• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I UMUM Pasal 1 Pihak-Pihak Yang Mengadakan Perjanjian Kerja Bersama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I UMUM Pasal 1 Pihak-Pihak Yang Mengadakan Perjanjian Kerja Bersama"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) PERIODE 2018-2019 | 1 BAB I

UMUM Pasal 1

Pihak-Pihak Yang Mengadakan Perjanjian Kerja Bersama

(1) TERMINAL PETIKEMAS KOJA adalah suatu PERUSAHAAN yang berbentuk Kerjasama Operasi yang dibentuk oleh PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) dan PT Hutchison Ports Indonesia (d/h PT Ocean Terminal Petikemas, d/h PT Humpuss Terminal Petikemas) berdasarkan Akte Notaris Ny. Imas Fatimah, SH. Nomor 53 tanggal 23 Oktober 1996 tentang Akta Kerjasama Operasi Pengelolaan Terminal Petikemas Koja, Perjanjian Induk antara PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) dan PT Humpuss Terminal Petikemas Nomor HK.566/6/4/PI.II-94 dan Nomor 001/HTP-PI.II/VIII/94 tanggal 16 Agustus 1994 tentang Pengelolaan Terminal Petikemas III Tanjung Priok, Addendum antara PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) dan PT Humpuss Terminal Petikemas Nomor HK.566/2/12/PI.II-99 dan Nomor 012/HTP-PI.II/ADD/III/99 tanggal 26 Maret 1999 dan Perjanjian Amandemen antara PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) dan PT Hutchison Ports Indonesia Nomor HK.566/17/38/PI.II-11 dan Nomor 049/SKB-HPI/VI/11 tanggal 22 Juni 2011, berkedudukan di Jalan Digul Nomor 1, Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara, dalam hal ini diwakili oleh ADE HARTONO, bertindak selaku General Manager yang diangkat berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) Nomor KP.428/31/8/1/PI.II-16 tanggal 31 Agustus 2016 tentang Alih Tugas/Jabatan Bagi Pekerja Di Lingkungan PT Pelabuhan Indonesia II (Persero), dan oleh karenanya bertindak secara sah untuk dan atas nama MANAJEMEN TPK KOJA mewakili PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) dan PT Hutchison Ports Indonesia, selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA. ---

(2) SERIKAT PEKERJA TERMINAL PETIKEMAS KOJA adalah Organisasi Pekerja Terminal Petikemas Koja, dalam hal ini diwakili oleh MUKMIN, bertindak selaku Ketua Umum Serikat Pekerja Terminal Petikemas Koja berdasarkan hasil Musyawarah Kerja SERIKAT PEKERJA TPK KOJA Nomor 01/BA/MUSKER/II/2019 Tanggal 18 Februari 2019 dan oleh karenanya bertindak secara sah untuk dan atas nama SERIKAT PEKERJA Terminal Petikemas Koja, selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA.

(3) Selanjutnya PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut sebagai Para Pihak. --- (4) Para Pihak setuju dan sepakat untuk mengadakan PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) ini.

(2)

PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) PERIODE 2018-2019 | 2 Pasal 2

Pengertian Dan Istilah

(1) PERJANJIAN KERJA BERSAMA (selanjutnya disebut PKB) adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara SERIKAT PEKERJA dengan PENGUSAHA yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.

(2) PERUSAHAAN adalah Kerjasama Operasi Terminal Petikemas Koja (selanjutnya disebut TPK Koja), yang berlokasi di Jalan Digul Nomor 1 - Tanjung Priok, Jakarta Utara 14310 yang didirikan berdasarkan Akte Notaris Ny. Imas Fatimah, SH Nomor 53 tanggal 23 Oktober 1996 tentang Akta Kerjasama Operasi Pengelolaan Terminal Petikemas Koja, Perjanjian Induk antara PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) dan PT Humpuss Terminal Petikemas Nomor HK.566/6/4/PI.II-94 dan Nomor 001/HTP-PI.II/VIII/94 tanggal 16 Agustus 1994 tentang Pengelolaan Terminal Petikemas III Tanjung Priok, Addendum antara PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) dan PT Humpuss Terminal Petikemas Nomor HK.566/2/12/PI.II-99 dan Nomor 012/HTP-PI.II/ADD/III/99 tanggal 26 Maret 1999 dan Perjanjian Amandemen antara PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) dan PT Hutchison Ports Indonesia Nomor HK.566/17/38/PI.II-11 dan Nomor 049/SKB-HPI/VI/11 tanggal 22 Juni 2011.

(3) PENGUSAHA adalah Direksi PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) dan Direksi PT Hutchison Ports Indonesia (d/h PT Ocean Terminal Petikemas d/h PT Humpuss Terminal Petikemas) dan/atau KUASANYA yaitu MANAJEMEN.

(4) MANAJEMEN adalah pengelola PERUSAHAAN yang dibentuk oleh PENGUSAHA terdiri dari General Manager dan para Deputy General Manager.

(5) MANAJER adalah nama jabatan MANAJER dan/atau yang setingkat (Kepala Internal Audit dan Sekretaris Perusahaan) dalam struktur organisasi di PERUSAHAAN, yang memimpin departemen, serta bertanggung jawab langsung kepada MANAJEMEN

(6) ATASAN adalah pejabat dalam struktur organisasi di PERUSAHAAN yang berwenang untuk memberikan perintah/petunjuk kepada PEKERJA dan meminta pertanggungjawaban dari PEKERJA tersebut

(7) PEKERJA adalah seseorang yang bekerja berdasarkan perjanjian tertulis dan menerima UPAH dari PERUSAHAAN, terdiri dari :

a. PEKERJA TETAP adalah PEKERJA yang direkrut oleh PERUSAHAAN berdasarkan perjanjian kerja waktu tidak tertentu.

b. PEKERJA TIDAK TETAP adalah PEKERJA yang direkrut oleh PERUSAHAAN berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu.

c. PEKERJA YANG DIPERBANTUKAN adalah PEKERJA dibawah level MANAJEMEN yang ditugaskan oleh instansi induk –yaitu PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) dan PT. Hutchison Ports Indonesia– kepada PERUSAHAAN, yang pembinaan administrasinya tetap berada pada instansi induk, sedangkan tugas-tugasnya diatur oleh PERUSAHAAN, dan diberikan UPAH serta tunjangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku padanya.

d. PEKERJA YANG DITUGASKAN adalah PEKERJA yang diperbantukan pada instansi lain (perusahaan lain, anak PERUSAHAAN dan atau instansi induk PERUSAHAAN.

(8) PEKERJAAN adalah kegiatan yang dijalankan oleh PEKERJA yang bersangkutan untuk kepentingan PERUSAHAAN dalam suatu hubungan kerja dengan mendapatkan UPAH.

(9) JABATAN adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, kewajiban, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang PEKERJA.

(3)

PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) PERIODE 2018-2019 | 3

(10) KELAS JABATAN adalah peringkat JABATAN yang didasarkan pada Nilai Jabatan, yang mengacu pada sistem standar, terukur dan transparan yang dipergunakan dalam perhitungan pengupahan PEKERJA.

(11) MOGOK KERJA adalah tindakan PEKERJA yang direncanakan dan dilaksanakan secara bersama- sama dan atau oleh SERIKAT PEKERJA dengan pemberitahuan secara tertulis kepada PERUSAHAAN untuk menghentikan PEKERJAAN atau memperlambat PEKERJAAN.

(12) PENUTUPAN PERUSAHAAN/LOCK-OUT adalah tindakan PENGUSAHA untuk menolak PEKERJA seluruhnya atau sebagian untuk menjalankan PEKERJAAN.

(13) PENSIUN adalah berakhirnya hubungan kerja antara PEKERJA dengan PERUSAHAAN karena PEKERJA mencapai usia tertentu.

(14) PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara PEKERJA dan PERUSAHAAN.

(15) SERIKAT PEKERJA adalah SERIKAT PEKERJA Terminal Peti Kemas KOJA (SP-TPK KOJA) sebagaimana yang terdaftar pada kantor wilayah Departemen Tenaga Kerja DKI Jakarta berdasarkan Surat Keputusan Nomor 92/W.26.4/4/VII/K/2000 tanggal 31 Juli 2000 dengan Nomor Pendaftaran 300/OP-SP.TPKK/DFT/02/IX/VII/2000.

(16) PENGURUS SERIKAT PEKERJA adalah anggota SERIKAT PEKERJA yang terpilih dalam musyawarah untuk memimpin dan mengelola SERIKAT PEKERJA serta mewakili kepentingan PEKERJA yang menjadi anggotanya.

(17) KOPERASI PEKERJA (KOPKAR) adalah koperasi yang beranggotakan dan dikelola para PEKERJA TETAP sebagai perwujudan gerakan ekonomi PEKERJA, berdasarkan prinsip koperasi, menuju tingkat kesejahteraan yang lebih baik bagi anggotanya.

(18) PEKERJAAN OUTSOURCING adalah penyerahan sebagian pelaksanaan PEKERJAAN kepada pihak ketiga dengan cara melakukan perjanjian pemborongan PEKERJAAN atau perjanjian penyediaan jasa PEKERJA yang dibuat secara tertulis.

(19) KELUARGA PEKERJA adalah istri/suami dan 3 (tiga) orang ANAK yang sah, maksimal usia anak 25 (dua puluh lima) tahun dan belum menikah yang tertanggung dan terdaftar pada PERUSAHAAN.

(20) SUAMI/ISTRI adalah SUAMI/ISTRI dari pernikahan yang sah menurut undang-undang dengan ketentuan PERUSAHAAN hanya mengakui 1 (satu) suami/istri dari pernikahan yang sah yang telah terdaftar pada PERUSAHAAN.

