• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN KOMUNIKASI FATIS VERBAL-NONVERBAL UNTUK MENCAPAI KOMUNIKASI EFEKTIF DIKALANGAN PUBLIK INTERNAL PT. PRODIA WIDYAHUSADA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN KOMUNIKASI FATIS VERBAL-NONVERBAL UNTUK MENCAPAI KOMUNIKASI EFEKTIF DIKALANGAN PUBLIK INTERNAL PT. PRODIA WIDYAHUSADA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN KOMUNIKASI FATIS

VERBAL-NONVERBAL UNTUK MENCAPAI

KOMUNIKASI EFEKTIF DIKALANGAN

PUBLIK INTERNAL PT. PRODIA

WIDYAHUSADA

SAMUEL KURNIAWAN

PT. PRODIA WIDYAHUSADA, Jl. Kramat Raya 150 Jakarta 10430, 021-3144182, e-mail: samuelkurniawan@outlook.com

Dosen Pembimbing: Ferane Aristrivani S., S.I.Kom, M.I.Kom

ABSTRAK

The purpose of this study is to know the applied phatic communication forms, functions and benefits

of the application phatic communication in internal public of PT. Prodia Widyahusada . The method used in this research is qualitative in which researcher was allowed to do field observation in PT Prodia Widyahusada (marketing division) during March-May 2014. Primary and secondary data were collected through interview, literature study and documentation. Data analysis is consists of data reduction, data display, and data conclusion. The results, obtained that the application of the

verbal-nonverbal phatic communication has a positive impact on the achievement of effective communication. Because basically the phatic communication both verbal and nonverbal are useful to establish good social connections among communicators, and a good social relationships are one of the indicators of the success to achieve effective communication. The conclusion, the results showed that the application of communication among internal public of PT. Prodia Widyahusada causes communication that occur work effectively, both verbal and nonverbal. (SK).

Keywords: Phatic Communication, Verbal-Nonverbal Communication, Effective Communication

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk komunikasi fatis yang diterapkan, fungsi dan manfaat penerapan komunikasi fatis dikalangan publik internal PT. Prodia Widyahusada. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dimana peneliti melakukan observasi partisipatif pada periode Maret-Mei 2014 di divisi Marketing. Selain itu, pengumpulan data juga dilakukan melalui wawancara, studi literatur, serta dokumentasi. Analisis data terdiri atas: reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan. Hasil yang didapat, bahwa penerapan komunikasi fatis verbal-nonverbal memang berdampak positif pada pencapaian komunikasi yang efektif. Karena pada dasarnya komunikasi fatis baik secara verbal maupun nonverbal berguna untuk menjalin hubungan sosial yang baik diantara komunikator dan komunikannya, dan hubungan sosial yang baik tersebut adalah salah satu indikator keberhasilan komunikasi yang efektif. Simpulan, hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan komunikasi fatis di kalangan publik internal PT. Prodia Widyahusada menyebabkan komunikasi yang terjadi berjalan dengan efektif, baik komunikasi secara verbal maupun nonverbal. (SK).

(2)

PENDAHULUAN

Komunikasi merupakan aktivitas penting serta mendasar dalam kehidupan manusia. Manusia mulai berkomunikasi sejak dia lahir hingga sepanjang hidupnya. Manusia normal akan berusaha melakukan komunikasi baik secara verbal maupun nonverbal. Sekalipun yang tidak dapat melakukannya secara verbal, akan berusaha berkomunikasi secara nonverbal dengan menggunakan gerakan atau bahasa tubuh untuk menyampaikan pesannya. Bahkan seseorang dapat berkomunikasi dengan dirinya sendiri dan komunikasi ini disebut dengan komunikasi intrapersonal.

Proses komunikasi merupakan langkah-langkah pertukaran informasi atau pesan yang diberikan oleh komunikator (sender) dan disampaikan kepada komunikan (receiver) dengan perantara media dalam upaya pencapaian kesepahaman. Komunikator memiliki suatu ide atau gagasan yang ditujukan untuk komunikan lalu komunikan melakukan penafsiran pesan yang diterimanya dari komunikator. Berikutnya komunikan akan memberikan tanggapan (feedback) atas pesan yang diterimanya, sehingga komunikator dapat melakukan penilaian atas pesan yang disampaikan dapat diartikan secara baik oleh komunikan, maka tujuan dari proses komunikasi yang berlangsung antara keduanya telah berhasil dan tercapainya kesepahaman antara kedua belah pihak tersebut.

