• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLIKATUR PERCAKAPAN MELARANG TERHADAP ANAK-ANAK DALAM BAHASA JAWA NGAPAK DI DESA BUKIT TELAGO KECAMATAN PELEPAT KABUPATEN BUNGO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLIKATUR PERCAKAPAN MELARANG TERHADAP ANAK-ANAK DALAM BAHASA JAWA NGAPAK DI DESA BUKIT TELAGO KECAMATAN PELEPAT KABUPATEN BUNGO"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

*Korespondensi berkenaan artikel ini dapat dialamatkan ke e-mail: zen_07feb@yahoo.co.id IMPLIKATUR PERCAKAPAN MELARANG TERHADAP ANAK-ANAK

DALAM BAHASA JAWA NGAPAK DI DESA BUKIT TELAGO KECAMATAN PELEPAT KABUPATEN BUNGO

Imran, MZ*, Mujiyono W, dan Hary Soedarto H. FKIP Universitas Jambi

ABSTRAK

Imran, MZ. 2017. Implikatur Percakapan Melarang Terhadap Anak-anak dalam Bahasa Jawa Ngapak di Desa Bukit Telago Kecamatan Pelepat

Kabupaten Bungo.Skripsi, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP

Universitas Jambi. Pembimbing: (1) Prof. Dr. Mujiyono Wiryotinoyo, M.Pd. (II) Dr.Drs. Hary Soedarto Harjono, M.Pd.

Kata Kunci: pragmatics, conversational implicatures, banning, lingual forms, pragmatic units, pragmatic implications, pragmatic implicature grooves.

The purpose of this research are: 1) to describe lingual form of conversational implicit prohibiting to children in Javanese Ngapak in Bukit Telago Village Pelepat Sub-district, 2) to describe pragmatic unit of implicatur conversation prohibiting to children in Javanese Ngapak in Bukit Telago Village Pelepat 3) to describe the pragmatic implicature of conversational implications for the children in Javanese Ngapak in Bukit Telago Village Pelepat Sub-District, 4) to describe the various implicatures of pragmatic implicatur implicatur forbidding children in Javanese Ngapak in Bukit Telago Village Pelepat District

The method used in this research is descriptive method with qualitative approach involving Bukit Telago village community. Techniques used in data collection is a method of observing libat ably and record. Data analysis using pragmatic analysis to obtain problem solving meaning in speech implicatur prohibited conversation prohibited in Javanese Ngapak language in Bukit Telago village. To test the validity of research data is done by observation technique and triangulation.

The results show that pragmatic implications prohibit against children in Bukit Telago Village in Ngapak Ngapak found as many as thirty-five Pragmatic Implications forbid (attached). The lingual form of conversational implicatur prohibits against children in Javanese Ngapak language in Bukit Telago Village Pelepat Subdistrict of Bungo Regency in the form of news sentence (declarative), introgative sentence, and command sentence (imperative). Pragmatic units of conversational implications prohibiting children in Javanese Ngapak in Bukit Telago Village Pelepat Subdistrict Bungo District includes pragmatic units informing facts, ordering, reminding, affirming, asking, asking, appraising, referring, and rebuking. In the presentation of pragmatic units informing facts, affirming, reminding, and convincing always supported by lingual form in the

(2)

*Korespondensi berkenaan artikel ini dapat dialamatkan ke e-mail: zen_07feb@yahoo.co.id

form of sentence news, while unit pragmatic asked always supported by lingual form in the form of sentence question, and unit pragmatic told always supported by lingual form in the form of command sentence.

It is advisable to pragmatic enthusiasts in order to deepen the research of pragmatic implications in prohibiting children and is expected to prohibit children from communicating well and politely.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Bahasa sebagai alat komunikasi haruslah dipahami penutur dan mitra tuturnya sehingga penggunaannya tidak menimbulkan salah pengertian. Pesan seorang penutur kepada mitra tuturnya dapat berjalan dengan baik jika keduanya saling memahami makna tuturan mereka. Pemahaman secara tersurat saja belumlah cukup dalam berkomunikasi, karena pesan dalam berkomunikasi tidak hanya tersurat tetapi juga tersirat. Makna tersirat tidak terbatas pada apa yang dikatakan oleh penutur saja tetapi apa yang tidak dikatakannya.

Bahasa Jawa Dialek Banyumas merupakan identitas masyarakat Banyumas. Bahasa menunjukan jati diri dan kepribadian penutur dari mana penutur berasal. Wiryotinoyo (2010:10) menyatakan bahwa “Implikatur Percakapan (IP) ialah implikasi pragmatis yang terkandung dalam suatu bentuk lingual (BL) yang diujarkan oleh penutur (n) kepada (t) dalam suatu percakapan”. Implikasi pragmatis merupakan makna yang terselubung yang keberadaannya terimplikasi secara langsung dengan bentuk lingual oleh penutur dalam situasi ujar. Dengan implikatur percakapan kita dapat membedakan apa yang diucapkan dan apa yang diimplikasikan oleh ucapan itu.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah bentuk lingual (BL) IP melarang terhadap anak-anak dalam bahasa Jawa Ngapak di Desa Bukit Telago Kecamatan Pelepat Kabupaten Bungo ?

2. Bagaimanakah satuan pragmatis (SP) IP melarang terhadap anak-anak dalam bahasa Jawa Ngapak di Desa Bukit Telago Kecamatan Pelepat Kabupaten Bungo ?

3. Apa saja implikasi pragmatis IP melarang terhadap anak-anak dalam bahasa Jawa Ngapak di Desa Bukit Telago Kecamatan Pelepat Kabupaten Bungo ?

