• Tidak ada hasil yang ditemukan

[Makalah] KonstitusiSD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "[Makalah] KonstitusiSD"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

KONSTITUSI

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 07 Pembimbing: Dra. Sani Safitri, M.Si. Rabiatul Adawiyah 04011181320045 Chyntia Tiara Putri 04011181320047 Aprilia Kartini 04011181320049 Nina Vella Rizky 04011181320051 Zakira Tifany Fajrianty 04011181320079 Dea Firstianty Hendarman 04011181320081 Nilam Siti Rahmah 04011181320083

PENDIDIKAN DOKTER UMUM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2015

(2)

ii

Kata Pengantar

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. karena atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul ‘Konstitusi’. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas MPK Kewarganegaraan di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Tahun Ajaran 2014/2015.

Penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penulis sadar bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, begitu pula dengan makalah ini. Oleh karena itu penulis menerima saran dan kritik yang ada. Semoga dengan hal tersebut akan membuat penulisan makalah seperti ini lebih baik lagi.

Palembang, Februari 2015

(3)

iii DAFTAR ISI

Halaman Judul………... i

Kata Pengantar………... ii

Daftar Isi……… .iii

BAB I: PENDAHULUAN……… 1

1.1.Latar Belakang………. 1

1.2.Rumusan Masalah ………... 1

1.3.Tujuan……….. 2

1.4.Manfaat……… 2

BAB II: PEMBAHASAN……….. 3

2.1.Pengertian Konstitusi………... 3

2.2.Fungsi Konstitusi………. 4

2.3.Jenis Jenis Konstitusi………... 5

2.3.1.Jenis Konstitusi di Indonesia……….... 6

2.4.Unsur Unsur Konstitusi………... 11

2.5.Sifat Konstitusi……… 12

2.5.1.Sifat Konstitusi di Indonesia……… 14

2.6.Tujuan Konstitusi ……….. 15

2.7.Kedudukan dan Peranan Konstitusi dalam Kehidupan Bernegara……… 16

2.7.1.Kedudukan Konstitusi……… 16

2.7.2.Peranan Konstitusi……….. 16

2.8.Pelaksanaan Konstitusi di Indonesia……….. 18

BAB III: PENUTUP……… 20

3.1.Simpulan……….. 20

3.2.Saran……… 20

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam pelaksanaannya, sebuah negara memerlukan dasar atau landasan untuk mencapai tujuan negara dan kehidupan bernegara yang baik. Pancasila sebagai dasar negara menjadi dasar filosofis Negara Republik Kesatuan Indonesia. Namun untuk mewujudkan cita-cita yang berasaskan dasar filosofis tersebut, dibentuklah konstitusi negara sebagai dasar pijakan dan landasan konstitusional untuk mengatur dan menyelenggarakan pemerintahan yang konstitusional.

Konstitusi sendiri sering dipergunakan untuk menggantikan istilah undang-undang dasar. Sesungguhnya, pengertian konstitusi perlu dibedakan dengan undang undang dasar. Konstitusi memuat peraturan dasar suatu negara, baik yang tertulis maupun tidak tertulis, sedangkan UUD hanya memuat peraturan dasar suatu negara yang tertulis saja. Pada intinya, konstitusi dibentuk untuk mengatur kehidupan sesuai dengan nilai budaya dan adat istiadat yang ada.

Di Indonesia, konstitusi kita telah mengalami beberapa kali pergantian. Zaman reformasi menuntut kita untuk mengamandemen beberapa poin dari Undang-Undang Dasar. Amandemen tersebut ditujukan untuk menyesuaikan UUD 1945 sesuai situasi dan zaman sekarang, namun pertanyaannya adalah apakah perubahan tersebut perlu?

Sebagai dasar kerja dari negara dan pemerintahan, konstitusi harus mencakup kondisi negara dan mengayomi seluruh warga negara tanpa pengecualian. Interpretasi dan implementasi dari hukum dasar inilah yang akan menentukan nasib Indonesia. Pemerintah harus bekerja sesuai dengan konstitusi kalau tidak ingin menyimpang dari tujuan dan cita-cita negara kita. Dan sebagai warga negara, kita dapat ikut serta dalam pemerintahan sebagai pengawas bagi kinerja pemerintah sekarang. Namun untuk memahami benar-tidaknya pemerintahan kita, kita harus memahami dulu landasan kerja yang kita gunakan dalam kehidupan bernegara.

1.2. Rumusan Masalah

(5)

2 1. Apakah pengertian dari konstitusi?

2. Apakah fungsi dari konstitusi? 3. Apa saja jenis-jenis konstitusi? 4. Apa saja unsur-unsur dari konstitusi? 5. Bagaimanakah sifat konstitusi? 6. Apa tujuan dari konstitusi?

7. Bagaimana kedudukan dan peran konstitusi dalam kehidupan bernegara? 8. Bagaimana pelaksanaan konstitusi di Indonesia?

1.3. Tujuan

Tujuan yang didapat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Memahami pengertian dari konstitusi

2. Memahami fungsi dari konstitusi 3. Mengetahui jenis jenis konstitusi 4. Mengetahui unsur-unsur konstitusi 5. Mengetahui sifat dari konstitusi 6. Memahami tujuan dari konstitusi

7. Memahami kedudukan dan peran konstitusi dalam kehidupan bernegara 8. Mengetahui dan memahami pelaksanaan konstitusi di Indonesia.

1.4. Manfaat

Manfaat yang bisa diambil dari makalah ini adalah: 1. Bagi penulis

Penulis dapat memahami seluk beluk konstitusi, mulai dari pengertian, tujuan dan fungsi, sifat dan unsur, hingga jenis jenis konstitusi. Pengetahuan ini dapat dibandingkan dengan konstitusi yang sekarang ada di Indonesia dan digunakan untuk lebih memahami bagaimana kehidupan konstitusional kita.

2. Bagi pembaca

Melalui makalah ini, diharapkan pembaca dapat mengetahui dasar dasar dari konstitusi dan konstitusi Indonesia, serta dapat menerapkan ilmu tersebut untuk memahami pelaksanaan konstitusi di Indonesia.

