• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - ARDI YULISETIANTO BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - ARDI YULISETIANTO BAB II"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Penelitian sebelumnya

Pada penelitian sebelumnya yang berjudul Perencanaan Struktur Baja Pada

Bangunan Refinery Dan Fraksinasi Sembilan Lantai yang ditulis oleh Ahmad

Amanu Surya Soemakarya dan Ir. Besman Surbakti, M.TUniversitas Sumatra

Utara inimenggunakan struktur baja sebagai rangka utama. Beban mati dihitung

berdasarkan berat jenis, beban hidup dan beban angin di hitung berdasarkan

peraturan pembebanan Indonesia untuk gedung 1983, sedangkan beban gempa

dihitung dengantata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan

gedung dan non gedung (SNI 1726:2012). Struktur baja sendiri dihitung dengan

spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural (SNI 1729:2015). Analisa

struktur untuk sekunder dilakukan dengan manual sedangkan untuk struktur

primer dilakukan dengan menggunakan bantuan software etabs 2015. Dari hasil

penelitian diperoleh dimensi struktur berupa pelat lantai floordeck, pelat lantai

chekered, balok pengaku, dan balok anak, untuk struktur primer diperoleh dimensi

kolom yang memenuhi standart keamanan dan kenyamanan. Struktur di desain

dengan batas daktailitas sehingga pada saat terjadi gempa simpangan antar lantai

tidak terlalu jauh.

Pada ketentuan seismic untuk bangunan baja struktural 12 juli 2016

menggantikan ketentuan seismic untuk bangunan baja struktural tertanggal 22 juni

2010, dan semua versi sebelumnya yang disetujui oleh Komite AISC mengenai

(2)

baja struktural bisa jauh lebih besar dari yang ditentukan. Nilai minimum Tingkat

tegangan hasil aktual yang lebih tinggi pada anggota yang memasok inelastis.

Perputaran dengancara menghasilkan dapat merugikan kinerja koneksi dengan

berkembang. Kekuatan yang lebih besar pada sambungan sebelum

menghasilkan.Misalnya, pertimbangkan sejenak. Desain koneksi dimana rotasi

inelastis dikembangkan dengan menghasilkan balok. Dan balok telah ditentukan

untuk baja ASTM A36 / A36M. Jika balok memiliki. Tegangan hasil sebenarnya

sebesar 55 ksi (380 MPa),sambungannya diperlukan untuk menahan sesaat. Itu

adalah 50% lebih tinggi daripada jika balok tersebut memiliki tegangan hasil

aktual 36 ksi (250 MPa).Akibatnya, bagian ini mensyaratkan bahwa bahan yang

digunakan untuk spesimen uji mewakili. Kondisi ini mungkin lebih kuat, karena

ini akan memberikan yang paling parah uji koneksi. Persyaratan bagian ini hanya

berlaku untuk anggota atau elemen penghubung. Dari spesimen uji yang

dimaksudkan untuk berkontribusi pada rotasi inelastis. Spesimen melalui hasil

panen. Persyaratan bagian ini tidak berlaku. Anggota atau elemen penghubung

yang dimaksudkan untuk tetap elastis.

Pada studi Perilaku Buckling Lokal All-Steel Buckling Resisted Braces Universitas Teknologi Sahand ini menyajikan hasil analisis elemen hingga dari

penyangga tahan banting baja yang diusulkan (BRB) Model. Tujuan dari analisis

ini adalah untuk melakukan studi parametrik untuk mengetahui pengaruh detail

antarmuka BRB pada perilaku tekuk lokal pelat inti. Selain itu, efek besarnya

koefisien gesekan (μ) Antara kontak inti dan mekanisme tekuk tekuk (BRM),

ukuran celah antara inti dan BRM, dan ketebalan material unbonding pada

(3)

6 Berdasarkan hasil, konfigurasi antarmuka dan besarnya gesekan Koefisien pada

antarmuka secara signifikan dapat mempengaruhi perilaku tekuk lokal BRBs

semua baja. Akhirnya, a Detail antarmuka yang sesuai dari BRB disarankan untuk

tujuan desain berdasarkan hasil analisis elemen hingga.

B.Persyaratan Umum Bangunan

Persyaratan-persyaratan dalam perencanaan dan pelaksanaan sesuai dengan

spesifikasi teknis dan tata cara pelaksanaan sesuai dengan gambar perencanaan

dan gambar kerja. Perencanaan harus mengacu pada peraturan-peraturan

konstruksi yang telah ditetapkan.

C.Peraturan Perencanaan Struktur

1. Peraturan Bahan Bangunan

Peraturan Bahan Bangunan Indonesia (PBBI), Yayasan Lembaga Penyelidikan

Masalah Bangunan.

2. Peraturan Pembebanan

Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung dan Bangunan lain

SNI-1727-2013.

