• Tidak ada hasil yang ditemukan

SPECIES COMPOSITION AND STAND STRUCTURE PLANT IN BLOCK CURAH JARAK DECIDUOUS FOREST BALURAN NATIONAL PARK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SPECIES COMPOSITION AND STAND STRUCTURE PLANT IN BLOCK CURAH JARAK DECIDUOUS FOREST BALURAN NATIONAL PARK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

SPECIES COMPOSITION AND STAND STRUCTURE PLANT IN BLOCK CURAH JARAK DECIDUOUS FOREST

BALURAN NATIONAL PARK Rahmawati, Rizka,S.1, Suhadi.2, & Sulasmi, E.S.2 Department of Biology, State University of Malang

Semarang Street 5 Malang 65145, Indonesia Email : 1rizdyviaka@yahoo.com

ABSTRACT: Block Curah Jarak Monsoon forest has a fairly long dry season resulting in limited availability of water and other abiotic factors that adversely impact the growth conditions of vegetation and tree regeneration of forest stand structure. Conditions of forest location close to population centers, caused the human activities in the forest areas such as steal of forest products and illegal logging, distrupt the process of regeneration of forest stands. Research objectives are analyze and describe the species composition, dominance index, diversity index, stand structure of forest plants Block Curah Jarak Baluran National Park. Techniques of data collection using a combination of methods with terraced paths and line length of 600 m and a width of 100 m, with a total of 15 whole plot is a plot. Determination of sample plots used method of systematic sampling with random start and created the terraced plots. The results showed that the composition of species in the Block Curah Jarak Forest Season found 23 plant species in 13 tribes. Some species of which dominates the region is at stake phase Microscos tomentosa Sm., Grewia eriocarpa, and Tamarindus indica L. The dominance of species scattered in many types, diversity index were moderate due to limited environmental conditions and ecological disturbances and the regeneration of forest stands goes well.

Keywords: Baluran National Park, diciduous forest, species composition, stand structure, stakes, poles, trees.

(2)

KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN TUMBUHAN DI HUTAN MUSIM BLOK CURAH TAMAN NASIONAL BALURAN

Rahmawati, Rizka,S.1, Suhadi.2, & Sulasmi, E.S.2 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang

Jalan Semarang 5 Malang 65145, Indonesia Email : 1rizdyviaka@yahoo.com

ABSTRAK: Hutan musim Blok Curah Jarak memiliki musim kemarau yang panjang menyebabkan terbatasnya ketersediaan air dan faktor abiotik yang berdampak terhadap kondisi pertumbuhan vegetasi dan proses regenerasi tegakan hutan. Letak hutan yang dekat dengan pemukiman penduduk menyebabkan aktivitas manusia di dalam hutan seperti pencurian hasil hutan dan penebangan pohon yang mengganggu regenerasi dan komposisi vegetasi.Tujuan penelitian adalah menganalisis dan mendeskripsikan komposisi jenis, indeks dominansi, indeks keanekaragaman, dan struktur tegakan tumbuhan. Pengumpulan data menggunakan metode jalur berpetak dan metode systematic sampling with random start. Komposisi jenis di hutan musim Blok Curah Jarak ditemukan 23 spesies tumbuhan dalam 13 suku. Spesies yang mendominasi diantaranya Microscos tomentosa Sm., Grewia eriocarpa Juss. Tamarindus indica L. Dominansi spesies tersebar pada banyak jenis. Indeks keanekaragaman jenis tergolong sedang dan proses regenerasi tegakan hutan berjalan baik.

Kata Kunci: Taman Nasional Baluran, hutan musim, komposisi jenis, struktur tegakan, pancang, tiang, pohon

PENDAHULUAN

Taman Nasional Baluran terletak di Kabupaten Situbondo, JawaTimur merupakan kawasan konservasi sumberdaya alam. Tujuan pembangunan konservasi sumberdaya alam yaitu mengusahakan terwujudnya kelestarian sumberdaya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya, sehingga dapat mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia (Balai Taman Nasional Baluran, 2007).

