• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN APARATUR DESA DALAM PELAKSANAAN TUGAS ADMINISTRASI DI DESA MOROWUDI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN APARATUR DESA DALAM PELAKSANAAN TUGAS ADMINISTRASI DI DESA MOROWUDI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara

Oleh: MOH. SHOLEH NPM : 28141313

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA

SURABAYA 2015

(2)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN APARATUR DESA DALAM PELAKSANAAN TUGAS ADMINISTRASI DI DESA MOROWUDI

KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

NAMA : MOH. SHOLEH

FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI : ILMU ADMINISTRASI NEGARA

NIM : 28141313

Disetujui dan diterima oleh: Surabaya, 25 Juni 2015

Dosen Pembimbing

(3)

iii

Judul :Upaya Peningkatan Kemampuan Aparatur Desa Dalam Pelaksanaan Tugas administrasi di Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik

Nama : Moh. Sholeh

NIL : 28141313

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Universitas Wijaya Putra Surabaya Surabaya, 10 Juli 2015 Komisi Penguji Skripsi

Ketua Penguji

Drs. Soeharto, M.Si

Penguji 1 Penguji 2

Dr. Arini Sulistyowati, SE., M.A.P. Supriyanto, S.Sos., M.Si.

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara

(4)

iv

LEMBAR PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Skripsi Ini Kepada: Istriku Tercinta Anak - Anakku Tercinta

(5)

v

”JANGAN PERNAH MALU UNTUK MAJU, KARENA MALU MENJADIKAN KITA TAKKAN PERNAH MENGETAHUI DAN

(6)

vi

ABSTRAKSI

Moh. Soleh, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Universitas Wijaya Putra, Surabaya, Juni 2015, Upaya Peningkatan Kemampuan Aparatur Desa Dalam Pelaksanaan Tugas administrasi di Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik. Pembimbing: Supriyanto, S.Sos., M.Si.

Penelitian ini bertujuan mengetahui tentang upaya peningkatan kemampuan aparatur desa dalam pelaksanaan tugas administrasi di Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Instrumen penelitian dalam pengambilan data adalah pedoman wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan upaya peningkatan kemampuan aparatur desa dalam pelaksanaan tugas administrasi di Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik dilakukan dengan dua cara yaitu peningkatan disiplin kerja aparatur serta melakukan pendidikan dan pelatihan

Kata Kunci: Upaya Peningkatan Kemampuan Aparatur dalam Administrasi Desa

(7)

vii

of Functionary on administrative task in Morowudi Village of Gresik. Supervisor: Supriyanto, S. Sos., M.Sc.

This study aims to find out about efforts to improve the ability of village officials in the execution of administrative tasks in the village Morowudi Cerme District of Gresik. The method used in this study is a qualitative method. Research instruments in data collection is interview guide.

The results showed an effort to increase the ability of village officials in the execution of administrative tasks in the village Morowudi Cerme District of Gresik done in two ways: an increase in personnel work discipline and providing education and training

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi penelitian yang berjudul “Upaya Peningkatan Kemampuan Aparatur Desa Dalam Pelaksanaan Tugas administrasi di Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dalam perjalanan menyelesaikan laporan penelitian ini, peneliti telah menerima bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bantuan moril maupun materiil.

Dalam kesempatan ini dengan setulus hati peneliti menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak H. Budi Endarto, SH.,M.Hum., Selaku Rektor Universitas Wijaya Putra Surabaya.

2. Ibu Dr. Sri Juni Woro Astuti, M.Com., Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Wijaya Putra Surabaya.

3. Bapak Supriyanto, S.Sos.,M.Si., Selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Wijaya Putra Surabaya dan selaku pembimbing dalam penyusunan skripsi ini .

4. Istri dan anak - anak yang selalu memberikan dukungan agar peneliti menyelesaikan penulisan skripsi ini.

(9)

ix

mana peneliti tidak bisa menyebutkan satu persatu

Dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, karena itu segala kritik dan saran yang membangun akan menyempurnakan penulisan skripsi ini serta bermanfaat bagi peneliti dan para pembaca

Surabaya, 27 Juli 2015

(10)

x

DAFTAR ISI

Sampul Depan ... i

Lembar Persetujuan... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Lembar Persembahan ... iv

Motto ... v

Abstraksi ... vi

Abstract ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi... x

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Penelitian Terdahulu ... 10

2.2. Tinjauan Teoritis ... 14

2.2.1. Konsep Kemampuan Aparatur Desa ... 14

2.2.2. Konsep Administrasi Pemerintahan Desa ... 18

2.2.3. Upaya Peningkatan Kemampuan Aparatur Desa ... 27

(11)

xi

3.3. Lokasi Penelitian... 32

3.4. Informan Penelitian... 32

3.5 Teknik Pengumpulan Data... 33

3.6. Analisis Data ... 34

3.7. Triangulasi Data ... 36

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 38

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 38

4.2. Struktur Organisasi dan Tupoksi ... 40

4.3. Penyajian Data ... 49

4.3. Interpretasi Data... 56

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

5.1. Kesimpulan... 61

5.2. Saran... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN - LAMPIRAN

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu... 13 Tabel 4.1. Informan Penelitian ... 49

(13)

xiii

Gambar 3.1. Analisis Model Interaktif Menurut Miles dan Huberman ... 36

Gambar 4.1. Struktur Organisasi... 41

Gambar 4.2. Dokumentasi Foto Jalan Sehat Tahun 2011 ... 50

Gambar 4.3. Kondisi Jalan yang Rusak... 53

Gambar 4.4. Pelatihan Administrasi Pertanahan Pemerintah Desa Se-Kabupaten Gresik ... 59

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian

(15)

1 1.1. Latar Belakang Masalah

Sejak kebijakan otonomi daerah diberlakukan, terjadi perubahan yang mendasar dalam sistem dan struktur pemerintahan daerah. Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah yang diganti dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 serta diperbaharui dengan Undang – Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, telah membawa dampak yang sangat luas bagi penyelenggaraan pemerintahan, perencanaan pembangunan, pengelolaan keuangan dan sistem penganggaran dalam menunjang penyelenggaraan pemerintahan di daerah khususnya pada tingkat pemerintahan desa. Kebijakan otonomi daerah tersebut bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia.

Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur, yang pada hakekatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat pada umumnya. Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut, pemerintah telah mencanangkan pembangunan yang tersebar di seluruh pelosok tanah air melalui tahap-tahap yang telah ditetapkan yaitu lima tahun. Untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang telah diprogramkan, perlu didukung oleh aparatur pelaksana yang mampu dan terjalinnya hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

(16)

2

Menurut Undang - Undang Dasar 1945, sistem pemerintahan Indonesia dinyatakan bahwa daerah di Indonesia akan dibagi dalam daerah provinsi. Daerah provinsi dibagi dalam daerah kabupaten/kota. Undang Undang mengatur daerah-daerah yang bersifat otonom atau bersifat daerah administrasi belaka, menurut aturan yang akan ditetapkan Badan Perwakilan Daerah (BPD). Maka di daerah pemerintahan akan bersendi atas dasar permusyawaratan (Thamrin, 2006:01).

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan Undang Uundang DasarNegara Republik Indonesia 1945 maka kebijakan politik hukum yang ditempuh oleh pemerintah terhadap pemeritahan daerah yang dapat mengatur dan mengurus urusan pemerintah, menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan daya saing daerah dengan mempertimbangkan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) (Sunarno Siswanto, 2008:2).

Administrasi pemerintah memegang peranan yang penting karena keterlibatan pemerintah yang besar pada proses pembangunan dalam sistem administrasi. Untuk itu agar tujuan pembangunan benar-benar dapat tercapai seperti yang diharapkan, maka yang harus diperhatikan adalah adanya aparat pemerintah yang memiliki kualitas yang memadai. Kualitas tersebut selain dilandasi kemampuan dan keterampilan yang

(17)

memadai juga harus disertai disiplin yang tinggi, sehingga dalam merealisasikan tujuan-tujuan nasional sesuai dengan kebijaksanaan pembangunan yang ditetapkan pemerintah, dengan titik berat pembangunan perlu diarahkan pada masyarakat pedesaan karena sebagian besar penduduk Indonesia bertempat tinggal di pedesaan.