3. Peraturan Konstruksi Beton

a. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SK SNI

T15-1991-03, Penerbit Yayasan LPMB, Bandung 1991.

b. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SK SNI

(4)

4. Peraturan Konstruksi Baja

a. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI) 1984, Yayasan

Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan.

b. Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B (Bahan Bangunan dari Besi/baja)

SNI S-05-1989-F.

c. Baja, Peraturan Umum Pemeriksaan SNI 07-0358-1989-A.

d. Baja untuk Keperluan Rekayasa Umum SNI 07-3014-1992.

e. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Rumah dan Gedung SNI

03-1726-2002.

f. Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja Struktural SNI 1729:2015.

D. Material Baja Sebagai Bahan Struktur

Baja adalah logam campuran yang tediri dari besi (Fe) dan karbon (C). Jadi

baja berbeda dengan besi (Fe), alumunium (Al), seng (Zn), tembagga (Cu), dan

titanium (Ti) yang merupakan logam murni. Dalam senyawa antara besi dan

karbon (unsur nonlogam) tersebut besi menjadi unsur yang lebih dominan

dibanding karbon. Kandungan kabon berkisar antara 0,2 – 2,1% dari berat baja,

tergantung tingkatannya.

Secara sederhana, fungsi karbon adalah meningkatkan kwalitas baja, yaitu

daya tariknya (tensile strength) dan tingkat kekerasannya (hardness). Selain

karbon, sering juga ditambahkan unsur chrom (Cr), nikel (Ni), vanadium (V),

molybdaen (Mo) untuk mendapatkan sifat lain sesuai aplikasi dilapangan seperti

antikorosi, tahan panas, dan tahan temperatur tinggi. Sebelum meninjau lebih

lanjut tentang baja, ada baiknya terlebih dahulu melihat klasifikasi baja menurut

(5)

8 1. Baja Karbon ( carbon steel ), dibagi menjadi tiga yaitu :

a. Baja karbon rendah ( low carbon steel ) – mesin (machine), dan baja

ringan(mild steel), 0,05 % - 0,30 % C. Sifatnya mudah ditempa dan mudah

di mesin, penggunaanya 0,05 % - 0,20 % C untuk badan mobil(automobile

bodies), bangunan (buildings), rantai(chains), paku keling(rivets),

sekrup(screws), nails (paku). Dan 0,20 % - 0,30 % C untuk roda gigi

(gears), poros (shafts), baut (bolts), tempa (forgings),

jembatan(bridges),bangunan(buildings).

b. Baja karbon menengah (medium carbon steel), kekuatan lebih tinggi

daripada baja karbon rendah, sifatnya sulit untuk dibengkokkan, dilas,

dipotong.Kandungan 0,30 % - 0,40 % C untuk penghubung batang/kabel

(connecting rods), pin engkol (crank pin), as roda (axles). Dan kandungan

0,40 % - 0,50 % C untuk as mobil (car axles), tangkai engkol (cranks

hafts), rel (rails), boiler (boilers), auger bit (auger bits), obeng

(screwdrivers). Serta kandungan 0,50 % - 0, 60 % C untuk palu (hammers)

dan kereta luncur (sledges).

(6)

1,65 %, silicon (Si) 0,6 % dan tembaga (Cu) 0,6 %. Karbon dan mangan adalah

unsure utama untuk menaikkan kekuatan besi murni.

Baja Karbon A36 mengandung karbon maksimum antara 0,25 % sampai

dengan 0,29 % tergantung pada tebalnya. Baja karbon struktural ini memiliki titik

leleh 36 ksi (250 Mpa). Lihat pada gambar 2.1 berikut. Penambahan karbon akan

menaikkan tegangan leleh, tetapi mengurangi daktilitas (ductility), sehingga lebih

sukar dilas. Yang termasuk baja karbon adalah A36.

Gambar 2.1 Kurva tegangan – regangan

(7)

10 2. Baja Paduan Rendah Kekuatan Tinggi (High Strength Low Alloy Steel)

Baja ini diperoleh dari baja karbon dengan menambah unsure paduan seperti

chrom, columbium, tembaga, mangan molybdenum, nikel, fosfor, vanadium atau

zirconium agar beberapa sifat mekanisnya lebih baik. Sementara baja karbon

mendapatkan kekuatan dengan menaikkan kandungan karbon. Tegangan lelehnya

berkisar 40 ksi dan 70 ksi (275 Mpa dan 480 Mpa). Pada gambar 2.1 terlihat

sebagai kurva ( b ). Yang termasuk baja paduan rendah kekuatan tinggi ini adalah

A242, A441, A572, A558, A606, A618 dan A709. Tujuan dilakukan penambahan

unsure yaitu :

a. Untuk menaikkan sifat mekanik baja (kekerasan, keliatan, kekuatan tarik

dan sebagainya).

b. Untuk menaikkan sifat mekanik pada temperature rendah.

c. Untuk meningkatkan daya tahan terhadap reaksi kimia (oksidasi dan

reduksi).

d. Untuk membuat sifat-sifat special.

