• Tidak ada hasil yang ditemukan

STBP. Survei Terpadu Biologis dan Perilaku STBP 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STBP. Survei Terpadu Biologis dan Perilaku STBP 2013"

Copied!
203
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

STBP

2013

Survei

Terpadu

Biologis dan

Perilaku

(3)

Kata Pengantar

Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) merupakan bagian dari kegiatan surveilans HIV-AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang telah dilaksanakan sejak tahun 1996, dan dilakukan secara rutin 2-3 tahun sekali. Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) 2013 ini dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran besaran masalah, faktor risiko, pengetahuan dan cakupan program HIV sehingga dapat diketahui dinamika epidemi HIV di Indonesia. Survei ini dilakukan di sembilan kota/kabupaten di sembilan provinsi, di mana sebagian besar kota/kabupaten terpilih sama dengan kabupaten/kota (lokasi) STBP 2009, yaitu Palembang, Tangerang, Yogyakarta, Pontianak, Samarinda, Bitung, Makassar, Bengkulu dan Mimika.

Populasi survei adalah populasi paling berisiko, terdiri dari Wanita Pekerja Seks Langsung (WPSL) dan tidak langsung (WPSTL), Pria Potensial Berisiko Tinggi (sopir truk, pelaut, Tenaga Bongkar Muat/TKBM, tukang ojek, dan buruh), Waria, Lelaki yang Seks dengan Lelaki (LSL), dan Pengguna Napza Suntik (Penasun), serta Narapidana (Warga Binaan Pemasyarakatan/WBP), dan populasi rawan, yaitu remaja.

Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak, khususnya pada Badan Libangkes, Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK), Laboratorium Kesehatan Daerah (LABKESDA) Dinas Kesehatan dan instansi terkait di tingkat provinsi serta mitra kerja internasional antara lain WHO, HCPI yang telah berkontribusi pada pelaksanaan STBP 2013 ini mulai dari tahap persiapan, pengumpulan data, analisis dan penulisan laporan.

Berbagai upaya telah dilakukan secara maksimal dalam pelaksanaan STBP 2013 ini, namun kami menyadari bahwa masih ada keterbatasan. Oleh karena itu, saran perbaikan sangat kami harapkan untuk penyempurnaan di masa yang akan datang. Semoga hasil STBP 2013 ini dapat bermanfaat dalam peningkatan upaya pengendalian HIV dan AIDS dan IMS di Indonesia.

(4)
(5)

Daftar Kontributor

Kementrian Kesehatan

dr. H. M. Subuh, MPPM

Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), MARS, DTM&H dr. Slamet, MHP

dr. Siti Nadia Tamizi, M.Epid dr. Fatcha Nurhaliyah, M.Epid dr. Endang Budi Hastuti Rizky Hasby, SKM Viny Sutriani, S.Psi, MPH Victoria Indrawati, SKM, M.Sc dr.Nies Andekayani, MS, Sp.OK dr.Trijoko Yudopuspito, M.ScPH Eva Muzdalifah, SKM Bayu Taruno, SKM Imam Maulana, SKM Yulia Rachma, SKM Sujai, Amd Universitas Indonesia

Prof. Dr. Sudijanto Kamso, SKM dr. Ratna Djuwita Hatma, MPH Milla Herdayati, SKM, M.Si Dr. Besral, SKM, M.Sc R. Sutiawan, S.Kom, M.Si Popy Yuniar, SKM, MM Dian Anandari, SKM, MKM Rahmi Dwi Kartika, SKM

Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN)

dr. Kemal N Siregar, Ph.D Wenita Indrasari, MPH Arif Iryawan, M.Epid Seongeun Chun, MPH Subhan H. Panjaitan, SH

(6)

Tim Laboratorium

Sri Supryati Rahayu (BBLK Jakarta)

dr. Sondang Maryutka Sirait, SpPK (BBLK Jakarta) Subangkit, M.Biomed (Balitbangkes, Kemenkes RI) John Master Saragih (Balitbangkes, Kemenkes RI)

Sekretariat

dr. Saiful Jazan, MSc dr. Eddy Lamanepa, MPH Abdur Rachim, SKM, M.Kes J. Richard Panjaitan, SE.Ak, MM Merry Delwita, Amd

Sofie Yunita Rahayu, S.Sos Ekhoris

Novarif Fahla Suarjana Sigit Wibowo

Koordinator Lapangan Provinsi dan Kabupaten

Deddy Ismail, SE, MM (Sumatera Selatan) Ica Pitria Aprianti, SKM, MM (Bengkulu) Asmawati dan Hilda Mardhotillah (Banten) Dr. Akhmad Akhadi, S, MPH (DI Yogyakarta) Juniati Rahmadani (DI Yogyakarta)

Rudi Anshari, M. Kes (Kalimantan Barat) Ronny Setiawati (Kalimantan Timur) Oksye Umboh (Sulawesi Utara)

Rasmah, SKM, M.Kes (Sulawesi Selatan) Reynold Ubra (Papua)

HIV Cooperation Program for Indonesia (HCPI)

Suzanne Blogg, MPH Ratna Soehoed, MBA dr. James Blogg, MPH Venus Eleonora Bram Marantika

(7)

Family Health International (FHI)

Rizky Syafitri

Dimas Wicaksono, SKM

World Health Organisation (WHO)

dr. Oscar Barreneche, M.Sc Fetty Wijayanti, M.Kes drg. Martha Akila, M.Sc

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

OPSI GWL-INA Karisma

(8)

Daftar Istilah

ABK AIDS BSS CRS HIV IBBS IMS ISR Kab KIE LASS LSL LSM MARP MDGs MSM NAPZA ODHA PCR Penasun Pria Risti Prov PSU RDS Risti RPJMN RTI SD Seed SMA SMP Snowball SSP STBP

Anak Buah Kapal

Acquired Immuno Deficiency Syndrome Behavioural Sentinel Surveillance Chain Referral Sampling

Human Immuno-deficiency Virus

Integrated Biological and Behaviour Survey Infeksi Menular Seksual (lihat juga STI) Infeksi Saluran Reproduksi

Kabupaten

Komunikasi, Informasi dan Edukasi Layanan Alat Suntik Steril

Lelaki yang berhubungan Seks dengan Lelaki Lembaga Swadaya Masyarakat

Most at Risk Population Millenium Develepment Goals Men who have sex with men

Narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain Orang dengan HIV dan AIDS

Polimerase Chain Recation Pengguna Napza Suntik

Kelompok pria yang cenderung berperilaku berisiko Provinsi

Primary Sampling Unit Respondent Driven Sampling Risiko tinggi

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Reproductive Tract Infection

Sekolah Dasar

Sekelompok kecil responden yang dipilih secara khusus dan dari mereka diharapkan dapat menjaring lebih banyak responden

Sekolah Menengah Atas Sekolah Menengah Pertama

Teknik pengambilan sampel jemput bola Survei Surveilans Perilaku

(9)

STHP STI Tanah Papua TKBM Waria WPS WPSL WPSTL

Surveilans Terpadu HIV dan Perilaku Sexually Transmitted Infection

Daerah yang meliputi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Tenaga Kerja Bongkar Muat

Pria yang bersifat dan bertingkah laku seperti wanita Wanita Pekerja Seks

Wanita Pekerja Seks Langsung Wanita Pekerja Seks Tidak Langsung

(10)

Daftar Isi

Kata Pengantar ... iii

Kata Sambutan ... iv

Daftar Kontributor ... v

Daftar Istilah ... viii

Daftar Tabel ...xvi

Daftar Gambar dan Grafik ... xviii

Ringkasan Eksekutif... 1

1.

Pendahuluan ... 5

1.1

Latar Belakang ... 5

1.2

Tujuan Pelaksanaan STBP ... 6

1.3

Metodologi ... 6

1.4

Wilayah Survei ... 8

1.5

Ukuran Sampel ... 9

1.6

Kerangka Sampel ... 10

1.6.1

Kerangka Sampel WPS Langsung ... 10

1.6.2

Kerangka Sampel WPS Tidak Langsung ... 11

1.6.3

Kerangka sampel Waria ... 11

1.6.4

Kerangka sampel Sopir Truk ... 11

1.6.5

Kerangka sampel ABK ... 12

1.6.6

Kerangka sampel TKBM ... 12

1.6.7

Kerangka sampel Tukang Ojek ... 12

1.6.8

Kerangka sampel Buruh ... 12

1.6.9

Kerangka sampel Remaja (pelajar SMA) ... 12

1.6.10

Kerangka sampel Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) ... 13

1.7

Pembentukan Kerangka Sampel ... 13

1.8

Metode Sampling ... 14

1.9

Sistematika Penyajian ... 16

1.10 Kaji Etik dan Informed Consent ... 16

2.

Hasil Penelitian ... 17

2.1

Pelaksanaan Survei ... 17

2.2

Karakteristik Populasi ... 19

2.2.1

Umur ... 19

(11)

2.2.3

Status Pernikahan ... 20

2.2.4

Sumber Pendapatan Utama ... 20

2.2.5

Status Tempat Tinggal ... 21

3.

Pengguna Narkoba Suntik (Penasun) ... 22

3.1

Jumlah Sampel ... 22

3.2

Karakteristik Penasun ... 22

3.3

Prevalensi HIV dan IMS ... 24

3.4

Tingkat Pengetahuan ... 26

3.5

Perilaku Berisiko dan Pencegahan ... 27

3.5.1

Penggunaan Kondom ... 27

3.5.2

Perilaku Berbagi Jarum Suntik ... 28

3.5.3

Jenis Napza Suntik ... 30

3.5.4

Frekuensi Menyuntik ... 30

3.6

Cakupan Program ... 31

3.6.1

Tes HIV ... 31

3.6.2

Akses ke Layanan Pengobatan HIV Lanjutan ... 32

3.6.3

Akses ke Layanan IMS ... 32

3.6.4

Akses ke Layanan TB ... 33

3.6.5

Pertemuan dengan Petugas Lapangan/Petugas Penjangkau ... 33

3.6.6

Sumber Jarum Suntik Steril ... 33

3.6.7

Akses Terapi Rumatan Metadon ... 34

3.6.8

Penasun yang pernah dipenjarakan ... 35

4.

