• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 16 November 1972 adalah warisan dari masa lampau, yang dinikmati saat ini dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 16 November 1972 adalah warisan dari masa lampau, yang dinikmati saat ini dan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Warisan budaya atau cultural haritage berdasarkan Konvensi UNESCO 16 November 1972 adalah warisan dari masa lampau, yang dinikmati saat ini dan akan diteruskan kepada generasi yang akan datang. Menurut Cleere (1989) dalam Supangat dan Pratiwi (2013) warisan budaya atau cultural haritage merupakan aset masyarakat yang penting dan sangat berharga yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan masyarakat, baik untuk kepentingan ideologis, akademis, dan ekonomis khususnya untuk periwisata. Di Indonesia, warisan budaya berupa benda, bangunan, maupun situs dikelompokkan ke dalam Cagar Budaya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010.

Salah satu tahap yang paling penting dalam proses pengelolaan warisan budaya (cultural heritage) adalah menetapkan nilai dari warisan budaya itu sendiri. Tahap penetapan nilai ini menjadi dasar untuk menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam proses pengelolaan selanjutnya (Handoko, 2012). Menurut Mourato dan Mazzanti (2002), memahami pentingnya menilai suatu cultural heritage menjadi fundamental karena nilai (value) selalu menjadi alasan untuk melakukan konservasi warisan budaya, maka pasti tidak ada usaha dari society (masyarakat/perkumpulan/perhimpunan/lembaga) untuk memelihara bila suatu warisan budaya belum diketahu nilainya.

Ruijgrok (2006) dalam Iorgulescu et. al. (2011) mendefinisikan nilai ekonomi warisan budaya sebagai jumlah kesejahteraan yang diberikan warisan

(2)

budaya terhadap masyarakat. Plaza (2010) dalam Iorgulescu et. al. (2011) menyatakan bahwa nilai ekonomi dari warisan budaya dihubungkan dengan manfaat yang dihasilkannya, baik komersial dan non-komersial. Manfaat ini mengacu pada dua jenis nilai yaitu nilai guna dan nilai non guna.

Ruijgrok (2006) dalam Iorgulescu et. al. (2011) menganalisis mengapa perlu melakukan penilaian warisan budaya meskipun jelas bahwa nilai riil yang tidak dapat dinyatakan dalam istilah moneter. Dari perspektif ini, dapat diketahui bahwa valuasi ekonomi warisan budaya memungkinkan untuk mengevaluasi investasi di sektor ini melalui analisis biaya manfaat dan untuk memperkirakan kerugian yang ditanggung oleh masyarakat melalui penghancuran warisan budaya. Ruijgrok menyimpulkan bahwa valuasi ekonomi dapat mempengaruhi keputusan ekonomi tertentu yang jika tidak dilaksanakan akan menghasilkan kerugian warisan budaya.

Bedate et. al. (2004) menarik perhatian pada fakta bahwa valuasi ekonomi warisan budaya adalah tugas yang sulit yang sebagian besar bergantung pada metode yang digunakan untuk penilaian barang. Ready dan Navrud (2002) menyebutkan bahwa warisan budaya adalah serupa dengan sumberdaya alam, sebab secara khas keduanya dapat dikategorikan sebagai barang publik. Warisan budaya dapat dikatagorikan sebagai barang publik karena karakteristiknya yang

non rival dan non ekslusif (Fonseca dan Rebelo, 2010). Untuk menilai warisan budaya dapat digunakan teknik penilaian non pasar yang sering digunakan untuk menilai barang publik (Poor dan Smith, 2004).

(3)

Warisan budaya dapat membiayai sendiri upaya pelestariannya, karena adanya nilai ekonomis yang tinggi, sehingga nilai budayanya tidak akan hilang. Semakin tinggi nilai budayanya, semakin tinggi beban biaya konservasi, oleh karena itu perlu dihitung nilai ekonomisnya, yang diharapkan semakin tinggi nilai ekonomisnya dan semakin mampu membiayai perjuangan konservasi warisan budaya. Nilai kegunaan langsung warisan budaya, dapat diartikan nilai ekonomi yang diperoleh dari pemanfaatan secara langsung misalnya sebagai objek wisata (Handoko, 2012).