Hutan musim yang ada di Taman Nasional Baluran salah satunya adalah hutan musim Blok Curah Jarak. Kondisi letak hutan yang strategis dan dekat dengan pemukiman penduduk, serta akses masuk hutan yang mudah, menyebabkan adanya aktivitas manusia di dalam kawasan hutan seperti pencurian hasil hutan, penebangan pohon yang mengganggu regenerasi dan komposisi vegetasi. Kelestarian biodiversitas hutan musim Blok Curah Jarak mutlak dijaga karena hutan musim mempunyai peranan penting bagi keberlanjutan ekosistem kawasan Taman Nasional Baluran, sebagai penyangga kehidupan, dan sumber plasma nutfah. Kawasan Taman Nasional Baluran merupakan kawasan hutan konservasi sehingga tidak seharusnya terjadi perambahan dan pemanfaatan hutan oleh manusia yang dapat merusak ekosistem. Analisis vegetasi penting dilakukan untuk mengungkap komposisi dan struktur tegakan terutama yang berhabitus pohon.

Permasalahan lainnya adalah Taman Nasional Baluran yang mempunyai musim kemarau yang lebih panjang, sehingga menyebabkan terbatasnya ketersediaan air dan faktor abiotik lainnya. Keterbatasan air dan faktor abiotik

(3)

berdampak kurang baik terhadap kondisi pertumbuhan vegetasi pohon hutan dan proses regenerasi struktur tegakan hutan. Tujuan penelitian adalah menganalisis dan mendeskripsikan komposisi jenis, indeks dominansi, indeks keanekaragaman, dan struktur tegakan tumbuhan.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2013 di hutan musim Blok Curah Jarak Taman Nasional Baluran. Sampel penelitian ini adalah seluruh spesies pohon pada fase pertumbuhan tiang, pancang dan pohon dewasa yang tercuplik pada 15 plot penelitian. Alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah General Positioning System, meteran, tali, klinometer, soil tester, termohigrometer, pH meter, tally sheet, kantong plastik, kertas koran, dan alkohol 70%.

Data yang dikumpulkan pada tingkat pancang meliputi jumlah individu dan nama spesies, tingkat tiang dan pohon meliputi jumlah individu, nama spesies, diameter batang, tinggi pohon, dan data faktor abiotik. Pengambilan data tumbuhan menggunakan metode jalur berpetak (Indriyanto, 2006). Pengambilan petak contoh menggunakan metode systematic sampling with random start. Petak contoh dibuat dengan panjang jalur 600 m (garis dasar) dan lebar 100 m dengan luas seluruh petak contoh adalah 6000 m2, dan total jumlah seluruh plot adalah 15 plot. Terdapat tiga garis rintis (I, II, III) sepanjang 100 m, dengan jarak antar garis rintis 200 m, dan jumlah plot per garis rintis 5 plot. Data faktor abiotik diambil pada setiap petak contoh.

Komposisi jenis dianalisis dengan menghitung kerapatan (K), kerapatan relatif (KR), frekuensi (F), frekuensi relatif (FR), dominansi (D), dominansi relatif (DR), indek nilai penting (INP), perbandingan indeks nilai penting (SDR), indeks keanekaragaman spesies dengan rumus Shanon Index of General Diversity (H’), dan indeks dominansi (ID). Struktur tegakan tumbuhan dianalisis dengan membuat hubungan antara diameter setinggi dada (cm) dengan kerapatan pohon (jumlah pohon per petak ukur). Struktur tegakan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lebih mengarah ke struktur tegakan horizontal, yaitu menyangkut nilai luas bidang dasar, frekuensi dan kerapatan pohon.

HASIL

1. Komposisi Jenis.

a. Spesies Tumbuhan yang Ditemukan di Hutan Musim blok Curah Jarak Berdasarkan hasil identifikasi yang mengacu pada kunci identifikasi Flora of Java, Volume I, II, III (Spermatophyta Only) karya Backer & Bathuizen van den Brink (1965) pada kawasan hutan musim Blok Curah Jarak ditemukan 23 spesies tumbuhan yang terkelompok dalam 13 famili.

