• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTELLECTUAL CAPITAL DAN MARKET PERFORMANCE ON COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INTELLECTUAL CAPITAL DAN MARKET PERFORMANCE ON COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

INTELLECTUAL CAPITAL DAN MARKET PERFORMANCE ON

COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

Yusup, Dr. Peni Sawitri

Undergraduate Program, Faculty of Economy, 2009 Gunadarma University

http://www.gunadarma.ac.id Keywords: intellectual capital, market performance

ABSTRACT:

Knowledge-based intellectual capital becomes an important matter in order to develop the company's activities to create competitive advantage and improve market performance. It could be argued that knowledge-based intellectual capital has an effect on the company's market performance. This study used two variables, namely intellectual capital as a free variable (measured by the efficiency of physical capital, human capital efficiency, and structural capital efficiency) and market performance as dependent variable (measured by the method of Tobin's Q). A method of data analysis used in this study is multiple regression using 30 samples with four years of research namely 2004 to 2007. The results of this study indicate a significant positive relationship between intellectual capitals with the market performance of companies listed in Indonesia Stock Exchange in the four years of observation. And there is a positive relationship between intellectual capital and market performance of companies listed in Indonesia Stock Exchange in the future.

(2)

NPM : 21205376 Nama : Yusup

Pembimbing : Dr. Peni Sawitri Tahun Sidang : 2009

Subjek : Bursa Efek, Judul

MODAL INTELEKTUAL DAN MARKET PERFORMANCE PERUSAHAAN-PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Abstraksi

Modal intelektual berbasis pengetahuan menjadi suatu hal yang penting dalam rangka pengembangan aktivitas perusahaan untuk menciptakan keunggulan kompetitif dan meningkatkan market performance. Dapat dikatakan bahwa modal intelektual yang berbasis pengetahuan memiliki efek terhadap market performance perusahaan. Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu modal intelektual sebagai variable bebas (diukur dengan physical capital efficiency, human capital efficiency, dan structural capital efficiency) dan market performance sebagai variabel terikat (diukur dengan metode Tobin’s Q). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda menggunakan 30 sampel dengan empat tahun penelitian yaitu tahun 2004 sampai dengan tahun 2007. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara modal intelektual dengan market performance perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada keempat tahun pengamatan. Dan ada hubungan positif antara modal intelektual dan market performance perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia di masa yang akan datang.

Kata kunci: modal intelektual, market performance Daftar Pustaka ( 1987 s/d 2008 )

(3)

1.`PENDAHULUAN

Dewasa ini perekonomian dunia telah berkembang dengan begitu pesatnya yang

antara lain ditandai dengan kemajuan dibidang teknologi informasi, persaingan ketat, dan pertumbuhan inovasi yang luar biasa yang menyebabkan banyak perusahaan juga

mengubah cara mereka menjalankan bisnis. Agar dapat terus bertahan dengan cepat perusahaan-perusahaan mengubah dari bisnis yang berdasarkan labor based business (tenaga kerja) kearah knowledge based business (bisnis berdasarkan pengetahuan), dengan karakteristik utamanya adalah ilmu pengetahuan. Seiring dengan perubahan ekonomi yang memiliki karakteristik ekonomi yang berbasis ilmu pengetahuan dengan penerapan manajemen pengetahuan (knowledge management) maka kemakmuran suatu perusahaan akan bergantung pada suatu penciptaan transformasi dan kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri.