(21) ANAK adalah anak kandung dari pernikahan yang sah, anak tiri, dan/atau anak angkat yang didukung dengan dokumen yang berkekuatan hukum, diakui dan terdaftar pada PERUSAHAAN, yang berusia maksimal 25 (dua puluh lima) tahun, kecuali sudah menikah, atau sudah bekerja.

(22) AHLI WARIS adalah SUAMI/ISTRI, ANAK, ayah dan ibu kandung, kakak/adik kandung yang terdaftar pada PERUSAHAAN dan dibuktikan dengan dokumen kependudukan yang sah secara hukum yaitu Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), Akte Kelahiran sebagai penerima manfaat pembayaran pensiun/PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) atas hak-hak PEKERJA yang meninggal dunia.

(23) UPAH adalah hak PEKERJA yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari PERUSAHAAN atau pemberi kerja kepada PEKERJA yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau PERATURAN PERUNDANGAN, termasuk tunjangan bagi PEKERJA dan KELUARGA-nya atas suatu PEKERJAAN dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

(24) HARI DAN WAKTU KERJA adalah hari dan waktu kerja yang ditetapkan oleh PERUSAHAAN untuk kepentingan PERUSAHAAN dengan berdasarkan pada PERATURAN PERUNDANGAN yang berlaku.

(4)

PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) PERIODE 2018-2019 | 4

(25) KERJA NONSTOP adalah kegiatan operasional dan pendukung operasional pada jam istirahat yang bertujuan untuk optimalisasi pelayanan.

(26) KERJA NONSTOP SAAT BULAN RAMADHAN adalah kerja yang dilakukan PEKERJA operasional dan pendukung operasional pada jam istirahat selama bulan Ramadhan, maksimal 1 (satu) jam.

(27) KERJA LEMBUR adalah PEKERJAAN yang dilakukan oleh PEKERJA di luar jam kerja yang telah ditetapkan atau yang berlaku, bertujuan mempercepat penyelesaian PEKERJAAN tertentu yang sifatnya mendesak yang pelaksanaannya berdasarkan Surat Perintah Lembur (SPL).

(28) HARI LIBUR NASIONAL adalah hari libur dan cuti bersama yang ditetapkan oleh PEMERINTAH.

(29) MASA KERJA adalah masa kerja PEKERJA terus-menerus sejak tanggal PEKERJA mulai bekerja di PERUSAHAAN atau sejak menandatangani surat Perjanjian Kerja Untuk Perorangan (PKUP), tidak termasuk cuti diluar tanggungan PERUSAHAAN.

(30) PENYESUAIAN PENGHASILAN adalah penyesuaian tahunan atas besaran upah berdasarkan nilai inflasi dari Biro Pusat Statistik (BPS).

(31) PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) 24/IMBALAN PASCA KERJA adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku yang mengatur pengakuan kewajiban PERUSAHAAN untuk imbalan pasca kerja PEKERJA.

(32) TUNJANGAN TETAP adalah pembayaran-pembayaran yang teratur berkaitan dengan PEKERJAAN yang diberikan secara tetap untuk PEKERJA serta dibayarkan dalam satuan waktu yang sama dengan pembayaran UPAH POKOK.

(33) TUNJANGAN TIDAK TETAP adalah pembayaran yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan PEKERJA, yang diberikan secara tidak tetap untuk PEKERJA dan KELUARGA-nya serta dibayarkan menurut satuan waktu yang tidak sama dengan waktu pembayaran UPAH POKOK.

(34) LEMBAGA KERJA SAMA BIPARTIT (LKS BIPARTIT) adalah forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hubungan industrial di PERUSAHAAN yang anggotanya terdiri dari PENGUSAHA dan SERIKAT PEKERJA yang sudah tercatat di instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan atau unsur PEKERJA.

(35) HUBUNGAN INDUSTRIAL adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur PENGUSAHA, PEKERJA, dan PEMERINTAH yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

(36) CUTI BESAR/ISTIRAHAT PANJANG adalah istirahat yang diberikan kepada PEKERJA setelah masa kerja 6 (enam) tahun secara terus-menerus pada PERUSAHAAN.

(37) TUNJANGAN HARI RAYA KEAGAMAAN, adalah; pendapatan non upah yang wajib dibayarkan oleh PERUSAHAAN kepada PEKERJA atau KELUARGA-nya menjelang Hari Raya Keagamaan.

(38) KOMPENSASI KERJA NONSTOP SAAT BULAN RAMADHAN adalah tambahan penghasilan yang dibayarkan oleh PERUSAHAAN kepada PEKERJA –yang melakukan KERJA NONSTOP SAAT BULAN RAMADHAN.

(39) PERJALANAN DINAS adalah perjalanan dalam rangka melaksanakan tugas PERUSAHAAN, baik perjalanan dinas dalam kota, luar kota dan/atau luar negeri.

(40) PERJALANAN DINAS DOMESTIK adalah perjalanan yang dilakukan oleh PEKERJA diluar wilayah DKI Jakarta dengan tujuan menjalankan pekerjaan/tugas dari PERUSAHAAN.

(41) PERJALANAN DINAS LUAR NEGERI adalah kegiatan PERJALANAN DINAS yang dilakukan di luar wilayah negara Republik Indonesia.

(5)

PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) PERIODE 2018-2019 | 5

(42) PELANGGARAN adalah tindakan PEKERJA yang melakukan penyimpangan dan/atau pelanggaran terhadap tata-tertib kerja sebagaimana diatur dalam PKB dan/atau terhadap PERATURAN PERUNDANGAN yang berlaku.

(43) SURAT PERINGATAN adalah keputusan resmi PERUSAHAAN termasuk kegiatannya untuk memberikan peringatan terhadap PEKERJA –yang memiliki dampak hukum ketenagakerjaan maupun terhadap PENILAIAN UNJUK KERJA– sebagai tindak lanjut dari PELANGGARAN yang dilakukan oleh PEKERJA terhadap ketentuan dalam PKB ini.

(44) PEMBINAAN adalah suatu upaya melalui kebijakan PERUSAHAAN dalam rangka membentuk sikap, perilaku dan kemampuan yang dilakukan dalam bentuk konseling dan coaching.

(45) KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (selanjutnya disebut K3) adalah upaya perlindungan agar para PEKERJA dan orang yang berada ditempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat serta agar setiap sarana dan prasarana kerja/kantor digunakan secara aman dan efisien.

Pasal 3 Dasar Hukum PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) ini disusun berdasarkan:

(1) Undang-Undang Dasar 1945.

(2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

(3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja.

(4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

(5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.

(6) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

(7) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan.

(8) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 63 tahun 2004 tentang Pengamanan Objek Vital Nasional.

(9) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1954 tentang Penetapan Peraturan Istirahat Buruh.

(10) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan kerja Dan Jaminan Kematian.

(11) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun.

(12) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Hari Tua.

(13) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 16/XI/2011 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama.

(14) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 50/PMK.010/2012 tentang Perubahan Ketiga Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 343/KMK.047/1998 tentang Iuran dan Manfaat Pensiun.

(15) Peraturan Perundang-undangan yang mengatur tentang Ketenagakerjaan dan semua peraturan pelaksanaan lainnya.

(6)

PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) PERIODE 2018-2019 | 6 Pasal 4

Kode Etik

(1) Komitmen MANAJEMEN untuk meningkatkan ”stakeholder value” antara lain : a. Memberikan mutu pelayanan terbaik kepada pelanggan.

b. Menghargai PEKERJA sebagai aset dan sumber daya utama yang berprestasi dan sejahtera.

c. Memberikan kontribusi optimal pada PERUSAHAAN.

d. Ikut mengemban tanggung jawab sosial dan lingkungan.

(2) PEKERJA dan PERUSAHAAN wajib menerapkan Good Corporate Governance (GCG) sesuai dengan panduan yang berlaku di PERUSAHAAN.

Pasal 5

Komitmen Bersama Pengusaha Dan Serikat Pekerja

(1) PERUSAHAAN dan SERIKAT PEKERJA bersama-sama berkomitmen untuk menjadikan PERUSAHAAN sebagai terminal petikemas pilihan utama, dengan pelayanan yang cepat, tepat, aman dan efisien.

(2) PERUSAHAAN dan SERIKAT PEKERJA bersama-sama memiliki komitmen untuk menjalankan prinsip umum terhadap PERUSAHAAN dan prinsip umum terhadap SERIKAT PEKERJA.

(3) PERUSAHAAN dan SERIKAT PEKERJA memiliki komitmen untuk mewujudkan tercapainya zero customer complaint dan zero accident dalam meningkatkan kepuasan pelanggan dan citra PERUSAHAAN.

(4) PERUSAHAAN dapat membuat kebijakan lain dibidang ketenagakerjaan dan peningkatan kesejahteraan PEKERJA di luar yang sudah diatur dalam PKB ini sepanjang tidak bertentangan dengan PKB ini demi peningkatan kinerja, operasional dan produktivitas PERUSAHAAN.

Pasal 6 Maksud Dan Tujuan

(1) Maksud dan tujuan PKB ini adalah untuk menciptakan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan kerja antara PENGUSAHA dan PEKERJA dalam meningkatkan efisiensi, produktivitas kerja dan kesejahteraan seluruh PEKERJA serta mempertahankan eksistensi PERUSAHAAN.

(2) Tujuan dibuatnya PKB ini untuk menjamin kepastian hukum bagi PENGUSAHA, PEKERJA, dan SERIKAT PEKERJA di dalam hubungan industrial secara proporsional serta menciptakan hubungan yang sinergi dalam rangka pencapaian produktivitas yang berdaya saing.

