commit to user
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akuntabilitas (accountability) merupakan salah satu prinsip atau asas dari
paradigma Good Governance, dimana keterlibatan pihak-pihak selain pemerintah
untuk bersama-bersama melaksanakan kepentingan publik menjadi hal yang
sangat penting. Paradigma Good Governance merupakan salah satu studi dari
perkembangan paradigma administrasi publik yang dari masa ke masa selalu
berubah mengikuti kondisi permasalahan yang ada. Paradigma administrasi publik
diawali dengan paradigma Old Public Administration (OPA) yang digunakan
sebelum tahun 1970-an yang dalam perspektif paradigma ini berfokus pada
pemerintah sebagai penyedia layanan pada masyarakat sehingga keterlibatan
warga Negara sangat dibatasi. Selanjutnya OPA bergeser pada paradigma New
Public Management (NPM) yang digunakan pada tahun 1970 sampai dengan
tahun 2003 dengan menekankan penggunaan mekanisme dan terminologi pasar
dengan mengedepankan nilai-nilai efisiensi, rasionalitas, produktivitas, dan bisnis
yang bertentangan dengan nilai-nilai kepentingan publik. Dari paradigma NPM
tersebut bergeser lagi ke paradigma New Public Service (NPS) yang digunakan
dari tahun 2003 sampai sekarang. Perspektif ini memandang bahwa warga negara
sebagai pemilik pemerintahan (owners of government) dan mampu bertindak
commit to user
Rohman (2012: 25) menjelaskan seiring dengan berjalannya
perkembangan paradigma New Publik Service (NPS), muncullah studi tentang
Good Governance. Konsep Good Governance adalah suatu gagasan tentang
adanya saling ketergantungan (interdependensi) dan interaksi dari berbagai
macam aktor kelembagaan di semua level di dalam Negara yaitu state (DPR,
Eksekutif, Yudikatif, Militer), civil society atau masyarakat sipil (LSM, pers,
organisasi profesi, pesantren, gereja dan sebagainya), dan sektor swasta atau
market (perusahaan, lembaga keuangan). Sektor swasta menciptakan pekerjaan
dan pendapatan, sedangkan civil society berperan positif dalam interaksi social,
ekonomi, politik, termasuk mengajak kelompok masyarakat untuk berpartisipasi
dalam aktivitas sosial, ekonomi, dan politik.
Yuliani (2004: 26) menyebutkan bahwa dalam good governance penting
adanya keseimbangan antara aktor pemerintah dan non-pemerintah, hubungan
sehat antara Negara, masyarakat dan sektor swasta guna mencari kesepakatan
bersama menyangkut pengaturan Negara. Tidak boleh ada aktor kelembagaan
dalam Good Governance yang mempunyai kontrol absolut. Karena salah satu
prinsip Good Governance adalah mengembangkan kepemerintahan yang terbatas
dengan memperkuat akuntabilitas publik dan meningkatkan partisipasi
masyarakat.
Seperti yang kita ketahui bersama, untuk mewujudkan tata Negara yang
baik Indonesia menganut sistem demokrasi dimana kekuasaan berasal dari rakyat,
untuk rakyat dan oleh rakyat. Penerapan pemerintahan yang berdasarkan
commit to user
pemerintahan negara, misalnya penerapan prinsip Good Governance. Indonesia
saat ini menganut lima asas yang saat ini kenal dengan transparansi, akuntabilitas,
supremasi hukum, responsivitas, dan partisipasi yang jika kita lihat secara sekilas
sangat memihak pada rakyat.
Dalam menjalankan perannya untuk melaksanakan kepentingan publik
atau masyarakat, aktor-aktor good governance berkewajiban untuk melakukan
akuntabilitas terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakannya.
Akuntabilitas menurut World Bank (2004) merupakan kewajiban pemegang
kekuasaan untuk menjelaskan atau bertanggungjawab atas tindakan mereka.
Pemegang kekuasaan ini mengacu pada mereka yang memiliki kekuasaan politik,
keuangan atau kekuasaan lainnya dan termasuk pejabat di pemerintahan,
perusahaan swasta, lembaga keuangan dan organisasi masyarakat sipil.
Gray, Owen, & Maunders (1987: 2)dalam jurnal “Public Accountability :
A Critical Approach” karya Stewart Smyth memberikan definisi bahwa
akuntabilitas adalah ‘tanggung jawab’, persyaratan atau tanggung jawab untuk
memberikan account (tidak berarti tentu finansial) namun juga perhitungan atas
segala tindakan yang harus dipertanggung jawabkan. Pada dasarnya, akuntabilitas
adalah kewajiban untuk menyajikan laporan untuk menjabarkan hasil-hasil
pelaksanaan kegiatan kepada orang-orang yang dipercayakan tanggung jawab
tersebut.
Sedangkan menurut Glynn dan Murphy (1996) dalam jurnal “Mechanisms
commit to user
Kluvers menyatakan bahwa akuntabilitas secara umum adalah proses seseorang
atau kelompok yang dapat dimintai pertanggungjawaban atas perilaku mereka.