Dalam sistem manajemen yang berbasis pengetahuan ini, maka modal yang

konvensional seperti sumber daya alam, sumber daya keuangan dan aktiva fisik lainnya menjadi kurang penting dibandingkan dengan modal yang berbasis pada pengetahuan dan teknologi. Dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi maka akan dapat diperoleh bagaimana cara menggunakan sumber daya lainnya secara efisien dan ekonomis, yang nantinya akan memberikan keunggulan bersaing (Rupert 1998). Banyak perusahaan di Indonesia masih cenderung menggunakan konsep

conventional based dalam membangun bisnisnya hal ini tentu saja menyebabkan produk yang dihasilkan miskin dengan kandungan teknologi. Maka yang diharapkan adalah perusahaan-perusahaan dapat memahami pentingnya modal intelektual yang berbasis manajemen pengetahuan. Dalam penelitian ini, akan dilakukan penilaian terhadap market performance perusahaan yang mengetengahkan hubungan antara modal intelektual melalui value added intellectual capital coefficient (VAIC ™) yang dikembangkan oleh Pulic (2004) terhadap performa pasar perusahaan yang diukur dengan metode Tobin’s Q yang dikembangkan oleh James Tobin (1969). Metode ini menggunakan perhitungan market value of equity ditambah total liabilities dibagi dengan total assets. Dalam

penelitian sebelumnya, dapat dilihat bahwa intellectual capital yang terdiri dari human capital dan structure capital serta social capital mempunyai hubungan positif terhadap

market performance perusahaan.

Tema dalam penelitian ini adalah mencari adakah hubungan antara modal

intelektual dengan market performance perusahaan baik saat ini atau masa yang akan datang.

Pertanyaan diatas akan dijawab dengan melihat laporan keuangan tahunan

perusahaan sampel. Penelitian ini mengambil sampel 30 perusahaan publik di BEI berdasarkan tingkat market capitalization terbaik dari periode 2004-2007.

2. TELAAH PUSTAKA 2.1 Modal Intelektual

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai pengelolaan, pengukuran dan

pengungkapan modal intelektual harus dipahami lebih dulu apa sebenarnya yng dimaksud dengan modal intelektual. Berikut ini adalah bebrapa pengertian modal intelektual

menurut versi mereka:

1. Stewart, pengarang Inteletual Capital, The New Wealth of Organization (seperti dikutip oleh Osborne (1998:37)) mendefinisikan modal intelektual sebagai bahan baku intelektual seperi pengetahuan, informasi, property intelektual, pengalaman, yang secara bersama-sama digunakan untuk menciptakan kesejahteraan dalam

(4)

perusahaan.

2. Menurut Williams 2001 yang dikutip Bambang Purnomosidhi (2006) , modal intelektual adalah informasi dan pengetahuan yang diaplikasikan dalam pekerjaan untuk menciptakan nilai.

Perusahaan yang telah menyadari nilai yang terkandung dalam modal

intelektual merasa perlu untuk mencari suatu cara mengukur nilai tersebut, baik yang berhubungan dengan nilai modal intelektual itu sendiri maupun pengukuran dampak pengelolaan modal intelektual terhadap perusahaan.

2.2 Value Added Intellectual Coefficient (VAIC ™)

Seiring dengan perkembangannya, telah dilakukan penelitian lebih lanjut

mengenai modal intelektual. Berdasarkan perkembangan penelitian di bidang social,

dinyatakan bahwa belum ada teori dan skema klasifikasi dari intellectual capital yang diterima secara umum (Holland,1999). Akan tetapi, berdasarkan penelitian-penelitian

sebelumnya, dapat diidentifikasi bahwa pengukuran metode-metode intellectual capital dapat digolongkan menjadi dua yakni pengukuran dengan penilaian moneter dan

pengukuran dengan nilai non-moneter. Beberapa metode pengukuran intelectual capital dengan penilaian non-moneter, yaitu (Tan, Plowman, Hancock,2007, Isnawati,

Anshori,2007):

a. Skandia IC (intellectual capital) Report method; b. Brooking’ s Technology Broker;

c. Balanced Scorecard, oleh Kaplan dan Norton; d. IC (intellectual capital)-index;

Metode pengukuran intellectual capital dengan penilaian moneter, yaitu : e. Model Economic Value Added;

f. Model Market-to-Book Value; g. Metode Tobin’s q;

h. Model Pulic’s VAIC™; i. Menghitung intangibles value;

Dalam penelitian ini, akan digunakan salah satu dari metode dari model

pengukuran dengan penilaian moneter, yaitu metode VAIC™ Value Added Intellectual Coefficient yang dikembangkan oleh Pulic (2004).