Lelaki yang Seks dengan Lelaki (LSL) ... 36

4.1

Jumlah Sampel ... 36

4.2

Karakteristik LSL ... 36

4.3

Prevalensi HIV dan IMS ... 38

4.4

Tingkat Pengetahuan ... 42

4.5

Perilaku Berisiko dan Pencegahan ... 43

4.5.1

Jenis Pasangan Seks ... 43

4.5.2

Penggunaan Napza Suntik ... 44

4.5.3

Seks Komersial ... 44

4.5.4

Penggunaan Kondom dengan Pasangan Tidak Tetap ... 46

4.5.5

Penggunaan Pelicin ... 47

(12)

4.6

Cakupan Program ... 49

4.6.1

Tes HIV ... 49

4.6.2

Akses ke Layanan Pengobatan HIV Lanjutan ... 50

4.6.3

Akses ke Layanan IMS ... 50

4.6.4

Akses ke Layanan TB ... 51

4.6.5

Pertemuan dengan Petugas Lapangan/Petugas Penjangkau ... 51

4.6.6

Kondom Gratis ... 52

5.

Wanita Pria (Waria) ... 53

5.1

Jumlah Sampel ... 53

5.2

Karakteristik Waria ... 53

5.3

Prevalensi HIV dan IMS ... 55

5.4

Tingkat Pengetahuan ... 58

5.5

Perilaku Berisiko dan Pencegahan ... 59

5.5.1

Jenis Pasangan Seks ... 59

5.5.2

Penggunaan Kondom pada Seks Komersial ... 60

5.5.3

Penggunaan Pelicin ... 61

5.5.4

Pesta Seks ... 61

5.6

Cakupan Program ... 63

5.6.1

Tes HIV ... 63

5.6.2

Akses ke Layanan Pengobatan HIV Lanjutan (Layanan ART) ... 64

5.6.3

Akses ke Layanan IMS ... 64

5.6.4

Akses ke Layanan TB ... 64

5.6.5

Pertemuan dengan Petugas Lapangan/Petugas Penjangkau ... 65

5.6.6

Kondom Gratis ... 66

6.

Wanita Pekerja Seks Langsung (WPSL) ... 67

6.1

Jumlah Sampel ... 67

6.2

Karakteristik WPSL ... 67

6.3

Prevalensi HIV dan IMS ... 69

6.4

Tingkat Pengetahuan ... 71

6.5

Perilaku Berisiko dan Pencegahan ... 73

6.5.1

Penggunaan Kondom pada Seks Komersial ... 73

6.5.2

Mobilisasi WPSL ... 74

6.5.3

Jumlah Pelanggan ... 74

(13)

6.6.1

Tes HIV ... 75

6.6.2

Akses ke Layanan Pengobatan HIV Lanjutan ... 76

6.6.3

Akses ke Layanan IMS ... 76

6.6.4

Akses ke Layanan TB ... 76

6.6.5

Pertemuan dengan Petugas Lapangan/petugas Penjangkau ... 77

6.6.6

Kondom Gratis ... 78

7.

Wanita Pekerja Seks Tidak Langsung (WPSTL) ... 79

7.1

Jumlah Sampel ... 79

7.2

Karakteristik WPSTL ... 79

7.3

Prevalensi HIV dan IMS ... 81

7.4

Tingkat Pengetahuan ... 83

7.5

Perilaku Berisiko dan Pencegahan ... 84

7.5.1

Penggunaan Kondom pada Seks Komersial ... 84

7.5.2

Jumlah Pelanggan ... 86

7.6

Cakupan Program ... 86

7.6.1

Tes HIV ... 86

7.6.2

Akses ke Layanan Pengobatan HIV Lanjutan ... 87

7.6.3

Akses ke Layanan IMS ... 87

7.6.4

Akses ke Layanan TB ... 88

7.6.5

Pertemuan dengan Petugas Lapangan/Petugas Penjangkau ... 89

7.6.6

Kondom Gratis ... 90

8.

Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) ... 91

8.1

Jumlah Sampel ... 91

8.2

Karakteristik WBP ... 91

8.3

Prevalensi HIV dan IMS ... 92

8.4

Tingkat Pengetahuan ... 93

8.5

Perilaku Berisiko dan Pencegahan ... 95

8.5.1

Penggunaan Napza Suntik ... 95

8.5.2

Seks di Lapas ... 96

8.6

Cakupan Program ... 97

8.6.1

Tes HIV ... 97

8.6.2

Penyuluhan HIV dan AIDS ... 98

9.

Pria Berisiko Tinggi (Pria Risti)... 99

(14)

9.2

Karakteristik Pria Risti ... 99

9.3

Prevalensi HIV dan IMS ... 101

9.4

Tingkat Pengetahuan ... 102

9.5

Perilaku Berisiko dan Pencegahan ... 103

9.5.1

Penggunaan Kondom pada Seks Komersial menurut Kota ... 103

9.5.2

Penggunaan Kondom pada Seks Komersial menurut Jenis Profesi ... 104

9.5.3

Perilaku Membeli Seks ... 105

9.6

Cakupan Program ... 106

9.6.1

Tes HIV ... 106

9.6.2

Akses ke Layanan Pengobatan HIV Lanjutan dan TB ... 107

9.6.3

Akses ke Layanan IMS ... 107

9.6.4

Pertemuan dengan Petugas Lapangan/Petugas Penjangkau ... 108

9.6.5

Kondom Gratis ... 109

10.

Remaja ... 110

10.1 Jumlah Sampel ... 110

10.2 Karakteristik Remaja ... 110

10.3 Persepsi dan Pengetahuan ... 111

10.3.1

Persepsi mengenai HIV dan AIDS ... 111

10.3.2

Tingkat Pengetahuan ... 111

10.3.3

Perlakuan terhadap ODHA ... 113

10.4 Perilaku Berisiko dan Pencegahan ... 114

10.4.1

Perilaku Seks ... 114

10.4.2

Penggunaan Kondom ... 117

10.4.3

Penggunaan Napza ... 118

10.5 Cakupan Program ... 120

11.

Pembahasan ... 122

11.1 Keterbatasan Penelitian ... 122

11.2 Pembahasan ... 122

12.

Simpulan dan Rekomendasi ... 125

12.1 Simpulan ... 125

12.2 Rekomendasi ... 125

Daftar Pustaka ... 127

Lampiran ... 128

(15)

Lampiran LSL ... 138

Lampiran Waria ... 146

Lampiran WPSL ... 154

Lampiran WPSTL ... 162

Lampiran WBP ... 170

Lampiran Pria Risti ... 175

(16)

Daftar Tabel

Tabel 1. Perencanaan Jumlah Sampel Berdasarkan Populasi Sasaran --- 9

Tabel 2. Persentase Pencapaian Target Jumlah Sampel Berdasarkan Populasi Sasaran --- 10

Tabel 3. Metode sampling berdasarkan kelompok sasaran --- 14

Tabel 4. Perencanaan dan Realisasi Responden WPSL, WPSTL, dan Pria Risti --- 17

Tabel 5. Perencanaan dan Realisasi Responden Waria, LSL, dan Penasun --- 17

Tabel 6. Perencanaan dan Realisasi Responden WBP --- 18

Tabel 7. Perencanaan dan Realisasi Responden Remaja --- 18

Tabel 8. Jenis Pelaksanaan Survei Berdasarkan Jumlah Responden --- 18

Tabel 9. Jenis Obat yang disuntikkan menurut kota tahun 2013 --- 30

Tabel 10. Frekuensi Menyuntik Penasun Seminggu Terakhir menurut Kota tahun 2013 --- 30

Tabel 11. Frekuensi Menyuntik Penasun per Hari menurut Kota tahun 2013 --- 31

Tabel 12. Penasun HIV Positif yang Mengakses Layanan Pengobatan HIV Lanjutan --- 32

Tabel 13. Layanan IMS yang diakses Penasun menurut Kota tahun 2013 --- 32

Tabel 14. Penasun yang Mengakses Layanan TB --- 33

Tabel 15. Prevalensi HIV pada LSL yang Menjual Seks menurut Kota tahun 2013 --- 40

Tabel 16. Distribusi LSL yang Melakukan “Pesta Seks” Setahun Terakhir menurut Kota tahun 2013 - 48 Tabel 17. Prevalensi HIV pada LSL yang melakukan “Pesta Seks” menurut Kota tahun 2013 --- 49

Tabel 18. LSL HIV Positif yang Mengakses Layanan Pengobatan HIV Lanjutan --- 50

Tabel 19. Layanan IMS yang diakses oleh LSL menurut Kota tahun 2013 --- 50

Tabel 20. LSL yang Mengakses Layanan TB--- 51

Tabel 21. Distribusi Waria yang Melakukan “Pesta Seks” Setahun Terakhir menurut Kota tahun 2013 --- 61

Tabel 22. Prevalensi HIV pada Waria yang melakukan Pesta Seks menurut Kota tahun 2013 --- 62

Tabel 23. Waria HIV Positif yang Mengakses Layanan Pengobatan HIV Lanjutan --- 64

Tabel 24. Layanan IMS yang diakses oleh Waria menurut Kota tahun 2013 --- 64

Tabel 25. Waria yang Mengakses Layanan TB --- 64

Tabel 26. Rata-rata Jumlah Pelanggan WPSL dalam 1 Minggu Menjual Seks tahun 2009 & 2013 --- 74

Tabel 27. WPSL HIV Positif yang Mengakses Layanan Pengobatan HIV Lanjutan --- 76

Tabel 28. Layanan IMS yang diakses WPSL menurut Kota tahun 2013 --- 76

Tabel 29. WPSL yang Mengakses Layanan TB --- 77

Tabel 30. Rata-rata Jumlah Pelanggan WPSTL dalam 1 Minggu Menjual Seks Tahun 2009 & 2013 --- 86

Tabel 31. WPSTL HIV Positif yang Mengakses Layanan Pengobatan HIV Lanjutan --- 87

Tabel 32. Layanan IMS yang diakses WPSTL menurut Kota tahun 2013 --- 88

Tabel 33. WPSTL yang Mengakses Layanan TB --- 88

Tabel 34. WBP berdasarkan Jenis Kelamin menurut Kota tahun 2013 --- 91

Tabel 35. Perilaku Menyuntik WBP dalam 3 bulan terakhir menurut Kota tahun 2013--- 95