Kebijaksanaan pembangunan bagi seluruh lapisan masyarakat merupakan sasaran utama berdasarkan landasan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan demi mencapai tujuan sehingga masyarakat desa dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Pada kenyataannya tujuan pembangunan dapat tercapai apabila dimulai dari jajaran terendah yaitu pembangunan di tingkat desa (Sunarno Siswanto, 2008: 8).

Hakekat pembangunan desa bertujuan untuk memperbaiki kondisi dan taraf hidup masyarakat. Di samping itu pemerintah desa merupakan suatu strategi pembangunan yang memungkinkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dinikmati oleh rakyatnya dan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan tercapainya stabilitas keamanan wilayah yang sehat dan dinamis. Pemerintah desa sebagai alat untuk mencapai tujuan administrasi negara, berfungsi sebagai tangan panjang pemerintah dalam rangka pembangunan nasional demi tercapainya kesejahteraan rakyat yang merata di seluruh tanah air.

Oleh karena itu diperlukan aparatur pelaksana yang mampu memahami, mengkaji dan menelaah serta menyelesaikan permasalahan yang

(18)

4

timbul, sebagai konsekuensi logis dari pada usaha penyempurnaan aparatur pemerintahan maka akan dapat menambah kemampuan aparatur pemerintah dalam melakukan fungsi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Tingkat kemampuan dan keterampilan aparat desa belum memenuhi keinginan yang diharapkan sesuai dengan tingkat perkembangan pembangunan, pengaturan dan penyelenggaraan pemerintahan desa. Sesuai dengan sifat NKRI makan kedudukan desa diseragamkan dan mengidahkan keragaman keadaaan desa dan adat istiadat yang masih berlaku dengan memperhatikan hal tersebut maka desa tidak kehilangan ciri khas desa. Desa diarahkan pada usaha memperkuat kedudukan pemerintahannya agar mampu menggerakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunana serta mampu menyelenggarakan penyelenggaraan administrasi dengan baik agar desa yang dipimpin dapat berkembang dengan baik (Kansil, 1984: 19).

Untuk menyelenggarakan administrasi desa yang efektif diperlukan pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah kecamatan terhadap aparatur pemerintah desa dalam bidang pemerintahan, sehingga perangkat desa dapat melakukan tugas dan kewajibannya dengan baik dalam melayani masyarakat. Hal tersebut diatur dalam Pasal 6 ayat 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2006 tentang Pedoman Administrasi Desa, yang menjelaskan tentang bebagai jenis pembinaan dan pengawasan. Pembinaan administrasi desa yang dijalankan adalah untuk mengembangkan sistem administrasi pemerintahan desa yang berfungsi

(19)

sebagai sumber data dan informasi bagi seluruh aktifitas pemerintahan dalam pembangunan secara nasional. Untuk meningkatkan manajemen pemerintahan desa perlu dilakukan penataan administrasi agar lebih efektif dan efisien, penataan administrasi merupakan pencatatan data dan informasi dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan desa maka dilakukan penyempurnaan terhadap pelaksanaan administrasi. Oleh karena itu pemerintah kecamatan sangat dituntut untuk turut berperan aktif dalamusaha pembinaan dan pengawasan administrasi yang dilakukan untuk aparatur pemerintah desa, sehingga akan terwujud pelaksanaan administrasi yang tertib dan dapat mendorong pelaksanaan pemerintahan di wilayah pedesaan.

Agar desa mampu menggerakkan, mengatur, mengendalikan dan mendorong masyarakat untuk memajukan desa dengan pembangunannya dibutuhkan seorang kepala desa dan perangkat desa yang berhasil guna dan berdaya guna, profesional. Selain itu perangkat desa juga harus bersih, produktif, berwibawa, kreatif, transparan, inovatif, peka, antisipasifdan proaktif, serta juga mempunyai visi (Sondang P. Siagian, 2008: 159-163).

Selain melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan desa juga melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh pemerintahan diatasnya untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah, yang meliputi aspek Perizinan, rekomendasi, koordinasi, pembinaan, pengawasan, fasilitasi, penetapan, penyelenggaraan, kewenangan lain yang dilimpahkan. Pelimpahan sebagian wewenang ini dilakukan berdasarkan kriteria ekternalitas dan efisiensi. Eksternalitas yang dimaksud adalah kriteria

(20)

6

pelimpahan urusan pemerintahan dengan memperhatikan dampak yang timbul sebagai akibat dari penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan. Apabila dampak yang ditimbulkan bersifat internal desa, maka urusan pemerintahan tersebut menjadi kewenangan kepala desa. Sedangkan yang dimaksud dengan efisiensi adalah kriteria pelimpahan urusan pemerintahan dengan memperhatikan daya guna tertinggi yang dapat diperoleh dari penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan dilingkup desa. Apabila urusan pemerintahan lebih berdayaguna ditangani oleh desa, maka urusan tersebut menjadi kewenangan kepala desa.

Sukses tidaknya pemerintahan desa sangat tergantung dengan administrasi desa. Administrasi desa dapat berjalan dengan baik apabila kualitas manusia sebagai sumber daya insani dapat melaksanakan dengan sebaik mungkin artinya administrasi desa sangat menentukan kedudukan pemerintahan desa. Administrasi desa merupakan tolak ukur keberhasilan pemerintahan desa karena merupakan fondasi dalam memperkuat dan mengembangkan pemerintahan desa. Jadi administrasi desa merupakan prioritas utama yang harus mendapat perhatian serius oleh pemerintah khususnya pemerintah kecamatan.

Salah satu desa yang berusaha untuk meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh perangkat desa dalam pelaksanaan administrasi desa adalah Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik. Perkembangan pemerintahan yang terjadi di Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik tidak terlalu menapakan perubahan. Adapun tugas yang harus

(21)

dilaksanakan seperti, pengkoordinasian kegiatan pemberdayaan masyarakat, upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum, penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan, pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum, penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan, pelaksanaan kegiatan pembinaan ideologi negara dan kesatuan bangsa, pelaksanaan kegiatan pembinaan sosial kemasyarakatan, pelaksanaan kegiatan pembinaan ekonomi, koperasi dan usaha kecil menengah, pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan umum, keagrariaan dan kependudukan, pelaksanaan kegiatan pembinaan pembangunan dan pengembangan partisipasi masyarakat, pembinaan penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan, penyelenggaraan tugas instansi pemerintahan lainnya yang berada diwilayahnya, pelaksanaan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan, pelaksanaan penyusunan program, pembinaan administrasi, ketatausahaan dan rumahtangga desa, dan pelaksanaan tugas lain yang diberikan.

Dalam penyelenggaraan pemerintahannya Kades (kepala desa) dibantu oleh perangkat desa. Dengan pembinaan dan pengawasan administrasi desa pemerintah desa berharap dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung penyelenggaraan pemerintahan desa.

Desa Moruwidi melakukan pembinaan dan pengawasan dalam bidang administrasi desa yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan perangkat desa, mendisiplinkan perangkat desa dalam menjalankan pemerintahan desa.

(22)

8

Berdasarkan latar belakan dari permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih mendalam mengenai permasalahan yang sebenarnya tentang peningkatan sumber daya manusia dalam hal ini adalah aparatur desa dalam pelaksanaan tugas administrasi desa . Sehingga dalam penelitian ini, judul yang diambil oleh peneliti adalah : Upaya Peningkatan Kemampuan Aparatur Desa dalam Pelaksanaan Tugas Administrasi di Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah upaya peningkatan kemampuan aparatur desa dalam pelaksanaan tugas administrasi di Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik?.

1.3. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah yang dikemukakan di atas maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui tentang upaya peningkatan kemampuan aparatur desa dalam pelaksanaan tugas administrasi di Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari laporan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan suatu manfaat, baik langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah:

(23)

1. Manfaat Teoritis

Dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah khasanah ilmu dan pengembangan pengetahuan di dunia administrasi negara. Selain itu diharapkan juga bisa dijadikan bahan rujukan bagi penelitian berikutnya yang mengambil judul yang sama dengan obyek yang berbeda.

2. Manfaat Praktis

Dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan kontribusi pemikiran kepada Pemerintah Desa Morowudi dan masyarakat serta semua pihak yang berkepentingan dalam upaya meningkatkan pelaksanaan tugas – tugas administrasi desa bagi kebutuhan pembangunan desa..