Model VAIC™ menyajikan value added intellectual capital coefficient yang merupakan gabungan dari ketiga keofisien sebagai berikut:

2.2.1 The Physical Capital Coefficient

Pyhsical capital coefficient adalah nilai tambah (value added) yang didasarkan

pada physical capital. Untuk mendapatkan pengertian secara utuh mengenai efisiensi dari penciptaan nilai (value added) yang berasal dari sumber daya, physical atau financial capital perlu untuk dimasukkan ke dalam formulasi intellectual capital (Pulic, 2004). Hal ini dikarenakan modal intelektual tidak dapat menciptakan nilainya sendiri. Oleh karena itu, financial/ physical capital diperlukan supaya modal intelektual dapat menciptakan nilai tambah bagi perusahaan.

Physical capital adalah financial capital (modal keuangan), yakni seluruh

modal berwujud seperti cash, marketable securities, account receivable, inventories, land, buildings, machinery, equipment, furniture, fixtures, dan vehicles yang dimiliki oleh

perusahaan (Huwitz, et al, 2002). Dalam penelitian ini, koefisien physical capital akan dinyatakan dalam variabel pyhsical capital efficiency (PCE) yang merupakan indikator untuk value added yang dibentuk oleh satu unit physical capital.

2.2.2 The Human Capital Coefficient

(5)

daya penting. Manusia memiliki peran penting karena banyak dari invisible assets perusahaan terdapat pada manusia (Itami, 1987). Untuk menjaga bakat setiap individu, perusahaan perlu memotivasi setiap individu untuk mengkontribusikan keahlian dan kepintaran mereka demi pencapaian tujuan perusahaan. Edvinson (1997) mengatakan bahwa human capital telah mejadi sumber daya penting untuk inovasi dan strategi pengembangan perusahaan yang tidak bisa dimiliki tetapi hanya bisa disewa oleh perusahaan. Modal manusia juga merupakan tempat bersumbernya pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan.. Dalam penelitian ini, total gaji dan upah merupakan indikator dari modal manusia perusahaan. Koefisien dari human capital di dalam penelitian ini akan dinyatakan dalam variabel human capital coefficient (HCE) yang menunjukkan seberapa banyak value added yang dibentuk dari tiap satuan mata uang (rupiah) yang dikeluarkan untuk membayar karyawan yang ada dan bekerja di perusahaan.

2.2.3 The Structural Capital Coefficient

Structural capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam

memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara

keseluruhan, misalnya sistem operasional perusahaan, jaringan distribusi, proses manufakturing, budaya organisasi, filosofi manajemen, dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki oleh perusahaan. Structural capital mencerminkan kemampuan perusahaan yang berasal dari sistem, proses, struktur, budaya, strategi, kebijakan, dan kemampuan perusahaan melakukan inovasi.

Dalam metode Pulic (2004) menyatakan bahwa, structural capital merupakan

value added dikurangi dengan human capital. Hal ini disebabkan, karena semakin besar kontribusi dari structural capital, maka semakin sedikit kontribusi human capital dalam proses penciptaan nilai. Ini berarti bahwa, semakin besar pengaruh structural capital

didalam kegiatan operasional perusahaan, maka semakin sedikit keterlibatan karyawan di dalam suatu sistem operasional perusahaan. Di dalam penelitian ini, koefisien structural capital akan menjadi variable structural capital coefficient (SCE) yang mengukur jumlah structural capital yang diperlukan untuk menghasilkan satu Rupiah dari value added dan mengindikasikan peran structural capital dalam penciptaan nilai (Pulic, 2004).

