• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori - PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN PERMAINAN TEKA-TEKI SILANG DI KELAS IVB SD NEGERI 2 PLIKEN - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori - PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN PERMAINAN TEKA-TEKI SILANG DI KELAS IVB SD NEGERI 2 PLIKEN - repository perpustakaan"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori

1. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Menurut Abdillah (Aunurrahman, 2010: 35) belajar adalah

usaha sadar yang dilakukan seseorang dalam perubahan tingkah

laku melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut

aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan

tertentu. Menurut Slameto (2010: 2) pengertian belajar adalah:

“suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Menurut Morgan (Suprijono, 2013: 3) “learning is any

relatively permanent change in behavior that is a result of past

experience” yaitu belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat

permanen sebagai hasil dari pengalaman. Menurut Susanto (2014:

4) belajar adalah:

“aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak”.

Berdasarkan pendapat dari para ahli dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu yang ditandai

(2)

psikomotor sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya. Setiap individu akan berinteraksi dan

bersosialiasi dengan lingkungan sehingga mampu menggabungkan

dan membandingkan pengetahuan yang telah dimiliki dengan

pengetahuan baru yang ada di lingkungannya sebagai proses menuju

perubahan tingkah laku.

b. Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Slameto (2010: 54) faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan

menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

Faktor intern adalah faktor yang ada diri individu yang sedang

belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar

individu.

1) Faktor-faktor intern, meliputi:

a) Faktor Jasmaniah

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta

bagaian-bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah

keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh

terhadap belajarnya.

b) Faktor Psikologis

Faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang

(3)

perhatian, (3) minat, (4) bakat, (5) motif, (6) kematangan,

(7) kesiapan.

c) Faktor Kelelahan

2) Faktor-faktor ekstern, meliputi:

a) Faktor Keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga

berupa: (1) cara orang tua mendidik, (2) relasi antara

anggota keluarga, (3) suasana rumah tangga, (4) keadaan

ekonomi, (5) pengertian orang tua, (6) latar belakang

kebudayaan, (4) bentuk kehidupan masyarakat.

b) Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup:

(1) metode mengajar, (2) kurikulum, (3) relasi guru dengan

siswa, (4) relasi siswa dengan siswa, (5) disiplin sekolah,

(6) pelajaran dan waktu sekolah, (7) standar pelajaran, (8)

keadaan gedung, (9) metode belajar, dan (10) tugas rumah.

c) Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga

berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh ini terjadi

karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Faktor

masyarakat yang mempengaruhi ini mencakup: (1) kegiatan

siswa dalam masyarakat, (2) media massa, (3) teman

(4)

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

ada dua faktor yang dapat mempengaruhi belajar. Faktor yang

berada dalam diri individu (intern) dan dalam luar individu yang

belajar (ekstern).

c. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Suprijono (2013: 5) “hasil belajar adalah pola-pola

perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi

dan keterampilan”. Menurut Susanto (2014: 5) “hasil belajar

adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik

yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor sebagai

hasil dari kegiatan belajar”. Menurut Nana Sudjana (Kunandar,

2011: 276) hasil belajar adalah:

“suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan”.

Menurut Nasution (Kunandar, 2011: 276) hasil belajar

adalah perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya

pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan

dalam diri pribadi individu yang belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang

dimiliki oleh individu setelah melakukan kegiatan belajar, sehingga

(5)

dan psikomotor. Kemampuan tersebut akan terus meningkat

apabila siswa melakukan kegiatan belajar dengan baik.

d. Tipe Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2013: 49) tujuan pendidikan yang ingin

dicapai dapat dikategorikan menjadi tiga bidang yakni bidang

kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif (berhubungan

dengan sikap dan nilai) serta bidang psikomotor

(kemampuan/keterampilan bertindak/berperilaku). Ketiganya tidak

berdiri sendiri, tapi merupakan satu kesatuan yang tidak

terpisahkan, bahkan membentuk hirarki. Sebagai tujuan yang

hendak dicapai, ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar

siswa di sekolah. Oleh sebab itu ketiga aspek tersebut, harus

dipandang sebagai hasil belajar siswa, dari proses pengajaran.

