• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEWARGANEGARAAN KONSEP DAN KONSTITUSI

N/A
N/A
Jun Wahyu Fajri

Academic year: 2025

Membagikan "KEWARGANEGARAAN KONSEP DAN KONSTITUSI"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

NEGARA DAN KONSTITUSI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan Dosen Pengampu: Ibu Ratni N, SH, MH

Disusun Oleh:

Kelompok 4

Agna maulani C2486207005 Nadya laila M C2486207029

Citra Bunga Aulia C2486207013 Novia Fitriawati C2486207027 Fanysa Mughni C2486207026 Siska Nurul A C2486207021

Ismi Nabila C2486207050 Salsabila A.N C2486207033

PRODI S1 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...i

KATA PENGANTAR... ii

BAB I PENDAHULUAN... 4

1.1 Latar Belakang... 4

1.2 Rumusan Masalah...4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan... 5

BAB II PEMBAHASAN... 6

2.1 Konsep Negara...6

2.2 Konstitusi... 8

2.3 Sejarah dan Perkembangan Konstitusi Indonesia...10

2.4 Peranan Konstitusi Dalam Kehidupan Bernegara...15

BAB III PENUTUP...17

3.1 Kesimpulan... 17

DAFTAR PUSTAKA... 18

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, taufik serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Negara dan Konsitusi” dengan baik dan selesai tepat pada waktunya.

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah Kewarganegaraan. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Ratni N, SH, MH. selaku dosen pengampu mata kuliah Kewarganegaraan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu kami sangat menghargai setiap kritik dan saran yang membangun untuk menjadi lebih baik lagi, dan semoga makalah ini menjadi manfaat untuk kita semua.

Tasikmalaya, 17 April 2025 Penyusun

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap negara memiliki dasar hukum yang menjadi landasan dalam menjalankan pemerintahan dan mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Dasar hukum ini tertuang dalam konstitusi, yang merupakan sumber hukum tertinggi di suatu negara.

Konstitusi tidak hanya mengatur hubungan antara pemerintah dan rakyat, tetapi juga menjamin hak-hak dasar warga negara serta menetapkan struktur dan mekanisme kekuasaan negara.

Negara dan konstitusi adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Negara sebagai organisasi kekuasaan membutuhkan aturan dasar yang mengatur arah dan bentuk kekuasaannya, sementara konstitusi menjadi instrumen utama yang memastikan kekuasaan tersebut dijalankan secara sah, adil, dan sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi dan hukum.

Di tengah dinamika global dan tantangan internal, pemahaman yang mendalam tentang konsep negara dan konstitusi menjadi semakin penting. Hal ini diperlukan agar setiap warga negara, khususnya generasi muda, mampu memahami peran dan tanggung jawabnya dalam kehidupan bernegara serta menjaga keutuhan konstitusi sebagai pilar utama sistem ketatanegaraan.

Oleh karena itu, makalah ini disusun untuk mengkaji secara mendalam pengertian negara dan konstitusi, hubungan keduanya, serta pentingnya keberadaan konstitusi dalam kehidupan suatu negara.

1.2 Rumusan Masalah 1) Konsep Negara 2) Konstitusi

3) Sejarah dan Perkembangan Konstitusi Indonesia 4) Peranan Konstitusi Dalam Kehidupan Bernegara

(5)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan 1) Tujuan

a. Untuk memahami pengertian dan konsep dasar tentang negara dan konstitusi.

b. Untuk menjelaskan hubungan antara negara dan konstitusi dalam sistem ketatanegaraan.

c. Untuk mengkaji peran konstitusi dalam menjamin hak-hak warga negara dan mengatur jalannya pemerintahan.

d. Untuk menumbuhkan kesadaran pentingnya konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

2) Manfaat

a. Memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada pembaca tentang pentingnya konstitusi dalam suatu negara.

b. Menjadi sumber referensi dan wawasan tambahan bagi pelajar, mahasiswa, maupun masyarakat umum mengenai konsep negara dan konstitusi.