Namun, konsep akuntabilitas memiliki banyak aspek dan kompleks dan tidak
mudah untuk menentukan. Inti dari akuntabilitas adalah orang/sekelompok orang
yang berkewajiban untuk membuat account untuk tanggung jawab yang telah
diberikan. Akuntabilitas melibatkan untuk memberi dan menuntut alasan untuk
perilaku yang terjadi pada berbagai struktur sosial, seperti dalam keluarga,
kelompok persahabatan, dan dalam dan di antara organisasi.
Akuntabilitas menjadi kajian yang menarik untuk diteliti daripada
prinsip-prinsip Good Governance yang lainnya seperti transparansi, responsivitas,
supremasi hukum dan partisipasi karena tanpa akuntabilitas, masyarakat tidak
akan pernah tahu apa saja yang akan dilakukan oleh aktor-aktorGood Governance
dalam mempertanggungjawabkan semua kegiatan yang telah dilakukan dalam
rangka memperjuangkan kepentingan publik atau masyarakat. Bentuk
akuntabilitas mereka harus jelas karena peraturan-peraturan atau
program-program yang ditujukan untuk publik adalah kewajiban mereka.
Salah satu aktor yang berperan penting dalam good governance adalah
lembaga non-pemerintah (civil society) dimana salah satu pemeran pentingnya
adalah partai politik. Partai politik merupakan organisasi yang dapat menyalurkan
aspirasi-aspirasi dari masyarakat untuk membantu Negara dalam melaksakan tata
pemerintahan yang baik. Dalam hal ini, tidak hanyah pemerintah dan swasta yang
harus akuntabel, partai politik juga berkewajiban untuk akuntabel terhadap
commit to user
partai juga menjadi penting untuk dikaji. Permasalahan-permasalahan akan
kebutuhan masyarakat juga menjadi tanggungjawab partai politik dalam
menjalankan tugasnya.
Pemilihan partai politik sebagai objek kajian penelitian akuntabilitas ini
dikarenakan sudah banyak peneliti yang melakukan kajian ilmu administrasi
Negara khususnya dalam hal akuntabilitas hanya terbatas dalam ranah
pemerintahan saja misalnya pada Dinas, Lembaga Keuangan dan sebagainya.
Padahal partai politik juga merupakan salah satu pemeran penting dalam
pelaksanakan Good Governance karena partai politik juga bertugas untuk
menyalurkan aspirasi-aspirasi rakyat dan memenuhi kebutuhan publik. Hal ini
dapat dilihat dari penelitian-penelitian terdahulu baik yang berasal dari jurnal
internasional, jurnal nasional, disertasi maupun skpripsi yang akan dijelaskan pada
bab selanjutnya bahwa penelitian terkait akuntabilitas masih jarang dilakukan oleh
para peneliti. Oleh karena itulah, akuntabilitas partai politik juga menjadi bahan
yang menarik untuk dikaji lebih mendalam dengan tujuan menambah khasanah
ilmu pengetahuan Ilmu Administrasi Negara khususnya yang terkait dengan
akuntabilitas.
Mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011
tentang Partai Politik, dalam Pasal 11 menyebutkan bahwa fungsi partai politik
salah satunya adalah menyerap, menghimpun, dan menyalur aspirasi politik
masyarakat dalam menerapkan kebijakan. Dengan begitu, seharusnya partai
politik juga harus akuntabel atas apa yang sudah dilaksanakan dalam kebijakan
commit to user
Partai Politik wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan dan
pengeluaran yang bersumber dari dana bantuan APBD secara berkala setiap
tahunnya. Dengan begitu berarti partai memang berkewajiban untuk melaporkan
akuntabilitasnya.
Permasalahannya, dalam partai politik juga mempunyai kebijakan yang
dituangkan melalui program kerja yang sasarannya tidak hanya didalam lingkup
anggota dan pengurus partai, namun juga masyarakat umum. Faktanya, selama ini
partai politik hanya membuat laporan akuntabilitas secara tertulis dalam hal
pendanaan saja karena sumber keuangan partai berasal dari APBN/APBD.
Sedangkan untuk program kerja partai, masih diragukan bagaimana partai politik
dalam melakukan akuntabilitas program kerja yang telah dijalankan. Padahal
akuntabilitas program kerja yang telah dilakukan oleh partai menjadi hal yang
sangat penting.
Melihat fenomena tersebut, perlu kita ketahui tentang bagaimana
akuntabilitas partai politik terlebih mengenai hal program kerja partai politik.
Dalam penelitian ini akan diteliti mengenai proses akuntabilitas yang berlangsung
dalam partai politik sehingga dapat dinilai atau dievaluasi apakah program kerja
yang dilakukan oleh partai politik sudah akuntabel atau belum. Program kerja
partai politik dipilih karena program kerja merupakan salah satu bagian dari
sebuah proses kebijakan partai politik yang harus dipertanggungjawabkan.