(6)

3 BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Konstitusi

Kata ‘konstitusi” yang berarti pembentukan, berasal dari kata “constituer” (Perancis) yang berarti membentuk. Sedangkan istilah “undang-undang dasar” merupakan terjemahan dari bahasa Belanda “grondwet”. “Grond” berarti dasar, dan “wet” berarti undang-undang. Jadi Grondwet sama dengan undang-undang dasar. Namun dalam kepustakaan Belanda dikenal pula istilah “constitutie” yang artinya juga undang- undang dasar. Dalam kepustakaan hukum di Indonesia juga dijumpai istilah “hukum dasar”. Hukum memiliki pengertian yang lebih luas dibandingkan dengan undang-undang. Kaidah hukum bisa tertulis dan bisa tidak tertulis, sedangkan undang-undang menunjuk pada aturan hukum yang tertulis.

Atas dasar pemahaman tersebut, konstitusi disamakan pengertiannya dengan hukum dasar, yang berarti sifatnya bisa tertulis dan tidak tertulis. Sedangkan undang-undang dasar adalah hukum dasar yang tertulis atau yang tertuang dalam suatu naskah/dokumen. Dengan demikian undang-undang dasar merupakan bagian dari konstitusi. Sedangkan di samping undang-undang masih ada bagian lain dari hukum dasar yakni yang sifatnya tidak tertulis, dan biasa disebut dengan konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan. Konvensi ini merupakan aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara walaupun tidak tertulis.

Berikut ini pengertian yang menggambarkan perbedaan antara undang-undang dasar dan konstitusi. Bahwa undang-undang dasar adalah suatu kitab atau dokumen yang memuat aturan-aturan hukum dan ketentuan-ketentuan hukum yang pokok-pokok atau dasar-dasar yang sifatnya tertulis, yang menggambarkan tentang sistem ketatanegaraan suatu negara. Sedangkan konstitusi adalah dokumen yang memuat aturan-aturan hukum dan ketentuan-ketentuan hukum yang pokok-pokok atau dasar-dasar, yang sifatnya tertulis maupun tidak tertulis, yang menggambarkan tentang sistem ketatanegaraan suatu negara. (Soehino, 1985:182).

(7)

4

Menurut James Bryce, konstitusi adalah suatu kerangka masyarakat politik (negara) yang diorganisir dengan dan melalui hukum. (Stong, 2008:15). Dengan demikian konstitusi merupakan kerangka kehidupan negara yang diatur dengan ketentuan hukum.

Pendapat lainnya menyatakan bahwa konstitusi memiliki 2 (dua) pengertian, yaitu pengertian yang luas dan pengertian yang sempit. Namun hampir semua negara di dunia memberi arti konstitusi dalam pengertian yang sempit, kecuali di Inggris. (Martosoewignjo, 1981:62). Dalam pengertian yang sempit konstitusi hanya mengacu pada ketentuan-ketentuan dasar yang tertuang dalam dokumen tertulis yaitu undang-undang dasar, sehingga muncul sebutan seperti, Konstitusi Amerika Serikat, Konstitusi Perancis, Konstitusi Swiss, dan sebagainya. Sedangkan dalam pengertian yang luas, konstitusi juga mencakup kebiasaan ketatanegaraan sebagai suatu kaidah yang sifatnya tidak tertulis. Jadi ketika istilah “konstitusi” disamakan pengertiannya dengan “undang-undang dasar”, istilah tersebut hendaknya dipahami dalam pengertian yang sempit.

2.2. Fungsi Konstitusi

Fungsi konstitusi dapat dibagi menjadi fungsi pokok dan fungsi umum:  Fungsi Pokok

Membatasi kekuasaan pemerintah agar tidak sewenang wenang sehingga hak warga negara terlindungi (Konstitusionalisme)

 Fungsi Umum

- Kontrol penyelenggaraan negara - Indikator keberhasilan pemerintah

- Kontrak sosial antara warga negara dengan penyelenggara negara

Menurut Jimmy Asshiddiqe, fungsi konstitusi adalah sebagai berikut: 1. Fungsi penentu atau pembatas kekuasaan Negara

2. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar lembaga Negara.

3. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antara lembaga dengan warga Negara.

4. Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan ataupun kegiatan penyelnggaraan kekuasaan Negara.

5. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli (dalam demokrasi adalah rakyat) kepada organ Negara.

(8)

5

6. Fungsi simbolik yaitu sebagai sarana pemersatu (symbol of unity), sebagai rujukan identitas dan keagungan kebangsaan (identitu of nation) serta sebagai center of ceremony.

7. Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat (social control), baik dalam arti sempit yaitu bidang politik dan dalam arti luas mencakup bidang social ekonomi.

8. Fungsi sebagai sarana perekayasaan dan pembaruan masyarakat.

2.3. Jenis Jenis Konstitusi

Konstitusi tertinggi yang disahkan dalam negara Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945, akan tetapi belakangan keabsahan dan kedudukannya semakin terombang-ambing oleh penguasa negara. UUD’45 terlihat hanya sebagai simbol untuk pengakuan masih adanya kedaulatan hukum di Indonesia. Untuk itu berikut analisis terkait pengklasifikasian konstitusi menurut K.C. Wheare dikomparasikan terhadap Konstitusi Indonesia.

K.C. Wheare mengklasifikasikan konstitusi menjadi beberapa kelompok, yakni :  Konstitusi tertulis dan tidak tertulis

dalam kenyataannya tidak diketemukan lagi dalam negara-negara di dunia saat ini, sehingga pembagian berdasarkan hal ini tidak dapat dipertahankan lagi;

Documentary constitution dan non-documentary constitution. Documentary constitution mengandung arti bahwa dituangkan dalam suatu dokumen tertentu seperti yang dilakukan oleh para pembentuk konstitusi di Amerika Serikat. Non-documentary constitution, konstitusi yang tidak dituangkan dalam suatu dokumen tertentu, tetapi dalam banyak bentuk peraturan seperti Kerajaan Inggris. Penggolongan konstitusi ke dalam documentary constitution dan non-documentary constitution, paralel dengan pengertian konstitusi berturut-turut dalam arti sempit dan dalam arti luas.