Katherine Miller (2005) menyatakan bahwa terdapat begitu banyak konseptualisasi mengenai komunikasi dan konseptualisasi ini telah mengalami perubahan dalam tahun-tahun terkahir ini. Terdapat 5 hal pokok di dalam komunikasi antara lain yaitu lingkungan, sosial, proses, simbol dan makna. Dari kelima hal tersebut, maka komunikasi dapat didefinisikan sebagai proses sosial dimana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka. Komunikasi merupakan proses sosial, disebut demikian karena melibatkan dua pihak yang saling berkomunikasi yakni komunikator dan komunikan. Lingkungan adalah situasi dimana komunikasi itu terjadi, terdiri dari berbagai elemen seperti waktu, tempat, latar belakang budaya komunikator dan komunikan. Sedangkan simbol merupakan label arbitrer, atau dapat diartikan sebagai representasi dari suatu fenomena dimana label tersebut dapat bersifat verbal dan nonverbal.

Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa komunikasi tidaklah terbatas pada kata-kata (verbal) saja, melainkan juga dapat berupa nonverbal seperti bahasa tubuh, tanda, tindakan, dan objek. Komunikasi nonverbal sangat membantu komunikator dalam upaya penyampaian pesannya baik dalam hal kemudahan serta dampak mendalam yang ditimbulkan dari komunikasi nonverbal tersebut bagi komunikan.

Setiap orang akan berkomunikasi baik secara verbal maupun nonverbal untuk bersosialisasi dan dapat diterima di lingkungannya. Orang tersebut akan berusaha mengupayakan berbagai macam cara untuk menjalin hubungan agar dapat diterima dalam suatu lingkungan sosial.

Komunikasi yang baik adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menjalin hubungan. Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang efektif, dimana salah satu indikator komunikasi dapat dikatakan efektif ialah komunikasi yang mampu menimbulkan kesenangan diantara pihak-pihak yang terlibat didalamnya.

Usaha untuk menimbulkan kesenangan saat berkomunikasi inilah yang dimaksud dengan komunikasi fatis (phatic communication). Komunikasi fatis ialah suatu kondisi dimana komunikasi yang berlangsung tidak memiliki tujuan spesifik seperti untuk memperoleh suatu informasi, melainkan hanya untuk menimbulkan kesenangan diantara pihak-pihak yang terlibat didalam proses komunikasi tersebut.

Contohnya, ketika seseorang bertemu temannya di jalan, dia menanyakan kemana temannya hendak pergi. Ini sebenarnya hanya sekedar basa-basi semata, dia tidak benar-benar ingin mengetahui kemana temannya hendak pergi. Jadi sebenarnya tujuan dari basa-basi tersebut hanya untuk memicu suasana keakraban saja. Contoh lainnya adalah tepukan di punggung atau berjabat tangan dengan temanmya ketika bertemu juga merupakan komunikasi fatis, namun secara nonverbal.

Komunikasi fatis sebenarnya sangat mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari kita. Misalnya saja seperti percakapan dengan keluarga, teman sebaya, rekan kerja, atau bahkan dengan orang asing sekalipun. Karena pada dasarnya komunikasi fatis bertujuan untuk menimbulkan rasa keakraban dan suasana menyenangkan dan hal tersebut dibutuhkan untuk pengembangan pribadi seseorang.

Obyek penelitian ini adalah publik internal PT. Prodia Widyahusada, karena Prodia memiliki budaya kerja kekeluargaan sehingga cara mereka dalam berkomunikasi sangat ramah dan menyenangkan.

(3)

Rumusan Masalah

1. Apa saja bentuk-bentuk komunikasi fatis verbal dan nonverbal yang diterapkan di kalangan internal PT. Prodia Widyahusada?

2. Apa fungsi penerapan komunikasi fatis verbal dan nonverbal dalam mencapai komunikasi efektif?

3. Apa manfaat penerapan komunikasi fatis verbal dan nonverbal dalam mencapai komunikasi efektif?

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk komunikasi fatis verbal dan nonverbal yang dilakukan kalangan internal di PT. Prodia Widyahusada.

2. Untuk mengetahui fungsi penerapan komunikasi fatis verbal dan nonverbal dalam mencapai komunikasi efektif.

3. Untuk mengetahui manfaat penerapan komunikasi fatis verbal dan nonverbal dalam mencapai komunikasi efektif.

Manfaat Akademis

Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber bacaan di lingkungan Binus University mengenai Ilmu Komunikasi khususnya mengenai pembahasan Komunikasi Fatis.

Manfaat Praktis

1. Secara praktis, penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam Ilmu Komunikasi khususnya yang berkaitan dengan kajian Komunikasi Verbal dan Nonverbal yang besifat fatis bagi PT. Prodia Widyahusada.

2. Secara umum, penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi seluruh pembaca untuk lebih memahami mengenai Komunikasi Fatis, apa fungsi serta penerapannya di dalam proses komunikasi yang terjadi sehari-hari.