Candi Prambanan merupakan salah satu Situs Warisan Dunia (World Cultural Hiratage) UNESCO dengan nomor list 642 Tahun 1991. Secara astronomis Candi Prambanan terletak pada 1100 29’ 36’’ BT dan 70 45’ 18’’LS dan secara administratif terletak di Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, sedangkan pintu masuk kompleks Candi Prambanan terletak di wilayah adminstrasi Desa Tlogo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Candi ini merupakan objek wisata unggulan di kedua kabupaten dan provinsi tersebut. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik yang datang ke Candi Prambanan.

(4)

Gambar 1.1. Data Pengunjung Candi Prambanan Sumber : PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko

Sebagai salah satu obj

dalam bidang ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

meningkatkan cadangan devisa negara, meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar tempat wisata serta memperluas lapangan kerja. Kontribusi dari aspek ekonomi menunjukkan bahwa

sumbangan besar terhadap

Kontribusi Pendapatan Asli Daerah

Prambanan terhadap Pendapatan Asli Daerah Gambar 1.2. 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 J u m l a h W i s a t a w a n

Gambar 1.1. Data Pengunjung Candi Prambanan PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, 2014

ebagai salah satu objek wisata, Candi Prambanan memberikan manfaat dalam bidang ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Sektor pariwisata

meningkatkan cadangan devisa negara, meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar tempat wisata serta memperluas lapangan kerja. Kontribusi dari aspek menunjukkan bahwa PT. Taman Wisata Candi Prambanan memberikan sumbangan besar terhadap Pendapat Asli Daerah (PAD) di Kabupaten

Pendapatan Asli Daerah dari pajak parkir PT. Taman Wisata Candi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Klaten dapat

0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 2009 2010 2011 2012 2013 Tahun

Data Pengunjung Candi Prambanan

Tahun Winus Wisman

2014

memberikan manfaat pariwisata mampu meningkatkan cadangan devisa negara, meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar tempat wisata serta memperluas lapangan kerja. Kontribusi dari aspek PT. Taman Wisata Candi Prambanan memberikan Kabupaten Klaten. pajak parkir PT. Taman Wisata Candi dapat dilihat pada

(5)

Gambar 1.2 Pajak Parkir PT Taman Wisata Candi Prambanan Sumber : DPPKAD Kabupaten Klaten

Di samping manfaat dalam bidang ekonomi dihadapi dalam pengelo

pencemaran lingkungan oleh wisatawan.

“Pengunjung dalam jumlah besar memasuki Candi Prambanan mungkin meningkatkan pendapatan, tapi dampak yang ditimbulkan relatif besar. Alas kaki pengujung dalam jumlah besar dan waktu tertentu yang menaiki candi, menyebabkan batu

Pengunjung yang membawa kotoran berupa wadah makanan dan minuman akan menjadi polusi sampah yang mempercepat tumbuhnya jasad (mikrobiologi) pada bangunan candi. Asap kendaraan pengunjung yang memadati halaman parker, bahkan meluber sampai utara kantor unit PT Taman Wisata Prambanan, membuat polusi asap dan hujan asap yang akan lebih memper

Pengelolaan Candi Prambanan dilaksanakan oleh Peninggalan Purbakala (BP3),

Prambanan dan Ratu Boko

mempunyai tugas pokok dan fungsi dalam

Prambanan. PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko mempunyai tugas pokok dan fungsi

50000000 10000000 15000000 20000000 25000000 30000000 P a ja k P a rk ir

Gambar 1.2 Pajak Parkir PT Taman Wisata Candi Prambanan DPPKAD Kabupaten Klaten, 2014

samping manfaat dalam bidang ekonomi, terdapat permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan Candi Prambanan antara lain permasalahan pencemaran lingkungan oleh wisatawan. Pramastuti (2010) menyatakan

engunjung dalam jumlah besar memasuki Candi Prambanan mungkin meningkatkan pendapatan, tapi dampak yang ditimbulkan relatif besar. Alas pengujung dalam jumlah besar dan waktu tertentu yang menaiki candi, menyebabkan batu-batu tangga dan selasar bangunan menjadi aus. Pengunjung yang membawa kotoran berupa wadah makanan dan minuman akan menjadi polusi sampah yang mempercepat tumbuhnya jasad (mikrobiologi) pada bangunan candi. Asap kendaraan pengunjung yang memadati halaman parker, bahkan meluber sampai utara kantor unit PT Taman Wisata Prambanan, membuat polusi asap dan hujan asap yang akan lebih mempercepat kerusakan bangunan candi.”