3. Baja Paduan

Baja paduan rendah dapat didinginkan (dalam air) dan dipanaskan kembali

untuk mendapatkan tegangan leleh sebesar 80 ksi sampai 110 ksi (550 Mpa

sampai 760 Mpa). Tegangan leleh biasanya didefinisikan sebagai tegangan

dengan regangan tetap sebesar 0,2%, tegangan-regangan yang umum

(8)

Gambar 2.2 Kurva tegangan - regangan tipikal yang diperbesar untuk berbagai

leleh.

Sumber : STRUKTUR BAJA, Disain dan Perilaku, Charles G. Salmon.

Gambar 2.3 Contoh profil baja canai panas (hot rolled), tebal profil > 1 mm.

(9)

12 Baja ringan adalah baja canai dingin dengan kualitas tinggi yang bersifat

ringan dan tipis namun kekuatannya tidak kalah dengan baja konvensional. Baja

ringan memiliki tegangan tarik tinggi (G550). Baja G550 berarti baja memiliki

kuat tarik 550 MPa (Mega Pascal). Baja ringan adalah Baja High Tensile G-550

(Minimum Yeild Strength 5500 kg/cm2) dengan standar bahan ASTM A792, JIS

G3302, SGC 570. Untuk melindungi material baja mutu tinggi dari korosi, harus

diberikan lapisan pelindung (coating) secara memadai. Berbagai metode untuk

memberikan lapisan pelindung guna mencegah korosi pada baja mutu tinggi telah

dikembangkan. Jenis coating pada baja ringan yang beredar dipasaran adalah

Galvanized, Galvalume, atau sering juga disebut sebagai zincalume dan sebuah

produsen mengeluarkan produk baja ringan dengan menambahkan magnesium

yang kemudian dikenal dengan ZAM, dikembangkan sejak 1985, menggunakan

lapisan pelindung yang terdiri dari: 96% zinc, 6% aluminium, dan 3% magnesium

Gambar 2.4 Contoh baja canai dingin (cold rolled), tebal profil < 1 mm (0,60 mm

dan 0,80 mm), dinamai juga baja ringan.

Sumber :Brosur prima truss.

(10)

Untuk mengetahui sifat mekanik baja dilakukan pengujian tarik terhadap

benda uji (gambar 2.5), dengan memberikan gaya tarikan sampai benda uji

menjadi putus. Tegangan diberikan dengan persamaan gaya dibagi luas

penampang, (f/A), dan regangan adalah perbandingan antara pertambahan panjang

dengan panjang benda uji, (ƐL/L), dan hasil pengujian dilukiskan pada gambar

2.6.

Gambar 2.5 : (a) Benda uji, dengan uji tarik, (b) dan (c) bersifat liat (ductile), (d)

bersifat rapuh/getas (brittle).

Gambar 2.6 adalah hasil uji tarik dari satu benda uji baja yang diakukan

hingga benda uji mengalami putus/runtuh, sedangkan pada gambar 2.7

menunjukkan perilaku benda uji sampai dengan regangan 2% yang diperbesar.

(11)

14

fp : batas proporsional.

fe : batas elastic.

fy u, fy : tegangan leleh atas dan bawah.

fu : tegangan ultimate.

Ɛsh : regangan saat mulai terjadi penguatan regangan (strain-hardening)

Titik-titik ini membagi kurva tegangan – regangan menjadi beberapa daerah,

yaitu :

a. Daerah linear antara titik 0 dan fp, pada daerah ini berlaku Hukum Hooke,

Dimana, f = P/A = tegangan

Ɛ = ΔL / L = regangan.

E = f / Ɛ = Young modulus = modulus elastic.

(12)

Gambar 2.7 Bagian kurva yang diperbesar, Ɛ = 0,2% merupakan regangan

permanen.

b. Daerah elastis dari 0 sampai fe, yaitu apabila beban yang bekeja pada benda uji

dihilangkan maka benda uji akan kembali kebentuk semula (masih elastis).

c. Daerah plastis dibatasi dari fe sampai dengan regangan 2% (0,02), daerah

dimana dengan tegangan yang hampir konstan mengalami regangan yang

besar. Metode perencanaan plastis menggunakan daerah ini untuk menentukan

kekuatan plastis. Daerah ini juga menunjukkan tingkat daktilitas dari material

baja.

d. Daerah antara regangan Ɛsh sampai pada daerah dimana benda uji sudah putus

dinamai daerah penguatan regangan (strain hardening). Sesudah melewati

daerah plastis tegangan kemudian naik kembali namun dengan regangan yang

lebih besar, sampai pada puncaknya dimana terdapat tegangan ultimate (fu),

sesudah itu terjadi penurunan tegangan namun regangan terus bertambah,

(13)

16 Sifat mekanik tiap jenis baja dapat dilihat dalam tabel 1 berikut,

Tabel 2.1 : Sifat Mekanik Beberapa Jenis Baja.