Landasan Teori

1. Teori Komunikasi 2. Teori Komunikasi Efektif 3. Teori Budaya Organisasi 4. Teori Komunikasi Fatis

Kajian Pustaka

Penelitian sebelumnya yang mempunyai judul “Penerapan Komunikasi Fatik Dalam Meningkatkan Hubungan Pertemanan Pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi Angkatan 2010 FISIP UNTAD yang ditulis oleh Sitti Murni Kaddi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam menyampaikan penerapan komunikasi fatik, digunakan tiga (3) fungsi komunikasi fatik yang sering terjadi pada, awal percakapan, akhir percakapan dan sebagai pengisi ruang untuk menghindari kesunyian. Komunikasi fatik di awal percakapan merupakan komunikasi atau kata-kata awal seperti hai, hallo dan lain sebagainya yang dapat memberikan rasa nyaman terhadap penerima pesan (komunikan), dimana komunikasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh komunikan sehingga komunikasi selanjutnya berjalan dengan efektif. Hubungan antara jurnal dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah sama-sama membahas penerapan komunikasi fatis dan komunikasi efektif, metode yang digunakan juga kualitatif dengan pengumpulan data melalui observasi serta wawancara.

Penelitian lainnya yang berjudul Komunikasi Verbal-Nonverbal Fatis dan Komunikasi Efektif

(4)

Penciptaan Komunikasi Efektif antara Dosen dan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU yang

ditulis oleh Eka Safitria Nasution. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara penggunaan komunikasi verbal dan nonverbal fatis dengan penciptaan komunikasi efektif di antara dosen dan mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU. Penciptaan komunikasi efektif adalah mutlak diperlukan demi berlangsungnya kegiatan perkuliahan mupun hubungan sosial yang baik antara dosen dan mahasiswa. Untuk itu, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan komunikasi verbal dan nonverbal yang bersifat fatis. Dalam hal ini dosen memiliki peran besar sebagai komunikator yang mengendalikannya jalannya proses komunikasi sehingga dapat terwujud komunikasi yang efektif di antara dosen dan mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU. Bentuk-bentuk komunikasi verbal fatis yang dapat dilakukan antara lain berupa sapaan, nasihat, dan candaan; sedangkan komunikasi nonverbal fatis antara lain ekspresi wajah ramah, sikap responsif, gerak tubuh yang positif dan sebagainya seperti yang telah dijabarkan sebelumnya. Hubungan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah Sama-sama membahas mengenai komunikasi fatis dan komunikasi efektif, serta bentuk-bentuk dari komunikasi fatis baik secara verbal maupun nonverbal.

METODE PENELITIAN

1. Metode penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif.

2. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer, data sekunder dan observasi. Data primer melalui wawancara. Observasi dilakukan selama 3 bulan dan peneliti menjadi bagian dalam perusahaan tersebut.

3. Tahapan riset dilakukan dengan cara menanyakan pertanyaan (asking question), observasi (observation), dan mengkonstruksi jawaban (constructing answers).

4. Keabsahan data dalam penelitian adalah melalui validitas data dan triangulasi.

HASIL DAN BAHASAN

Bentuk Komunikasi Fatis Verbal Nonverbal yang Diterapkan

Untuk menajawab pertanyaan penelitian pertama mengenai bentuk komunikasi fatis verbal nonverbal yang diterapkan, pada penelitian ini penulis mengacu pada teori komunikasi fatis menurut buku Ilmu Komunikasi (Mulyana, 2008, p. 18), yaitu dalam kehidupan sehari-hari secara sadar ataupun tidak, kita sering mengucapkan “Selamat pagi,” “Halo,” Assalamu’alaikum,” Apa kabar?” menganggukkan kepala, melambaikan tangan, menepuk bahu, atau bersalaman, untuk setidaknya mengakui kehadiran orang lain, untuk menunjukkan bahwa kita ramah, dan untuk menumbuhkan atau memupuk kehangatan dengan orang lain.

Adapun menurut Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi (2007, p. 13), ketika kita mengucapkan “Selamat Pagi,” “Apa Kabar?”, kita tidak bermaksud untuk mencari keterangan. Komunikasi itu hanya dilakukan untuk mengupayakan agar orang lani merasa apa yang disebut Analisis Transaksional sebagai “Saya Oke – Kamu Oke”. Komunikasi ini lazim disebut sebagai komunikasi fatis (phatic communication), dimaksudkan untuk menumbulkan kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan kita hangat, akrab, dan menyenangkan.