Pengelolaan Candi Prambanan dilaksanakan oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3), dan PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko. Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) mempunyai tugas pokok dan fungsi dalam pelestarian candi-candi di Kawasan

PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko mempunyai tugas pokok dan fungsi dalam rangka pengelolaan kompleks Candi

0 50000000 10000000 15000000 20000000 25000000 30000000 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Tahun

Pajak Parkir PT TWC Prambanan

Gambar 1.2 Pajak Parkir PT Taman Wisata Candi Prambanan

terdapat permasalahan yang aan Candi Prambanan antara lain permasalahan

menyatakan:

engunjung dalam jumlah besar memasuki Candi Prambanan mungkin meningkatkan pendapatan, tapi dampak yang ditimbulkan relatif besar. Alas pengujung dalam jumlah besar dan waktu tertentu yang menaiki candi, batu tangga dan selasar bangunan menjadi aus. Pengunjung yang membawa kotoran berupa wadah makanan dan minuman akan menjadi polusi sampah yang mempercepat tumbuhnya jasad renik (mikrobiologi) pada bangunan candi. Asap kendaraan pengunjung yang memadati halaman parker, bahkan meluber sampai utara kantor unit PT Taman Wisata Prambanan, membuat polusi asap dan hujan asap yang

Balai Pelestarian dan PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) candi di Kawasan PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko dalam rangka pengelolaan kompleks Candi

(6)

Prambanan sebagai objek wisata sebagaimana Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1992 tentang Pengelolaan Taman Wisata Candi Borobudur dan Taman Wisata Candi Prambanan serta Pengendalian Lingkungan Kawasannya.

Pengelolaan Candi Prambanan dilaksanakan dalam rangka optimalisasi aset Candi Prambanan. Menurut Siregar (2004: 519), optimalisasi aset merupakan proses kerja dalam manajemen aset yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, jumlah/volume, aspek hukum dan nilai ekonomi yang dimiliki oleh aset tersebut. Dalam hal optimalisasi aset, satu hal yang belum diketahui adalah nilai ekonomi Candi Prambanan.

Beberapa penelitian terdahulu yang membahas Candi Prambanan memfokuskan pada kajian bidang ilmu yang berbeda-beda. Penelitian bidang sosiologi oleh Napsiah (2000), penelitian bidang arkeologi oleh Riyanto (2006), penelitian bidang teknik arsitektur oleh Ayudya (2006), dan Fitria (2007),

penelitian bidang pariwisata oleh Setyastuti (2005), Artianti (2010) dan Purwaningsih (2013), penelitian bidang ilmu fisika oleh Malaka (2013),

dan penelituan bidang teknik elektro oleh Wahyudi (2014). Namun keseluruhan penelitian tersebut belum ada yang meneliti valuasi ekonomi Candi Prambanan.

1.2Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian sebelumnya yang terkait dengan topik yang diangkat dalam penelitian ini tercantum dalam Tabel 1.1.

(7)

Tabel 1.1 Penelitian Valuasi Ekonomi Cultural Heritage Sebelumnya

Studi Oleh Lokasi Metode Variabel Temuan

Fonseca dan Rebelo (2010) Museum Lamego di Alto Douro Wine Region Travel cost method Jumlah kunjungan ke museum lain, tingkat kepuasan, jenis kelamin, usia, pendidikan, pendapatan, dan biaya perjalanan.