Berikut ini dikemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam

ketiga aspek hasil belajar tersebut diantaranya:

1) Aspek kognitif

Menurut Sudjana (2013: 50) aspek kognitif berkenaan

dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek,

yaitu (1) tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge),

merupakan tipe hasil belajar yang terendah. Namun tipe hasil

belajar ini penting sebagai prasyarat untuk menguasai dan

mempelajari tipe hasil belajar yang lebih tinggi. (2) tipe hasil

(6)

yaitu pemahaman terjemahan, yakni kesanggupan memahami

makna yang terkandung di dalamnya. Tingkat dua adalah

pemahaman penafsiran, yakni memahami grafik,

menghubungkan dua konsep yang berbeda, membedakan yang

pokok dan yang bukan pokok. Tingkat tiga adalah pemahaman

ekstrapolasi, yakni kesanggupan melihat dibalik yang tertulis,

tersirat dan tersurat, meramalkan sesuatu atau memperluas

wawasan. (3) penerapan (aplikasi) adalah kesanggupan

menerapkan dan mengabstraksi suatu konsep, ide, rumus,

hukum dalam situasi yang baru. (4) tipe hasil belajar analisis

(analysis), adalah kesanggupan memecah, mengurai suatu

integritas (suatu yang utuh) menjadi unsur-unsur atau

bagian-bagian yang mempunyai arti atau mempunyai tingkatan/hirarki.

Analisis merupakan tipe yang kompleks karena memanfaatkan

kecakapan dari tipe pengetahuan, pemahaman dan aplikasi. (5)

tipe hasil belajar sintesis, yaitu kesanggupan menyatukan unsur

atau bagian menjadi satu integritas. (6) tipe hasil belajar

evaluasi, adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang

nilai sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya dan

kriteria yang dipakai.

2) Aspek afektif

Aspek afektif berkenaan dengan sikap dan nilai

(7)

siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya

terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru

dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan lain-lain. Ada

beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe hasil

belajar yaitu (1) Receiving/attending, yakni semacam kepekaan

dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang

kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala. Tipe ini

termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus,

kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar. (2)

responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh

seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar. Dalam hal

ini termasuk ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam

menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya. (3)

valuing (penilaian), berkenaan dengan nilai dan kepercayaan

terhadap gejala atau stimulus tadi. Evaluasi ini termasuk di

dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang atau

pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap

nilai tersebut. (4) organisasi, yakni pengembangan nilai ke

dalam satu sistem organisasi, termasuk menentukan hubungan

satu nilai dengan nilai lain dan kemantapan, dan prioritas nilai

yang telah dimilikinya. Konsep tentang nilai termasuk dalam

organisani. (5) karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yaitu

(8)

seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah

lakunya. Keseluruhan nilai dan karakteristiknya termasuk

karakteristik nilai.

3) Aspek psikomotor

Menurut Sudjana (2013: 54) aspek psikomotor

berkenaan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak.

Aspek psikomotor adalah aspek yang berkaitan dengan bentuk

keterampilan dan kemampuan bertindak individu (seseorang).

Ada enam tingkatan keterampilan, yakni (1) gerakan refleks

(keterampilan pada gerakan yang tidak sadar). (2) keterampilan

pada gerakan-gerakan dasar. (3) kemampuan perseptual

termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan

auditif motorik dan lain-lain. (4) kemampuan di bidang fisik,

misalnya kekuatan, keharmonisan, ketepatan. (5)

gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada

keterampilan yang kompleks. (6) kemampuan yang berkenaan

dengan non decursive komunikasi seperti gerakan ekspresif,

interpretatif.

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Susanto (2014: 12) hasil belajar siswa dipengaruhi

oleh dua hal, yaitu siswa itu sendiri dan lingkungannya. Pertama,

siswa; dalam arti kemampuan berpikir atau tingkah laku

(9)

maupun rohani. Kedua, lingkungan; yaitu sarana dan prasarana,

kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode

serta dukungan lingkungan, keluarga, dan lingkungan.

Pendapat yang senada dikemukakan oleh Wasliman

(Susanto, 2014: 12) hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik

merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang

memengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal. Secara

perinci, uraian mengenai faktor internal dan eksternal sebagai

berikut:

1) Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari

dalam diri peserta didik, yang memengaruhi kemampuan

belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan

perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan

belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal berasal dari luar diri peserta didik yang

memengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan

masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa. Keluarga yang morat-marit keadaan

ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian orang tua

(10)

berperilaku yang kurang baik dari orang tua dalam kehidupan

sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

terdapat dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah

faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor eksternal

adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa.

2. Matematika Sekolah Dasar

a. Pengertian Matematika

Pengertian matematika antara lain menurut James and

James (Suwangsih dan Tiurlina, 2006: 4) bahwa matematika

adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran,

dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya.

Matematika terbagi dalam tiga bagian yaitu aljabar, analisis dan

geometris.

