• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERBANDINGAN KOAGULAN BIJI KELOR DAN ALUMINIUM SULFAT PADA PROSES PENJERNIHAN AIR SUNGAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PERBANDINGAN KOAGULAN BIJI KELOR DAN ALUMINIUM SULFAT PADA PROSES PENJERNIHAN AIR SUNGAI"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERBANDINGAN KOAGULAN BIJI KELOR DAN

ALUMINIUM SULFAT PADA PROSES PENJERNIHAN AIR SUNGAI

Andi Haslinah

Dosen Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Islam Makassar

ABSTRAK

Sungai Pampang merupakan salah satu sungai yang berada di wiliyah kota Makassar yang airnya tidak dapat dipergunakan sebagai sumber air minum.Oleh karena itu untuk mendayagunakannya perlu pemanfaatan lebih lanjut dalam hal penjernihan air agar dapat digunakan untuk konsumsi sehari-hari.Salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah dengan mengendapkan zat-zat pengotor yang terdapat didalamnya dengan menggunakan zat pengumpul alami seperti biji kelor. Bahan yang digunakan adalah air sungai Pampang sebagai sampel dan biji kelor sebagai koagulan alami dimana 6 gr bubuk biji kelor yang telah menjadi pasta dan dicampur dengan aquades 600 ml yang disaring dan diambil filtratnya.Cairan yaang mengandung padatan tersebut kemudian dipompakan kedalam tabung klarifikasi hingga mencapai ketinggian tertentu.Setiap 10 menit diambil tiga sampel dar kran 4 , 6 dan 8.Begitu seterusnya hingga tidak diperoleh lagi endapan dan sebagai pembanding digunakan koagulan Al2(SO4)3.18H2O. Hasil penelitian menunjukkan bahwa koagulan biji kelor mampu mengikat partikel-partikel padatan yang terlarut lebih cepat dibandingkan dengan Al2(SO4)3.18H2O yaitu pada menit ke-30 sedangkan Al2(SO4)3.18H2O hanya pada menit ke-50.Untuk koagulan biji kelor,daerah cairan jernih terjadi pada waktu 30 menit.Hal ini disebabkan karena biji kelor mengandung zat aktif rhamnosyloxybenzil isothiocyanate yang mampu mengadopsi dan menetralisir partikel-partikel lumpur dan logam yang terkandung dalam air limbah suspensi.

Kata Kunci : Koagulan, Aluminium Sulfat, Penjernihan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tanaman kelor merupakan perdu dengan tinggi 10 meter, berbatang lunak dan rapuh,dengan daun sebesar ujung jari berbentuk bulat telur dan tersusun majemuk.Tanaman ini berbunga sepanjang tahun berwarna putih,buah berisi segitiga dengan panjang sekitar 30 cm,tumbuh subur mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 700 m di atas permukaan laut.Menurut sejarah,tanaman kelor atau marongghi ( Moringa Oleifera ),berasal dari kawasan sekitar Himalaya dan India,kemudian menyebar ke kawasan di sekitarnya sampai ke Benua Afrika dan Asia-Barat.

Oleh karena itu rangkaian penelitian terhadap manfaat kelor mulai dari daun,kulit batang,buah sampai bijinya,sejak tahun 1980-an telah dimulai. Saat itu fokus penelitian ditujukan kepada program pengadaan air jernih untuk para pemukiman di kawasan pantai dan sungai,khususnya di kawasan sungai yang berwarna kecoklatan sebagai sumber air minum.(Unus Suriawiria,2002).

Dalam penelitian yang diuraikan oleh Winarno (2003) tentang pemanfaatan tanaman tanaman Moringa