c. Mendorong sikap kritis dan aktif dalam menjaga serta menghormati nilai-nilai konstitusional dalam kehidupan sehari-hari.

d. Membantu memperkuat kesadaran berkonstitusi sebagai bagian dari pendidikan kewarganegaraan.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Negara

Konsep negara adalah suatu pemahaman atau pandangan mengenai hakikat, ciri-ciri, dan karakteristik negara sebagai suatu organisasi politik. Konsep negara dapat bervariasi tergantung pada sudut pandang, paradigma, atau teori yang digunakan untuk menganalisis negara. Beberapa definisi negara dari para ahli adalah sebagai berikut:

1) Max Weber: Negara adalah suatu masyarakat manusia yang berhasil memonopoli penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah1.

2) Hans Kelsen: Negara adalah suatu sistem hukum yang berlaku secara paksa atas sekelompok manusia yang tinggal dalam suatu wilayah2.

3) Harold Laski: Negara adalah suatu organisasi politik yang memiliki kedaulatan atas sekelompok manusia yang tinggal dalam suatu wilayah3.

Dari beberapa definisi di atas, dapat dilihat bahwa ada beberapa unsur pokok yang menyusun negara, yaitu:

1) Masyarakat atau rakyat: yaitu sekelompok manusia yang memiliki kesamaan ciri fisik, budaya, bahasa, agama, atau sejarah.

2) Wilayah: yaitu batas geografis atau teritorial yang menjadi ruang lingkup kekuasaan negara.

3) Pemerintahan: yaitu lembaga atau institusi yang menjalankan fungsi-fungsi negara, seperti legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

4) Kedaulatan: yaitu kemampuan atau kewenangan tertinggi negara untuk mengatur dirinya sendiri tanpa campur tangan dari pihak luar.

Konsep negara juga dapat dipahami dari berbagai perspektif historis atau ideologis.

Beberapa konsep negara yang berkembang dalam sejarah adalah sebagai berikut:

1) Negara klasik: yaitu konsep negara yang muncul pada zaman Yunani dan Romawi kuno, yang menekankan pada nilai-nilai demokrasi, republikanisme, dan keseimbangan kekuasaan.

(7)

2) Negara modern: yaitu konsep negara yang muncul pada zaman Renaisans dan Revolusi Industri, yang menekankan pada nilai-nilai rasionalitas, kemajuan, dan nasionalisme.

3) Negara hukum: yaitu konsep negara yang muncul pada zaman Pencerahan dan Revolusi Prancis, yang menekankan pada nilai-nilai hak asasi manusia, konstitusionalisme, dan supremasi hukum.

4) Negara kesejahteraan: yaitu konsep negara yang muncul pada zaman Perang Dunia II dan Perang Dingin, yang menekankan pada nilai-nilai kesejahteraan sosial, keadilan distributif, dan intervensi negara.

5) Negara demokrasi: yaitu konsep negara yang muncul pada zaman pasca Perang Dingin dan globalisasi, yang menekankan pada nilai-nilai partisipasi politik, pluralisme, dan hak-hak sipil.

Tujuan adanya konsep negara adalah untuk menjamin terlaksananya kepentingan warga negara sesuai hukum dan perundang-undangan. Selain itu, negara memiliki tujuan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta dalam menjaga ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian, dan keadilan social seperti yang terdapat pada Pembukaan UUD 1945.

Dalam konteks Indonesia, konsep negara yang dianut adalah negara demokrasi yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik, yang memiliki sistem pemerintahan presidensial.

Negara Indonesia juga mengakui dan menghormati keragaman suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA) sebagai bagian dari kekayaan bangsa.

Konsep sebuah negara yang didasarkan pada pemikiran John Locke (filsuf Inggris) dapat dipahami dan dianalisis bahwa Indonesia adalah negara yang berjalan dalam koridor ruang lingkup tertentu yang tidak terlepas dari konsep ”negara dan hukum”.