Suwangsih dan Tiurlina (2006: 3) menyebutkan bahwa

matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya,

kemudian pengalaman diproses di dalam dunia rasio, diolah secara

analisis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga

terbentuk konsep-konsep matematika. Konsep-konsep matematika

agar dapat dipahami orang lain maka dimanipulasi menggunakan

bahasa atau notasi matematika secara universal. Konsep

(11)

adalah dasar terbentuknya matematika. Matematika menurut

Ruseffendi (Heruman, 2010: 1) adalah:

“bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau posulat, dan akhirnya ke dalil”.

Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli tentang

pengertian matematika dapat disimpulkan bahwa matematika

merupakan ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir

(bernalar) dan logika yang menekankan pada kegiatan dalam dunia

rasio serta memiliki objek tujuan yang abstrak. Matematika adalah

ilmu yang menuntut keterampilan penalaran atau logika yang tinggi

untuk memahami setiap konsep materi matematika.

b. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Siswa sekolah dasar (SD) umumnya berkisar antara 6 atau

7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget (Heruman, 2010:

1) mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang

tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir

untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih

terikat dengan objek yang bersifat konkret. Menurut Suwangsih

dan Tiurlina (2006: 16) matematika yang dipelajari oleh siswa SD

dapat digunakan oleh siswa SD untuk kepentingan hidupnya

(12)

pola pikir yang logis, sistematis, kritis dan cermat dan akhirnya

dapat digunkan untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain.

Berdasarkan pengertian para ahli maka dapat disimpulkan,

matematika di sekolah dasar dilaksanakan sekitar anak berusia 6

atau 7 tahun. Sampai 12 atau 13 tahun. Pembelajaran matematika

anak dikenalkan mengenai bilangan atau benda-benda yang

konkret dalam melakukan operasi perhitungannya.

c. Langkah Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Menurut Depdiknas (2009: 1) secara umum terdapat empat

tahapan aktivitas dalam rangka penguasaan materi pelajaran

matematika di dalam pembelajaran, yaitu:

1. Penanaman Konsep

Tahap penanaman konsep merupakan tahap pengenalan

awal tentang konsep yang akan dipelajari siswa. Pada tahap ini

pengajaran memerlukan penggunaan benda konkrit sebagai alat

peraga.

2. Tahap Pemahaman Konsep

Tahap pemahaman konsep merupakan tahap lanjutan

setelah konsep ditanamkan. Pada tahap ini penggunaan alat

peraga mulai dikurangi dan bentuknya semi konkrit sampai

(13)

3. Tahap Pembinaan Keterampilan

Tahap pembinaan keterampilan merupakan tahap yang

tidak boleh dilupakan dalam rangka membina pengetahuan siap

bagi siswa. Tahap ini diwarnai dengan latihan-latihan seperti

mencongak dan berlomba. Pada tahap pengajaran ini alat

peraga sudah tidak boleh digunakan lagi.

4. Tahap Penerapan Konsep

Tahap penerapan konsep yaitu penerapan konsep yang

sudah dipelajari ke dalam bentuk soal-soal terapan (cerita) yang

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Tahap ini disebut juga

sebagai pembinaan kemampuan memecahkan masalah.

d. Pecahan

Menurut Mustaqim dan Ary (2008: 163) pecahan

merupakan bagian dari keseluruhan. Materi tersebut adalah salah

satu materi pembelajaran yang diajarkan pada kelas IV Sekolah

Dasar. Adapun materi yang dipelajari dalam pecahan meliputi:

1) Menjelaskan arti pecahan dan urutannya, yang meliputi:

a) Mengidentifikasi pecahan sebagai bagian dari keseluruhan.

Contoh:

1 bagian lingkaran dibagi menjadi 4 bagian. Jadi

masing-masing bagian tersebut bernilai seperempat atau dapat

(14)

b) Membandingkan pecahan

c) Mengurutkan pecahan

Jika terdapat beberapa pecahan yang berpenyebut

sama, maka untuk mengurutkan pecahan-pecahan itu cukup

dengan mengurutkan pembilangnya saja. Tetapi apabila

pecahan berpenyebut tidak sama, maka untuk mengurutkan

pecahan dengan cara menyamakan penyebutnya terlebih

dahulu.

2) Menyederhanakan berbagai bentuk pecahan

a) Mengidentifikasi pecahan yang senilai

Pecahan senilai dapat dicari dengan mengalikan pembilang

dan penyebut dengan bilangan yang sama.