Jenis Baja Tegangan putus

minimum, fu

Sifat-sifat mekanis lainnya baja struktural untuk maksud perencanaan

ditetapkan (SNI 03-1729-2002) sebagai berikut :

Modulus elastis : E = 200.000 MPa

Modulus geser : G = 80.000 MPa

Nisbah poison : µ = 0,3

Koefisien pemuaian : α = 12 x 10-6 / oC

6. Keliatan dan Kekenyalan

Keliatan (toughness) dan kekenyalan (resilience) suatu bahan adalah

kemampuan bahan tersebut menyerap energy mekanis sebelum bahan tersebut

hancur. Untuk tegangan uniaksial (satu sambu), besaran ini dapat diperoleh dari

kurva uji tarik (tegangan – regangan) seperti yang diperlihatkan Gambar 2.1.

Kekenyalan berhubungan dengan penyerapan energi elastis suatu bahan,

adalah jumlah energi elastis yang dapat diserap oleh satu satuan volume bahan

yang dibebani tarikan, besarnya sama dengan luas bidang di bawah diagram

(14)

Keliatan berhubungan energi total, baik elastis maupun inelastis, yang dapat

diserap oleh satu satuan volume bahan sebelum patah/putus. Untuk tarikan

uniaksial (satu sumbu), keliatan sama dengan luas bidang di bawah kurva

tegangan-regangan tarik sampai titik patah, disebut juga modulus keliatan.

Sebagai contoh, harga kekenyalan dan keliatan diberikan dalam tabel 2 berikut :

Tabel 2.2 : Harga kekenyalan dan keliatan baja.

JENIS BAJA Kekenyalan

Baja paduan rendah kekuatan tinggi

(A441 ddengan Fy = 50 ksi)

296 103000

Baja karbon yang dicelup dan dipanasi kembali

(Fy = 70 ksi)

758 124000

Baja paduan yang dicelup dan dipanasi kembali

(A514 dengan Fy = 100 ksi)

1170 131000

Sumber : Charles G. Simon, STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku.

7. Kelakuan Baja Pada Suhu Tinggi.

Perencanaan struktur yang hanya berada pada suhu atmosfir jarang

meninjau kelakuan baja pada suhu tinggi. Pengetahuan tentang kelakuan ini

diperlukan dalam menentukan prosedur pengelasan dan pengaruh kebakaran.Bila

suhu melampaui 93 °C, kurva tegangan-regangan mulai menjadi tak linear dan

secara bertahap titik leleh yang jelas menghilang. Modulus elastisitas, kekuatan

leleh, dan kekuatan tarik akan menurun bila suhu naik. Pada suhu antara 430 dan

540 °C terjadi laju penurunan maksimum. Baja dengan persentase karbon yang

tinggi, seperti A36 A440 menunjukkan pelapukan regangan (strain aging), pada

(15)

18 Penurunan modulus elastisitas tidak terlalu besar pada suhu sampai 540 °C,

setelah itu modulus elastisitas akan menurtm dengan cepat. Yang lebih penting,

bila suhu mencapai 260 sampai 320 °C deformasi pada baja akan membesar

sebanding dengan lamanya waktu pembebanan, fenomena ini dikenal sebagai

"rangkak" (creep). Rangkak sering dijumpai pada struktur beton dan pengaruhnya

pada baja (yang tidak terjadi pada suhu kamar) meningkat bila suhu naik.pengaruh

suhu tinggi yang lain adalah

a. Memperbaiki daya tahan kejut tarik sampai kira-kira 65-95oC

b. Menaikan kegetasan akibat perubahan metalurgis, seperti pengendapan

senyawa karbon yang mulai terjadi pada suhu 510oC.

c. Menaikan sifat tahan karat baja struktural bila suhu mendekati 540oC.

Baja umumnya dipakai pada keadaan suhu di bawah 100oF, dan beberapa

baja yang diberi perlakuan panas harus dijaga agar suhunya di bawah 430oC.

8. Patah Getas

Patah getas didefenisikan sebagai "jenis keruntuhan berbahaya yang terjadi

tanpa deformasi plastis lebih dahulu dan dalam waktu yang sangat singkat",.

Kelakuan patah dipengaruhi oleh suhu, laju pembebanan, tingkat tegangan,

ukuran cacat, tebal atau pembatas pelat, geometri sambungan, dan mutu

pengerjaan.

9. Sobekan Lamela

Sobekan lamela (lamelar tearing) merupakan salah satu bentuk patah getas.

(16)

(restrained) pecah (sobek) akibat regangan “sepanjang ketebalan” yang timbul

karena penyusutan logam las.

Gambar 2.8 Sambungan dengan sobekan lamela akibat penyusutan las pada tabel

bahan yang sangat dikekang

10. Keruntuhan Lelah

Pembebanan dan penghilangan beban yang berlangsung secara

berulang-ulang, walaupun belum melampaui titik leleh dapat mengakibatkan keruntuhan,

disebut kelelahan (fatigue). Keruntuhan ini dapat terjadi walaupun semua kondisi

bajanya ideal. Sebagai contoh, jembatan jalan raya biasanya diperkirakan

mengalami lebih dari 100.000 siklus pembebanan sehingga kelelahan (fatigue)

(17)

20 rendah, maka kelelahannya tidak perlu ditinjau. Siklus pembebanan pada gedung

umumnya berasal dari muatan hidup lantai, hujan, angin dan gempa.