Pasal 7 Ruang Lingkup

PKB ini berlaku dan mengikat bagi SERIKAT PEKERJA, PEKERJA dan PENGUSAHA.

(7)

PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) PERIODE 2018-2019 | 7 BAB II

HUBUNGAN INDUSTRIAL Pasal 8

Maksud

HUBUNGAN INDUSTRIAL yang dimaksud merupakan hubungan kerja yang sehat, dinamis, dan bertanggung jawab antara PENGUSAHA dan PEKERJA, dimana para pihak saling memahami hak dan kewajibannya sebagaimana diatur dalam PKB.

Pasal 9

Prinsip Umum Para Pihak (1) Prinsip Umum SERIKAT PEKERJA:

a. PENGUSAHA dan SERIKAT PEKERJA sepakat untuk melakukan musyawarah dalam mengambil keputusan bersama serta akan mengusahakan tercapainya suatu suasana kerja yang tenang dan tentram sehingga tercipta suatu hubungan industrial, saling hormat menghormati hak dan kewajiban masing-masing pihak.

b. PENGUSAHA mengakui SERIKAT PEKERJA yang didirikan secara sah adalah badan atau organisasi yang mewakili PEKERJA, dimana PENGUSAHA dan SERIKAT PEKERJA akan berkonsultasi dan bernegosiasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan PERUSAHAAN dan PEKERJA.

c. PENGURUS SERIKAT PEKERJA wajib mendampingi dan menjembatani PEKERJA yang menjadi anggotanya dalam penyelesaian masalah PEKERJA dengan PERUSAHAAN sepanjang ada persetujuan PEKERJA yang bersangkutan. Untuk PEKERJA yang bukan anggota SERIKAT PEKERJA harus ada permintaan tertulis dari PEKERJA yang bersangkutan.

d. PERUSAHAAN –atas permintaan tertulis SERIKAT PEKERJA– memotong UPAH anggota SERIKAT PEKERJA setiap bulan sebagai iuran bulanan dan disetorkan ke kas SERIKAT PEKERJA berdasarkan surat kuasa pemotongan dari anggota SERIKAT PEKERJA kepada PERUSAHAAN.

e. Keanggotaan serta hak dan kewajiban anggota, diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD-ART) SERIKAT PEKERJA atau Peraturan Organisasi.

f. Kegiatan PEKERJA di lingkungan PERUSAHAAN merupakan bagian tidak terpisahkan dari SERIKAT PEKERJA sebagaimana diatur dalam UU Nomor 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh.

g. Dispensasi untuk menjalankan fungsi organisasi SERIKAT PEKERJA, atas permintaan SERIKAT PEKERJA, PERUSAHAAN memberikan dispensasi dan pertimbangan kepada anggota dan/atau PENGURUS SERIKAT PEKERJA yang ditunjuk tanpa mengurangi hak-haknya dalam menjalankan aktivitas perangkat organisasi, menghadiri sidang, konsultasi, rapat, seminar, pendidikan/latihan perburuhan yang berhubungan dengan instansi PEMERINTAH dan atau menjalankan organisasi lainnya baik di dalam maupun diluar PERUSAHAAN dengan mekanisme pelaksanaan agar dibuat pemberitahuan tertulis sebelum pelaksanaan.

h. PERUSAHAAN yang diwakili oleh ATASAN langsung (minimal setingkat MANAJER) dapat memberikan ijin secara tertulis dengan diketahui oleh pengelola Sumber Daya Manusia (selanjutnya disebut SDM) untuk meninggalkan PEKERJAAN kepada PEKERJA tanpa mengurangi

(8)

PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) PERIODE 2018-2019 | 8

hak-haknya sebagai PEKERJA untuk mengikuti kegiatan didalam ataupun diluar yang berkaitan dengan SERIKAT PEKERJA.

i. PENGUSAHA tidak akan mencampuri urusan SERIKAT PEKERJA dalam memberikan kesempatan serta keleluasaan kepada pengurus SERIKAT PEKERJA untuk mengembangkan organisasi dan membina anggotanya.

j. PENGUSAHA dan SERIKAT PEKERJA sepakat untuk memperhatikan dan menyelesaikan setiap keluhan anggota SERIKAT PEKERJA yang diajukan oleh SERIKAT PEKERJA kepada pihak PERUSAHAAN.

(2) Prinsip Umum PENGUSAHA :

a. SERIKAT PEKERJA mengakui bahwa PENGUSAHA berhak mengelola serta menyelenggarakan usahanya sesuai dengan arah dan kebijakan PERUSAHAAN sejauh tidak bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku.

b. Untuk mencapai tujuan PERUSAHAAN maka PENGUSAHA berkepentingan untuk menyampaikan visi dan misinya serta arah kebijakan PERUSAHAAN kepada SERIKAT PEKERJA sekurang- kurangnya sekali setahun atau setiap kali adanya pergantian pejabat MANAJEMEN.

c. PENGUSAHA menyadari bahwa kewajiban memberikan UPAH dan jaminan sosial yang layak sangat diperlukan untuk menciptakan suasana yang memungkinkan para PEKERJA bekerja dengan baik sesuai dengan perundangan–undangan dan PKB yang berlaku.

d. Setiap kebijakan PENGUSAHA yang menyangkut PEKERJA wajib diberitahukan kepada SERIKAT PEKERJA dan PEKERJA.

e. PERUSAHAAN mempunyai hak:

1) Menilai kemampuan, kesanggupan hasil dan cara kerja PEKERJA pada JABATAN yang diduduki.

2) Menentukan jadwal waktu kerja dan penjadwalan PEKERJAAN dalam batas–batas yang dijamin undang-undang dan PKB.

3) Menggunakan metode-metode, peralatan atau fasilitas baru yang lebih modern.

4) Mengatur dan menugaskan PEKERJA dalam melakukan PEKERJAAN-nya.

5) Mengangkat PEKERJA baru sesuai dengan peraturan yang berlaku.

6) Memberikan latihan dan fasilitas pendidikan kepada PEKERJA baik di Indonesia dan/atau di luar negeri sesuai dengan kebutuhan PERUSAHAAN.

7) Menjalankan aturan-aturan disiplin terhadap PEKERJA sesuai PKB.

8) Mengadakan perubahan dalam kewajiban para PEKERJA, sebagaimana dianggap perlu dan lebih selaras bagi pelaksanaan kerja.

Pasal 10

Bantuan Dan Fasilitas Bagi Serikat Pekerja

(1) PERUSAHAAN menyediakan fasilitas ruang kantor beserta kelengkapannya yang memadai untuk pelaksanaan pekerjaan pengurus SERIKAT PEKERJA.

(2) PERUSAHAAN mengizinkan SERIKAT PEKERJA mengadakan rapat/pertemuan di ruang milik PERUSAHAAN dan menyediakan alat-alat yang diperlukan dengan mengajukan permohonan peminjaman ruangan terlebih dahulu.

(9)

PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) PERIODE 2018-2019 | 9

(3) PERUSAHAAN memberikan bantuan dana dan fasilitas yang dibutuhkan SERIKAT PEKERJA yang pelaksanaannya sesuai dengan mekanisme internal yang berlaku di PERUSAHAAN.

(4) PERUSAHAAN memberikan fasilitas kendaraan untuk operasional SERIKAT PEKERJA.

(5) PERUSAHAAN memberikan fasilitas untuk Ketua Umum SERIKAT PEKERJA setingkat dengan fasilitas yang diberikan kepada MANAJER.

Pasal 11

Lembaga Kerjasama Bipartit

(1) LKS BIPARTIT mengadakan pertemuan berkala minimal 1 (satu) bulan sekali.

(2) LKS BIPARTIT berfungsi sebagai forum komunikasi, konsultasi, musyawarah antara SERIKAT PEKERJA dengan PERUSAHAAN guna meningkatkan produktivitas, disiplin kerja, ketenangan usaha, peningkatan kesejahteraan PEKERJA dan penyelesaian kasus–kasus perburuhan.

(3) LKS BIPARTIT merupakan satu-satunya lembaga penyelesaian ketenagakerjaan yang ada di PERUSAHAAN.

(4) Apabila ada permasalahan tidak dapat diselesaikan dalam LKS BIPARTIT maka akan diselesaikan melalui lembaga TRIPARTIT.

Pasal 12 Perundingan Tripartit

(1) Perundingan TRIPARTIT adalah perundingan yang terdiri dari unsur PEMERINTAH yang dalam hal ini diwakili oleh instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan, wakil SERIKAT PEKERJA dan wakil dari PERUSAHAAN. Tujuannya ialah untuk mencapai titik temu permasalahan yang sedang diperselisihkan agar hasilnya lebih harmonis dan kooperatif bagi para pihak.

(2) Perundingan ini terdiri dari unsur pejabat PEMERINTAH dalam hal ini diwakili oleh suku Dinas Tenaga Kerja, wakil SERIKAT PEKERJA dan wakil dari PERUSAHAAN.

(3) Apabila didalam perundingan TRIPATRIT belum juga menghasilkan hasil yang memuaskan antara para pihak yang berselisih maka sebagaimana diatur dalam UU Nomor 13 tahun 2003, maka bisa ditempuh melalui jalur Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI).

Pasal 13 Koperasi Pekerja

(1) PERUSAHAAN memberikan kesempatan kepada PEKERJA untuk membentuk/menumbuh kembangkan koperasi yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan PEKERJA.

(2) PERUSAHAAN dan SERIKAT PEKERJA wajib membantu kelangsungan dan pengembangan usaha koperasi.

