Pemerintah dan dengan memperhatikan kelancaran operasional perusahaan;

f. Ganti rugi atas gangguan/cacat badan akibat kecelakaan kerja;

g. Kesempatan mengemukakan pendapat, usul, dan saran-saran kepada atasannya pada waktu melakukan tugas perusahaan;

h. Manfaat pensiun sesuai ketentuan yang berlaku;

i. Pengajuan permohonan pemutusan hubungan kerja;

j. Hak-haknya untuk diserahkan kepada ahli waris karyawan, dalam hal karyawan yang bersangkutan meninggal dunia pada waktu melakukan tugas perusahaan.

(2) Karyawan wajib untuk :

a. Melaksanakan semua isi yang tertuang dalam Perjanjian Kerja Bersama ini;

b. Melaksanakan setiap ketentuan peraturan yang berlaku di lingkungan perusahaan;

c. Melakukan pekerjaan dengan baik dan dengan penuh tanggung jawab di

bawah pimpinan yang ditunjuk oleh perusahaan;

d. Melaksanakan semua tugas/perintah yang diberikan oleh Perusahaan

yang berkenaan dengan pekerjaannya;

e. Menjaga dan memelihara kebersihan serta kerapihan dirinya dan

lingkungan kerja selama melakukan pekerjaan untuk perusahaan;

f. Menjalankan peraturan perundang-undangan yang berlaku selama

melakukan pekerjaan.

Pasal 16

Hak dan Kewajiban Perusahaan

(1) Perusahaan berhak :

a. Memberikan perintah/pekerjaan yang layak kepada karyawan selama

waktu kerja;

b. Menugaskan karyawan melakukan kerja lembur dengan berpedoman

kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku;

c. Menuntut suatu prestasi kerja yang sesuai dengan peraturan yang

ditetapkan oleh perusahaan;

d. Menetapkan tata tertib/aturan kerja dalam perusahaan dengan

berpedoman kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku; e. Menarik kembali semua fasilitas yang diberikan dengan terlebih dahulu

memberitahukannya kepada karyawan yang bersangkutan sesuai ketentuan yang berlaku;

f. Menjatuhkan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku kepada karyawan

yang melakukan pelanggaran. (2) Perusahaan wajib untuk :

a. Melaksanakan semua isi yang tertuang dalam Perjanjian Kerja Bersama ini

(12)

PKB AP II – SP II Page 12 of 61

2008-2009

Sekarpura II _________________ Manajemen __________________

b. Memberikan penghasilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku;

c. Memperhatikan dan memelihara keselamatan dan kesehatan karyawan;

d. Menaati segala peraturan perundang-undangan di bidang

ketenagakerjaan;

e. Memperhatikan kesejahteraan karyawan yang sesuai dengan Perjanjian Kerja Bersama;

f. Memberikan hak-hak karyawan dengan berpedoman kepada peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan Perjanjian Kerja Bersama;

g. Memberikan jawaban atas permohonan pemutusan hubungan kerja yang

diajukan karyawan ke perusahaan.

Pasal 17

Masa Kerja dan Batas Usia Pensiun

(1) Masa kerja terdiri dari :

a. Masa kerja pengabdian adalah masa kerja yang dihitung sejak

karyawan mulai bekerja di perusahaan sampai dengan pemutusan hubungan kerja;

b. Masa kerja pensiun adalah masa kerja sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun yang dihitung sejak menjadi karyawan yang diakui oleh perusahaan sampai dengan pemutusan hubungan kerja.

(2) Penghitungan masa kerja pengabdian sebagaimana tersebut pada ayat (1) huruf a adalah terhitung sejak karyawan diangkat sebagai Calon Pegawai/Karyawan Masa Percobaan di perusahaan.

(3) Masa kerja PKWT tidak dihitung sebagai masa kerja karyawan.

(4) Penghitungan masa kerja pensiun sebagaimana tersebut pada ayat (1) huruf b adalah :

a. bagi karyawan yang murni berasal dari perusahaan maka penghitungan masa kerja pensiun terhitung sejak karyawan diangkat sebagai Calon Pegawai/Karyawan Masa Percobaan perusahaan; atau

b. bagi karyawan perusahaan yang semula berstatus PNS atau Karyawan Diperbantukan maka :

1) apabila bekerja di perusahaan sebelum 1 Januari 2006, penghitungan masa kerja terhitung sejak tanggal yang ditetapkan dalam SK direksi, atau sejak SK pengangkatan calon pegawai di instansi induk;

2) apabila bekerja di perusahaan sejak 1 Januari 2006, penghitungan masa kerja pensiun terhitung sejak karyawan alih status menjadi karyawan perusahaan.

(5) Apabila sebelum menjadi calon pegawai di instansi induk, karyawan sebagaimana tersebut pada ayat (4) huruf b 1) yang bekerja sebelum 1 Januari 2006, pernah berstatus sebagai pegawai organik yang dicantumkan/diakui dalam SK calon pegawai karyawan yang bersangkutan, maka masa kerja tersebut dihitung sebagai masa kerja pensiun.

(6) Apabila sebelum menjadi calon pegawai di instansi induk, karyawan sebagaimana tersebut pada ayat (4) b 2) yang bekerja setelah 1 Januari 2006,

(13)

PKB AP II – SP II Page 13 of 61

2008-2009

Sekarpura II _________________ Manajemen __________________

pernah berstatus sebagai pegawai organik yang dicantumkan/diakui dalam SK calon pegawai karyawan yang bersangkutan, maka masa kerja tersebut tidak dihitung sebagai masa kerja pensiun.

(7) Batas usia pensiun normal untuk karyawan yang bekerja pada perusahaan adalah 56 tahun termasuk Masa Persiapan Pensiun selama 1 (satu) tahun.

(8) Pensiun dipercepat adalah sekurang-kurangnya berusia 46 tahun.

(9) Jangka waktu selama karyawan menjalankan cuti di luar tanggungan perusahaan, tidak diperhitungkan sebagai masa kerja, kecuali apabila cuti tersebut dalam rangka melaksanakan tugas negara.

Pasal 18

Nama dan Kelas Jabatan

(1) Setiap karyawan memiliki nama dan kelas jabatan tertentu yang diatur sesuai

dengan kebutuhan formasi jabatan perusahaan.