11. Aplikasi Material Baja Pada Struktur

Bahan baja dapat diaplikasikan sebagai rangka atap rumah, struktur gedung,

jembatan dan menara, secara umum diklasifikasikan sebagai struktur balok biasa,

(18)
(19)
(20)

Gambar 2.11 Bangunan Portal (Hot rolled)

Gambar 2.12 Jembatan Rangka (Hot Rolled)

(21)

24 Gambar 2.14 Menara Struktur Rangka (Hot Rolled)

E. Konsep Dasar Perencanaan

1. Ananlisis Gaya

Analisis beban dorongstatik (stticpush overanalysis) pada struktur

gedung, denganmenggunakancaraanalisis statik 2dimensiatau3 dimensilinier

dannon linier,dimanapengaruhGempaRencanaterhadapstrukturgedung dianggap

sebagaibeban-bebanstatikyang menangkappadapusatmassamasing-masing

lantai,yang nilainyaditingkatkansecaraberangsurangsursampaimelampaui

pembebananyangmenyebabkanterjadinyapelelehan (sendiplastis) pertama

didalam strukturgedung,kemudiandenganpeningkatanbebanlebihlanjut

mengalamiperubahanbentukelastoplastisyangbesarsampaimencapaikondisi di

ambang keruntuhan.

a. Gaya Luar ( Gaya Gempa )

Bebangempanominal, yangnilainyaditentukanoleh3hal,yaituoleh besarnya

probabilitas beban itu dilampaui dalam kurun waktu tertentu, oleh tingkat

daktilitasstrukturyangmengalaminyadanolehkekuatanlebihyangterkandung

(22)

tersebutdalam kurunwaktuumur gedung50tahunadalah 10%dangempayang

menyebabkannya disebut gempa rencana (dengan periode ulang 500 tahun),

tingkatdaktilitasstrukturgedungdapatditetapkansesuai kebutuhansedangkan

faktorkuatlebihf1 untukstrukturgedungumumnilainyaadalah1,6.Dengan

demikian,bebangempanominaladalahbeban akibatpengaruhgemparencana

yangmenyebabkanterjadinyapelelehanpertamadidalam strukturgedung, kemidian

direduksi dengan faktor kuat lebih f1(SNI-1726-2002).

Gempabumiadalahfenomenagetaran yangdikaitkan

dengankejutanpadakerak bumi.Bebankejut

inidapatdisebabkanolehbanyakhal,tetapisalahsatu faktor

yangutamaadalahbanturan pergesekankerakbumiyangmempengaruhi

permukaanbumi.Lokasiterjadinya gesekaninidisebutfaultzones.Kejutanyang

berkaitandenganbenturantersebut akanmenjalardalam bentukgelombang.

Gelombanginimenyebabkanpermukaanbumi danbangunandiatasnya bergetar.

Padasaatbangunanbergetar, timbulgaya-gaya pada strukturbangunankarena

adanya kecenderungan massa bangunan untukmempertahankan dirinya dari

gerakan sehinggagempabumimempunyaikecenderungan menimbulkangaya- gaya

lateralpada struktur(Schodek,1992).

b. Gaya Akibat Beban Gravitasi

1.) Beban Mati

Bebanmatimerupakanbabangaya beratpadasuatuposisitertentu.Bebanini

disebutdemikiankarena iabekerjaterusmenerusmenujuarahbumipadasaat

strukturtelahberfungsi. Beratstrukturdianggapsebagaibebanmati,demikian

(23)

26 listrik,saluranACdanpemanas,peralatan pencahayaan,penutuplantai,

penutupatap,plafondgantung,yaknisegalamacamhalyangtetapberada pada

tempatnya sepanjang umur struktur tersebut (Salmon dan Johnson,1992).

Bebanmatimerupakanbebanyangberasaldariberatsendirisemuabagian

darigedung yangbersifattetap, termasukdindingdansekatpemisah,kolom, balok,

lantai,atap,penyelesaian,mesindanperalatan yamgmerupakan bagianm

yangtidakterpisahkanndarigedung,yangnilaiseluruhnyaadalah sedemikian

rupasehinggaprobabilitasuntuk dilampauinyadalamkurunwaktu tertentu

terbataspadasuatupersentasetertentu. Padaumumnyaprobabilitas

bebantersebutuntukdilampauiadalahdalam kurunwaktuumurgedung50

tahundanditetapkandalam standar-standarpembebananstrkturgedung,dapat

dianggap sebagai bebanmati nominal(SNI-1726-2002).

2.) Beban Hidup

Bebanhidupnominalyangbekerjapada strukturgedung merupakanbeban

yangterjadi akibatpenghunianatau penggunaan gedungtersebut,baikakibat

bebanyang berasaldariorang maupundari barangyang dipindahkan atau

mesindanperalatansertakomponenyangtidak merupakanbagianyangtetap

darigedung,yangnilaiseluruhnya adalahrupa.Padaumumnyaprobabilitas

bebantersebutuntukdilampauiadalahdalam kurunwaktuumurgedung50

tahundanditetapkansebesar10%.Namundemikian,bebanhiduprencana

yangbiasaditetapkandalam standarpembebananstrukturgedung,dapat dianggap

sebagai bebanhidup nominal(SNI-1726-2002).