(24)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan Tahun 2012 yang berjudul “ Analisis Kemampuan Kerja Aparat Kecamatan Dalam Memberikan Pelayanan Administrasi Kepada Masyarakat”. Dalam penelitian ini, kemampuan jajaran pemerintahan kota dalam memberikan pelayanan administrasi yang baik kepada masyarakat dilihat dan diukur dari apakah prinsip – prinsip pelayanan kepada masyarakat sudah dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen oleh aparatur tingkat kecamatan. Penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan ini difokuskan kepada masalah bagaimana kemampuan kerja aparatur kecamatan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan yang dilakukan mengkombinasikan antara pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pelayanan di bidang administrasi kemasyarakatan yang dilaksanakan oleh aparatur Kecamatan di Medan sudah baik. Hal ini terlihat dari pencapaian kinerja menurut aparatur 81% dan menurut masyarakat 72%. Berdasarkan hasil tersebut diketahui pula bahwa kedisiplinan aparatur Kecamatan di Kota Medan sudah baik,

(25)

pemberian pelayanan sudah cepat, aparatur kecamatan sudah tanggap terhadap keluhan masyarakat dan cepat dalam penanganan keluhan masyarakat, kepastian jadwal pelayanan, aparatur kecamatan juga sudah memahami kebutuhan masyarakat dan pemberian pelayanan kepada semua lapisan masyarakat, dan pemberian layanan kepada semua lapisan masyarakat tanpa pilih – pilih. Bila dilihat dari tingkat kepuasannya, masyarakat umumnya merasa puas dengan kinerja aparatur kecamatan di Kota Medan.

Penelitian berikutnya yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukukan oleh peneliti adalah penelitian oleh Nuji (2013) yang berjudul “Fungsi Camat dalam Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Desa Muara Bengkal Kecamatan Muara Bengkal Kabupaten Kutai Timur”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui fungsi camat dalam melakukan pembinaan penyelenggaraan pemerintah desa dengan indikator penelitian: 1) Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Kepala Desa, 2) Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap perangkat desa, 3) Melakukan pembinaan dan pengawasan tertib administrasi pemerintah desa, dan 4) Faktor penghambat dalam pembinaan penyelenggaraan pemerintah desa.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian Nuji (2013) ini adalah penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini, Nuji (2013) berusaha untuk menggambarkan apa adanya tentang gejala yang ada pada pemerintahan desa mengenai penyelenggaraannya.

(26)

12

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi camat dalam membina penyelenggaraan Pemerintahan Desa Muara Bengkal Kecamatan Muara Bengkal Kabupaten Kutai Timur adalah sebagai berikut:

1. Fungsi camat dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap kepala desa di mana camat memberikan pembinaan tentang pengelolaan Anggaran Dana Desa (ADD), misalnya verifikasi tentang Rencana Kerja Anggaran (RKA) dan pengawasan terhadap laporan keuangan/surat penanggung jawab kegiatan yang di lakukan oleh Desa (SPJ).

2. Fungsi camat dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap perangkat desa, camat memberikan pengarahan tentang proses penyelenggaraan pemerintah Desa, memberikan pembinaan terhadap peningkatan Kualitas aparatur pemerintah Desa dan pengawasan tentang kedisiplinan kerja pemerintah desa dalam rangka pembinaan dan pengawan perangkat desa.

3. Fungsi camat dalam melakukan pembinaan dan pengawasan tertib administrasi desa camat memberikan bimbingan tentang administrasi, pembangunan dan keuangan dan mengadakan sosialisasi tentang bagaimana pelaksanaan penyelenggaraan sistem administrasi pemerintahan yang baik dan penyampaian teknis proses penerbitan surat tanah (segel) di desa selain itu juga camat mengadakan studi banding dan mengadakan pelatihan tentang administrasi desa dalam rangka melaksanakan pembinaan dan pengawasan tertib administrasi.

(27)

4. Faktor penghambat peran Camat dalam pembinaan penyelenggaraan pemerintahan desa yaitu :

a. Akses jalan yang kurang memadai dan jarak ibu kota Kecamatan dengan desa yang cukup jauh contoh desa yang paling jauh dari ibu kota Kecamatan Muara Bengkal adalah Desa Mulupan dengan 2 jam perjalanan, perjalanan yang ditempuh di waktu normal bila tidak terjadi hujan, dan kalau hujan bisa jadi perjalanan memakan waktu yang cukup lama.

b. Kualitas aparatur pemerintah masih kurang karena dilatarbelakangi faktor pendidikan yang rendah contohnya dalam mengoperasikan perangkat komputer, sebagian dari aparatur pemerintah desa belum bisa menggunakannya.

Selanjutnya, untuk dapat melihat perbedaan maupun persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, maka peneliti menyajikan data tersebut ke dalam tabel 2.1 di bawah ini:

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Penelitian Perbedaan Persamaan

Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan Tahun 2012 Analisis Kemampuan Kerja Aparat Kecamatan Dalam Memberikan Pelayanan Administrasi Kepada Masyarakat Penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan merupakan perpaduan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif, sedangkan peneliti Persamaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan kedua penelitian sebelumnya adalah pembahasan tentang kinerja aparatur, dalam memberikan pelayanan, terutama dalam

(28)

14

Peneliti Judul Penelitian Perbedaan Persamaan menggunakan metode

kualitatif, karena dirasa penelitian hanya dalam lingkup desa

jika Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan sama menggunakan desa dalam penelitiannya, sedangkan Nuji (2013) menggunakan lingkup yang lebih luas, yaitu kecamatan Nuji (2013) Fungsi Camat dalam Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Desa Muara Bengkal Kecamatan Muara Bengkal Kabupaten Kutai Timur

Pada penelitian Nuji (2013) menekankan pada pembinaan penyelenggaraan pemerintah desa yang dilakukan oleh camat, sedangkan penelitian yang nantinya akan peneliti lakukan adalah penelitian yang menitikberatkan pada upaya peningkatan dari aparatur desa

Moh. Sholeh (2014) Upaya Peningkatan Kemampuan Aparatur Desa dalam Pelaksanaan Tugas Administrasi di Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik

Kelebihan penelitian yang akan dilakukan peneliti ini nantinya akan lebih detail membahas tentang upaya, upaya yang dilakukan oleh Kepala Desa dalam peningkatan kemampuan administrasi dari perangkat desanya

2.2. Tinjauan Teoritis

2.2.1 Konsep Kemampuan Aparatur Desa

Istilah "kemampuan" mempunyai banyak makna, Jhonson dalam (Cece Wijaya,2011:3) berpendapat bahwa kemampuan adalah perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai kondisi yang diharapkan. Sementara itu, menurut Kartono (2012:13) bahwa kemampuan

(29)

adalah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan keterampilan teknik maupun sosial yang dianggap melebihi dari anggota biasa. Lebih lanjut, Syarif (2011:8) menyebutkan beberapa jenis kemampuan yang antara lain: kecerdasan, menganalisis, bijaksana mengambil keputusan, kepemimpinan/kemasyarakatan dan pengetahuan tentang pekerjaan.

Mengacu pada pengertian dan jenis kemampuan tersebut di atas, maka dalam suatu organisasi pemerintahan Desa senantiasa perlu memiliki suatu daya kesanggupan, keterampilan, pengetahuan terhadap pekerjaan dalam pengimplementasian tugas-tugas dan fungsi masing-masing aparat Desa. Kemampuan yang penulis maksudkan adalah kemampuan yang dilihat dari hasil kerjanya atau kemampuan kerjanya.

Kemampuan kerja seseorang menurut Tjiptoherianto (2008:36) mengemukakan bahwa kemampuan kerja yang rendah adalah akibat dari rendahnya tingkat pendidikan, dan latihan yang dimiliki serta rendahnya derajat kesehatan. Sementara itu, menurut Steers dalam (Rasyid,2012:6) bahwa kemampuan aparatur pemerintah sebenarnya tidak terlepas dari pembicaraan tingkat kematangan aparatur yang didalamnya menyangkut keterampilan yang diperoleh dari pendidikan latihan dan pengalaman.