Tabel 4.1 Tumbuhan di Hutan Musim Blok Curah Jarak pada Tingkat Pancang

No. Familia Nama Spesies Nama Daerah

1. Arecaceae 1. Corypha utan Lam. Gebang

2. Caesalpiniaceae 2. Tamarindus indica L. Asem

3. Euphorbiaceae 3. Maba hermaphroditica Zoll. Mustam

4. Flacourtiaceae 4. Flacourtia rukam Zoll.&Mor. Rukem

5. Mimosaceae 5. Acacia tomentosa (Roxb.) Willd. Kelampis

(4)

7. Dichrostachys cinerea (L.) Wight&Arnold Pereng

8. Leucaena leucochephala (Lam.) de Wit Lamtoro

6. Tiliaceae 9. Grewia eriocarpa Juss. Talok

10. Microscos tomentosa Sm. But-But

11. Schcoutenia ovata Korth. Walikukun

7. Verbenaceae 12. Callicarpa arborea Roxb. Konyele

Verbenaceae 13. Vitex pubescen Vahl. Laban

Tabel 4.2 Nama Tumbuhan di Hutan Musim Blok Curah Jarak pada Tingkat Tiang

No. Familia Nama Spesies Nama Daerah

1. Annonaceae 1. Popowia pisocarpa (Blume) Endl. Manting

2. Bombacaceae 2. Bombax ceiba L. Randu Agung

3. Bulceraceae 3. Protium javanicum Burm. Trenggulun

4. Caesalpiniceae 4. Delonix regia (Bojer ex Hook.) Rafin. Flamboyan

5. Tamarindus indica L. Asem

5. Euphorbiaceae 6. Maba hermaphroditica Zoll. Mustam

6. Flacourtiaceae 7. Flacourtia rukam Zoll. & Mor. Rukem

7. Mimosaceae 8. Acacia auriculiformis A. Cunn ex Benth. Akasia

9. Acacia leucophloea (Roxb.) Willd. Pilang

10. Acacia tomentosa (Roxb.) Willd. Kelampis

11. Adenanthera microsperma T. & B. Segawe

8. Moraceae 12. Streblus asper Lour. Serut

9. Sapindaceae 13. Schleichera oleosa (Lour.) Oken Kesambi

10. Sterculiaceae 14. Kleinhovia hospita L. Timoho

15. Sterculia foetida L. Kepuh

11. Tiliaceae 16. Grewia eriocarpa Juss. Talok

17. Microscos tomentosa Sm. But-But

18. Schcoutenia ovata Korth. Walikukun

12. Verbenaceae 19. Callicarpa arborea Roxb. Konyele

20. Vitex pubescen Vahl. Laban

Tabel 4.3 Nama Tumbuhan di Hutan Musim Blok Curah Jarak pada Tingkat Pohon Dewasa

No. Familia Nama Spesies Nama Daerah

1. Caesalpiniceae 1. Delonix regia (Bojer ex Hook.) Rafin. Flamboyan

2. Tamarindus indica L. Asem

2. Flacourtiaceae 3. Flacourtia rukam Zoll. & Mor. Rukem

3. Mimosaceae 4. Acacia tomentosa (Roxb.) Willd. Kelampis

5. Adenanthera microsperma T. & B. Segawe

4. Sapindaceae 6. Schleichera oleosa (Lour.) Oken Kesambi

5. Sterculiaceae 7. Sterculia foetida L. Kepuh

6. Tiliaceae 8. Schcoutenia ovata Korth. Walikukun

7. Verbenaceae 9. Vitex pubescen Vahl. Laban

Tabel 4.4 Sebaran Spesies Pohon pada Petak Ukur di Hutan Musim Blok Curah Jarak.

No. Nama Spesies

Petak Ukur 5 x 5 Pancang 10 x 10 Tiang 20 x 20 Pohon Dewasa

1. Acacia auriculiformis A. Cunn ex Benth. - √ -

2. Acacia leucophloea (Roxb.) Willd. - √ -

3. Acacia tomentosa (Roxb.) Willd. √ √ √

(5)

5. Bombax ceiba L. - √ -

6. Callicarpa arborea Roxb. √ √ -

7. Corypha utan Lam. √ - -

8. Delonix regia (Boyer ex Hook.) Rafin. - √ √

9. Dichrostachys cinerea (L.)Wight & Arnold √ - -

10. Flacourtia rukam Zoll. & Mor. √ √ √

11. Grewia eriocarpa Juss. √ √ -

12. Kleinhovia hospita L. - √ -

13. Leucaena leucochephala (Lam.) de Wit √ - -

14. Maba hermaphroditica Zoll. √ √ -

15. Microscos tomentosa Sm. √ √ -

16. Popowia pisocarpa (Blume) Endl. - √ -

17. Protium javanicum Burm. - √ -

18. Schcoutenia ovata Korth. √ √ √

19. Schleichera oleosa (Lour.) Oken - √ √

20. Streblus asper Lour. - √ -

21. Sterculia foetida L. - √ √

22. Tamarindus indica L. √ √ √

23. Vitex pubescen Vahl. √ √ √

b. Indeks Nilai Penting (INP) dan Perbandingan Nilai Penting (SDR) Tumbuhan di Hutan Musim Blok Curah Jarak.

