• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - BAB I Reny Kristiyana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - BAB I Reny Kristiyana"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Angka kematian bayi, balita dan anak merupakan salah satu indikator

kesehatan yang sangat mendasar dan menjadi prioritas dalam program

MDGs yang ke empat. Berdasarkan data WHO, proporsi penyebab kematian

anak balita di negara berkembang adalah pneumonia 19%, diare 17%, malaria

8% dan campak 4%. Jika digabungkan di seluruh dunia pneumonia

menyebabkan hampir satu pertiga atau 29% kematian anak dibawah usia 5

tahun (Said,M, 2010).

Baik di negara maju maupun di negara berkembang pneumonia masih

merupakan ancaman yang serius dan mengancam jiwa, di Amerika Serikat

angka kesakitan pneumonia dan bronchitis meliputi 20 – 30 per 1000 balita

setiap tahun, sedang di India dan Papua Nugini meliputi 90 – 110 per 1000

anak balita. Kejadian pneumonia makin meningkat pada anak umur kurang

dari satu tahun yaitu 180 per 1000 anak di India dan 256 per 1000 anak di

Papua Nugini. Di Indonesia menurut laporan survey mortalitas sundit ISPA

pada tahun 2005 di 10 propinsi diketahui bahwa 22,3% dari seluruh kematian

bayi diakibatkan oleh pneumonia (Direktorat Jendral P2PL, 2008).

Sedangkan menurut studi mortalitas pada riskesdas (Riset Kesehatan Dasar )

(2)

neonatus sebesar 23,8% dan pada anak balita sebesar 15,5%. Kedua data

tersebut menunjukkan bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian

balita utama di Indonesia.

Pada tahun 2006, cakupan penemuan pneumonia balita di Jawa

Tengah mencapai 26,62%. Angka tersebut mengalami penurunan pada tahun

2007 yaitu menjadi 24,29% dan pada tahun 2008 juga mengalamai penurunan

menjadi 23,63%. Angka ini sangat jauh dari target SPM tahun 2010 sebesar

10% (Dinkes Jawa Tengah, 2008).

Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2010

jumlah kasus pneumonia mencapai 4,6%, sementara pada tahun 2011 jumlah

kasus pneumonia mencapai 6,7% jiwa (Dinkes Banjarnegara, 2011). Data

tersebut diantaranya 35 Puskesmas Banjarmangu I tahun 2010 menyebutkan

bahwa sebanyak 28% kasus pneumonia balita, tahun 2011 mencapai 30%

kasus pneumonia balita dan pada tahun 2012 mencapai 33% kasus balita,

hingga bulan Juni 2013 tercatat balita yang didiagnosis menderita pneumonia

sebanyak 22% balita. Serta angka kekambuhan balita dengan pneumonia

sebesar 5.3%. Angka tersebut sangat terlihat jelas bahwa terjadi peningkatan

jumlah kasus pneumonia pada balita di Puskesmas Banjarmangu I.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti kepada petugas kesehatan

yang bertugas di poli MTBS Puskesmas Banjarmangu I mengatakan

sedikitnya ada 3 balita yang mengalami kekambuhan setiap 3 bulanan, dari

hasil wawancara kepada 10 ibu yang berkunjung ke puskesmas tentang cara

(3)

demam dan 6 diantaranya tidak memberikan perasan air jeruk nipis dengan

kecap untuk pertolongan pertama pada balita yang batuk.

Pneumonia merupakan infeksi akut yang mengenai jaringan paru – paru

(alveoli) dan mempunyai gejala batuk, sesak nafas, ronkhi dan tampak

adanya infiltrat bila dilihat pada rongten dada. Terjadinya pneumonia pada

anak-anak sering kali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut pada

bronchus yang disebut dengan bronchopneumonia. Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA) yang tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan

yang baik akan menjadi infeksi saluran pernafasan bawah atau yang kita sebut

pneumonia yang sering terjadi pada anak – anak kecil terutama apabila

terdapat gizi kurang dan kombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak

hygiene dan merupakan penyebab kematian yang sering pada anak

(Direktorat Jenderal P2PL, 2009)

Dari beberapa jurnal ditemukan referensi mengenai perawatan

keluarga dengan balita pneumonia diantaranya adalah sebagai berikut

:Pengetahuan, sosio cultural, komunikasi yang efektif antara tenaga kesehatan

perawatan di rumah pada balita berhubungan dengan pneumonia (Rasmussen,

Pio, & Enarson, 2000) , dari jurnal lain diperoleh kesimpulan bahwa budaya

berpengaruh terhadap perilaku kesehatan yang akan diambil oleh keluarga,

dengan pengetahuan yang tidak tepat dalam kasus tanda dan gejala

pneumonia dapat mengganggu kepatuhan dalam perawatan dirumah.

