TANGGUNG JAWAB NEGARA ATAS PENCEMARAN LINTAS BATAS (HAZE POLLUTION) DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mengikuti Ujian Komprehensif Pada Bagian Studi Hukum Internasional
Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya
Oleh :
RAHMILIA INDAH HAYATI 02011381419477
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG 2018
iv
Motto:
“I just ignore those people who talk about me behind ma back,
cause that’s where they belong”
- AS
KUPERSEMBAHKAN UNTUK :
Papa dan Mama ku yang
tercinta
Adik-adikku tersayang
Keluarga besar
Sepupu-sepupuku
Teman-teman seperjuangan
Almamaterku
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa Karena atas berkat dan rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tanggung jawab Negara dalam Pencemaran Lintas Batas Negara (Haze Pollution) dalam Perspektif Hukum Internasional”, sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.
Pada kesempatan ini, mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak atas bantuan, bimbingan, dan saran bagi penulis selama dalam penyelesaian skripsi ini, teruntuk:
1. Kedua orang tua Penulis Bapak Drs. Ridwan Siddik & Ibu Msy. Renny Efriana S.E. Skripsi ini ku persembahkan untuk Papa dan Mama atas kerja keras, keringat, serta airmata yang telah kalian lewati untuk membesarkan ku yang tak akan terbalas oleh apapun, terimakasih telah memberikan doa, nasihat, dan kasih sayang yang berlimpah kepada ku;
2. Adik saya M. Irvan Feriansyah dan M. Farhan Nadzhory Terima kasih telah menyemangati, menghibur, dan mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini;
3. Bapak Dr. Febrian, S.H., M.S. Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.
vii
4. Bapak Dr. Firman Muntaqo, S.H., M.Hum. Selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.
5. Bapak Dr. Ridwan, S.H., M.Hum. Selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.
6. Bapak Prof. Dr. H. Abdullah Ghofar, S.H., M.H Selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.
7. Bapak Dr. H. Achmad Romsan, S.H., M.H. LLM. Selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan arahan selama proses pengerjaan skripsi ini
8. Bapak Dr. Mada Apriandi Zuhir, S.H., MCL Selaku Pembimbing Pembantu yang telah memberikan arahan selama proses pengerjaan skripsi ini.
9. Bapak Dr. H. Achmad Romsan, S.H., M.H. LLM. Selaku Kepala Jurusan Studi Hukum Internasional.
10. Ibu Sri Turatmiyah, S.H.,M.Hum. Selaku Penasihat Akademik yang telah memberi arahan dan bimbingan selama proses perkuliahan
11. Semua Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan ilmu dalam proses perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya;
12. Seluruh Staf administratif Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya yang selama ini telah membantu kelancaran proses perkuliahan
13. Sahabat-sahabat seperjuanganku Genk Buang-buang Duit, Varadiba Fithri Fadillah, Evelin Fifiana, Okta Sari, Windy Yolandini yang sudah memberikan dukungan, bantuan, dan doa untuk kelancaran penulisan skripsi ini serta yang telah berjuang bersama penulis dalam suka maupun dukan dan mengisi
viii
kehidupan perkuliahan penulis dengan banyak momen-momen yang tak akan pernah penulis lupakan.
14. Teman-teman Dunia Hukum, Almira Putri Belinda, Selvi Widia, Fenti Surya Kencana, Dina Hidayati, Fathia Syarifah, dan Adella Pratiwi
15. Sepupu-sepupu Crazy Cousin, Yuk Ara, Tata, Mimi, Mia, Pipi, Kak Titi, Kak Nisa, Amira, Tia, Kak Ican, Naya, Rifda. yang selalu memberi semangat serta doa’a yang tebaik untuk penulis.
16. Sahabat-sahabatku Hoams, Dewi, Dea, Caca, Agung, Afif, Gerry yang telah memberikan semangat dan mewarnai masa-masa penulis setelah lulus SMA sampai sekarang dengan topic warna ‘biru’ dan kekonyolannya yang selalu dapat membuat penulis tertawa dan terhibur.