Indeks Nilai Penting dan Perbandingan Nilai Penting spesies tumbuhan pada setiap tingkat adalah pada fase pancang spesies yang mempunyai Indeks Nilai Penting dan Perbandingan Nilai Penting tertinggi adalah Microscos tomentosa Sm. dengan Indeks Nilai Penting sebesar 40,74% dan Perbandingan Nilai Penting sebesar 20,37%. Pada fase tiang Indeks Nilai Penting dan Perbandingan Nilai Penting tertinggi adalah Grewia eriocarpa Juss. dengan Indeks Nilai Penting sebesar 32,13% dan Perbandingan Nilai Penting sebesar 10, 71%. Pada fase pohon dewasa Indeks Nilai Penting dan Perbandingan Nilai Penting tertinggi adalah Tamarindus indica L. dengan Indeks Nilai Penting sebesar 89,45% dan Perbandingan Nilai Penting sebesar 29,82%.

c. Indeks Keaneragaman Jenis Tumbuhan di Hutan Musim Blok Curah Jarak

Berdasarkan hasil perhitungan data besarnya Indeks Keanekaragaman Jenis dengan menggunakan Indeks Shanon Index of General Diversity menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis pada semua tingkat pertumbuhan pohon di kawasan hutan musim Blok Curah Jarak bernilai sedang (H’: 1,51). d. Indeks Dominansi Tumbuhan di Hutan Musim Blok Curah Jarak

Berdasarkan data diatas memperlihatkan bahwa tidak ada nilai indeks dominansi yang sama dengan atau mendekati satu. Nilai indeks dominansi yang tidak mendekati satu menunjukkan indeks dominansi jenis pada lokasi penelitian tergolong rendah.

Fase Pertumbuhan Indeks Dominansi

Pancang 0,12

Tiang 0,07

(6)

2. Struktur Tegakan Tumbuhan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya semakin besar ukuran diameter pohon, maka semakin sedikit jumlah individu pohon yang ditunjukkan pada diagram batang sebagai berikut.

PEMBAHASAN 1. Komposisi Jenis.

a. Spesies Tumbuhan yang Ditemukan di Hutan Musim blok Curah Jarak Pada fase tiang yang mempunyai jumlah spesies tertinggi dibandingkan fase lainnya menunjukkan bahwa spesies yang terdapat pada fase tiang lebih heterogen. Heterogenitas spesies disebabkan oleh adanya perbedaan kondisi lingkungan sehingga menyebabkan perbedaan pada jumlah spesies pohon yang ada (Agustina, 2010). Perbedaan jumlah spesies pohon disebabkan persaingan diantara spesies-spesies tumbuhan dalam memperebutkan sumber daya yang terbatas di kawasan tersebut, selain itu juga disebabkan oleh adaptasi dan kebutuhan masing-masing spesies yang berbeda (Maisyaroh, 2010).

Hutan musim Taman Nasional Baluran merupakan kawasan Agro Climatic karena mempunyai musim kemarau lebih dari enam bulan, sehingga dengan keterbatasan ekologis cenderung mendorong spesies-spesies yang tumbuh adalah spesies-spesies yang mampu beradaptasi pada kondisi dengan spesifikasi kering (Roemantyo, 2011). Beberapa spesies seperti Grewia eriocarpa Juss, Microscos tomentosa Sm., Maba hermaphroditica Zoll., Callicarpa arborea Roxb. yang ada pada fase pancang dan fase tiang tidak ditemukan pada fase pohon dewasa. Beberapa hal yang diperkirakan menjadi penyebabnya adalah pohon indukannya sudah mati karena seleksi alam sebelum pertumbuhannya mencapai fase pohon dewasa, spesies tersebut memang sulit berregenerasi dan kemungkinan besar spesies-spesies tersebut ditebang secara liar sehingga jumlah individu dan spesiesnya menjadi sedikit.