Contoh:

4

2 senilai dengan

4 x 2 2 x 2 =

8 4

b) Menyederhanakan pecahan

Pecahan paling sederhana diperoleh dengan membagi

pembilang dan penyebutnya dengan FPB kedua bilangan

(15)

Contoh:

3) Menjumlahkan pecahan

a. Melakukan penjumlahan pecahan berpenyebut sama

Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama, dilakukan

dengan menjumlahkan pembilang-pembilangnya,

sedangkan penyebutnya tetap. Kemudian tuliskan hasilnya

dalam bentuk paling sederhana.

Contoh: .

b. Melakukan penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama

Penjumlahan pecahan yang berpenyebut berbeda dilakukan

dengan cara menyamakan penyebutnya dengan KPK kedua

bilangan tersebut.

a. Pengertian Alat Peraga

Menurut Anitah (2009: 4) istilah alat peraga ini demikian

melekat pada banyak pendidik sampai kurun waktu yang cukup

(16)

istilah alat peraga secara silih berganti dengan istilah lain seperti;

alat bantu, media, alat pelajaran, dan lain-lain. Dengan alat peraga

dimaksudkan untuk memperjelas pelajaran yang disajikan. Istilah

ini dikemukakan bukan berarti penggunaan “alat peraga” itu

dianggap salah atau konvensional. Alat peraga dalam pembelajaran

pada hakekatnya merupakan suatu alat yang digunakan untuk

menunjukan sesuatu yang riil sehingga memperjelas pengertian

pebelajar.

b. Alat Peraga Kertas Lipat Pecahan

Konsep pecahan merupakan konsep yang sangat penting

untuk dikuasai oleh siswa sebagai bekal untuk mempelajari materi

selanjutnya. Apabila siswa telah paham terhadap konsep pecahan,

maka siswa dalam mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan

materi pecahanpun akan lebih mudah dalam pengerjaannya

walaupun soal tersebut diberikan pada bentuk yang bervariasi.

Untuk menanamkan konsep pecahan menggunakan kertas lipat

sebagai alat peraga dalam materi pecahan. Kertas lipat pecahan

merupakan alat peraga yang tergolong sederhana. Alat peraga ini

diharapkan siswa dapat memahami konsep dasar pecahan.

1) Alat dan bahan dalam membuat kertas lipat pecahan

Bahan utama dalam alat peraga ini adalah kertas lipat.

Selain itu juga membutuhkan pensil, penggaris, penghapus,

(17)

penggunaan alat peraga kertas lipat dalam proses

pembelajaran.

2) Contoh penggunaan kertas lipat pecahan dalam materi pecahan

menurut Heruman (2010: 43) adalah :

a) Menyatakan beberapa bagian dari keseluruhan ke bentuk

pecahan.

Ambil kertas lipat

Kertas lipat kemudian dilipat menjadi dua bagian yang

sama. Masing-masing bagian bernilai setengah. Setengah

ditulis 2 1

Salah satu bagian diarsir

b) Menentukan pecahan yang senilai

Ambil kertas lipat

(18)

Dilipat menjadi dua bagian Dilipat menjadi empat bagian

diarsir 1

2 bagian diarsir

2

4bagian

c) Membandingkan pecahan

Ambil dua kertas lipat

Kertas yang pertama lipat Kertas yang kedua lipat

menjadi dua bagian menjadi empat bagian

dipotong salah satu bagian dipotong salah satu bagian

1

2 1 4

pecahan 2 1

(19)

d) Menjumlahkan pecahan

1) Menjumlahkan pecahan berpenyebut sama

Misalnya: 4 1

+ 4 1

= . . . .

Ambil dua kertas lipat

Kertas pertama lipat Kertas kedua lipat menjadi

menjadi empat bagian empat bagian

Arsir salah satu lipatan sesuai dengan perintah soal

Dalam peragaan berikut, tentukan hasil penjumlahan

diatas dengan cara:

Dipotong dan ditempelkan pada kertas yang satunya

4 1

4 1

+ 4 1

(20)

Dalam penulisan penyebut, karena dua penyebut

sama, maka ditulis menjadi satu penyebut. Bilangan

penyebut harus sama dan tidak boleh dijumlahkan.