Hasil wawancara dengan ibu Tri pada 21 Mei 2014 pukul 09.00 WIB mengemukakan bahwa bentuk komunikasi fatis verbal yang diterapkan di kalangan internal secara langsung biasanya berupa sapaan, sedangkan secara tidak langsung atau menggunakan tulisan melalui chat BBM atau WA. Untuk komunikasi fatis nonverbalnya berupa penggunaan gestur seperti melambai ketika mau/hendak pulang, atau memberikan isyarat berupa gerakan tangan yang memiliki makna bahwa hal tersebut tidak relevan untuk dibicarakan.

Hasil wawancara dengan pak Soeharyono pada 21 Mei 2014 pukul 14.00 WIB mengemukakan bahwa bentuk komunikasi fatis verbal yang diterapkan di kalangan internal itu berupa sapaan kepada teman-teman dengan menanyakan kabarnya. Sedangkan untuk bentuk komunikasi non verbalnya adalah tepukan di pundak dan bersalaman.

Hasil wawancara dengan Rhadevka pada 22 Mei 2014 pukul 12.00 WIB mengemukakan bahwa bentuk komunikasi verbal yang diterapkan di kalangan internal sehari-harinya adalah sapaan, ketika bertemu di pagi hari atau ketika sedang berkunjung ke divisi lain. Sedangkan untuk bentuk

(5)

komunikasi fatis nonverbalnya adalah berupa tepukan di pundak ketika bertemu teman, atau lambaian tangan kala menyapa atau hendak pulang kerja.

Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi dapat diketahui bahwa, bentuk komunikasi fatis verbal yang seringkali dilakukan adalah sapaan seperti hai dan apa kabar. Sedangkan bentuk komunikasi fatis nonverbal yang seringkali dilakukan adalah berupa tepukan di pundak, lambaian tangan kala menyapa atau hendak pulang kerja dan juga memberi isyarat ketika ada suatu hal yang tidak seharusnya dibicarakan.

Untuk mendapatkan kesehatan emosional, kita harus memupuk perasaan positif dan mencoba menetralisasikan perasaan negatif. Orang yang tidak pernah memperoleh kasih sayang dari orang lain akan mengalami kesulitan untuk menaruh perasaan itu terhadap orang lain, karena ia sendiri tidak pernah mengenal dan merasakan perasaan tersebut. Kita hanya bisa mengekternalisasikan suatu makna, gagasan, atau perasaan yang kita internalisasikan dari lingkungan kita. Begitulah, dalam kehidupan sehari-hari secara sadar ataupun tidak, kita sering memberikan stimulus dengan cara mengucapkan sapaan secara verbal, atau bentuk tindakan nonverbal seperti tepukan dan lambaian kepada orang lain baik secara sadar maupun tidak dengan tujuan untuk mengakui keberadaan orang tersebut, menunjukkan bahwa kita ramah, sehingga komunikan akan memberikan respon balik kepada kita dengan ramah juga. Jadi, komunikasi fatis bermanfaat untuk memupuk hubungan yang lebih hangat dengan cara komunikator memberikan stimulus yang baik terhadap komunikator dan komunikator akan memberikan respons yang baik pula terhadap komunikan dan disinilah terciptanya hubungan yang hangat dan menimbulkan kesenangan.

Komunikasi fatis verbal nonverbal tersebut sebenarnya hanya dilakukan untuk menciptakan suasana hangat antara komunikator dengan komunikan, dimana pelaku komunikasi fatis tersebut tidak benar-benar berniat untuk mencari informasi ataupun keterangan melalui sapaannya seperti menanyakan kabar, sudah makan atau belum, sedang sibuk apa, dan sebagainya. Atau dengan kata lain, pelaku komunikasi fatis ini melaksanakan komunikasi fatis baik verbal maupun nonverbal hanya untuk memperoleh keseangan semata, karena pelaku akan dianggap ramah jika melakukan komunikasi fatis ini. Biasanya komunikasi fatis diterapkan ketika pelaku baru bertemu dengan orang yang ada dalam lingkungan pelaku komunikasi fatis tersebut seperti di lingkungan kantor atau lingkungan tempat tinggalnya. Atau bahkan terkadang komunikasi fatis ini dilakukan sebagai tahapan awal pembuka diskusi atau pembicaraan yang lebih penting, karena komunikasi fatis menimbulkan kenyamanan sehingga bisa mencairkan suasana terlebih dahulu sebelum masuk ke pembahasan yang utama.

Komunikasi fatis yang lebih banyak terlihat sebenarnya adalah secara verbal. Hal ini disebabkan karena ada beberapa bentuk dari komunikasi fatis secara nonverbal yang melibatkan kontak fisik diantara komunikator dengan komunikannya, seperti berpelukan, merangkul, cium pipi, dan sebagainya. Untuk melakukan komunikasi fatis nonverbal dengan kontak fisik seperti itu dibutuhkan kedekatan antara komunikator dan komunikan yang cukup terlebih dahulu, karena tidak semua orang akan merasa nyaman diperlakukan seperti itu tanpa ada kedekatan yang terjalin dengan baik sebelumnya. Sehingga, komunikasi fatis verbal-lah yang lebih sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari karena hanya berbentuk kalimat sapaan maupun tulisan yang tidak begitu memperlukan kedekatan yang cukup mendalam diantara komunikator dan komunikan.