Oleifera dalam proses pengolahan air skala

kecil,menengah dan besar. Pusat-pusat pengolahan air dengan skala besar,mengolah air dengan cara menamabahkan senyawa kimia (koagulan) ke dalam air kotor yang diolah.Namun demikian,zat kimia penggumpal yang baik tidak mudah dijumpai di berbagai daerah terpencil.Andaipun ada pasti harganya

tidak terjangakau oleh masyarakat setempat. Oleh karena itu maka dicari satu solusi yang tepat dengan menggunakan biji kelor sebagai koagualn.Jumlah bubuk moringa atau kelor yang diperlukan untuk pembersihan air bagi keperluan rumah tangga sangat tergantung pada seberapa jauh kotoran yang terdapat didalamnya. Untuk menangani air sebanyak 20 liter (1 jerigen),diperlukan jumlah bubuk biji kelor 2 gram atau kira-kira 2 sendok teh (5 ml).Proses pembersihan tersebut menurut hasil penelitian mampu memproduksi bakteri secara luar biasa,yaitu sebanyak 90-99,9 % yang melekat pada partikel-partikel padat,sekaligus menjernihkan air,yang relatif aman (untuk kondisi serba keterbatasan) serta dapat digunakan sebagai air minum masyarakat setempat. Namun demikian,beberapa mikroba patogen masih ada peluang tetap berada di dalam air yang tidak sempat terendapkan,khususnya bila air awalnya telah tercemar secara berat.

1.2 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui laju pengendapan pada proses penjernihan air sungai dengan menggunakan biji kelor sebagai koagulan.

1.3 Batasan Masalah

Biji kelor yang digunakan adalah yang matang atau tua dipohon dan baru dipanen setelah kering. proses pengolahan yang digunakan adalah sedimentasi dimana untuk mengambil sampel hanya dibatasi pada tiga kran

(2)

996 yaitu kram keempat,keenam dan kedelapan,dengan variasi waktu setiap sepuluh menit.

METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Bahan dan Alat

Bahan utama yang di gunakan dalam penelitian ini adalah biji buah kelor yang di peroleh dari Kecamatan Kariango,Kabupaten Pinrang.Sedangkan bahan tambahan yang di pakai adalah aquades dan air sungai yang di gunakan sebagai sampel.

Alat – alat yang di gunakan meliputi : Seperangkat alat sedimentasi,Neraca elektronik/digital, Oven , Corong, Kaca arloji, Gelas ukur 10 ml, Botol semprot, Spatula, Kertas filter, Stopwatch, dan mistar.

2.2 Prosedur Kerja

Pada penelitian ini mula-mula biji buah kelor yang tak berkulit tersebut dihancurkan dan ditumbuk sampai halus sehingga dapat dihasilkan bubuk biji moringa, kemudian bubuk biji moringa atau kelor ditimbang sebanyak 2 gram. Selanjutnya ditambahkan sedikit air sehingga menjadi pasta. Pasta tersebut dimasukkan kedalam botolyang bersih dan ditambahkan kedalamnya 200 ml air besih, lalu dikocok selama 5 menit hingga campuran sempurna. Larutan yang telah tercampur dengan koagulan biji kelor di saring dan filtratnya dimasukkan kedalam 20 liter sampel, kemudian diaduk secara pelan-pelan selama 10-15 menit, lal cairan yang mengandung padatan dicampur pada tangki penampung kemudian dipompakan kedalam tabung klarifikasi melalui bagian bawah hingga mencapai ketinggian tertentu. Kemudian di ambil 3 sampel pada tiap kedalaman tertentu masing-masing sebanyak 10 ml dengan menggunakan gelas ukur dan dicatat tinggi kedalamannya. Hal tersebut diatas, dilakukan untuk setiap waktu tertentu.

2.3 Variabel yang di teliti

1. Faktor A (Waktu pengendapan ; menit) A1 = 0, A2 = 10, A3 = 20, A4 = 30 A5 = 40, A6 = 50 2. Faktor B (Koagulan) B1 = Al2(SO4)3.18H2O B2 = Biji kelor 2.4 Analisa Hasil

Sampel yang telah diambil dipisahkan cairan dari padatannya dengan menggunakan corong.Lalu dengan menggunakan spatula diambil kertas filter yang mengandung padatan dan sedikit cairan tersebut dari coron, diletakkan di atas kaca arloji, kemudian masukkan ke dalam oven untuk memisahkan cairan dari padatan kering. Setelah kering, keluarkan dari

dalam oven kemudian timbang kaca arloji + kertas filter + padatan kemudian tentukan massa padatan dan hitung konsentrasi padatan tersebut dalam satuan mg/liter.