Berdasarkan pandangan tersebut jelas bahwa kemampuan seseorang, dalam hal ini aparat desa dapat dilihat dari tingkat pendidikan aparat, jenis latihan yang pernah diikuti dan pengalaman yang dimilikinya. Secara konsepsional hal ini diperkuat dari pandangan Steers tersebut sebelumnya bahwa untuk mengidentifikasi apakah Kegiatan dalam organisasi dapat

(30)

16

mencapai tujuannya salah satunya yang harus mendapat perhatian adalah orang-orang yang ada dalam urganisasi tersebut. Selanjutnya Steers berpendapat bahwa pada kenyataannya anggota organisasi yang merupakan faktor yang mempunyai pengaruh yang paling penting dalam pencapaian tujuan organisasi disebabkan orang-orang itulah yang menggerakkan roda organisasi. Anggota organisasi yang dimaksud adalah aparat desa yang merupakan faktor yang paling menentukan keberhasilan pelaksanaan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.

Pemerintah Desa memiliki peran signifikan dalam pengelolaan proses sosial di dalam masyarakat. Tugas utama yang harus diemban pemerintah desa adalah bagaimana menciptakan kehidupan demokratik, memberikan pelayanan sosial yang baik sehingga dapat membawa warganya pada kehidupan yang sejahtera, rasa tenteram dan berkeadilan. Guna mewujudkan tugas tersebut, pemerintah desa dituntut untuk melakukan perubahan, baik dari segi kepemimpinan, kinerja birokrasi yang berorientasi pada pelayanan yang berkualitas dan bermakna, sehingga kinerja pemerintah desa benar-benar makin mengarah pada praktek good local governance, bukannya bad

governance.

Peluang untuk menciptakan pemerintahan desa yang berorientasi pada good local governance sebenarnya dalam konteks transisi demokrasi seperti yang dialami oleh bangsa Indonesia sekarang terbuka cukup lebar. Hal ini setidaknya didukung oleh kondisi sosial pasca otoritarianisme Orde Baru yang melahirkan liberalisasi politik yang memungkinkan seluruh elemen

(31)

masyarakat di desa secara bebas mengekspresikan gagasan-gagasan politiknya. Begitu pula dukungan pemerintahan transisi pasca Orde Baru dengan membuat regulasi melalui UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian disempurnakan oleh UU No.32 Tahun 2004 yang sedikit lebih maju dibandingkan dengan regulasi sebelumnya di masa Orde Baru yang syarat dengan penyeragaman dan pengekangan sosial.

Meskipun demikian, adanya perubahan sosial-politik dalam masa transisi demokrasi ini tidak dengan serta merta dapat merubah dalam sekejap wacana dan kinerja pemerintahan desa ke dalam visi demokratisasi dan good

local governance. Sekalipun strukturnya mengalami perubahan, dimana saat

ini pemerintahan desa tidak lagi bercorak korporatis dan sentralistik pada kepemimpinan Kepala Desa, akan tetapi kultur dan tradisi paternalistik yang memposisikan Kepala Desa sebagai orang kuat dan berpengaruh masih begitu melekat dengan kuat. Realitas ini memang tidak dapat dilepaskan sebagai bagian dari proses konstruksi sosial yang begitu mendalam sehingga membuat daya kognitif warga desa seringkali terasa kesulitan dalam membuat terobosan-terobosan baru yang sejalan dengan semangat perubahan ketika berbenturan dengan kebijakan seorang Kepala Desa.

Kondisi ini sedikit banyak juga dipengaruhi pula oleh lemahnya

human resources di desa yang populasinya relatif kecil dan sangat terbatas.

Sebab itu guna mendobrak kebekuan atau stagnasi sosial ini diperlukan terobosan dari kekuatan luar untuk bermitra atau saling bekerja sama dengan aktor-aktor dan lembaga-lembaga potensial di desa dalam melakukan

(32)

18

perubahan sosial menuju ke arah situasi yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.

2.2.2 Konsep Administrasi Pemerintahan Desa

Sebelum menjelaskan konsep/pengertian administrasi pemerintahan terlebih dahulu perlu dijelaskan konsep administrasi dan pemerintahan. Menurut Siagian (2008:2) Administrasi adalah keseluruhan proses pelaksanaan dari keputusan-keputusan yang telah diambil dan pelaksanaan itu pada umumnya dilakukan oleh dua orang manusia atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Dewasa ini, peranan Pemerintah Desa sebagai struktur perantara, yakni sebagai penghubung antara masyarakat desa dengan pemerintah dan masyarakat di luar desa tetap dipertahankan, bahkan ditambah dengan peranan lainnya yaitu sebagai agen pembaharuan. Desa atau dengan nama lainnya yang sejenis menurut konstitusi memperoleh perhatian istimewa. Berbagai bentuk perubahan sosial yang terencana dengan nama pembangunan guna meningkatkan harkat dan martabat masyarakat desa diperkenalkan dan dijalankan melalui Pemerintah Desa.

Pemerintahan Desa perlu terus dikembangkan sesuai dengan kemajuan masyarakat desa dan lingkungan sekitarnya. Dengan perkataan lain, perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat desa karena adanya gerakan pembangunan desa perlu diimbangi pula dengan pengembangan kapasitas Pemerintahan Desanya, sehingga keinginan mempertahankan posisi tawar menawar dengan pihak luar desa yang relatif seimbang dapat terus

(33)

dipertahankan (Wasistiono, 2006: 4). Lebih lanjut Sadu Wasistiono mengatakan bahwa, tanpa adanya Pemerintahan Desa yang kuat, Desa dengan masyarakatnya hanya akan menjadi obyek permainan ekonomi maupun politik dari pihak-pihak luar desa yang relatif lebih kuat posisinya.

Langkah kongkrit upaya pengembangan Desa antara lain berupa lahirnya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang merupakan pengganti berbagai peraturan perundangan mengenai pemerintahan desa. Salah satu tujuan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 adalah guna memodernisasikan Pemerintahan Desa agar mampu menjalankan tiga peranan utamanya, yaitu sebagai struktur perantara, sebagai pelayan masyarakat serta agen pembaharuan.

Sebagai konsekuensi negara hukum, perubahan format politik dan sistem pemerintahan harus ditindaklanjuti dengan perubahan peraturan perundang-undangan di bidang politik dan pemerintahan dengan dilakukannya perubahan peraturan pelaksanaan yang mengatur Desa. Uniformitas yang diregulasi oleh UU No. 5 tahun 1979 selama dua dekade, direformasi melalui UU No. 22 tahun 1999 yang memberikan peluang kehidupan lebih demokrasi pada tataran struktur pemerintahan paling depan tersebut. Selanjutnya dengan diterapkannya UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah diharapkan akan semakin menyempurnakan paradigma penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 76

(34)

20

Tahun 2001 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa sebagai regulasi yang mengatur tentang Desa setelah setahun berlakunya UU No. 32 Tahun 2004.

Salah satu konsekuensi logis dari amanat Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, terutama aktivitas Pemerintah Desa sebagai pelayan masyarakat, maka diundangkanlah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2006 Tentang Pedoman Administrasi Desa yang membantu aparat dan perangkat Pemerintah Desa di dalam proses pencatatan data dan informasi berbagai urusan penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

1. Pengertian Administrasi

Secara etimologis, administrasi berasal dari bahasa latin

ad+ministrare, suatu kata kerja yang berarti melayani, membantu,

menunjang, atau memenuhi. Istilah ini berasal dari kata benda

administratio dan kata sifat administratifus. Untuk Indonesia yang tepat

digunakan istilah administrasi.

Rangkaian kegiatan yang digolongkan sebagai administrasi mencakup: (1) dilakukan oleh sekelompok orang (2 orang atau lebih); (2) berlangsung dalam suatu kerjasama; (3) dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Ketiga faktor inilah yang merupakan tanda pengenal atau ciri khas dari administrasi yang apabila faktor-faktor tersebut disingkat adalah sekelompok orang, kerjasama, dan tujuan tertentu. Jadi bisa ditarik kesimpulan bahwa kerjasama adalah rangkaian perbuatan yang dilakukan bersama-sama secara teratur oleh lebih seorang

(35)

yang menimbulkan akibat yang sebenarnya tidak akan terjadi apabila dilakukan oleh masing-masing seorang diri. Administrasi diartikan sebagai suatu proses tata kerja penyelenggaraan atau dengan perkataan lain sebagai suatu proses kegiatan yang dilakukan secara teknis.