Di Prodia, komunikasi fatis merupakan bagian dari budaya organisasinya. Menurut Pacanowsky dan O’Donnell Trujilo, budaya dalam organisasi diartikan sebagai cara hidup di dalam organisasi. Misalnya iklim atau atmosfer emosional dan psikologis, yang mencakup semangat kerja karyawan, sikap dan tingkat produktivitas, dan simbol-simbol (West & Turner, 2009, p. 317).

Pacanowsky dan O’Donnell Trujilo menyatakan bahwa anggota organisasi melakukan performa komunikasi tertentu yang berakibat pada munculnya budaya organisasi yang unik. Performa adalah metafora yang menggambarkan proses simbolik dari pemahaman akan perilaku manusia dalam sebuah organisasi. Performa budaya ini dibagi menjadi 5 bagian, yakni ritual, hasrat, sosial, politik, dan enkulturasi. Dan dalam penelitian ini, komunikasi fatis merupakan bagian dari performa ritual yang diterapkan. Performa ritual adalah semua performa komunikasi yang terjadi secara teratur dan berulang, dan termasuk dalam jenis ritual personal, ritual sosial dan ritual organisasi.

Ritual personal merupakan semua hal yang rutin dilakukan di tempat kerja, lalu ritual sosial adalah rutinitas verbal dan nonverbal yang biasanya mempertimbangkan interaksi dengan orang lain. Sedangkan ritual organisasi ialah kegiatan perusahaan yang sering di lakukan seperti rapat divisi, rapat fakultas, bahkan piknik perusahaan.

Dalam ritual personal, publik internal Prodia setiap harinya mengenakan pakaian Prodia yang disesuaikan warnanya berdasarkan hari-hari dalam 1 minggu tersebut. Sedangkan dalam ritual sosial, setiap harinya ketika salah satu staff datang baru tiba ke kantor maka mereka akan menyapa

(6)

rekan-rekan kerjanya dengan menggunakan komunikasi fatis baik secara verbal maupun nonverbal (berupa sapaan yang disertai tepukan, salaman, dan sebagainya). Dan yang terakhir adalah ritual organisasi, ketika ada event-event tertentu yang diselenggarakan oleh Prodia, maka publik internal yang turut serta dalam kegiatan tersebut akan berpartisipasi dengan antusias dengan budaya kekeluargaannya yang kental, dan tentu saja penggunaan komunikasi fatis diterapkan dalam berinteraksinya (untuk

event yang bernuansa tidak formal seperti bakti sosial, ulang tahun organisasi, seminar).

Fungsi Penerapan Komunikasi Fatis Verbal Nonverbal Dalam Mencapai Komunikasi

Efektif

Pertanyaan kedua dalam penelitian ini adalah fungsi penerapan komunikasi fatis verbal dan nonverbal dalam mencapai komunikasi efektif, dimana terlebih dahulu kita perlu mengetahui komunikasi seperti apa yang dapat dikatakan efektif. Dalam buku Psikologi Komunikasi yang ditulis oleh Jalaluddin Rakhmat (2011, p. 13-16), dijelaskan bahwa komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang menimbulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Pengertian: Penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator.

2. Kesenangan: Komunikasi yang dilakukan tidak untuk menyampaikan informasi, membentuk pengertian, atau mencari keterangan. Melainkan untuk menimbulkan kesenangan sehingga hubungan terasa hangat, akrab dan menyenangkan. Komunikasi ini lazim disebut sebagai komunikasi fatis.

3. Mempengaruhi sikap: Komunikasi yang dilakukan bertujuan untuk mempengaruhi orang lain.

4. Hubungan sosial yang baik: Komunikasi yang ditujukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik, karena manusia merupakan makhluk sosial sehingga manusia ingin berhubungan dengan orang lainnya secara positif.

5. Tindakan: Merupakan indikator efektivitas yang paling penting. Karena untuk menimbulkan tindakan, kita harus berhasil terlebih dahulu menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan baik.

Hasil wawancara dengan ibu Tri pada 21 Mei 2014 pukul 09.00 WIB mengemukakan bahwa fungsi penerapan komunikasi fatis dalam mencapai komunikasi efektif adalah untuk menjalin hubungan, mencairkan suasana, dan sebagai sarana untuk memotivasi.