Pemikiran John Locke tentang negara dan hukum tidak terlepas dari suatu realitas dan juga unsur hak dasar manusia. Ajaran John Locke merupakan suatu ajaran lanjutan dari ajaran kaum Monarchomachen yang artinya pembenci raja atau musuh-musuh raja.

Dramatika perkembangan suatu negara dalam menelusuri dan memahami eksistensi kehidupan manusia harus juga dipahami dan didasari pada hak alamiah manusia. Hak alamiah manusia yang dimaksud adalah hak yang melekat pada diri seseorang dan tidak bisa diserahkan dan tidak bisa diatur oleh orang lain.

(8)

2.2 Konstitusi

1. Pengertian dan konsep dasar konstitusi

Istilah dalam bahasa Inggris "constitution" atau dalam bahasa Belanda

"constitutie secara harafiah sering diterjemahkan dalam bahasa Indonesia Undang- Undang Dasar. Permasalahannya penggunaan istilah undang-undang dasar adalah bahwa kita langsung membayangkan sesuatu naskah tertulis. Padahal istilah constitution bagi banyak sarjana ilmu politik merupakan sesuatu yang lebih luas, yaitu keseluruhan peraturan-peraturan baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara bagimana suatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat. Kebiasaan menerjemahkan istilah constitution menjadi undang-undang dasar, hal ini sesuai dengan kebiasaan orang Belanda dan Jerman, yang dalam percakapan sehari-hari memakai kata "Grondwet" (Grond dasar, wet undang-undang) dan grundgesetz (Grund dasar gesetz undang-undang )yang keduanya menunjukkan naskah tertulis (Miriam Budiardjo, 2007: 95). Pengertian konstitusi dalam praktek ketatanegaraan umumnya dapat mempunyaidua arti:

1) Lebih luas daripada undang-undang dasar 2) Sama dengan pengertian undang-undang dasar

Kata konstitusi dapat mempunyai arti lebih luas daripada pengertian undang- undang dasar, karena pengertian undang-undang dasar hanya meliputi naskah tertulis saja dan disamping itu masih terdapat konstitusi yang tidak tertulis, yang tidak tercakup dalam undang-undang dasar (Kaelan, 2004:180).

Menurut E.C.S Wade dalam bukunya "Constitutional Law" (Miriam Budiardjo, 2007, 96) undang-undang dasar adalah naskah yang memaparkan rangka dan tugas- tugas pokok dari badan-badan pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok- pokok cara kerja badan-badan tersebut.

Ditinjau dari segi kekuasaan maka undang-undang dasar dapat dipandang sebagai lembaga atau kumpulan asas-asas yang menetapkan bagaimana kekuasaan itu dibagi antara beberapa lembaga kenegaraan. Mengacu konsep Trias politika kekuasaan dibagi antara badan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Undang-undang dasar menentukan bagaimana pusat-pusat kekuasaan itu bekerjasama dan menyesuaikan diri satu sama lain; undang-undang dasar merekam hubungan-hubungan kekuasaan dalam suatu Negara.

(9)

Dalam negara yang menganut asas demokrasi konstitusional undang-undang dasar mempunyai fungsi yang khas yaitu membatasi kekuasaan pemerintahan sedemikian rupa sehingga penyelenggara kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang.

Sehingga hak-hak warga negara diharapkan terlindungi. Pembatasan-pembatasan ini tercermin dalam undang-undang dasar. Jadi dalam anggapan ini undang-undang dasar mempunyai fungsi yang khusus dan merupakan perwujudan atau manifestasi dari hukum yang tertinggi yang harus ditaati, bukan hanya oleh rakyat, tetapi oleh pemerintah serta penguasa sekalipun.

Setiap undang-undang dasar memuat ketentuan-ketentuan mengenai soal-soal sebagai berikut:

1) Organisasi Negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislatif,

eksekutif dan yudikatif; dalam Negara federal pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dengan pemerintah Negara bagian; prosedur penyelesaian masalah pelanggaran yurisdiksi oleh salah satu badan pemerintah dan sebagainya.