(2) Kebijaksanaan perusahaan diarahkan untuk mengisi formasi jabatan di semua tingkatan dengan mengutamakan sumber daya manusia internal perusahaan dan berdasarkan atas penilaian kinerja prestasi, integritas dan disiplin karyawan.

(3) Pengisian formasi jabatan sebagaimana tersebut pada ayat (2) dilaksanakan selambat-lambatnya selama 6 (enam) bulan, yang akan diatur lebih lanjut dalam keputusan direksi.

(4) Setiap karyawan diberi kesempatan yang sama untuk meningkatkan prestasi kerja dalam melaksanakan tugasnya untuk dapat menduduki jabatan atau kelas jabatan yang lebih tinggi.

Pasal 19

Penilaian Kinerja Karyawan (PKK) Individu dan Kelompok

(1) Kepada setiap karyawan dilakukan Penilaian Kinerja Karyawan (PKK) Individu yang dilaksanakan secara obyektif dan bersifat kuantitatif serta terukur yang digunakan sebagai salah satu kriteria dari pola karir

(2) Kepada setiap kantor cabang dan unit kerja kantor pusat dilakukan Penilaian Kinerja Karyawan (PKK) Kelompok secara periodik setiap 6 (enam) bulan dan dilaksanakan oleh kantor pusat.

(3) Ketentuan mengenai tata cara Penilaian Kinerja Karyawan (PKK) Individu dan

Kelompok diatur lebih lanjut dengan keputusan direksi.

Pasal 20 Perjalanan Dinas

(1) Demi lancarnya kegiatan perusahaan, perusahaan dapat menugaskan

(14)

PKB AP II – SP II Page 14 of 61

2008-2009

Sekarpura II _________________ Manajemen __________________

(2) Karyawan yang ditugaskan untuk melakukan perjalanan dinas akan diberikan Surat Perintah Tugas (SPT) dan Rincian Biaya Perjalanan Dinas (RBPD).

(3) Karyawan yang melakukan perjalanan dinas diberikan biaya perjalanan dinas dan akomodasi serta biaya lain yang diperlukan, sesuai ketentuan yang berlaku.

(4) Ketentuan mengenai perjalanan dinas diatur lebih lanjut dalam keputusan direksi.

Pasal 21

Pengangkatan Karyawan Menjadi Direktur Perusahaan / Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

(1) Jabatan direktur merupakan amanat dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dengan memperhatikan aspirasi dari perusahaan.

(2) Karyawan yang diangkat sebagai direktur perusahaan atau BUMN lain, maka yang bersangkutan diberhentikan dari status karyawan perusahaan, dengan diberikan hak pensiun berdasarkan gaji dasar tertinggi dengan pendidikan tertinggi.

BAB IV Waktu Kerja

Pasal 22 Hari Kerja

(1) Hari kerja adalah hari biasa sesuai dengan peraturan dan ketentuan

pemerintah dimana karyawan melakukan pekerjaannya menurut aturan waktu kerja biasa sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Hari kerja ditentukan sebagai berikut :

a. Hari kerja administratif sebanyak 5 (lima) hari kerja yaitu hari Senin sampai dengan Jum’at;

b. Hari Kerja operasional sesuai dengan operasional bandara;

c. Bagi karyawan yang karena sifat pekerjaannya, dapat dilakukan

penyimpangan hari kerja dan jam kerjanya dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku.

Pasal 23 Waktu Kerja

(1) Waktu kerja perusahaan adalah 8 (delapan) jam kerja dalam 1 (satu) hari dan

40 (empat puluh) jam dalam 1 (satu) minggu.

(2) Waktu kerja perusahaan dibedakan menjadi waktu kerja administrasi dan waktu kerja operasional.

(15)

PKB AP II – SP II Page 15 of 61

2008-2009

Sekarpura II _________________ Manajemen __________________

(3) Waktu kerja perusahaan diatur sebagai berikut :

a. Waktu Kerja Administrasi diatur sebagai berikut :

1) Hari Senin sampai dengan Jum’at: 07.30 - 16.30 WIB

2) Waktu istirahat antar jam kerja: 12.00-13.00 WIB

3) Waktu istirahat hari Jumat: 11.30-13.00 WIB

b. Waktu kerja administrasi dapat diubah dan disesuaikan dengan kebijakan

Pemda setempat tanpa mengurangi jumlah jam kerja wajib;

c. Waktu kerja operasional ditentukan secara tersendiri sesuai kebutuhan masing-masing bandara, yang dalam pengaturannya melibatkan DPC Sekarpura II.

d. Atasan langsung karyawan operasional wajib mengupayakan pemenuhan

waktu kerja 8 jam.

(4) Waktu istirahat antara jam kerja tidak dihitung sebagai waktu kerja.

(5) Pelaksanaan waktu istirahat bagi karyawan yang bekerja pada waktu kerja operasional, diatur oleh pimpinan unit kerja yang bersangkutan.

Pasal 24

Istirahat Mingguan dan Libur-Libur Nasional

(1) Istirahat mingguan diberikan selama 2 (dua) hari yaitu :

a.

Untuk karyawan administrasi adalah hari Sabtu dan Minggu;

b.

Untuk karyawan operasional tidak harus hari Sabtu dan Minggu.

(2) Karyawan yang bekerja pada hari libur nasional diperhitungkan sebagai kerja lembur sesuai dengan ketentuan perusahaan.

Pasal 25

Administrasi Kehadiran Kerja

(1) Setiap karyawan wajib masuk kerja pada waktunya sesuai pasal 22 dan pasal

23 Perjanjian Kerja Bersama ini.

(2) Data kehadiran/presensi waktu masuk dan pulang kerja setiap karyawan

disimpan oleh perusahaan.

(3) Karyawan harus melaksanakan pengisian daftar hadir/presensi melalui sarana yang telah disediakan oleh perusahaan pada setiap masuk dan pulang kerja. (4) Karyawan yang karena sesuatu hal, baik untuk keperluan dinas ataupun

keperluan pribadi mengakibatkan yang bersangkutan datang terlambat atau pulang lebih awal, atau tidak hadir harus dengan izin atasan langsung.