Pada spesies Schleichera oleosa (Lour.) Oken, Sterculia foetida L., Delonix regia (Boyer ex Hook.) Rafin. ditemukan pada fase tiang dan fase pohon dewasa tetapi tidak ditemukan pada fase pancang. Spesies tumbuhan yang tidak ditemukan pada fase pancang ini mengindikasikan gangguan pada permudaan pohon dan menjadi kendala pada proses regenerasi spesies–spesies tersebut (Sidiyasa, et. al, 2006). Kondisi ini disebabkan kondisi alam dimana lama musim hujan yang sangat pendek dan musim kemarau yang panjang (Roemantyo, 2011). Faktor lainnya adalah kemungkinan biji pohon tidak mampu berkecambah atau jika berkecambah juga segera mati.

0 10 20 30 40 40 34 21 17 12 10 8 4 2 1 K er a p a ta n ( P o h o n /H a ) Kelas Diameter (cm)

(7)

b. Indeks Nilai Penting dan Perbandingan Nilai Penting Tumbuhan di Hutan Musim Blok Curah Jarak.

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa spesies-spesies yang dominan pada suatu fase pertumbuhan tidak selalu dominan pada fase pertumbuhan lainnya. Muntagini dan Jordan (2005) menyatakan spesies yang dominan dalam suatu fase pertumbuhan pohon tetapi tidak mendominansi di fase pertumbuhan lain disebabkan oleh adanya persaingan dengan tumbuhan lain yang menyebabkan tumbuhan tersebut kurang mampu untuk bersaing, sehingga spesies tersebut kurang mampu untuk mendominasi pada fase pertumbuhan lainnya. Faktor berikutnya adalah spesies tumbuhan tersebut kurang mampu untuk mempertahankan diri dan adaptasi pada kondisi alam, dan adanya faktor alam seperti kebakaran, kekeringan, atau kegiatan manusia seperti perambahan dan penebangan liar. Odum (1993) mengatakan bahwa spesies tumbuhan yang mendominansi berarti memiliki kisaran lingkungan yang lebih luas dibandingkan spesies lainnya, sehingga dengan kisaran toleransi yang luas terhadap faktor lingkungan menyebabkan suatu spesies tumbuhan akan mempunyai sebaran yang luas.

Microscos tomentosa Sm, Grewia eriocarpa Juss., dan Tamarindus indica L. merupakan tumbuhan yang mampu tumbuh baik di wilayah yang musim kemaraunya cukup panjang, sehingga ketika musim kering tiba dan ketersediaan air serta faktor abiotik lain terbatas, tumbuhan-tumbuhan ini tetap bisa tumbuh dengan baik.

c. Indeks Keaneragaman Jenis Tumbuhan di Hutan Musim Blok Curah Jarak.

Keanekaragaman spesies yang tergolong sedang (H’ = 1,51) menunjukkan ekosistem yang cenderung kurang stabil. Fungsi dan proses ekologi di lokasi penelitian masih cenderung kurang berjalan normal, sehingga adanya kondisi tekanan lingkungan dapat menyebabkan tekanan fisiologis yang dapat mempengaruhi kestabilan ekosistem. Hutan musim Blok Curah Jarak terletak dekat dengan kawasan pemukiman penduduk, sehingga memungkinkan adanya penebangan pohon di kawasan hutan yang menyebabkan jumlah individu dan jumlah spesies pohon berkurang. Kondisi tekanan lingkungan yang disebabkan oleh alam atau gangguan manusia akan membuat tekanan fisiologis pada tumbuhan. Tekanan lingkungan ini dapat mempengaruhi nilai keanekaragaman dan kestabilan ekosistem.

Suatu fase pertumbuhan pohon membutuhkan suatu keanekaragaman dan kestabilan, sehingga jaring-jaring makanan yang terbentuk lebih kompleks dan kestabilan ekosistem juga meningkat (Indriyanto, 2006 dalam Agustina, 2010). Populasi dari masing-masing jenis di kawasan ini rentang terhadap keseimbangan dan mudah untuk berubah karena adanya tekanan dalam kawasan ini yaitu perubahan iklim dan pemanfaatan hasil hutan oleh manusia.

d. Indeks Dominansi Tumbuhan di Hutan Musim Blok Curah Jarak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai indeks dominansi di lokasi penelitian tergolong rendah karena nilai indeks dominansi tidak ada yang sama dengan atau mendekati satu. Nilai indeks dominansi yang tergolong rendah mengindikasikan bahwa dominansi spesies pada kawasan hutan musim Blok

(8)

Curah Jarak tersebar pada banyak spesies, sehingga menunjukkan cerminan hutan yang masih alami. Nilai indeks dominansi pada fase tiang menunjukkan bahwa pada fase tiang dominansi spesiesnya lebih tersebar pada lebih banyak spesies jika dibandingkan dengan fase pertumbuhan pohon lainnya. Penyebaran pada individu pohon sangat dipengaruhi oleh topografi dan keadaan tanah, daya tumbuh biji, angin, dan faktor lingkungan lainnya.