17. Keluarga besar tercinta alm Yai Siddik, Yai Nasir, alm Nyai Habibah, Nyai Rukiyah, Kak Ayu, Kak Fatma, Kak Amar, Kak Aji, Wak Hendry, Bunda, Tante Ti, Wak Ibu, Om Jung, alm Om Pen, Om Dang, Mami, dan yang lain yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu yang selalu memberikan kasih sayang, semangat dan dorongan serta do’a sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
18. Teman-teman PK Hukum Internasional Halimah, Yoga, Dita, Meita, Tamik, Ayuke, Mirza, Bombom dan yang lainya, yang sudah menjadi teman berbagi informasi dan teman dalam melewati masa sulit pada saat masuk PK Hukum Internasional.
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v UCAPAN TERIMAKASIH... vi DAFTAR ISI ... x ABSTRAK ... xii ABSTRACT ... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 10 C. Tujuan Penelitian ... 11 D. Manfaat Penelitian ... 12 E. Ruang Lingkup ... 12 F. Metode Penelitian... 13
BAB II TINJAUAN YURIDIS A. Tinjauan Umum tentang Hukum Internasional, Hukum Lingkungan Internasional, dan Perjanjian Internasional ... 17
1. Pengertian dan Subjek Hukum Internasional ... 17
2. Pengertian Hukum Lingkungan Internasional ... 19
3. Pengertian Perjanjian Internasional... 21
4. Ruang Lingkup Perjanjian Internasional ... 22
B. Tinjauan Umum tentang Transboundary Haze Pollution ... 26
1. Definisi Transboundary Haze Pollution ... 26
2. Skala dari Polusi Kabut Asap Lintas Batas ... 28
C. Tinjauan Umum tentang Kerjasama dan Pangaturan ASEAN dalam Menghadapi Transboundary Haze Pollution ... 30
1. ASEAN Agreement on The Conservation and Nature and Natural Resources ... 30
2. Regional Haze Action Plan 1997 ... 32
3. ASEAN Cooperation Plan On Transboundary Pollution1995 ... 33
xi
5. ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution 2002... 36
D. Tinjauan Umum tentang State Responsibility ... 39
1. Teori Tanggung Jawab Negara ... 39
2. Dasar dan Sifat Tanggung Jawab Negara ... 43
3. Doktrin Imputabilitas ... 45
4. Reparasi atas Kerugian ... 49
BAB III PEMBAHASAN A. Penyebab dan Dampak dari Transboundary Haze Pollution ... 51
1. Penyebab Transboundary Haze Pollution ... 51
2. Dampak Transboundary Haze Pollution ... 54
B. Tanggung jawab Indonesia atas Transboundary Haze Pollution ... 66
1. Tanggung jawab dalam Perspektif Hukum Internasional ... 66
2. Tanggung jawab dalam Ruang Lingkup ASEAN ... 71
C. Pengaturan Peraturan Nasional Indonesia Sebagai Upaya untuk Mencegah Kabut Asap ... 83 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 91 B. Saran ... 93 DAFTAR PUSTAKA ... 95 LAMPIRAN- LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hutan adalah salah satu penentu kehidupan serta sumber kesejahteraan rakyat yang semakin menurun kualitasnya, oleh sebab itu keberadaanya harus dijaga dengan baik, agar tetap abadi dan juga harus ditangani dengan budi pekerti yang luhur berkeadilan, transparan, berwibawa, professional, dan juga bertanggung jawab.1
Pengelolaan serta penanganan hutan yang baik dan adil serta berpikiran global harus dapat menyerap masukan serta partisipasi masyarakat berdasarkan hukum internasional yang telah disetujui bersama antar negara. Apabila terjadi kerusakan terhahap hutan seperti penebangan liar dan kebakaran yang dapat menimbulkan dampak yang tidak baik untuk manusia yang dimana sekarang dapat dirasakan oleh Indonesia maupun negara-negara tetangganya. Pencemaran udara akibat kebakaran hutan bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum lingkungan internasional, salah satunya prinsip “Sic utere tuo ut alienum non laedes”2 (prinsip yang dimana
pengguna hak milik dengan tidak menimbulkan kerugian terhadap orang lain) yang menentukan bahwa suatu Negara dilarang melakukan atau mengijinkan dilakukannya
1
Yusuf Abdul Muis dan Mohammad Taufik Makarao, Hukum Ketuhanan di Indonesia, Jakarta: Rhineka Cipta, 2011, hlm.1.