Konstitusi Fleksibel dan Rigid

yaitu berdasarkan pada cara-cara konstitusi itu diubah atau dengan jalan bagaimanakah suatu konstitusi itu dapat diubah. Digolongkan kedalam flexible constitution, apabila dapat diubah melalui proses yang sama dengan undang-undang, yaitu dengan cara yang tidak terlalu sulit, misalnya dengan sistem suara terbanyak mutlak. Sedangkan digolongkan ke dalam rigid constitution, jika perubahan konstitusi dilakukan melalui cara-cara yang khusus (special process). Hal itu tergantung pada jumlah penghalang dan

(9)

6

besar-kecilnya penghalang tersebut. Jika suatu konstitusi berisi penghalang-penghalang formil (legal obstacles) untuk mengubahnya, maka ia adalah rigid constitution (Amerika Serikat, Australia, Denmark, Swiss, Norwegia, Perancis); oleh karena sangat sulit diubah dan memang jarang diubah dan jika sebaliknya maka merupakan flexible constitution (Inggris dan Selandia Baru).

Konstitusi Supreme dan non supreme

Dikatakan konstitusi supreme atau berderajad tinggi apabila konstitusi mempunyai kedudukan tertinggi dalam negara, sehingganya konstitusi berada diatas peraturan perundang-undangan yang lain. Sedangkan konstitusi non supreme adalah sebaliknnya.  Konstitusi federal dan kesatuan

Berkaitan dengan bentuk suatu negara, artinya jika bentuk negara itu serikat (federal) maka akan didapatkan sistem pembagian kekuasaaan antara negara pusat dengan negara-negara bagiannya. Sedangkan konstitusi kesatuan dipakai dalam negara kesatuan dengan sistem konstitusi terpusat, artinya memakai konstitusi nasional yang berlaku diseluruh pelosok dalam negara tersebut.

Presidential & Parliamentary executive constitution

Konstitusi berdasar sistem pemerintahan yang dianut oleh negara tersebut. Lebih ke pengaturan legalitas dan kewenangan badan eksekutif.

Republican & Monarchial constitution

Konstitusi berdasar dan menyesuaikan terhadap bentuk pemerintahan, agar terwujudnya sinkronasi antara peraturan dengan casing pemerintahan yang dianut negara tersebut.

2.3.1. Jenis Konstitusi di Indonesia

Para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia telah sepakat utntuk menyusun sebuah Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis dengan segala arti dan fungsinya. Sehari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, konstitusi Indonesia sebagai sesuatu ”revolusi grondwet” telah disahkan pada 18 Agustus 1945 oleh panitia persiapan kemerdekaan Indonesia dalam sebuah naskah yang dinamakan Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dengan demikian, sekalipun Undang-Undang Dasar 1945 itu merupakan konstitusi yang sangat singkat dan hanya memuat 37

(10)

7

pasal namun ketiga materi muatan konstitusi yang harus ada menurut ketentuan umum teori konstitusi telah terpenuhi dalam Undang-Undang Dasar 1945 tersebut.

Pada dasarnya kemungkinan untuk mengadakan perubahan atau penyesuaian itu memang sudah dilihat oleh para penyusun UUD 1945 itu sendiri, dengan merumuskan dan melalui pasal 37 UUD 1945 tentang perubahan Undang-Undang Dasar. Dan apabila MPR bermaksud akan mengubah UUD melalui pasal 37 UUD 1945 , sebelumnya hal itu harus ditanyakan lebih dahulu kepada seluruh Rakyat Indonesia melalui suatu referendum.(Tap no.1/ MPR/1983 pasal 105-109 jo. Tap no.IV/MPR/1983 tentang referendum) .

Perubahan UUD 1945 kemudian dilakukan secara bertahap dan menjadi salah satu agenda sidang Tahunan MPR dari tahun 1999 hingga perubahan ke empat pada sidang tahunan MPR tahun 2002 bersamaan dengan kesepakatan dibentuknya komisi konstitusi yang bertugas melakukan pengkajian secara komperhensif tentang perubahan UUD 1945 berdasarkan ketetapan MPR No. I/MPR/2002 tentang pembentukan komisi Konstitusi.

Dalam sejarah perkembangan ketatanegaraan Indonesia ada empat macam Undang -Undang yang pernah berlaku, yaitu :

1. Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949 (Penetapan Undang-Undang Dasar 1945)

Saat Republik Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, Republik yang baru ini belum mempunyai undang-undang dasar. Sehari kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945 Rancangan Undang disahkan oleh PPKI sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia setelah mengalami beberapa proses.

2. Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950 (Penetapan konstitusi Republik Indonesia Serikat)

Perjalanan negara baru Republik Indonesia ternyata tidak luput dari rongrongan pihak Belanda yang menginginkan untuk kembali berkuasa di Indonesia. Akibatnya Belanda mencoba untuk mendirikan negara-negara seperti negara Sumatera Timur, negara Indonesia Timur, negara Jawa Timur, dan sebagainya. Sejalan dengan usaha Belanda tersebut maka terjadilah agresi Belanda 1 pada tahun 1947 dan agresi 2 pada tahun 1948. Dan ini mengakibatkan diadakannya KMB yang melahirkan negara Republik Indonesia Serikat. Sehingga UUD yang seharusnya berlaku untuk seluruh negara Indonesia itu, hanya berlaku untuk negara Republik Indonesia Serikat saja.

