• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP «MORBID CHIC» DALAM ROMAN L HYPER JUSTINE KARYA SIMON LIBERATI LAISA KHOERUN NISSA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONSEP «MORBID CHIC» DALAM ROMAN L HYPER JUSTINE KARYA SIMON LIBERATI LAISA KHOERUN NISSA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP « MORBID CHIC » DALAM ROMAN L’HYPER

JUSTINE KARYA SIMON LIBERATI

LAISA KHOERUN NISSA 180510070018

FAKULTAS ILMU BUDAYA JURUSAN SASTRA PERANCIS UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR Agustus, 2012

(2)

KONSEP « MORBID CHIC » DALAM ROMAN L’HYPER

JUSTINE KARYA SIMON LIBERATI

Oleh : Laisa Khoerun Nissa1

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Konsep «Morbid Chic» dalam roman L’hyper Justine karya Simon Liberati” yang bersumber dari novel yang ditulis oleh pengarang pada tahun 2009.

Morbid Chic merupakan suatu konsep yang menggambarkan imoralitas manusia dalam usahanya mencapai kepuasan dan kesenangan pribadi. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui seperti apa konsep Morbid Chic yang tertuang dalam jalinan kisah dan bagaimana konsep tersebut menggerakan jalan cerita dalam novel ini. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan analisis alur, analisis tokoh, analisis latar dan analisis sudut pandang.

Dari seluruh rangkaian analisis ini, kita dapat menemukan rangkaian fenomena yang merujuk pada konsep Morbid Chic dalam kehidupan para tokoh dalam novel ini.

Kata Kunci : Moral, Amoralitas, Norma, Perilaku manusia, Degradasi moral.

ABSTRACT

This thesis entitled “The Morbid Chic Concept in A Roman L’hyper Justine by Simon Liberati “ sourced from a roman written by the author in 2009.

Morbid Chic is a concept that show the imorality of human to gain their satisfaction and pleasure. The purpose of the research is to show how the Morbid Chic concept reflected and drive the whole story in this roman. To obtain that

1 Penulis adalah mahasiswa Jurusan Sastra Perancis Universitas Padjadjaran, lulus pada tanggal 27

(3)

purpose, the analysis used are the analysis of sequences, analysis of characters, analysis of décor, and analysis of point of view.

According to this whole series of analysis, we are able to find phenomenas in the life of the caracteres in this roman, which reflected the Morbid Chic concept.

Pendahuluan

Manusia dan segala permasalahannya seringkali menjadi suatu tema dalam berbagai karya sastra termasuk novel. Dalam suatu karya sastra, pengarang memberi opini, kritik maupun pemikirannya terhadap suatu masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia untuk kemudian disampaikan pada pembaca. Salah satu masalah yang paling sering disorot adalah moralitas manusia.

Saat ini, manusia cenderung melupakan nilai-nilai moral dalam menjalankan kehidupannya. Manusia hanya memikirkan hasrat dan keinginan-keinginannya semata dan berusaha memuaskan segala hasratnya termasuk dengan melakukan berbagai hal yang melanggar norma susila. Mereka tidak lagi peduli jika perilaku mereka membuat orang lain menderita, asalkan mereka mendapatkan segala keinginan mereka. Inilah yang disebut dengan Morbid Chic.

Simon Liberati mengangkat masalah moral manusia dalam karyanya yang berjudul L’hyper Justine. Melalui tokoh-tokohnya, ia menggambarkan perilaku manusia saat ini, ketika kepentingan dan kesenangan pribadi menjadi hal paling utama dalam kehidupan. Dengan menerapkan konsep Morbid Chic, ia mengangkat L’hyper Justine sebagai sebuah potret nyata keadaan moral manusia saat ini, yang menarik untuk dianalisis.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengkaji seperti apa konsep Morbid Chic yang tertuang dalam novel L’hyper Justine dan bagaimana konsep tersebut menggerakan jalan cerita novel ini. tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami konsep Morbid Chic dan bagaimana penerapannya dalam novel L’hyper Justine. Untuk mencapai tujuan penelitian

(4)

tersebut, penulis menggunakan metode analisis struktural yang mencakup analisis alur, tokoh, latar dan sudut pandang.