Tabel 36. Perilaku Seks WBP di Lapas menurut Kota tahun 2013 --- 96

Tabel 37. Perilaku Penggunaan Kondom WBP di Lapas menurut Kota tahun 2013 --- 96

Tabel 38. Pria Risti berdasarkan Kelompok Sasaran Responden tahun 2013 --- 99

Tabel 39. Pria Risti yang Mengakses Layanan TB --- 107

Tabel 40. Layanan IMS yang diakses Pria Risti menurutKota tahun 2013 --- 108

Tabel 41. Remaja berdasarkan Jenis Kelamin menurut Kota tahun 2013 --- 110

Tabel 42. Pengetahuan Remaja berdasarkan Indikator MDGs menurut Kota tahun 2013 --- 112

Tabel 43. Umur Pertama Remaja Melakukan Hubungan Seks menurut Kota tahun 2013 --- 114

Tabel 44. Perilaku Menjual dan Membeli Seks pada Remaja menurut Kota tahun 2013 --- 115

Tabel 45. Proporsi Remaja yang pernah Melakukan Seks Anal dan Jenis Pasangannya menurut Kota tahun 2013 --- 115

(17)

Tabel 47. Proporsi Remaja yang Pernah dipaksa Berhubungan Seksual menurut Kota tahun 2013 - 117

Tabel 48. Frekuensi Penggunaan Kondom Remaja menurut Kota tahun 2013 --- 118

Tabel 49. Tingkat Sekolah Pertama Kali Pemakaian Napza pada Remaja menurut Kota tahun 2013 119 Tabel 50. Proporsi Remaja berdasarkan Jenis Napza yang Dikonsumsi Pertama kali di tiap kota tahun 2013 --- 119

Tabel 51. Proporsi Remaja yang Pernah Menyuntik atau Memiliki Teman Sepergaulan yang Menyuntik Napza di tiap kota tahun 2013--- 120

Tabel 52. Sumber Informasi yang diterima Remaja terkait HIV dan AIDS tahun 2013 --- 120

Tabel 53. Hasil STHP pada Penasun menurut Kota --- 128

Tabel 54. Hasil STBP LSL menurut Kota --- 138

Tabel 55. Hasil STBP pada Waria menurut Kota --- 146

Tabel 56. Hasil STBP pada WPSL menurut Kota --- 154

Tabel 57. Hasil STBP pada WPSTL menurut Kota --- 162

Tabel 58. Hasil STHP pada WBP menurut Lokasi --- 170

Tabel 59. Hasil STBP pada Pria Risti menurut Kota --- 175

(18)

Daftar Gambar dan Grafik

Gambar 6.1 Peta Mobilisasi WPSL Tahun 2013 ... 74

Grafik 1. Kelompok Umur Menurut Kelompok Berisiko tahun 2013--- 19

Grafik 2. Tingkat Pendidikan Menurut Kelompok Berisiko tahun 2013 --- 20

Grafik 3. Status Pernikahan menurut Kelompok Berisiko tahun 2013 --- 20

Grafik 4. Sumber Pendapatan Utama menurut Kelompok Berisiko tahun 2013 --- 21

Grafik 5. Status Tempat Tinggal menurut Kelompok Berisiko tahun 2013 --- 21

Grafik 6. Umur Penasun menurut Kota tahun 2013 --- 22

Grafik 7. Pendidikan Penasun menurut Kota tahun 2013 --- 23

Grafik 8. Status Tempat Tinggal Penasun menurut Kota tahun 2013 --- 23

Grafik 9. Sumber Pendapatan Utama Penasun menurut Kota tahun 2013 --- 24

Grafik 10. Prevalensi HIV Penasun menurut Kota tahun 2009 & 2013--- 24

Grafik 11. Prevalensi HIV pada Penasun yang menyuntik dua tahun terakhir --- 25

Grafik 12. Prevalensi Sifilis Penasun menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 25

Grafik 13. Pengetahuan Penasun berdasarkan indikator MDGs menurut Kota tahun 2013 --- 26

Grafik 14. Pengetahuan Komprehensif Penasun menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 26

Grafik 15. Penggunaan Kondom Penasun dengan Pasangan Seks Tetap menurut Kota tahun 2009 dan 2013 --- 27

Grafik 16. Penggunaan Kondom Penasun dengan Pasangan Seks Tidak Tetap menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 28

Grafik 17. Penggunaan Kondom Penasun pada Hubungan Seks Komersial menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 28

Grafik 18. Perilaku Berbagi Jarum Suntik Terakhir saat Terakhir Menyuntik menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 29

Grafik 19. Perilaku Berbagi Jarum Suntik Seminggu Terakhir Penasun menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 29

Grafik 20. Tes HIV pada Penasun menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 31

Grafik 21. Penasun Menerima Hasil Tes HIV menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 32

Grafik 22. Pertemuan Penasun dengan Petugas dalam 3 bulan terakhir menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 33

Grafik 23. Sumber Jarum Suntik yang diterima Penasun Seminggu Terakhir menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 34

Grafik 24. Layanan Alat Suntik Steril yang diterima Penasun menurut Kota tahun 2013 --- 34

Grafik 25. Pemanfaatan Layanan PTRM dalam setahun terakhir menurut kota tahun 2013 --- 35

Grafik 26. Umur LSL menurut Kota tahun 2013 --- 36

Grafik 27. Pendidikan LSL menurut Kota tahun 2013 --- 37

Grafik 28. Sumber Pendapatan Utama LSL menurut Kota tahun 2013 --- 37

Grafik 29. Status Tempat Tinggal LSL menurut Kota tahun 2013 --- 38

Grafik 30. Status Pernikahan LSL menurut Kota tahun 2013 --- 38

Grafik 31. Prevalensi HIV LSL menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 39

Grafik 32. Prevalensi HIV pada LSL yang berumur di bawah 25 tahun --- 39

Grafik 33 Prevalensi HIV LSL berdasarkan kelompok umur menurut Kota tahun 2013 --- 40

Grafik 34. Prevalensi Sifilis LSL menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 41

Grafik 35. Prevalensi Gonore LSL menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 41

Grafik 36. Prevalensi Klamidia LSL menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 42

(19)

Grafik 38. Pengetahuan Komprehensif LSL menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 43

Grafik 39. Jenis Pasangan Tetap LSL menurut Kota tahun 2013 --- 43

Grafik 40. Jenis Pasangan Tidak Tetap LSL menurut Kota tahun 2013 --- 44

Grafik 41. Perilaku Penggunaan Napza Suntik pada LSL menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 44

Grafik 42. Perilaku Menjual Seks pada LSL Muda (< 25 tahun) menurut Kota tahun 2009 & 2013 ---- 45

Grafik 43. Penggunaan Kondom pada Seks Komersial terakhir tahun 2009 & 2013 --- 45

Grafik 44. Konsistensi Penggunaan Kondom pada Seks Komersial Seminggu terakhir tahun 2013 ---- 46

Grafik 45. Penggunaan Kondom LSL dengan Pasangan Tidak Tetap tahun 2009 & 2013 --- 46

Grafik 46. Konsistensi Penggunaan Kondom LSL dengan Pasangan Tidak Tetap tahun --- 47

Grafik 47. Penggunaan Pelicin pada LSL menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 47

Grafik 48. Penggunaan Kondom dan Pelicin pada “Pesta Seks” 1 Tahun Terakhir menurut Kota tahun 2013 --- 48

Grafik 49. Tes HIV pada LSL menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 49

Grafik 50. LSL yang Menerima Hasil Tes HIV menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 50

Grafik 51. Pertemuan/Diskusi dengan Petugas Lapangan menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 51

Grafik 52. Penerimaan Kondom Gratis menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 52

Grafik 53. Sumber Kondom Gratis menurut Kota tahun 2013 --- 52

Grafik 54. Umur Waria menurut Kota tahun 2013 --- 53

Grafik 55. Pendidikan Waria menurut Kota tahun 2013 --- 54

Grafik 56. Sumber Pendapatan Utama Waria menurut Kota tahun 2013 --- 54

Grafik 57. Status Tempat Tinggal Waria menurut Kota tahun 2013 --- 55

Grafik 58. Prevalensi HIV Waria menurut Kota Tahun 2013 --- 55

Grafik 59. Prevalensi HIV Waria di Kota yang Sama pada tahun 2009 & 2013 --- 56

Grafik 60. Prevalensi HIV pada Waria yang berumur di bawah 25 tahun (Proxy Incidence) tahun 2009 & 2013 --- 56

Grafik 61. Prevalensi Sifilis Waria menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 57

Grafik 62. Prevalensi Gonore menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 57

Grafik 63. Prevalensi Klamidia menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 58

Grafik 64. Pengetahuan Waria berdasarkan Indikator MDGs menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 58

Grafik 65. Pengetahuan Komprehensif Waria menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 59

Grafik 66. Jenis Pasangan Tetap Waria menurut Kota tahun 2013 --- 59

Grafik 67. Penggunaan Kondom Waria saat Seks Komersial Terakhir menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 60

Grafik 68. Konsistensi Penggunaan Kondom Waria saat Seks Komersial menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 60

Grafik 69. Penggunaan Pelicin Berbahan Dasar Air pada Waria menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 61

Grafik 70. Penggunaan Kondom dan Pelicin pada Pesta Seks 1 Tahun Terakhir menurut Kota tahun 2013 --- 62

Grafik 71. Tes HIV pada Waria menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 63

Grafik 72. Waria yang Menerima Hasil Tes HIV menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 63

Grafik 73. Pertemuan/Diskusi Waria dengan Petugas Lapangan menurut Kota tahun 2009 & 2013 -- 65

Grafik 74. Penerimaan Kondom Gratis Waria menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 65

Grafik 75. Sumber Kondom Gratis Waria menurut Kota tahun 2013 --- 66

Grafik 76. Umur WPSL menurut Kota tahun 2013 --- 67

Grafik 77. Pendidikan WPSL menurut Kota tahun 2013 --- 68

Grafik 78. Status Tempat Tinggal WPSL menurut Kota tahun 2013 --- 68

Grafik 79. Prevalensi HIV WPSL menurut Kota 2013 --- 69

Grafik 80. Prevalensi HIV WPSL di Kota yang Sama pada tahun 2009 & 2013 --- 69

Grafik 81. Prevalensi HIV WPSL yang Menjual Seks dalam 24 bulan terakhir --- 70

(20)

Grafik 83. Prevalensi Gonore WPSL menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 71