(3) PERUSAHAAN akan memberikan kesempatan kepada koperasi dan anak perusahaan koperasi karyawan menjadi rekanan PERUSAHAAN sesuai dengan ketentuan yang berlaku di PERUSAHAAN.

(4) PERUSAHAAN dapat mengikutsertakan koperasi karyawan untuk terlibat dalam usaha memenuhi kebutuhan PERUSAHAAN.

(10)

PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) PERIODE 2018-2019 | 10

(5) PERUSAHAAN membantu pemotongan atas simpanan pokok/wajib dan juga atas tagihan koperasi lainnya sesuai dengan prosedur dan/atau peraturan keuangan PERUSAHAAN.

Pasal 14

Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain

(1) PERUSAHAAN dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan PEKERJAAN kepada pihak ketiga dengan cara melakukan pemborongan PEKERJAAN atau perjanjian penyediaan jasa PEKERJA yang dibuat secara tertulis.

(2) Terhadap jenis PEKERJAAN yang bisa dilakukan secara outsourcing terlebih dahulu dibicarakan dan disepakati dengan SERIKAT PEKERJA.

(3) Penyerahan sebagian pelaksanaan PEKERJAAN kepada pihak ketiga dengan cara melakukan perjanjian pemborongan PEKERJAAN atau penyediaan jasa pekerja dapat dilakukan sepanjang tidak melanggar Undang-Undang Ketenagakerjaan.

Pasal 15 Mogok Kerja

(1) MOGOK KERJA adalah hak dasar PEKERJA dan SERIKAT PEKERJA yang dilakukan secara sah, tertib dan damai sebagai akibat gagalnya perundingan.

(2) MOGOK KERJA hanya dapat dilakukan apabila melalui prosedur yang telah ditentukan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu Undang-undang Nomor 13 tahun 2003, antara lain sebagai berikut :

a. Akibat gagalnya perundingan karena tuntutan terhadap hak normatif yang tertuang dalam PKB dan/atau Undang-Undang Ketenagakerjaan yang dilanggar PERUSAHAAN, PEKERJA berhak mendapatkan UPAH.

b. Wajib memberitahukan secara tertulis kepada PERUSAHAAN dan instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan setempat, sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum MOGOK KERJA dilaksanakan.

(3) Siapapun tidak dapat menghalang-halangi dan/atau menghambat PEKERJA dan SERIKAT PEKERJA untuk menggunakan hak MOGOK KERJA yang dilakukan secara sah, tertib, dan damai.

(4) Siapapun dilarang melakukan penangkapan dan/atau penahanan terhadap PEKERJA dan pengurus SERIKAT PEKERJA yang melakukan MOGOK KERJA secara sah, tertib, dan damai.

(5) PERUSAHAAN dilarang mengganti PEKERJA yang MOGOK KERJA dengan PEKERJA lain dari luar PERUSAHAAN atau memberikan sanksi atau tindakan balasan dalam bentuk apapun kepada PEKERJA dan pengurus SERIKAT PEKERJA selama dan sesudah melakukan MOGOK KERJA.

(6) PEKERJA yang melakukan MOGOK KERJA secara sah dalam melakukan tuntutan hak normatif yang sungguh-sungguh dilanggar oleh PERUSAHAAN, tetap mendapatkan UPAH.

(11)

PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) PERIODE 2018-2019 | 11 BAB III

HUBUNGAN KERJA Pasal 16

Formasi, Pengadaan Dan Seleksi Pekerja

(1) SERIKAT PEKERJA mengakui bahwa penerimaan (pengadaan) dan pengangkatan PEKERJA baru merupakan hak PERUSAHAAN dan pihak SERIKAT PEKERJA tidak akan mencampuri kebijakan kepegawaian PERUSAHAAN, tetapi dalam hal penerimaan PEKERJA baru PERUSAHAAN wajib memperhatikan peraturan yang berlaku sesuai dengan kebutuhan riil yang efektif dan efisien, berdasarkan atas luas bidang usaha, volume PEKERJAAN yang secara umum tercermin dari formasi dan struktur organisasi.

(2) Penerimaan (pengadaan) PEKERJA baru dilakukan melalui iklan media masa dan atau kerjasama dengan lembaga/perusahaan lain atau dengan jalan lainnya yang dipandang perlu oleh PERUSAHAAN.

(3) Untuk kepentingan PERUSAHAAN, PERUSAHAAN dapat sewaktu-waktu menyerahkan penerimaan (pengadaan) dan seleksi PEKERJAAN kepada PERUSAHAAN penyedia tenaga kerja bagi pekerjaan- pekerjaan tertentu yang diikat dengan kontrak pemborongan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 17 Syarat Umum Pelamar (1) Berusia minimum 18 (delapan belas) tahun.

(2) Tidak pernah diberhentikan dengan tidak hormat sebagai PEKERJA di suatu PERUSAHAAN baik PEMERINTAH maupun swasta.

(3) Persyaratan lain yang ditentukan oleh PERUSAHAAN.

Pasal 18 Proses Seleksi

Proses seleksi penerimaan dan penempatan PEKERJA dilakukan secara terbuka, transparan dengan sistem gugur, meliputi:

(1) Wawancara awal (initial interview), dilaksanakan oleh bagian Sumber Daya Manusia dengan berpedoman kepada uraian jabatan (job description), spesifikasi JABATAN dan spesifikasi orang yang telah ditetapkan.

(2) Tes tertulis, dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan untuk menilai tingkat pengetahuan, kemampuan dan wawasan yang dimiliki pelamar dengan menggunakan materi-materi yang telah ditetapkan.

(3) Tes psikologi, dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan untuk menilai bakat, kepribadian dan tingkat kecerdasan pelamar dengan menggunakan materi-materi yang sudah distandarisasi oleh lembaga psikologi yang berwenang.

(12)

PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) PERIODE 2018-2019 | 12

(4) Wawancara pengguna (user interview), untuk menilai kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki pelamar sesuai dengan bidang kerja yang akan ditempati.

(5) Tes-tes lain yang dipersyaratkan untuk jabatan tertentu, bertujuan untuk menilai kesesuaian kualifikasi pelamar dengan posisi yang akan ditempatinya dan sekaligus memperkenalkan lingkungan kerja PERUSAHAAN.

(6) Pemeriksaan kesehatan, dilakukan oleh tim medis yang telah ditunjuk oleh PERUSAHAAN dengan obyek pemeriksaan disesuaikan dengan spesifikasi JABATAN dan orang yang telah ditetapkan.

(7) Ketentuan lebih terperinci mengenai proses seleksi akan diatur lebih lanjut dalam Surat Keputusan Manajemen (SKM).

Pasal 19 Masa Percobaan

(1) PERUSAHAN dapat mensyaratkan masa percobaan untuk waktu paling lama 3 (tiga) bulan, bagi PEKERJA yang baru diterima dengan perjanjian kerja waktu tidak tertentu.

(2) PEKERJA yang telah lulus dari masa percobaan, akan menjadi PEKERJA TETAP.

(3) Selama 3 (tiga) bulan masa percobaan, berhak menerima :

a. 80% (delapan puluh persen) dari struktur UPAH POKOK dan tunjangan transportasi pada JABATAN yang sama.

b. UPAH selama istirahat sakit setelah menyerahkan surat keterangan medis dari dokter/spesialis terdaftar yang berwenang.

c. Penggantian biaya-biaya medis sesuai dengan kelasnya, maksimum 1 (satu) bulan UPAH POKOK.

d. Selain daripada yang tersebut di atas, PEKERJA dalam masa percobaan tidak berhak atas manfaat-manfaat lainnya.

(4) Selama masa percobaan peserta yang lolos seleksi maupun yang tidak lolos seleksi, PERUSAHAAN dapat mengakhiri hubungan kerja. Pemberitahuan pengakhiran hubungan kerja wajib diberikan selambat-lambatnya pada hari terakhir masa percobaan. Dalam hal PERUSAHAAN tidak memberikan pemberitahuan tertulis tentang diterima tidaknya peserta lolos seleksi maka hubungan kerja berakhir selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah tanggal berakhirnya masa percobaan. Pengakhiran hubungan kerja dalam masa percobaan oleh PERUSAHAAN tidak menimbulkan kewajiban pembayaran dalam bentuk apapun kepada peserta lolos seleksi kecuali UPAH bulanan hingga tanggal terakhir bekerja.

Pasal 20 Tenaga Kerja Asing

(1) Dalam mempekerjakan tenaga kerja asing harus memenuhi ketentuan yang sesuai dengan kebutuhan PERUSAHAAN dan kepentingan PEKERJA dan dilakukan evaluasi hasil kerjanya.

(2) Tenaga kerja asing yang dipekerjakan harus memahami dan menghormati budaya dan adat istiadat bangsa Indonesia serta mampu berbahasa Indonesia.

(3) Tenaga kerja asing harus didampingi minimal satu orang PEKERJA untuk kepentingan alih ilmu pengetahuan (transfer knowledge).

(13)

PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) PERIODE 2018-2019 | 13

(4) Setiap Tenaga Kerja Asing harus memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh PERATURAN PERUNDANGAN yang berlaku.

Pasal 21

Perjanjian Kerja Untuk Perseorangan (PKUP)

(1) Hubungan kerja antara PERUSAHAAN dan PEKERJA dituangkan dalam Perjanjian Kerja Untuk Perseorangan (PKUP).