Bebanhidupmerupakanbaban-beban gravitasiyangbekerjapadasaatstruktur

(24)

adalahbebanorang,furnitur,perkakasyangdapatbergerak, kendaraan dan

barang-barangyangdapatdisimpan.Secarapraktisbebanhidupbersifat tidak permanen

sedangkan, yang lainnya sering berpindah-pindah tempatnya.

Karenatidakdiketahui besar,lokasidankepadatannya, besardan posisi

sebenarnyadaribeban-bebansemacamitusulitsekaliditentukan(Salmon dan

Johnson, 1992).

2. Perencanaan Beban Dan Kuat Terfaktor

a.)Kekuatan ultimit struktur gedung :

Ru = ϕ.Rn

Pembebanan Ultimit :

Qu= γ.Qn

Perencanaanbeban dan kuat terfaktorharus memenuhi persyaratan :

Ru ≥ Qu

b.)Kombinasi pembebanan :

Oleh bebanmati dan beban hidup :

Qu = γD Dn + γLLn

Oleh bebanmati, beban hidup, dan beban gempa:

Qu = γD Dn + γLLn + γEEn

1.) Kondisi pembebanan, bila hanya terjadi beban mati (WD) dan beban hidup

(WL). Beban ultimate : Wu = 1,2 WD + WL

2.) Bila beban angin (Ww) diperhitungkan, beban ultimate : Wu = 0,75 ( 1,2 WD

(25)

28 3.) Bila ketahanan struktur terhadap beban gempa E turut pula diperhitungkan,

Beban ultimate : Wu = 1,05 ( WD + WL + E ), dengan WLr = beban hidup

yang telah direduksi (lihat SNI 1726-2012-F) tentang Tata Cara Perencanaan

Ketahanan Gempa Untuk Rumah dan Gedung.

4. Perencanaan kapasitas

Strukturgedungharusmemenuhipersyaratan“kolom kuatbaloklemah”, artinya

ketikastrukturgedungmemikulpengaruhGemparencana,sendisendi plastisdi dalam

strukturgedungtersebuthanyabolehterjadipadaujungujungbalokdan pada kaki

kolom dan kaki dinding geser saja. Implementasi persyaratanini didalam

perencanaanstrukturbetondanstrukturbajaditetapkandalamstandar beton dan

standar baja yang berlaku.

5. Wilayah Gempa

Indonesiaditetapkanterbagidalam6wilayahgempa,dimanawilayah wilayah

gempa1adalahwilayahdengankegempaanpalingrendahdanwilayah gempa6 dengan

kegempaan paling tinggi.Pembagian wilayah gempa ini didasarkan atas

percepatan puncakbatuandasarakibatpengaruhgemparencanadenganperiode

ulang500tahun,yangnilairata-ratanyauntuyk setiapwilayahgempaditetapkan

dalamTabel 2.3 dan Gambar 2.15 dibawah ini:

Tabel 2.3. Percepatan puncak batuan dan percepatan puncak muka tanah untuk

masing-masing wilayah gempa indonesia

Percepatan puncak muka tanah Ao(„g‟)

(26)

1 0,03 0,04 0,05 0,08 Diperlukan

evaluasi

khusus di

setiap lokasi

2 0,01 0,12 0,15 0,20

3 0,15 0,18 0,23 0,30

4 0,20 0,24 0,28 0,34

5 0,25 0,28 0,32 0,36

6 0,30 0,33 0,36 0,38

Sumber : SNI-1726-2012

Gambar 2.15. Wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar

dengan periode ulang 500 tahun

6. Kinerja Struktur Gedung

a. Kinerja Batas Layan

Kinerja batas layan struktur gedung ditentukan oleh simpangan antar tingkat

akibat pengaruh gempa rencana, yaitu untuk membatasi terjadinya pelelehan dan

peretakan beton yang berlebihan, disamping untuk mencegah kerusakan

(27)

30 dihitung dari simpangan struktur gedung tersebut akibat pengaruh gempa nominal

yang telah dibagi faktor skala.

Untuk memenuhi syarat kinerja batas layan struktur gedung, dalam segala

hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari simpangan struktur gedung

menurut pasal 8.1.1 tidak boleh melampaui 0,03/R kali tinggi tingkat yang

bersangkutan atau 30 mm, bergantung yang mana yang nilainya terkecil.

b. Kinerja Batas Layan

Kinerja batas ultimit struktur gedung ditentukan oleh simpangan dan

simpangan antar-tingkat maksimum struktur gedung akibat pengaruh gempa

rencana dalam kondisi struktur gedung diambang keruntuhan, yaituuntuk

membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur gedung yang dapat

menimbulkan korban jiwa manusia dan untuk mencegah benturan berbahaya

antar-gedung atau antar bagian struktur gedung yang dipisah dengan sela pemisah.