Pembahasan

Pierre al-Hamdi, seorang penipu datang ke Paris. Tanpa sengaja, ia melihat seorang wanita cantik berdiri di balkon sebuah rumah. Terpesona, ia mengetahui wanita itu bernama Justine. Pertemuan itu membawanya untuk menemukan sebuah proyek film yang ditulis oleh Thérèse Legros, dan menyadari bahwa cerita film itu mirip dengan kisah hidup ibunya yang terbunuh di Yaman. Penuh kemarahan, Pierre mencari tahu kaitan antara Thérèse dan kematian ibunya.

Menurut Schmitt dan Viala, cerita merupakan rangkaian dari peristiwa-peristiwa, yang terdiri dari beberapa peristiwa utama yang mewujudkan suatu cerita utuh. Peristiwa-peristiwa itu dibagi dalam unit terkecil yang disebut sekuen. Sekuen ini harus berpusat pada satu titik perhatian misalnya suatu objek tertentu: sebuah peristiwa, seorang tokoh, sebuah ide, sebuah pemikiran. Bisa juga apabila beberapa tokoh terpusat pada satu objek atau beberapa objek menjadi pengamatan seorang tokoh.

Dalam analisis sekuen dalam novel L’hyper Justine, kita dapat melihat rangkaian peristiwa yang mendukung konsep Morbid Chic. Setiap bagian dari sekuen berhubungan satu dengan lainnya dan membentuk suatu hubungan sintagmatik. Menurut Barthes, hubungan sintagmatik adalah hubungan penelitian karya sastra melalui sekuen-sekuennya. Hubungan ini merupakan analisis struktural berdasarkan fungsinya yaitu fungsi kardinal, yang berarti kejadian yang menunjukkan sebab akibat dari sebuah cerita dan fungsi katalitas yang bersifat kronologis. Dalam analisis sekuen ini, kita dapat membagi alur cerita L’hyper

Justine menjadi 42 sekuen kardinal dan 117 sekuen katalisator.

Secara umum, novel ini bercerita mengenai usaha tokoh utama untuk menyibak misteri kematian ibunya. Penulis menggunakan alur maju dan mundur untuk membantu pembaca agar dapat memahami cerita secara utuh. Melalui analisis sekuen, pembaca bisa melihat bagaimana tokoh-tokoh dalam cerita ini

(5)

hidup di dunia Morbid Chic yang penuh dengan hal-hal tidak bermoral seperti kriminalitas, sadisme, fetichisme dan lainnya.

Teori dari Shmitt dan Viala serta dari Goldenstein digunakan dalam analisis tokoh. Menurut mereka, tokoh-tokoh yang ditemukan di dalam sebuah cerita dibentuk dari elemen-elemen yang ditiru dari kehidupan nyata. Oleh karena itu, tokoh-tokoh dalam suatu karya sastra dapat dikatakan lahir dari persilangan antara imajinasi pengarang dengan kenyataan. Tokoh yang dianalisis adalah mereka yang memiliki peran penting dalam pergerakan cerita, dalam hal ini penulis memilih tokoh Pierre, Thérèse, Justine, La Sultane dan Grisélidis untuk dianalisis.

Dalam analisis tokoh, kita bisa menemukan ciri pembeda dari masing-masing tokoh. Thérèse merupakan seorang wanita tua kaya raya yang juga merupakan seorang lesbian. Ia adalah seorang ahli seni terkenal di Perancis, namun dibalik itu ia adalah seorang pembohong dan seorang manipulatif keji yang senang mempermainkan hidup orang lain. Kepribadiannya yang materialistis dan hedonis, membuatnya tak ragu untuk melakukan apapun demi mencapai keinginannya, tanpa peduli perbuatannya merugikan orang lain atau tidak. Tokoh-tokoh lainnya merupakan korban dari kekejian Thérèse. Ada Pierre, seorang penipu tampan yang mencari kebenaran tentang kematian ibunya. Seperti penipu lainnya, Pierre adalah seorang oportunis yang akan mengambil kesempatan apapun untuk kepentingan pribadi. Tumbuh tanpa kehadiran keluarga, Pierre menjadi sosok kesepian yang akan melakukan segalanya untuk bertahan hidup. Ia bepergian kemanapun sambil mencari petunjuk tentang kematian sang ibu yang sangat ia cintai. Usahanya menemui hasil ketika ia kembali ke Paris dan menemukan sebuah proyek film yang ditulis oleh Thérèse yang mirip dengan kisah hidup ibunya. Pierre kemudian menemui Thérèse untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Selanjutnya ada Justine, anak adopsi Thérèse. Justine merupakan seorang wanita menarik yang berasal dari Belgia. Justine sangat menyayangi Thérèse karenanya ia rela melakukan apapun untuk Thérèse. Dibalik sikap polosnya, Justine merupakan seorang wanita yang menyukai kekerasan. Ialah pewaris