Grafik 84. Prevalensi Klamidia WPSL menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 71

Grafik 85. Pengetahuan WPSL berdasarkan Indikator MDGs menurut Kota tahun 2013--- 72

Grafik 86. Pengetahuan Komprehensif WPSL menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 72

Grafik 87. Penggunaan kondom WPSL saat Seks Komersial Terakhir tahun 2009 & 2013 --- 73

Grafik 88. Konsistensi Penggunaan Kondom WPSL saat Seks Komersial Seminggu Terakhir tahun 2009 & 2013 --- 73

Grafik 89. Tes HIV pada WPSL menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 75

Grafik 90. WPSL yang Menerima Hasil Tes HIV menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 75

Grafik 91. Pertemuan WPSL dengan Petugas LSM menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 77

Grafik 92. WPSL yang menerima Kondom Gratis dari Petugas Lapangan menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 78

Grafik 93. Sumber Kondom Gratis WPSL menurut Kota tahun 2013 --- 78

Grafik 94. Umur WPSTL menurut Kota tahun 2013 --- 79

Grafik 95. Pendidikan WPSTL menurut Kota tahun 2013 --- 80

Grafik 96. Status Tempat Tinggal WPSTL menurut Kota tahun 2013 --- 80

Grafik 97. Prevalensi HIV pada WPSTL menurut Kota tahun 2013 --- 81

Grafik 98. Prevalensi HIV WPSTL di Kota yang Sama pada tahun 2009 & 2013 --- 81

Grafik 99. Prevalensi HIV WPSTL yang Menjual Seks dalam 24 bulan terakhir tahun 2009 & 2013 --- 82

Grafik 100. Prevalensi Sifilis pada WPSTL menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 82

Grafik 101. Prevalensi Gonore pada WPSTL menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 83

Grafik 102. Prevalensi Klamidia pada WPSTL menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 83

Grafik 103. Pengetahuan WPSTL berdasarkan Indikator MDGs menurut Kota tahun 2013 --- 84

Grafik 104. Pengetahuan Komprehensif WPSTL menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 84

Grafik 105. Penggunaan kondom WPSTL saat Seks Komersial Terakhir tahun 2009 & 2013 --- 85

Grafik 106. Konsistensi Penggunaan Kondom WPSTL saat Seks Komersial tahun 2009 & 2013 --- 85

Grafik 107. Tes HIV pada WPSTL menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 86

Grafik 108. WPSTL yang Menerima Hasil Tes HIV menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 87

Grafik 109. Pertemuan WPSTL dengan Petugas LSM menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 89

Grafik 110. WPSTL yang menerima Kondom Gratis menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 89

Grafik 111. Sumber Kondom Gratis menurut Kota tahun 2013 --- 90

Grafik 112. Umur WBP menurut Kota tahun 2013 --- 91

Grafik 113. Pendidikan WBP menurut Kota tahun 2013 --- 92

Grafik 114. Masa Hukuman WBP menurut Kota tahun 2013 --- 92

Grafik 115. Prevalensi HIV pada WBP menurut Kota tahun 2013--- 93

Grafik 116. Prevalensi Sifilis pada WBP menurut Kota tahun 2013 --- 93

Grafik 117. Pengetahuan WBP berdasarkan Indikator MDGs menurut Kota tahun 2013 --- 94

Grafik 118. Pengetahuan Komprehensif WBP menurut Kota tahun 2013 --- 94

Grafik 119. Perilaku Penggunaan Napza Suntik WBP menurut Kota tahun 2013 --- 95

Grafik 120. Tes HIV pada WBP menurut Kota tahun 2013 --- 97

Grafik 121. WBP yang Menerima Hasil Tes HIV menurut Kota tahun 2013 --- 97

Grafik 122. WBP yang Mengikuti Penyuluhan HIV dan AIDS dan Napza Setahun Terakhir menurut Kota tahun 2013 --- 98

Grafik 123. Umur Pria Risti menurut Kota tahun 2013 --- 99

Grafik 124. Pendidikan Pria Risti menurut Kota tahun 2013 --- 100

Grafik 125. Status Tempat Tinggal Pria Risti menurut Kota tahun 2013 --- 100

Grafik 126. Prevalensi HIV Pria Risti menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 101

Grafik 127. Prevalensi Sifilis Pria Risti menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 101

Grafik 128. Prevalensi Gonore Pria Risti di Pontianak tahun 2009 & 2013 --- 102

(21)

Grafik 130. Pengetahuan Pria Risti berdasarkan Indikator MDGs menurut Kota tahun 2013 --- 103

Grafik 131. Pengetahuan Komprehensif Pria Risti menurut Kota tahun 2013 --- 103

Grafik 132. Penggunaan Kondom Pria Risti saat Seks Komersial menurut Kota tahun 2009 & 2013 104 Grafik 133. Konsistensi Penggunaan Kondom Pria Risti saat Seks Komersial menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 104

Grafik 134. Penggunaan Kondom Pria Risti saat Seks Komersial Terakhir menurut Jenis Profesi tahun 2009 & 2013 --- 105

Grafik 135. Konsistensi Penggunaan Kondom Pria Risti saat Seks Komersial 1 tahun terakhir menurut Jenis Profesi tahun 2009 & 2013 --- 105

Grafik 136. Persentase Membeli Seks Pria Risti kepada WPS menurut Kota tahun 2013 --- 106

Grafik 137. Tes HIV pada Pria Risti menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 106

Grafik 138. Pria Risti yang Menerima Hasil Tes HIV menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 107

Grafik 139. Pertemuan Pria Risti dengan Petugas LSM menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 108

Grafik 140. Pria Risti yang Menerima Kondom Gratis menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 109

Grafik 141. Sumber Kondom Gratis menurut Kota tahun 2013 --- 109

Grafik 142. Status Tinggal Remaja menurut Kota tahun 2013 --- 110

Grafik 143. Persepsi Remaja mengenai HIV dan AIDS menurut Kota tahun 2013 --- 111

Grafik 144. Pengetahuan Remaja Laki-laki dan Perempuan berdasarkan Indikator MDGs tahun 2013 --- 111

Grafik 145. Pengetahuan Komprehensif Remaja Laki-laki dan Perempuan di tiap Kota tahun 2013 - 112 Grafik 146. Pengetahuan Komprehensif Remaja menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 113

Grafik 147. Perlakuan Remaja terhadap ODHA tahun 2009 & 2013 --- 113

Grafik 148. Riwayat berhubungan Seks pada Remaja menurut Kota tahun 2009 & 2013 --- 114

Grafik 149. Perilaku Seks Berisiko pada Remaja menurut Kota tahun 2013 --- 116

Grafik 150. Penggunaan Kondom pada Seks Terakhir tahun 2009 & 2013 --- 117

Grafik 151. Perilaku Penggunaan Napza pada Remaja menurut Kota tahun 2013 --- 118

Grafik 152. Remaja yang menerima Program Pengendalian HIV di Sekolah tahun 2009 & 2013 ---- 121

Grafik 153. Remaja yang Menerima Program Pengendalian HIV di Sekolah menurut Kota tahun 2013 --- 121

(22)

Ringkasan Eksekutif

Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) 2013 ini dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran besaran masalah, faktor risiko, pengetahuan dan cakupan program HIV sehingga dapat diketahui dinamika epidemi HIV di Indonesia. Survei ini dilakukan di sembilan kota/kabupaten di sembilan provinsi, di mana sebagian besar kota/kabupaten terpilih sama dengan kabupaten/kota (lokasi) STBP 2009, yaitu Palembang, Tangerang, Yogyakarta, Pontianak, Samarinda, Bitung, Makassar, Bengkulu dan Mimika. Kecuali Bengkulu yang menggantikan Sorong.

STBP 2013 bertujuan untuk mengetahui prevalensi HIV dan IMS (sifilis, gonore, dan klamidia) pada populasi paling berisiko (berisiko tinggi) dan mengetahui tingkat pengetahuan tentang HIV dan AIDS, perilaku berisiko tertular atau menularkan HIV, dan cakupan intervensi program pada populasi paling berisiko dan populasi rawan.

Desain STBP 2013 menggunakan desain potong lintang (cross sectional) dengan sasaran populasi sebagai berikut: 1) Populasi paling berisiko, terdiri dari Wanita Pekerja Seks Langsung (WPSL) dan tidak langsung (WPSTL), Pria Potensial Berisiko Tinggi (sopir truk, pelaut, Tenaga Bongkar Muat/TKBM, tukang ojek, dan buruh), Waria, Lelaki Seks Lelaki (LSL), dan Pengguna Napza Suntik (Penasun), serta Narapidana (Warga Binaan Pemasyarakatan/WBP), dan; 2) Populasi rawan, yaitu remaja.

STBP 2013 menggunakan desain survei cross-sectional pada 8 kelompok risiko, yaitu WPSL, WPSTL, Pria Berisiko Tinggi berdasarkan pekerjaan (Sopir Truk, ABK, TKBM, Tukang Ojek, dan Buruh), LSL, Penasun, WBP dan Remaja.

Metode pengambilan sampel terdiri dari: (1) Probabilitas proporsional sampling (PPS) dua tahap untuk WPSL, WPSTL, Waria, Buruh, WBP dan Remaja, (2) Time Location Sampling (TLS) untuk Sopir Truk, dan Anak Buah Kapal (ABK), dan Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) (3) Respondent Driven Sampling (RDS) untuk Penasun dan LSL.

Data biologis dikumpulkan dari populasi paling berisiko meliputi: 1) pengambilan sampel darah vena pada WPSL, WPSTL dan Waria. Untuk pengujian HIV dan sifilis dilakukan pengambilan sampel darah perifer pada buruh, WBP dan LSL (2) Untuk pengujian gonore dan klamidia dilakukan apusan vagina pada WPSL dan WPSTL dan apusan anal untuk Waria dan LSL.

(23)

Selain pengumpulan data kuantitatif, dilaksanakan juga kegiatan Focus Group Discussion (FGD) pada kelompok Penasun di Pontianak, Tangerang, dan Makassar. Kegiatan FGD ini dilaksanakan untuk menjawab kondisi khusus yang berkontribusi meningkatkan prevalensi HIV.