Administrasi adalah segenap rangkaian perbuatan sekelompok orang dalam suatu usaha kerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Administrasi adalah proses penyelenggaraan kegiatan untuk mewujudkan rencana/keputusan yang telah dibuat agar menjadi kenyataan, dengan cara mengatur kerja dan mengarahkan orang-orang yang melaksanakannya

Administrasi juga dapat diartikan sebagai :

a. Suatu aktivitas yang terutama bersangkutan dengan cara untuk menyelenggarakan tujuan yang telah ditentukan semula;

b. Suatu proses lazim terdapat dalam segenap usaha bersama, baik usaha berskala besar maupun kecil-kecilan;

c. Suatu proses pengorganisasian dan bimbingan orang-orang agar dapat melaksanakan suatu tujuan khusus;

d. Suatu proses penyelenggaraan dalam setiap usaha kerjasama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. (Syafiie, Tanjung, Modeong, 2009:17)

Ada dua persepektif umum mengenai ruang lingkup dari administrasi. Perspektif yang pertama adalah perspektif makro yang meliputi proses penentuan tujuan, alokasi sumber daya, dan koordinasi kegiatan untuk pencapaian tujuan organisasi. Penekanan dari perspektif

(36)

22

ini terutama pada aspek filosofis tentang apa tujuan dan makna kehidupan, apa tujuan yang kita inginkan dan bagaimana mencapainya, serta bagaimana seharusnya orang berperilaku. Perspektif selanjutnya adalah perspektif mikro, yang menerangkan perilaku administrasi sebagai sikap, pendekatan, persepsi, dan nilai-nilai yang dianut oleh para administrator. Stephen P. Robbins (1976) mengatakan bahwa perilaku administrasi dipengaruhi oleh sejarah organisasi, norma-norma pendidikan, dan pengalaman.

2. Administrasi Desa

Administrasi Desa menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2006 adalah keseluruhan proses kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai penyelenggaraan Pemerintahan Desa pada Buku Administrasi Desa.

Jenis dan bentuk Administrasi Desa menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2006:

a. Administrasi Umum adalah kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai kegiatan Pemerintahan Desa pada Buku Administrasi Umum, terdiri dari:

1) Buku Data Peraturan Desa;

2) Buku Data Keputusan Kepala Desa; 3) Buku Data Inventaris Desa;

4) Buku Data Aparat Pemerintah Desa;

(37)

6) Buku Data Tanah di Desa; 7) Buku Agenda; dan

8) Buku Ekspedisi.

b. Administrasi Penduduk adalah kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai penduduk dan mutasi penduduk pada Buku Administrasi Penduduk, terdiri dari:

1) Buku Data Induk Penduduk Desa; 2) Buku Data Mutasi Penduduk Desa;

3) Buku Data Rekapitulasi Jumlah Penduduk Akhir Bulan; dan 4) Buku Data Penduduk Sementara.

c. Administrasi Keuangan adalah kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai pengelolaan keuangan desa pada Buku Administrasi Keuangan, terdiri dari:

1) Buku Anggaran Penerimaan; 2) Buku Anggaran Pengeluaran Rutin;

3) Buku Anggaran Pengeluaran Pembangunan; 4) Buku Kas Umum;

5) Buku Kas Pembantu Penerimaan;

6) Buku Kas Pembantu Pengeluaran Rutin; dan 7) Buku Kas Pembantu Pengeluaran Pembangunan.

d. Administrasi Pembangunan adalah kegiatan pencatatan data dan informasi pembangunan yang akan, sedang, dan telah dilaksanakan pada Buku Administrasi Pembangunan, terdiri dari:

(38)

24

1) Buku Rencana Pembangunan; 2) Buku Kegiatan Pembangunan; 3) Buku Inventaris Proyek; dan

4) Buku Kader-Kader Pembangunan/Pemberdayaan Masyarakat. e. Administrasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau yang disebut

dengan BPD adalah kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai BPD, terdiri dari:

1) Buku Data Anggota BPD; 2) Buku Data Keputusan BPD; 3) Buku Data Kegiatan BPD; 4) Buku Agenda BPD; dan 5) Buku Ekspedisi BPD.

Rangkaian kegiatan yang digolongkan sebagai administrasi mencakup: (1) dilakukan oleh sekelompok orang (2 orang atau lebih); (2) berlangsung dalam suatu kerjasama; (3) dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Ketiga faktor inilah yang merupakan tanda pengenal atau ciri khas dari administrasi yang apabila faktor-faktor tersebut disingkat adalah sekelompok orang, kerjasama, dan tujuan tertentu. Jadi bisa ditarik kesimpulan bahwa kerjasama adalah rangkaian perbuatan yang dilakukan bersama-sama secara teratur oleh lebih seorang yang menimbulkan akibat yang sebenarnya tidak akan terjadi apabila dilakukan oleh masing-masing seorang diri.

(39)

mewujudkan rencana/keputusan yang telah dibuat agar menjadi kenyataan, dengan cara mengatur kerja dan mengarahkan orang-orang yang melaksanakannya.

Administrasi juga dapat diartikan sebagai :

a. Suatu aktivitas yang terutama bersangkutan dengan cara untuk menyelenggarakan tujuan yang telah ditentukan semula;

b. Suatu proses lazim terdapat dalam segenap usaha bersama, baik usaha berskala besar maupun kecil-kecilan;

c. Suatu proses pengorganisasian dan bimbingan orang-orang agar dapat melaksanakan suatu tujuan khusus;

d. Suatu proses penyelenggaraan dalam setiap usaha kerjasama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. (Syafiie, Tanjung, Modeong, 2009:17).

Berdasarkan pengertian tersebut dan apabila dikaitkan dengan aktifitas ditingkat desa, maka berbicara tentang administrasi desa berarti yang dimaksud dengan "administrasi adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh penyelanggara pemerintahan desa untuk mencapai tujuan pemerintahan, seperti antara lain, baik dalam menggerakkan partisipasi dalam pembangunan dan terwujudnya demokrasi Pancasila secara nyata guna meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Mengacu pada pengertian diatas berarti konsep administrasi terbagi dalam dua pengertian yaitu administrasi dalam arti sempit dan administrasi dalam arti luas. Administrasi dalam arti luas berarti segenap proses

(40)

26

kegiatan untuk mencapai tujuan sedangkan administrasi dalam arti sempit adalah segenap penyelenggaraan kegiatan tulis menulis, Surat menyurat, beserta penyimpanan, pengurusan masalah-masalah dan segala pencatatannya dilaksanakan oleh aparat dalam arti pencapaian tujuan (Widjaya,2012:88).

Selanjutnya konsep/pengertian pemerintah dan pemerintahan dalam kajian sistem pemerintahan Indonesia, pemerintah dibedakan dengan istilah pemerintahan. Menurut Saparin (1996:21) untuk membedakan pengertian kedua konsep tersebut, maka perlu diterangkan secara etimologis, yaitu :

a. Pemerintah adalah kata nama subjek yang berdiri sendiri, contoh Pemerintah Daerah.

b. Pemerintah adalah kata jadian yang disebabkan karena subjeknya mendapat akhiran "an" yang artinya pemerintah sebagai subjek melakukan tugas-tugas atau kegiatan, dimana cara melakukan kegiatan itu disebut pemerintahan.

Ada dua persepektif umum mengenai ruang lingkup dari administrasi. Perspektif yang pertama adalah perspektif makro yang meliputi proses penentuan tujuan, alokasi sumber daya, dan koordinasi kegiatan untuk pencapaian tujuan organisasi. Penekanan dari perspektif ini terutama pada aspek filosofis tentang apa tujuan dan makna kehidupan, apa tujuan yang kita inginkan dan bagaimana mencapainya, serta bagaimana seharusnya orang berperilaku. Perspektif selanjutnya adalah

(41)

perspektif mikro, yang menerangkan perilaku administrasi sebagai sikap, pendekatan, persepsi, dan nilai-nilai yang dianut oleh para administrator. Stephen P. Robbins (1976) mengatakan bahwa perilaku administrasi dipengaruhi oleh sejarah organisasi, norma-norma pendidikan, dan pengalaman.