(Grace, et all, 2008). Sumber dari salah satu jurnal penelitian yang lain

(4)

pneumonia. (Mahalanabis et al, 2002), mengetahui keberadaan fasilitas yang

diperlukan untuk perawatan dan sikap keluarga terhadap sakit serta perawatan

keluarga dengan melakukan perawatan sederhana sesuai kemampuan, dimana

perawatan keluarga yang biasa dilakukan dan cara pencegahannya seminimal

mungkin (Unicef,2006). Dari beberapa jurnal diatas untuk itu perlu dilakukan

penelitian mengenai faktor apa sajakah yang mempengaruhi kekambuhan

balita dengan pneumonia di puskesmas banjarmangu I.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan angka kejadian pneumonia yang terus meningkat di

wilayah kerja Puskesmas Banjarmangu 1 Kabupaten Banjarnegara. Dari

pemaparan informasi diatas bahwa kejadian pneumonia merupakan penyakit

yang banyak menyerang balita dan terus meningkat disetiap tahunnya. Maka

peniliti tertarik untuk mengetahui “Apakah faktor yang mempengaruhi

(5)

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga

dalam merawat balita dengan kekambuhan pneumonia di wilayah kerja

Puskesmas Banjarmangu I Kabupaten Banjarnegara

2. Tujuan Khusus

a. Memperoleh gambaran tentang, pengetahuan ibu, perilaku ibu,

sarana pelayanan kesehatan, dukungan petugas kesehatan terhadap

kekambuhan pneumonia.

b. Mengetahui hubungan antara faktor pengetahuan ibu kekambuhan

pneumonia.

c. Mengetahui hubungan perilaku ibu dengan kekambuhan pneumonia.

d. Mengetahui hubungan sarana pelayanan kesehatan dengan

kekambuhan pneumonia.

e. Mengetahui hubungan dukungan petugas kesehatan dengan

kekambuhan pneumonia

f. Mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap kekambuhan

balita dengan penumonia.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Sebagai proses dalam menambah pengetahuan dan wawasan peneliti

dengan cara mengaplikasikan ilmu dan teori-teori yang diperoleh dalam

(6)

menganalisis penelitian pemula terhadap faktor yang mempengaruhi

kekambuhan pneumonia.

2. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan

Memberikan gambaran secara umum tentang adanya faktor yang

mempengaruhi kekambuhan pneumonia, sehingga pelayanan kesehatan

dapat menentukan kebijakan kesehatan selanjutnya terhadap pelaksanaan

kesehatan keluarga. Pelayanan kesehatan di Puskesmas Banjarmangu 1,

diharapkan dapat melakukan pendekatan kepada keluarga dengan balita

pneumonia untuk melakukan penanganan dan pencegahan balita

pneumonia.

3. Bagi keluarga dan Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat terutama keluarga tentang

faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga dalam merawat balita

dengan kekambuhan pneumonia, sehingga keluarga dapat merubah

prilakunya menjadi lebih sehat dan dapat mengambil keputusan yang cepat

apabila balitanya menderita tanda dan gejala pneumonia, serta

meningkatkan status kesehatan keluarganya.

4. Bagi Ilmu Keperawatan

Meningkatkan khasanah ilmu pengetahuan khususnya dibidang

(7)

F. Penelitian Terkait

Tabel 1.1 penelitian terkait

Peneliti Judul

Penelitian

Metode Penelitian Hasil penelitian Perbedaan dengan

penelitian yang akan dilakukan Andi

Roesmeni (2010)

Faktor faktor yang

Metode yang digunakan adalah metode penelitian Cross sectional dengan pendekatan retrospektif dengan jumlah sample sebesar 40 yang terdiri dari 20 penderita yang datang berulang dan 20 balita yang tidak datang berulang.Data primer diperoleh dengan alat bantu kuesioner dan dianalisa dengan SPSS 11,5. Uji yang digunakan adalah chi square kemudian di sajikan dengan tabel distribusi frekkwensi

dan disertai penjelasan

Dari hasil uji chi square di peroleh hubungan antara anggota yang menderita

pneumonia,anggota keluarga yang merokok dan kepadatan anggota keluarga.