(2) Perjanjian Kerja Untuk Perseorangan (PKUP) menyatakan persetujuan antara PEKERJA dan PERUSAHAAN atas kewajiban/tugasnya dan haknya dan dinyatakan sah setelah ditanda tangani oleh PEKERJA yang bersangkutan dan PERUSAHAAN (MANAJEMEN yang mewakili PERUSAHAAN).

(3) Perjanjian Kerja Untuk Perseorangan (PKUP) tidak boleh bertentangan dengan PKB.

BAB IV

HARI DAN WAKTU KERJA Pasal 22

Hari Dan Waktu Kerja

(1) PERUSAHAAN menentukan hari kerja didasarkan kepada kebutuhan PERUSAHAAN dan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku termasuk hari istirahat mingguan.

(2) Hari-hari libur nasional ditetapkan sesuai dengan ketetapan PEMERINTAH.

(3) Jam kerja PEKERJA maksimum 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu.

(4) Hari dan Jam Kerja PERUSAHAAN diatur sebagai berikut :

a. Reguler - Hari dan Jam Kerja yaitu 5 (lima) hari kerja 2 (dua) hari libur ditetapkan sebagai berikut :

1) Hari Senin s/d Kamis : 08.00 – 17.00 WIB;Istirahat : 12.00 – 13.00 WIB 2) Hari Jumat : 07.30 – 16.30 WIB;Istirahat : 11.30 – 13.30 WIB

b. Shift – Hari dan Jam Kerja yang tidak mengikuti pola Reguler atau 6 (enam) hari kerja 2 (dua) hari Libur yaitu pola kerja shift yaitu :

1) Shift I : 07.00 – 15.30 WIB;Istirahat : 12.00 – 13.00 WIB 2) Shift II : 15.30 – 23.00 WIB;Istirahat : 18.00 – 19.00 WIB 3) Shift III : 23.00 – 07.00 WIB;Istirahat : 04.00 – 05.00 WIB 4) Khusus hari Jum’at, Istirahat : 11.30– 13.30 WIB

c. Waktu istirahat bagi PEKERJA operasional langsung selama 1(satu) jam dan dilakukan secara bergantian.

d. PEKERJA shift hadir sebelum waktu kerja untuk melakukan apel pergantian shift.

(5) Bagi PEKERJA yang tidak mengikuti pola kerja shift yang ditugaskan oleh atasannya (minimal setingkat MANAJER) diluar dari waktu kerjanya maka diberikan UPAH lembur sesuai ketentuan yang berlaku.

(6) Pengaturan jadwal shift kerja untuk PEKERJA langsung dari bagian/unit kerja atas persetujuan MANAJER yang terkait dan diketahui oleh pengelola SDM.

(14)

PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) PERIODE 2018-2019 | 14

(7) PEKERJA yang datang terlambat dan pulang lebih awal dari waktu kerja yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), merupakan bentuk dari keterlambatan datang atau cepat pulang dalam bekerja.

(8) Pada saat pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan, PEKERJA diberi keleluasaan beribadah. PEKERJA yang mendapat gilir kerja shift II dan shift III lama waktu istirahat adalah 2 (dua) jam termasuk pelaksanaan berbuka puasa dan makan sahur.

(9) Hari dan Jam Kerja pada saat bulan Ramadhan adalah sebagai berkut :

a. Reguler - Hari dan Jam Kerja Reguler yaitu 5 (lima) hari kerja 2 (dua) hari libur ditetapkan sebagai berikut :

Hari Senin s/d Kamis : 07.30 – 15.30 WIB ;Istirahat : 12.00-12.30 WIB Hari Jumat : 07.30 – 15.30 WIB; Istirahat : 11.30 – 13.00 WIB

b. Shift – Hari dan Jam Kerja yang tidak mengikuti pola Reguler atau 6 (enam) hari kerja 2 (dua) hari Libur yaitu pola kerja shift yaitu :

Shift I : 07.00 – 15.30 WIB ; Istirahat : 12.00 – 13.00 WIB Shift II : 15.30 – 23.00 WIB ; Istirahat : 17.30 – 19.30 WIB Shift III : 23.00 – 07.00 WIB ; Istirahat : 03.00 – 05.00 WIB Khusus hari Jum’at : Istirahat : 11.30 – 13.30 WIB

c. Bila ada perbedaan atas pengaturan jam kerja di bulan Ramadhan oleh Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Priok dan/atau PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) maka akan mengikuti aturan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (9) huruf a dan b pasal ini.

d. Bila ada perbedaan waktu kerja dengan waktu kerja yang ditetapkan oleh Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Priok dan/atau PT Pelabuhan Indonesia II (Persero), maka tidak diperhitungkan sebagai lembur.

Pasal 23 Jam Kerja Lembur

(1) KERJA LEMBUR dilaksanakan atas persetujuan antara PEKERJA dan PERUSAHAAN.

(2) PERUSAHAAN dapat meminta PEKERJA untuk bekerja lembur sesuai dengan PERATURAN PERUNDANGAN yang berlaku dan dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab.

(3) Berdasarkan ayat (1), pada dasarnya dilihat dari urgensi kebutuhan seperti halnya :

a. Dalam hal-hal yang bersifat force majeure seperti kebakaran, kerusuhan dan sebagainya.

b. Dalam hal ada pekerjaan-pekerjaan yang apabila tidak segera diselesaikan akan membahayakan kesehatan atau keselamatan orang.

c. Dalam hal-hal apabila pekerjaan tidak diselesaikan akan menimbulkan kerugian bagi PERUSAHAAN atau dapat mengganggu kelancaran pelayanan.

d. Dalam hal terdapat PEKERJAAN yang harus diselesaikan dengan segera, berdasarkan target yang ditetapkan MANAJEMEN.

e. Dalam hal mengisi kekosongan PEKERJA yang tidak masuk karena sakit, cuti dan menjalankan dinas luar sesuai dengan kebutuhan PERUSAHAAN.

(4) Waktu kerja lembur adalah :

a. Waktu kerja yang melebihi 7 (tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu, untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau;

(15)

PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) PERIODE 2018-2019 | 15

b. 8 (delapan) jam sehari, dan 40 (empat puluh) jam seminggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam seminggu atau;

c. Waktu kerja pada hari istirahat mingguan.

d. Pada hari libur resmi yang ditetapkan oleh PEMERINTAH.

(5) Jam kerja lembur akan dibayarkan kepada PEKERJA yang tidak termasuk pada jabatan MANAJER keatas, dengan melampirkan Surat Perintah Lembur (SPL) sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ditembuskan ke Pengelola SDM.

(6) Setiap PEKERJA yang telah melakukan kerja lembur diberikan bantuan makan dalam bentuk natura dan apabila sampai melewati tengah malam (pukul 24.00 WIB), diberikan makan tambahan dalam bentuk natura.

Pasal 24 Kerja Shift

(1) PERUSAHAAN dan SERIKAT PEKERJA menyadari bahwa untuk beberapa unit kerja yang berdasarkan pertimbangan bisnis PERUSAHAAN atau karena sifat pekerjaannya, diperlukan aktivitas kerja yang terus menerus/intensif dan melebihi ketentuan jam kerja yang ditetapkan, akan diperlukan kerja shift.

(2) Kerja shift diberlakukan setiap hari tanpa melihat hari libur, kecuali shift tertentu pada hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.

(3) PEKERJA shift mendapatkan tunjangan shift perbulannya dan tidak tergantung JABATAN.

Pasal 25 Kerja Nonstop

KERJA NONSTOP mendapat kompensasi yang besarannya sesuai kesepakatan antara MANAJEMEN dan SERIKAT PEKERJA yang diatur dalam Surat Keputusan Manajemen.

Pasal 26

Panggilan Kerja Khusus (On Call)

(1) Panggilan Kerja Khusus (On Call) kepada PEKERJA dari ATASAN setingkat MANAJER untuk hadir di tempat kerja (PERUSAHAAN) secara mendadak dan tidak direncanakan untuk kepentingan PERUSAHAAN, di luar jam kerja dan hari kerja.

(2) Pembayaran On Call meliputi : a. Uang Transport Pulang pergi.

b. Uang Makan.

c. Upah Lembur.

(3) Mekanisme dan besaran kompensasi biaya On Call akan diatur dalam Surat Keputusan Manajemen.

(16)

PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) PERIODE 2018-2019 | 16 BAB V

CUTI DAN IJIN MENINGGALKAN PEKERJAAN Pasal 27

Cuti Tahunan

(1) Cuti tahunan adalah hak PEKERJA yang diberikan dalam rangka memberikan kesempatan beristirahat untuk mengembalikan kesegarannya agar lebih produktif, dengan tetap mendapat upah.

(2) PERUSAHAAN berkewajiban mengatur hari-hari cuti tahunan PEKERJA dalam tahun takwim untuk menjamin kelangsungan dan kelancaran kerja Perusahaan.

(3) Lamanya cuti tahunan diberikan kepada PEKERJA dengan ketentuan sebagai berikut:

a. PEKERJA dengan masa kerja 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun diberikan cuti tahunan sebanyak 12 (dua belas) hari kerja.

b. PEKERJA dengan masa kerja lebih dari 5 (lima) tahun diberikan cuti tahunan sebanyak 16 (enam belas) hari kerja.

(4) Hak cuti tahunan baru dapat diambil oleh PEKERJA yang telah bekerja selama 12 (dua belas) bulan terus menerus.

(5) Masa percobaan dihitung sebagai masa kerja penuh.

(6) Hak cuti dapat diambil sekaligus atau sebagian dengan memperhatikan kepentingan PERUSAHAAN dan PEKERJA sendiri.

(7) Hak cuti tahunan untuk pekerja aktif tidak dapat dikompensasikan/diganti dengan suatu pembayaran.