Dari uraian diatas nampak istilah pemerintah menunjuk kepada aparat yaitu para pelaksana pemerintahan, sedang istilah pemerintahan menunjuk pada aktifitas atau kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah. Hal ini berarti "Pemerintahan" adalah keseluruhan tindakan atau kegiatan aparat pemerintah dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

Mengingat unit pemerintahan desa adalah bagian integral dari pemerintahan nasional, maka pembahasan tentang tugas dan fungsi pemerintah desa tidak terlepas dari tugas dan fungsi pemerintahan nasional seperti yang telah diuraikan dalam Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 pada pasal 127 tentang tugas pokok Kepala Desa yaitu :

a. Pelaksanaan kegiatan pemerintahan desa b. Pemberdayaan masyarakat

c. Pelayanan masyarakat

d. Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum e. Pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum

2.2.3 Upaya Peningkatan Kemampuan Aparatur Desa

Istilah pendidikan dan latihan sering menimbulkan keraguan dan disalah artikan dengan istilah – istilah yang dewasa ini lebih banyak

(42)

28

digunakan dalam politik, yakni pengembangan. Keraguan dan ketidakpastian itu sebenarnya tidak perlu terjadi, karena pada hakekatnya pengertian yang dalam istilah – istilah tersebut memang memiliki kaitan yang erat yang satu sama lainnya dan menunjukkan suatu kegiatn yang sama, yakni usaha / kegiatan peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap aparatur desa operasional maupun aparatur desa manajemen. Untuk memperjelas pengertian tentang pendidikan dan pelatihan aparatur desa, dikemukakan beberapa pendapat:

1. Menurut Handoko (2006: 104) menyatakan pendidikan dan latihan mempunyai ruang lingkup yang lebih luas untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dan sifat – sifat kepribadian.

2. Menurut Hasibuan (2007: 76) metode pengembangan sumber daya manusia khususnya pengembangan melalui pendidikan dan latihan, pelaksanaannya antara suatu pemerintahan desa dengan pemerintahan desa lainnya adalah berbeda. Penerapan metode – metode ini tergantung kepada keadaan pemerintahan desa dan jumlah tenaga kerja. Sedangakan menurut Hasibuan (2007: 69) memberikan batasan sebagai berikut : pendidikan dan latihan adalah suatu usaha untuk meningtkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral aparatur desa sesuai dengan kebutuhan pekerjaan / jabatan melalui pendidikan dan latihan.

Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan dan latihan aparatur desa merupakan masalah penting dalam pemerintahan desa

(43)

karena untuk mencapai tujuan – tujuan pemerintahan desa diperlukan tenaga – tenaga yang berkualitas dan terampil, hanya diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan. Jadi jelaslah bahwa pendidikan aparatur desa dalam suatu pemerintahan desa merupakan upaya dalam meningkatkan keterampilan maupun pengetahuan aparatur desa, dimana aparatur desa dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Metode – metode pengembangan diri terdiri dari:

1. Metode latihan (training method) Menurut Hasibuan (2007: 77) Metode latihan harus berdasarkan kepada kebutuhan pekerjaan tergantung pada berbagi faktor yaitu waktu, biaya, jumlah, peserta, tingkat pendidikan dasar peserta dan latar belakang peserta metode ini diberikan kepada aparatur desa operasional.

2. Metode pendidikan (education method) Metode pendidikan dalam arti sempit yaitu untuk meningkatkan keahlian dan kecakapan manajer memimpin paraa bawahannya secara efektif. Seorang manajer yang efektif pada jabatannya akan mendapatkan hasil yang optimal.

Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti mengerucutkan bahwa proses pengembangan SDM yang nantinya akan menunjukkan proses peningkatan kemampuan dari aparatur pemerintahan adalah ada pada proses ketrampilan, pendidikan dan pelatihan terhadap aparatur desa.

2.3. Kerangka Konseptual

Dengan beberapa pendapat di atas, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini sebagai berikut:

(44)

30

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Pada kerangka konseptual di atas dapat dijelaskan bahwa upaya peningkatan kemampuan aparatur desa yang terdiri dari ketrampilan dalam kedisiplinan administrasi, pendidikan dan pelatihan akan membawa dampak dari lancarnya pelaksanaan tugas administrasi pemerintah desa menurut undang – Undang No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan desa yang disempurnakan oleh Undang – Undang No 23 Tahun 2014. UU No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah UU No.23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

Upaya Peningkatan Kemampuan Aparatur Desa:

1. Ketrampilan dalam Kedisiplinan Waktu

2. Pendidikan dan Pelatihan

Pelaksanaan Tugas Administrasi Pemerintahan Desa

(45)

31 3.1. Jenis Penelitian

Penelitian merupakan suatu proses yang panjang, penelitian berawal dari minat yang ada dalam diri seseorang dalam memahami fenomena tertentu yang kemudian berkembang menjadi ide, teori, dan konsep. Untuk mewujudkan penelitian yang berawal dari minat tersebut dilakukanlah cara untuk mewujudkannya adalah dengan memilih metode yang cocok dengan tujuan suatu penelitian. Metode penelitian dalam hal ini berfungsi menjawab permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Guna menjawab dan mencari pemecahan permasalahan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif..

Metode kualitatif digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama penyelesaian masalah akan lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda. Kedua, metode ini menggunakan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak prajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola yang dihadapi ( Moeleong, 2009 : 5). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang diamati..

(46)

32

3.2. Fokus Penelitian

Menurut Moeleong (2009: 55) Fokus dasarnya adalah masalah yang bersumber dari pengalaman penelitian atau melalui pengetahuan yang bersumber dari pengalaman peneliti. Penentuan fokus penelitian memiliki dua tujuan yaitu :

1. Penentuan fokus membatasi studi yang berarti bahwa dengan adanya fokus penentuan tempat menjadi layak.

2. Penentuan fokus secara efektif menetapkan kriteria inklusi-inklusi untuk menyaring informasi yang masuk. Mungkin data cukup menarik, tetapi jika dipandang tidak relevan maka data itu tidak dipakai (Moelong, 2009: 27)

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus adalah strategi untuk meningkatkan kapasitas aparatur Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik dalam bidang pelayanan kepada masyarakat diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Ketrampilan dalam kedisiplinan administrasi pelayanan 2. Adanya pendidikan dan pelatihan dalam bidang administrasi

3.3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian pada penelitian ini yaitu Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik.

3.4. Informan Penelitian

Dalam penelitian ini pihak yang dijadikan informan adalah yang dianggap mempunyai informasi (key-informan) yang dibutuhkan di wilayah

(47)

maka penulis menggunakan purposive sampling. Tekning sampling yang digunakan peneliti ini adalah teknik yang digunakan ketika peneliti mempunyai pertimbangan – pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampelnya (Arikunto, 2009:128). Menurut peneliti, informan dalam penelitian ini adalah:

a. Kepala Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik b. Sekretaris Desa Morowudi

c. Tiga Orang Kepala Urusan.

d. Perwakilan Kepala Dusun sejumlah 2 orang

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan atau mendapatkan data dari fenomena empiris (Silalahi, 2009:291). Kemudian menurut Rahman (2009:71), bahwa penelitian selain menggunakan metode yang tepat, juga perlu memilih teknik dan pengunpulan data yang relevan. Adapun beberapa teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti menggunakan beberapa teknik, yaitu:

a. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dengan responden (Gulo, 2010:119). Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimic responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal. Karena itu, wawancara tidak hanya menangkap ide , tetapi juga dapat menangkap perasaan, pengalaman, emosi, motif, yang dimiliki oleh responden yang

(48)

34

bersangkutan. Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan wawancara kepada informan yang telah ditentukan dalam penentuan informan di atas, untuk mengetahui upaya – upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan aparatur Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik dalam melaksanakan Tugas Administrasi Desa.

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, notulen, rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2009:188). Data yang dikumpulkan dalam penelitian berasal buku-buku yang berisikan tentang teori yang berkaitan dengan upaya – upaya peningkatan kemampuan aparatur Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik dalam melaksanakan Tugas Administrasi Desa.