2) Hak-hak asasi manusia.

3) Prosedur mengubah undang-undang dasar

4) Adakalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari undang-undang dasar. Hal ini untuk menghindari terulangnya kembali hal-hal yang baru saja diatasi.

5) Memuat cita-cita rakyat dan asas asas ideologi negara (Miriam Budiardjo, 2007:

101).

Undang-Undang Dasar 1945 mengandung semangat dan merupakan perwujudan dari pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, merupakan rangkaian kesatuan pasal-pasal yang bulat dan terpadu. Di dalamnya menurut Noor MS Bakry (1994: 120) berisi materi yang pada dasarnya dapat dibedakan antara empat hal, yaitu:

1) Pengaturan tentang fungsi sistem pemerintahan negara.

2) Ketentuan fungsi dan kedudukan lembaga negara 3) Hubungan antara negara dengan warga negaranya.

4) Ketentuan hal-hal lain sebagai pelengkap.

(10)

2. Perkembangan konstitusi di Indonesia

Perkembangan konstitusi di Indonesia merupakan sebuah perjalanan panjang dan dinamis yang mencerminkan perubahan politik, sosial, dan hukum yang terjadi sejak kemerdekaan. Konstitusi pertama yang berlaku di Indonesia adalah UUD 1945, yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945. Namun, perjalanan konstitusional Indonesia tidak berhenti di situ. Pada periode 27 Desember 1949 hingga 17 Agustus 1950, Indonesia mengadopsi UUD RIS sebagai respons terhadap perubahan bentuk negara menjadi serikat. Selanjutnya, Indonesia kembali mengubah konstitusinya menjadi UUDS 1950 pada periode 17 Agustus 1950 hingga 5 Juli 1959, yang menandai kembalinya bentuk negara kesatuan.

Perubahan konstitusi yang signifikan terjadi pada periode 5 Juli 1959, ketika UUD 1945 kembali diberlakukan melalui Dekrit Presiden, dan terus mengalami perkembangan hingga reformasi yang menghasilkan amandemen UUD 1945 sebanyak empat kali yang berlaku hingga saat ini.

Perubahan-perubahan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor kompleks, baik internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi kondisi tergesa-gesanya penyusunan UUD 1945 oleh BPUPKI, yang menyebabkan beberapa kekurangan dalam implementasinya. Selain itu, dinamika politik dalam negeri serta tuntutan reformasi juga menjadi pendorong perubahan konstitusi. Faktor eksternal seperti desakan dari Belanda untuk mengubah bentuk negara Indonesia juga turut mempengaruhi perubahan konstitusi pada masa-masa awal kemerdekaan.

Dengan demikian, perkembangan konstitusi di Indonesia adalah hasil dari interaksi berbagai faktor yang membentuk perjalanan ketatanegaraan Indonesia.

Perubahan-perubahan tersebut mencerminkan upaya untuk menyesuaikan konstitusi dengan perkembangan zaman, dinamika politik, serta aspirasi bangsa dan negara Indonesia.

2.3 Sejarah dan Perkembangan Konstitusi Indonesia 1. Sejarah

Sebenarnya. konstitusi berbeda dengan Undang-Undang Dasar, dikarenakan suatu kekhilafan dalam pandangan orang mengenai konstitusi pada negara-negara modern sehingga pengertian konstitusi itu kemudian disamakan dengan Undang-Undang Dasar. Kekhilafan ini disebabkan oleh pengaruh faham kodifikasi yang

(11)

menghendaki agar semua peraturan hukum ditulis, demi mencapai kesatuan hukum, kesederhanaan hukum dan kepastian hukum. Begitu besar pengaruh faham kodifikasi, sehingga setiap peraturan hukum karena penting itu harus ditulis, dan konstitusi yang ditulis itu adalah Undang-Undang Dasar. terdapat dua macam konstitusi yaitu :