Terdapat 13.473 responden yang terdiri dari 2.249 WPSL dan 2.173 WPSTL (Palembang, Tangerang; Yogyakarta, Pontianak, Samarinda, Bitung, Makassar, Bengkulu, Mimika); 2.773 Pria Risti (ABK di Palembang, Pontianak dan Bitung, TKBM di Pontianak, Samarinda dan Bitung, sopir truk di Palembang, tukang ojek di Yogyakarta dan Samarinda dan buruh di Tangerang; 827 Penasun (Tangerang, Yogyakarta, Pontianak dan Makassar); 813 Waria (Palembang, Pontianak, Samarinda dan Makassar); 670 LSL (Tangerang, Yokyakarta dan Makassar); 1.197 WBP (Lapas di Pontianak, Samarinda, dan Bengkulu); dan 2.771 Remaja (Tangerang, Yogyakarta, Pontianak, Samarinda, dan Makassar).

Sebagian besar WPSL, WPSTL, Pria Risti, Penasun, dan WBP berumur di atas 30 tahun, sedangkan sebagian besar LSL berumur 20-24 tahun. Rata-rata WPSL berpendidikan rendah yaitu hanya SD atau SMP, sedangkan rata-rata WPSTL memiliki jenjang pendidikan minimal SMP. Kelompok lainnya seperti Pria Risti, Waria, LSL, dan Penasun berpendidikan minimal SMA atau Akademi/PT.

Secara keseluruhan, prevalensi HIV paling tinggi pada kelompok Penasun diikuti LSL, Waria, WPSL, WPSTL, WBP, dan Pria Risti. Prevalensi HIV pada kelompok Penasun sebesar 39,2% dengan rincian 60,7% di Pontianak, 53,5% di Tangerang, 30% di Makassar, dan 16,1% di Yogyakarta. Prevalensi HIV pada LSL sebesar 12,8% dengan rincian 20,3% di Yogyakarta, 18,8% di Tangerang, dan 1,6% di Makassar. Prevalensi HIV pada LSL di Makassar paling rendah dan sebagian besar LSL yang menjadi responden di kota tersebut berumur lebih muda serta berperilaku biseksual dibandingkan kota lainnya. Prevalensi HIV secara keseluruhan cenderung sama pada tahun 2013 untuk WPSL sebesar 7,5% namun lebih rendah dibandingkan dengan 2009 sebesar 1,5% pada WPSTL dan 7,4% pada Waria. Prevalensi HIV cenderung rendah pada kelompok WBP sebesar 1,2% dan Pria Risti sebesar 0,2%.

Prevalensi sifilis tertinggi pada kelompok LSL (11,3%), diikuti Waria (9,7%), WPSL (4%), WBP (3,5%), Pria Risti (3,4%), Penasun (2,9%), dan WPSTL (1,8%). Prevalensi gonore tertinggi pada WPSL (32,4%), diikuti LSL (21,2%), Waria (19,6%), WPSTL (17,7%), dan Pria Risti (8,5%). Kelompok yang memiliki prevalensi klamidia tertinggi pada WPSL (40,4%) dan terendah pada Pria Risti (11,5%).

Peningkatan prevalensi HIV pada Penasun berkaitan dengan tingginya proporsi berbagi jarum suntik dalam 1 minggu terakhir. Proporsi perilaku berbagi jarum suntik terakhir kali mengalami penurunan dari 35% di tahun 2009 menjadi 22% di tahun 2013. Selain itu,proporsi berbagi jarum suntik satu

(24)

minggu terakhir juga menurun dari 33% di tahun 2009 menjadi 25% di tahun 2013. Proporsi Penasun yang melaporkan berbagi jarum suntik seminggu terakhir menurun di semua kota kecuali Makkasar dengan proporsi tertinggi di Tangerang (40%), diikuti Pontianak (35%), Makassar (19%) dan Yogyakarta (3%). Penggunaan kondom pada Penasun dengan pasangan tetap sebesar 41% dengan konsistensi hanya 17% selama satu bulan terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa pasangan seks Penasun berisiko tertular HIV karena penggunaan kondom konsisten yang rendah.

Secara keseluruhan, pada kelompok LSL penggunaan kondom pada seks komersial terakhir meningkat dari 52% di tahun 2009 menjadi 74% di tahun 2013. Namun, konsistensi penggunaan kondom pada LSL saat seks komersial seminggu terakhir hanya sebesar 42%. Pada saat LSL melakukan seks anal dengan pasangan tidak tetap, sebagian besar LSL menggunakan kondom dengan rincian 72% di Yogyakarta, 75% di Tangerang, dan 56% di Makassar. Penggunaan kondom yang konsisten dengan pasangan tidak tetap masih rendah yaitu sebesar 38%, proporsi tersebut meningkat dari 28% pada tahun 2009. Selain menggunakan kondom, sebagian besar LSL menggunakan pelicin berbahan dasar air saat berhubungan seks. Secara keseluruhan, penggunaan pelicin ini meningkat di tiap kota kecuali di Tangerang yang mengalami penurunan dari 31% di tahun 2009 menjadi 19% di tahun 2013.

Secara keseluruhan, pada kelompok Waria penggunaan kondom pada seks komersial terakhir meningkat dari 58% di tahun 2009 menjadi 78% di tahun 2013. Selain itu, konsistensi penggunaan kondom pada Waria saat seks komersial seminggu terakhir juga meningkat dari 34% di tahun 2009 menjadi 42% di tahun 2013. Selain menggunakan kondom, sebagian besar Waria menggunakan pelicin berbahan dasar air saat berhubungan seks. Secara keseluruhan, penggunaan pelicin ini meningkat di semua kota bila dibandingkan dengan tahun 2009. Penggunaan pelicin paling tinggi di Palembang sebesar 41% diikuti Makassar 40%, Samarinda dan Pontianak masing-masing 28% dan 20%.

Konsistensi penggunaan kondom saat seks komersial seminggu terakhir sebesar 36% pada WPSL dan WPSTL. Proporsi ini sedikit meningkat dari tahun 2009. Apabila dilihat dari penggunaan kondomnya, penggunaan kondom pada kelompok WPSL meningkat di tiap kota kecuali Pontianak dan Makassar. Penggunaan kondom pada WPSL tertinggi di Mimika sebesar 98% dan terendah di Pontianak sebesar 51%. Pada kelompok WPSTL, penggunaan kondom tertinggi di Mimika sebesar 83% dan terendah di Yogyakarta sebesar 40%.

Persentase pelanggan WPS terbesar di kelompok Pria Risti ialah para sopir truk di Palembang sebesar 48% dibandingkan dengan jenis profesi lain di tiap kota. Penggunaan kondom saat seks komersial terakhir dengan WPS paling tinggi oleh buruh pabrik sebesar 61%, diikuti 44% pada ABK, 42% pada tukang ojek, 32% pada sopir truk, dan 20% pada TKBM. Apabila dilihat dari konsistensi penggunaan

(25)

kondomnya, proporsi ini meningkat dari tahun 2009 dengan rincian 27% menjadi 43% pada buruh, 7% menjadi 33% pada tukang ojek, 13% menjadi 22% pada ABK, 2% menjadi 14% pada sopir truk, dan 10% menjadi 13% pada TKBM.

Pada kelompok remaja, remaja laki-laki yang mengakui pernah berhubungan seks bervariasi di tiap kota dengan proporsi berkisar antara 5%-11%, lebih tinggi dibandingkan remaja perempuan yang berkisar antara 2%-4%. Perilaku berisiko lainnya seperti penggunaan napza/narkoba paling banyak oleh Remaja laki-laki sebesar 8% dengan proporsi tertinggi di Yogyakarta sebesar 18% dan terendah di Pontianak sebesar 2%. Sedangkan remaja perempuan yang menggunakan napza/narkoba hanya 2% dari 5 kota yang disurvei.

Pengetahuan komprehensif yaitu pengetahuan responden terhadap 5 komponen yaitu tidak dapat mendeteksi ODHA dari melihatnya saja, mengurangi risiko tertular HIV dengan menggunakan kondom, saling setia pada pasangan, tidak tertular HIV melalui gigitan nyamuk/ serangga, dan tidak tertular HIV dengan menggunakan alat makan/minum secara bersama. Pengetahuan komprehensif tertinggi dimiliki oleh Penasun dan LSL dengan proporsi masing-masing 42% dan 29%, proporsi ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2009. Namun, pengetahuan komprehensif pada kelompok lainnya mengalami penurunan seperti WPSTL (16%), Waria (23%), dan remaja (17%). Sedangkan pengetahuan komprehensif Pria Risti (18%) dan WPSL (20%) cenderung sama dengan tahun 2009. Kelompok WBP memiliki proporsi pengetahuan komprehensif terendah yaitu 15%.

(26)

1.

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Epidemi Human Immuno-deficiency Virus (HIV) secara global masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Di dunia ini, diperkirakan ada 35,3 juta (32,2-38,8 juta) orang yang telah terinfeksi HIV (UNAIDS, 2013). Upaya penanggulangan HIV masih memerlukan kerja keras terutama untuk menekan penularan baru. Di kawasan Asia sebagian besar angka prevalensi HIV pada masyarakat umum sebesar < 1%. Di Indonesia hanya Tanah Papua yang memiliki prevalensi 2,3% (STBP Papua 2013).

Secara umum prevalensi di wilayah Indonesia masih berkisar 0,43%, namun pada beberapa kelompok populasi berisiko tinggi telah terlihat peningkatan prevalensi yang signifikan sejak tahun 1990-an, terutama pada kelompok Wanita Pekerja Seks (WPS), Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL), dan Waria (Estimasi dan Proyeksi HIV-AIDS, 2013)

Pelaksanaan Surveilans HIV generasi kedua di Indonesia telah dimulai dengan pelaksanaan Sero Surveilans HIV tahun 1988 dan Surveilans Perilaku mulai dilaksanakan tahun 1996. Sistem surveilans generasi kedua mengalami evolusi, yaitu dengan mengintegrasikan surveilans biologis pada surveilans perilaku, kemudian dikenalkan konsep populasi sentinel, sehingga diharapkan adanya hasil yang lebih representatif atau mewakili sub-populasi berisiko yang ada.