3.6. Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012:7), teknik analisa data kualitatif meliputi tiga alur kegiatan sebagai sesuatu yang terjalin pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun suatu analisis, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa dengan menggunakan model interaktif (interactive models of analysis) yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992:16). Dalam model ini terdapat tiga komponen analisis, yaitu sebagai berikut :

(49)

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatubentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan atau verifikasi. Data yang diperoleh dari lokasi penelitian atau data lapangan ditulis dalam uraian yang jelas dan lengkap yang nantinya akan direduksi, dirangkum, dan difokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan penelitian kemudian dicari tema atau pola (melalui proses penyuntingan, pemberian kode, dan pembuatan tabel).

2. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dengan cara mendeskripsikan data yang ada secara sederhana, rinci, utuh, dan integrative yang digunakan sebagai pijakan untuk menentukan langkah berikutnya dalam menarik kesimpulan dari data yang ada. Dikarenakan penelitian ini juga penelitian kuantitatif maka penyajian data yang digunakan yaitu tabel distribusi frekuensi. Distribusi frekuensi adalah penyusunan suatu data mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar yang membagi banyaknya data ke dalam beberapa kelas. Kegunaan data yang masuk dalam distribusi frekuensi adalah untuk memudahkan data dalam penyajian, mudah dipahami dan mudah dibaca sebagai bahan informasi, pada gilirannya digunakan untuk perhitungan membuat gambar statistik dalam berbagai bentuk penyajian data (Riduwan, 2008:66)

(50)

36

3. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)

Penarikan kesimpulan dilakukan secara terus menerus sepanjang proses penelitian berlangsung. Sejak awal memasuki lokasi penelitian dan selama proses pengumpulan data berlangsung, peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan, yaitu dengan mencari pola, tema, hubungan, persamaan dan hal-hal yang sering timbul yang dituangkan dalam kesimpulan yang tentative namun dengan bertambahnya data melalui verifikasi terus menerus akan memperoleh kesimpulan-kesimpulan yang bersifat grounded (dasar).

Proses analisis data secara interaktif dapat disajikan dalam bentuk skema sebagia berikut :

Gambar 3.1 Analisis Model Interaktif Menurut Miles dan Huberman Sumber : Miles dan Huberman (1992:20)

3.7. Triangulasi data

Dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi untuk melakukan pengujian keabsahan data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan suatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan

Pengumpulan Data

Kesimpulan dan verifikasi

(51)

dapat dilakukan dengan cara :

1. Membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil pengamatan. 2. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

(52)

38 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Sekilas tentang sejarah desa Morowudi, peneliti mencoba menggambarkannya sebagai berikut. Pada zaman dahulu sebelum Indonesia merdeka, ada suatu daerah akan dijajah oleh Belanda. Kedatangan mereka ngin merebut daerah dari gengaman kita dan juga untuk mencari kedudukan di daerah ini. Pada saat itu daerah ini masih belum banyak penduduknya (sekitar 10-15 rumah), dengan kedatangan penjajah ke daerah ini, para penduduk merasa ketakutan dan akhirnya mereka semua mengungsi ke daerah barat yaitu Mantup, Lamongan, Metatu, dan sekitarnya. Untuk merebut daerah ini penjajah menjadikan Moro sebagai markas besar mereka dan sekarang markas itu menjadi sekolah “Muhammadiyah”. Untuk melancarkan aksinya penjajah menjadikan salah satu penduduk daerah ini untuk menjadi lurah dari Belanda. Tapi lurah Belanda (Pak Tasmo) tak sepenuhnya berpihak pada Kompeni, tapi juga berpihak pada daerah ini, apa yang direncanakan pasti Pak Tasmo memberi tahu rencana tersebut kepada para penduduk dan tentara yang membantu penduduk daerah ini untuk mengusir Belanda.

NICA menjajah daerah ini mulai dari bagian Timur ke Barat tapi ditengah perjalanan, penjajah dikepung oleh sekelompok tentara dan pasukan para ulama “ Qisbulwaton” dari daerah Mojokerto, Pasuruan dan sekitarnya. (yang sekarang daerah itu bernama Dsn..Ngepung). Melihat mereka telah dikepung, penjajah

(53)

tidak melanjutkan ke daerah bagian Barat melainkan kembali lagi ke daerah bagian Timur dan al hasil di daerah bagian Timur juga sudah di kepung, akhirnya penjajah tidak bisa berkutik lagi di daerah tersebut. (sekarang disebut Dusun. Tandegan). Kemudian penjajah berpikir atau bersiasat bagaimana caranya untuk keluar dari daerah ini dan penjajah menemukan sebuah daerah yang sangat terpencil, akhirnya mereka melarikan diri dengan lari. (sekarang disebut Dusun Ngebret). Jadi,kata “MORO” itu berasal dari kedatangan penjajah, sedangkan kata “ WUDI “ itu diartikan Belanda mencari kedudukan.

Desa Morowudi adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik. Wilayah Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik dengan jarak kurang lebih 3 Km dari Kantor Kecamatan Cerme, dan radius kurang lebih 13 Km dari ibukota Kabupaten Gresik dengan diantaranya:

1. Sebelah Utara : Desa Iker –Iker Geger 2. Sebelah Timur : Desa Boboh

3. Sebelah Selatan : Desa Putat Lor

4. Sebelah Barat : Desa Guranganyar dan Sukoanyar

Desa Morowudi terdiri dari 6 wilayah dusun diantaranya : Dusun Moro, Dusun Morowudi kulon, Dusun Morowudi wetan, Dusun Tandegan, Dusun Ngebret, Dusun Ngepung sari. Desa Morowudi sendiri terdapat 5 rukun warga (RW) dan 14 rukun tetangga (RT).

Di Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik terdapat industri kecil yang memproduksi makanan ringan. Industri kecil makanan ringan itu sendiri berdiri sejak tahun 1997. Keberadaan industri kecil makanan ringan ini memberikan dampak

(54)

40

yang positif terhadap masyarakat. Industri kecil makanan ringan di Desa Morowudi ini masih banyak menggunakan tenaga manusia dibandingkan menggunakan tenaga mesin. Sehingga hal ini mampu menyerap tenaga kerja, rata-rata tenaga kerja yang digunakan dalam industri berkisar 9 –15 orang

Industri kecil makanan ringan di Desa Morowudi Kecamata Cerme Kabupaten Gresik ini memberikan pengaruh yang positif bagi warga masyarakat sekitar diantaranya memperluas lapangan pekerjaan, mengurangi pengangguran, meningkatkan kesejahteraan sosial, meningkatan pendapatan masyarakat. Sebelum adanya Industri makanan ringan, Mayoritas mata pencaharian warga Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik adalah sebagai petani sawah, pedagang dan karyawan di sektor pabrik. Sejalan dengan munculnnya Industri makanan ringan maka para tenaga kerja yang bekerja pada sektor informal banyak yang beralih ke industri kecil makanan ringan, keberadaan industri kecil makanan ringan ini sendiri dapat menyerap tenaga kerja dari angkatan kerja yang masih berstatus pengangguran, maka dari itu industri kecil makanan ringan ini sangat membantu perekonomian warga setempat.