2
Marsudi Triadmodjo, “Anatomi Hukum lingkungan Internasional: Sistem Generik
Penyangga Kehidupan Umat Manusia”, Jurnal: Mimbar Hukum vol. 2, 2000, Yogyakarta: Fakultas
2
kegiatan yang dapat merugikan Negara lain,3 dan prinsip good neighbourliness (adalah prinsip ini menentukanbahwa suatu Negara di dalamnya tidak boleh melakukan tindakan di dalam negerinya sedemikian rupa sehingga menyebabkan terjadinyapencemaran lingkungan pada Negara lain) 4. Pada intinya prinsip itu
mengatakan bahwa kedaulatan wilayah suatu Negara tidak boleh diganggu oleh Negara lain.
Negara sesuai dengan piagam bangsa-bangsa bersatu dan prinsip-prinsip hukum internasional, hak berdaulat untuk jelajahi sumber daya nya sesuai dengan kebijakan pembangunan lingkunganya sendiri, prinsip tersebut membenarkan penempatan lingkungan hidup sebagai objek kekuasaan dan hukum suatu Negara, dan karenanya lingkungan hidup yang menjadi bagian wilayahnya tidak menimbulkan kerugian terhadap Negara atau pihak lain5.
Pada prinsip 21 Deklarasi Stockholm 1972 menyatakan:
“State have, in accordance with the Charter of the United Nations and The Principles of internasional law, the sovereign right to exploit their own resources pursuant totheir environmental policies, and responsibility to ensure that activities within their jurisdiction or control do not cause damage to the environment of other state or areas beyond the limits of national jurisdiction” (Negara-negara telah sesuai dengan Piagam Perserikatan
Bangsa-bangsa dan Prinsip-prinsip hukum internasional, hak berdaulat untuk mengeksploitasi sumber daya mereka sendiri sesuai dengan kebijakan lingkungan mereka sendiri, dan tanggung jawab untuk memastikan bahwa kegiatan di dalam yurisdiksinya atau kendalinya tidak akan menimbulkan
3
J.G, Starke, 1992, Pengantar Hukum Internasional, Jakarta: Sinar Grafika Offset, hlm.546.
4
Sucipto, 1985 Sistem Tanggung Jawab Dalam Pencemaran Udara, Malang: Fakultas hukum UNIBRAW, hlm.82.
5
Ida Bagus Wyasa Putra, 2002, Hukum lingkungan Internasional Perspektif Bisnis
3
kerusakan terhadap lingkungan Negara lain atau kawasan di luar batas yurisdiksi nasional).
Prinsip tersebut dapat digunakan menjadi dasar untuk meminta pertanggung jawaban Negara terhadap Negara yang telah melakukan tindakan yang merugikan Negara lain. Maraknya kasus-kasus pelanggaran atas hukum internasional yang mengakibatkan kerusakan bagi Negara lain mendorong Majelis Umum Persatuan Bangsa-bangsa dan Komisi Hukum Intenasional untuk mengadakan pembicaraan khusus yang mencoba untuk merumuskan unsur-unsur suatu Negara dapat dituntut pertanggungjawaban atas perbuatan yang merugikan Negara lain. Dalam laporan akhir sebagaimana tertuang dalam Draft Articles on Responsibility of States for
Internationally Wrongful Acts menentukan bahwa terdapat dua elemen utama yang
dapat dijadikan dasar pertanggung jawaban negara, yaitu:
1. Dilakukan oleh atau dapat di atribusikan kepada Negara dalam kerangka hukum internasional.
2. Secara nyata merupakan pelanggaran terhadap kewajiaban internasional suatu Negara.6
Dalam penerapan prinsip tanggung jawab Negara terhadap pencemaran lingkungan yang bersifat transnasional, Negara pencemar berkewajiban untuk melakukan reparasi yang ditujukan kepada Negara tercemar yang telah mengalami suatu kerugian baik secara langsung maupun tidak langsung akibat Negara pencemaran.
4
Kasus-kasus mengenai wrongful act yang terjadi dalam ranah internasional sebagai contoh adalah kasus Trail Smelter (1934) antara Kanada dan Amerika, kasus
Chorfu Channel (1949) antara Albania dan Inggris, dan kasus Rainbow Warrior
antara New Zealand dan Perancis.