Dapat disimpulkan bahwa penelitian ini menggunakan model value added

intellectual capital (VAIC™) yang terdiri dari dua perhitungan yang dinyatakan oleh Peter Ducker ( 1999):

(1) Intellectual capital efficiency (ICE) = HCE+SCE dan (2) Phyical Capital efficiency (PCE) = VA/Asset

Jadi VAIC™ merupakan hasil penambahan dari intellectual capital efficiency (ICE) dan physical capital efficiencyt (PCE).

2.3 Market Performance

Perusahaan membutuhkan dana dalam mengembangkan bisnisnya. Oleh karena

itu, pasar modal menjadi alternatif pendanaan dimana dana dapat diperoleh dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dana dari perbankan. Perusahaan yang membutuhkan dana, menjual surat berharganya dalam bentuk saham di pasar modal, melalui penawaran perdana kepada publik di pasar primer yang kemudian diperdagangkan di pasar sekunder. Hal tersebut dapat dimanfaatkan oleh investor sebagai salah satu cara untuk berinvestasi yang disisi lain merupakan sumber pendanaan bagi perusahaan.

Market performance merujuk pada penilaian kinerja perusahaan oleh pasar yang tercemin dari nilai sebuah perusahaan berdasarkan perhitungan harga pasar saham

(6)

dikalikan dengan jumlah sahamnya yang beredar. Penilaian terhadap kinerja perusahaan dapat dilakukan dengan melihat nilai lebih yang dimiliki dan kekurangan yang tercermin dari laporan tahunan perusahaan. Untuk melakukan penilaian terhadap kinerja suatu saham (market performance) banyak metode yang digunakan. Dalam penelitian ini metode yang akan digunakan adalah metode Tobin’s Q yang dikembangkan oleh James Tobin (1969) dan ukurannya adalah q ratio.

3. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan untuk menguji hubungan antara modal intelektual (yang diukur melalui physical capital efficiency, human capital efficiency, dan structural capital efficiency) dengan market performance (yang diukur dengan metode Tobin’s Q pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian ini menggunakan dua macam variabel, yakni veriabel bebas

(independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel modal

intelektual (variabel bebas) dan skalanya adalah skala rasio. Sedangkan sebagai variabel terikat, market performance akan diukur dengan metode Tobin’s q dan skalanya adalah skala rasio. Varibel-variabel tersebut dapat diidentifikasikan di dalam Tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1

Variabel Penelitian, Indikator dan Skala Variabel Indikator Skala

Market Performance (Variabel Terikat)

= Market value of equity + Total Liabilities Total Assets

Rasio VAIC

(Variabel Bebas)

1. Physical Capital Efficiency (CEE) PCE = Value added : Assets Rasio

2. Human Capital Efficiency

HCE = Value added : Human Capital Rasio

3. Structural Capital Efficiency

SCE = Structural Capital : Value Added Rasio

Intellectual Capital Efficiency (ICE) (ICE) = HCE + SCE

Rasio

Jadi, VAIC™ = ICE + PCE Rasio Keterangan:

1. Value Added : OP + EC + D + A

Dimana OP = Operating profit, EC = Employed cost, D = Depreciation, dan A = Amortization.

2. Physical Capital : total asset perusahaan (sebagai indikator dari physical capital atau modal keuangan).

3. Human Capital : total beban gaji atau biaya karyawan perusahaan. 4. Structural Capital : value added − human capital

(7)

price.

4. ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Normalitas

Bertujuan untukmenguji apakah model regresi, variable independent dan dependen berdistribusi normal atau tidak

Pengujian hipotesis : menggunakan Kolmogorov-smirnov test Ho : Data berdistribusi normal

Ha : Data tidak berdistibusi normal Pengambilan Keputusan

Jika asymp.sig > 0,05 maka Ho diterima Jika asymp.sig < 0,05 maka Ho ditolak

Hasil : Dari hasil pengujian normalitas data dapat diketahui dari 4 indikator yang digunakan selama 4 tahun pengamatan seluruh data terdistibusi normal

kecuali HCE pada tahun 2005 nilai signifikan kurang dari 0,05 sehingga memiliki data yang tidak terdistribusi normal.