(8) Hak cuti tahunan harus diambil pada tahun takwim berjalan. Dalam hal hak cuti belum diambil pada tahun takwim berjalan karena ditangguhkan atasan (minimal setingkat MANAJER), maka PERUSAHAAN wajib menyetujui pelaksanaan cuti selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah tahun takwim tersebut berakhir.

(9) Cuti bersama tidak mengurangi hak cuti tahunan PEKERJA dan bagi PEKERJA shift pelaksanaan cuti bersama disesuaikan dengan kondisi kegiatan operasional PERUSAHAAN.

(10) PEKERJA yang hendak menjalankan hak cuti tahunannya diwajibkan mengajukan permohonan secara tertulis sekurang-kurangnya 2 (dua) minggu sebelum cuti tahunan dijalankan.

(11) Bagi PEKERJA dengan status hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu (kontrak) yang lamanya lebih dari 1 (satu) tahun, maka berhak atas hari cuti tahunan setelah melewati masa kerja 1 (satu) tahun.

(12) Tunjangan cuti tahunan hanya diberikan kepada PEKERJA yang telah bekerja selama 1 (satu) tahun terus-menerus pada PERUSAHAAN.

(13) PERUSAHAAN berhak memotong hak cuti tahunan terhadap PEKERJA yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang jelas dengan pemberitahuan terhadap PEKERJA.

(17)

PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) PERIODE 2018-2019 | 17 Pasal 28

Cuti Besar (Istirahat Panjang)

(1) Pada saat timbulnya hak CUTI BESAR/ISTIRAHAT PANJANG, maka hak CUTI/ISTIRAHAT TAHUNAN menjadi gugur.

(2) CUTI BESAR/ISTIRAHAT PANJANG diberikan selama 3 (tiga) bulan kalender dengan tetap mendapat UPAH.

(3) Ketentuan yang bersifat prosedural dan administratif tentang CUTI BESAR/ISTIRAHAT PANJANG ini diatur dalam ketentuan tersendiri yang tidak dapat dipisahkan dari PKB ini.

(4) PERUSAHAAN berkewajiban untuk mengatur waktu pengambilan CUTI BESAR/ISTIRAHAT PANJANG PEKERJA untuk menjaga keberlangsungan dan kelancaran perusahaan serta terpenuhinya hak-hak PEKERJA.

(5) Bagi PEKERJA yang tidak mengambil CUTI BESAR/ISTIRAHAT PANJANG diberikan tunjangan Penggantian CUTI BESAR/ISTIRAHAT PANJANG.

Pasal 29

Cuti Bersalin dan Gugur Kandungan

(1) PEKERJA wanita berhak memperoleh istirahat selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan ANAK dan 1,5 (satu setengah) bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan. Lamanya istirahat dapat diperpanjang berdasarkan surat keterangan dokter kandungan atau bidan, baik sebelum maupun setelah melahirkan.

(2) PEKERJA wanita yang mengalami keguguran kandungan berhak memperoleh istirahat 1,5 (satu setengah) bulan atau sesuai dengan surat keterangan dokter kandungan atau bidan.

Pasal 30

Cuti Diluar Tanggungan Perusahaan

(1) Cuti di luar tanggungan PERUSAHAAN dapat diberikan kepada PEKERJA yang telah bekerja sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun secara terus menerus karena alasan pribadi yang penting dan mendesak tanpa diberikan upah dan fasilitas lainnya oleh PERUSAHAAN.

(2) Lamanya cuti di luar tanggungan PERUSAHAAN adalah paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun.

(3) Selama cuti di luar tanggungan PERUSAHAAN tidak diperhitungkan sebagai masa kerja PEKERJA.

(4) PERUSAHAAN dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap PEKERJA yang tidak kembali bekerja setelah menyelesaikan masa cuti di luar tanggungan PERUSAHAAN, sesuai dengan PERATURAN PERUNDANGAN yang berlaku.

(18)

PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) PERIODE 2018-2019 | 18 Pasal 31

Cuti Haid

PEKERJA wanita yang dalam masa haid merasakan sakit dan memberitahukan kepada PERUSAHAAN, tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua pada waktu haid.

Pasal 32

Ijin Tidak Masuk Kerja Karena Sakit

(1) Jika seorang PEKERJA tidak masuk kerja (absen) karena sakit, PEKERJA yang bersangkutan harus melaporkannya secara lisan pada atasannya (minimal setingkat MANAJER) pada hari itu juga, dan apabila lebih dari 2 (dua) hari harus dikuatkan dengan surat keterangan dokter.

(2) Pada saat PEKERJA masuk kembali harus mengisi formulir ijin yang ditandatangani oleh ATASAN (minimal setingkat MANAJER) dan diserahkan ke pengelola SDM.

(3) Bagi PEKERJA yang ijin tidak masuk kerja seperti yang termaktub dalam ayat (1) maka kepadanya tetap mendapatkan UPAH penuh tanpa potongan apapun.

Pasal 33 Ijin Resmi Perusahaan

(1) Kepada PEKERJA diperbolehkan untuk tidak masuk kerja pada peristiwa-peristiwa khusus dan penting yang disebutkan dibawah ini, dengan mendapat ijin resmi dari PERUSAHAAN, sebagai berikut :

a. Pernikahan PEKERJA : 4 (empat) hari kerja.

b. Pernikahan anak PEKERJA: 3 (tiga) hari kerja.

c. Pernikahan saudara kandung : 1 (satu) hari kerja dan tambahan 1 (satu) hari atas rekomendasi ATASAN.

d. ISTRI PEKERJA melahirkan atau keguguran : 2 (dua) hari kerja.

e. Khitanan ANAK PEKERJA : 1 (satu) hari kerja.

f. Kematian SUAMI/ISTRI/ANAK/orang tua/mertua/saudara kandung : 3 (tiga) hari kerja atau lebih sesuai rekomendasi MANAJER yang bersangkutan.

g. SUAMI/ISTRI/orang tua/mertua/ANAK sakit keras : 2 (dua) hari kerja dalam 1 (satu) bulan atau lebih sesuai dengan rekomendasi atasan langsung minimal setingkat MANAJER yang bersangkutan.

h. Kematian orang yang menjadi tanggungan yang tinggal di rumah PEKERJA yang tercantum dalam Kartu Keluarga (KK) : 3 (tiga) hari kerja.

i. Kematian kerabat/famili (kakek, nenek, paman/bibi kandung dan sepupu) : 1 (satu) hari kerja, dibatasi maksimum pengambilan ijin 2 (dua) kali setahun selebihnya diperhitungkan sebagai CUTI/ISTIRAHAT TAHUNAN

j. Pembaptisan PEKERJA, ISTRI, ANAK : 1 (satu) hari kerja.

k. Menjalankan tugas/kewajiban pada Negara : sesuai kebutuhan.

l. PEKERJA yang mendapat musibah bencana seperti kebakaran, kebanjiran atau yang dapat dipersamakan dengan itu : 3 (tiga) hari kerja dan dapat diperpanjang atas rekomendasi ATASAN.

(19)

PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) PERIODE 2018-2019 | 19 m. PEKERJA pindah rumah : 2 (dua) hari kerja

n. Cuti Ibadah Haji diberikan paling lama 40 (empat puluh) hari kalender atau disesuaikan dengan jadwal perjalanan haji. Cuti ibadah Haji diberikan untuk 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

o. Perjalanan rohani keagamaan seperti Ibadah Umroh atau Ziarah ke tempat suci maksimal 10 (sepuluh) hari kerja. Pengambilan ijin 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) tahun.

(2) Bagi peristiwa-peristiwa tersebut diatas pada ayat (1) yang dapat diperkirakan, perlu mengajukan persetujuan tertulis terlebih dahulu kepada atasan (minimal setingkat MANAJER)

(3) Kepada PEKERJA yang menjadi mahasiswa di perguruan tinggi dapat diberikan ijin sebagai berikut:

a. Ijin untuk mengikuti ujian menurut ketentuan lembaga pendidikan yang bersangkutan paling lama 5 (lima) hari dengan melampirkan surat atau jadwal ujian resmi dari lembaga pendidikan yang bersangkutan.

b. Ijin untuk riset/penelitian sehubungan dengan pembuatan skripsi, tesis, dan disertasi dengan melampirkan surat dari lembaga pendidikan yang bersangkutan.

Pasal 34 Ijin Sekolah

(1) Bagi PEKERJA yang berkeinginan melanjutkan sekolah, diberikan ijin sekolah oleh PERUSAHAAN dengan mempertimbangkan kegiatan pekerjaannya.

(2) Ketentuan lebih lanjut dan terperinci mengenai pemberian ijin menurut Pasal ini, akan diatur melalui Surat Keputusan Manajemen.

Pasal 35

Cuti Sakit Berkepanjangan

(1) Bagi PEKERJA yang mengalami sakit berkepanjangan paling lama 12 (dua belas) bulan terus menerus akan mendapatkan hak cuti sakit.

(2) PEKERJA yang menjalani hak cuti sakit berkepanjangan tetap mendapat penghasilan.

(3) Dalam hal setelah 12 (dua belas) bulan terus menerus PEKERJA belum dinyatakan sembuh, maka PERUSAHAAN dapat memproses pengakhiran hubungan kerja, dengan tetap mengedepankan pertimbangan kemanusiaan.

BAB VI PENGUPAHAN

Pasal 36 Umum

(1) PERUSAHAAN membayar UPAH PEKERJA sesuai dengan kinerja dan produktivitas PEKERJA.