(3)

*Korespondensi berkenaan artikel ini dapat dialamatkan ke e-mail: zen_07feb@yahoo.co.id 4. Apa saja macam-macam alur implikasi pragmatis IP melarang terhadap

anak-anak dalam bahasa Jawa Ngapak di Desa Bukit Telago Kecamatan Pelepat Kabupaten Bungo ?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang dirumuskan secara garis besar penelitian ini bertujuan:

1. Mendeskripsikan bentuk lingual (BL) IP melarang terhadap anak-anak dalam bahasa Jawa Ngapak di Desa Bukit Telago Kecamatan Pelepat Kabupaten Bungo.

2. Mendeskripsikan satuan pragmatis (SP) IP melarang terhadap anak-anak dalam bahasa Jawa Ngapak di Desa Bukit Telago Kecamatan Pelepat Kabupaten Bungo.

3. Mendeskripsikan implikasi pragmatis IP melarang terhadap anak-anak dalam bahasa Jawa Ngapak di Desa Bukit Telago Kecamatan Pelepat Kabupaten Bungo.

4. Mendeskripsikan macam-macam alur implikasi pragmatis IP melarang terhadap anak-anak dalam bahasa Jawa Ngapak di Desa Bukit Telago Kecamatan Pelepat Kabupaten Bungo.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini ada dua, yakni manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menunjang pengembangan ilmu pragmatik khususnya implikatur percakapan dan dapat memperkaya khasanah implikatur percakapan.

Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1) Dapat dijadikan acuan dan masukkan bagi pengguna bahasa untuk menyatakan

larangan.

2) Dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukkan bagi mahasiswa yang berminat dalam penelitian bahasa khususnya pragmatik yang berhubungan dengan implikatur percakapan sehingga mendapatkan sumber variasi implikatur percakapan.

(4)

*Korespondensi berkenaan artikel ini dapat dialamatkan ke e-mail: zen_07feb@yahoo.co.id

3) Dapat menjadi masukkan bagi guru dalam memberikan pengajaran mengenai pemahaman sebuah ujaran agar siswa dapat menyebutkan makna tuturan itu berdasarkan konteks yang tepat.

KAJIAN PUSTAKA Pragmatik

Pragmatik sebagai suatu kajian muncul dari pandangan, Levinson (dalam Wiryotinoyo, 2010:13) tentang semiotik, yaitu ilmu yang mempelajari sistem tanda atau lambang. Bahasa Banyumasan terkenal dengan cara bicaranya yang khas. Dialek ini disebut Banyumasan karena dipakai oleh masyarakat yang tinggal di wilayah Banyumasan. Seorang ahli bahasa Belanda, E.M. Uhlenbeck, mengelompokan dialek-dialek yang dipergunakan di wilayah Barat dari Jawa Tengah sebagai kelompok (rumpun) bahasa Jawa bagian Barat (Banyumasan, Tegalan, Cirebonan dan Banten Utara). Kelompok lainnya adalah bahasa Jawa bagian Tengah (Surakarta, Yogyakarta, Semarang dan lain-lain) dan kelompok bahasa Jawa bagian Timur. Kelompok bahasa Jawa bagian Barat (harap dibedakan dengan Jawa Barat/Bahasa Sunda) inilah yang sering disebut bahasa Banyumasan. Dibandingkan dengan bahasa Jawa dialek Yogyakarta dan Surakarta, dialek Banyumasan banyak sekali bedanya. Perbedaan yang utama yakni akhiran 'a' tetap diucapkan 'a' bukan 'o'. Jadi jika di Solo orang makan 'sego' (nasi), di wilayah Banyumasan orang makan 'sega'. Selain itu, kata-kata yang berakhiran huruf mati dibaca penuh, misalnya kata enak oleh dialek lain bunyinya ena, sedangkan dalam dialek Banyumasan dibaca enak dengan suara huruf 'k' yang jelas, itulah sebabnya bahasa Banyumasan oleh masyarakat di luar Banyumas disebut sebagai bahasa Ngapak atau Ngapak-ngapak.

Prinsip Kerja Sama (PK)

Sebuah komunikasi akan berjalan dengan lancar jika penutur (n) dan petutur (t) menyepakati prinsip-prinsip yang digunakan dalam sebuah percakapan, yaitu prinsip kerja sama. Dalam komunikasi yang wajar agaknya diasumsikan bahwa seorang penutur mengartikulasikan ujaran dengan maksud untuk mengomunikasikan sesuatu kepada lawan bicaranya, dan berharap lawan bicaranya dapat memahami apa yang hendak dikomunikasikan itu.

(5)

*Korespondensi berkenaan artikel ini dapat dialamatkan ke e-mail: zen_07feb@yahoo.co.id

Mujiyono (2010:29) PS merupakan aturan yang bersifat sosial, estetis, dan moral yang biasanya diikuti orang dalam melakukan percakapan (Grice, 1991:308). Dengan kata lain seseorang harus sopan dalam melahirkan IP. Untuk memperjelas PS dalam percakapan Leech memberikan contoh percakapan 1 berikut ini:

1. A: We’ll all miss Bill and Agatha, won’t we?

(Kita semua akan merindukan Bill dan Agatha bukan?) B: Well, we’ll all mis Bill.

(Ya, kita semua merindukan Bill) Analisis Pragmatik

Cakupan dan ruang lingkup kajian pragmatik sangat luas sehingga sering bertumpah tindih dengan kajian wacana atau kajian sosiolinguistik, yang jelas disepakati bahwa satuan kajian pragmatik bukanlah kata atau kalimat, melainkan tindak tutur atau tindak ujaran (speech act). Pemakaian istliah pragmatik (pragmatik) dipopulerkan oleh seorang filosof yang bernama Charles Morris (dalam Rahardi, 2005:47), yang mempunyai perhatian besar pada ilmu pengetahuan tentang tanda-tanda, atau semiotik (semiotics).

Situasi Ujar

Aspek-aspek situasi ujar itu adalah penutur dan lawan tutur, konteks sebuah tuturan, tujuan sebuah tuturan, tuturan sebagai bentuk tindakan, dan tuturan sebagai bentuk tindak verbal.