4.2 Pengujian Asumsi klasik a. Uji Multikolinearitas

Bertujuan untuk mengetahui apakah antara variable independent mempunyai hubungan langsung (berkorelasi).

Ho : Tidak ada mulitikolinearitas

Ha : Ada multikolinearitas Pengambilan Keputusan Jika VIF < 10, maka Ho diterima

Jika VIF > 10, maka Ho ditolak

Hasil : dari uji multikolinearitas diketahui bahwa seluruh variable independent dalam 4 tahun pengamatan mempunyai VIF < 10 yang berarti tidak ada

multikolinearitas sehingga model yang digunakan dalam penelitian ini dapat diteruskan.

b. Uji Heterekodeditas

Heterskedesitas menunjukkan bahwa varians dari setiap error bersifat heterogen yang berarti melanggar asumsi klasik yang mensyaratkan bahwa varians error harus bersifat homogen.

Pengujian menggunakan metode Gletsjer. Pengambilan Keputusan

Jika signifikansi (probabilitas) dari thitung < 0.05 Ho ditolak Jika signifikansi (probabilitas) dari thitung > 0.05 Ho diterima

Hasil : Diketahui bahwa tidak terdapat masalah heteroskedastisitas dalam model regresi, karena semua variable independen memiliki signifikan lebih besar dari 0,05. ini berarti Ho diterima dan terbukti model multiple regresi yang digunakan terhindar dari masalah heteroskedastisitas.

4.3 Pengujian Fit Model

Untuk melihat berapa proporsi variasi dari variable bebas secara bersama-sama mempengaruhi variable tak bebas lainnya. Karena variable ini independent lebih dari dua maka yang digunakan adalah Addjusted R-Square.

Tabel 4.14 Uji Model Fit Tahun 2004 Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

(8)

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson 1 .701a

.491 .433 .39733 2.083

a. Predictors: (Constant), PCE, HCE, SCE b. Dependent Variable: MP

Dari hasil pengamatan Regresi berganda diketahui bahwa koefisien determinasi Adjusted R2 = 0,433. Artinya seluruh variable independent, hanya mampu menjelaskan variasi dari variable dependen (Market Performance) adalah 43,3% sedangkan sisanya (100%-43,3%=56,7%) mampu dijelaskan oleh factor-faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam model.

Tabel 4.15 Uji Model Fit Tahun 2005 Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .793a .628 .586 .43973 1.287

a. Predictors: (Constant), PCE, HCE, SCE b. Dependent Variable: MP

Dari hasil pengamatan Regresi berganda diketahui bahwa koefisien determinasi Adjusted R2 = 0,586. Artinya seluruh variable independent, hanya mampu menjelaskan variasi dari variable dependen (Market Performance) adalah 58,6% sedangkan sisanya (100%-58,6%=41,4%) mampu dijelaskan oleh factor-faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam model.

Tabel 4.16 Uji Model Fit Tahun 2006 Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .790a .624 .581 .72732 2.502

a. Predictors: (Constant), LogPCE, HCE, SCE b. Dependent Variable: MP

Dari hasil pengamatan Regresi berganda diketahui bahwa koefisien determinasi

Adjusted R2 = 0,581. Artinya seluruh variable independent, hanya mampu menjelaskan variasi dari variable dependen (Market Performance) adalah 58,1% sedangkan sisanya (100%-58,1%=41,9%) mampu dijelaskan oleh factor-faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam model.

Tabel 4.17 Uji Model Fit Tahun 2007 Model Summaryb

(9)

Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .827a .685 .648 1.14492 2.592

a. Predictors: (Constant), LogPCE, HCE, SCE b. Dependent Variable: MP

Dari hasil pengamatan Regresi berganda diketahui bahwa koefisien determinasi

Adjusted R2 = 0,648. Artinya seluruh variable independent, hanya mampu menjelaskan variasi dari variable dependen (Market Performance) adalah 64,8% sedangkan sisanya (100%-64,8%=35,2%) mampu dijelaskan oleh factor-faktor lain yang tidak diikut sertakan dalam model.