1) Konstitusi tertulis 2) Konstitusi tak tertulis

Hampir semua negara di dunia memiliki konstitusi tertulis atau Undang- Undang Dasar (UUD) yang pada umumnya mengatur mengenai pembentukan, pembagian wewenang dan cara bekerja berbagai lembaga kenegaraan serta perlindungan hak azasi manusia. Negara yang dikategorikan sebagai negara yang tidak memiliki konstitusi tertulis adalah Inggris dan Kanada. Di kedua negara ini, aturan dasar terhadap semua lembaga-lembaga kenegaraan dan semua hak asasi manusia terdapat pada adat kebiasaan dan juga tersebar di berbagai dokumen, baik dokumen yang relatif baru maupun yang sudah sangat tua seperti Magna Charta yang berasal dari tahun 1215 yang memuat jaminan hak-hak azasi manusia rakyat Inggris. Karena ketentuan mengenai kenegaraan itu tersebar dalam berbagai dokumen atau hanya hidup dalam adat kebiasaan masyarakat itulah maka Inggris masuk dalam kategori negara yang memiliki konstitusi tidak tertulis.

Pada hampir semua konstitusi tertulis diatur mengenai pembagian kekuasaan berdasarkan jenis-jenis kekuasaan, dan kemudian berdasarkan jenis kekuasaan itu dibentuklah lembaga-lembaga negara. Dengan demikian, jenis kekuasaan itu perlu ditentukan terlebih dahulu, baru kemudian dibentuk lembaga negara yang bertanggung jawab untuk melaksanakan jenis kekuasaan tertentu itu. pandangan Montesquieu bahwa kekuasaan negara itu terbagi dalam tiga jenis kekuasaan yang harus dipisahkan secara ketat. Ketiga jenis kekuasaan itu adalah :

1) Kekuasaan membuat peraturan perundangan (legislatif) 2) Kekuasaan melaksanakan peraturan perundangan (eksekutif) 3) Kekuasaan kehakiman (yudikatif).

(12)

Pandangan lain mengenai jenis kekuasaan yang perlu dibagi atau dipisahkan di dalam konstitusi dikemukakan oleh van Vollenhoven dalam buku karangannya Staatsrecht over Zee. dia membagi kekuasaan menjadi 4 macam yaitu :

1) Pemerintahan

2) Perundang-undangan 3) Kepolisian

4) Pengadilan.

Konstitusi suatu negara pada hakekatnya merupakan hukum dasar tertinggi yang memuat hal-hal mengenai penyelenggaraan negara, karenanya suatu konstitusi harus memiliki sifat yang lebih stabil dari pada produk hukum lainnya. Terlebih lagi jika jiwa dan semangat pelaksanaan penyelenggaraan negara juga diatur dalam konstitusi sehingga perubahan suatu konstitusi dapat membawa perubahan yang besar terhadap sistem penyelenggaraan negara. Bisa jadi suatu negara yang demokratis berubah menjadi otoriter karena terjadi perubahan dalam konstitusinya. Adakalanya keinginan rakyat untuk mengadakan perubahan konstitusi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari. Hal ini terjadi apabila mekanisme penyelenggaraan negara yang diatur dalam konstitusi yang berlaku dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan aspirasi rakyat. Oleh karena itu, konstitusi biasanya juga mengandung ketentuan mengenai perubahan konstitusi itu sendiri, yang kemudian prosedurnya dibuat sedemikian rupa sehingga perubahan yang terjadi adalah benar-benar aspirasi rakyat dan bukan berdasarkan keinginan semena-mena dan bersifat sementara atau pun keinginan dari sekelompok orang belaka.