Implikatur Percakapan

Implikatur percakapan merupakan salah satu kajian pragmatik dalam fenomena pragmatis dan merupakan suatu aspek yang paling dominan dalam pragmatik. Hal ini sejalan dengan pendapat Wiryotinoyo, (2010:10) Implikatur Percakapan (IP) ialah implikasi pragmatis yang terkandung dalam suatu bentuk lingual yang diujarkan oleh penutur kepada petutur dalam suatu percakapan.

Adapun contoh implikatur percakapan melarang dalam bahasa Jawa Ngapak, misalnya melarang berkata tabu.

Pak Lik Jarwo : Dijait lambemu mengko ora teyeng ngomong maning(IP1) (Dijahit mulut kamu nanti nggak bisa bicara lagi)

(6)

*Korespondensi berkenaan artikel ini dapat dialamatkan ke e-mail: zen_07feb@yahoo.co.id (Kenapa Pak Lik Jarwo?)

Pak Lik Jarwo: Dijait lambemu... (IP2) (Dijahit mulut kamu...)

Tutur IP1 dan IP2 yang berbunyi “Dijait lambemu” dan keduanya adalah implikatur percakapan, bentuk lingual (BL) satuan pragmatis (SP) memberitahukan bahwa Pak Lik Jarwo tersebut melarang keponakannya berbicara kotor dan seenaknya dengan mengatakan dijahit mulut kamu nanti nggak bisa ngomong lagi. Fenomena pragmatik jadi penting jika komunikasi terjalin dengan baik antara penutur dan petutur.

Fungsi Implikatur Percakapan

Konsep implikatur percakapan merupakan konsep yang cukup penting dalam pragmatik. Levinson (Wiryotinoyo, 2010:19) mengemukakan bahwa ada empat macam faedah konsep implikatur, yaitu:

1. IP dapat memberikan fungsional yang bermakna atas fakta-fakta kebahasaan yang tidak terjangkau teori linguistik (struktural).

2. IP memberikan penjelasan eksplisit adanya perbedaan antara apa yang diucapkan secara lahiriah dan apa yang dimaksudkan oleh suatu ujaran dan bahwa pemakai bahasa pun memahami.

3. IP dapat menyederhanakan deskripsi semantik hubungan antara klausa yang berbeda konjungsinya.

4. IP dapat diterangkan berbagai macam gejala kebahasaan yang secara lahiriah tampak tidak berkaitan atau bahkan berlawanan, tetapi ternyata berhubungan.

Satuan Pragmatis Implikatur Percakapan

Satuan pragmatis merupakan perpaduan antara ilokusi dan proposisi yang menyiratkan implikasi pragmatis yang mewujudkan IP. Wiryotinoyo (2010:13) mengemukakan bahwa “Dalam pembicaraan IP, SP merupakan wujud konkret dari tindakan menggunakan bahasa. Dengan SP n melakukan tindakan berkomunikasi dan berinteraksi dengan t guna mencapai tujuan percakapan tertentu, termasuk tujuan terselubung yang penyampaiannya oleh n dan t disampaikan tersirat dalam SP”.

(7)

*Korespondensi berkenaan artikel ini dapat dialamatkan ke e-mail: zen_07feb@yahoo.co.id

Jadi, dapat disimpulkan bahwa saat komunikasi antara n dan t disamping menunjukkan fungsi BL, ilokusi itu sesungguhnya juga mentransaksikan isi komunikasi yang berupa proporsisi dalam analisis IP disebut Satuan Pragmatis (SP). Bagian terkecil dari tindakan komunikasi dengan bahasa disebut tindak tutur, atau tindak ilokusi.

Bentuk Lingual

Bentuk lingual (BL) pada dasarnya merupakan satuan kebahasaan dari sebuah tuturan yang didalamnya terdapat implikasi pragmatis. Wiyotinoyo (2010:59) menyatakan bahwa “BL ialah konstruksi kebahasaan dari bunyi tuturan (T) yang secara produktif di ujarkan dan di dengar dalam bahasa lisan atau dituliskan dan dapat dibaca dalam bahasa tulis”. Sesuai dengan tatarannya, BL berbagai jenis, dapat berupa morfem, kata, frasa, klausa, dan kalimat. Dalam kesempatan ini, BL difokuskan pada tataran kalimat dengan alasan bahwa kalimat telah mengandung proposisi (P) yang memberikan sumbangan langsung kepada penutur (n) dalam menyampaikan implikasi pragmatis yang menjadi tujuan n dalam menciptakan IP.

Implikasi Pragmatis

Implikasi pragmatis merupakan satuan pragmatis yang diimplikasikan dan memiliki tujuan terselubung yang dikehendaki oleh n ketika mengujarkan BL dalam satuan percakapan. Wiryotinoyo (2010:82) menyatakan bahwa “Implikasi pragmatis sesungguhnya adalah satuan pragmatis yang secara langsung di ekspresikan oleh BL”. Implikasi pragmatis dapat berupa menyuruh, mengajak, menolak, meminta, mengingatkan, melarang, dan sebagainya.

Hubungan Bentuk Lingual, Satuan Pragmatis, dan Implikasi Pragmatis Sebelum nomor ini, sudah dibahas BL, SP, dan implikasi pragmatis. Masing-masing adalah unsur IP dan ketiganya berhubungan sedemikian erat karena fungsinya dalam pemakaian IP. BL merupakan konstruksi kebahasaan dari suatu T yang berfungsi untuk mendukung penyajian SP oleh n sehingga SP dapat didengar oleh t. SP menjembatani sampainya tujuan yang berupa implikasi pragmatis itu dari n kepada t. Hubungan ketiga unsur IP itu, yakni BL, SP, dan implikasi pragmatis sesungguhnya dipandang dari segi fungsi masing-masing,

(8)

*Korespondensi berkenaan artikel ini dapat dialamatkan ke e-mail: zen_07feb@yahoo.co.id

tegasnya dari segi ilokusinya. Jika dipandang dari segi p, antara BL, SP, dan implikasi pragmatis ternyata ada pertalian makna.