Hasil wawancara dengan pak Soeharyono pada 21 Mei 2014 pukul 14.00 WIB mengemukakan bahwa fungsi penerapan komunikasi fatis dalam mencapai komunikasi efektif adalah untuk mempererat hubungan kekeluargaan, problem solving yang dapat dilakukan dengan mudah karena proses komunikasi yang terjadi sudah efektif.

Hasil wawancara dengan Rhadevka pada 22 Mei 2014 pukul 12.00 WIB mengemukakan bahwa fungsi penerapan komunikasi fatis dalam mencapai komunikasi efektif adalah mempermudah koordinasi pekerjaan dan problem solving.

Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi dapat diketahui bahwa, fungsi penerapan komunikasi fatis verbal-nonverbal dalam mencapai komunikasi efektif antara lain untuk menjalin hubungan, mempererat kekeluargaan, memotivasi, mencairkan suasana, mempermudah koordinasi pekerjaan dan problem solving.

Pada pembahasan pertanyaan sebelumnya telah dibahas mengenai bentuk-bentuk komunikasi fatis baik secara verbal maupun nonverbal. Komunikasi fatis penerapannya akan berdampak pada hubungan yang terasa lebih hangat dan menyenangkan diantara pihak yang melakukannya. Pelaku akan memberikan stimulus/rangsangan berupa komunikasi fatis baik secara verbal ataupun nonverbal dan kemudian komunikan akan merespon balik dengan ramah pula karena adanya rasa senang yang dirasaka oleh komunikan akibat dari stimuli baik yang diterimanya dari komunikator. Maka dari itu komunikan akan memberikan respon yang baik pula kepada komunikan, dan ini tentunya akan berdampak pada terciptanya hubungan sosial yang baik diantara kedua individu tersebut.

Komunikasi fatis dapat perlahan-lahan merubah sikap suatu individu, apabila individu tersebut terus menerima rangsangan/stimuli berupa komunikasi fatis sehingga ia akan merasa nyaman, diterima dan memiliki tempat di lingkungan tersebut. Dari titik inilah hubungan sosial yang baik akan tercipta dan kedepannya tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu tersebut akan bersifat positif dan komunikasi yang efektif dapat tercipta.

Adapun faktor lain yang mempengaruhi seseorang sehingga ia dapat merasa nyaman karena diterima atau sebalkinya oleh lingkungannya, yakni adalah konsep diri. Konsep diri menurut Jalaluddin Rakhmat (2007, p. 99) adalah dengan mengamati diri kita, sampailah kita pada penilaian

(7)

diri kita. Namun konsep diri ini juga dapat dipengaruhi oleh orang lain. Apabila diri kita diterima, dihormati, dan disenangi oleh orang lain maka kita akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita. Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan kita, menyalahkan kita, dan menolak kita, kita akan cenderung tidak akan menyenangi diri kita. Maka dari itulah penerapan komunikasi fatis baik secara verbal maupun nonverbal sangat berguna untuk menimbulkan rasa penerimaan baik dari sisi komunikator maupun dari sisi komunikan. Sehingga pada akhirnya ketika hubungan sosial sudah terjalin dengan baik, dan dengan sendirinya komunikasi interpersonal dapat berjalan secara efektif.

Konsep diri (West & Turner, p. 101) merupakan seperangkat perspektif yang relatif stabil yang dipercaya orang mengenai dirinya sendiri. Ketika setiap aktor sosial menanyakan pertanyaan “Siapakah saya?” jawabannya berhubungan dengan konsep diri. Karakteristik yang diakui oleh aktor sosial tersebut tentang ciri-ciri fisiknya, peranan, talenta, keadaan emosi, nilai, ketrampilan, dan keterbatasan sosial, intelektualitas, dan seterusnya membentuk konsep dirinya.

Lebih lanjut, La Rossan dan Reitzes dalam Richard West dan Lynn Turner (2009, p. 101-103) mengemukakan 2 asumsi tambahan untuk tema konsep diri ini, antar lain:

1. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain.

Orang-orang tidak lahir dengan konsep diri, mereka belajar tentang diri mereka melalui interaksi. Aktor sosial akan mempunyai perasaan akan diri sebagai hasil dari kontaknya dengan orang tua, guru, dan koleganya. Interaksi dengan orang-orang tersebut akan memberitahukan kepada aktor sosial ini siapa dirinya. Di Prodia sendiri, tiap-tiap individu saling berinteraksi satu dengan lainnya untuk memeroleh dan mengenal konsep diri yang mereka miliki.