(16)

PKB AP II – SP II Page 16 of 61

2008-2009

Sekarpura II _________________ Manajemen __________________

Pasal 26 Kerja Lembur

(1) Kerja lembur adalah pekerjaan yang dilakukan lebih dari 8 (delapan) jam sehari.

(2) Pelaksanaan pekerjaan lembur oleh karyawan administrasi dilaksanakan atas perintah atasan yang berwenang dan dengan persetujuan karyawan.

(3) Pelaksanaan pekerjaan lembur oleh karyawan operasional yang melaksanakan

tugas melebihi waktu kerja 8 (delapan) jam per hari, berdasarkan jadwal dinas yang dibuat oleh atasan atau atas perintah atasan.

(4) Apabila pada hari istirahat atau waktu cuti karyawan diminta untuk bekerja, maka perusahaan wajib memberikan pengganti hari cuti untuk melaksanakan istirahat atau waktu cuti tersebut.

(5) Pengganti hari cuti sebagaimana tersebut pada ayat (4) dilaksanakan selambat-lambatnya sampai dengan bulan Desember tahun berikutnya dan harus disetujui oleh atasan karyawan yang bersangkutan.

(6) Dalam kondisi tertentu karyawan dapat bekerja lembur lebih dari 3 (tiga) jam

per hari antara lain untuk melakukan pekerjaan yang tidak boleh tertunda atau harus diselesaikan pada saat itu, dan kepada yang bersangkutan diberikan uang makan sebanyak 1 (satu) kali per hari.

Pasal 27

Perhitungan Upah Kerja Lembur

(1) Pengaturan perhitungan upah kerja lembur sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Apabila kerja lembur dilakukan pada hari libur nasional, maka cara perhitungan sebagai berikut :

a. Untuk setiap jam dalam jangka waktu 1 - 8 jam dibayar upah sebesar 2 (dua) kali premi lembur per jam;

b. Untuk lembur jam ke 9 (sembilan) dibayar 3 (tiga) kali premi lembur per

jam;

c. Untuk lembur jam ke 10 (sepuluh) dan jam ke 11 (sebelas) atau lebih dibayar 4 (empat) kali premi lembur per jam.

(3) Upah kerja lembur sebagaimana tersebut pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan keputusan direksi.

BAB V CUTI KARYAWAN

Pasal 28 Cuti Bersama

(1) Perusahaan tidak wajib mengikuti penetapan jumlah hari cuti bersama yang ditetapkan Pemerintah.

(17)

PKB AP II – SP II Page 17 of 61

2008-2009

Sekarpura II _________________ Manajemen __________________

(2) Dalam hal perusahaan melaksanakan cuti bersama maka perusahaan

menetapkan sisa cuti tahunan minimal 6 hari kerja.

Pasal 29 Cuti Tahunan

(1) Pemberian cuti tahunan ditentukan sebagai berikut :

a. Untuk karyawan baru yang telah bekerja sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun secara terus menerus terhitung sejak pengangkatan sebagai Karyawan Masa Percobaan, berhak atas cuti tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja dan kepada yang bersangkutan diberikan tunjangan cuti. b. Karyawan Perusahaan yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil (PNS),

dapat diberikan cuti sejak yang bersangkutan bekerja di perusahaan, namun tidak diberikan tunjangan cuti. Tunjangan cuti dapat diberikan pada saat yang bersangkutan menjalani cuti pada tahun anggaran berikutnya.

c. Karyawan Perusahaan setelah menjalani penugasan, dapat diberikan cuti

sejak ybs bekerja kembali di perusahaan sepanjang ybs masih memiliki hak cuti di anak perusahaan, dengan diberikan tunjangan cuti sesuai ketentuan.

(2) Pelaksanaan cuti sebagaimana tersebut pada ayat (1) dapat diambil maksimal

dalam 2 (dua) tahap.

(3) Selama menjalankan cuti tahunan penghasilan karyawan yang bersangkutan tetap dibayarkan secara penuh sesuai ketentuan yang berlaku.

(4) Karyawan yang tidak menjalankan cuti tahunan sampai dengan akhir tahun berjalan, maka cuti tahunan wajib dilaksanakan paling lambat bulan Januari tahun berikutnya dan tetap berhak atas tunjangan cuti.

(5) Cuti tahunan hanya diperhitungkan berdasarkan hari kerja administrasi.

Pasal 30 Cuti Alasan Penting

Karyawan dapat memperoleh cuti alasan penting dalam hal :

a. Isteri atau suami atau anak atau orang tua atau mertua menderita sakit, paling lama 2 (dua) hari kerja;

b. Isteri atau suami atau anak atau orangtua atau mertua menderita sakit dan harus dirawat di rumah sakit, paling lama 5 (lima) hari kerja;

c. Isteri atau suami atau anak atau orangtua atau mertua atau saudara kandung

meninggal dunia, paling lama 5 (lima) hari kerja;

d. Melaksanakan pernikahan pertama, paling lama 5 (lima) hari kerja; e. Isteri melahirkan, selama 2 (dua) hari kerja;

(18)

PKB AP II – SP II Page 18 of 61

2008-2009

Sekarpura II _________________ Manajemen __________________

g. Menunaikan kewajiban agama (melaksanakan ibadah haji yang pertama)

memperoleh cuti paling lama 45 (empat puluh lima) hari kalender;

h. Terdapat alasan penting lainnya yang telah mendapat persetujuan Direksi atau

Kepala Cabang, dapat diberikan cuti untuk paling lama 5 (lima) hari kerja.

Pasal 31 Cuti Besar

(1) Karyawan yang telah bekerja di perusahaan sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun secara terus menerus berhak memperoleh cuti besar untuk masa paling lama 3 (tiga) bulan dan tidak berhak lagi atas cuti tahunan pada saat permohonan cuti besar yang bersangkutan disetujui oleh perusahaan.

(2) Dalam hal cuti besar tidak dilaksanakan secara sekaligus maka cuti besar tersebut dapat dilaksanakan pada tahun ke 7 (tujuh) dan ke 8 (delapan) masing-masing 1 (satu) bulan dan 2 (dua) bulan atau sebaliknya, dengan ketentuan karyawan yang bersangkutan tidak berhak lagi atas cuti tahunan dalam 2 (dua) tahun berjalan.