(6)

kekayaan dan kekejian Thérèse yang sebenarnya. Lalu ada La Sultane, ibu dari Pierre. la Sultane tewas dibunuh pada masa pemberontakan islam di Yaman, tahun 1977. Ia merupakan seorang wanita cantik dan menyenangkan, namun memiliki nasib yang tragis. Ia menjadi seorang pelacur dan terbunuh karena profesinya tersebut. Kisah hidupnya menjadi inspirasi dari skenario yang ditulis Thérèse. Selanjutnya ada Grisélidis, mantan kekasih Thérèse. Ia meninggalkan Thérèse setelah mengetahui bahwa Thérèse memperalatnya untuk mendapatkan uang dengan menjual kisah pornografi berdasarkan hubungan seksual mereka.

Analisis hubungan antartokoh mengijinkan kita untuk memahami kaitan antara tokoh yang satu dengan yang lainnya. Pierre, Justine, La Sultane dan Grisélidis adalah korban dari kekejaman Thérèse. Dari hubungan antara Pierre dan Thérèse, terlihat bahwa Thérèse adalah orang yang membuka seluruh misteri dalam kehidupan Pierre. Sebelumnya, Pierre menganggap bahwa Thérèse adalah orang yang bertanggung jawab atas kematian ibunya, karena ia menulis skenario film berdasarkan kisah tragis La Sultane. Di akhir kisah terbukalah bahwa sebenarnya Thérèse adalah ibu kandung Pierre, yang memberikan putranya untuk diasuh La Sultane karena Thérèse tidak menyukai anak-anak. La Sultane sendiri merupakan teman Thérèse. Thérèse membantunya mencari pekerjaan di Paris, di sebuah bar bernama Le Brummel. Thérèse jugalah yang mengatur pertemuan agar La Sultane bekerja di Yaman. Setelah kematian La Sultane, Thérèse mencari keuntungan dengan menjual kisah tragis hidup La Sultane untuk dijadikan skenario film. Jadi hubungan antara Thérèse dan La Sultane adalah hubungan pertemanan yang saling menguntungkan. La Sultane mendapat pekerjaan berkat bantuan Thérèse, sementara La Sultane membayarnya dengan bersedia tidur dengan Thérèse. Di kemudian hari, Thérèse mendapatkan keuntungan dengan menjual kisah hidup temannya sendiri. Sementara hubungan antara La Sultane dengan Pierre adalah hubungan maternal, karena ialah yang merawat dan membesarkan Pierre dan Pierre selalu menganggap La Sultane sebagai ibunya. La Sultane adalah orang yang penting dalam kehidupan Pierre yang menyedihkan.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, Justine adalah anak angkat sekaligus ahli waris Thérèse. Ia akan melakukan apapun demi Thérèse termasuk menjadi

(7)

objek seksual dari ibu angkatnya. Selain tu, Justine merupakan penghubung antara Pierre da Thérèse karena berkat pertemuan pertama merekalah, Pierre bisa mengetahui kaitan Thérèse dan La Sultane. Sementara itu, hubungan antara Thérèse dan Grisélidis adalah hubungan asmara, namun romansa mereka berakhir buruk karena ulah Thérèse yang keterlaluan. Maka berdasarkan analisis tokoh dan hubungan antartokoh ini, kita dapat menyimpulkan bahwa tokoh-tokoh yang berada dalam novel ini adalah orang-orang amoral. Mereka tega melakukan apa saja untuk mendapat keinginannya, sesuai dengan dunia Morbid Chic yang melegalkan segala hal.

Latar menurut Goldenstein adalah elemen penting dalam sebuah cerita karena latar memiliki peran untuk menciptakan situasi umum dari sebuah cerita. Latar dibagi menjadi tiga yaitu latar waktu, tempat dan sosial. Latar waktu dari cerita L’hyper Justine adalah tahun 2007, namun inti cerita berawal dari kematian tokoh La Sultane di tahun 1977. Perbedaan waktu 30 tahun menunjukkan evolusi kepribadian manusia yang semakin lama semakin egois dan bebas melakukan apa saja. Latar tempat yang dipilih adalah kota Paris, sebagai simbol dari kota besar yang sering menjadi sarang yang nyaman bagi para pribadi amoral untuk berkumpul. Latar sosial menyoroti lingkungan pergaulan kalangan sosialita di Perancis, yang senang melakukan hal-hal yang tidak sesuai norma. Analisis latar semakin menjelaskan kekelaman para tokoh di novel ini.