(11)

8 3. Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959

(Penetapan Undang-Undang Dasar Sementara 1950)

Periode federal dari Undang-undang Dasar Republik Indonesia Serikat 1949 merupakan perubahan sementara, karena sesungguhnya bangsa Indonesia sejak 17 Agustus 1945 menghendaki sifat kesatuan, maka negara Republik Indonesia Serikat tidak bertahan lama karena terjadinya penggabungan dengan Republik Indonesia. Hal ini mengakibatkan wibawa dari pemerintah Republik Indonesia Serikat menjadi berkurang, akhirnya dicapailah kata sepakat untuk mendirikan kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagi negara kesatuan yang akan didirikan jelas perlu adanya suatu undang-undang dasar yang baru dan untuk itu dibentuklah suatu panitia bersama yang menyusun suatu rancangan undang-undang dasar yang kemudian disahkan pada tanggal 12 Agustus 1950 oleh badan pekerja komite nasional pusat dan oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan senat Republik Indonesia Serikat pada tanggal 14 Agustus 1950 dan berlakulah undang-undang dasar baru itu pada tanggal 17 Agustus 1950.

4. Periode 5 Juli 1959 – sekarang

(Penetapan berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945)

Dengan dekrit Presiden 5 Juli 1959 berlakulah kembali Undang-Undang Dasar 1945. Dan perubahan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama pada masa 1959-1965 menjadi Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Baru. Perubahan itu dilakukan karena Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama dianggap kurang mencerminkan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen.

Analisis konstitusi Indonesia sebagai berikut, konstitusi yang diabsahkan sebagai aturan fundamental Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945 dikodifikasikan / tertulis kedalam kitab Undang-Undang, berarti Indonesia ditentukan memakai konstitusi tertulis. Akan tetapi dalam kenyataannya, masih banyak di daerah-daerah pelosok Indonesia yang malah lebih memprioritaskan konstitusi tidak tertulis, seperti hukum adat, kebiasaan dan tradisi yang juga bersifat fundamental bagi kelompok mereka. Bahkan di pedalaman-pedalaman, masyarakatnya bahkan tidak mengetahui satupun tentang konstitusi tertulis Indonesia yaitu UUD, dan yang mereka pergunakan dalam kehidupan sampai detik ini adalah konstitusi tidak tertulis mereka yaitu hukum adat. Peraturan yang non legal atau

(12)

9

tidak tertulis Menurut KC.Wheare sering lebih efektif daripada peraturan-peraturan yang tertulis dalam praktek pemerintahan. Konstitusi tertulis atau Undang-Undang Dasar dalam negara-negara yang menganut demokrasi Konstitusional biasanya menganggap bahwa konstitusi yang tertulis atau Undang-Undang Dasar sebagai suatu ketentuan yang luhur, sehingga kemajuan zamanpun harus tidak merubah nilai dan semangat yang dikandung didalamnya. Oleh sebab itu di samping kontitusi tertulis, masi diakui kebiasaan yang tidak tertulis.

Diatas kertas UUD dapat dilihat bahwa konstitusi Indonesia dikelompokkan Konstitusi rigid karena untuk proses pengamandemenannya perlu prosedur khusus dan rumit, tidak seperti prosedur pembentukan undang-undang pada umumnya. Proses amandemen dalam pasal 37 UUD 1945 disebutkan:

(1) Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat diagendakan dalam sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh sekurangkurangnya 1/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.

(2) Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan secara tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya. (3) Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat dihadiri sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.

(4) Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar dilakukan dengan persetujuan sekurang-kurangnya limapuluh persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.

(5) Khusus mengenai bentuk negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan.

Secara konseptual konstitusi Indonesia bisa dikategorikan sebagai konstitusi yang rigid, karena mekanisme atau prosedural kelembagaan untuk melakukan amandemen terhadap UUD 1945 adalah susah. Sulit dalam artian proses amandemen UUD 1945 secara eksplisit diatur dalam Pasal 37 UUD 1945 hasil amandemen tersebut dengan prasyarat yang banyak. Disamping hal tersebut di atas, negara yang menganut sistem Demokrasi Konstitusional memiliki Undang-Undang Dasar yang kaku. Demikian pula bila kita mengakui pendapat

(13)

10

K.C. Wheare, Undang-Undang Dasar 1945 juga termasuk Undang Undang Dasar yang kaku karena cara merubah Undang-Undang Dasar 1945 baik hal tersebut sebelum maupun sesudah amandemen ternyata tidak sama dengan cara merubah Undang-Undang biasa, misalnya Undang- Undang Lalu Lintas, Undang-Undang Pajak Bumi Bangunan. Berdasarkan uraian tersebut di atas, ternyata bangsa Indonesia menganut paham Demokrasi Konstitusional, yang berarti menganggap bahwa UUD 1945 sebagai ketentuan yang luhur. Oleh sebab itu diharapkan nilai-nilai Undang-Undang Dasar tidak dirubah.

Tapi ada juga sebagian masyarakat yang menilai bahwa konstitusi kita masuk kategori yang fleksibel, seperti dijelaskan di atas. Justru karena Pasal 37 tadi yang membolehkan untuk mengamandemennya. Kemudian yang menganggapnya fleksibel berdalil, bahwa dibandingkan era Orde Baru, konstitusi Indonesia menjadi sesuatu yang sangat sakral, seolah-olah jauh dari kehidupan nyata manusia Indonesia atau dikatakan “konstistusi yang mati”. Berbeda dengan kondisi saat ini persepsi masyarakat dan termasuk anggota MPR terhadap konstitusi Indonesia adalah “living constitution” atau konstitusi yang hidup berkembang sesuai dengan bahsa zamannya. Jika secara prosedural sudah terpenuhi maka tinggal ketok palu saja untuk mengubah UUD 1945. Secara yuridis-formal konstitusi Indonesia telah ada ketetapannya, yaitu dalam kitab undang-undang amandemen ke IV. Tetapi secara politik bisa saja para anggota MPR (anggota DPR & DPD) memiliki political will atau kemauan politik untuk mengamandemen UUD 1945 yang ke-lima, kita tidak tahu. Karena fenomena anggota parlemen kita sekarang ini lebih aneh ketimbang anak TK. Karena mereka bisa saja mencari-cari alasan untuk menipu rakyat agar kepentingannya tercapai.Selain itu UUD 1945 merupakan sebuah konstitusi derajat tinggi, karena berlaku sebagai hukum dasar yang menempati kedudukan tertinggi dalam hirarki norma hukum dan perundang-undangan di Indonesia. Bentuk negara kesatuan yang dianut Indonesia menjadikan UUD 1945 termasuk ke dalam konstitusi kesatuan, dalam sistem pemerintahan presidensial, yang berbentuk republik dan menganut paham demokrasi.