Variabel biaya perjalanan,

pendidikan dan jenis kelamin berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan ke Museum Lamego. Vicente dan Frutos (2011) Kyrios Blockbuster Art Exhibition di Ciudad Rodrigo, Spanyol Travel cost method Biaya perjalanan dan pendapatan. Rata-rata surplus konsumen per pengunjung adalah 63,64€ dan surplus konsumen bersih adalah 7,72€ per pengunjung Pakdeeburce, et. al. (2011) Ayutthaya Historical Park di Thailand Contingent valuation method dan travel cost method Biaya perjalanan, pendapatan, karakteristik sosial ekonomi, kualitas lingkungan, dan tujuan perjalanan.

Nilai ekonomi adalah 8.505.023.942,10 Bath. Varahrami (2012) Kakh Sadabad, Iran Contingent valuation method Kesediaan membayar, gender, usia, pendapatan, pendidikan, informasi, kepuasan, perjalanan, dan jumlah uang yang ingin pengunjung bayarkan.

Variabel pendapatan, pendidikan,

kepuasan, log jumlah uang yang ingin pengunjung bayarkan dan informasi berpengaruh positif terhadap WTP. WTP pengunjung adalah $ 2/5. Raharjo dan Gravitiani (2012) Museum Sangiran, Sragen, Jawa Tengah Zonal travel cost method Kunjungan per 1000 penduduk per tahun, biaya perjalanan, tingkat pendidikan, pendapatan, jarak, usia. Variabel biaya perjalanan, tingkat pendidikan, pendapatan

penduduk, jarak, dan usia berpengaruh signifkan terhadap tingkat kunjungan per 1000 penduduk per tahun. WTP per pengunjung adalah Rp11.102,63 ($ 1,31). Meistrom (2013) Bekas Medan

Perang Amerika (The Stones River National Battlefield, Monocacy Battlefield, Fort Donelson) Travel cost method Biaya perjalanan, substitusi, total waktu kunjungan, usia, pendapatan, jumlah individu dalam satu group, dummy

perencanaan.

Rata-rata kesediaan membayar individu untuk The Stones River National Battlefield, Monocacy Battlefield, dan Fort Donelson adalah $25, $8 dan $9.

(8)

Tabel 1.1 Lanjutan

Studi Oleh Lokasi Metode Variabel Temuan

Muhammed dan Ohene (2013) Asante Manhiya Museum, Ghana Individual travel cost method Jumlah kunjungan, biaya perjalanan, pendapatan, pendidikan, usia, alternatif lain tujuan wisata. Variabel biaya perjalan, pendapatan, pendidikan dan usia berpengaruh terhadap jumlah kunjungan. Surplus konsumen adalah Ghé2.

Penelitian ini mempunyai persamaan dengan penelitian sebelumnya yaitu metode yang digunakan untuk menilai warisan budaya. Metode yang digunakan untuk melakukan penilaian adalah travel cost method (TCM) dan contingent valuation method (CVM). Adapun yang membedakan penilitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut.:

1. Metode yang digunakan

Penelitian menggunakan tiga metode penilaian yaitu travel cost method (metode biaya perjalanan), contingent valuation method (metode penilaian kontingensi) dan income approach (pendekatan pendapatan).

2. Variabel dependen

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel dependen pada travel cost method adalah jumlah kunjungan individu ke Candi Prambanan, sedangkan variabel dependen pada contingent valuation method

adalah jumlah kesediaan membayar (willingnes to pay) pengunjung Candi Prambanan.

3. Variabel independen

Variabel independen yang digunakan adalah travel cost, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis kelamin, usia, substitusi tempat wisata lain sebagai variabel

(9)

dummy substitusi, persepsi individu terhadap kualitas Candi Prambanan, kewarganegaraan wisatawan sebagai dummy kewarganegaraan, dan waktu.