2. Struktur Tegakan

Pada data penelitian menunjukkan bahwa jumlah individu semakin berkurang dengan semakin besarnya ukuran diameter pohon menyerupai huruf “J” terbalik. Fenomena struktur tegakan yang menyerupai huruf “J” terbalik menunjukkan bahwa tegakan hutan di hutan musim Blok Curah Jarak merupakan hutan segala umur yang relatif seimbang dan proses regenerasi tegakan hutan berjalan dengan baik. Fenomena struktur tegakan yang berbentuk menyerupai huruf “J” terbalik ini bisa terjadi dikarenakan proses alam. Pada awalnya jumlah individu permudaan pohon yang tumbuh di hutan ini cukup banyak, semakin bertambahnya waktu mengakibatkan individu-individu pohon tersebut mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pada proses pertumbuhan permudaan pohon ini terjadi persaingan antar tetumbuhan. Persaingan antar tumbuhan ini terus berlanjut dan terjadi pula seleksi alam, sehingga tidak semua individu mempunyai kemampuan untuk tetap tumbuh. Tumbuhan yang tidak bisa beradaptasi dan bertahan dengan lingkungannya akan mengalami kematian. Persaingan dan seleksi alam ini akan mengakibatkan pengurangan jumlah individu yang dapat bertahan hidup pada setiap kelas diameter.

KESIMPULAN

1. Komposisi jenis di Hutan Musim Blok Curah jarak ditemukan 23 spesies tumbuhan yang terkelompok dalam 13 suku pada berbagai tingkat pertumbuhan. Pada fase pancang ditemukan 13 spesies tumbuhan dari 7 suku, pada fase tiang ditemukan 20 spesies tumbuhan dari 12 suku, dan pada fase pohon dewasa ditemukan 9 spesies tumbuhan dari 7 suku. Beberapa spesies mendominasi kawasan ini diantaranya Microscos tomentosa Sm., Grewia eriocarpa Juss. Dan Tamarindus indica L. Spesies-spesies di kawasan hutan musim Blok Curah Jarak rawan terhadap perubahan lingkungan dan gangguan manusia sehingga komposisinya mudah berubah.

2. Nilai indeks dominansi di lokasi penelitian tergolong rendah karena nilai indeks dominansi tidak ada yang sama dengan atau mendekati satu, sehingga dominansi pada kawasan hutan musim Blok Curah Jarak tersebar pada banyak jenis, sehingga menunjukkan cerminan hutan yang masih alami.

3. Indeks keanekaragaman jenis (H’) pohon yang ditemukan di hutan musim Blok Curah Jarak bernilai sedang. Keanekaragaman jenis yang tergolong sedang ini disebabkan keterbatasan kondisi lingkungan dan gangguan ekologis yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan spesies-spesies tumbuhan. 4. Berdasarkan struktur tegakan horizontalnya kelas diameter pohon didominasi

oleh jenis-jenis pohon dengan kelas diameter 10-14 cm. Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa jumlah individu semakin berkurang dengan semakin besarnya ukuran diameter pohon sehingga menunjukkan bahwa proses regenerasi tegakan hutan berjalan dengan baik.

(9)

B. Saran

1. Penelitian mengenai komposisi jenis dan struktur tegakan tumbuhan di Taman Nasional Baluran akan lebih sempurna jika dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kondisi dan faktor lingkungan pada kawasan hutan.

2. Aktivitas manusia di dalam hutan rawan menimbulkan kerusakan komposisi vegetasi penyusun dan mengganggu proses regenerasi tegakan hutan, sehingga diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah setempat dengan pengelola Taman Nasional untuk mensosialisasikan pada penduduk pentingnya fungsi hutan bagi kehidupan. Pelaksanaan kegiatan sebaiknya difokuskan pada upaya pengelolaan dan pelestarian kawasan hutan

DAFTAR RUJUKAN

Addo-Fordjour, P., Obeng, S., Anning, A.K., & Addo, M.G. 2009. Floristic Composition, Structure And Natural Regeneration In A Moist Semi-Deciduous Forest Following Anthropogenic Disturbances And Plant Invasion. International Journal of Biodiversity and Conservation, 1(2): pp. 021-037.

Agustina, D.K. 2010. Vegetasi Pohon di Hutan Lindung. Malang: Universitas Islam Negeri-Maliki Press.

Arief, A. 1994. Hutan: Hakikat dan Pengaruhnya terhadap Lingkungan. Jakarta: Penerbit Yayasan Obor Indonesia.

Ardhana, I. P. G. 2012. Ekologi Tumbuhan. Denpasar: Udayana University press. Arrijani. 2008. Struktur dan Komposisi Vegetasi Zona Montana Taman Nasional

Gunung Gede Pangrango. Jurnal Biodiversitas, 9 (2): 134-141.

Astuti, S.S. 2009. Struktur dan Komposisi Vegetasi Pohon dan Pole di Sekitar Jalur Wisata Alam Sicikeh-Cikeh Kabupaten Dairi Sumatera Utara. Skripsi tidak diterbitkan. Medan: Universitas Sumatra Utara

Balai Taman Nasional Baluran. 2000. Laporan Pelakasanaan Kegiatan Sarasehan Peningkatan Peran Serta Masyarakat terhadap Pengamanan Hutan. Banyuwangi: Departemen Kehutanan RI. (Online), (http: //www. dephut. go.id/ INFORMASI /TN%20INDO –ENGLISH /tn_baluran.html, diakses 5 September 2012)

Balai Taman Nasional Baluran. 2006. Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Banyuwangi: Departemen Kehutanan RI. (Online), (http: //www. dephut. go.id/ INFORMASI /TN%20INDO –ENGLISH /tn_baluran.html, diakses 5 September 2012)

Balai Taman Nasional Baluran. 2007. Pedoman Pengumpulan Data Keanekaragaman Flora. Situbondo. Kementrian kehutanan RI. (Online),

(10)

(http: //www. dephut. go.id/ INFORMASI /TN%20INDO –ENGLISH /tn_baluran.html, diakses 5 September 2012)

Edwar, E., Hamidy, R., Siregar, S.H. 2011. Komposisi dan Struktur Permudaan Pohon Pionir Berdasarkan Jenis Tanah di Kabupaten Siak. Jurnal Ilmu Lingkungan, 5 (2): 149-167.

Ginting, K.E.M. 2011. Komposisi Jenis dan Struktur Tegakan Hutan di Cagar Alam Sibolangit, Sumatra Utara. Skripsi tidak diterbitkan. Bogor: Fakultas Kehutanan Institur Pertanian Bogor.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara

Istomo. 1994. Hubungan Antara Komposisi, Struktur dan Penyebaran Ramin (Gonystylus bancanus Miq. Kurz) dengan Sifat-sifat Tanah Gambut (Studi Kasus di Areal HPH PT Inhutani III Kalimantan Selatan). Tesis tidak diterbitkan. Bogor: PPs Institut Pertanian Bogor.

Kadri, W. 1992. Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisasi: Ekosistem, Komunitas, dan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara

Krebs, C. J., 1972. Ecology, the Experimental Analisys of Distribution and Abudance Haper anda Row Publ. New York. 496 p.

Magurran, A.E. 1988. Ecological Diversity and Its Measure. Croom Helm Limited. London.

Maisyaroh, W. 2010. Struktur Komunitas Tumbuhan Penutup Tanah di Taman Hutan Raya R. Soerjo Canggar, Malang. Jurnal Pembangunan dan Alam Lestari, 1 (1).

Montagini, Florencia dan Carl F Jordan. 2005. Tropical Forest Ecology The basis for Conservation and Management. Netherland: Springer Press.

Mueller-Dombois, D, H. Ellenberg. 1974. Aims and methods of Vegetation Ecology. New York, London, Sidney, Toronto : John Wiley.

Odum, P. E. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Terjemahan oleh Tjahjono Samingan dari buku Fundamental of Ecology. Yogjakarta: Gadjah Mada University Press.

Onrizal, Kusmana,C., Saharjo, B.H., Handayani, I.P., & Kato, T. 2005. Komposisi Jenis dan Struktur Hutan Kerangas Bekas Kebakaran di Taman Nasional Danau Sentarum, Kalimantan Barat. Biodiversitas, Jurnal Biodiversitas, 6(4): 263-265.

Pappoe, A.N.M., Armah, F.A., Quaye, E.C., Kwakye, P.K., & Buxton, G.N.T. 2010. Composition And Stand Structure Of A Tropical Moist

(11)

Semi-Deciduous Forest In Ghana. International Research Journal of Plant Science, (ISSN: 2141-5447) 1(4): pp. 095-106.

Polosakan, R. 2010. Komposisi Jenis dan Struktur Vegetasi Hutan di Kawasan Suaka Margasatwa Cikepuh, Sukabumi, Jawa Barat. Jurnal Teknik Lingkungan, 11 (2): 147-155.

Roemantyo. 2011. Struktur dan Komposisi Vegetasi Hutan Semusim Habitat Curik Bali di Kawasan Labuan Lalang, Taman Nasional Bali Barat. Jurnal Biologi Indonesia, 7(2): 361-374.

Setyawan, A.D., Indrowuryatno, Wiryanto, Winarno, K., Susilowati, A. 2005. Tumbuhan Mangrove di Pesisir Jawa Tengah:Komposisi dan Struktur Vegetasi. Jurnal Biodiversitas, 6(3): 194-196.

Sidiyasa, K., Zakaria, Iwan, R. 2006. Hutan Desa Setulang dan Sengayan Malinau, Kalimantan Timur: Potensi dan Identifikasi Langkah-Langkah Perlindungan dalam Rangka Pengelolaannya Secara Lestari. Bogor: Center for International Forestry Research.

Soerianegara, I., & Indrawan. 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Departemen Managemen Hutan Fakultas Kehutanan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif: Metode Analisis Populasi dan

Komunitas. Jakarta: Usaha Nasional

Suharti, N. 2005. Struktur Dan Komposisi Jenis Pohon Pada Hutan Pulau Yoop Kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih Distrik Windesi Kabupaten Teluk Wondama. Skripsi tidak diterbitkan. Manokwari: Universitas Negeri Papua

Syafei, E.S. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Syaukani, H. R., Kusmana, C., Alikodra, H. S., Darusman, D., Mudikdjo, K. 2005. Komposisi Jenis dan Struktur Hutan di Taman Hutan Raya Bukit Soeharto, Kalimantan Timur. Jurnal Manajemen Hutan Tropika, (Online), 11 (1): 57-66, diakses 1 Maret 2013.

Gambar

Tabel 4.1   Tumbuhan  di Hutan Musim Blok Curah Jarak pada Tingkat  Pancang
Tabel 4.3   Nama Tumbuhan  di Hutan Musim Blok Curah Jarak pada  Tingkat Pohon Dewasa

Referensi

Dokumen terkait

Pada pembuatan pasta coklat, diawali dengan pencampuran bahan seperti sukrosa, susu bubuk, coklat bubuk sampai semua tercampur yang berfungsi menyeragamkan

Sejalan dengan paradigma pendidikan dalam Kurikulum 2013 yang menekankan bahwa pembelajaran berpusat pada siswa maka strategi yang dipilih guru harus

Untuk mengetahui persepsi masyarakat yang terkait dengan konservasi banteng terhadap kawasan taman nasional dan banteng dilakukan analisis persepsi terhadap nilai manfaat

1 Penyerahan hasil pemeriksaan Laboratorium kepada pasien Pasien langsung pulang setelah menerima hasil Pasien merasa hanya ingin chek up dan tidak perlu berkonsultasi

Sepanjang data tersebut sesuai dengan apa yang tercantum dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan (Pasal 32 ayat (1) PP No.24/1997), bahwa orang tidak dapat menuntut

besarnya yang ditimbulkan oleh kedua variabel ini secara bersama-sama terhadap variabel terikat sebesar 62,8%.Padaintinya, organisasi para karyawan disikapi sebagai

Kriteria inklusinya adalah mahasiswa laki-laki yang terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang dan bersedia menjadi responden

Subinvolusio adalah kemacetan atau kelambatan penurunan tinggi fundus uteri yang disertai pemanjangan periode pengeluaran lokhea atau perdarahan banyak dan tidak