Akan tetapi dalam praktek kesehariannya, di Indonesia masih marak daerah yang tidak menggunakan konstitsi tertulis UUD, seharusnya konstitusi Indonesia terbilang rigid akan tetapi melihat acap kalinya amandemen dan prosesnya ternyata tidak terlalu rumit. Sedangkan untuk kategori supreme, UUD’45 belakangan sudah tidak dijunjung seperti dulu lagi, adanya jual beli pasal, otonomi daerah yang menyebabkan power UUD berkurang

(14)

11

karena terbagi. Indonesia seharusnya menganut konstitusi presidensil, serikat dan republic, tetapi dalam prakteknya masih banyak sistem kelembagaan dan birokrasi di Indonesia yang mencerminkan sistem parlementer, adanya negara dalam negara seperti negara federal, di Indonesia yaitu DIY. Dan konstitusi yang berdasarkan bentuk pemerintah Indonesia yaitu republic, meskipun KKN merajalela sehingga anggota keluarga atau orang terdekat saja yang diberi jabatan, ini serupa sistem monarki. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa Indonesia beridentitas konstitusi A, tetapi prakteknya B.

2.4. Unsur Unsur Konstitusi

Undang-undang dasar atau konstitusi negara tidak hanya berfungsi membatasi kekuasaan pemerintah, akan tetapi juga menggambarkan struktur pemerintahan suatu negara. Menurut Savornin Lohman ada 3 (tiga) unsur yang terdapat dalam konstitusi yaitu:

a. Konstitusi dipandang sebagai perwujudan perjanjian masyarakat (kontrak sosial), sehingga menurut pengertian ini, konstitusi- konstitusi yang ada merupakan hasil atau konklusi dari persepakatan masyarakat untuk membina negara dan pemerintahan yang akan mengatur mereka.

b. Konstitusi sebagai piagam yang menjamin hak-hak asasi manusia, berarti perlindungan dan jaminan atas hak-hak manusia dan warga negara yang sekaligus penentuan batas-batas hak dan kewajiban baik warganya maupun alat-alat pemerintahannya.

c. Konstitusi sebagai forma regimenis, yaitu kerangka bangunan pemerintahan. (Lubis, 1982:48)

Pendapat lain dikemukakan oleh Sri Sumantri, yang menyatakan bahwa materi muatan konstitusi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

a. Pengaturan tentang perlindungan hak asasi manusia dan warga negara, b. Pengaturan tentang susunan ketatanegaraan suatu negara yang mendasar,

c. Pembatasan dan pembagian tugas-tugas ketatanegaraan yang juga mendasar. (Chaidir, 2007:38).

Menurut CF. Strong, konstitusi memuat hal-hal sebagai berikut: a. Cara pengaturan berbagai jenis institusi;

b. Jenis kekuasaan yang diberikan kepada institusi-institusi tersebut;

(15)

12

Dari beberapa pendapat sebagaimana di atas, dapat dekemukakan bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam konstitusi modern meliputi ketentuan tentang:

a. Struktur organisasi negara dengan lembaga-lembaga negara di dalamnya;

b. Tugas/wewenang masing-masing lembaga negara dan hubungan tatakerja antara satu lembaga dengan lembaga lainnya;

c. Jaminan hak asasi manusia dan warga negara.

2.5. Sifat Konstitusi

Sifat pokok konstitusi negara adalah fleksibel (luwes) dan rigid (kaku). Konstitusi negara memiliki sifat fleksibel / luwes apabila konstitusi itu memungkinkan adanya perubahan sewaktu-waktu sesuai perkembangan jaman /dinamika masyarakatnya. Sedangkan konstitusi negara dikatakan rigid / kaku apabila konstitusi itu sulit untuk diubah kapanpun.

Fungsi pokok konstitusi adalah membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Pemerintah sebagai suatu kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat, terkait oleh beberapa pembatasan dalam konstitusi negara sehingga menjamin bahwa kekuasaan yang dipergunakan untuk memerintah itu tidak disalahgunakan. Dengan demikian diharapkan hak-hak warga negara akan terlindungi.

Sesuai dengan istilah konstitusi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang diarti kan sebagai 1) Segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan; 2) Undang-undang Dasar suatu negara. Berdasarkan pengertian tersebut, konstitusi merupakan tonggak atau awal terbentuknya suatu negara dan menjadi dasar utama bagi penyelenggara negara. Oleh sebab itu, konstitusi menempati posisi penting dan strategis dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara. Konstitusi juga menjadi tolok ukur kehidupan berbangsa dan bernegara yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pendahulu sekaligus memuat ide-ide dasar yang digariskan oleh pendiri negara ( the founding fathers ). Konstitusi memberikan arahan kepada generasi penerus bangsa dalam mengemudikan negara menuju tujuannya.

Sifat-sifat konstitusi yaitu:

1. Merupakan hukum yang mengikat pemerintah sebagai penyelenggara negara, maupun rakyat sebagai warga Negara

(16)

13

2. Berisi norma-norma, aturan/ketentuan-ketentuan yang dapat dan harus dilaksanakan 3. Merupakan Perundang-undangan yang tertinggi dan berfungsi sebagai alat kontrol

terhadap norma-norma hukum yang lebih rendah

4. Memuat aturan-aturan pokok bersifat singkat dan supel serta memuat hak asasi manusia, sehingga dapat memenuhi tuntutan zaman.

Selain itu, sifat konstitusi dibagi menjadi 2 lagi, yaitu:

1. Sifat Umum

 Normatif, aturan yang harus ditaati oleh penyelengga negara dan warga negaranya.  Nominal, pilihan pasal yg dilaksanakan oleh penguasa.