1.3Rumusan Masalah

Sebagai salah satu objek wisata, Candi Prambanan memberikan manfaat dalam bidang ekonomi dan kesejahteraan masyarakat antara lain peningkatkan cadangan devisa negara dan pendapatan daerah. Di samping manfaat dalam bidang ekonomi, terdapat permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan Candi Prambanan antara lain permasalahan pencemaran lingkungan oleh wisatawan yang akan berpengaruh terhadap konservasi Candi Prambanan. Oleh karena itu perlu dikakukan optimalisasi pengelolaan aset Candi Prambanan, yang salah satunya tahapan dari optimalisasi aset yang belum diketahui yaitu estimasi nilai ekonomi Candi Prambanan. Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan suatu permasalahan mengenai penentuan nilai ekonomi Candi Prambanan dalam rangka peningkatan potensi, konservasi dan optimalisasi aset Candi Prambanan.

1.4Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut.

1. Berapakah nilai ekonomi Candi Prambanan berdasarkan metode biaya perjalanan (travel cost method)?

2. Berapakah nilai ekonomi Candi Prambanan berdasarkan metode penilaian kontingensi (contingent valuation method)?

3. Berapakah nilai ekonomi Candi Prambanan berdasarkan pendekatan pendapatan (income approach)?

(10)

1.5Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah adalah sebagai berikut.

1. Mengestimasi nilai ekonomi Candi Prambanan berdasarkan metode biaya perjalanan (travel cost method).

2. Mengestimasi nilai ekonomi Candi Prambanan berdasarkan metode penilaian kontingensi (contingent valuation method).

3. Mengestimasi nilai ekonomi Candi Prambanan berdasarkan pendekatan pendapatan (income approach).

1.6Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Dapat menjadi referensi bagi pemerintah, pengelola, dan instansi terkait dalam melakukan pengambilan keputusan terkait kebijakan mengenai pengelolaan, konservasi dan optimalisasi aset Candi Prambanan.

2. Dapat memberikan gambaran umum kepada peneliti selanjutnya tentang penilaian warisan budaya (cultural heritage).

1.7Sistematika Penulisan

Penulisan tesis ini dibagi menjadi lima bab dan disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut. Bab I. Pendahuluan berisi latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori/Kajian Pustaka terdiri atas landasan teori, kajian terhadap penelitian terdahulu, formulasi hipotesis, model penelitian/kerangka penelitian. Bab III Metode Penelitian

(11)

mendeskripsikan mengenai desain penelitian, metode pengumpulan data, metode penyampelan, definisi operasional, instrumen penelitian dan metode analisis data. Bab IV Analisis berisikan deskripsi data, uji akurasi instrumen, uji hipotesis, dan pembahasan. Bab V Simpulan dan Saran terdiri atas simpulan, implikasi, keterbatasan dan saran.

Gambar

Gambar 1.1. Data Pengunjung Candi Prambanan Sumber : PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko
Gambar 1.2 Pajak Parkir PT Taman Wisata Candi Prambanan Sumber : DPPKAD Kabupaten Klaten
Tabel 1.1 Penelitian Valuasi Ekonomi Cultural Heritage Sebelumnya
Tabel 1.1 Lanjutan

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan masalah yang diajukan, hasil kajian terhadap penerapan pendekatan komunikatif yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran berpidato bahasa Bali pada

Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,000 < 0,05 yang artinya Ho di tolak dan Ha diterima, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata

sebagai berikut: sebuah struktur yang sangat organik dengan minimal formalisasi; spesialisasi pekerjaan yang tinggi berdasar pendidikan formal; para spesialis akan memiliki

Biaya indirect resources overhead merupakan suatu pembebanan biaya tidak langsung ke aktivitas dengan basis yang bersifat sembarang atau proporsi. Untuk

Gambar 3.7 Use Case Diagram Petugas UMKM pada Sistem Informasi Peengolahan Data Dinas Koperasi dan UMKM Nusa Tenggara

Berdasarkan penelitian yang telah disebutkan diatas, pada penelitian ini penulis menggunakan metode multi- classifier ensemble learning dengan kombinasi geterogen dari

Perlakuan panjang setek berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan diameter batang sedangkan pada peubah diameter stele dan lebar korteks akar menunjukkan hasil yang tidak berbeda

Setelah itu pengguna tinggal memilih button yang tersedia untuk masuk ke menu utama.Setelah pengguna memasukkan nama ke menu login, akan muncul tampilan menu utama,