(3) Karyawan yang menjalani cuti besar sebagaimana tersebut pada ayat (2) maka

pemberian tunjangan cuti diberikan pada setiap tahun yang bersangkutan menjalani cuti besar.

(4) Pengajuan cuti besar selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun, sejak pelaksanaan cuti besar terakhir.

(5) Karyawan yang menjalankan cuti besar, tidak berhak mendapatkan tunjangan

cuti tahunan namun kepada yang bersangkutan diberikan uang kompensasi hak istirahat tahunan, sama dengan tunjangan cuti tahunan.

(6) Karyawan yang akan menggunakan hak cuti besar harus mengajukan

permohonan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelumnya.

(7) Selama cuti besar karyawan berhak atas penghasilan, sesuai ketentuan yang berlaku.

Pasal 32

Cuti Bersalin, Gugur Kandungan, dan Haid

(1) Karyawan wanita berhak memperoleh cuti bersalin selama 3 (tiga) bulan yaitu

selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum melahirkan dan 1,5 (satu setengah) bulan sesudah melahirkan.

(2) Karyawan wanita yang mengalami keguguran kandungan berhak memperoleh

istirahat selama 45 (empatpuluh lima) hari atau sesuai dengan surat keterangan dokter kandungan atau bidan yang disahkan oleh dokter perusahaan.

(3) Selama menjalankan cuti bersalin, karyawan wanita yang bersangkutan tetap mendapatkan penghasilan.

(19)

PKB AP II – SP II Page 19 of 61

2008-2009

Sekarpura II _________________ Manajemen __________________

(4) Karyawan wanita yang waktu haid merasakan sakit dapat mengambil cuti haid

pada hari pertama dan kedua dengan pemberitahuan tertulis kepada atasan langsung.

Pasal 33 Cuti Sakit

(1) Karyawan yang menderita sakit sampai dengan 2 (dua) hari berhak

mendapatkan cuti sakit dengan ketentuan karyawan yang bersangkutan harus memberitahukan kepada atasannya secara tertulis.

(2) Karyawan yang menderita sakit lebih dari 2 (dua) hari sampai dengan 14 (empat belas) hari berhak mendapatkan cuti sakit dengan ketentuan

karyawan yang bersangkutan harus memberitahukan kepada atasannya dengan melampirkan surat keterangan dokter.

(3) Karyawan yang sakit lebih dari 14 (empat belas) hari kerja berhak

mendapatkan cuti sakit dengan ketentuan karyawan yang bersangkutan harus memberitahukan kepada atasannya dengan melampirkan surat keterangan dokter yang disahkan oleh dokter perusahaan.

(4) Karyawan yang dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari mengajukan cuti sakit

lebih dari 3 (tiga) kali wajib memeriksakan diri kepada dokter perusahaan. (5) Cuti sakit diberikan untuk waktu paling lama 12 (dua belas) bulan.

(6) Apabila setelah jangka waktu 12 (dua belas) bulan yang bersangkutan masih belum dapat bekerja kembali, maka diadakan pengujian kesehatan oleh majelis penguji kesehatan yang ditunjuk oleh dokter perusahaan dan apabila hasil uji kesehatan dinyatakan belum dapat bekerja kembali, cuti sakit dapat diperpanjang untuk paling lama 6 (enam) bulan.

(7) Apabila setelah jangka waktu 18 (delapan belas) bulan yang bersangkutan belum dapat bekerja kembali, maka diadakan pengujian kesehatan kembali oleh majelis penguji kesehatan yang ditunjuk oleh dokter perusahaan. Apabila dari hasil uji kesehatan menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak dapat bekerja maka yang bersangkutan diberhentikan sebagai karyawan.

Pasal 34

Cuti di Luar Tanggungan Perusahaan

(1) Karyawan yang mengajukan permohonan cuti di luar tanggungan perusahaan dapat dipenuhi apabila telah memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Telah bekerja sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun secara terus menerus;

b. Mengajukan permohonan tertulis disertai alasan yang dapat

dipertanggungjawabkan antara lain meliputi :

1) Melaksanakan tugas negara;

2) Mendampingi anggota keluarga yang sakit atau mendampingi suami

atau istri menjalankan tugas negara;

(20)

PKB AP II – SP II Page 20 of 61

2008-2009

Sekarpura II _________________ Manajemen __________________

4) Menyelesaikan urusan keluarga yang tersangkut masalah

pengadilan;

5) Kepentingan-kepentingan lain yang perlu, setelah mendapat

pertimbangan direksi.

(2) Selama menjalankan cuti di luar tanggungan perusahaan, maka :

a. karyawan yang bersangkutan tidak menerima penghasilan dari

perusahaan kecuali menjalankan tugas negara bukan atas permintaan sendiri;

b. iuran asuransi (jamsostek, dana pensiun, THT) dan iuran perusahaan menjadi tanggungjawab karyawan yang bersangkutan, pelaksanaannya dibayar terlebih dahulu oleh perusahaan dan diperhitungkan sebagai utang karyawan terhadap perusahaan.

(3) Karyawan yang menjalankan cuti di luar tanggungan perusahaan karena menjalankan tugas negara bukan atas permintaan sendiri tetap diperhitungkan sebagai masa kerja dan menerima penghasilan dari perusahaan dengan ketentuan :

a. Negara tidak melakukan pembayaran atau;

b. Apabila negara membayar kurang dari penghasilan terakhir, perusahaan wajib membayar selisih kekurangannya.

(4) Selama menjalankan cuti di luar tanggungan perusahaan, karyawan yang bersangkutan dibebaskan dari jabatannya.

(5) Cuti di luar tanggungan perusahaan diberikan untuk paling lama 3 (tiga) tahun dengan tetap memperhatikan ketentuan ayat (6) Pasal ini.

(6) Karyawan yang tidak melapor diri kepada perusahaan setelah menjalankan cuti di luar tanggungan perusahaan dalam jangka waktu selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum berakhirnya cuti di luar tanggungan perusahaan, diberhentikan dengan hormat sebagai karyawan.