2. Konsep diri memberikan motif yang penting untuk perilaku.

Pemikiran bahwa keyakinan, nilai, perasaan, penilaian-penilaian mengenai diri memengaruhi perilaku adalah sebuah prinsip penting dalam interaksional simbolik. Misalnya jika kita merasa yakin akan kemampuan kita dalam pelajaran teori komunikasi, maka akan sangat mungkin bahwa kita akan berhasil dengan baik dalam pelajaran itu. Proses tersebut seringkali disebut sebagai prediksi pemenuhan diri, atau pengharapan akan diri yang menyebabkan seseorang untuk berperilaku sedemikian rupa sehingga harapannya terwujud. Tiap publik internal di Prodia akan berusaha membentuk konsep diri yang baik melalui interaksi-interaksi antar individu dengan menerapkan komunikasi fatis baik secara verbal maupun nonverbal, karena komunikasi dengan bentuk ini pada dasarnya untuk membangun hubungan yang hangat, terlebih lagi memang merupakan budaya organisasi/perusahaan, ini menjadi motivasi bagi tiap-tiap publik internal Prodia dalam membentuk konsep diri yang baik melalui berbagai interaksi yang dilakukan dengan sesama rekan kerjanya.

Selain itu, penerapan komunikasi fatis juga dapat diterapkan untuk membentuk atau menciptakan first impression (kesan pertama). Menurut Goodall (2010, 97), kesan pertama dibentuk melalui serangkaian proses kompleks yang disebut persepsi. Persepsi berarti bagaimana kita mengolah dan menginterpretasikan isyarat-isyarat dari penampilan fisik, suara, dan bahasa seseorang. Menurut Goodall (2010, p. 97), kesan pertama dibentuk melalui serangkaian proses kompleks yang disebut persepsi. Persepsi berarti bagaimana kita mengolah dan menginterpretasikan isyarat-isyarat dari penampilan fisik, suara, dan bahasa seseorang. Kesan pertama juga berkaitan dengan rasa penerimaan individu dalam suatu kelompok atau lingkungan. Maka dengan menerapkan komunikasi fatis baik secara verbal maupun nonverbal, individu tersebut dapat menciptakan kesan pertama yang baik di mata individu-individu lainnya dalam suatu lingkungan tersebut.

Manfaat Penerapan Komunikasi Fatis Verbal Nonverbal Dalam Mencapai Komunikasi

Efektif

Pertanyaan ketiga dalam penelitian ini mengenai manfaat penerapan komunikasi fatis verbal maupun nonverbal dalam mencapai komunikasi efektif. Jika berbicara manfaat, maka kita perlu melihat dari dua sisi, yakni komunikator dan komunikannya. Manfaat yang ditimbulkan dari penerapan komunikasi fatis harus bisa saling menguntungkan individu yang terlibat dalam komunikasi interpersonal tersebut.

Hasil wawancara dengan ibu Tri pada 21 Mei 2014 pukul 09.00 WIB mengemukakan bahwa manfaat penerapan komunikasi fatis dalam mencapai komunikasi efektif adalah untuk menyemangati orang lain dan diri sendiri, mempermudah proses berkomunikasi karena suasana yang nyaman.

(8)

Hasil wawancara dengan pak Soeharyono pada 21 Mei 2014 pukul 14.00 WIB mengemukakan bahwa manfaat penerapan komunikasi fatis dalam mencapai komunikasi efektif adalah untuk mempermudah proses berkomunikasi yang berlangsung karena suasana yang nyaman telah tercipta.

Hasil wawancara dengan Rhadevka pada 22 Mei 2014 pukul 12.00 WIB mengemukakan bahwa manfaat penerapan komunikasi fatis dalam mencapai komunikasi efektif adalah untuk mempermudah proses berkomunikasi dan problem solving karena suasana yang nyaman telah tercipta.

Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi dapat diketahui bahwa, manfaat penerapan komunikasi fatis verbal-nonverbal dalam mencapai komunikasi efektif antara lain untuk menyemangati orang lain dan diri sendiri, mempermudah proses berkomunikasi serta problem solving karena suasana yang nyaman telah tercipta.

Pada pembahasan dua pertanyaan penelitian sebelumnya telah dibahas bagaimana bentuk-bentuk komunikasi fatis serta fungsi penerapnnya dalam proses interaksi sehingga dapat menimbulkan komunikasi yang efektif. Bentuk-bentuk komunikasi fatis beranekaragam, dan semuanya merupakan bentuk stimuli positif yang menimbulkan rasa nyaman, senang, dan hubungan yang hangat antar individu dalam komunikasi interpersonal yang berlangsung. Sehingga akibat dari berlangsungnya proses pertukaran stimuli dan respon diantara komunikator dan komunikan, maka terciptanya hubungan yang terasa hangat dan menyenangkan bagi mereka dan inilah manfaat yang dapat dirasakan dari penerapan komunikasi fatis.