 Semantik, UUD hanya sebagai simbol sedangkan aturan bernegara menurut kemauan politik penguasa

2. Sifat Pokok

 Flexible, agar mudah mengikuti perkembangan jaman (Inggris dan Selandia Baru).  Rigid, agar tidak mudah dirubah hukum dasarnya (Amerika, Kanada, Jerman dan

Indonesia)

Ukuran yang dipakai oleh para ahli dalam menentukan apakah suatu undang-undang dasar bersifat flexible atau rigid, ialah:

 Apakah terhadap naskah konstitusi itu dimungkinkan dilakukan perubahan, dan apakah cara mengubahnya cukup mudah atau sulit?

 Apakah naskah konstitusi tersebut mudah atau tidak mudah berubah sesuai perkembangan serta kebutuhan masyarakat?

Untuk undang-undang dasar yang tergolong fleksibel perubahannya kadang-kadang hanya dengan the ordinary legislative process, sementara undang-undang dasar yang dikenal kaku/rigid prosedur perubahannya dapat dilakukan antara lain:

 Oleh lembaga legislative tetapi dengan pembatasan-pembatasan tertentu  Oleh rakyat secara langsung melalui referendum

 Oleh utusan negara-negara bagian

 Dengan kebiasaan ketatanegaraan atau oleh suatu lembaga negara yang khusus dibentuk hanya untuk keperluan perubahan.

(17)

14

Harus diketahui pula bahwa menentukan suatu undang-undang apakah termasuk luwes atau rigid sebenarnya tidak cukup hanya melihat dari segi cara merubahnya. Dapat saja dikatakan bahwa suatu UUD bersifat rigid tetapi dapat diubah tanpa melalui prosedur yang ditentukan oleh undang-undang dasar tersebut, melainkan dapat dirubah diluar prosedur seperti melalui revolusi atau constitutional convention

Jika undang-undang dasar tersebut mudah mengikuti zaman maka undang-undang dasar tersebut bersifat fleksibel. Namun jika undang-undang tersebut tidak mudah mengikuti zaman maka sifat daripada undang-undang tersebut ialah rigid.

2.5.1. Sifat Konstitusi di Indonesia 1. Konstitusi RIS

Sifat UUD Republik Indonesia Serikat Tahun 1949 merupakan konstitusi rigid karena mempersyaratkan prosedur khusus untuk perubahan atau amandemennya. Tertuang dalam BAB VI Perubahan, ketentuan-ketentuan peralihan dan ketentuan-ketentuan penutup bagian satu perubahan, pasal 190 ayat (1), (2), pasal 191 Ayat (1), (2), (3), bagian dua ketentuan-ketentuan peralihan pasal 192 Ayat (1), (2), pasal 193 Ayat (1),(2).

2. UUDS 1950

Sifat Undang-Undang Dasar Sementara tahun 1950 termasuk konstitusi rigid karena dalam perubahannya mempersyaratkan prosedur khusus sehingga tidak semudah seperti merubah peraturan perundang-undangan biasa. Diatur dalam pasal 140 UUDS 1950 ayat 1-4.

3. UUD 1945

Undang-Undang Dasar 1945 merupakan konstitusi rigid karena dalam perbahannya memperhatikan syarat-syarat tertentu seperti tertera dalam pasal 37 ayat 1-5 UUD 1945, bahwa pengajuan perubahan minimal dilakuakan oleh 1/3 dari anggota MPR, dan dalam sidangnya dihadiri oleh 2/3 dari anggota MPR, dan putusan disetujui oleh lima puluh persen ditambah satu dari seluruh jumlah anggota MPR, dan syarat lain adalah dalam ayat 5 bahwa “Khusus mengenai bentuk negara kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan”.

(18)

15 2.6. Tujuan Konstitusi

Tujuan konstitusi merupakan suatu gagasan yang dinamakan konstitusionalisme. Maksud dari konstitusionalisme adalah suatu gagasan yang memandang pemerintah (penyelenggara pemerintahan) sebagai suatu kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat.

Tujuan konstitusi yaitu :

1. Membatasi kekuasaan penguasa agar tidak bertindak sewenang-wenang. Maksudnya tanpa membatasi kekuasaan penguasa, konstitusi tidak akan berjalan dengan baik dan bisa saja kekuasaan penguasa akan merajalela dan bisa merugikan rakyat banyak.

2. Melindungi HAM. Maksudnya setiap penguasa berhak menghormati HAM orang lain dan hak memperoleh perlindungan hukum dalam hal melaksanakan haknya.

3. Pedoman penyelenggaraan negara. Maksudnya tanpa adanya pedoman konstitusi negara kita tidak akan berdiri dengan kokoh.

Kedudukan, fungsi dan tujuan konstitusi dlm negara berubah dari jaman ke jaman a. Masa Monarkhi Absolut

Konstitusi dipakai sebagai alat untuk melegalisir kekuasaan Raja b. Masa peralihan feodal monarchi ke negara nasional Demokrasi

Kedudukan konstitusi sebagai benteng pemisah rakyat dengan penguasa, kemudian berangsur-angsur berfungsi sebagai alat rakyat dlm perjuangan kekuasaan melawan gol penguasa.

Setelah perjuangan dimenangkan rakyat, konstitusi berubah kedudukan dan perannya dari sekedar penjaga keamanan dan kepentingan hidup rakyat terhadap kedzoliman golongan penguasa, menjadi senjata pamungkas rakyat untuk mengakhiri kekusaan sepihak penguasa (raja) dan untuk membangun tata kehidupan baru atas dasar landasan kepentingan bersama rakyat dengan menggunakan berbagai ideologi.

Selanjutnya kedudukan dan fungsi konstitusi ditentukan oleh ideologi yg melandasi negara.

c. Sejarah Dunia Barat

Konstitusi dimaksudkan untuk menentukan batas wewenang penguasa menjamin hak rakyat.

(19)

16

Konstitusi dipakai sebagai alat rakyat untuk konsolidasi kedudukan hak dan politik, mengatur kehidupan bersama dan mencapai cita bersama.

e. Masa Demokrasi Konstitusional

Konstitusi untuk membatasi kekuasaan penguasa (disebut paham konstitusional).