Prosedur pengerjaan dilakukan untuk :

a. Cairan + Padatan + Al2(SO4)3.18H2O b. Cairan + Padatan + Biji kelor

Konsentrasi padatan / endapan yang dihasilkan:

Cn = ………... (1) (Geankoplis) Dimana : Cn = Konsentrasi endapan (gr/ml) BE = Berat endapan (gr) V = Volume sampel (ml) Persen Konsentrasi (Pn) : Pn = ..……… (2) ankoplis)

Dan berat yang dihasilkan (Wn) :

Wn = ………... (3) (Geankoplis)

Dimana :

Pn = Persen konsentrasi

Co = Konsentrasi awal (gr/ml)

Wn = Berat endapan yang dihasilkan (gr)

A = Luas permukaan clarifier (cm2) h1 = Kedalaman cairan 1 (cm) h2 = Kedalaman cairan 2 (cm) h = Kedalaman cairan (cm) n = Jumlah sampel

Gambar 2. Peralatan Sedimentasi Keterangan :

(3)

A. Tangki Penampung , B. Pompa, C. Tabung Klarifikasi, D. Kerangan Sampel , E. Kerangan Pengatur

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini diperoleh daerah cairan jernih untuk koagulan Al2(SO4)3.18H2O pada t = 40 menit. Sedangakan untuk koagulan biji kelor daerah cairan jernih diperoleh pada t = 30 menit.

Tabel 3. Hubungan antara waktu Vs konsentrasi endapan dengan menggunakan koagulan Al2(SO4)3.18H2O

Waktu

Konsentrasi Endapan ( Cn ) Pada

Kran 4 Kran 6 Kran 8

Y Data Y Hit Y Data Y Hit Y Data Y Hit

0 0,000766 0,001 0,00283 0,0026 0,004633 0,0047 10 0,001533 0,001533 0,001333 0,0017 0,0022 0,001 20 0,000733 0,0001 0,000966 0,001 0,0011 0,00088 30 0,0007 0,001433 0,0009 0,0005 0,0005 0,00064 40 0 0,000066 0,000866 0,0002 0,00024 0,00028 50 0 -0,0002 0 0,0001 0,00003333 0,00011

Gambar 3. Grafik hubungan antara waktu (t) Vs konsentrasi endapan (Cn) dengan menggunanakan koagulan Al2(SO4)3.18H2O

Pada grafik diatas untuk kran 4 pada t = 0 laju pengendapannya semakin naik yaitu dari 7,667.10-4 gr/ml ke 1,5333.10-3 gr/ml, namun pada t = 10 menit laju pengendapannya semakin menurun sehingga diperoleh laju pengendapan yang konstan, maka daerah cairan jernih diperoleh pada kran t = 40 menit. Pada kran 6 dengan t = 30 menit konsentrasi endapannya mengalami kenaikan karena adanya beberapa gaya yang berpengaruh di antaranya gaya dorong endapan yang berada di bawah untuk naik ke atas sehingga mengakibatkan adanya endapan yang naik, turun dan horizontal. Persamaan yang digunakan pada grafik adalah persamaan polynomial untuk kran 4 dan 6, sedangkan untuk kran 8 menggunakan persamaan eksponensial.

Pada kran 4 : Y = -6.107 X2 + 6.10-6 + 0,001

Pada kran 6 : Y = 10-6 X2 - 0,0001 X + 0,0026

Pada kran 8 : Y = 0,0047e-0,0744x

Tabel 4. Hubungan antara waktu Vs konsentrasi endapan dengan menggunakan koagulan biji kelor

Wkt

Konsentrasi endapan (Cn) Pada

Kran 4 Kran 6 Kran 8

Y Data Y Hit Y Data Y Hit Y Data Y Hit

0 0,001233 0,0012 0,001467 0,0014 0,001467 0,0014

10 0,00003333 0,0005 0,00003333 0,0007 0,00003333 0,00059

20 0,00003333 0,0004 0,00003333 0,0006 0,0001667 0,00025

30 0 0,0009 0 0,0011 0 0,0001

Gambar 4. Grafik hubungan antara waktu (t) Vs konsentrasi endapan (Cn) dengan menggunanakan koagulan Biji Kelor

Dari grafik diatas diperoleh laju pengendapan yang menurun untuk semua kran, kemudian laju pengendapannya menjadi konstan. Daerah cairan jernih juga diperoleh untuk kran 4 pada t = 30 menit. Persamaan yang digunakan pada grafik adalah persamaan polynomial untuk kran 4 dan kran 6 sedangkan kran 8 menggunakan persamaan eksponensial.