2) Menjumlahkan pecahan berpenyebut tidak sama

Misalnya: 1

satu bagian dipotong lalu digabungkan

1

4. Model Pembelajaran Langsung

a. Pengertian Model Pembelajaran Langsung

Menurut Uno dan Mohammad (Arends, 2011: 117)

menyatakan bahwa pembelajaran langsung adalah pendekatan

mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar

(21)

pola kegiatan yang bertahap. Menurut Trianto (2012: 41) model

pembelajaran langsung berguna untuk membantu siswa

mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang

dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Menurut Majid (2013:

73) menyatakan bahwa:

“pembelajaran langsung tersebut berpusat pada guru, dan harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa”. Dalam hal ini, guru menyampaikan isi/materi akademik dalam format yang terstruktur, mengarahkan kegiatan para siswa, dan menguji keterampilan siswa melalui latihan-latihan di bawah bimbingan dan arahan guru. Jadi lingkungannya harus diciptakan yang berorientasi pada tugas-tugas yang diberikan pada siswa.

Berdasarkan pendapat dari para ahli dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran

dimana guru mentransformasikan informasi dan keterampilan

secara langsung kepada siswa. Materi yang diajarkan dalam

pembelajaran langsung dilakukan secara bertahap selangkah demi

selangkah.

b. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Langsung

Menurut Majid (2013: 73) model pembelajaran langsung

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Adanya tujuan pembelajaran

Pembelajaran langsung ini menekankan tujuan

pembelajaran yang harus berorientasi kepada siswa dan spesifik,

(22)

evaluasi), dan mengandung tingkat ketercapaian kinerja yang

diharapkan (kriteria keberhasilan).

2) Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran

Pada model pembelajaran langsung terdapat 5 fase yang

sangat penting. Pembelajaran langsung dapat berbentuk

ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek, dan kerja

kelompok. Pembelajaran langsung untuk menyampaikan

pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada

siswa.

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Langsung

Fase Peran Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan

siswa.

Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.

Fase 2 Mendemostrasikan

pengetahuan dan keterampilan.

Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap.

Fase 3

Membimbing pelatihan

Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal.

Fase 4

Mengecek pemahaman dan memberikan umpan

balik.

Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik.

Fase 5 Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan

penerapan.

Guru mempersiapkan kesempatan

melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.

3) Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung

(23)

Keberhasilan metode pembelajaran langsung memerlukan

lingkungan yang baik untuk presentasi dan demonstrasi, yakni

ruangan yang tenang dengan penerangan cukup, termasuk alat

atau media yang sesuai. Metode pembelajaran langsung juga

bergantung pada motivasi siswa yang memadai untuk

mengamati kegiatan yang dilakukan guru, dan mendengarkan

segala sesuatu yang dikatakannya.

c. Tahapan Model Pembelajaran Langsung

Menurut Majid (2013: 76) tahapan model pembelajaran

langsung adalah sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

Tujuan langkah awal ini untuk menarik dan memusatkan

perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk berperan serta

dalam pembelajaran. Penyampaian tujuan kepada siswa dapat

dilakukan guru melalui rangkuman rencana pembelajaran

dengan cara menuliskannya di papan tulis, atau menempelkan

informasi tertulis pada papan bulletin, yang berisi

tahapan-tahapan dan isinya, serta alokasi waktu yang disediakan untuk

setiap tahap. Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian

siswa, memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan,

dan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah

dimilikinya, yang relevan dengan pokok pembicaraan yang akan

(24)

2) Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau

menyampaikan informasi tahap demi tahap. Kunci keberhasilan

dalam tahap ini adalah mempresentasikan informasi sejelas

mungkin dan mengikuti langkah-langkah demonstrasi yang

efektif. Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran,

baik berupa konsep-konsep maupun keterampilan. Penyajian

materi dapat berupa:

• Penyajian materi dalam langkah-langkah kecil, sehingga

materi dapat dikuasai siswa dalam waktu relatif pendek.

• Pemberian contoh-contoh konsep.

• Pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara

demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap

tugas.

• Menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.

3) Membimbing pelatihan

Bimbingan dilakukan dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan

mengoreksi kesalahan konsep. Pada fase ini guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep atau

keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh

guru untuk menilai kemampuan siswa dalam melakukan

(25)

memberikan bimbingan jika diperlukan. Agar dapat

mendemonstrasikan sesuatu dengan benar, diperlukan latihan

yang intensif dan memerhatikan aspek-aspek penting dari

keterampilan atau konsep yang didemonstrasikan.

4) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

Guru memeriksa atau mengecek kemampuan siswa seperti

memberi kuis terkini, dan memberi umpan balik seperti

membuka diskusi untuk siswa. Guru memberikan review

terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa, memberikan

umpan balik terhadap respons siswa yang benar, dan mengulang

keterampilan jika diperlukan.

5) Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan dan penerpaan

konsep

Guru dapat memberikan tugas-tugas mandiri kepada siswa

untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah

mereka pelajari. Guru juga mempersiapkan kesempatan

melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus terhadap

penerapan pada situasi lebih kompleks dan kehidupan

sehari-hari.

d. Kelebihan Pembelajaran Langsung

Menurut Majid (2013: 74) kelebihan pembelajaran

(26)

1) Guru dapat mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang

diterima oleh siswa, sehingga dapat mempertahankan fokus

mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.

2) Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun

kecil.

3) Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep

dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa

yang berprestasi rendah.

4) Menekankan kegiatan mendengarkan (melalui ceramah)

sehingga membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara

ini. Ceramah dapat bermanfaat untuk menyampaikan informasi

kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak

memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan

informasi, serta untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak

tersedia secara langsung bagi siswa, termasuk contoh-contoh

yang relevan dan hasil-hasil penelitian terkini.

5) Model pembelajaran langsung (terutama kegiatan demonstrasi)

dapat memberikan tantangan untuk mempertimbangkan

kesenjangan antara teori (hal yang seharusnya) dan observasi

(kenyataan yang terjadi).

6) Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap

berprestasi apabila model pembelajaran langsung digunakan

(27)

e. Kekurangan Pembelajaran Langsung

Menurut Majid (2013: 75) kekurangan pembelajaran

langsung diantaranya sebagai berikut:

1) Sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan,

pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya

belajar, atau ketertarikan siswa.

2) Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat

secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan

keterampilan sosial dan interpersonal mereka.

3) Karena guru memainkan peran pusat, kesuksesan strategi

pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak

tampak siap, tidak berpengetahuan, tidak percaya diri, antusias,

dan tidak terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan

perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat.

4) Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya

komunikasi guru. Komunikator yang buruk cenderung

menghasilkan pembelajaran yang buruk pula, dan model

pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru untuk

menampilkan banyak perilaku komunikasi positif.

5) Jika model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan

siswa, siswa akan kehilangan perhatian setelah 10-15 menit, dan

(28)

5. Permainan Edukatif

a. Pengertian Permainan Edukatif

Permainan edukatif yaitu suatu kegiatan yang sangat

menyenangkan dan dapat merupakan cara atau alat pendidikan

yang bersifat mendidik. Permainan edukatif bermanfaat untuk

meningkatkan kemampuan berbahasa, berpikir, serta bergaul

dengan lingkungan (Ismail, 2007: 119).

b. Fungsi Permainan Edukatif

Menurut Ismail (2007: 150) permainan edukatif itu dapat

berfungsi sebagai berikut:

1) Memberikan Ilmu Pengetahuan kepada anak melalui proses

pembelajaran bermain sambil belajar.

2) Merangsang pengembangan daya pikir, daya cipta, dan bahasa,

agar dapat menumbuhkan sikap, mental, serta akhlak yang

baik.

3) Menciptakan lingkungan bermain yang menarik, memberikan

rasa aman, dan menyenangkan.

4) Meningkatkan kualitas pembelajaran anak-anak.

c. Pentingnya Permainan Edukatif

Menurut Ismail (2007: 152) permainan edukatif itu penting

(29)

1) Permainan edukatif dapat meningkatkan pemahaman terhadap

totalitas kediriannya. Artinya, dengan bermain sesungguhnya

anak sedang mengembangkan kepribadiannya.

2) Permainan edukatif dapat meningkatkan kemampuan

berkomunikasi.

3) Permainan edukatif dapat meningkatkan kemampuan

menciptakan hal-hal baru.

4) Permainan edukatif dapat meningkatkan kemampuan berpikir

anak.

5) Permainan edukatif dapat mempertajam perasaan anak.

6) Permainan edukatif dapat memperkuat rasa percaya diri anak.

7) Permainan edukatif dapat merangsang imajinasi anak.

8) Permainan edukatif dapat melatih kemampuan berbahasa anak.

9) Permainan edukatif dapat melatih motorik halus dan motorik

kasar anak.

10)Permainan edukatif dapat membentuk moralitas anak.

11)Permainan edukatif dapat melatih keterampilan anak.

12)Permainan edukatif dapat mengembangkan sosialisasi anak.

13)Permainan edukatif dapat membentuk spiritualitas anak.