4.4 Uji Hipotesis

a.Uji F ( Uji Serentak )

Digunakan untuk menguji apakah secara bersama-sama seluruh variable independen terhadap variable dependen.

Dasar Pengambilan Keputusan : Berdasarkan probabilitas

• Jika p-value < 0,05, maka Ho ditolak • Jika p-value > 0,05, maka Ho gagal ditolak

Hasil : Dalam hipotesis pertama, pada tahun 2004 sampai tahun 2007 secara bersama- sama seluruh indicator dalam variable independent mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variable dependen serta terhadap hubungan positif antara modal intelektual dengan market performance perusahaan.

b. Uji T ( Parsial )

Uji T dilakukan untuk mengetahui hubungan dari masing-masing variabel bebas dengan variabel tidak bebas.

Pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas:

Jika p-value < tingkat kesalahan (alpha = 0,05), maka Ho ditolak Jika p-value > tingkat kesalahan (alpha = 0,05), maka Ho gagal ditolak Hasil :

Rangkuman Hasil Penelitian Variabel 2004 2005 2006 2007

SCE Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Signifikan HCE Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Signifikan PCE Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan

PENGUJIAN HIPOTESIS KEDUA Rangkuman Persamaan Regresi Variabel Konstanta B

VAIC 2004 1,092 0,065 VAIC 2005 1,538 0,009 VAIC 2006 1,712 0,054 VAIC 2007 1,234 0,206 Sumber: Data diolah

(10)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat nilai koefisien regresi (B) untuk

intellectual capital bernilai positif, artinya semakin tinggi intellectual capital maka market performance suatu perusahaan akan semakin meningkat. Nilai koefisien regresi Intellectual Capital yang cenderung meningkat dari tahun 2004-2007 menunjukkan bahwa modal intelektual mempunyai hubungan dengan market performance perusahaan dimasa mendatang.

PEMBAHASAN

Dalam hipotesis pertama, dari tahun 2004 sampai tahun 2007 terdapat hubungan

positif yang signifikan antara modal intelektual dengan market performance perusahaan. Berdasarkan pengujian hipotesis kedua, juga ditemukan adanya hubungan positif yang signifikan antara modal intelektual dengan market performance ar perusahaan untuk keempat tahun pengamatan. Hal ini berarti terdapat hubungan positif yang signifikan

anatara modal intelektual dengan market performance di masa yang akan datang. Ketika modal intelektual melalui human capital efficiency perusahaan semakin tinggi,

melalui pemanfaatan tenaga kerja secara maksimal dan optimal misalnya seorang karyawan mempunyai keahlian dan kemampuan dalam menyelesaikan lebih dari satu tugas dibandingkan orang lain sehingga dapat meningkatkan kompetensi perusahaan. Kemudian ketika structural capital efficiency semakin tinggi, misalnya ketika perusahaan memperluasjaringan distribusi pemesanan produk melalui penambahan jaringan

komputer dan mengguankan fasilitas internet, maka peran tenaga kerja di dalam

perusahaan semakin kecil (tidak diperlukan kurir jasa pencarian jaringan distribusi karena adnya kemudahan dari penambahan sistem tersebut) yang mengakibatkan penggunaan modal struktural perusahaan semakin tinggi. Pada akhirnya, perusahaan dapt melakukan beragam kegiatan bisnis lebih banyak lagi. Dengan meningkatnya modal intelektual perusahaan, maka nilai tambah bagi perusahaan akan meningkat maka penilaian pasar terhadap perusahaan secara otomatis akan meningkat. Pasar akan mempunyai penilaian lebih terhadap perusahaan jika perusahaan memiliki nilai modal intelektual yang tinggi dibandingkan dengan nilai asset yang tercatat. Hal tersebut merupakan cerminan dari kinerja perusahaan yang baik.