Indonesia merupakan Negara yang masuk dalam Sepuluh besar Negara yang memiliki hutan terluas di dunia, dan Indonesia merupakan pemilik hutan tropis kedua terbesar di dunia setelah Brazil. Pada tahun 2010, Indonesia tercatatat memiliki hutan seluas 45,56% dari luas total wilayah daratan, atau sekitar 847.522km.7
Kebakaran hutan telah menjadi peristiwa tahunan yang sangat merugikan Negara dan rakyat Indonesia. Selain kehilangan hutannya, Indonesia juga mengalami kerugian di bidang pertanian yaitu terbunuhnya beberapa satwa dan rusaknya ekosistem, dibidang kesehatan yaitu menyebabkan meningkatnya penderita ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut), di bidang transportasi yaitu terganggunya transportasi udara dan laut karena jarak pandang, sedangkan di bidang pariwisata yaitu ditutupnya sementara beberapa objek wisata serta banyak kerugian dibidang lainya.8
Kebakaran hutan Indonesia pada tahun 1998 tercatat pada situs WWF Indonesia menghasilkan emisi gas rumah kaca sebanyak 0,81-2,57 giga ton karbon. Jumlah itu setara dengan 13%-40% total emisi karbon dunia yang dihasilkan oleh
7
Haze Action Online, Combating Haze in Asean: Frequently Asked Questions (Diakses melalui http://haze.asean.org/?page_id=113 pada 21 Januari 2018 pukul 21:13 WIB)
8
David Glover dan Timothy Jessup, 1999, Indonesia’s Fire Haze The Cost of Catastrophe, Singapura: Institute of Southeast Asia Studies, hlm.27.
5
bahan bakar fosil per tahunnya. Hal ini berarti Indonsia berkontribusi cukup signifikan terhadap pemanasan global. Namun dampak paling besar dialami oleh Negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang menerima kiriman asap dari Indonesia. Dampak asap ini dirasakan oleh 70 juta orang di lima Negara ASEAN.9
Selama beberapa bulan, kabut asap menyelimuti langit beberapa Negara diantaranya Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina dan Brunei Darussalam. Kabut asap ini membuat gangguan di beberapa bidang diantaranya bidang kesehatan, transportasi dan pariwisata. Karena kabut asap membuat sebagian besar warga Negara Malaysia mengalami penyakit pernafasan seperti Asma dan ISPA. Pemerintah Malaysia menyatakan keadaan darurat di daerah sekitar Kuala Lumpur dan mengumumkan langkah-langkah darurat termasuk menutup sekolah-sekolah dan meminta warga untuk mengenakan masker.10
Dari sektor transportasi, karena jarak pandang yang semakin berkurang akibat tertutup kabut asap, mengakibatkan beberapa transportasi udara dan laut untuk ditutup sementara. 11 Adapun penyebab yang dapat mengakibatkan pencemaran udara dan dapat mengganggu Negara tetangga dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Asap dari cerobong pabrik, kendaraan bermotor, pembakaran atau kebakaran hutan, asap rokok, yang membebaskan CO dan CO2 ke
udara.
9
Siddiq Ahmadi, “Prinsip Non-Interference ASEAN dan Problem Efektivitas ASEAN
Agreement On Transboundary Haze Pollution”, Jurnal: Hubungan Internasional Vol.1, No.2, 2012,
Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah, hlm.188
10
Ibid, hlm.189
11
Bambang Cipto, MA, 2000, Hubungan Internasional di Asia Tenggara, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm.235.
6
b. Asap vulkanik dari aktifitas gunung berapi dan asap letusan gunung berapi yang menebarkan partikel debu ke udara.
c. Bahan dan partikel radio aktif dari bom atau percobaan nuklir yang membebaskan partikel debu radio aktif ke udara.
d. Asap dari pembakaran batu bara pada pembangkit listrik atau pabrik yang membebaskan partikel nitrogen dioksida dan oksida sulfur. e. Chloro Fluoro Carbon (CFC) yang berasal dari kebocoran mesin
pendingin ruangan, kulkas, dan AC mobil.12
Permasalahan perusakan hutan khususnya terjadi di Riau akibatnya dirasakan oleh masyarakat sekitar hutan dan masyarakat sekitar wilayah Sumatera dan juga meliputi aspek lepas batas Negara yang mengakibatkan kerugian bagi masyarakat Indonesia dan warga Negara tetangga Indonesia. Kebakaran hutan di Indonesia juga mengakibatkan pencemaran udara di beberapa Negara, khususnya Malaysia dan Singapura.