Melihat permasalahan tentang jarangnya partai politik menjadi objek
commit to user
partai politik pada partai dengan platform agama/religius dan partai dengan
platform nasionalis, yaitu Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat
Nasional (PAN) di Kota Surakarta. Alasan pemilihan partai politik yang pertama
adalah karena belum banyak peneliti yang mengkaji tentang akuntabilitas partai
politik, dengan menggunakan kedua partai yang berbeda platform yaitu partai
religius dan nasionalis ini maka dapat dilihat apakah ada perbedaan dalam
melakukan proses akuntabilitas dan apakah kedua partai ini sudah akuntabel
terhadap program kerja yang telah dilaksanakan.
Alasan kedua, pemilihan parpol PKS dan PAN tersebut juga dapat dilihat
dari hasil perolehan suara pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 Di Kota
Surakarta. Dari hasil yang dikeluarkan oleh Komisi Umum (KPU) Surakarta,
Partai PKS merupakan partai religius yang meperoleh suara terbanyak di Kota
Surakarta dan PAN merupakan partai nasionalis yang memperoleh suara
terbanyak kedua setelah PDIP di masing-masing daerah pilihan (dapil) di Kota
Surakarta. Selain itu kedua partai ini juga berhasil meperoleh suara di kursi DPRD
Surakarta.
Selain itu, berdasarkan data yang diperoleh dari KPU Surakarta, dari 45
anggota DPRD Kota Surakarta yang telah dilantik pada Kamis, 14 Agustus 2014
di Ruang Paripurna Gedung DPRD, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menduduki 5
kursi, sedangkan Partai Amanat Nasional menduduki 4 kursi anggota dewan.
Berdasarkan perhitungan sesuai dengan alur/mekanisme yang ditentukan, dari 12
commit to user
memperoleh kursi di DPRD Kota Surakarta, dengan perincian perolehan kursi
sebagai berikut :
Tabel 1.1
Hasil Perolehan Kursi Partai Politik di DPRD Kota Surakarta
Partai Politik Peserta Pemilu 2014 yang Memperoleh Kursi
Jumlah Kursi Tiap Dapil (KS = Kota Surakarta) KS 1 KS 2 KS 3 KS 4 KS 5 Jml Kursi
1 Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDIP) 4 4 4 6 6 24
2 Partai Demokrat - 1 - 1 1 3
3 Partai Hati Nurani Rakyat (HANURA) - - - - 1 1
4 Partai Gerakan Indonesia Raya
(GERINDRA) 1 1 - 1 - 3
5 Partai Amanat Nasional (PAN) 1 - 1 1 1 4
6 Partai Golongan Karya (GOLKAR) 1 1 - 1 1 4
7 Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 1 1 1 1 1 5
8 Partai Persatuan Pembangunan (PPP) - - 1 - - 1
Jumlah Kursi 8 8 7 11 11 45
Sumber : kpu-surakarta.go.id
Dengan demikian, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat
Nasional (PAN) mempunyai banyak andil dan berperan penting dalam
menyampaikan aspirasi masyarakat, oleh karena itu Partai Keadilan Sejahtera
(PKS) dan Partai Amanat Nasional (PAN) menjadi objek yang dipilih oleh
peneliti dalam kajian ini. Kajian tentang akuntabilitas partai politik yang terlebih
dalam hal program kerja partai politik sangat menarik dalam studi Ilmu
Administrasi Negara yang berparadigma good governance. Akuntabilitas dalam
hal ini dimaksudkan sebagai akuntabilitas partai politik terhadap program atau
commit to user
Berdasarkan pada kondisi tersebut, maka penelitian ini berjudul :
Akuntabilitas Partai Politik di Kota Surakarta (Analisis Program Kerja Partai
Keadilan Sejahtera dan Partai Amanat).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas, maka penulis
dapat merumuskan masalah yang akan diteliti, sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Proses Akuntabilitas Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan
Partai Amanat Nasional (PAN)di Kota jika dilihat dari program kerjanya ?
2. Apakah program kerja yang dilaksanakan oleh PKS dan PAN di Kota
Surakarta sudah akuntabel ?
C. Tujuan
Tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui proses akuntabilitas PKS dan PAN di Kota Surakarta
melalui analisis program kerja partai politik.
2. Untuk mengetahui sudah akuntabel atau belum akuntabel Partai PKS dan
PAN di Kota Surakarta.
D. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk
penelitian lain tentang Akuntabilitas PKS dan PAN ataupun partai politik
commit to user
menjadi sumbangan bagi pengembangan ilmu Administrasi Negara
terutama terkait akuntabilitas.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi kepada pemerintah dan masyarakat terkait
AkuntabilitasPKS dan PANdi Kota Surakarta.
b. Memperluas pengetahuan penulis dan pembaca mengenai pentingnya
akuntabilitaspartai politik.
c. Meningkatkan kemampuan penulis sebagai mahasiswa Ilmu
Administrasi dalam mengkaji dan mengevaluasi program-program
kerja partai politik, mengingat partai politik juga mempunyai peran
dalam pembangunan nasional terlebih partai politik menjadi salah satu