Alur Implikasi Pragmatis IP Melarang Bahasa Jawa Ngapak

Selain deskripsi implikasi pragmatis, analisis data atas IP melarang terhadap anak-anak dalam bahasa Jawa Ngapak di Desa Bukti Telago Kecamatan Pelepat Kabupaten Bungo, juga menemukan alur implikasi pragmatis. Alur implikasi menunjukkan bagaimana hubungan antara makna tuturan (T) yang berupa BL dan makna implikasinya IP. Pada IP melarang terhadap anak-anak dalam bahasa Jawa Ngapak di Desa Bukit Telago, ditemukan tujuh macam alur implikasi pragmatis: alur sebab-akibat, akibat-sebab, analogis, ironis, kebiasaan, normatif, dan sifat.

Melarang

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013:335) menyatakan bahwa “Melarang adalah mencegah agar sesuatu tidak dilaksanakan, memerintah untuk meninggalkan (menghindari, dan sebagainya)”. Tuturan yang bermakna larangan di dalam bahasa Indonesia, biasanya diungkapkan dengan penanda kesantunan “jangan”, selain itu dapat juga diungkapkan dengan penanda kesantunan “tidak boleh”.

METODE PENELITIAN

Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bodgan dan Taylor dalam Moleong, 2010:4). Penelitian ini menghendaki pengolahan data tanpa perhitungan secara statistik. Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Deskriptif menjelaskan data atau objek secara natural, objektif, dan faktual (apa adanya). Penelitian ini tidak menggunakan hipotesis sebagai jawaban terhadap masalah penelitian sebagai lazimnya dilakukan dalam penelitian berpendekatan kuantitatif.

(9)

*Korespondensi berkenaan artikel ini dapat dialamatkan ke e-mail: zen_07feb@yahoo.co.id

Lokasi penelitian ini dilakukan ditempat peneliti berdomisili, yaitu di Desa Bukit Telago Kecamatan Pelepat Kabupaten Bungo. Lokasi penelitian ini dipilih karena di Desa Bukit Telago dalam percakapan sehari-hari masyarakatnya menggunakan bahasa Jawa Ngapak sebagai bahasa ibu untuk sarana komunikasi antar pengguna bahasa Jawa dan sangat memungkinkan terjadinya interaksi antara individu secara alamiah.

Kehadiran Peneliti

Peneliti berperan sebagai pengamat partisipan. Untuk memperoleh data yang alamiah, kehadiran peneliti sangat penting sekali dalam penelitian ini, yang berfungsi sebagai instrument dan pengumpul data dari percakapan yang berlangsung. Kehadiran peneliti di lapangan bertujuan untuk mengumpulkan data dari informan. Peneliti hadir di tengah-tengah masyarakat pemakai bahasa untuk mendengarkan serta membuat catatan lapangan dari informan untuk mendeskripsikan data yang bermuatan implikatur percakapan pada anak-anak dalam melarang dengan menggunakan bahasa Jawa Ngapak.

Data dan Sumber Data Data

Data merupakan bahan jadi penelitian dalam analisis. Sebagai bahan jadi, data dapat diterjemahkan sebagai objek ditambah konteks. Data pada hakikatnya adalah objek penelitian beserta dengan konteksnya.

Data dalam penelitian ini adalah wacana percakapan berupa implikatur percakapan melarang terhadap anak-anak dalam bahasa Jawa Ngapak di Desa Bukit Telago Kecamatan Pelepat Kabupaten Bungo. Arikunto (2002:96) menyatakan bahwa “Data adalah segala fakta dan angka yang dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi”. Informasi adalah hasil penjumlahan data yang dipakai untuk suatu keperluan.

Sumber Data

Sumber data adalah sesuatu yang dapat memberikan informasi atau keterangan tentang objek yang akan diteliti, Sudaryanto (1993:91). Sejalan dengan itu, Arikunto (2002:107) juga berpendapat bahwa “Sumber data adalah objek dari mana data penelitian dapat diperoleh”. Sumber data juga berarti uraian tentang tempat dan asal diperolehnya data penelitian. Sumber data dalam

(10)

*Korespondensi berkenaan artikel ini dapat dialamatkan ke e-mail: zen_07feb@yahoo.co.id

penelitian ini adalah orang dewasa dengan tuturan bahasa Jawa Ngapak yang bermuatan implikatur percakapan melarang. Hal tersebut sesuai dengan latar belakang penelitian ini, bahwa dalam percakapan sehari-hari pada masyarakat Desa Bukit Telago menggunakan bahasa Jawa Ngapak sehingga sangat memungkinkan terjadinya interaksi secara verbal antara penutur (n) dan petutur (t).

Penentuan Informan Informan

Mengingat banyaknya jumlah penutur dan luasnya wilayah yang memakai bahasa yang diteliti, keterbatasan tenaga, waktu, dan biaya maka sumber data dapat ditentukan dengan memilih sebagian dari populasi tersebut (Mahsun, 2007:29). Dalam praktiknya peneliti mengambil beberapa orang informan sebagai penutur atau pemakai bahasa untuk dijadikan sampel peneliti. Sedangkan Samarin (1988:82) mengatakan “Informan itu adalah seseorang yang memperlengkapi peneliti dengan contoh-contoh bahasa, baik sebagai ulangan dari yang diucapkan, maupun sebagai bentuk tentang apa yang mungkin dikatakan orang”.