Sedangkan

Pendidikan , BBLR,ventilasi,stat

us gizi dan imunisasi tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian pneumonia

Variabel bebas dan terikatnya yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah kepadatan anggota keluarga,anggota

keluarga yang merokok,

Pendidikan,BBLR, Ventilasi,Status gizi, dan imunisasi

dan tempat

penelitian di RS

Andi Makkassao kota Pare – pare. Sedangkan Pada penelitian yang akan dilakukan variable yang akan diteliti adalah pendidikan

ibu,Perilaku ibu,Sarana Pelayanan

Kesehatan,Dukunga n Tenaga Kesehatan dan pelaksanaan penelitian di Puskesmas

Banjarmangu I Yeni S pneumonia pada balita di

kecamatan Batangberuh kecamatan

Jenis penelitian yang dipakai adalah survey explanatory yang bertujuan untuk menjelaskan

pengaruh faktor predisposing,

enabling dan

reinforcing ibu balita terhadap pencegahan

penyakit pneumonia

pada balita di Kelurahan

Batangberuh Kecamatan

Sidikalang Tahun

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel pencegahan

pneumonia pada

balita adalah pendidikan

(ρ=0,000), pengetahuan (ρ=0,000), jarak sarana kesehatan

(ρ=0,000) dan

dukungan petugas

Jenis penelitian yang dilakukan adalah survey explanatory,variable dependentnya

adalah pencegahan penyakit

pneumonia.Sedangk an penelitian yang akan dilakukan jenis penelitiannya adalah cross sectional dengan variable dependent

kemampuan

(8)

Sidingkalang

2011. Populasi adalah seluruh ibu yang mempunyai balita yakni sebanyak 571 orang dan penetapan jumlah sampel menggunakan metode simple random diperoleh sampel sebanyak 82 responden. Data dikumpulkan dengan menggunakan

kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji

regresi linier

berganda pada α=0,05.

kesehatan

(ρ=0,000). Variabel pekerjaan

(ρ=0,724), penghasilan

keluarga (ρ=0,725)

dan sarana kesehatan

(ρ=0,884) tidak memiliki pengaruh terhadap

pencegahan penyakit

pneumonia pada

balita.

merawat balita dengan kekambuhan pneumonia.

Radhyallah (2010)

Faktor –

faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA berulang [ada balita usia 36 – 59

Bentuk penelitian adalah observasional dengan rancangan cross sectional yaitu mengetahui faktor –

faktor yang berhubungan dengan

kejadian ISPA berulang pada balita Usia 36 – 59 bulan di puskesmas salotungo watan shopeng

Dari penelitian ini diperoleh bahwa kejadian ISPA pada rumah tangga tidak sehat

terdapat responden 10 (66.7%) lebih besar dibandingkan dengan rumah tangga sehat

dengan jumlah responden 5 (33,3%). Hasil uji statistik dengan menggunakan SPSS versi

16,0 diperoleh nilai p = 0,009. Karena nilai p < 0,05 maka Ho tidak ditolak. Artinya ada

hubungan antara perilaku rhidup bersih sehat dengan kejadian ISPA berulang pada Balita.

Dan pada tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA dengan kategori baik terdapat 4

(26.7%) Balita yang

Perbedaan dengan penelitian

sebelumnya terletak

pada jenis penelitian.

Penelitian yang akan dilakukan merupakan penilitan deskriptif analitik dengan

menggunakan

pendekatan cross

sectional. Serta

variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah

faktor yang

mempengaruhi kemampuan

(9)

lebih sedikit dibandingkan

dengan tingkat

pengetahuan ibu dengan kategori kurang yang berjumlah 7 (46.7%) Balita. Hasil uji

statistik dengan menggunakan SPSS versi 16.0 diperoleh nilai p = 0,009. Karena nilai p < 0,05 maka Ho tidak ditolak. Artinya ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu

Gambar

Tabel 1.1 penelitian terkait

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dapat dilihat hasil penilaian rata – rata yang dicapai nilai dari kegiatan kondisi awal 64,77 dan pada silkus pertama nilai rata – rata yang dicapai 65,45

[r]

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK &amp; MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI

KONSEP APLIKASI STRUKTUR BAJA BERGELOMBANG APLIKASI STRUKTUR BAJA BERGELOMBANG UNTUK JALAN LINTAS ATAS.. LINTAS ATAS PADA SIMPANG SEBIDANG LINTAS ATAS PADA PERLINTASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia dalam publikasi tersebut belum memuaskan karena terdapat beberapa kesalahan, seperti kesalahan penulisan kata

Seringkali apabila tunggakan sewa berlaku ianya dikaitkan dengan masalah kemampuan yang dihadapi penyewa dan juga disebabkan faktor pengurusan yang lemah. Ada pula

pendidikan 37Yo responden menjawab ingin beke{a dan melanjutkan strata dua. Responden kurang berani untuk mengambil resiko memulai sebuah usaha dengan kendala-kendala

Hasil penelitian untuk faktor permintaan secara simultan ada pengaruh nyata antara tingkat pendapatan, selera, jumlah tanggungan dan harapan masa yang akan datang