Seperti kita ketahui untuk lebih memahami dinamika epidemi dan faktor–faktor utama yang mengubahnya terutama tingkat penularan HIV, tahun 2006 mulai dilaksanakan Surveilans Terpadu HIV dan Perilaku (STHP). Dengan tersedianya data tersebut kita mendapatkan gambaran yang lengkap tentang besaran masalah yang ada, faktor–faktor penyebab, pengetahuan dan seberapa jauh respon yang telah ada dan diketahui oleh masyarakat. Oleh karena itu untuk dapat memberikan gambaran epidemi yang terjadi pada Kelompok Populasi paling berisiko dalam terjadinya epidemi HIV di Indonesia, maka perlu dilakukan Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) yang berkesinambungan.

Keberhasilan upaya pencegahan infeksi HIV bergantung pada perubahan perilaku berisiko, dari risiko tinggi ke risiko yang lebih rendah. Perubahan ini antara lain mencakup peningkatan penggunaan kondom dan pengurangan jumlah pasangan seksual di antara mereka yang aktif secara seksual, penurunan pemakaian bergantian alat suntik pada kelompok pemakai narkotika psikotropika dan zat adiktif lainnya (Napza Suntik), peningkatan akses terapi rumatan metadon, dan penundaan hubungan seksual pertama kali pada kalangan remaja.

(27)

Upaya pencegahan tergantung pada upaya perubahan perilaku. Oleh karena itu, diperlukan informasi tentang perubahan perilaku yang dapat dijadikan dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan keberhasilan program intervensi. STBP mulai dilaksanakan pada tahun 2007 dan dilanjutkan pada tahun 2011 di lokasi yang berbeda. Sebagian besar lokasi STBP Tahun 2013 ini merupakan pengulangan dari STBP 2009 yang terdiri sembilan kota di sembilan provinsi yaitu Palembang, Bengkulu, Yogyakarta, Tangerang, Pontianak, Samarinda, Bitung, Makassar, dan Mimika. Bengkulu menggantikan kota Sorong yang disurvei tahun 2009.

Kelompok Populasi paling berisiko yang akan dicakup dalam STBP ini adalah Wanita Pekerja Seks Langsung (WPSL), Wanita Pekerja Seks Tidak Langsung (WPSTL), Pria Berisiko Tinggi (Pria Risti), Penasun, Waria, dan Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL). Sedangkan kelompok remaja dilakukan survei untuk mendapatkan informasi pengetahuan dan sikap mereka tentang pencegahan HIV dan AIDS.

1.2 Tujuan Pelaksanaan STBP

1.

Menentukan kecenderungan prevalensi Gonore, Klamidia, Sifilis, dan HIV di antara populasi paling berisiko di sembilan kota di Indonesia yang dibandingkan dengan hasil STBP 2009.

2.

Menentukan kecenderungan tingkat pengetahuan dan persepsi tentang penularan dan pencegahan HIV pada populasi paling berisiko dan populasi rawan (remaja) di sembilan kota di Indonesia yang dibandingkan dengan hasil STBP 2009.

3.

Menentukan kecenderungan tingkat perilaku berisiko tertular/menularkan HIV di antara Populasi paling berisiko di sembilan kota di Indonesia.

4.

Mengukur cakupan intervensi pengendalian HIV dan Infeksi Menular Seksual (IMS) serta dampaknya pada kelompok sasaran program-program Kementerian Kesehatan.

1.3 Metodologi

Populasi sasaran STBP 2013 adalah populasi pria dan wanita dewasa yang berisiko tinggi tertular HIV. Hal ini dikarenakan kelompok tersebut memungkinkan memiliki kontribusi lebih besar terhadap penyebaran HIV dibanding kelompok masyarakat lainnya. Kelompok pria dewasa yang berisiko tinggi tertular HIV pada umumnya adalah pria yang berpotensi sebagai pelanggan pekerja seks (termasuk tukang ojek, TKBM di pelabuhan laut, dan buruh, serta mereka yang bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain dalam jangka waktu yang relatif lama karena bidang pekerjaan, seperti pelaut dan sopir truk), sedangkan kelompok wanita dewasa adalah mereka yang bekerja sebagai wanita pekerja seks (WPS).

Di samping kelompok sasaran tersebut, dalam STBP 2013 akan dicakup kelompok lainnya seperti Penasun, Waria, LSL, WBP dan remaja sekolah, yang sampelnya diwakili oleh murid kelas 2 SMA.

(28)

Secara garis besar, kegiatan STBP tahun 2013 dibedakan menjadi 3, yaitu: a) Wawancara perilaku: Survei Surveilans Perilaku (SSP),

b) Wawancara perilaku dilanjutkan dengan pengambilan darah melalui vena atau perifer: Survei Terpadu HIV dan Perilaku (STHP), dan

c) Wawancara perilaku dilanjutkan dengan pengambilan darah melalui vena atau perifer serta pemeriksaan urin dan atau apusan vagina atau anus: Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP).

Berdasarkan kontribusinya terhadap epidemi HIV, populasi sasaran STBP 2013 tersebut dikelompokkan menjadi:

a) Wanita Pekerja Seks (WPS) Langsung adalah wanita yang beroperasi secara terbuka sebagai pekerja seks komersial.

b) WPS Tidak Langsung adalah wanita yang beroperasi secara terselubung sebagai pekerja seks komersial, yang biasanya bekerja pada bidang-bidang pekerjaan tertentu seperti wanita penghibur di karaoke atau bar, wanita yang bekerja di panti pijat, dan sebagainya.

c) Pria Potensial Risti, ditentukan dengan pendekatan jenis pekerjaan dengan rincian sebagai berikut.

i. Sopir truk adalah mereka yang bekerja sebagai sopir truk antar kota.

ii. Tukang ojek adalah mereka yang bekerja sebagai tukang ojek dan bekerja dekat dengan lokasi transaksi seks.

iii. Pelaut adalah mereka yang bekerja sebagai anak buah kapal barang atau muatan. iv. Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) adalah mereka yang bekerja sebagai pekerja bongkar muat barang di pelabuhan laut.

v. Buruh adalah mereka yang bekerja sebagai buruh/karyawan pada perusahaan industri/manufaktur.

d) Waria adalah kependekan dari wanita-pria, yang berarti pria yang berjiwa dan bertingkah laku, serta mempunyai perasaan seperti wanita. Waria yang dicakup dalam STBP 2013 ini tidak hanya Waria yang menjajakan seks saja tetapi seluruh Waria termasuk para Waria yang bekerja di salon.

e) Lelaki yang Seks dengan Lelaki (LSL) adalah pria yang mengakui dirinya sebagai orang yang biseksual/homoseksual.

f) Pengguna Napza Suntik (Penasun) adalah mereka yang adiksi napza yang disuntikan.

g) Warga Binaan Pemasyarakatan adalah pria dan wanita yang sudah divonis menjalani hukuman berada di lapas/rutan yang ada di Indonesia.

h) Remaja sekolah yang dicakup dalam survei ini adalah murid Sekolah Menengah Atas (SMA) baik yang dikelola pemerintah (SMA Negeri) maupun SMA yang dikelola oleh swasta. Konsep ini sebagai pendekatan konsep remaja yaitu penduduk yang berusia 15-24 tahun dan belum kawin.

(29)

Untuk mendalami hasil temuan dilakukan Focus Group Discussion (FGD). Kelompok sasaran FGD adalah kelompok risiko dengan prevalensi HIV tertinggi yaitu Penasun di Pontianak, Tangerang, dan Makassar.

Kriteria responden pada kegiatan STBP adalah sebagai berikut:

a) Wanita Pekerja Seks (WPS) Langsung adalah wanita berumur 15 tahun atau lebih yang telah berhubungan seks komersial dengan paling tidak satu pelanggan dalam satu bulan terakhir, dan ada di lokasi survei pada saat kunjungan tim survei.

b) WPS Tidak Langsung adalah wanita yang berumur 15 tahun atau lebih yang merupakan pekerja dari tempat usaha terpilih dan menjual seks dalam sebulan terakhir paling tidak kepada seorang pelanggan serta ada di lokasi survei (bar/panti pijat, dsb) pada saat kunjungan tim survei.

c) Pria Potensial Risti adalah seorang yang secara biologis laki-laki, berumur 15 tahun ke atas, dan saat ini bekerja pada perusahaan terpilih atau didapatkan pada titik-titik kumpulan (misalnya pemberhentian truk, pelabuhan laut, dan sebagainya).

d) Waria yang dicakup dalam survei ini adalah seorang secara biologis laki-laki yang berumur 15 tahun atau lebih dan telah tinggal di kota survei selama paling tidak satu bulan, serta dikenali oleh teman seprofesi, “mami”, atau para pekerja LSM sebagai seorang Waria.

e) LSL adalah seorang secara biologis laki-laki, berumur 15 tahun atau lebih dan telah tinggal di kota survei paling tidak selama satu bulan, serta telah berhubungan seks dengan seorang laki-laki dalam setahun terakhir.

f) Pengguna Napza Suntik (Penasun) adalah pria atau wanita berumur 15 tahun atau lebih yang telah tinggal di kota lokasi survei selama paling tidak satu bulan, menyuntikkan napza dalam satu bulan terakhir dan tidak terdaftar dalam survei ini di kab/kota /lokasi lain.

g) Warga Binaan Pemasyarakatan adalah pria dan wanita yang sudah divonis menjalani hukuman dan berada di Lapas yang ada di Indonesia.

h) Remaja sekolah yang dicakup dalam survei ini adalah murid Sekolah Menengah Atas (SMA) baik yang dikelola pemerintah (SMA Negeri) maupun SMA yang dikelola oleh swasta yang saat ini duduk di kelas 11 (kelas 2).

1.4 Wilayah Survei

Kegiatan STBP 2013 ini dilakukan di sembilan provinsi, yaitu Sumatera Selatan, Banten, Yogyakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Bengkulu, dan Papua. Lokasi survei adalah kabupaten/kota terpilih dan daerah sekitarnya. Pemilihan kabupaten/kota didasarkan pada situasi epidemi HIV pada subpopulasi berisiko. Kabupaten/kota terpilih adalah kabupaten/kota dengan situasi epidemi HIV yang diperkirakan lebih tinggi dibanding kabupaten/kota lain di provinsi tersebut. Responden survei merupakan sampel acak dari kelompok-kelompok sasaran yang tinggal dan bekerja di lokasi survei, yang dipilih melalui lokasi tempat biasa mereka bekerja atau mangkal. Hasil survei diharapkan dapat mewakili kondisi di lokasi survei tersebut.