6. Permainan Teka-Teki Silang

a. Pengertian Teka-Teki Silang

Menurut Zaini, Munthe dan Aryani (2008: 71) teka-teki

(30)

menyenangkan tanpa kehilangan esensi belajar yang sedang

berlangsung serta dapat melibatkan partisipasi peserta didik secara

aktif sejak awal. Haryanto (2013: 128) menyatakan bahwa

pembelajaran teka-teki silang bertujuan untuk mengasah otak

dalam berpikir peserta didik dalam mempelajari kosakata pada

suatu mata pelajaran. Pembelajaran teka-teki silang sangat menarik

karena dapat mengembangkan instuisi peserta didik berupaya untuk

memahami lebih banyak kosakata karena adanya unsur tantangan

yang menimbulkan rasa penasaran.

b. Langkah-Langkah Permainan Teka-Teki Silang

Langkah-langkah dalam permainan teka-teki silang yaitu

sebagai berikut:

1) Siswa dibagi kedalam kelompok yang terdiri dari 4 anak.

2) Guru mempersiapkan lembar kegiatan teka-teki silang yang

harus dikerjakan oleh siswa.

3) Guru membagi lembar kegiatan teka-teki silang tersebut

kepada setiap kelompok.

4) Guru menjelaskan aturan permainannya yaitu siswa diminta

untuk mengarsir kotak yang memuat pernyataan bernilai benar.

5) Jika siswa berhasil mengarsir semua kotak yang memuat

pernyataan benar, arsiran tersebut membentuk huruf tertentu

yang kalau dibaca lengkap akan menjadi suatu kata dalam

(31)

6) Siswa bersama teman kelompok menulis kata bahasa inggris

yang sudah terbentuk kemudian mencari artinya.

7) Perwakilan dari kelompok mempresentasikan hasil pekerjaan

mereka di depan kelas.

8) Guru memberi penghargaan kepada kelompok yang berhasil

memecahkan teka-teki silang tersebut dan membentuk suatu

kata dalam bahasa inggris dan dapat mengartikan kata tersebut.

c. Langkah-Langkah Pembelajaran Langsung dengan Permainan

Teka-Teki Silang

Berdasarkan pendapat di atas maka pembelajaran langsung

dengan permainan teka-teki silang yang akan dilaksanakan yaitu

guru mempersiapkan siswa untuk belajar. Guru menjelaskan materi

yang akan diajarkan, yaitu materi pecahan dengan alat peraga

kertas lipat. Pada materi pecahan guru akan membina keterampilan

siswa dengan permainan teka-teki silang. Guru menjelaskan

langkah-langkah permainan teka-teki silang kepada peserta didik.

Permainan teka-teki silang dilaksanakan pada setiap siklus yang

terdiri dari dua pertemuan. Guru mengecek kemampuan siswa

dalam permainan teka-teki silang, kemudian guru memberikan

umpan balik terhadap siswa yang berhasil memecahkan soal

teka-teki silang. Kegiatan terakhir yaitu memberikan soal latihan

(32)

terhadap materi yang telah diajarkan berupa soal evaluasi yang

dilaksanakan di setiap akhir siklus.

B. Penelitian Relevan

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bonnie Keenan tahun

2012 dalam Savap Academic Research International Journal dengan

penelitian yang berjudul “The Effects of Using Direct Instruction

Mathematics Formats to Teach Basic Math Skills to A Third Grade

Student with A Learning Disability” menyatakan bahwa:

The result indicated that the use of direct instruction

substantially increased student performance on basic math skills. The result of this study clearly show that direct instruction wa effective in teaching a third grade student math skills”.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bonnie Keenan tahun

2012 dapat disimpulkan bahwa hasil dari penelitian tersebut

mengindikasikan bahwa penggunaan model pembelajaran langsung

meningkatkan kemampuan siswa pada keahlian matematika dasar. Hasil

dari penelitian ini menunjukkan secara jelas bahwa model pembelajaran

langsung efektif untuk mengajarkan kemampuan matematika pada siswa

kelas tiga.

Penelitian yang lain juga dilakukan oleh Hendrik Wenno tahun

2014 dalam International Journal of Evaluation and Research in

Education dengan penelitian yang berjudul “Direct Instruction Model to

Increase Physical Science Competence of Students as One Form of

(33)

The result showed that the level of students mastery of the material is at very good and well with the percentage of the final result of formative student test are 48..0% and 44.0% respectively. It can be concluded that the direct instructional model successfully improve student learning outcomes, especially to the concept of measurement”.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hendrik Wenno tahun

2014, dapat disimpulkan bahwa penguasaan siswa terhadap materi adalah

sangat baik dengan prosentase hasil akhir dari tes formatif siswa

masing-masing adalah 48% dan 44%. Dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran langsung berhasil meningkatkan hasil belajar siswa terutama

ada konsep pengukuran.