(7) Setelah menjalankan cuti di luar tanggungan perusahaan maka :

a. Bagi karyawan yang menjalankan cuti diluar tanggungan perusahaan

karena menjalankan tugas negara bukan atas permintaan sendiri maka penempatan kembali karyawan setelah tidak menjalankan tugas negara, sesuai dengan kelas jabatan terakhir (sebagai masa transisi) sampai dengan tersedianya formasi atau penugasan di luar perusahaan.

b. Bagi karyawan yang menjalankan cuti diluar tanggungan perusahaan atas permintaan sendiri :

1) Apabila ada formasi dapat ditempatkan kembali pada jabatan

perusahaan;

2) Apabila tidak ada formasi maka karyawan yang bersangkutan

diberhentikan dengan hormat sebagai karyawan dengan mendapatkan kompensasi sesuai ketentuan yang berlaku.

(21)

PKB AP II – SP II Page 21 of 61 2008-2009

Sekarpura II _________________ Manajemen __________________

BAB VI POLA KARIR Pasal 35 Lingkup Pola Karir

(1) Pola karir merupakan perjalanan tugas karyawan dimulai sejak yang

bersangkutan diangkat menjadi karyawan, ditempatkan dalam jabatan hingga berhenti atau menjalani pemutusan hubungan kerja dengan perusahaan. (2) Pola Karir terdiri dari :

a. Pengangkatan dan penempatan dalam jabatan

b. Pendidikan dan pelatihan

c. Magang atau orientasi

d. Penyesuaian ijazah

e. Mutasi : promosi, rotasi, demosi

f. Jalur Karir : manajerial, profesi, administrasi

g. Jenjang karir dan persyaratan jabatan

h. Masa persiapan pensiun (MPP)

Pasal 36

Pengangkatan dan Penempatan Dalam Jabatan

(1) Pengangkatan karyawan merupakan hak dan kewenangan perusahaan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

(2) Kepada Pelamar yang lulus seleksi atau telah memenuhi persyaratan untuk diangkat sebagai calon karyawan atau karyawan perusahaan akan diangkat dan ditempatkan dalam suatu nama jabatan sesuai formasi.

(3) Karyawan tersebut pada ayat (2) ditempatkan pada kelas jabatan satu tingkat

di bawah KJ sasaran untuk jangka waktu minimal 1 periode penilaian PKK (6 bulan) dan paling lama sesuai dengan kenaikan penilaian PKK biasa (2 tahun).

(4) Bagi karyawan yang diperbantukan atau ditugaskan di perusahaan,

pengangkatan dalam jabatan dilaksanakan setelah yang bersangkutan dinyatakan memenuhi persyaratan dan kebutuhan perusahaan.

(5) Dalam jangka waktu sebagaimana tersebut dalam ayat (3), perusahaan

membekali karyawan dengan pendidikan dan latihan dalam rangka memenuhi persyaratan jabatan.

(6) Dalam hal terdapat jabatan lowong, maka jabatan tersebut harus terisi dalam

waktu paling lama 6 (enam) bulan.

(7) Untuk kepentingan pembinaan karir karyawan, penetapan kelas jabatan akan ditinjau kembali dan selanjutnya penempatan karyawan dalam nama jabatan dan indeks skala prestatif yang dimiliki, bukan berdasarkan kelas jabatan. (8) Peninjauan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilakukan pada tahun 2008

(22)

PKB AP II – SP II Page 22 of 61

2008-2009

Sekarpura II _________________ Manajemen __________________

Pasal 37

Pendidikan dan Latihan

(1) Perusahaan merencanakan dan melaksanakan program pendidikan dan

pelatihan yang efektif bagi karyawan sebagai pemenuhan persyaratan jabatan dan pengayaan wawasan.

(2) Tujuan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan adalah untuk meningkatkan profesionalisme dan produktivitas karyawan dalam rangka pencapaian visi dan misi perusahaan serta mendukung daya saing perusahaan secara berkesinambungan.

(3) Karyawan mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan

dan pelatihan sesuai kebutuhan perusahaan.

(4) Sasaran penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan adalah:

a. Mengembangkan kompetensi karyawan agar sesuai dengan tuntutan

kualifikasi jabatan yang sedang dipangkunya dalam mendukung perkembangan bisnis perusahaan;

b. Meningkatkan kompetensi karyawan agar sesuai dengan kualifikasi

jabatan yang direncanakan akan dipangkunya;

c. Mempersiapkan karyawan sejak dini agar memiliki kompetensi dalam

mengelola bisnis perusahaan di masa depan.

(5) Program Pendidikan dan latihan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri

atas :

a. Diklat manajerial;

b. Diklat formal;

c. Diklat teknis; d. Diklat substantif.

(6) Diklat Manajerial dilakukan bagi karyawan perusahaan sebagai upaya untuk memenuhi persyaratan jabatan, terdiri atas :

a. Diklat Manajer Muda (Jerda); b. Manajer Madya (Jerdya);

c. Manajer Utama (Jertama).

(7) Diklat Formal dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi persyaratan jabatan.

(8) Diklat Teknis dilakukan bagi karyawan perusahaan untuk memenuhi

persyaratan jabatan, terdiri atas : a. Teknis dasar;

b. Teknis lanjut.

(9) Diklat Substantif dilakukan bagi karyawan perusahaan untuk pengayaan

wawasan yang bersangkutan.

(10) Karyawan yang diutamakan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan

manajerial, formal, dan teknis lanjut, memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Nilai Prestasi Individu tertinggi dengan nilai minimal “baik” di unit kerja

(23)

PKB AP II – SP II Page 23 of 61

2008-2009

Sekarpura II _________________ Manajemen __________________

b. Track record, antara lain meliputi: disiplin kehadiran, ada tidaknya pelanggaran, perilaku dalam dinas.

(11) Program pelatihan substantif yang dikelola Kantor Cabang wajib diinformasikan oleh unit yang membidangi fungsi kepegawaian kepada seluruh karyawan. (12) Karyawan yang mengikuti pendidikan formal yang merupakan tugas belajar

dari perusahaan, maka setelah lulus :

a. Pendidikan yang bersangkutan secara otomatis diakui oleh perusahaan tanpa melalui proses penyesuaian ijazah;

b. Karyawan yang bersangkutan berhak atas penyesuaian gaji dasar sesuai

ijazah/pendidikan yang diakui;

c. Mengisi formasi yang tersedia apabila telah sesuai dengan kualifikasi jabatan yang dipersyaratkan.