Pada dasarnya ada dua macam sistem yang lazim digunakan dalam praktek ketatanegaraan di dunia dalam hal perubahan konstitusi. Sistem yang pertama adalah bahwa apabila suatu konstitusi diubah, maka yang akan berlaku adalah konstitusi yang berlaku secara keseluruhan (penggantian konstitusi). Sistem ini dianut oleh hampir semua negara di dunia. Sistem yang kedua ialah bahwa apabila suatu konstitusi diubah, maka konstitusi yang asli tetap berlaku. Perubahan terhadap konstitusi tersebut merupakan amandemen dari konstitusi yang asli tadi. Dengan perkataan lain, amandemen tersebut merupakan atau menjadi bagian dari konstitusinya. Sistem ini dianut oleh Amerika Serikat.

(13)

2. Perkembangan konstitusi di Indonesia

Para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia telah sepakat utntuk menyusun sebuah Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis dengan segala arti dan fungsinya. Sehari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, konstitusi Indonesia sebagai sesuatu ”revolusi grondwet”

telah disahkan pada 18 Agustus 1945 oleh panitia persiapan kemerdekaan Indonesia dalam sebuah naskah yang dinamakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dengan demikian, sekalipun Undang-Undang Dasar 1945 itu merupakan konstitusi yang sangat singkat dan hanya memuat 37 pasal namun ketiga materi muatan konstitusi yang harus ada menurut ketentuan umum teori konstitusi telah terpenuhi dalam Undang-Undang Dasar 1945 tersebut.

Pada dasarnya kemungkinan untuk mengadakan perubahan atau penyesuaian itu memang sudah dilihat oleh para penyusun UUD 1945 itu sendiri, dengan merumuskan dan melalui pasal 37 UUD 1945 tentang perubahan Undang-Undang Dasar. Dan apabila MPR bermaksud akan mengubah UUD melalui pasal 37 UUD 1945 , sebelumnya hal itu harus ditanyakan lebih dahulu kepada seluruh Rakyat Indonesia melalui suatu referendum.(Tap no.1/ MPR/1983 pasal 105-109 jo. Tap no.IV/MPR/1983 tentang referendum)

Perubahan UUD 1945 kemudian dilakukan secara bertahap dan menjadi salah satu agenda sidang Tahunan MPR dari tahun 1999 hingga perubahan ke empat pada sidang tahunan MPR tahun 2002 bersamaan dengan kesepakatan dibentuknya komisi konstitusi yang bertugas melakukan pengkajian secara komperhensif tentang perubahan UUD 1945 berdasarkan ketetapan MPR No. I/MPR/2002 tentang pembentukan komisi Konstitusi.

Dalam sejarah perkembangan ketatanegaraan Indonesia ada empat macam Undang-Undang yang pernah berlaku, yaitu :

1) Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949 (Penetapan Undang-Undang Dasar 1945)

Saat Republik Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, Republik yang baru ini belum mempunyai undang-undang dasar. Sehari kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945 Rancangan Undang-Undang

(14)

disahkan oleh PPKI sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia setelah mengalami beberapa proses.

2) Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950 (Penetapan konstitusi Republik Indonesia Serikat)

Perjalanan negara baru Republik Indonesia ternyata tidak luput dari rongrongan pihak Belanda yang menginginkan untuk kembali berkuasa di Indonesia. Akibatnya Belanda mencoba untuk mendirikan negara-negara seperti negara Sumatera Timur, negara Indonesia Timur, negara Jawa Timur, dan sebagainya. Sejalan dengan usaha Belanda tersebut maka terjadilah agresi Belanda 1 pada tahun 1947 dan agresi 2 pada tahun 1948. Dan ini mengakibatkan diadakannya KMB yang melahirkan negara Republik Indonesia Serikat. Sehingga UUD yang seharusnya berlaku untuk seluruh negara Indonesia itu, hanya berlaku untuk negara Republik Indonesia Serikat saja.

3) Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959

(Penetapan Undang-Undang Dasar Sementara 1950)

Periode federal dari Undang-undang Dasar Republik Indonesia Serikat 1949 merupakan perubahan sementara, karena sesungguhnya bangsa Indonesia sejak 17 Agustus 1945 menghendaki sifat kesatuan, maka negara Republik Indonesia Serikat tidak bertahan lama karena terjadinya penggabungan dengan Republik Indonesia. Hal ini mengakibatkan wibawa dari pemerintah Republik Indonesia Serikat menjadi berkurang, akhirnya dicapailah kata sepakat untuk mendirikan kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagi negara kesatuan yang akan didirikan jelas perlu adanya suatu undang-undang dasar yang baru dan untuk itu dibentuklah suatu panitia bersama yang menyusun suatu rancangan undang-undang dasar yang kemudian disahkan pada tanggal 12 Agustus 1950 oleh badan pekerja komite nasional pusat dan oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan senat Republik Indonesia Serikat pada tanggal 14 Agustus 1950 dan berlakulah undang-undang dasar baru itu pada tanggal 17 Agustus 1950.

(15)

4) Periode 5 Juli 1959 – sekarang

(Penetapan berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945)

Dengan dekrit Presiden 5 Juli 1959 berlakulah kembali Undang-Undang Dasar 1945. Dan perubahan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama pada masa 1959-1965 menjadi Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Baru. Perubahan itu dilakukan karena Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama dianggap kurang mencerminkan pelaksanaan Undang- Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen

.

2.4 Peranan Konstitusi Dalam Kehidupan Bernegara

Konstitusi merupakan hukum tertinggi suatu negara, yang menjadi dasar bagi seluruh peraturan perundang-undangan lainnya. Ia merupakan kontrak sosial antara pemerintah dan rakyat, yang menjamin hak-hak warga negara dan membatasi kekuasaan negara.

Konstitusi berperan penting dalam mengatur kehidupan bernegara, menciptakan ketertiban, dan melindungi hak-hak warga negara.

1. Landasan Hukum dan Supremasi Hukum:

Konstitusi menjadi dasar hukum bagi seluruh peraturan perundang-undangan di suatu negara. Semua undang-undang, peraturan pemerintah, dan peraturan daerah harus sesuai dan tidak bertentangan dengan konstitusi. Hal ini memastikan adanya supremasi hukum dan mencegah kekuasaan negara yang absolut. Contohnya, di Indonesia, Mahkamah Konstitusi memiliki peran penting dalam mengadili sengketa kewenangan lembaga negara dan menguji undang-undang terhadap UUD 1945.

2. Pembatasan Kekuasaan dan Checks and Balances:

Konstitusi menerapkan sistem pembagian kekuasaan (trias politica) antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Sistem checks and balances ini dirancang untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan dan memastikan adanya keseimbangan kekuasaan antar lembaga negara. Contohnya, di Amerika Serikat, sistem checks and balances terwujud dalam bentuk Kongres (legislatif) yang dapat menyetujui atau menolak undang-undang yang diajukan oleh Presiden (eksekutif), dan Mahkamah Agung (yudikatif) yang memiliki kewenangan untuk menguji undang-undang terhadap konstitusi.

(16)

3. Perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM):

Konstitusi menjamin dan melindungi hak asasi manusia warga negara. Contohnya, UUD 1945 Indonesia mencantumkan berbagai hak fundamental, seperti hak hidup, hak kebebasan, hak atas keadilan, dan hak ekonomi, sosial, dan budaya. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) berperan penting dalam melindungi dan menegakkan HAM.

4. Penentu Arah Pembangunan Nasional:

Konstitusi memuat cita-cita dan tujuan pembangunan nasional suatu negara.

Contohnya, UUD 1945 Indonesia memuat cita-cita untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Hal ini memberikan arah dan pedoman bagi pemerintah dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan nasional.

Contoh Pelanggaran Konstitusi:

1) Penangkapan sewenang-wenang: Penangkapan tanpa dasar hukum yang kuat atau tanpa surat perintah yang sah.

2) Penahanan tanpa alasan yang sah: Menahan seseorang tanpa alasan yang jelas dan tanpa proses hukum yang adil.