(2) Dalam menjalankan kebijakan ini, PERUSAHAAN akan:

a. Memastikan daya saing eksternal dengan selalu menyesuaikan besarannya dengan besaran pada industri sejenis yang menarik guna mempertahankan PEKERJA yang dibutuhkan.

(20)

PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) PERIODE 2018-2019 | 20

b. Memastikan tingkatan UPAH sesuai dengan tugas dan tanggung jawab PEKERJA dengan menggunakan teknik-teknik penilaian kerja yang tepat.

c. Melakukan peninjauan UPAH sesuai dengan tingkat biaya hidup.

d. Peninjauan upah berdasarkan penyesuaian penghasilan yaitu sesuai nilai inflasi, kenaikan biaya hidup dan kemampuan keuangan PERUSAHAAN.

e. Pembayaran UPAH bulanan dilakukan setiap tanggal 25 (dua puluh lima) setiap bulan dan apabila tanggal tersebut jatuh pada hari libur maka pembayarannya dilakukan pada hari kerja sebelumnya.

Pasal 37

Komponen Penghasilan (1) UPAH pokok yang diterima PEKERJA terdiri dari :

a. Gaji Pokok.

b. Tunjangan Perumahan.

(2) Tunjangan lainnya terdiri dari : a. Tunjangan Jabatan

b. Tunjangan Transport c. Tunjangan Shift d. Insentif Produksi e. Insentif Performansi

f. Tunjangan Pendidikan Keluarga g. Tunjangan Mobilitas

h. Tunjangan Makan dalam bentuk natura i. Upah Kerja Lembur

j. Upah Kerja Nonstop k. Productivity Rewards l. Tunjangan Cuti Tahunan

m. Tunjangan Hari Raya Keagamaan n. Upah ke 13

o. Penggantian Cuti besar

p. Upah Kerja Nonstop Saat Bulan Ramadhan q. Jasa Produksi

r. Tunjangan Pajak

Pasal 38 Gaji Pokok

(1) GAJI POKOK yang diterima oleh PEKERJA berdasarkan kelas jabatan.

(2) GAJI POKOK yang diterima oleh PEKERJA adalah upah bersih.

(3) GAJI POKOK dapat berubah karena:

a. Perubahan struktur GAJI setiap tahunnya.

b. MUTASI.

(21)

PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) PERIODE 2018-2019 | 21 c. Penyesuaian kelas JABATAN.

(4) Kenaikan GAJI POKOK dihitung berdasarkan:

a. Masa berprestasi (merit system) adalah kenaikan berkala berdasarkan masa kerja dan hasil Penilaian Unjuk Kerja (PUK) yang dilaksanakan setiap 2 (dua) tahun sekali.

b. Tingkat inflasi, kenaikan biaya hidup dan kemampuan keuangan PERUSAHAAN.

Pasal 39 Tunjangan Perumahan

(1) Tunjangan Perumahan diberikan kepada PEKERJA setiap bulan bersamaan dengan pembayaran gaji.

(2) Penyesuaian kenaikan berdasarkan pada tingkat inflasi, kenaikan biaya hidup dan kemampuan keuangan PERUSAHAAN.

Pasal 40 Tunjangan Transport

(1) Tunjangan Transport diberikan kepada PEKERJA setiap bulan bersamaan dengan pembayaran gaji.

(2) Besaran tunjangan transport akan berubah setiap tahun berdasarkan pada tingkat inflasi, kenaikan biaya hidup dan kemampuan keuangan PERUSAHAAN.

Pasal 41 Tunjangan Shift

(1) Tunjangan shift adalah kompensasi untuk PEKERJA yang bekerja mengikuti pola kerja shift.

(2) Besaran tunjangan shift akan diatur dalam Surat Keputusan Manajemen.

Pasal 42 Insentif Produksi

(1) Jumlah insentif produksi yang diterima oleh setiap PEKERJA didasarkan pada formula insentif produksi.

(2) Nilai dasar index insentif produksi adalah sebesar 2% (dua persen) dari pendapatan bersih.

(3) Insentif produksi tidak dipotong untuk ketidak-hadiran yang disebabkan oleh : a. Cuti Tahunan.

b. Cuti Besar (Istirahat Panjang).

c. Cuti Bersalin dan Gugur Kandungan.

d. Ijin Resmi PERUSAHAAN.

e. Sakit sehingga tidak bisa melaksanakan pekerjaan maksimal 5 (lima) hari yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter.

f. Melaksanakan tugas pendidikan dari PERUSAHAAN.

g. Melaksanakan tugas SERIKAT PEKERJA atas persetujuan tertulis MANAJEMEN.

(22)

PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) PERIODE 2018-2019 | 22

(4) Untuk PEKERJA yang perhitungan insentif produksinya berdasarkan boxes diberikan insentif produksi standar bilamana berhalangan hadir sebagaimana dimaksud dalam ayat (3).

(5) Ketentuan mengenai besaran dan mekanisme pemberian insentif produksi diatur dalam Surat Keputusan Manajemen.

Pasal 43 Insentif Performansi

(1) Distribusi insentif performansi diterima oleh setiap PEKERJA didasarkan pada Key Performance Indicator (KPI) Individual bulanan.

(2) Sebelum diberlakukannya ketentuan mengenai Key Performance Indicator (KPI), maka distribusi insentif performansi berdasarkan Penilaian Unjuk Kerja (PUK).

(3) Insentif performansi adalah sebesar 0.6 % (nol koma enam persen) dari pendapatan bersih.

(4) Segala ketentuan lebih terperinci mengenai insentif performansi akan diatur lebih lanjut dalam Surat Keputusan Manajemen.

Pasal 44

Tunjangan Pendidikan Keluarga

Tunjangan Pendidikan Keluarga diberikan setiap bulan sebesar Rp. 1.000.000,- (Satu Juta Rupiah) kepada setiap PEKERJA.

Pasal 45 Tunjangan Mobilitas

(1) Untuk membantu PEKERJA dalam hal meningkatkan kinerja, PERUSAHAAN memandang perlu untuk memberikan Tunjangan Mobilitas kepada PEKERJA.

(2) Tunjangan Mobilitas diberikan sebesar Rp. 750.000,- (Tujuh Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah) setiap bulan kepada setiap PEKERJA.

Pasal 46 Tunjangan Makan (1) Tunjangan makan diberikan dalam bentuk natura.

(2) PERUSAHAAN menyediakan makanan ringan/snack untuk semua PEKERJA.

(3) PERUSAHAAN menyediakan kantin/tempat makan untuk PEKERJA.

(4) Besar tunjangan dengan memperhatikan kelayakan dan kecukupan kalori dan kandungan gizi.

(5) Pada saat puasa Ramadhan, Pekerja shift I dan reguler dapat mengganti tunjangan makan dalam bentuk natura atau lainnya dengan nilai yang setara.

(23)

PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) PERIODE 2018-2019 | 23 Pasal 47

Upah Kerja Lembur

(1) Ketentuan mengenai KERJA LEMBUR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 PKB ini.

(2) Bagi PEKERJA yang menjalankan KERJA LEMBUR mendapat UPAH KERJA LEMBUR sesuai dengan PERATURAN PERUNDANGAN yang berlaku.

(3) Waktu KERJA LEMBUR dapat diberikan maksimal 3 (tiga) jam dalam 1 (hari) dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu. Waktu KERJA LEMBUR dimaksud dapat diperpanjang apabila ada kebutuhan operasional yang mendesak dengan persetujuan DGM terkait.

(4) PEKERJAAN tambahan dan tidak mendesak yang dilakukan pada saat jam kerja dan tidak melebihi dari jam kerjanya tidak diartikan sebagai jam KERJA LEMBUR.

(5) KERJA LEMBUR dilaksanakan atas perintah dari ATASAN PEKERJA minimal setingkat MANAJER dengan menandatangani form pengisian Surat Perintah Lembur (SPL) dan diketahui oleh MANAJEMEN serta diverifikasi oleh pengelola SDM.

(6) Surat Perintah Lembur (SPL) harus masuk ke pengelola SDM, 2 (dua) hari setelah Surat Perintah Lembur (SPL) dibuat dengan diisi lengkap.

(7) Dasar perhitungan UPAH KERJA LEMBUR adalah 100% (seratus persen) dari UPAH.

Pasal 48

Kompensasi Kerja Nonstop

(1) KERJA NONSTOP tidak bersifat wajib dan mendapat kompensasi yang besarnya sesuai kesepakatan antara MANAJEMEN dan SERIKAT PEKERJA yang diatur dalam Surat Keputusan Manajemen.

(2) Pembayaran KOMPENSASI KERJA NONSTOP dibayarkan melalui sistem penggajian yang ada (payroll) selambat-lambatnya tanggal 15 (lima belas) setiap bulannya.

Pasal 49 Productivity Reward

(1) PRODUCTIVITY REWARD adalah pemberian tambahan penghasilan berupa reward karena tercapainya target kinerja bulanan.

(2) Target kinerja yang menjadi parameter PRODUCTIVITY REWARD diukur berdasarkan tiga indikator sebagai berikut :

a. Kinerja pelayanan kapal (BCH Gross);

b. Jumlah arus peti kemas yang dilayani (Throughput);

c. Pencapaian laba PERUSAHAAN diluar penyusutan dan diluar usaha (Laba Operasi).

(3) Ketentuan mengenai pelaksanaan PRODUCTIVITY REWARD diatur lebih lanjut oleh PERUSAHAAN.

(24)

PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) PERIODE 2018-2019 | 24 Pasal 50

Tunjangan Cuti Tahunan

(1) PERUSAHAAN memberikan Tunjangan Cuti Tahunan kepada PEKERJA yang telah bekerja pada PERUSAHAAN selama 1 (satu) tahun berturut-turut.