(13) Ketentuan tentang pendidikan dan pelatihan akan diatur lebih lanjut dalam keputusan direksi.

Pasal 38 Orientasi/Magang

(1) Sasaran pelaksanaan orientasi adalah untuk:

a. peningkatan wawasan karyawan;

b. peningkatan kompetensi karyawan sebagai persiapan promosi dan rotasi.

(2) Karyawan yang melaksanakan orientasi untuk peningkatan wawasan, harus

memenuhi kesesuaian dengan kualifikasi pendidikan.

(3) Karyawan yang melaksanakan orientasi sebagai persiapan untuk promosi dan rotasi, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Nilai Prestasi Individu tertinggi dengan nilai minimal “baik” di unit kerja dan kelompok jabatannya;

b. Track record, antara lain meliputi: disiplin kehadiran, ada tidaknya pelanggaran, perilaku dalam dinas; dan

c. Kesesuaian dengan kualifikasi jabatan sasaran.

(4) Ketentuan tentang orientasi/magang akan diatur dalam keputusan direksi tersendiri.

Pasal 39 Penyesuaian Ijazah

(1) Penyesuaian ijazah pendidikan formal dimaksudkan untuk memenuhi

persyaratan jabatan, persiapan kaderisasi yang diselenggarakan atas dasar kesesuaian disiplin ilmu yang dimiliki karyawan dengan kebutuhan perusahaan c.q. unit kerja yang bersangkutan.

(2) Penyesuaian ijazah dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun untuk tingkat pendidikan SLTA sampai dengan Pasca Sarjana/S2 dengan tetap memperhatikan ketentuan pada ayat (1).

(24)

PKB AP II – SP II Page 24 of 61

2008-2009

Sekarpura II _________________ Manajemen __________________

(3) Karyawan yang akan melaksanakan penyesuaian ijazah, harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

a. Nilai Prestasi Individu tertinggi dengan nilai minimal “baik” di unit kerja dan kelompok jabatannya;

b. Track record, antara lain meliputi: disiplin kehadiran, ada tidaknya pelanggaran, perilaku dalam dinas.

(4) Penyesuaian Ijazah dilakukan terhadap karyawan yang memiliki ijazah pendidikan formal yang lebih tinggi dari ijazah yang diakui oleh Perusahaan, dengan ketentuan:

a. untuk pemenuhan persyaratan jabatan:

1) Karyawan yang bersangkutan sudah menduduki jabatan yang

mensyaratkan pendidikan formal lebih tinggi dari ijazah yang diakui oleh Perusahaan;

2) Kualifikasi pendidikan/ijazah yang dimiliki, sesuai dengan

persyaratan jabatan/bidang pekerjaan yang dipangku oleh karyawan yang bersangkutan.

b. untuk kaderisasi:

1) Karyawan yang bersangkutan sudah bekerja di Perusahaan minimal

selama 6 (enam) tahun secara berturut-turut;

2) Apabila karyawan lulus dalam ujian Penyesuaian Ijazah, maka yang

bersangkutan dapat diserahi jabatan atau tugas yang memerlukan pengetahuan atau keahlian sesuai dengan disiplin ilmu yang diperoleh dari pendidikan terakhir;

3) Penyesuaian Ijazah dilaksanakan sesuai dengan formasi lowong di Perusahaan dengan mengacu pada Rencana Induk Pengembangan SDM;

4) Relevansi antara ijazah yang dimiliki karyawan dengan jabatan atau

bidang tugas yang akan dipangkunya sesuai dengan persyaratan jabatan yang ditetapkan dalam Keputusan Direksi.

(5) Dalam hal karyawan memiliki ijazah yang lebih tinggi akan tetapi tidak sesuai dengan kebutuhan unit kerja yang bersangkutan, maka dimungkinkan untuk alih tugas ke unit kerja yang membutuhkan disiplin ilmu tersebut dengan terlebih dahulu mengikuti proses seleksi atau proses magang.

(6) Dalam hal karyawan menjalankan pendidikan formal atas perintah

perusahaan, maka pendidikan yang bersangkutan secara otomatis akan diakui oleh perusahaan tanpa melalui proses penyesuaian ijazah.

(7) Usia maksimal bagi karyawan yang menjalankan pendidikan formal atas

perintah perusahaan adalah 45 tahun, kecuali untuk memenuhi persyaratan perolehan Surat Tanda Kecakapan Personil (STKP).

(8) Setelah berlakunya PKB ini, sepanjang tahun 2008 Manajemen bersama SP II

akan melakukan kajian untuk kemungkinan pengakuan ijazah berdasarkan formasi.

(9) Ketentuan mengenai tata cara dan syarat-syarat penyesuaian ijazah diatur lebih lanjut dengan keputusan direksi.

(25)

PKB AP II – SP II Page 25 of 61

2008-2009

Sekarpura II _________________ Manajemen __________________

Pasal 40 Mutasi

(1) Untuk kepentingan perusahaan dan pengembangan karir karyawan,

perusahaan berhak dan berwenang untuk melaksanakan mutasi karyawan.

(2) Mutasi karyawan dapat berupa :

a. promosi yaitu alih tugas karyawan dari satu jabatan ke jabatan lain yang lebih tinggi kelas jabatannya baik dalam satu lingkungan unit kerja/cabang, maupun antar unit kerja/cabang atau

afiliasi

perusahaan

atauanak Perusahaan;

b. rotasi yaitu alih tugas karyawan dari satu jabatan ke jabatan lain yang mempunyai tanggungjawab dan beban tugas relatif sama/setara dan tidak berdampak pada perubahan kelas jabatan, baik dalam satu lingkungan unit kerja/cabang, maupun antar unit kerja/cabang atau

afiliasi

perusahaanatauanak Perusahaan;

c. demosi yaitu alih tugas karyawan dari suatu posisi tugas ke posisi tugas lain yang mempunyai tanggungjawab dan beban tugas lebih rendah dan berdampak pada penurunan, kelas jabatan baik dalam satu lingkungan unit kerja/cabang, maupun antar unit kerja/cabang atau afiliasi perusahaan atau anak Perusahaan.

(3) Dalam mengatur mutasi, perusahaan mempertimbangkan kepentingan dan

keinginan karyawan.