Untuk itu, peneliti menyimpulkan dalam menentukan informan harus memenuhi persyaratan sebagi berikut:

1. Masyarakat Bukit Telago,

2. Jenis kelamin laki-laki atau perempuan,

3. Lahir dan dibesarkan di lingkungan Jawa Ngapak, yakni Banyumas dan Purbalingga.

Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Sebagai instrumen dalam penelitiannya, peneliti berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya. Kehadiran peneliti sangat diperlukan untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Dalam hal ini peneliti berperan sebagai pengamat partisipan, peneliti mendengar dan mencermati percakapan antara penutur dan petutur yang bermuatan IP melarang tanpa sepengetahuan informan. Teknik lanjutan berikutnya yang digunakan adalah teknik catat dan teknik rekam.

(11)

*Korespondensi berkenaan artikel ini dapat dialamatkan ke e-mail: zen_07feb@yahoo.co.id Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik simak. Disebut metode simak karena memang berupa penyimakan yang dilakukan dengan menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa. Ini dapat disejajarkan dengan metode pengamatan atau observasi. Teknik simak digunakan dengan cara menyimak percakapan orang dewasa dalam melarang terhadap anak-anak dengan bahasa Jawa Ngapak di Desa Bukti Telago Kecamatan Pelepat Kabupaten Bungo dengan menggunakan bahasa Jawa Ngapak.

Teknik sadap pada praktiknya terbagi dalam empat teknik lanjutan, yaitu teknik simak libat cakap (SLC), teknik simak bebas libat cakap (SBLC), teknik rekam, dan teknik catat. Diantara empat teknik lanjutan, dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik simak libat cakap (SLC), dan teknik catat.

Teknik lanjutan berikutnya yang digunakan adalah teknik catat. Ketika teknik pertama digunakan, peneliti juga melakukan pencatatan terhadap tuturan-tuturan yang mengandung makna implikatur percakapan untuk kemudian dianalisis. Adapun teknik ini dapat digunakan secara bersama-sama karena bahasa yang disadap berwujud lisan.

Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber, metode, dan teori teknik ini bertujuan agar hasil penelitian yang diperoleh benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Perpanjangan keikutsertaan juga merupakan penyediaan rentang waktu yang memadai untuk mengambil peristiwa komunikasi yang terjadi. Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal dilapangan peneliti sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai, Moleong (2009:327). Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap peristiwa komunikasi yang menonjol dalam percakapan. Selanjutnya Moleong (2009:330) menyatakan bahwa “Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”.

(12)

*Korespondensi berkenaan artikel ini dapat dialamatkan ke e-mail: zen_07feb@yahoo.co.id

Analisis data adalah sebuah proses untuk mencari dan mengatur secara sistematis data-data yang telah terkumpul guna memudahkan untuk memahami dan menyusun laporan. Patton (Moleong, 2001:103) “Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar, ia membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian”.

Tahap-tahap Penelitian

Penelitian yang dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut: 1. Tahapan Pralapangan

2. Tahap Pengerjaan Lapangan 3. Tahap Analisis Data

4. Tahap Pengecekan 5. Tahap Laporan Penelitian

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Bentuk Lingual IP Melarang Terhadap Anak-anak Desa Bukit Telago

Bentuk lingual ialah kontruksi kebahasaan dari bunyi tuturan (T) yang secara produktif diujarkan dan didengar dalam bahasa lisan atau dituliskan dan dapat dibaca dalam bahasa tulis” (Wiryotinoyo, 2010:59). Dalam pembahasan ini bentuk lingual difokuskan pada tataran kalimat yang berupa kalimat berita, kalimat perintah dan kalimat tanya.

IP Melarang Dalam Bentuk Kalimat Berita

“Kalimat berita adalah kalimat yang isinya menyatakan berita atau pernyataan untuk diketahui orang lain (pendengar atau pembaca)” (Chaer, 1994:396).

Percakapan (1) ini terjadi pada pukul 16.15 WIB, ketika itu Ayu sedang duduk membaca buku di depan pintu rumahnya dan kemudian neneknya datang sehingga terjadilah percakapan berikut.

P1

B : Yu, anak prawan njagong bae ning lawang, engko ana wong sing

(13)

*Korespondensi berkenaan artikel ini dapat dialamatkan ke e-mail: zen_07feb@yahoo.co.id

(Yu, anak gadis main duduk saja di pintu, nanti ada orang yang mau melamar tidak jadi).

Ayu : Kena ngapa Nek? (Kenapa Nek ?)

B : Iya, engko wong balik ora dadi melamar kowen. (Iya, nanti orang pulang tidak jadi melamar kamu).

Bentuk lingual implikatur percakapan (1) “Yu, anak prawan njagong bae

ning lawang, engko ana wong sing arepan melamar ora dadi” berupa kalimat

berita. Bentuk lingual yang diujarkan oleh Boini bermaksud memberitahukan sesuatu kepada Ayu bahwa duduk di pintu dapat membuat lamaran berbalik. IP Melarang Dalam Bentuk Kalimat Tanya

“Kalimat tanya adalah kalimat yang isinya mengharapkan reaksi atau jawaban berupa pengakuan, keterangan, alasan atau pendapat dari pihak pendengar atau pembaca” (Chaer, 1994:397).

Percakapan (2) ini terjadi pada pukul 22.15 WIB dirumah mereka, Bitah merupakan adik Ryan. Ryan ketika itu sedang membaca diruang tengah, sedangkan adiknya yaitu Bitah berada di kamar memutar musik yang ada dalam handphonenya. Ryan yang mendengar musik itu langsung bertanya kepada Bitah sehingga terjadilah percakapan berikut.

P 2

Ryan : Bitah, ngesuk sekolah, PR e wis rampung?

(Bitah, besok sekolah, PR nya udah selesai?) Bitah : (Karo dolanan hape njawab) uwis kok.

(Sambil main handphone menjawab) udah kok. Ryan : Wis bengi, hape ne kuwe?

(Udah malam, hape nya itu?)