2.7. Kedudukan dan Peranan Konstitusi dalam Kehidupan Bernegara

2.7.1. Kedudukan Konstitusi

Kedudukan konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan pada suatu negara sangat penting karena menjadi ukuran kehidupan dalam bernegara dan berbangsa untuk mengetahui aturan-aturan pokok yang ditujukan baik kepada penyelenggara negara maupun masyarakat dalam ketatanegaraan. Kedudukan tersebut adalah sebagai berikut.

1.Sebagai hukum dasar

Dalam hal ini, konstitusi memuat aturanaturan pokok mengenai penyelengara negara, yaitu badan-badan/lembaga-lembaga pemerintahan dan memberikan kekuasaan serta prosedur penggunaan kekuasaan tersebut kepada badan-badan pemerintahan.

2.Sebagai hukum tertinggi

Dalam hal ini, konstitusi memiliki kedudukan yang lebih tinggi terhadap peraturan-peraturan yang lain dalam tata hukum pada suatu negara. Dengan demikian, aturan-aturan di bawah konstitusi tidak bertentangan dan harus sesuai dengan aturan-aturan yang terdapat pada konstitusi.

2.7.2. Peranan Konstitusi dalam Kehidupan Bernegara

Konstitusi sesungguhnya memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara. Karena jika dalam sebuah negara tidak ada konstitusi, akan ada banyak orang yang melakukan tindakan sewenang-wenangnya. Setiap negara memiliki konstitusinya masing-masing demi terciptanya keadilan, kenyamanan, ketentraman, saling menghargai antar negara, antar individu, dll.

Istilah konstitusi itu sendiri berasal dari bahasa inggris yaitu “Constitution” dan berasal dari bahasa belanda “constitue” dalam bahasa latin (contitutio,constituere) dalam bahasa prancis yaitu “constiture” dalam bahsa jerman “vertassung” dalam ketatanegaraan RI diartikan sama dengan Undang-undang dasar. Konstitusi / UUD dapat diartikan peraturan

(20)

17

dasar yang memuat aturan-aturan dan prinsip-prinsip entitas politik dan hukum, istilah ini merujuk secara khusus untuk menetapkan konstitusi nasional sebagai prinsip-prinsip dasar politik, prinsip-prinsip dasar hukum termasuk dalam bentukan struktur, prosedur, wewenang dan kewajiban pemerintahan negara pada umumnya, Konstitusi umumnya merujuk pada penjaminan hak kepada warga masyarakatnya dan menjadi satu sumber perundang-undangan. Konstitusi adalah keseluruhan peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara suatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat negara.

Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga yudikatif yang berperan sebagai pemantau dalam perundang-undangan dalam hal penyelenggaraan negara. Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga perlu memperkenalkan diri ke tengah-tengah masyarakat, dan mengambil tanggungjawab untuk mengembangkan upaya pendidikan dan pemasyarakatan konstitusi, tidak hanya berkenaan dengan hal-hal yang berkaitan dengan Mahkamah Konstitusi, hak dan kewajiban konstitusional warga negara, dan lain-lain yang berkaitan dengan pengawalan dan penafsiran terhadap UUD 1945, tetapi juga mengenai kebutuhan untuk pemasyarakatan UUD 1945 dalam arti yang lebih luas.

Di samping itu, yang tentu tidak kalah pentingnya ialah peranan Pemerintah, lembaga-lembaga pendidikan, dan lembaga-lembaga-lembaga-lembaga penyiaran. Pemerintah lah yang menguasai lebih banyak informasi, sumber-sumber dana, sarana, dan prasarana, tenaga, keahlian, dan jaringan yang dapat diharapkan mendukung upaya pemasyarakatan dan pendidikan konstitusi. Karena itu, tanggungjawab utama dan pertama untuk pemasyarakatan dan pendidikan konstitusi itu ada di tangan Pemerintah. Setelah Pemerintah sungguh-sungguh menjalankan perannya baru lah kita dapat berharap bahwa lembaga-lembaga pendidikan dan lembaga-lembaga penyiaran dapat digerakkan untuk berperan aktif dalam upaya pendidikan dan pemasyarakatan mengenai pentingnya kehidupan bernegara yang berdasarkan konstitusi.

Demikian pula masyarakat sendiri, tokoh-tokoh politik, tokoh-tokoh agama, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, organisasi-organisasi kemasyarakatan, dan semua institusi yang berperan dalam lingkungan masyarakat madani (civil society), dalam lingkungan dunia usaha atau business (market), dan dalam lingkungan organ-organ negara, organ-organ daerah secara sendiri-sendiri ataupun bersama-sama sudah seharusnya secara sinergi

(21)

18

mendukung, membantu, dan memprakarsai berbagai upaya untuk menyukseskan kegiatan pemasyarakatan dan pendidikan kesadaran berkonstitusi. Dengan begitu, kita dapat berharap bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 akan benar-benar menjadi “living consttution”, sehingga tugas konstitusional Mahkamah Konstitusi sendiri sebagai “the guardian and the sole interpreter of the constitution” menjadi lebih mudah diwujudkan.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa konstitusi merupakan acuan tertulis yang digunakan untuk menjalankan negara dalam hal ini bisa perundang-undangan. Dan mahkamah konstitusi lah yang bertanggungjawab untuk mengatur jalannya konstitusi tersebut sesuai dengan apa yang sudah ditentukan. Sebagaimana kita ketahui, kenyataannya justru pemerintah dan masyarakat itu sendiri lah yang kerap melanggar konstitusi. Oleh karena itu, sangat diharapkan kita sebagai warga negara yang baik dapat sungguh-sungguh menyadari dan sekaligus mengerti arti pentingnya Mahkamah Konstitusi dalam rangka mewujudkan jaminan-jaminan atas hak-hak dan kewajiban-kewajiban konstitusional mereka sendiri dalam kehidupan bernegara berdasarkan UUD 1945.