(4) Dalam hal terjadi mutasi antar wilayah kerja bukan atas permintaan sendiri, perusahaan memberikan biaya pindah karyawan dan keluarganya, termasuk biaya pindah sekolah anak, dan biaya akomodasi masa transisi untuk paling lama 6 bulan, sebagai akibat adanya mutasi.

(5) Penempatan untuk karyawan yang berstatus suami istri diatur untuk tidak dalam satu fungsi kerja.

(6) Biaya pindah sekolah anak sebagaimana tersebut dalam ayat (4) adalah penggantian atas biaya yang dikeluarkan dengan bukti pembayaran yang sah berdasar azas kewajaran.

(7) Yang dimaksud antar wilayah kerja sebagaimana tersebut dalam ayat (4) tidak

termasuk antar Kantor Pusat, Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Halim Perdanakusuma.

(8) Ketentuan mengenai mutasi (rotasi, demosi, promosi) berikut biaya pindah dimaksud pada ayat (4) diatur lebih lanjut dengan keputusan direksi.

(26)

PKB AP II – SP II Page 26 of 61

2008-2009

Sekarpura II _________________ Manajemen __________________

Pasal 41 Promosi

(1) Setiap karyawan mendapat kesempatan yang sama untuk promosi.

(2) Promosi dilakukan dalam rangka :

a. pengisian formasi;

b. optimalisasi tugas unit kerja.

(3) Setiap promosi maksimal 3 (tiga) tingkat kecuali untuk promosi melalui seleksi terbuka untuk tingkat jabatan Asisten Manajer/Kadin. Seleksi terbuka dilakukan apabila SDM internal tidak tersedia, yang dinyatakan oleh unit HRD setelah mendapatkan konfirmasi dari pimpinan unit yang bersangkutan.

(4) Pelaksanaan promosi dengan memperhatikan pola diklat sebagaimana tersebut

pada pasal 37.

Pasal 42 Rotasi

(1) Setiap karyawan mendapat kesempatan yang sama untuk rotasi. (2) Rotasi dilakukan dalam rangka :

a. pengisian formasi;

b. penambahan pengetahuan dan ketrampilan;

c. optimalisasi tugas unit kerja;

d. pembinaan berkaitan dengan penilaian prestasi atau kompetensi dan/atau

disiplin;

e. memenuhi kebutuhan perusahaan atau atas permintaan karyawan sendiri.

(3) Rotasi karyawan dapat berupa :

a. rotasi non manajerial atau rotasi dari manajerial ke manajerial; b. rotasi dari manajerial ke non manajerial.

(4) Rotasi untuk kelompok jabatan manajerial dilakukan setelah 6 (enam) bulan dan paling lama 5 (lima) tahun kerja, kecuali kepentingan dinas menghendaki lain.

(5) Rotasi non manajerial dilakukan untuk kepentingan pengembangan karir yang bersangkutan.

(6) Karyawan diperbolehkan mengajukan permohonan rotasi/alih tugas sebanyak 1 (satu) kali sepanjang formasi jabatan tersedia, dan dapat mengajukan kembali sepanjang belum disetujui oleh perusahaan.

Pasal 43 Demosi

(1) Demosi dilakukan karena :

a. nilai prestasi/kompetensi karyawan rendah yang dibuktikan dengan

(27)

PKB AP II – SP II Page 27 of 61

2008-2009

Sekarpura II _________________ Manajemen __________________

b. pelanggaran terhadap disiplin tingkat berat sesuai rekomendasi

KP2DK/TPK/Riksus yang telah mendapatkan persetujuan direksi; atau c. rotasi atas permintaan sendiri karena tidak tersedia formasi jabatan

setara; atau

d. tidak tersedia formasi jabatan setara bagi karyawan yang telah

menjalankan cuti di luar tanggungan perusahaan.

(2) Untuk hal-hal tersebut pada ayat (1), kecuali untuk pelanggaran disiplin tingkat berat dan atas permintaan sendiri, demosi dilakukan maksimal 3 (tiga) tingkat dan paling lama untuk jangka waktu 2 tahun.

(3) Selain disebabkan oleh hal-hal tersebut pada ayat (1) demosi dilakukan karena adanya restrukturisasi organisasi.

(4) Untuk pelanggaran disiplin tingkat berat penurunan kelas jabatan maksimal 4 (empat) tingkat untuk jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun.

(5) Karyawan yang menjalani demosi dan selama masa hukuman berkinerja baik

serta tidak melakukan pelanggaran disiplin lain, maka setelah berakhirnya jangka waktu hukuman, maka harus ditempatkan kembali dalam jabatan setara dengan kelas jabatan semula.

(6) Dalam hal terjadi demosi, perusahaan wajib memberitahukan alasan demosi kepada yang bersangkutan, dan menetapkan dalam suatu Keputusan Direksi.

Pasal 44 Jalur Karir

Jalur karir karyawan ditetapkan dalam 3 jalur yaitu :

a. Administrasi yaitu jalur karir bagi karyawan yang menjalankan tugas-tugas administratif. Dalam kelompok ini karyawan yang bersangkutan bekerja di bawah pengawasan/supervisi karyawan lain dari kelompok jabatan Manajerial.

b. Profesi yaitu jalur karir bagi karyawan yang menjalankan tugas-tugas

operasional baik dari unit kerja operasi atau teknik. Dalam kelompok ini karyawan yang bersangkutan menjalankan tugas pada jabatan yang menjamin kelancaran operasional unit sesuai standar atau ketentuan yang berlaku. c. Manajerial yaitu jalur karir bagi karyawan yang menjalankan tugas-tugas

manajerial, baik struktural maupun non struktural dalam rangka menunjang kelancaran tugas manajemen perusahaan.

Pasal 45

Jenjang Karir Dan Persyaratan Jabatan

(1) Perjalanan karir karyawan dari suatu posisi tugas ke posisi tugas lain dalam jenjang karir dimungkinkan, sepanjang formasi tersedia dan yang bersangkutan memenuhi persyaratan jabatan yang ditetapkan untuk menempati jabatan sasaran serta pertimbangan lain yang berkaitan dengan penilaian performansi kerja dan pelatihan.