3) Penyiksaan: Melakukan tindakan kekerasan fisik atau mental terhadap seseorang.

4) Diskriminasi: Membedakan perlakuan terhadap seseorang berdasarkan ras, agama, jenis kelamin, atau latar belakang lainnya.

(17)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Konsep negara adalah gagasan dasar tentang hakikat, tujuan, dan bentuk negara.

Menurut Max Weber, negara memiliki monopoli atas kekerasan yang sah; Hans Kelsen melihatnya sebagai sistem norma hukum; sedangkan Harold Laski menekankan kedaulatan atas wilayah dan rakyat. Unsur utama negara meliputi rakyat, wilayah, pemerintahan, dan kedaulatan. Jenis-jenis negara antara lain negara hukum, negara kesejahteraan, dan negara demokrasi. Indonesia menganut negara demokrasi berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Konstitusi adalah aturan dasar penyelenggaraan negara, baik tertulis (seperti UUD) maupun tidak tertulis (kebiasaan). Fungsinya untuk membatasi kekuasaan, melindungi hak warga negara, dan mengatur struktur negara. Isinya mencakup pembagian kekuasaan, jaminan hak asasi, dan ideologi negara.

Perkembangan konstitusi Indonesia dimulai dengan UUD 1945, dilanjutkan UUD RIS (1949), UUDS 1950, dan kembali ke UUD 1945 melalui Dekrit Presiden 1959. UUD 1945 kemudian diamandemen empat kali pada 1999–2002 agar lebih demokratis dan relevan dengan perkembangan zaman.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=11776

https://juridiksiam.unram.ac.id/index.php/juridiksiam/article/download/130/62/242 https://jurnal.uns.ac.id/yustisia/article/download/10168/9070

https://www.kompas.id/baca/artikel-opini/2022/03/26/konsep-negara-dan-hukum-serta- relevansinya-di-indonesia

https://journal.uny.ac.id/index.php/humanika/article/download/21011/11045 https://www.google.com/search?

q=konsep+negara&sca_esv=735ec2de70d5467b&sxsrf=AHTn8zrciVd_h- https://www.hukumonline.com/pusat-hukum/uu/1945/undang-undang-dasar-republik-

indonesia-tahun-1945 https://www.mkri.id/

https://www.komnasham.go.id/

https://www.lpsk.go.id/

Referensi

Dokumen terkait

Konstitusi (hukum dasar) dalam arti sempit adalah hukum dasar tertulis, yaitu undang- undang dasar. Dalam pengertian ini undang-undang dasar merupakan konstitusi atau hukum dasar

Meskipun dalam setiap undang undang dasar dari berbagai negara terdapat perbedaan mengenai materi konstitusi yang diaturnya, namun materi konstitusi yang bersifat pokok

Konstitusi itu pada hakikatnya merupakan hukum dasar yang tertinggi dan menjadi dasar berlakunya peraturan perundang-undangan lainnya yang lebih rendah, para penyusun

Tugas terstruktur Membuat laporan hasil diskusi dalam bentuk esei tentang hubungan dasar negara dengan konstitusi Tugas mandiri.. Membuat laporan hasil kajian tentang hubungan

Secara sederhana konstitusi dapat dipahami sebagai aturan dasar (baik tertulis ataupun tidak) dengan tujuan mengatur penyelenggaraan pemerintahan negara yang

2. Dasar negara dan konstitusi memiliki hubungan yang sangat erat, karena nilai-nilai dan norma-norma dasar yang terkandung di dalam dasar negara, menjiwai dan mendasari

SIFAT HUKUM DASAR TERTULIS • Peraturan perundangan tertinggi dalam negara • Memuat aturan-aturan pokok ketatanegaraan • Mengikat; baik pemerintah, lembaga kenegaraan, lembaga

Sebagai negara hukum kebebasan beragama dan berkeyakinan di Indonesia diatur dengan tegas pada konstitusi yang mana konstitusi merupakan hukum dasar untuk mengorganisir negara