Apabila komunikasi fatis ini terus berlanjut, maka tentunya hubungan antar individu di suatu lingkungan akan terjalin semakin baik dan erat, dan pada akhirnya komunikasi yang mereka lakukan akan berjalan secara efektif dengan sendirinya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Bentuk komunikasi fatis verbal nonverbal yang diterapkan di PT. Prodia Widyahusada seringkali berupa sapaan ringan atau sekedar menanyakan kabar (verbal), sedangkan yang nonverbalnya adalah lambaian tangan, senyuman, tepukan di pundak dan isyarat.

2. Fungsi dari penerapan komunikasi fatis verbal dan nonverbal dalam mencapai komunikasi efektif ialah tercapainya komunikasi yang efektif itu sendiri, karena melalui penerapan komunikasi fatis individu-individu yang terlibat dalam komunikasi interpersonal baik secara verbal maupun nonverbal akan membangun hubungan sosial yang baik dan pada akhirnya mereka akan dengan alaminya mudah berkomunikasi antara satu dengan lainnya (tercapainya komunikasi efektif). Selain itu pelaku komunikasi fatis juga dapat menciptakan atau membuat first impressions positif di lingkungannya sehingga pelaku memiliki konsep diri yang baik.

3. Manfaat dari penerapan komunikasi fatis verbal dan nonverbal dalam mencapai komunikasi efektif ialah terjalinnya hubungan yang hangat, dan menyenangkan bagi individu-individu yang melakukannya. Dan oleh sebab itu hubungan sosial yang baik akan terjalin dan komunikasi efektif akan berjalan dengan sendirinya.

Saran

1.

Saran akademis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan

referensi bagi siapa saja yang tertarik dalam melakukan penelitian yang

berhubungan dengan komunikasi fatis.

2.

Saran praktis: Publik internal Prodia dalam semua divisi perlu meningkatkan

komunikasi fatis yang diterapkan dalam berkomunikasi, karena ada beberapa divisi

yang penerapan komunikasi fatisnya masih kurang, sehingga perlu ditingkatkan agar

komunikasi efektif dapat terjalin dengan baik diseluruh divisi yang ada di Prodia.

(9)

REFERENSI

Referensi Buku :

Ardianto, E. (2010). Metode Penelitian untuk Public Relations: Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Goodall, H.L. Jr., & Goodall, S., & Schiefelbein, J. (2010). Business and Professional

Communication in the Global Workplace. USA: Wadsworth Cengage Learning

Herdiansyah, H. (2010). Metodologi Penelitian-Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Sosial. 1st Edition. Jakarta: Salemba Humanika.

Moleong, L. J. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatiaf. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Mulyana, D. (2009). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rakhmat, J. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ruslan, R. (2006). Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

West, R., & Turner, L. H. (2009). Introducing Communication Theory: Analysis and Application 3rd

Edition. Jakarta: Salemba Humanika.

Wibowo. (2013). Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: Rajawali Pers.

RIWAYAT PENULIS

Samuel Kurniawan lahir di Jakarta pada 24 September 1992. Penulis telah menamatkan pendidikan S1 di Binus University dalam Bidang Ilmu Komunikasi Pemasaran peminatan Public relations pada tahun 2014. Sebelumnya penulis pernah melaksanakan kerja praktek di PT. Prodia Widyahusada sebagai Public Relations pada tahun 2014. Penulis juga aktif di dalam kegiatan gereja di GBIKA, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pembahasan atas permasalahan diatas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : UUPK dan UU ITE telah mampu memberikan perlindungan hukum yang memadai

 'a(ian sifat fisiologis kerapu lumpur )Epinephelus tau"ina* se+agai dasar dalam pengem+angan teknik transportasi ikan hidup,  J.Peel.Perik.%d(esia ;disi

LIMPENS dan BISSELING (2003) mengemukakan bahwa penambatan nitrogen adalah merupakan bentuk simbiosis antara tanaman leguminosa ( Fabaceae ) dengan bakteri gram-negatif yang

SMP Bentara Wacana Muntilan yang telah memberikan ijin dan tanggapan yang baik kepada penulis sehingga tugas akhir dapat selesai dengan baik.. Lembaga Kursus dan Pelatihan

[r]

Dengan ini diberitahukan, bahwa setelah diadakan evaluasi, penelitian dan penilaian dokumen prakualifikasi peserta penyedia, menurut ketentuan berlaku oleh Panitia Pengadaan

Peserta diwajibkan untuk hadir pada Pembuktian Kualifikasi dan Negosiasi Harga ini dengan membawa :. Demikian disampaikan, atas perhatiannya diucapkan

Mengeksplor Kekuatan Analitik Prediktif.. Alat analitik sekarang ini bisa diaplikasikan ke berbagai kegiatan SDM. Contohnya, alat-alat ini bisa menyediakan wawasan yang dibutuhkan