Pada kran 4 : Y = 3.10-6 X2 - 0,0001 X + 0,0012 Pada kran 6 : Y = 3.10-6 X2 - 0,0001 X + 0,0014 Pada kran 8 : Y = 0,0014e-0,0869x

Tabel 5. Hubungan antara waktu Vs konsentrasi endapan pada kran 4 untuk berbagai koagulan

Waktu ( Menit

)

Koagulan

Al2(SO4)3.18H2O Koagulan Biji Kelor

Y Data Y Hitungan Y Data Y Hitungan 0 0,0007667 0,001 0,0012333 0,0012 10 0,001533 0,001 0,00003333 0,0005 20 0,0007333 0,00088 0,00003333 0,0004 30 0,0007 0,00064 0 0,0009 40 0 0,00028 50 0 0,0002 -0.001 0 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 0 20 40 60 K ons e nt rasi E ndapan (g r/m l) Waktu (Menit) Y Data u/ Kran 4 Y Data u/ Kran 6 Y Data u/ Kran 8 Y Hit u/ Kran 4 Y Hit u/ Kran 6 Y Hit u/ Kran 8 -4.34E-18 0.001 0.002 0.003 0.004 0 10 20 30 40 K o n se n tr asi En d ap an (g r/ ml ) Waktu (Menit) Y Data u/ Kran 4 Y Data u/ Kran 6 Y Data u/ Kran 8 Y Hit u/ Kran 4 Y Hit u/ Kran 6 Y Hit u/ Kran 8

(4)

998 Gambar 5. Grafik hubungan antara waktu (t) Vs konsentrasi endapan

(Cn) pada kran 4 untuk berbagai koagulan

Dari grafik diatas ternyata untuk koagulan biji kelor hanya terjadi laju pengendapan menurun dan laju pengendapan konstan, sedangkan untuk koagulan Al2(SO4)3.18H2O laju pengendapannya naik kemudian menurun dan akhirnya diperoleh laju pengendapan konstan pada t = 40 menit dengan Cn = 0 gr/ml. persamaan polynomial yang digunakan pada grafik adalah :

Untuk koagulan Al2(SO4)3.18H2O : Y = -6.10-7 X2 + 6.10-6X + 0,001 Untuk koagulan Biji kelor :

Y = 3.10-2 X2 - 0,0001 X + 0,0012

Tabel 6. Hubungan antara waktu Vs konsentrasi endapan pada kran 6 untuk berbagai koagulan

Waktu ( Menit

)

Koagulan

Al2(SO4)3.18H2O Koagulan Biji Kelor

Y Data Hitungan Y Y Data Hitungan Y

0 0,002933 0,0027 0,001467 0,0014 10 0,001533 0,0018 0,00003333 0,0007 20 0,0001 0,0011 0,0001667 0,0006 30 0,001433 0,0006 0 0,0011 40 0,00006667 0,0003 50 0 0,0002

Gambar 6. Grafik hubungan antara waktu (t) Vs konsentrasi endapan (Cn) pada kran 6 untuk berbagai koagulan

Dari grafik diperoleh laju pengendapan yang sama baik untuk koagulan Al2(SO4)3.18H2O maupun untuk koagulan biji kelor. Pada koagulan Al2(SO4)3.18H2O laju pengendapannya naik sebesar 1,333.10-3 yang terjadi pada t = 20 menit, sedangkan untuk koagulan biji kelor laju pengendapannya naik sebesar 1,334.10-4 yang terjadi pada t = 10 menit. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh gaya dorong dari endapan yang berada di bawah. Persamaan polynomial yang digunakan pada grafik adalah :

Untuk koagulan Al2(SO4)3.18H2O : Y = 10-6 X2 - 0,0001 X + 0,0027 Untuk koagulan Biji kelor :