Penelitian tentang teka-teki silang dilakukan oleh Neneng

Ratnawati, Wiwiek Eko Bindarti, dan Annur Rofiq tahun 2013 dalam

artikel yang berjudul “The effect of Using Crossword Puzzle on

Vocabulary Achievement of The Eight Year Students at SMP Negeri 5

Jember” menyatakan bahwa:

The research was intended to know the significant effect of using crossword puzzle on vocabulary achievement of the eight year students of SMP Negeri 5 Jember. In conclusion, the null hypothesis (H0) was rejected while the alternate hypothesis (H1) was accepted. In conclusion, there was a significant effect of using crossword puzzle on vocabulary achievement of the students at SMP Negeri 5 Jember”.

Berdasarkan penelitian tentang teka-teki silang yang dilakukan

oleh Neneng Ratnawati, Wiwiek Eko Bindarti, dan Annur Rofiq tahun

2013, dapat disimpulkan yaitu penelitian ini dimaksudkan untuk

mengetahui efek penting dari menggunakan teka-teki silang pada

(34)

diterima. Berdasarkan penelitian tersebut, maka ada pengaruh yang

signifikan dari penggunaan teka-teki silang pada pencapaian penguasaan

kosa-kata pada siswa.

C. Kerangka Berpikir

Faktor yang terpenting untuk mendukung tercapainya tujuan

belajar dan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara,

model, dan metode pembelajaran. Banyak model pembelajaran yang

diterapkan oleh guru akan tetapi masih banyak dijumpai beberapa guru

yang masih bingung dalam memilih model pembelajaran yang sesuai

dengan karakteristik siswa SD, khususnya pada siswa kelas IVB SD

Negeri 2 Pliken.

Untuk memberikan ketertarikan dan suasana menyenangkan

kepada siswa, maka cara yang dapat ditempuh misalnya dengan

mengaktifkan mereka dalam kegiatan pembelajaran matematika secara

kelompok, adanya alat peraga dan menggunakan model pembelajaran

yang sesuai. Oleh karena itu dalam pembelajaran matematika, guru yang

baik harus menciptakan suasana pembelajaran matematika yang

menyenangkan. Siswa akan lebih termotivasi dalam pembelajaran

matematika apabila penyajiannya baik dan menarik. Menggunakan model

pembelajaran langsung dengan permainan teka-teki silang sangat

membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru.

Dengan hal seperti itu, diharapkan hasil belajar matematika siswa dapat

(35)

Kerangka berpikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

KONDISI AWAL

Hasil belajar matematika

siswa aspek kognitif, afektif

dan psikomotor rendah

Tindakan Dalam pembelajaran guru

menggunakan model pembelajaran langsung dengan permainan teka-teki

silang

Siswa melaksanakan pembelajaran menggunakan

model pembelajaran langsung dengan permainan

teka-teki silang Hasil belajar matematika

siswa meningkat aspek afektif siswa meningkat

Hasil belajar matematika aspek psikomotor

(36)

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir penelitian di atas,

maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan penelitian sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran langsung dengan permainan teka-teki

silang dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi pecahan

pada aspek kognitif siswa kelas IVB SD Negeri 2 Pliken.

2. Penerapan model pembelajaran langsung dengan permainan teka-teki

silang dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi pecahan

pada aspek afektif siswa kelas IVB SD Negeri 2 Pliken.

3. Penerapan model pembelajaran langsung dengan permainan teka-teki

silang dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi pecahan

Gambar

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Langsung
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan mengetahui strategi-strategi yang dihasilkan dalam Perencanaan Strategis Dinas Perdagangan Kota Surakarta dalam Mengembangkan Pasar Pucang

Pada suatu organisasi, terkadang akan mengadakan suatu kegiatan, dalam pelaksanaan kegiatan terdapat beberapa permasalahan yaitu masih kesulitan dalam memperkirakan

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T) pada Program Studi

Information asymmetry measured withrelative bid-ask spread; independent commissioner board measured withthe percentage of independent commissioner members from the

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif dan signifikan antara pelanggaran peraturan lalu-lintas dengan tingkat kecelakaan di jalan raya.. Semakin tinggi

Kangkung darat ( Ipomea reptans poir ) menghendaki tanah yang subur, gembur banyak mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi.

Lusia pada tahun 2007-2008 adalah dibawah 100% maka tingkat nilai efisiensi sekolah dapat dikatakan efisien atau berdaya guna, yang artinya pemakaian biaya digunakan secara

To me, leading a remarkable career is the best way I know to kick start that same desire for leading a remarkable life—one where you don’t just become a better and more valuable