4.2. Struktur Organisasi dan Tupoksi

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 2 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa, maka untuk meningkatkan kemampuan aparatur Pemerintah Desa dan kelancaran tugas-tugas Pemerintah Desa dapat digambarkan Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik sebagai berikut:

(55)

Gambar 4.1. Struktur Organisasi Desa Morowudi

Kemudian, tiap perangkat desa di atas memiliki kewenangan dan tugas masing-masing yang meliputi:

1. Kedudukan, Tugas, Wewenang dan Kewajiban Kepala Desa (Kades) KASI TRANTIB NURAJI KASI EKBANG RODILIYAH KASI PEMERINTAHAN MAS’UDIN KASI KESRA IMAM SUWADI BPD RUSDIYANTO KEPALA DESA Drs. MOHAMAD ZAEN SEKRETARIS DESA MOH. SOLEH KAUR UMUM IMRON ROSYADI KAUR KEUANGAN UMI SA’ADAH KASUN MORO ABDUL MUNIB KASUN WUDI KULON M.SUBKHAN KASUN NGEPUNGSARI EDY PURWANTO KASUN WUDI WETAN MULYONO KASUN TANDEGAN EDY PURWANTO KASUN NGEBRET ABDUL MUNIB

(56)

42

Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan serta mempunyai wewenang sebagai berikut:

a. Memimpin penyelenggaran pemerintah desa b. Mengajukan rancangan peraturan desa

c. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD

d. Membina kehidupan masyarakat desa e. Memelihara perekonomian masyarakat desa

f. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat desa

g. Mewakili desanya di dalam dan diluar Pengadilan dan dapat menunjuk kuasa Peraturan hukumnya.

h. Mengajukan rancangan Peraturan Desa dan bersama-sama BPD menetapkan sebagai Peraturan Desa

i. Menjaga norma-norma agama dan norma-norma sosial 2. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Sekretaris Desa (Sekdes) :

Sekretariat Desa berkedudukan sebagai unsur penunjang pemerintah desa yang dipimpin Sekretaris Desa;

a. Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diangkat oleh Sekretaris Daerah Kabupaten atas nama Bupati sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku;

(57)

b. Sekretaris Desa mempunyai tugas menjalankan kegiatan administrasi pemerintahan, pembangunan dan kemasya-rakatan di desa serta memberikan pelayanan administratif kepada kepala desa;

Dalam melaksanakan tugas-tugas dimaksud Sekretaris Desa juga mempunyai fungsi:

1) Melaksanakan urusan surat menyurat, kearsipan dan pelaporan; 2) Pelaksanaan administrasi pemerintahan meliputi administrasi

pertanahan dan kependudukan;

3) Pelaksanaan administrasi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat, serta tugas lain yang diberikan kepala desa sesuai bidang dan tugasnya;

3. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kepala Seksi Pemerinahan (Kasi Pem) : a. Kepala Seksi Pemerintahan mempunyai tugas menye-lenggarakan

kegiatan dan administrasi pemerintahan;

b. Dalam melaksanakan tugas-tugas dimaksud Kepala Seksi Pemerintahan

juga mempunyai fungsi :

1) Penyelenggaraan administrasi dan kegiatan pelayanan bidang pertanahan (agraria);

2) Pelaksanaan inventarisasi dan pencatatan administrasi pertanahan; 3) Penyimpanan dan pemeliharaan dokumen pertanahan/ keagrariaan

serta penyusunan monografi desa;

4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa sesuai bidang tugasnya.

(58)

44

4. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kepala Urusan Umum Mempunyai (Kaur Umum) :

a. Kepala Urusan Umum mempunyai tugas menye-lenggarakan kegiatan administrasi umum, personil, perlengkapan dan urusan rumah tangga pemerintah desa.

b. Dalam melaksanakan tugas-tugas dimaksud Kepala Urusan Umum juga mempunyai fungsi:

1) Melakukan koordinasi terhadap kegiatan yang dilakuan oleh perangkat desa lainnya dalam rangka penye-lenggaraan administrasi pemerintahan desa secara terpadu;

2) Mengumpulkan, menganalisa data dan merumuskan program serta petunjuk untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan desa;

3) Penyelenggarakan tata naskah dinas pemerintahan desa;

4) Pelaksanaan penyimpanan, pemeliharaan, dan mengamankan arsip, mensistematisasikan buku-buku inventaris, dokumen milik desa, daftar hadir perangkat dan memberikan pelayanan administrative pemerintahan desa;

5) Pengkoordinasian penyusunan naskah rancangan peraturan desa, peraturan kepala desa, keputusan kepala desa dan naskah dinas lainnya;

(59)

7) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris Desa sesuai bidang tugasnya.

5. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban: a. Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban (Kasi Trantib) mempunyai

tugas menyelenggarakan administrasi dan kegiatan dibidang Ketentraman dan Ketertiban;

b. Dalam melaksanakan tugas - tugas dimaksud Kasi Ketentraman dan Ketertiban Rakyat juga mempunyai fungsi:

1) Pengumpulan, pengolahan dan evaluasi data dibidang Ketentraman dan Ketertiban;

2) Pelaksanaan Pembinaan dibidang Ketentraman dan Ketertiban masyarakat;

3) Pelaksanaan pelayanan masyarakat dibidang Keten-traman dan Ketertiban ;

4) Pelaksanaan pembinaan kegiatan Perlindungan Masyarakat (LINMAS) di desa;

5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa sesuai bidang tugasnya;

6. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kepala Seksi Ekonomi dan Pembangunan (Kasi Ekobang) :

a. Kepala Seksi Ekonomi dan Pembangunan mempunyai tugas menyelenggarakan administrasi dan kegiatan bidang pembangunan;

(60)

46

b. Dalam melaksanakan tugas-tugas dimaksud Kepala Seksi Ekonomi dan Pembangunan juga mempunyai fungsi :

1) Pengumpulan, pengolahan dan evaluasi data dibidang pembangunan;

2) Penyiapan bahan perencanaan pembangunan desa bersama LKMD/ LPMD, meliputi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa(RPJMDes);

3) Pelaksanaan pengembangan bidang pertanian, peternakan dan perikanan serta pengembangan industry rumah tangga masyarakat; 4) Pelaksanaan pelayanan masyarakat dibidang pereko-nomian dan

pembangunan serta kegiatan dalam rangka meningkatkan swadaya serta partisipasi masyarakat dalam pembangunan;

5) Evaluasi dalam rangka koordinasi dan singkronisasi pembangunan desaserta pemeliharaan sarana dan prasarana umum di desa;

6) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa sesuai bidang tugasnya.

7. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat (Kasi Kesra) :

a. Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat mempunyai tugas menyelenggarakan administrasi dan kegiatan kesejah-teraan rakyat; b. Dalam melaksanakan tugas-tugas dimaksud Kepala Seksi Kesejahteraan

(61)

1) Pengumpulan, pengolahan dan evaluasi data dibidang kesejahteraan rakyat, agama, social dan budaya;

2) Pelaksanaan Pembinaan dibidang pendidikan, kebudayaan, tempat-tempat bersejarah, peningkatan kegiatan Keluarga Berencana, Posyandu, kesehatan masyarakat dan badan-badan sosial keagamaan;

3) Pelaksanaan koordinasi pelayanan masyarakat dibidang keagamaan termasuk pencatatan kematian dan NTCR (Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk);

4) Pelaksanaan pembinaan kerukunan antar umat beragama serta kegiatan Badan Amil Zakat, Infak dan Shodaqoh;

5) Pelaksanaan kegiatan dan koordinasi kegiatan social kemasyarakatan di desa;

6) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa sesuai bidang tugasnya.

8. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kepala Urusan Keuangan:

a. Kepala Urusan Keuangan mempunyai tugas menye-lenggarakan kegiatan administrasi keuangan dan sumber pendapatan desa;

b. Dalam melaksanakan tugas-tugas dimaksud Kepala Urusan Umum juga mempunyai fungsi :

Gambar

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Gambar 3.1 Analisis Model Interaktif Menurut Miles dan Huberman Sumber : Miles dan Huberman (1992:20)
Gambar 4.1. Struktur Organisasi Desa Morowudi
+5

Referensi

Dokumen terkait

There are three aspects of stylistics fields which will be used in analyzing the novel entitled Animal Farm: linguistic stylistics, literary stylistics, and the

Artikel yang diajukan ke Jurnal Farmasi Udayana belum pernah dipublikasikan sebelumnya (kecuali dalam bentuk abstrak atau sebagai bagian dari skripsi), tidak dalam

Simpulan yang bisa ditarik dari kegiatan pengamatan ini yaitu. Perbedaan presentase ketertarikan serangga terhadap tanaman liar dipengaruhi oleh senyawa- senyawa volatil

PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN INDRAMAYU.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

[r]

Metode penetapan awal Ramadhan dan Syawal (hari Raya) yang dalam sejarah diilustrasikan hanya menggunakan murni rukyah al-hilal pada gilirannya perlu direkonstruksi

kedua shot itu sebagai satu kesatuan yang utuh dan juga langsung terlihat keberlanjutan aksi bisa tetap terjaga dari 2 sambungan tersebut.. cutaway dapat digunakan untuk:

Fasa-123 hasil proses pelelehan terbentuk Fasa-211 yang cukup besar, telah dilakukan pada penelitian berikutnya [16], dalam hal ini diperoleh angka 20,9 % Fasa-211. Namun demikian,