Dalam pengujian parsial (Uji T) yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel tidak bebas, ditemukan beberapa hasil pengujian hipotesis yang tidak terdapat pengaruh signifikan. Pada tahun 2004 hanya SCE yang tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap market performance perusahaan. Kemudian pada tahun 2005 dan 2006 SCE dan HCE yang tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap market performance perusahaan. yang memiliki pengaruh yang signifikan. Dan pada tahun 2007, semua indikator memiliki pengaruh signifikan terhadap market performance perusahaan. Hal ini mungkin saja terjadi karena adanya faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam penelitian yang dapat mempengaruhi hubungan modal intelektual dengan market performance perusahaan. Misalnya, technology capital dan yang menjadi salah satu dari indikator modal intelektual yang dapat mempengaruhi market performance.

Beberapa variabel memiliki hubungan yang tidak signifikan di beberapa tahun,

contohnya SCE yang memiliki hubungan yang tidak signifikan antara tahun 2004 – 2006,

hal ini mungkin disebabkan kurangnya mendapat perhatian dari perusahaan akan indikator ini, karena ketika tahun 2007 dimana angka sturctural capital meningkat

dibandingkan tahun sebelumnya maka variabel ini pun langsung memeliki hubungan yang signifikan terhadap market performance perusahaan. Pada variabel HCE terjadi flultuaktif, hal ini dapat dijaga agar tetap signifikan dengan selalu memberi motivasi setiap karyawan untuk mengkontribusikan keahlian dan kepintaran mereka demi

(11)

pencapaian tujuan perusahaan karena modal manusia merupakan unsur penting dalam modal intelektual sebab disinilah tempat bersumbernya pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan.

Sedangkan pada variabel PCE dalam 4 tahun pengamatan seluruhnya memiliki hubungan yang signifikan hal ini disebabkan karena perusahaan menyadari pentingnya variable ini karena modal intelektual tidak dapat menciptakan nilainya sendiri. Oleh karena itu, financial/ physical capital diperlukan supaya modal intelektual dapat menciptakan nilai tambah bagi perusahaan.

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Secara keseluruhan modal intelektual yang diukur melalui physical capital efficiency, human capital efficiency, dan structural capital efficiency pada uji F (serentak) untuk hipotesis pertama, pada tahun 2004 sampai tahun 2007 secara bersama-sama seluruh indikator dalam variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen serta terdapat hubungan positif antara modal intelektual dengan market performance perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dapat diasumsikan, jika satu unit komponen modal intelektual dapat menghasikan pengembalian (return) yang lebih besar pada sebuah perusahaan dibandingkan dengan perusahaan yang lain, maka perusahaan tersebut dinyatakan dapat menggunakan komponen modal intelektual dengan lebih baik dan hal itu berdampak langsung pada peningkatan

nilai market performance perusahaan. 2. Untuk seluruh empat tahun pengamatan yang dapat dilihat dari tabel persamaan

regresi yakni nilai koefisien regresi (B) untuk modal intelektual bernilai positif, artinya semakin tinggi modal intelektual maka market performance suatu perusahaan akan semakin meningkat. Nilai koefisien regresi modal intelektual yang cenderung meningkat dari tahun 2004-2007 menunjukkan bahwa modal intelektual mempunyai hubungan dengan market performance perusahaan- perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dimasa mendatang. 5.2 Implikasi Manajerial

Dalam menentukan nilai perusahaan, modal intelektual dapat dijadikan salah satu alternatif metode penilaian perusahaan. Dengan menggunakan modal intelektual dapat diketahui nilai lebih (valued added) yang dimiliki oleh perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan market performance perusahaan itu sendiri. Hal ini tentu saja akan menjadi bahan pertimbangan bagi investor untuk melakukan investasi terhadap suatu perusahaan dan bagi keputusan manajer, mengingat informasi di laporan keuangan tidak selamanya dapat menjadi salah satu dasar dalam pengambilan keputusan. Ketika

intellectual capital yang diukur melalui physical capital efficiency, human capital efficiency dan structural capital efficiency mengalami peningkatan, maka market performance perusahaan akan meningkat begitu juga untuk market performance di masa yang akan datang.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian yang dilakukan ini, terdapat beberapa kelemahan atau keterbatasan diantaranya yaitu:

1. Jumlah sampel yang didapatkan dalam penelitian ini lebih sedikit dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Chang.S.William dan Jasper.