Y = 3.10-6 X2 - 0,0001 X + 0,0014

Tabel 7. Hubungan antara waktu Vs konsentrasi endapan pada kran 8 untuk berbagai koagulan

Waktu ( Menit

)

Koagulan

Al2(SO4)3.18H2O Koagulan Biji Kelor

Y Data Y Hitung Y Data Y

Hitung 0 0,002933 0,0027 0,001467 0,0014 10 0,001533 0,0018 0,00003333 0,0007 20 0,0001 0,0011 0,0001667 0,0006 30 0,001433 0,0006 0 0,0011 40 0,00006667 0,0003 50 0 0,0002

Gambar 7. Grafik hubungan antara waktu (t) Vs konsentrasi endapan

(Cn)pada kran 8 untuk berbagai koagulan

Pada grafik terlihat bahwa untuk koagulan Al2(SO4)3.18H2O laju pengendapannya semakin menurun, sedangkan untuk koagulan biji kelor laju pengendapannya menurun kemudian naik kembali lalu menurun lag. Hal ini disebabkankan karena adanya gaya dorong dari partikel-partikel padatan yang berada dibawah untuk naik lagi ke atas. Persamaan eksponensial yang digunakan pada grafik adalah : Untuk koagulan Al2(SO4)3.18H2O :

Y = 0,0047e-0,0744X Untuk koagulan Biji kelor :

Y = 0,0014e-0,0869X 0 0.0005 0.001 0.0015 0.002 0 20 40 60 K o n se n tr asi En d ap an (g r/ ml ) Waktu (Menit) Y Data u/ Koagulan Al2 (SO4)3.18 H2O Y Data u/ Koagulan Biji Kelor Y Hit u/ Koagulan Al2(SO4)3.18 H2O Y Hit u/ Koagulan Biji Kelor 0 0.0005 0.001 0.0015 0.002 0.0025 0.003 0.0035 0 20 40 60 K ons e nt rasi E ndapan (g r/m l) Waktu (Menit) Y Data u/ Koagulan Al2 (SO4)3.18 H2O Y Data u/ Koagulan Biji Kelor 0 0.0005 0.001 0.0015 0.002 0.0025 0.003 0.0035 0 20 40 60 Kon se nt ras i Enda pa n (g r/m l) Waktu (Menit) Y Data u/ Koagulan Al2 (SO4)3.18 H2O Y Data u/ Koagulan Biji Kelor

(5)

Tabel 8. Hubungan antara waktu Vs kedalaman endapan untuk koagulan Al2(SO4)3.18H2O

Waktu ( Menit )

Untuk koagulan Al2(SO4)3.18H2O

Y Data Y Hitung 0 276,8 80,894 10 19,5 51,787 20 17,7 33,153 30 16,7 21,224 40 15,2 13,587 50 14,3 8,698

Gambar 8. Grafik hubungan antara waktu (t) Vs kedalaman (h) untuk koagulan Al2(SO4)3.18H2O

Tabel 9. Hubungan antara waktu Vs kedalaman endapan untuk koagulan Biji kelor

Waktu ( Menit )

Untuk koagulan Biji Kelor Y Data Y Hitung

0 266 120,41

10 18 51,72

20 17 22,22

30 16,2 9,54

Gambar 9. Grafik hubungan antara waktu (t) Vs kedalaman (h) untuk koagulan Biji Kelor

Dari grafik untuk koagulan Al2(SO4)3.18H2O dan biji kelor dapat terlihat bahwa semakin tinggi kedalaman suspensi, maka semakin singkat waktu yang diperlukan untuk mengendap sedangkan apabila kedalaman suspensi makin rendah maka akan semakin

lama pula waktu yang diperlukan untuk mengendap. Persamaan eksponensial yang digunakan pada grafik untuk koagulan Al2(SO4)3.18H2O yaitu :

Y = 80,894e-0,0466X

Sedangkan untuk koagulan biji kelor persamaan eksponensialnya adalah :

Y = 120,41e-0,0845X

PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Biji kelor dapat digunakan sebagai koagulan dengan perbandingan 2 gr bubuk biji kelor untuk 200 gr air yang mengandung padatan

2. Biji kelor mempunyai laju pengendapan yang lebih cepat bila dibandingakan dengan Al2(SO4)3.18H2O yaitu pada t = 30 menit.