Bentuk lingual ujaran Ryan, merupakan kalimat tanya. Dengan kalimat tanya tersebut, Ryan bertanya kepada Bitah (adiknya) apakah PR-nya sudah selesai atau belum, ujaran tersebut bermaksud bahwa Ryan menyuruh Bitah menyelesaikan pekerjaan rumah yang diberikan guru, dan segera tidur agar besok tidak terlambat datang ke sekolah. Ujaran tersebut juga melarang Bitah, agar tidak main handphone lagi, karena besok harus pergi ke sekolah.

(14)

*Korespondensi berkenaan artikel ini dapat dialamatkan ke e-mail: zen_07feb@yahoo.co.id IP Melarang Dalam Bentuk Kalimat Perintah

“Kalimat perintah adalah kalimat yang isinya mengharapkan adanya reaksi berupa tindakan, atau perbuatan dari orang yang diajak bicara, baik pendengar ataupun pembaca” (Chaer, 1994:404).

Percakapan ini terjadi pada pukul 19.47 WIB di rumah Ryan. Saat itu Ryan sedang menonton televisi diatas kasur dan tiba-tiba Rio datang, tanpa disengaja Rio menduduki bantal kemudian ditegur oleh Ryan, akan tetapi Rio tidak menghiraukan setelah 15 menit masih juga duduk di bantal kemudian Ryan marah kepada Rio sehingga terjadilah percakapan berikut.

P 3

Ryan : Rio bandel banget ya, njagonglah kowen trus ning bantal, biar ngesuk ora bisa njagong maning soale bisulan!

(Rio bandel sekali ya, duduklah kamu trus di bantal, biar besok nggak bisa duduk lagi karena bisulan!)

Rio : (Meneng lan mindahke bantal sing di jagongi). (Diam dan memindahkan bantal yang didudukinya).

Bentuk lingual implikatur percakapan (3) “Rio bandel banget ya, njagonglah kowen trus ning bantal, biar ngesuk ora bisa njagong maning soale

bisulan!” tersebut berupa kalimat perintah. Dalam kalimat tersebut ujaran Ryan

kepada Rio yakni Ryan memberikan perintah kepada Rio untuk menduduki bantal dengan maksud agar Rio segera memindahkan bantal.

Satuan Pragmatis (SP) Implikatur Percakapan Melarang Terhadap Anak-anak di Desa Bukit Telago

“Dalam menganalisis IP, perpaduan antara ilokusi dan proposisi merupakan suatu satuan analisis yang disebut satuan pragmatis. Dalam pembicaraan IP, SP, merupakan wujud konkret dari tindakan menggunakan bahasa, dengan SP, n melakukan tindakan berkomunikasi dan berinteraksi dengan t guna mencapai tujuan terselubung yang penyampaiannya oleh n dan t disampaikan tersirat di dalam satuan pragmatis (SP)” (Wiryotinoyo, 2010:73).

Berdasarkan hasil analisis data, ditemukan sembilan macam satuan pragmatis (SP) yang digunakan untuk mendukung implikasi pragmatis menyatakan larangan terhadap anak-anak Desa Bukit Telago, meliputi SP

(15)

*Korespondensi berkenaan artikel ini dapat dialamatkan ke e-mail: zen_07feb@yahoo.co.id

menginformasikan fakta, menyuruh, mengingatkan, menegaskan, bertanya, meminta, menilai, mengajak, dan menegur.

IP Melarang Dalam Bentuk Menginformasikan Fakta

Satuan pragmatis IP untuk menyampaikan implikasi pragmatis melarang dapat berupa SP menginformasikan fakta, yaitu SP yang digunakan oleh n untuk menyampaikan atau memberitahukan sesuatu kepada t. Percakapan ini terjadi pada waktu maghrib, sekitar pukul 18.08 WIB. Pada saat itu Masjid tengah azan maghrib dan tiba-tiba Arip akan keluar rumah yang diketahui Deden (Paman Arip), Deden pun marah kepada Arip sehingga terjadilah percakapan berikut.

P 4

D : Arip, ora usah metu omah, mengko ndeleng senja kuning buta

mata kowen.

(Arip, nggak usah keluar rumah, nanti nengok senja kuning buta mata kamu).

A : Metu sedelat, kenang ngapa ora olih, inyong arepan weruh senja kuning.

(Keluar sebentar, kenapa nggak boleh, aku mau nengok senja kuning)

D : Mata kowen iso buta yen weruh. (Mata kamu bisa buta kalau melihatnya). A : (Nutup lawang lan njawab) Iya.

(Menutup pintu dan menjawab) Iya.

Pada implikatur percakapan (4) yang berimplikasi melarang dengan tujuan Deden menakut-nakuti Arip (keponakannya), yaitu Deden melarang Arip keluar rumah ketika senja kuning muncul, karena pada saat senja kuning muncul itu waktunya orang melaksanakan sholat maghrib.

Implikasi Pragmatis Melarang Terhadap Anak-anak dalam Bahasa Jawa Ngapak di Desa Bukit Telago

Implikasi pragmatis adalah satuan pragmatis yang tersirat dalam satuan pragmatis yang secara langsung di ekspresikan oleh bentuk lingual. Jadi implikasi pragmatis merupakan tujuan terselubung yang dikehendaki oleh n ketika ia mengujarkan BL kepada t dalam suatu percakapan. Hasil analisis data

(16)

*Korespondensi berkenaan artikel ini dapat dialamatkan ke e-mail: zen_07feb@yahoo.co.id

menunjukkan bahwa pada IP melarang terhadap anak-anak dalam bahasa Jawa Ngapak di Desa Bukit Telago sebagai berikut:

Melarang Menduduki Beras

Implikasi pragmatis melarang dapat berupa melarang menduduki beras, yaitu n menyatakan t untuk tidak menduduki beras, karena beras itu untuk di masak tidak pantas untuk di duduki.

Percakapan ini terjadi pada pukul 10.13 WIB di rumah keluarga Katmin. Pada waktu itu Bambang berada di dapur bersama adiknya, tiba-tiba Katmin pulang dari warung membeli sekarung beras dan diletakkan di dapur. Melihat ayahnya meletakkan sekarung beras, Bambang langsung menduduki dan terjadilah percakapan berikut.