Simpangan antar-tingkat ini harus dihitung dari simpangan struktur gedung akibat

pembebanan gempa nominal, untuk struktur gedung beraturan dikalikan dengan

suatu faktor pengali ξ dibawah ini:

ξ = 0,7 R...(2.1)

di mana R adalah faktorreduksi gempa struktur gedung tersebut dan Faktor Skala.

Simpanganstrukturgedungtidakbolehmelampaui0,02kalitinggi tingkatyang

bersangkutan. Jarakpemisahantar-gedungharusditentukanpaling sedikit

samadenganjumlah

simpanganmaksimummasing-masingstrukturgedung.Dalamsegalahalmasing-masing jarak tersebut tidak boleh

kurang dari 0,025 kaliketinggian taraf itu diukur daritaraf penjepitan

(28)

satukesatuandalam mengatasipengaruhGempaRencana,harusdipisahkanyang satu

terhadap yang lainnya dengan suatu sela pemisah (sela delatasi) yang

lebarnyapalingsedikit harussama denganjumlah simpanganmasing-masing

bagianstrukturgedung padatarafitu.Dalamsegalahallebarselapemisahtidak boleh

ditetapkan kurang dari 75 mm.

1.) Perencanaan Pelat

Bilapelat mengalamirotasibebaspadatumpuan,pelatdan tumpuansangatkaku

terhadapmomenpuntir,makapelatitudikatakan jepitpenuh.Bilabaloktepitidak cukup

kuat untuk mencegah rotasi,makadikatakan terjepitsebagian. Penulangan

lenturdihitunganalisatulangantunggaldenganlangkah-langkah rumus persamaan2.2

s/d 2.8 :

a.) ………..( 2.2 )

Dimana = 0,80

b.) ………( 2.3 )

c.) ..………( 2.4 )

d.) ………...( 2.5 )

ρmin untuk plat digunakan 0,0025

e.) As = ρ.b.d ………( 2.6 )

f.) ………..………( 2.7 )

(29)

32 2.) Perencanaan Balok

Pembebananbalok disesuaikan dengan Peraturan Pembebanan Indonesia

Untuk Gedung (PPIUG) 1983, sedangkan pemakaian Profil dihitung sesuai

(30)

dengan ketentuanpada AISC– LRFD.Analisis elemen kolomdapatdipergunakan

persamaan 2.16s/d 2.22:

a.) Kolom Pendek λc ≤ 1,5

2

Fcr = ( 0.658λc)Fy...……….……( 2.16 )

b.) Kolom Panjang λc ≤ 1,5

Fcr = Fy...………..….……( 2.17 )

………...…( 2.18 )

Dimana :

Fy:Tegangan leleh

E : Modulus elastisitas

K : Angka koefisien

l :Panjangkolom

r :Jari –jari girasi r= √ I/A

c.) Cek stabilitas penampang

………....( 2.19 )

………...( 2.20 )

d.) Sebagai Balok-Kolom

Perencanaan momen lentur dan gaya aksial :

………....( 2.21 )

(31)

34 Dimana :

Pu : Gaya aksialterfaktor

Pn : Kuat nominal penampang

Ag= luas penampang

Φ : Faktor reduksi kekuatan =0.9

Mu :Momen lentur terfaktor

Mn : Kuat nominal lenturpenampang

7. Verify Analysis vs Design Section

Setelah selesai merunning dan mendesain struktur baja dengan SAP 2000

lalukita cek semua dimensi elemen struktur yang telah kita tentukan masih masuk

dalam kondisi aman atau tidak dengan cara mengecek nilai stress ratio-nya, yaitu

nilai perbandingan antara gaya dalam ultimate (hasil beban kombinasi maksimum

yang bekerja membebani bangunan) dengan kuat ijin masing-masing profilnya.

Bila stress ratio kurang dari 1 (atau tergantung dari batas limit yang bisa kita

tentukan sendiri tetapi disarankan nilainya tetap kurang dari 1) maka elemen

struktur masih dalam kategori aman, tetapi jika lebih besar dari angka 1 maka

kategorinya menjadi tidak aman, alias kita perlu mengganti batang profil tersebut

dengan penampang profil yang lebih kuat (Made Pande, 2013).

8. Efisiensi Biaya Penggunaan Profil Baja

Dalam membangun sebuah gedung dibutuhkan banyak peralatan termasuk

salah satunya besi baja structural. Ada banyak produk besi baja structural yang

ada di pasaran namun satu brand yang paling popular dan terasa umum untuk

(32)

daerah dan took. Produk serupa juga sering dipilih atau sebagai pesaing WF ialah

baja H Beam.