(12)

J. Hsieh (2007). Sehingga hasil yang diperoleh di dalam penelitian ini juga kurang sempurna.

2. Sebaran data di dalam penelitian ini kurang luas, sehingga kurang terdapat perbedaan market performance antara perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

5.4 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, saran atau rekomendasi yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya diantaranya adalah:

1. Menambah variabel penelitian seperti technology capital, relationship capital yang diterapkan oleh perusahaan.

2. Menambah jumlah sampel perusahaan yang akan dijadikan sampel penelitian. 3. Menambah tahun penelitian supaya mendapatkan hasil penelitian yang mendekati sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Chang, S, William & Jasper, J, Hsiech (2007), A Human Capital-Driven Framework and The Role of Technology Capital in Measuring Intellectual Capital. Dapat diakses

pada www.ssrn.com/abstract=1182782

Drucker,P (1999), California Management Review

Edvinson, L(1997), Intelectual capital. London : Piatkus

Itami, H (1987), Mobilizing invisible assets. Cambridge. MA. : Harvard University Press.

Jsx Watch. 2006. Market Capitalization. Jakarta ________. 2008. Market Capitalization. Jakarta

Margaret, Tarida Diana.2008.”Intelectual Capital dan Kinerja Perusahaan-Perusahaan Di Bursa Efek Indonesia. Jakarta. Universitas Trisakti.

Osborne, Amgela. “Measuring Intelectual Capital: The Real Value of Companies”. The Ohio CPA journal. October-December.1998:37-38.

Pulic, A (2004), “Intelectual Capital – does it create or destroy value?”, Journal of Business Performance Management – Measuring intangible assets – the state of the art vol. 8, No.1.2004

Purnomosidhi, Bambang. (2006). “ Praktik Pengungkapan Modal Intelektual pada Perusahaan Publik di BEJ”. Malang: Univeritas Brawijaya Malang.

Gambar

Tabel 4.14 Uji Model Fit Tahun 2004   Model Summaryb
Tabel 4.15 Uji Model Fit Tahun 2005   Model Summaryb  Model  R  R Square   Adjusted R   Square   Std

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan untuk membandingkan dan menganalisa pendapat Muhammad Khatib asy-Syarbini tentang larangan keluar rumah bagi wanita yang dalam masa iddah kematian penulis

bangunan di dalam lahan yang dikuasainya, termasuk pembangunan ruang terbuka hijau, ruang terbuka, dan sirkulasi pejalan kaki dengan tetap mengacu pada syarat

Tindakan yang digunakan untuk memperbaiki kondisi aktivitas belajar matematika peserta didik dengan model pembelajaran advance organizer yaitu guru menyiapkan media

Diharapkan bagi hakim yang hendak memutuskan suatu perkara yang telah berkekuatan hukum tetap, yang berujung pada pelaksanaan eksekusi hendaknya selain menetapkan perintah

Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pengawasan BPD dalam penyelenggaraan pemerintahan di Desa Mattirowalie Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru dipengaruhi oleh dua

Ovaj pristup bilježi utjecaj smanjenja bankarskog sektora, što za posljedicu ima utjecaj na likvidnost i višestruke efekte, te dodatno utjecaj ponovnog određivanja cijena od

Istirahat/makan Pulang Datang Parkir area dapur restoran Ruang cuci Parkiran Ruang ganti WC Taman Lobby Kolam renang 4 3 - - Datang Parkir Rg persiapan Pergi

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan YME, atas rahmad dan Hidayah-Nya, sehingga penyusunan Buku Pendidikan Ketamansiswaan ini telah selesai6. Sy/bk/