(2) Tunjangan Cuti Tahunan diberikan kepada PEKERJA sebesar 2 (dua) kali UPAH POKOK.

(3) Tunjangan Cuti Tahunan dibayarkan penuh pada saat PEKERJA mengambil minimal setengah dari maksimum hak cuti tahunan dihitung secara akumulatif.

(4) Apabila PEKERJA belum mengambil hak cuti tahunan sampai akhir tahun berjalan maka tunjangan dibayarkan pada akhir bulan Desember.

Pasal 51

Tunjangan Hari Raya Keagamaan

(1) TUNJANGAN HARI RAYA KEAGAMAAN akan diberikan kepada PEKERJA paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum Hari Raya yang bersangkutan tiba.

(2) Tunjangan Hari Raya Keagamaan (THR), diberikan sebesar 2 (dua) kali UPAH POKOK.

Pasal 52 Upah Ke-13

(1) UPAH ke-13 adalah sebesar 2 (dua) kali UPAH POKOK, yang diberikan kepada PEKERJA oleh PERUSAHAAN dengan persyaratan masa kerja 1 (satu) tahun lebih.

(2) UPAH ke-13 dibayarkan setahun sekali pada akhir tahun kalender.

Pasal 53

Penggantian Cuti Besar

Terhadap PEKERJA yang tidak mengambil hak cuti besar maka diberikan Penggantian Cuti Besar/kompensasi sebesar 1,7 (satu koma tujuh) kali UPAH POKOK.

Pasal 54

Kompensasi Kerja Nonstop Saat Bulan Ramadhan

(1) KERJA NONSTOP SAAT BULAN RAMADHAN tidak bersifat wajib dan mendapat kompensasi 4 (empat) kali dari tarif KOMPENSASI KERJA NONSTOP sebagaimana dimaksud pasal 48 ayat (1) PKB ini.

(2) Pembayaran KOMPENSASI KERJA NONSTOP SAAT BULAN RAMADHAN dibayarkan melalui sistem penggajian (payroll).

(3) Mekanisme pelaksanaan KOMPENSASI KERJA NONSTOP SAAT BULAN RAMADHAN akan diatur lebih lanjut dalam Surat Keputusan Manajemen.

(25)

PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) PERIODE 2018-2019 | 25 Pasal 55

Jasa Produksi

(1) JASA PRODUKSI akan diberikan oleh PERUSAHAAN kepada PEKERJA dengan ketentuan memperhitungkan kemampuan PERUSAHAAN dan kinerja PEKERJA.

(2) Bagi PEKERJA dengan MASA KERJA 3 (tiga) bulan dan kurang dari 1 (satu) tahun besarnya JASA PRODUKSI dihitung secara proporsional.

(3) JASA PRODUKSI diterima PEKERJA selambat-lambatnya akhir bulan Maret.

(4) Formula perhitungan besaran Jasa Produksi adalah sebesar 7% (tujuh persen) dari keuntungan operasional PERUSAHAAN sebelum pajak, sebelum penyusutan.

(5) Pajak atas JASA PRODUKSI ditanggung oleh PERUSAHAAN.

Pasal 56

Pembayaran Upah Selama Sakit Berkepanjangan

Seorang PEKERJA yang sedang dalam perawatan medis yang tidak bisa bekerja secara berturut-turut untuk jangka waktu yang panjang dan dinyatakan sakit oleh dokter, yang ditunjuk oleh PERUSAHAAN dan/atau dokter lain yang berlokasi ditempat PEKERJA bertempat tinggal yang disahkan oleh dokter PERUSAHAAN akan menerima pembayaran sebesar 100% (seratus persen) dari UPAH untuk 12 (dua belas) bulan pertama.

Pasal 57

Pembayaran Upah Ketika Pekerja Menjalankan Kewajiban Tugas Negara

(1) PERUSAHAAN harus membayar UPAH kepada PEKERJA yang sedang menjalankan tugas negara yang tidak menerima upah dari negara, untuk jangka waktu maksimum 1 (satu) tahun.

(2) PERUSAHAAN harus membayar kekurangan UPAH dalam hal upah yang diterima oleh PEKERJA dari negara kurang dari upah yang biasa diterima dari PERUSAHAAN.

(3) PERUSAHAAN tidak berkewajiban untuk membayar upah jika PEKERJA telah menerima UPAH ditambah tunjangan lain dari negara yang jumlahnya sama atau lebih besar dari UPAH-nya di PERUSAHAAN.

Pasal 58

Pembayaran Upah Selama Pekerja Dalam Tahanan

(1) Ketika seorang PEKERJA ditahan oleh pihak berwenang karena alasan-alasan selain dari suatu aduan yang diajukan oleh PERUSAHAAN, maka PERUSAHAAN tidak berkewajiban untuk membayar gaji, tetapi PERUSAHAAN berkewajiban untuk memberikan bantuan kepada keluarga PEKERJA dengan ketentuan sebagai berikut:

a. 1 (satu) tanggungan : 25% (dua puluh lima persen) dari UPAH POKOK.

b. 2 (dua) tanggungan : 35% (tiga puluh lima persen) dari UPAH POKOK.

c. 3 (tiga) tanggungan : 45% (empat puluh lima persen) dari UPAH POKOK.

(26)

PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) PERIODE 2018-2019 | 26 d. 4 (empat) tanggungan : 50% (lima puluh persen) dari UPAH POKOK.

(2) Ketika seorang PEKERJA ditahan oleh pihak yang berwenang karena aduan yang diajukan oleh PERUSAHAAN, maka PERUSAHAAN berkewajiban untuk memberikan bantuan hingga putusan tetap pengadilan.

(3) Ketika seorang PEKERJA dibebaskan dari tahanan karena aduan yang diajukan oleh PERUSAHAAN dan PEKERJA tidak terbukti melakukan suatu kesalahan, maka PERUSAHAAN berkewajiban untuk mempekerjakan kembali PEKERJA dengan membayar UPAH penuh dan hak-hak lain yang seharusnya diterima oleh PEKERJA, yang dihitung sejak tanggal ditahannya PEKERJA.

(4) PEKERJA yang ditahan oleh pihak berwajib bukan karena pengaduan dan/atau pengaduan dari PERUSAHAAN, maka selama proses hukum berlangsung, besarnya UPAH yang dibayarkan kepada keluarga yang menjadi tanggungannya sesuai dengan PKB ini.

Pasal 59

Pembayaran Upah Ketika Pekerja Diberhentikan Sementara Dari Kerja Karena Melanggar PKB (Skorsing)

(1) Bagi PEKERJA yang diberhentikan sementara dari PEKERJAAN-nya karena melakukan PELANGGARAN dan/atau dapat mengganggu sistem kerja yang ada, maka dapat diberhentikan sementara/skorsing dengan menerima 100% (seratus persen) dari UPAH POKOK.

(2) Pemberhentian sementara/skorsing yang bersifat mendidik diberikan paling lama 1 (satu) bulan.

(3) Skorsing dalam rangka PHK diberikan waktu paling lama 6 (enam) bulan sambil menunggu putusan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI).

Pasal 60

Pekerja Yang Diperbantukan Kepada Instansi/Institusi Lain

(1) PEKERJA yang diperbantukan ke instansi lain harus menandatangani surat perjanjian dengan PERUSAHAAN.

(2) Status PEKERJA tetap merupakan PEKERJA di PERUSAHAAN.

(3) Penghasilan, manfaat, jangka waktu dan fasilitas yang diterima sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), masa kerja yang dimiliki selama diperbantukan akan diperhitungkan penuh seandainya PEKERJA tersebut kembali ke PERUSAHAAN.

(4) PERUSAHAAN tempat PEKERJA diperbantukan, berkewajiban menyampaikan penilaian kerja tahunan kepada PERUSAHAAN.

(5) Apabila PEKERJA dikembalikan ke PERUSAHAAN yang disebabkan karena melakukan PELANGGARAN, maka selanjutnya PERUSAHAAN berhak melakukan pemeriksaan dan penegakkan hukum sesuai dengan peraturan yang berlaku di PERUSAHAAN

(6) Persyaratan, hak dan kewajiban PEKERJA yang diperbantukan akan diatur dalam Surat Keputusan Manajemen.

Gambar

TABEL TINGKAT PELANGGARAN DAN SANKSI  Tingkat

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat mengetahui titik kesetimbangan penyebaran penyakit DBD serta dinamika penyebaran penyakit DBD di Kabupaten Jember dan mengetahui

(2) Pelaksanaan manajemen hubungan sekolah dan masyarakat (humas) meliputi kegiatan pemberdayaan komite sekolah, mewajibkan orang tua mengambil rapor anak sendiri,

Faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat kinerja perawat pelaksana di lantai 6 (unit luka bakar) dirasakan para responden karena masih barunya usia unit tersebut, yang saat ini

Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ada da- lam KTSP 2006 dibagi berdasarkan pada kegiatan yang berhubungan dengan apresiasi dan kreasi yang mana tu- juan nya

Dengan demikian, adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kreatifitas dan inovasi terhadap kepuasan pelanggan pada

Pengumuman peserta yang lolos didanai dalam Program Bantuan Rektor untuk Kegiatan Kewirausahaan Mahasiswa Tahun 2020 akan dipublikasi melalui laman unud.ac.ac.id tanggal 2

knowledge of someone from his/her writing. That wisdoms strenghtens the opinion that writing is the most difficult skill in learning a language. In writing

Dari segi ekonomi, efek positif yang di berikan oleh sistem sentralisasi ini adalah perekonomian lebih terarah dan teratur karena pada sistem ini hanya pusat saja yang