P 13

K : Disit ana wong njagongi beras langsung berase dadi pasir ora

bisa ning masak maning.

(Dulu ada orang menduduki beras langsung berasnya jadi pasir nggak bisa di masak lagi)

B : Kok bisa kaya kuwe Pak?

(Kok bisa seperti itu Pak?)

K : Iya, disit ana wong kaya kowen kuwe lah, berase rubah dadi

pasir soale ning jagongi.

(Iya, dulu ada orang seperti kamu itu lah. Berasnya berubah jadi pasir karena di duduki).

Implikatur percakapan Katmin melarang Bambang agar tidak menduduki beras, karena hal itu merupakan untuk mengajarkan perilaku kesopanan, apalagi beras untuk di masak dan di makan.

Alur ImplikasiPragmatis IP Melarang Bahasa Jawa Ngapak

Selain deskripsi implikasi pragmatis, analisis data atas IP melarang terhadap anak-anak dalam bahasa Jawa Ngapak di Desa Bukti Telago Kecamatan Pelepat Kabupaten Bungo, juga menemukan alur implikasi pragmatis. Alur implikasi menunjukkan bagaimana hubungan antara makna tuturan (T) yang berupa BL dan makna implikasinya IP. Pada IP orang dewasa melarang anak usia

(17)

*Korespondensi berkenaan artikel ini dapat dialamatkan ke e-mail: zen_07feb@yahoo.co.id

9-10 tahun, ditemukan tujuh macam alur implikasi pragmatis: alur sebab-akibat, akibat-sebab, analogis, ironis, kebiasaan, normatif, dan sifat.

IP Melarang Dalam Bentuk Alur Sebab-Akibat

Alur sebab-akibat ialah alur implikasi pragmatis yang terbentuk dari hubungan makna pada BL dan makna pada implikasi pragmatis dengan posisi makna pada BL sebagai suatu sebab yang memunculkan makna pada implikasi pragmatis sebagai akibatnya.

Percakapan terjadi pada pukul 15.35 WIB di rumah keluarga Sukir. Pada saat itu Nouval (anaknya) mendekati ayahnya Sukir yang sedang membuat meja belajar. Namun Nouval ikut memegang alat kerja yaitu palu dan memukul-mukul ke kayu, melihat hal itu terjadilah percakapan berikut.

P 28

S : Mlebu ngumah nganah! Diprenta mbokek.

(Masuk kerumah sana! Sama Ibu) N : Nouval pengen neng kene bae.

(Nouval mau disini saja)

S : Anggar ana wong mergawe aja nyerandu !

(Kalau ada orang kerja jangan diganggu !) N : Iya, ndeleng bae.

(Iya, Cuma lihatin saja)

Bentuk lingual ujaran Nouval pada percakapan diatas merupakan kalimat ingin melihat. Pada ujaran tersebut Sukir melarang Nouval untuk tidak mengganggu yang sedang bekerja, SP yang dituturkan oleh Sukir diatas merupakan alur sebab-akibat.

IP Melarang Dalam Bentuk Alur Akibat-Sebab

Kebalikan alur sebab-akibat adalah alur akibat-sebab. Alur akibat-sebab ialah alur implikasi yang terjadi dari hubungan antara makna BL sebagai akibat dan makna implikasi pragmatisnya sebagai sebab.

Percakapan ini terjadi pada sore hari kira-kira pukul 17.25 WIB di rumah keluarga Mei. Saat itu Hendra (adiknya) yang baru pulang dari bermain, dan bergegas ke kamar mandi. Setelah 5 menit Hendra lupa akan shampo yang

(18)

*Korespondensi berkenaan artikel ini dapat dialamatkan ke e-mail: zen_07feb@yahoo.co.id

dibelinya, kemudian Hendra memanggil Kakaknya yaitu Mei untuk mengambil shampo yang tertinggal di motor, dan terjadilah percakapan berikut.

P 29

H : Mbak Mei, tulung jikutna shampo neng motor. (Kak Mei, tolong ambilkan shampo di motor) M : Parkir motore neng ndi ?

(Parkir motornya dimana ?) H : Neng sebelah umahe Lani.

(Disebelah rumah Lani)

M : Perek temen? Kurang adoh, haruse neng Kelurahan.

(Dekat sekali? Kurang jauh, harusnya di Kelurahan)

Bentuk lingual ujaran Mei pada percakapan tersebut merupakan kalimat tanya. Dengan kalimat tanya tersebut Hendra yang berada didalam kamar mandi bertujuan menyuruh Mei untuk mengambil shampo yang berada didalam jok motor. Implikasi IP Mei adalah melarang, karena parkir motor seharusnya dekat dengan rumah mereka. Ujaran Hendra tersebut merupakan bagian dari sebab dan Mei merupakan akibat.

Pembahasan

Bentuk Lingual, Satuan Pragmatis, dan Implikasi Pragmatis Implikatur Percakapan Melarang Terhadap Anak-anak dalam Bahasa Jawa Ngapak di Desa Bukit Telago Kecamatan Pelepat Kabupaten Bungo

Hasil penelitian implikatur percakapan melarang terhadap anak-anak dalam bahasa Jawa Ngapak di Desa Bukit Telago Kecamatan Pelepat Kabupaten Bungo bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk lingual (BL), satuan pragmatis (SP), dan implikasi pragmatis serta alur implikasi pragmatis implikatur percakapan melarang. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa penggunaan implikatur percakapan dalam Bahasa Jawa Ngapak oleh seseorang (n) dalam melarang petutut (t) masih menggunakan tuturan (T) yang bermuatan implikatur sehingga dapat menghasilkan tuturan yang lebih sopan.