(30)

1.5 Ukuran Sampel

Ukuran sampel pada setiap kelompok sasaran dirancang untuk menggambarkan ciri-ciri perilaku setiap kelompok sasaran dan diharapkan dapat mengukur perubahan perilaku pada survei berikutnya. Pada kelompok berisiko tinggi, besarnya sampel yang memadai untuk interpretasi perubahan adalah sebesar 250 responden. Pada kelompok pria berisiko, dengan asumsi bahwa tidak semua orang pada kelompok tersebut berisiko, maka jumlah sampel ditetapkan sebesar 400 responden.

Tabel 1 merupakan perencanaan jumlah sampel berdasarkan populasi sasaran dan kabupaten dan kota terpilih dari 9 propinsi. Tabel 2 merupakan persentase pencapaian sampel yang merupakan perbandingan antara jumlah sampel yang direncanakan dibandingkan dengan realisasi jumlah sampel yang diperoleh. Terlihat persentase pencapaian jumlah sampel terendah yaitu pada kelompok Waria sebesar 81% dan diantara Penasun sebesar 83%. Persentase pencapaian jumlah sampel tertinggi yaitu terlihat pada kelompok WPSL dan WBP sebesar 99%. Kabupaten/kota terpilih, kelompok sasaran, dan ukuran sampel pada masing-masing kelompok sasaran kabupaten /kota terpilih adalah:

Tabel 1. Perencanaan Jumlah Sampel Berdasarkan Populasi Sasaran

Provinsi Kota WPS Pria Pelanggan Penasun Waria LSL WBP Remaja SMA (Kelas 2/11) Langsung Tidak

Langsung ABK TKBM Sopir

Tukang Ojek, Angkutan Umun Buruh Multi-stage cluster Multi-stage cluster TLS TLS TLS TLS TLS TLS TLS RDS Multi-stage cluster RDS PPS Multi-stage cluster STBP STBP SSP STHP STHP SSP SSP STHP SSP STHP STBP STBP STHP SSP South Sumatra Palembang 250 250 200 200 250 Banten Tangerang 250 250 400 250 250 600 DIY Yogyakarta 250 250 400 250 250 600 West Kalimantan Pontianak 250 250 200 200 250 250 400 600 East Kalimantan Samarinda 250 250 200 200 250 400 600 North Sulawesi Bitung 250 250 200 200 South Sulawesi Makassar 250 250 250 250 250 600 Bengkulu Bengkulu 250 250 400 Papua Mimika 250 250 400 Jumlah 2250 2250 200 400 600 200 400 600 400 1000 1000 750 1200 3000 Ket:

STBP: Survei Terpadu Biologis & Perilaku (Pemeriksaan Biologis: HIV, Sifilis, Klamidia, dan Gonore) STHP: Survei Terpadu HIV & Perilaku (Pemeriksaan Biologis: HIV, Sifilis)

SSP: Survei Surveilans Perilaku TLS: Time Location Sampling RDS: Respondent Driven Sampling

(31)

Tabel 2. Persentase Pencapaian Target Jumlah Sampel Berdasarkan Populasi Sasaran

No. KELOMPOK

RISIKO PERENCANAAN SAMPEL REALISASI JUMLAH SAMPEL* % PENCAPAIAN

1 WPSL 2.250 2.249 100.0% 2 WPSTL 2.250 2.173 96.6% 3 Pria Risti 2.800 2.773 99.0% 4 Penasun 1.000 827 82.7% 5 Waria 1.000 813 81.3% 6 LSL 750 670 89.3% 7 WBP 1.200 1.197 99.8% 8 Remaja 3.000 2.771 92.4%

Keterangan * : Data Perilaku dan Biologis yang lengkap

Dalam STBP 2013, sebelum pemilihan sampel lokasi dilakukan, populasi yang akan disurvei harus diketahui terlebih dahulu. Populasi merupakan agregat individu yang diteliti dan dapat dibentuk sebagai kerangka sampel untuk menentukan kelompok sasaran survei.

Kelompok sasaran STBP seperti yang dijelaskan di atas pada umumnya merupakan kelompok populasi yang tidak mudah dijangkau. Kesulitan menjangkau kelompok populasi antara lain disebabkan oleh aspek aksesibilitas dan mobilitas kelompok tersebut sehingga tidak semua orang dapat dengan mudah menjangkau populasi tersebut apalagi dalam kaitannya dengan kegiatan survei.

1.6 Kerangka Sampel

1.6.1 Kerangka Sampel WPS Langsung

Kerangka sampel untuk WPS Langsung adalah daftar lokasi WPS Langsung yang dilengkapi dengan perkiraan banyaknya populasi dalam setiap lokasi, nama orang kunci yang bisa dihubungi beserta nomor telepon atau handphone, dan informasi waktu yang tepat untuk kunjungan wawancara. Semua informasi ini diperoleh dari hasil inventarisasi dan penelusuran lapangan yang merupakan kegiatan pendaftaran lokasi. Kegiatan ini digunakan untuk membuat daftar rumah bordil atau lokalisasi dan jalanan di mana WPS bertransaksi dengan pelanggan dan mencatat jumlah WPS yang bekerja pada masing-masing lokasi tersebut. Hasilnya adalah kerangka sampel lokasi WPS Langsung, yaitu berupa daftar nama dan alamat jalanan lokasi tempat mereka mangkal, rumah bordil, hotel, atau panti pijat di mana WPS Langsung menjajakan seks.

(32)

1.6.2 Kerangka Sampel WPS Tidak Langsung

Kerangka sampel untuk WPS Tidak Langsung adalah daftar lokasi WPS Tidak Langsung yang dilengkapi dengan perkiraan banyaknya populasi dalam setiap lokasi, nama orang kunci yang bisa dihubungi beserta nomor telepon atau handphone, dan informasi waktu yang tepat untuk kunjungan wawancara. Informasi ini diperoleh dari hasil inventarisasi dan penelusuran lapangan pada saat kegiatan pendaftaran lokasi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk membuat daftar panti pijat, bar karaoke, bar, restoran dan hotel di mana para pekerja wanita menyediakan pelayanan seks sebagai bagian dari pekerjaan mereka yang selanjutnya akan menghasilkan kerangka penarikan sampel lokasi WPS Tidak Langsung, yaitu berupa daftar nama dan alamat panti pijat, bar-karaoke, bar, restoran dan hotel di mana para WPS Tidak Langsung melakukan transaksi seks sebagai bagian dari pekerjaan mereka.

1.6.3 Kerangka sampel Waria

Kerangka sampel untuk Waria (pekerja seks) adalah daftar lokasi para Waria, baik yang menjadi pekerja seks maupun yang bekerja di salon, yang dilengkapi dengan perkiraan banyaknya populasi Waria dalam setiap lokasi, informasi orang kunci yang bisa dihubungi di setiap lokasi tersebut, baik nama maupun nomor telepon atau handphone, dan informasi tentang waktu kunjungan yang tepat untuk wawancara. Data Waria tersebut diperoleh dari hasil inventarisasi dan penelusuran lapangan pada saat pendaftaran lokasi.

1.6.4 Kerangka sampel Sopir Truk

Kerangka sampel untuk sopir truk adalah daftar lokasi para sopir truk antar kota yang memiliki SIM-B yang mangkal yang dilengkapi dengan rentang waktu para sopir tersebut biasanya mangkal dalam setiap lokasi. Data tersebut diperoleh dari hasil inventarisasi dan penelusuran lapangan pada saat pendaftaran lokasi. Dengan pendaftaran ini akan dibuat daftar lokasi perparkiran di mana truk-truk antar kota berhenti di lokasi tertentu sehingga akan dihasilkan sebuah kerangka sampel lokasi yang berupa daftar alamat lokasi di mana truk-truk antar kota parkir, yang dilengkapi dengan informasi rentang waktu para sopir biasanya mangkal dan perkiraan banyaknya sopir biasa mangkal pada setiap rentang waktu tersebut.

Data tempat pangkalan truk dari berbagai sumber non-formal atau LSM pendamping. Data-data atau informasi lain baik dari sumber formal maupun non formal yang dapat digunakan dalam pembentukan kerangka sampel, seperti dari media elektronik dan media cetak, serta dari kelompok masyarakat pemerhati masalah HIV dan AIDS seperti Lembaga Swadaya Masyarakat atau yayasan yang berkecimpung dalam intervensi masalah HIV dan AIDS.

(33)

1.6.5 Kerangka sampel ABK

Kerangka sampel untuk ABK adalah daftar lokasi para ABK di pelabuhan laut yang dilengkapi dengan perkiraan banyaknya populasi ABK dalam setiap lokasi. Data ABK diperoleh dari hasil inventarisasi dan penelusuran lapangan pada saat pendaftaran lokasi. ABK yang di pilih adalah ABK yang berkewarganegaraan Indonesia.

Data ABK didapatkan dari Administrator Pelabuhan atau LSM pendamping. Data atau informasi lain baik dari sumber formal maupun non formal yang dapat digunakan dalam pembentukan kerangka sampel, seperti dari media elektronik dan media cetak, serta dari kelompok masyarakat pemerhati masalah HIV dan AIDS seperti Lembaga Swadaya Masyarakat atau yayasan yang berkecimpung dalam intervensi masalah HIV dan AIDS.

1.6.6 Kerangka sampel TKBM

Kerangka sampel untuk TKBM adalah daftar lokasi para tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan laut (di tempat pendaratan perahu/kapal) yang dilengkapi dengan perkiraan banyaknya populasi TKBM dalam setiap lokasi. Data TKBM diperoleh dari hasil inventarisasi dan penelusuran lapangan pada saat pendaftaran lokasi.

1.6.7 Kerangka sampel Tukang Ojek

Kerangka sampel untuk tukang ojek adalah daftar lokasi para tukang ojek biasa mangkal, menunggu penumpang, yang dilengkapi dengan banyaknya populasinya dalam setiap lokasi. Data jumlah tukang ojek diperoleh dari hasil inventarisasi dan penelusuran lapangan pada saat kegiatan pendaftaran lokasi tersebut.

1.6.8 Kerangka sampel Buruh

Kerangka sampel untuk buruh adalah daftar perusahaan industry/manufaktur dari Dinas Perindustrian atau dari berbagai sumber non formal atau LSM pendamping. Data buruh diperoleh dari hasil inventarisasi dan penelusuran lapangan pada saat pendaftaran lokasi.