3. Grafik yang diperoleh menunjukkan bahwa pada t = 0 laju pengendapannya sangat besar dan pada waktu tertentu laju pengendapannya akan menjadi tetap.

4. Diperoleh daerah cairan jernih untuk koagulan biji kelor pada t = 30 menit dan untuk koagulan Al2(SO4)3.18H2O pada t = 50 menit.

4.2 Saran.

Masih diperlukan adanya penelitian lebih lanjut tentang pembuatan sabun dan pembuatan minyak dari biji kelor.

DAFTAR PUSTAKA

Bernasconi,G. dkk. 1995. “Teknologi Kimia”.PT.Pradnya Paramit. Jakarta.

Brown, G.G. 1991. “Unit Operation”. Wiley and Sons. Japan

Buku Penuntun Laboratorium OTK I. 2002. “Percobaan Sedimentasi”.Laboratorium OTK Makassar.

Chandr, A.1998. “Penuntun Dosis Optimum Koagulan Ferro sulfat-Kapur, Flokulan Chemifloc dan Besfloc, serta Bioflokulan Moringa oleifera dalam Pengolahan Limbah Cair Pabrik Tekstil”. jurusan Teknik Kimia Unpar. Bandung.

Enos Tangke Arung, MP. 1 Juli 2002. “ Biji Kelor Sebagai Penjernih Air Sungai”. Suara Merdeka. Mc. Cabe and Smith. 1991. “Operasi Teknik Kimia”.

Erlangga.

Unus Suria Wiria. 28 Agustus 2002. “ Aneka Manfaat Kelor”. Internet .

Winarno, F.G. 2003. “ Biji Kelor untuk Bersihkan Air Sungai”. Artikel pada Harian Kompas. Minggu, 6 April 2003, hal 22. 0 50 100 150 200 250 300 0 20 40 60 Ko n sent ra si E n d a p a n (g r/ m l) Waktu (Menit) Y Data u/ Koagulan Al2 (SO4)3.… 0 50 100 150 200 250 300 0 10 20 30 40 K o n se n tr asi En d ap an (g r/ ml ) Waktu (Menit) Y Data u/ Koagulan Biji Kelor Y Hit u/ Koagulan Biji Kelor

Gambar

Gambar 2. Peralatan Sedimentasi  Keterangan :
Tabel  5.    Hubungan  antara  waktu  Vs  konsentrasi  endapan pada kran 4 untuk berbagai koagulan
Gambar 6. Grafik hubungan antara waktu (t) Vs konsentrasi endapan  (Cn) pada kran 6 untuk berbagai koagulan
Tabel  8.    Hubungan  antara  waktu  Vs  kedalaman  endapan  untuk koagulan Al2(SO4)3.18H2O

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan perancangan, pembahasan dan pengujian diperoleh kesimpulan yaitu: 1) Pengamanan pesan dengan cara menyisipkan ke media lain dapat dilakukan dengan menggunakan

Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan adalah salah satu lembaga pendidikan Islam yang berafiliasi dengan Muhammadiyah yang bisa menjadi teladan dalam

Sistem Informasi Jasa Pemasangan Iklan Pada Harian Sinar Indonesia Baru.... Untuk menyajikan data berbagai jenis iklan yang batal diterbitkan dalam suatu periode. Tampilan laporan

Oleh karena itu pada penelitian ini akan dikaji pengaruh suhu kalsinasi dengan menggunakan coal bottom ash hasil pembakarn batubara PLTU Tarahan dengan menerapkan

[r]

Kinerja organisasi tidak lepas dari pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, oleh karena itu masyarakat sebagai pengguna layanan dapat menilai bagaimana

Kebutuhan yang dimaksud disini adalah berupa gaji/upah yang mereka terima setelah melakukan sesuatu bagi perusahaan, contohnya berupa kebutuhan untuk mendapatkan

Data kualitatif hasil pertumbuhan Spora Rumput Laut Sargasum sp pada perlakuan substrat pasir berlumpr dapat dilihat di Tabel 4, sedangkan data kuantitatif