Sementara itu, menurut Goldenstein sudut pandang merupakan kedudukan narator terhadap apa yang diceritakan. Sudut pandang suatu cerita sangat penting sebab hal ini akan menyangkut masalah seleksi terhadap kejadian-kejadian cerita yang disajikan, menyangkut kesadaran siapa yang memaparkan serta kedudukan atau tempat berpijak si pencerita terhadap ceritanya. Sudut pandang terbagi dua menjadi sudut pandang terbatas (limitée) dan tidak terbatas (ilimitée).

Analisis sudut pandang membantu pembaca untuk semakin memahami ide dan pemikiran narator terhadap konsep Morbid Chic. Dengan menggunakan sudut pandang tak terbatas, narator bebas keluar masuk pemikiran dan perasaan para tokoh untuk menunjukkan pandangannya terhadap dekadensi moral. Sudut

(8)

pandang terbatas digunakan agar pembaca memahami mengapa para tokoh bisa terseret ke dalam dunia Morbid Chic.

Simpulan

Maka berdasarkan keseluruhan analisis ini terlihat suatu konsep Morbid Chic yang memiliki karakteristiknya sendiri. Konsep Morbid Chic yang terlihat dari cerita L’hyper Justine menitikberatkan pada hasrat manusia yang tidak terkendali, yang kemudian berubah menjadi suatu kebutuhan yang menyetir kepribadian seseorang agar melakukan apapun untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ciri utama dari konsep Morbid Chic dalam novel ini ditunjukan melalui berbagai kekerasan, baik secara fisik maupun seksual, seperti fetichisme. Hal ini dilakukan semata-mata untuk memenuhi kesenangan pribadi saja.

L’hyper Justine merupakan sebuah refleksi nyata dari kehidupan manusia. Dapatlah dikatakan apabila novel ini merupakan sebuah peringatan atas kondisi manusia saat ini yang semakin kehilangan sisi kemanusiaannya. Novel ini seakan ingin mengingatkan betapa pentingnya moralitas dalam kehidupan manusia, sebagai batasan sekaligus aturan dalam berperilaku, karena hal itulah yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

Daftar Sumber:

htpp://www.parismatch.com/Gilles-Martin-Chauffier/La-philosophie-dans-le-mouroir-127569

htpp://www.critique-livre.fr/litterature/lhyper-justine

Barthes, R. 1981. Analyse Structurale du Récit. Paris : Soleil.

Goldenstein, J. P. 1980. Pour Lire le Roman. Brussel-Paris : De Boeck-Duculot. Liberati, Simon. 2009. L’hyper Justine. Paris : Flammarion.

Referensi

Dokumen terkait

keaktifan siswa dalam pembelajaran memiliki bentuk yang beraneka ragam, dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit diamati. Kegiatan fisik

Bila krisis ekonomi melanda, perusahaan nasional maupun perusahaan swasta yang didukung pemerintah akan lebih mungkin di- bail out oleh negara, seperti yang

Pada tahap pengklasifikasian data ini, peneliti mengklasifikasikan berita mana saja yang mengandung kohesi aspek gramatikal dan leksikal yang ada dalam wacana

Dalam tugas akhir ini telah dilakukan simulasi 3 variasi perubahan tempertur AC terhadap kondisi udara dan perpindahan panas yang terjadi pada suatu ruangan. Dari

Misalnya seorang murid ingin meneliti tentang kehidupan oarang-orang pada abad ke 17 yang lalu, atau seorang guru ingin meneliti faktor-faktornya

Mampu mengumpulkan data subyektif dan data obyektif pada yang diberikan asuhan kebidanan komprehensif pada kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan masa

Oleh karena itu diperlukan pupuk yang dapat menjaga pH tanah agar tidak terlalu asam atau basa. Biasanya para

Penulis Buku Panduan Media Pembelajaran Untuk Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu, penerbit BTKP Yogyakarta Tahun 2017.. Penulis Buku Panduan Pembelajaran Menulis Teks Sederhana