1.6.9 Kerangka sampel Remaja (pelajar SMA)

Kerangka sampel untuk remaja (pelajar SMA) adalah daftar nama SMA beserta alamatnya yang berada di kota terpilih. Dalam daftar SMA ini, setiap sekolah dirinci menurut banyaknya murid di setiap kelas dua yang dibedakan menurut jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Daftar tersebut diperoleh dari Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi di setiap kota terpilih. Pengumpulan informasi di lokasi kelompok sasaran dan populasinya.

Dari hasil SSP/STBP sebelumnya telah diperoleh informasi lokasi dan populasi untuk setiap kelompok sasaran. Informasi ini dapat digunakan sebagai informasi awal dan perlu diperbaharui dengan informasi dari Kantor Dinas terkait di setiap Kabupaten/Kota terpilih.

(34)

Data yang dibutuhkan antara lain jumlah pelajar laki-laki dan perempuan dari Dinas Pendidikan.

1.6.10 Kerangka sampel Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP)

Kerangka sampel untuk WBP adalah daftar Lapas beserta alamatnya yang berada di kota terpilih. Daftar Lapas dilengkapi dengan jumlah Warga Binaan Pemasyarakatan di setiap Lapas tersebut, yang diperoleh dari Kementerian Hukum dan HAM di setiap kota terpilih.

1.7 Pembentukan Kerangka Sampel

Dari hasil SSP/STBP sebelumnya telah diperoleh informasi lokasi dan populasi untuk setiap kelompok sasaran di setiap kabupaten/kota lokasi STBP 2013 yang pernah dilakukan kegiatan SSP/STBP sebelumnya. Informasi ini dapat digunakan sebagai informasi awal dan perlu diperbaharui dengan informasi dari Kantor Dinas terkait di setiap Kabupaten/Kota terpilih. Data yang dibutuhkan antara lain:

 Data lokalisasi, bordil atau data lain yang berkaitan dengan wanita pekerja seks dari Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, ataupun LSM setempat. Selain itu bisa juga digunakan informasi RTI (Reproductive Tract Infection) studi yang dilaksanakan pada tahun 2009.

 Data panti pijat, bar, karaoke, hotel, losmen, wisma dan sejenisnya dari Dinas Pariwisata setempat dan sumber non-formal. Selain itu bisa juga digunakan informasi RTI (Reproductive Tract Infection) studi yang dilaksanakan pada tahun 2009.

 Data tempat pangkalan truk dari berbagai sumber non-formal atau LSM pendamping.

 Data dari Administrator Pelabuhan.

 Data perusahaan industri/manufaktur dari Dinas Perindustrian atau dari berbagai sumber non-formal atau LSM pendamping.

 Data dari sumber formal dan informal atau LSM pendamping.

 Data atau informasi lain baik dari sumber formal maupun non formal yang dapat digunakan dalam pembentukan kerangka sampel, seperti dari media elektronik dan media cetak, serta dari kelompok masyarakat pemerhati masalah HIV dan AIDS seperti Lembaga Swadaya Masyarakat atau yayasan yang berkecimpung dalam intervensi masalah HIV dan AIDS.

 Daftar Lapas dilengkapi dengan jumlah Warga Binaan Pemasyarakatan di setiap Lapas dari Kementerian Hukum dan HAM.

 Daftar Sekolah Menengah Umum dari Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi di setiap kota terpilih.

(35)

1.8 Metode Sampling

Tabel 3. Metode sampling berdasarkan kelompok sasaran

No. Metode Sasaran

1. SRS (Simple Random Sampling) WBP dan Tukang ojek

2. Cluster Sampling WPSL, WPSTL, Waria, Buruh

3. RDS (Respondent Driven Sampling) Penasun dan LSL

4. TLS (Time-Location Sampling) Sopir Truk, ABK, TKBM

5. Multistage Random Sampling Remaja Sekolah (SMA/sederajat)

1. Simple Random Sampling (SRS)

Simple Random Sampling merupakan sistem pengambilan sampel secara acak dari kerangka sampel yang tersedia. Metode ini digunakan untuk populasi kunci WBP dan tukang ojek.

2. Cluster Sampling

Rancangan sampling yang digunakan adalah rancangan sampling dua tahap, tahap pertama memilih sampel lokasi dan tahap kedua memilih responden yang memenuhi persyaratan (eligible) sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi pada setiap lokasi terpilih. Rancangan sampling tersebut digunakan untuk kelompok responden WPS Langsung dan Tidak Langsung, dan Waria. Pada tahap pemilihan sampel lokasi, kerangka sampel yang digunakan berupa Daftar Lokasi Hasil Pengolahan. Lokasi sebagai Primary Sampling Unit (PSU) dipilih dengan secara Probability Proportional to Size

(PPS) dengan “size” adalah banyaknya populasi dalam setiap lokasi. Metode ini digunakan untuk populasi kunci WPSL, WPSTL, Waria, dan Buruh.

3. Respondent Driven Sampling (RDS)

Respondent Driven Sampling (RDS) adalah sebuah teknik sampling secara bola salju (snowball) berdasarkan pada kuota perekrutan (yang menghindari perekrutan keseluruhan sampel dari sejumlah individu yang terbatas) dan insentif rangkap untuk memotivasi perekrut dan yang direkrut. RDS berawal dari sejumlah kecil peserta yang dipilih secara purposif yang biasanya disebut

seed, yang seharusnya dipilih seheterogen mungkin untuk memastikan bahwa sembarang anggota kelompok kemungkinan besar untuk direkrut. Seed yang mendasari gelombang nol akan merekrut mereka yang membentuk gelombang perekrutan pertama (dan seterusnya). Dalam teori, kehomogenan sampel bisa dicapai sesudah paling tidak 3 gelombang perekrutan. Untuk memberikan akses kepada seluruh peserta, penting untuk dipastikan bahwa klinik akan tetap buka pada akhir pekan. Waktu buka adalah dari pukul 12 siang sampai dengan pukul 9 malam bagi LSL untuk menjamin akses kepada LSL yang bekerja.

(36)

3.1. Pemilihan Seed

Target Penasun dan LSL yang diberikan kupon pertama kali (selanjutnya disebut seed) adalah sekitar 8 orang. Seed yang direkrut adalah orang yang dapat memotivasi orang lain untuk ikut dalam program dan mereka harus mendukung tujuan dari program ini. Di samping itu seed ini diusahakan berasal dari orang dengan karakteristik yang beragam, karakteristik tersebut misalnya umur, jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, status sosial dan ekonomi, dan sebagainya.

Pada awalnya dipilih sebanyak 8 seed namun bila dalam tenggat waktu survei sampel size belum terpenuhi bisa ditambahkan beberapa seed lagi. Seed dipilih oleh staf LSM yang menyediakan pelayanan kepada kelompok sasaran. Seed tersebut seharusnya dikenal baik dan diterima luas oleh kalangan mereka. Umumnya diusulkan kepada para anggota pekerja dari target populasi untuk bertindak sebagai seed. Dalam survei ini, 8

seed yang diberi kupon pertama kali dipilih di masing-masing lokasi. Setiap seed diminta untuk merekrut 3 Penasun dan LSL sehingga para seed ini diberikan 3 kupon untuk diberikan kepada teman-teman sekomunitasnya sesama Penasun dan LSL yang berkenan untuk direkrut.

4. Time Location Sampling (TLS)

TLS adalah sebuah metode yang telah digunakan secara luas untuk mengambil sampel dari suatu populasi yang bersifat “floating” (yaitu kemungkinan kecil bisa ditemukan oleh pencacah di tempat yang tetap). Selain itu, TLS ini juga diterapkan untuk jenis populasi seperti sopir truk. TLS juga disebut dengan venue-based sampling yang didasarkan pada cluster-cluster. Di dalam TLS,

primary sampling unit (PSU)-nya adalah kombinasi antara lokasi dan waktu, dan lokasi yang sama bisa dimasukkan ke dalam kerangka sampel lebih dari sekali tetapi dengan slot waktu yang berbeda.

4.1. Pemilihan sampel lokasi

Sebelum melakukan pemilihan sampel lokasi dengan metode TLS ini perlu dilakukan pendaftaran lokasi yang sekaligus untuk mengetahui waktu biasanya truk berhenti untuk beristirahat. Setelah mendapatkan hasil pendaftaran ini, kemudian baru bisa ditentukan beberapa alokasi waktu. Alokasi waktu ini akan mendasari pemilihan sampel PSU (lokasi-waktu). Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam TLS ini, satu lokasi akan ada kemungkinan terpilih lebih dari sekali, jika di lokasi tersebut waktu berkumpulnya kelompok sasaran berada di lebih dari satu slot waktu yang ditentukan.

5. Multistage Random Sampling

Metode Multistage Random Sampling digunakan untuk remaja sekolah. Pada tahap pertama dibuat daftar sekolah beserta data jumlah siswa serta alamat sekolah sebagai pendaftaran PSU

Referensi

Dokumen terkait

Keseluruhan komponen gangguan tidur pada karakteristik subjektif tidur menunjukkan bahwa klien dewasa di ruang rawat inap RS X Depok mengalami gangguan tidur tingkat sedang

Pengusaha perempuan urban yang menjadi informan dalam peneli- tian ini sebagian besar (14 orang) memulai usahanya ketika mereka sudah pindah ke tempat barunya di Kota Madiun

Mengenal Allah melalui sifat-sifat Allah yang terkandung dalam Al-Asma al-Husna (al Adhim, Al Kabiir, al Karim dan Al Malik).. 2 Beriman kepada malaikat-malaikat

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan apakah penggunaan obat skizofrenia pada pasien skizofrenia sudah rasional sesuai dengan parameter tepat indikasi, tepat obat,

Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap perawat dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan hand hygiene di Ruang Rawat Inap RSU

Untuk itu dalam kajian ini maka epistemologi Islam terutama dalam pendidikan Islam mencoba untuk memberikan penjelasan tentang sumber ilmu pengetahuan dalam

Pelan strategik ini dapat diuruskan dengan satu proses perancangan, penyusunan, pendokumentasian, perlaksanaan, pengarahan dan pengawalan dalam sesebuah organisasi

Model yang kedua adalah &#34; daur bahan bakar tertutup&#34; ( closed fuel cycle) dimana pada model Ini uranium dan plutonium dipungut dari bahan bakar bekas melalui proses olah