Hubungan BL, SP, dan IP Melarang Terhadap Anak-anak dalam Bahasa Jawa Ngapak di Desa Bukit Telago Kecamatan Pelepat Kabupaten Bungo

(19)

*Korespondensi berkenaan artikel ini dapat dialamatkan ke e-mail: zen_07feb@yahoo.co.id

Hubungan BL, SP, dan IP melarang terhadap anak-anak dalam bahasa Jawa Ngapak di Desa Bukit Telago sangat erat sekali, ketiga unsur tersebut saling mendukung dalam IP. IP adalah implikasi pragmatis yang terkandung di dalam suatu BL yang diujarkan oleh n kepada t dalam suatu percakapan. BL merupakan kontruksi kebahasaan dari suatu T yang berfungsi mendukung tersiratnya implikasi pragmatis yang menjadi tujuan terselubung dari n yang merupakan jalinan IP, BL, dan SP melarang.

P 35

Sarmini : Lik Bambang, wingi ana wong nangis kaya Hani, cacak Lik Bambang gowo sing nangis kiye, biar adoh sekang Mboke.

(Om Bambang, kemarin ada orang yang menangis seperti Dani, coba Om Bambang bawak yang menangis ini, biar jauh dari ibunya).

Bambang : Iya Mbak, biar inyong gowo lunga bae. (Iya Kak, biar saya bawak pergi saja)

Percakapan (35) merupakan implikasi percakapan melarang, BL tuturan itu kalimat perintah, SP pada IP tersebut adalah menyuruh, yaitu ibu Hani menyuruh Bambang dengan menakut-nakuti untuk membawa pergi Hani agar diam dari tangisnya.

IP : Lik Bambang, wingi ana wong nangis kaya Hani, cacak Lik

Bambang gowo sing nangis kiye, biar adoh sekang Mboke.

BL : Kalimat perintah.

SP : Menyuruh.

IPR : Melarang agar berhenti menangis.

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan BL, SP, dan IP terjalin hubungan yang sangat erat, yaitu hubungan fungsi dan dapat diperlihatkan berdasarkan fungsi pemakaian masing-masing unsur.

PENUTUP Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa implikatur percakapan melarang terhadap anak-anak dalam bahasa Jawa Ngapak di Desa

(20)

*Korespondensi berkenaan artikel ini dapat dialamatkan ke e-mail: zen_07feb@yahoo.co.id

Bukit Telago Kecamatan Pelepat Kabupaten Bungo, dapat diperlihatkan yang lebih spesifik dapat dikemukakan sebagai berikut.

1. Bentuk lingual implikatur percakapan melarang terhadap anak-anak dalam bahasa Jawa Ngapak di Desa Bukit Telago, terdapat tiga jenis kalimat, yaitu kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah.

2. Satuan pragmatis implikatur percakapan melarang terhadap anak-anak dalam bahasa Jawa Ngapak di Desa Bukit Telago, ditemukan sembilan SP, yaitu: menginformasikan fakta, menyuruh, mengingatkan, menegaskan, bertanya, meminta, menilai, mengajak, dan menegur.

3. Implikasi pragmatis dalam implikatur percakapan melarang terhadap anak-anak dalam bahasa Jawa Ngapak di Desa Bukit Telago, ditemukan sebanyak tiga puluh lima implikasi pragmatis.

4. Alur implikasi pragmatis dalam IP melarang terhadap anak-anak dalam bahasa Jawa Ngapak secara garis besar digolongkan kedalam tujuh macam alur, yaitu: Alur sebab-akibat, akibat-sebab, analogis, ironis, kebiasaan, normatif, dan alur sifat.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka terdapat beberapa saran yang dapat dikemukakan.

1. Disarankan kepada pemakai bahasa Indonesia, agar dapat memahami implikatur percakapan terutama yang berimplikasi pragmatis dalam melarang terhadap anak-anak agar dapat berkomunikasi dengan lebih baik dan sopan.

2. Disarankan kepada peminat pragmatik terutama adik-adik mahasiswa agar melanjutkan penelitian tentang implikatur percakapan, karena masih ada beberapa implikatur yang belum peneliti temukan dalam penelitian ini khususnya di Desa Bukit Telago Kecamatan Pelepat, peneliti berharap agar penelitian ini tetap berlanjut demi memperkaya keragaman aspek pragmatik yang sudah tentu akan menambah ilmu pengetahuan baru mengenai linguistik.

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat tiga pengajaran ayat yang boleh diambil daripada perbincangan tafsiran ayat, iaitu syiar Islam dalam amalan sai haji dan umrah; dosa menyembunyikan ilmu dan kebenaran;

BAVIT (Bandung Visit Travel): Aplikasi Pariwisata Modul Akomodasi (Hotel dan Transportasi) adalah aplikasi berbasis website yang digunakan membantu para wisatawan dalam

Isu utama yang menjadi pokok perbincangan dalam kalangan pengkaji BM pelajar asing di Malaysia adalah kebanyakan mereka yang mengikuti kursus Bahasa Melayu di IPT menghadapi

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan pengolahan tanah dan pembuatan bedengan, penanaman benih Jagung Pulut, pengaplikasian herbisida yang dilakukan satu kali pada umur

Tabel 2.5 Faktor Penyesuaian untuk Pengaruh Hambatan Samping dan Lebar Bahu pada Kecepatan Arus Bebas Kendaraan Ringan untuk Jalan Perkotaan dengan Bahu

Setelah dilakukan penelitian mengenai pembelajaran matematika dengan menggunakanschoology untuk materi rasio trigonometri di kelas X IPA 5 SMA Kemala

Kemampuan perawat dalam memberikan keperawatan diiringi dengan perhatian yang baik kepada pasien khususnya pasien anak dapat menurunkan tingkat kecemasan anak

Proses pendidikan pada jenjang Diploma III di Jurusan Perhotelan Akademi Pariwisata Dharma Nusantara Sakti Yogyakarta, akan diakhiri dengan diwajibkannya bagi