Besi WF dikenal memiliki kepadatan yang cukup tinggi. Tetapi raiso

kekuatan komponen pun sama-sama tinggi. Sehingga mampu membawa beban

dengan lebih aman dan efektif. Untuk berat baja WF berkisar mulai dari 112 kg

sampai 2520 kg untuk berat total. Sementara berat per meternya berkisar 9,3 kg

sampai 210 kg, semua tergantung pada ukuran yang meliputi panjang, tinggi,

lebar, tebal badan, dan tebal sayap. Jadi dalam harga Baja WF per kg pun

berbeda-beda mulai dari Rp 7.500 untuk ukuran WF 300 x 150 x 6,5 x 9 mm.

berikut adalah tabel harga baja WF dipasaran.

Tabel 2.4. Harga Profil Baja WF dipasaran.

No Ukuran Panjang Harga / Kg Kg Harga/Batang

1 WF 100x50x5x7 12 Rp 9.700 112 Rp. 1.086.400

3 WF 148x100x6x9 12 Rp 9.850 253 Rp. 2.492.050

4 WF 150x75x5x7 12 Rp 9.850 168 Rp. 1.654.800

5 WF 198x99x4,5x7 12 Rp 9.900 218 Rp. 2.158.200

6 WF 200x100x3,2x4,5 12 Rp 9.950 143 Rp. 1.422.850

7 WF 200x100x5,5x8 12 Rp 9.950 256 Rp. 2.547.200

(33)

36 9 WF 250x125x6x9 12 Rp 10.000 355 Rp. 3.550.000

10 WF 298x149x6x8 12 Rp 10100 384 Rp. 3.878.400

11 WF 300x150x6,5x9 12 Rp 11.250 440 Rp. 4.950.000

12 WF 350x175x7x11 12 Rp 10.350 595 Rp. 6.158.250

13 WF 400x200x8x13 12 Rp 10.450 792 Rp. 8.276.400

14 WF 450x200x8x13 12 Rp 10.500 912 Rp. 9.576.000

15 WF 500x200x10x16 12 Rp 11.000 1075 Rp. 11.825.000

16 WF 588x300x10x16 12 Rp 11.200 1812 Rp. 20.294.400

17 WF 600x200x11x17 12 Rp 11.350 1272 Rp. 14.437.200

18 WF 700x300x13x24 12 Rp 11.375 2220 Rp. 25.252.500

19 WF 800x300x14x26 12 Rp 11.900 2520 Rp. 29.988.000

Sumber :http://hargabarangterbaru.top/harga-besi-wf/. harga baja WF dipasaran.

(34)

Tabel 2.5. Berat Profil Baja WF

No Ukuran (mm) Panjang (m1) Kg Berat/m (kg)

1 WF 100x50x5x7 12 112 9,333

2 WF 148x100x6x9 12 253 21,083

3 WF 150x75x5x7 12 168 14

4 WF 198x99x4,5x7 12 218 18,166

5 WF 200x100x3,2x4,5 12 143 11,916

6 WF 200x100x5,5x8 12 256 21,333

7 WF 248x 124x 5x8 12 308 25,666

8 WF 250x125x6x9 12 355 29,583

19 WF 298x149x6x8 12 384 32

10 WF 300x150x6,5x9 12 440 36,666

11 WF 350x175x7x11 12 595 49,583

12 WF 400x200x8x13 12 792 66

13 WF 450x200x8x13 12 912 76

14 WF 500x200x10x16 12 1075 89,58

(35)

38

16 WF 600x200x11x17 12 1272 106

17 WF 700x300x13x24 12 2220 185

18 WF 800x300x14x26 12 2520 210

Sumber :http://metal.beyond-steel.com/2009/09/jual-baja-wf-beam/. harga baja WF

dipasaran. Diakses pada tanggal 17 juli 2017

BAB III

Gambar

Gambar 2.1 Kurva tegangan – regangan
Gambar 2.2 Kurva tegangan - regangan tipikal yang diperbesar untuk berbagai
Gambar 2.4 Contoh baja canai dingin (cold rolled), tebal profil < 1 mm (0,60 mm
Gambar 2.5 : (a) Benda uji, dengan uji tarik, (b) dan (c) bersifat liat (ductile), (d)
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Agar torsi yang dihasilkan motor DC magnet permanen dapat memenuhi kebutuhan torsi pengadukan peningkatan kecepatan, pengaturan dilakukan dengan mengurangi sudut penyalaan

Untuk hasil dari proses penambahan data URI sebagai tautan ke eksternal resource ditampilkan pada proses detail koleksi data seperti yang ditampilkan pada Gambar 5.17

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen laba merupakan usaha dari pihak manajemen yang disengaja untuk memanipulasi laporan keuangan

Membantu bagi para pengusaha dalam menjalankan strategi bisnis. Beberapa bentuk yang dapat membantu pengusaha atau pemasar dalam memenuhi kebutuhan dan

Ini berarti bahwa hubungan kerjasama yang dilakukan antara pengusaha besar atau menengah dengan pengusaha kecil mempunyai kedudukan yang setara dengan hak dan kewajiban timbal

“Berdasarkan pernyataan Daniel (Kaur identifikasi sidik jari di Kepolisian Resor Kota Besar Makassar) yang merupakan juga penyidik di Polrestabes Makassar