2.8. Pelaksanaan Konstitusi di Indonesia

Konstitusi di Republik Indonesia sudah mengalami beberapa kali perubahan. Perjalanan sejarah mencatat ada empat Undang Dasar yang pernah digunakan yaitu Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, Konstitusi RIS 1949, Undang-Undang-Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950, dan UUD 1945 amandemen. Pembentukan dan perubahan UUD itu sarat akan berbagai kepentingan politik yang juga diwarnai pandangan pro dan kontra.

Contohnya, dalam Pasal 34 ayat (1) UUD 1945, disebutkan bahwa “fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara”. Kenyataannya tidak semua orang miskin dan anak terlantar dipelihara negara. Secara umum konstitusi Indonesia sudah menjamin hak asasi warga negaranya, namun pelaksanaannya tergantung kepada ketaatan penyelenggara negara dan warga negaranya.

Konstitusi Indonesia ini lahir hasil reformasi, karena itu harus secara terus menerus diupayakan agar menjadi lebih baik lagi. Sejak awal tujuan pembuatan konstitusi Indonesia sudah jelas, melindungi segenap warga negara dan seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, memenuhi kebutuhan dasar, memelihara fakir miskin dan

(22)

19

anak-anak terlantar serta setiap warga negara bersamaan kedudukannya di depan hukum dan pemerintahan, namun dari semua itu implementasinya belum optimal. Sampai saat ini, kita kerap melihat potret betapa lembaga-lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif selalu disibukkan dengan persoalan politik dan korupsi. Mereka terlalu disibukkan dengan persoalan-persoalan pertarungan politik dan perebutan kekuasaan yang tiada ujungnya. Dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar, seperti pangan yang merupakan amanat konstitusi, negara belum mampu mewujudkannya.

Belum lagi di bidang lain seperti penguasaan blok-blok migas, yang kini dikuasai asing, Indonesia tidak berdaulat menentukan harga. Ini bukti Indonesia belum mampu mewujudkan kedaulatan ekonomi. Konstitusi Indonesia di atas kertas sudah sangat baik, namun implementasinya terpulang kepada pelaksana-pelaksananya.

Penegakan hukum harus menjadi panglima dalam mengatasi berbagai persoalan bangsa. Tapi berbagai penyimpangan terjadi, muaranya adalah pelanggaran hukum. Sementara kondisi perekonomian bangsa saat ini tidak sejalan dengan data kemiskinan yang ada di negeri ini. Semua ketimpangan itu terjadi karena masih banyaknya penyimpangan di bidang penegakan hukum. Karena itu, sangatlah diperlukan penegakan supremasi hukum sebagai prioritas program guna mengatasi persoalan bangsa ini. Idealnya, pertumbuhan ekonomi harus searah dengan laju penekanan jumlah penduduk miskin, bukan malah sebaliknya.

Ketidakadilan itu terjadi karena banyaknya korupsi yang terjadi di pemerintahan. Agar keadilan bisa tegak, kuncinya, keadilan harus dijunjung dengan cara penegakan hukum. Tata kelola pemerintahan yang bersih bebas dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme harus menjadi perhatikan pemerintah di masa depan di semua tingkatan, dari daerah hingga ke tingkat pusat.

(23)

20 BAB III PENUTUP

3.1. Simpulan

Konstitusi yang sekarang digunakan oleh NKRI yaitu UUD 1945 tergolong konstitusi yang rigid. Sebagai acuan tertulis sebuah penyelenggaraan negara, konstitusi kita seharusnya fleksibel sesuai zaman, mengikat serta membatasi kekuasaan pemerintah, dan melindungi dan mengayomi warga negara. Tetapi kenyataannya, UUD 1945 yang rigid ini jauh dari kaku dalam pelaksanaannya. Sudah banyak interpretasi dan misinterpretasi oleh pemerintah dan jajarannya sehingga negara tidak berjalan sesuai tujuan awalnya. Oleh karena itu penting bagi kita untuk kembali mengingat apa itu konstitusi, dan menerapkannya kembali untuk menjamin hak dan kewajiban konstitusional kita terjaga.

3.2. Saran

Sebagai warga negara yang baik kita dapat sungguh-sungguh menyadari dan sekaligus mengerti arti pentingnya Mahkamah Konstitusi dalam rangka mewujudkan jaminan-jaminan atas hak-hak dan kewajiban-kewajiban konstitusional mereka sendiri dalam kehidupan bernegara berdasarkan UUD 1945.

(24)

21

DAFTAR PUSTAKA

Asshidiqie, Jimly. 2010. Konstitusi dan Konstitusionalisme di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. Hasim. 2010. Civic Education 1. Jakarta: Yudhistira.

Ubaidillah, Ahmad, et.al. 2000. Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani. Jakarta: IAIN Jakarta Press.

Referensi

Dokumen terkait

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Verawati Hansen dan Juniarti (2014) dengan menggunakan variabel penelitian berupa family control, size, sales growth,

Tekstil dapat dikatakan sebuah anyaman yang mengikat satu sama lain, tenunan dan rajutan. Tekstil dapat ditemukan pada kehidupan sehari-hari, yaitu berupa kain biasa yang

Kata hijabers digunakan untuk merujuk kepada kaum wanita yang mempertimbangkan masalah fashion dalam memakai jilbab pada masa kini, namun kata hijab yang digunakan

Oleh karena itu perlu diadakan pelatihan atau gerakan fasih membaca al barzanji bagi anak-anak agar dalam pembacaan al barzanji tidak terjadi kekeliruan diakibatkan oleh salahnya

Buku ini juga dilengkapi petunjuk bahan dan alat yang dibutuhkan, cara pembuatan dan gambar-gambar kegiatan yang dapat dipilih untuk kegiatan anak- anak di

Oleh sebab itu model rantai pasokan untuk agroindustri kelapa terpadu ini diharapkan dapat memberikan gambaran nilai tambah kepada petani selaku pemasok bahan baku

[r]

Seventh Grade Junior High School Students’ Attitude Toward English Reading At. SMP Negeri 1 Adimulyo In Academic Year