(28)

PKB AP II – SP II Page 28 of 61

2008-2009

Sekarpura II _________________ Manajemen __________________

(2) Pengembangan karir dilaksanakan dengan mempertimbangkan kesesuaian kelompok keluarga jabatan (job family) dan atau kualifikasi persyaratan jabatan.

(3) Pembinaan karir karyawan berakhir pada waktu yang bersangkutan mengundurkan diri baik karena permohonan sendiri maupun karena sebab-sebab lain yang sah menurut hukum.

(4) Jenjang karir dan persyaratan sesuai jalur diatur lebih lanjut dalam keputusan direksi.

Pasal 46

Masa Persiapan Pensiun

(1) Batas usia pensiun normal untuk karyawan yang bekerja di perusahaan adalah 56 tahun termasuk masa persiapan pensiun (MPP) selama 1 tahun.

(2) Karyawan yang telah memasuki usia MPP atau 55 tahun dan menduduki jabatan manajerial, diberhentikan dari jabatannya dengan pilihan menjalankan MPP atau tidak menjalankan MPP dengan tetap diberikan penghasilan setara dengan Kelas Jabatan terakhir pada saat yang bersangkutan memasuki usia MPP.

(3) Karyawan yang telah memasuki usia MPP atau 55 tahun dan menduduki jabatan non manajerial, diberikan pilihan dapat menjalankan MPP atau tidak menjalankan MPP dengan tetap diberikan penghasilan setara dengan Kelas Jabatan terakhir pada saat yang bersangkutan memasuki usia MPP.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur MPP diatur lebih lanjut dengan keputusan direksi.

Pasal 47

Karir Karyawan Perusahaan Perbantuan

(1) Perusahaan dapat menugaskan karyawannya di luar perusahaan, dalam rangka:

a. mengisi formasi jabatan atau melaksanakan pekerjaan pada Instansi Penerima; atau

b. memenuhi kepentingan lain yang disepakati oleh Direksi dan Direksi Instansi Penerima; atau

c. memenuhi permintaan karyawan yang bersangkutan.

(2) Karyawan perusahaan mempunyai kesempatan yang sama untuk diperbantukan pada afiliasi perusahaan atau anak perusahaan atau instansi lain.

(3) Selama masa perbantuan, karyawan perusahaan wajib melaporkan setiap mutasi jabatan yang bersangkutan di instansi penerima.

(4) Penarikan atau penempatan kembali di perusahaan mempertimbangkan pengalaman jabatan yang bersangkutan selama diperbantukan.

(29)

PKB AP II – SP II Page 29 of 61

2008-2009

Sekarpura II _________________ Manajemen __________________

(5) Ketentuan mengenai prosedur Karyawan Perusahaan Perbantuan diatur lebih lanjut dengan keputusan direksi.

Pasal 48

Karir Pegawai Negeri Sipil

(1) Perusahaan menerima pegawai negeri sipil yang diperbantukan atau ditugaskan pada perusahaan, dalam rangka:

a. mengisi formasi jabatan atau melaksanakan pekerjaan pada

perusahaan; atau

b. memenuhi kepentingan lain yang disepakati oleh Direksi dan Pimpinan Instansi Induk.

(2) Bagi Pegawai Negeri Sipil yang diperbantukan atau ditugaskan dalam jabatan di perusahaan, pengangkatan dalam jabatan dilaksanakan setelah yang bersangkutan memenuhi persyaratan dan kebutuhan perusahaan.

(3) Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diperbantukan pada perusahaan sebagai Teknisi Penerbangan, pembinaan karirnya dilakukan pada jalur profesi sesuai fungsi penugasannya.

(4) Dalam hal pegawai yang bersangkutan akan dimutasikan pada jalur administrasi atau manajerial, harus dimintakan permohonan monostatus yang bersangkutan kepada instansi induknya.

(5) Bagi karyawan diperbantukan dengan masa kerja minimal 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun diperbantukan maka dapat dimonostatuskan dalam hal karyawan bersangkutan mengajukan permohonan mono status dan oleh Departemen Perhubungan telah ditetapkan pemberhentiannya sebagai PNS, kecuali Pegawai Negeri Sipil yang beralih status/mono status sebagai akibat Penyertaan Modal Negara (PMN) ke perusahaan.

(6) Karyawan Diperbantukan yang telah memperoleh ijazah yang lebih tinggi dari ijazah yang tercatat resmi di Perusahaan dapat mengikuti program Penyesuaian Ijazah setelah mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari instansi induknya.

(7) Dalam hal alih status dari karyawan diperbantukan menjadi karyawan perusahaan maka perusahaan wajib menerima yang bersangkutan, sepanjang memenuhi ketentuan yang berlaku.

BAB VII PENGHASILAN

Pasal 49 Gaji Dasar

(1) Perusahaan menaikkan gaji dasar karyawan pada setiap awal bulan Januari sekurang-kurangnya sebesar 1,5 % (satu setengah persen).

Referensi

Dokumen terkait

Sekalipun dalam ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut telah mengamanatkan untuk memperlakukan pecandu dan korban penyalahguna narkotika secara humanis, namun

12 hukum (Peraturan Perundang-undangan) yang berlaku, dikaitkan dengan praktiknya dilapangan. 12 Setelah mempelajari dan memahami norma yang ada, lalu melihat

“Harus merupakan suatu perbuatan manusia, perbuatan tersebut dilarang dan diberi ancaman hukuman, baik oleh undang-undang maupun peraturan perundang-undangan lainnya,

Hukum pidana melihat kejahatan dalam arti perbuatan yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan, kriminologi melihat kejahtan dalam arti faktor- faktor penyebab kejahatan

hak-haknya sebagai PEKERJA untuk mengikuti kegiatan didalam ataupun diluar yang berkaitan dengan SERIKAT PEKERJA. PENGUSAHA tidak akan mencampuri urusan SERIKAT PEKERJA

Unit kompetensi ini berlaku untuk menginventarisasi peraturan perundang-undangan tentang ketentuan keteknikan, pelindungan tenaga kerja dan kode etik yang diperlukan

Jaminan kesehatan bagi pekerja WNI yang bekerja di luar negeri diatur dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tersendiri (Kementerian Kesehatan RI,

Dalam penelitian ini akan menggambarkan dan menganalisis secara sistematis peraturan perundang-undangan yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktik