• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. METODE PENELITIAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di TNMB dan TNAP Propinsi Jawa Timur, kedua TN ini merupakan habitat banteng (Bos javanicus d ’Alton 1832) dan bantengnya ke luar kawasan. TNMB terletak di dua kabupaten yaitu Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi, sedangkan TNAP terletak di Kabupaten Banyuwangi. Manajemen TNMB dan TNAP menghadapi masalah dalam pengelolaan banteng, karena TNMB berbatasan langsung dengan PT Perkebunan dan pemukiman masyarakat, di dalam kawasan terdapat enclave berupa perkebunan Bandealit dan pemukiman. Jenis komoditi perkebunan di TNMB yaitu kopi, coklat, karet, kelapa, sengon, lada dan vanilli. Sedangkan jenis tanaman kebun masyarakat sebagian besar adalah jagung, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai dan padi. TNAP letaknya berbatasan dengan kebun masyarakat dan kawasan Perum Perhutani yang merupakan tegakan tanaman hutan dan kegiatan tumpang sari dengan tanaman jagung, kacang kedelai, padi dan semangka. Tegakan hutan tanaman Perhutani terdiri dari mahoni dan jati. Peta lokasi penelitian TNMB dan TNAP dapat dilihat pada Gambar 7 dan 8.

(2)

Gambar 8 Lokasi penelitian dan zonasi TNAP

Masyarakat TNMB dan TNAP mempunyai karakter yang berbeda. Masyarakat TNAP didominasi suku Jawa dan Bali, sedangkan masyarakat TNMB didominasi suku Madura. Jenis pertanian yang diusahakan oleh masyarakat sekitar kawasan juga berbeda. Sebagian besar masyarakat petani sekitar TNAP mengembangkan tanaman pertanian utamanya padi, sedangkan di TNMB tanaman pertanian utamanya jagung. Di TNAP masyarakat bekerja sebagai petani dan buruh tani, sedangkan masyarakat sekitar kawasan TNMB bekerja sebagai petani dan buruh PT Perkebunan. Perbedaan karakter dan sosial ekonomi masyarakat menyebabkan permasalahan pengelolaan kawasan yang berbeda. Penelitian dilakukan selama dua tahun, Desember 2008 sampai Desember 2010.

3.2 Batasan Studi

Penelitian manajemen konflik konservasi banteng (Bos javanicus d’Alton 1832) di TNMB dan TNAP dilakukan di wilayah yang masyarakatnya terkena gangguan banteng yaitu masyarakat Desa Curahnongko, Desa Andongrejo dan Desa Kalipait sebagai desa contoh penelitian. Pengumpulan data lapangan meliputi aspek konservasi banteng yaitu potensi habitat pakan dan minum di luar dan di dalam

(3)

kawasan (padang penggembalaan) , sebaran banteng di luar kawasan taman nasional (Perhutani dan Perkebunan) dan perkiraan populasinya. Aspek kesejahteraan terdiri dari sosial dan ekonomi masyarakat sekitar kawasan meliputi jenis pekerjaan, pola pertanian, tingkat pendapatan, pola pemanfaatan lahan serta persepsi masyarakat terhadap nilai konservasi taman nasional dan banteng. Aspek manajemen meliputi pengaruh dan kepentingan stakeholders terhadap pengelolaan banteng.

Stakeholders dimaksud adalah individu atau masyarakat yang punya keterkaitan langsung dengan pengelolaan banteng yaitu masyarakat sekitar kawasan, Manajer Perkebunan Bandealit (swasta), Direksi Perum Perhutani KPH Banyuwangi, Kepala Balai Taman Nasional dan Ketua LSM.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian dibedakan atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan pengumpulan data langsung di lokasi penelitian yaitu pengukuran potensi pakan dan populasi banteng serta wawancara dan diskusi dengan para stakeholders yang berhubungan dengan sosial ekonomi, persepsi dan pengelolaan banteng.

Data sekunder diperoleh dari laporan taman nasional, laporan penelitian sebelumnya, laporan perkebunan, Biro Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jember dan Banyuwangi, kantor desa dan kecamatan setempat (sekitar kawasan) dan studi literatur lainnya. Jenis dan sumber data berdasarkan tujuan penelitian disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis dan sumber data berdasarkan tujuan penelitian Tujuan

penelitian Variabel yang diukur Sumber data Analisis data

Output yang diharapkan Menganalisis dukungan habitat di dalam dan diluar kawasan

Jenis dan produktivitas hijauan pakan rumput, ketersediaan air minum serta perkiraan populasi banteng dan teknik pengelolaan habitat

Pengukuran

produktivitas pakan di dalam dan di luar kawasan, sebaran dan populasi di luar kawasan

Analisis habitat pakan,

ketersediaan air dan daya dukung (Susetyo 1980; Alikodra 1990) Daya dukung habitat pakan banteng dan jumlah populasi banteng Menganalisis pengaruh dan kepentingan stakeholders kunci

Penilaian terhadap peran, tingkat pengaruh dan kepentingan stakeholdes dalam konservasi banteng meliputi konservasi eks- situ (penangkaran), pemanfaatan semen dan wisata alam Perum Perhutani, Perkebunan Bandealit, masyarakat sekitar kawasan, Balai Taman Nasional, dan LSM Stakeholders grid (Reed et al.

2009) Identifikasi dan pemetaan stakeholders serta peran dan kewenangan masing-masing stakeholders

(4)

Tabel 1 Lanjutan Tujuan

penelitian Variabel yang diukur Sumber data Analisis data

Output yang diharapkan Menganalisis aspek sosial, ekonomi masyarakat sekitar kawasan

Jenis pekerjaan , tingkat pendapatan, pola

pemanfaatan , status lahan, pola pertanian, agroforestri, obat-obatan dan buah, serta persepsi masyarakat terhadap banteng Masyarakat sekitar kawasan TN Analisis Deskriptif Jenis pekerjaan, pendidikan, tingkat pendapatan, pemanfaatan lahan, pola pertanian dan pengembangan obat-obatan dan buah, serta tingkat persepsi masyarakat Analisis

kelembagaan pengelolaan Banteng

- Aturan dan keterlibatan

stakeholders dalam

pengelolaan banteng. - Kepentingan, peran dan

peluang stakeholders dalam pengelolaan banteng UU , PP dan Permenhut yang berhubungan dengan pengelolaan satwaliar (banteng), serta stakeholders terkait Analisis Deskriptif Penyesuaian atau perbaikan aturan dan penentuan lembaga atau stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan banteng Merumuskan manajemen kolaboratif konservasi banteng

Data potensi habitat pakan banteng, sosial, ekonomi dan persepsi, pengaruh dan kepentingan stakeholders dan data kelembagaan

Masyarakat, Balai Taman Nasional, Perkebunan Bandealit, Perum Perhutani,LSM dan pakar manajemen kolaboratif Analisis AHP (Saaty 1993), SWOT (Rangkuti 2006) dan analisis deskriptif Pengembangan manajemen kolaboratif konservasi banteng

3.4 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data lingkungan habitat, sosial, ekonomi, persepsi masyarakat, pengaruh dan kepentingan stakeholders, kelembagaan dan manajemen pengelolaan banteng dilakukan dengan menggunakan beberapa metode:

(1). Pengukuran potensi habitat pakan banteng dilakukan pengukuran produktivitas pakan melalui analisa vegetasi tumbuhan bawah, pertumbuhan rumput (Susetyo 1980; Alikodra 1990).

(2). Untuk mengetahui kondisi sosial, ekonomi, persepsi masyarakat dilakukan melalui wawancara langsung dengan masyarakat yang tanamannya diganggu banteng (Bungin 2007; Slamet 2008). Teknik wawancara yang digunakan adalah terstruktur dan wawancara mendalam (indepth interview). Wawancara terstruktur dilakukan berdasarkan pertanyaan yang telah disiapkan dan disusun sebelumnya dan dilakukan dengan panduan. Wawancara mendalam dilakukan pada responden kunci seperti tokoh masyarakat atau tokoh kunci

(5)

dari setiap kelompok masyarakat yang berhubungan dengan pengelolaan banteng atau yang berpotensi konflik. Wawancara mendalam dimaksudkan untuk mengetahui permasalahan yang diketahui dan keinginan masyarakat dalam mengelola banteng di luar kawasan.

(3). Untuk mengetahui pengaruh dan kepentingan stakeholders yang berhubungan dengan konflik dilakukan wawancara melalui pengisian kuisioner yang telah disusun secara terstruktur (pertanyaan tersusun dan berurutan). Pertanyaan yang dibuat berhubungan dengan pengelolaan taman nasional dan konservasi banteng (Redd et al. 2009).

(4). Aspek regulasi/peraturan dilakukan melalui tinjauan terhadap dukungan peraturan formal (Peraturan Pemerintah dan Undang-undang) atau kebijakan yang ada tentang pengelolaan taman nasional dan pelestarian banteng (Dephut 2007).

(4). Persepsi pakar dan para stakeholders dilakukan melalui wawancara dan pengisian kuisioner dengan menggunakan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP) guna menentukan dan merumuskan urutan prioritas faktor, aktor dan program kegiatan yang didapatkan dari hasil penelitian di lapang dalam merumuskan manejemen konflik satwaliar banteng dan masyarakat yang akan dibangun (Saaty 1993).

(5). Analisis SWOT dilakukan untuk menentukan strategi dalam mengimplementasikan program pengembangan kegiatan yang menjadi pilihan atau prioritas dalam pengelolaan kolaborasi (Rangkuti 2006) dan analisis untuk menentukan tingkat/bentuk co-management.

3.5 Teknik Pengambilan Sampel Responden

Responden yang dijadikan sampel penelitian di TNMB diambil dari dua desa di Wilayah Kerja Seksi Ambulu yaitu Desa Andongrejo dan Desa Curahnongko, Kecamatan Tempurejo. Di desa tersebut terdapat Perkebunan Bandealit yang berbatasan langsung dengan taman nasional, desa dan perkebunan berstatus sebagai enclave dalam TNMB. Responden sampel di TNAP diambil dari satu desa, yaitu Desa Kalipahit, Kecamatan Tegaldlimo. Jumlah responden sampel masing-masing 37 responden untuk Desa Andongrejo dan Desa Curahnongko dan 47 responden untuk Desa Kalipait. Responden ditentukan secara purposive random sampling dari kelompok masyarakat yang terkena dampak konflik banteng. Sedangkan responden dari stakeholders (Balai Taman

(6)

Nasional, LSM, perkebunan Bandealit serta Perum Perhutani) dipilih secara purposive sampling yaitu responden yang telah ditetapkan sebelumnya sesuai dengan obyek penelitian, wawancara juga dilakukan dengan masyarakat kunci sebagai tokoh masyarakat dan kepala desa. Jenis data yang diambil dari responden yaitu sosial ekonomi, pemanfaatan hutan dan persepsi. Rincian dan jumlah sampel responden disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah sampel responden dan stakeholder di lokasi penelitian No. Sampel/Responden Teknik Pengambilan Sampel Jumlah

I Unit daerah:

1. Kabupaten Purposive sampling Kabupaten : Jember dan Banyuwangi

2. Desa Purposive sampling TNMB : 2 desa TNAP : 1 desa II Unit Responden/

Stakeholder:

1. Masyarakat lokal Pusposive random sampling Tiap desa 37-47 KK 2. Kepala desa Purposive sampling 3 desa

3. Kepala Perkebunan Purposive sampling 2 orang 4. Kepala Balai TN Purposive sampling 2 orang 5. Adm Perhutani Purposive sampling 1 orang 6. Ketua LSM Purposive sampling 3 orang

3.6 Alternatif Program

Berdasarkan survey awal , diketahui bahwa masyarakat menginginkan adanya beberapa kegiatan untuk meningkatkan pendapatan melalui perluasan lahan garapan seperti di zona penyangga dan di areal perkebunan serta peningkatan pemanfaatan zona rehabilitasi atau zona pemanfaatan. Dari hasil wawancara dan diskusi dengan para pakar konservasi, stakeholders serta literatur dan aturan ditentukan ada empat alternatif program kegiatan yang dapat meredam konflik konservasi banteng yaitu peningkatan kualitas habitat pakan, pengembangan ekowisata, pengembangan penangkaran dan pengembangan tanaman obat dan buah. Penentuan prioritas program kegiatan dan strategi dalam implementasi pengembangan empat program kegiatan dilakukan melalui analisis AHP dan SWOT.

3.7 Analisis Data

Dari hasil penelitian yang telah dikelompokkan dalam hasil aspek ekologi, sosial ekonomi, kelembagaan di analisis dan disintesa menurut proses, strategi, dan sistimatika serta diagram aliran informasi sebagaimana Gambar 9, 10 dan 11.

(7)

Ga Instr Fokus Faktor Alternatif program S Tingkat Co-Management Aktor Bala Pen kual bante Wawancara kuesioner dan FGD Gambar 9 Struk

ambar 10 Diagram Aliran Informasi

Co-Management

ruktif Konsultatif Kooperatif Pengembangan ekowisata Pengembangan penangkaran osial/Budaya Ekonomi Advok ai TN PT Perkebunan/Perum Masyarakat Perhutani ningkatan litas habitat eng (pakan) Kelembagaan Kolaboratif Tingkat K

ktur Level Hirarki dengan Metode Analisis A

Ekologi

Informatif katif

LSM

Pengembangan tanaman obat dan

buah

Kolaborasi

(8)

3.7.1 Analisis Habitat

Analisis habitat berupa analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui keragaman dan dominasi jenis tumbuhan tingkat pohon, belta, dan semai di setiap tipe vegetasi contoh, dimana (Kartawinata et al. 1976);

Pohon dengan kriteria diameter setinggi dada (1,3 m) ≥10 cm, diukur sepanjang jalur, didata jenis, diameter dan tinggi.

Belta yaitu tumbuhan yang mempunyai diameter setinggi dada (1,3 m) antara 2 cm sampai kurang dari 10 cm. Ukuran petak 10 m x 10 m, dibuat setiap 100 m (1 hm), didata jenis, diameter dan tingginya. Semai yaitu permudaan mulai dari kecambah sampai tinggi ≤ 1,5 m; ukuran

petak 2 m x 2 m, dibuat setiap 100 m (1 hm), didata jenis dan jumlahnya.

Untuk mengetahui struktur dan komposisi jenis tumbuhan maka pada masing-masing jalur dilakukan analisis kerapatan, frekuensi dan dominasi untuk setiap jenis tumbuhan. Perhitungan indeks nilai penting pohon dan belta

Manajemen Konflik Konservasi Banteng

Stakeholder Sosek Habitat

(Daya dukung dan sebaran banteng) Kelembagaan Konflik & Pemetaan Pengaruh dan Kepentingan Persepsi dan keinginan

Deskriftif Analisis SpasialKuantitatif dan Deskriftif Stakeholder Grid Analisis pengaruh dan kepentingan Analisis Persepsi

Deskriftif Analisis AHP

Tingkat/Bentuk co-management

Sintesa

SWOT

(9)

dilakukan dengan menjumlahkan kerapatan relatif, frekuensi relatif, dan dominansi relatif, sedangkan untuk semai dilakukan dengan menjumlahkan kerapatan relatif dan frekuensi relatif (Soerianegara dan Indrawan 1982). Parameter yang dihitung yaitu:

Jumlah Individu Suatu Spesies Kerapatan Spesies (K) =

Luas Petak Contoh Kerapatan Suatu Spesies

Kerapatan Relatif (KR) = X 100 % Kerapatan Seluruh Spesies

Jumlah Petak yang Ditemukan Frekuensi Spesies (F) =

Jumlah Seluruh Petak Contoh Luas Bidang Dasar Suatu Spesies Dominasi Spesies (D) =

Luas Petak Contoh Frekuensi Suatu Spesies

Frekuensi Relatif (FR) = X 100 % Frekuensi Seluruh Spesies

Dominasi Suatu Spesies

Dominasi Relatif (DR) = X 100 % Dominasi Seluruh Spesies

Indeks Nilai Penting (INP) = KR+DR+FR

Analisis vegetasi tegakan hutan dilakukan terhadap contoh vegetasi yaitu tingkat pohon, belta dan semai. Satuan contoh adalah berupa jalur dengan lebar 20 m dan panjang 1000 m, serta jarak antar jalur adalah 200 m atau sesuai dengan kondisi lapangan.

3.7.2 Analisis Daya Dukung Habitat

Daya dukung habitat dihitung berdasarkan produktivitas pakan di padang penggembalaan dalam kawasan TN dan di luar kawasan. Untuk mengetahui daya dukung habitat dilakukan analisis sebagai berikut:

(10)

3.7.2.1 Analisis Tumbuhan Bawah

Untuk mengetahui komposisi dan potensi tumbuhan bawah sumber pakan dilakukan analisis vegetasi pada petak contoh berukuran 1m x 1 m (Alikodra 1990). Analisis vegetasi di TNAP dilakukan di padang perumputan Sadengan dan di blok Sumbergedang kawasan Perum Perhutani, sedangkan di TNMB dilakukan di padang perumputan Pringtali dan areal perkebunan Bandealit. Penetapan petak contoh pertama dilakukan secara purposive sampling pada areal dimana banteng biasa makan, petak selanjutnya ditetapkan secara sistematik .

3.7.2.2 Produktivitas Rumput

Produktivitas hijauan rumput diukur dengan cara pemotongan dan penimbangan pada plot yang dipagar ( Susetyo 1980; Alikodra 1990 ). Penetapan plot pertama dilakukan secara purposive sampling dengan ukuran 1m x 1m, plot berikutnya ditentukan secara sistematik, dengan jarak antara plot 25 m. Interval waktu pemotongan selama 30 hari dan dilakukan 3 kali pemotongan (ulangan) untuk masing- masing musim kemarau dan musim hujan, pengukuran dilakukan selama 2 tahun. Selanjutnya hasil produktifitas rumput dikonversi ke luas areal perumputan habitat sumber pakan banteng. Nilai gizi rumput pakan banteng dianalisis di Laboratorium Pakan Ternak Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

3.7.2.3 Palatabilitas

Palatabilitas atau tingkat kesukaan banteng terhadap hijauan pakan yang tersedia dihitung dengan rumus (Trippensee 1953; Sutrisno 1990) :

P = X/Y Dimana :

P = Palatabilitas dari suatu jenis hijauan

X= Jumlah petak contoh ditemukannya suatu jenis yang mencirikan gigitan banteng

(11)

3.7.2.4 Daya Dukung Habitat

Apabila produktivitas hijauan pakan dan kebutuhan pakan banteng sudah diketahui, pendugaan daya dukung habitat sumber pakan dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Susetyo 1980) :

P x A Daya dukung :

C Keterangan :

P = Produktivitas hijauan (kg/ha/hari)

A = Luas permukaan lahan yang ditumbuhi hijauan rumput (ha) C = Kebutuhan makan banteng (kg/ekor/hari)

3.7.3 Sebaran Banteng

Untuk mengetahui habitat dan sebaran banteng di luar kawasan taman nasional dilakukan analisis dan pemetaan pergerakan banteng. Pemetaan sebaran banteng di luar kawasan seperti di daerah penyangga meliputi kawasan perkebunan atau kawasan perhutani dan lahan masyarakat. Peta dasar sebagai dasar analisis adalah citra satelit tahun 2000 dan tahun 2009, serta peta zonasi kawasan TNMB dan TNAP. Peta pergerakan banteng dioverlaykan dengan peta-peta tersebut.

3.7.4 Analisis Sosial, Ekonomi dan Persepsi Masyarakat

Pengumpulan data sosial dan ekonomi masyarakat sekitar kawasan taman nasional meliputi tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, jenis tanaman dan produktifitasnya, pola tanam, pola pemanfaatan lahan dan luasan lahan yang dicatat melalui kuesioner dan wawancara (Lampiran 1).

Untuk mengetahui persepsi masyarakat yang terkait dengan konservasi banteng terhadap kawasan taman nasional dan banteng dilakukan analisis persepsi terhadap nilai manfaat ekosistem kawasan taman nasional dan banteng bagi masyarakat. Variabel yang diamati meliputi pengetahuan terhadap konservasi banteng, kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan terhadap banteng dan ekosistemnya. Nilai manfaat dimaksud adalah manfaat ekonomi dan manfaat ekologi. Manfaat banteng seperti pemanfaatan semennya dalam rangka inseminasi buatan (IB) dengan sapi bali, sebagai sumber protein dan jasa wisata.

(12)

Data hasil wawancara dari aspek sosial, budaya serta persepsi terhadap nilai manfaat banteng dan taman nasional ditabulasikan dan diberi nilai berdasarkan persentase dan analisis selanjutnya dijelaskan dalam bentuk deskriptif.

3.7.5 Analisis Kelembagaan Kolaboratif

3.7.5.1 Identifikasi dan Pemetaan Stakeholders

Analisis dilakukan terhadap hasil identifikasi aktivitas stakeholders kunci atau stakeholder terkait konflik dan melakukan penilaian terhadap peran dan tingkat pengaruh dalam pengelolaan banteng. Analisis untuk mendapatkan hasil sejauhmana kepentingan stakeholders peran dan tanggung jawab dalam hubungannya dengan aktivitas yang direncanakan, identifikasi sumber masalah, melakukan identifikasi konflik kepentingan, mengidentifikasi hubungan yang akan dibangun antar stakeholders dan mengusahakan kerjasama yang saling menguntungkan.

Alat analisis yang digunakan adalah stakeholders grid dengan perangkat lunak Microsoft Excel XLSTAT 7.1. (Reed et al. 2009). Hasil analisis diilustrasikan pada Gambar 12. dimana stakeholders dikatagorikan menurut tingkat kepentingan dan pengaruh terhadap issu yang dialamatkan (Lampiran 2).

Subjects (Kuadran I) Key players (Kuadran II) Crowd (Kuadran III) Context setters (Kuadran IV) TINGGI RENDAH TINGGI K E P E N T I N G A N PENGARUH

Gambar12 Matrik analisis stakeholders (Sumber : Reed et al. 2009)

(13)

Data jawaban terhadap tingkat kepentingan dan pengaruh masing-masing stakeholders dikelompokkan menurut jenis indikatornya yang kemudian disandingkan sehingga membentuk koordinat. Selanjutnya diterjemahkan ke dalam resultante yang mengidentifikasikan stakeholders dalam empat kuadran (Tabel 3). Posisi dalam kuadran menggambarkan posisi dan peranan yang diperankan oleh masing-masing stakeholders dalam pengelolaan banteng yaitu : 1) Subject (kepentingan tinggi tetapi pengaruh rendah); 2) Key players (kepentingan dan pengaruh tinggi); 3) Crowd (kepentingan dan pengaruh rendah); 4) Context setters (kepentingan rendah tetapi pengaruh tinggi).

Tabel 3 Matriks resultante posisi masing-masing stakeholders dalam kuadran Pengaruh Rendah Pengaruh Tinggi Kepentingan

Tinggi

Kelompok stakeholders yang penting namun perlu pemberdayaan (Kuadran I – Subject)

Kelompok stakeholders yang paling kritis

(Kuadran II – Key players) Kepentingan

Rendah

Kelompok stakeholders yang paling rendah kepentingannya (Kuadran III – Crowd)

Kelompok stakeholders penting dalam perumusan keputusan dan opini

(Kuadran IV- Context setters)

3.7.5.2 Analisis Kelembagaan

Analisis kelembagaan dilakukan melalui aspek regulasi yang melandasi pengelolaan kawasan taman nasional. Peraturan tersebut berupa peraturan formal atau kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan taman nasional khususnya yang berhubungan dengan konservasi banteng. Analisis dilakukan secara deskriptif terhadap kelembagaan yang perannya didasarkan pada undang-undang dan peraturan pemerintah yang berhubungan dengan konservasi banteng. Tujuan analisis ini untuk mengetahui peran masing-masing institusi atau para pihak dalam membentuk kelembagaan kolaboratif yang terkait dengan aturan yang mengikat para pihak tersebut dalam kolaborasi pengelolaan banteng yang akan dibangun. Dimungkinkan hasil penelitian dapat memberikan rekomendasi untuk perbaikan perubahan regulasi sesuai dengan kepentingan pengelolaan dan konservasi banteng.

3.7.5.3 AHP (Analytical Hierarchy Process)

Analytical Hierarchy Process digunakan sebagai tindak lanjut dan proses penetapan urutan prioritas kebijakan dalam pengelolaan kolaboratif banteng. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis (Saaty 1993) adalah:

(14)

1. Penyusunan hierarki, untuk menguraikan persoalan menjadi unsur-unsur dalam wujud kriteria dan alternatif yang disusun dalam bentuk hierarki.

2. Penyusunan kriteria, digunakan untuk membuat keputusan yang dilengkapi dengan (1) uraian sub-kriteria dan (2) bentuk alternatif yang terkait masing-masing kriteria tersebut untuk dipilih sebagai keputusan tercantum pada tingkatan paling bawah.

3. Penilaian kriteria dan alternatif, untuk melihat pengaruh strategi terhadap pencapaian sasaran yang dinilai melalui perbandingan berpasangan. Nilai dan definisi pendapat kualitatif berdasarkan skala perbandingan (Saaty 1993), sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4 Skala perbandingan nilai dan definisi pendapat kualitatif

NILAI KETERANGAN 1 A sama penting dengan B

3 A sedikit lebih penting dari B 5 A jelas lebih penting dari B 7 A sangat jelas lebih penting dari B 9 A mutlak lebih penting dari B

2, 4, 6, 8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan Sumber: Saaty (1993).

4. Penentuan prioritas, menggunakan teknik perbandingan berpasangan (pairwise comparisons) untuk setiap kriteria dan alternatif. Nilai-nilai perbandingan relatif tersebut diolah dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Expert Choice untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif yang ada. Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk melihat konsistensi penilaian dengan menggunakan penghitungan Consistency Ratio yaitu: CR = CI : RI, dimana CI = (r – n)/ (n -1); n : banyak alternatif. Nilai RI yaitu indeks random yang dikeluarkan oleh OARKRIDGE Laboratory. Skala perbandingan nilai kriteria dan alternatif dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Lampiran 3.

3.7.6 Analisis SWOT

Proses yang harus dilakukan dalam pembuatan analisis SWOT agar keputusan yang diperoleh lebih tepat (Marimin 2004) yaitu :

(15)

1. Tahap pengambilan data untuk evaluasi faktor eksternal dan internal

Tahap pengambilan data untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dapat dilakukan dengan wawancara atau analisis secara kuantitatif. Dengan demikian, diketahui posisi berada berada pada kuadran mana, sehingga strategi yang dipilih merupakan strategi yang paling tepat karena sesuai dengan kondisi internal dan eksternal yang dimiliki saat ini.

Posisi dapat dikelompokkan dalam empat kuadran, yaitu kuadran I, II, III dan IV. Pada kuadran I strategi yang sesuai ialah strategi agresif, kuadran II strategi diversifikasi, kuadran III turn around dan kuadran IV strategi defensif. 2. Tahap analisa ialah pembuatan matriks SWOT

Matriks SWOT menggambarkan peluang dan ancaman eksternal yang disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matriks ini akan membentuk empat kemungkinan alternatif strategi.

3. Tahap pengambilan keputusan

Dalam tahap pengambilan keputusan merujuk kembali pada evaluasi faktor eksternal dan internal yang menghasilkan posisi saat ini. Oleh karena itu, harus dilihat kuadran yang bersangkutan, sehingga diketahui kombinasi strategi yang paling tepat.

Tabel 5 Matriks SWOT dan Kemungkinan Strateginya

IFA/EFA Strength (S) Weakness (W)

Opportunity (O)

Strategi SO

Menciptakan strategi yang menggunakan Strength untuk memanfaatkan opportunity. Digunakan jika berada pada kuadran I

Strategi WO

Menciptakan strategi yang meminimalkan weakness untuk memanfaatkan opportunity. Digunakan jika berada pada kuadran II

Threat (T) Strategi ST

Menciptakan strategi yang menggunakan

strength untk mengatasi threat. Digunakan

jika berada pada kuadran II

Strategi WT

Menciptakan strategi yanng meminimalkan weakness dan menghindari threat. Digunakan jika berada pada kuadran IV Sumber: Marimin (2004)

Analisis faktor strategis meliputi analisis faktor internal dan analisis faktor eksternal. Analisis faktor internal dilakukan dengan menggunakan matrik faktor strategi internal (Internal Strategic Factors Analysis Summary/IFAS), sedangkan

(16)

analisis faktor eksternal menggunakan matrik faktor strategi eksternal (Eksternal Strategic Factors Analysis Summary/EFAS). Tahapan penyususnan matrik IFAS dan matrik EFAS, serta analisis SWOT sebagai berikut:

Penyusunan Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS):

1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam pengelolaan konservasi banteng secara kolaborasi dengan diskusi, pengamatan lapang dan penelaahan pustaka

2. Menentukan peringkat masing-masing faktor kekuatan dan kelemahan berdasarkan diskusi dengan stakeholder dan pakar, dengan skala 1–4 (pengaruh kecil–sedang–besar–sangat besar)

3. Memberikan bobot masing-masing faktor tersebut berdasarkan masukan dari stakeholder, dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting). Jumlah bobot dari seluruh faktor tidak boleh melebihi nilai 1.0 4. Menghitung nilai pengaruh masing-masing faktor dengan cara mengalikan

nilai bobot dengan nilai peringkat untuk masing-masing faktor. Penyusunan Matrik Faktor Strategi Eksternal (EFAS):

1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman dalam pengelolaan konservasi banteng secara kolaboratif dengan metode diskusi, pengamatan lapang dan penelaahan pustaka

2. Menentukan peringkat masing-masing faktor peluang dan ancaman berdasarkan pendapat stakeholder, dengan skala 1 – 4 (pengaruh kecil – sedang - besar – sangat besar).

3. Memberikan bobot masing-masing faktor tersebut berdasarkan masukan dari pihak pengelola banteng dan stakeholder, dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting). Jumlah bobot dari seluruh faktor tidak boleh melebihi nilai 1,0

4. Menghitung nilai pengaruh masing-masing faktor dengan cara mengalikan nilai bobot dengan nilai peringkat untuk masing-masing faktor.

Berdasarkan Matriks IFAS dan Matriks EFAS selanjutnya dibuat matriks SWOT. Berdasarkan matriks SWOT didapatkan empat alternatif strategi yaitu 1) Strategi SO: menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang, 2) Strategi

(17)

ST: menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman, 3) Strategi WO: mengatasi kelemahan untuk memanfaatkan peluang, dan 4) Strategi WT: mengatasi kelemahan dan menghindari ancaman.

(18)

Gambar

Gambar 7 Lokasi penelitian dan zonasi TNMB
Gambar 8 Lokasi penelitian dan zonasi TNAP
Tabel 1  Jenis dan sumber data berdasarkan tujuan penelitian
Tabel 1  Lanjutan  Tujuan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwanti (2010) yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi sorbitol yang ditambahkan pada

Penelitian ini dapat disimpulkan tidak ada hubungan sanitasi lingkungan, personal higiene dengan Jumlah bakteri Escherichia coli pada Depot Air Minum Isi Ulang di Kawasan

Konsumen yang bekerja lebih mempertimbangkan faktor produk dalam negeri dan kesesuaian dengan tipe kulit.. Konsumen yang tidak bekerja lebih mempertimbangkan faktor

Kontribusi dari penambahan jumlah wajib pajak orang pribadi baru hasil kegiatan ekstensifikasi pada penerimaan pajak penghasilan orang pribadi KPP Pratama Kepanjen yaitu

Dengan paparan di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui bagaimana efektivitas instrumen kebijakan moneter terhadap sasaran akhir yaitu pertumbuhan ekonomi

Usaha yang tidak kalah pentingnya pada masa Dinasti Umayyah ini dimulainya penterjemahan ilmu-ilmu dari bahasa lain ke dalam Bahasa Arab, seperti yang dilakukan oleh

Jenis pakan yang diujicobakan terdiri dari daun sirsak sebagai tanaman utama, daun kaliki dan jarak pagar sebagai perlakuan terhadap banyaknya konsumsi pakan. Berdasarkan

OdreĊivanje lomne ţilavosti mjerenjem duljine pukotina prema Anstisu, Casellasu, Niihari ovisi o modulu elastiĉnosti materijala, tvrdoći, duljini pukotina i