Permasalahan kabut asap kebakaran hutan di Riau ini menjadi masalah Internasional karena kasus ini menimbulkan pencemaran ke Negara tetangga yaitu pencemaran lintas batas (Transboundary Pollution) sehingga Malaysia dan Singapura mengajukan protes terhadap Indonesia untuk menyelesaikan masalah ini karena kebakaran hutan ini bukan merupakan kejadian yang pertama bagi mereka. Protes Malaysia dan Singapura ini berlandaskan pada kabut asap tersebut telah mengganggu
12
Adinugroho, et al., 2004, Panduan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut, Bogor: Wetlands International, hlm. 13
7
kehidupan mereka seperti terjadinya gangguan kesehatan masyarakat karena kabut asap yang bersifat racun sehingga terjadinya ISPA, asma hingga kematian, perekonomian yang tidak stabil serta pariwisata mereka. Efek lain dari kabut asap juga dapat meningkatkan kecelakaan lalu lintas baik darat, laut dan udara karena jarak pandang yang sangat pendek.
Dari segi ekonomi karena terjadinya kebakaran hutan hebat di Indonesia pada pertengahan tahun 1997, diperkiraka kerugian materiil yang dialami Indonesia, Malaysia, dan Singapura mencapai 4,5 Milyar dollar AS atau setara dengan 9 Milyar ruiah pada saat itu, dan sebagai puncaknya kebakaran hutan yang terjadi, Indonesia pun dinobatkan sebagai pencemar udara terbesar di dunia.13
Menurut United Nations Developments Programme (UNDP), kabut asap pada tahun 1997 mengakibatkan individu-individu di Asia Tenggara mengalami kerugian 1,4 milyar dolar AS, khususnya biaya terhadap kesehatan jangka pendek. Lebih dari 40.000 orang dirawat karena penyakit pernafasan.14 Dampak kesehatan jangka panjang terhadap anak-anak dan orang dewasa sedang dihitung. ADB (asian
development bank) memperkirakan 757 juta ton CO2 dihasilakan oleh pembakaran hutan antara 1997-1998. Jumlah biaya diatas atas kandungan karbon di atmosfer
13
Perkiraan ini dibuat pada bulai Mei 1998 oleh The Singapore Based Economy and Environment Programme for Southeast Asia (EEPSEA) dan World Wide Fund For Nature (WWF); seperti yang termuat dalam indonesia Fires and Haze of 1997 : The Economic Tool, (1998).
14
8
(berdasarkan 7 dollar AS per metrik ton) dikalkulasikan sebanyak 1.446 milyar dollar AS.15
Di sisi lain, kabut asap mengakibatkan para investor asing takut untuk berinvestasi di Indonesia, Malaysia dan Singpura karena dengan adanya kabut asap mengakibatkan banyaknya biaya dan resiko yang harus mereka tanggung. Bagi Indonesia kebakaran hutan telah mengakibatkan kerugian ekonomi dari deforensasi hutan di Indonesia berkisar antara 1,62-2,7 miliar dollar AS.16
Sektor pariwisata juga menerima imbas yang tidak sedikit dari bencana kabut asap yang terjadi, dari sektor penerbangan dan pariwisata yang meliputi penurunan angka hunian hotel dan biro perjanlanan tercatat kerugian mencapai 4,89 miliar dollar AS serta banyak bisnis dan investasi yang batal atau tertunda sebagai suatu dampak ekonomi secara tidak langsung, sebesar 25,69 miliar rupiah.17 Ditambah lagi dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah Negara setempat untuk melakukan usaha pencemaran dengan pembelian masker yang tidak sedikit.18
Dampak tidak langsung lainnya yang dihasilkan dari kebakaran hutan serta asapnya adalah menurunya kualitas tanaman serta keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna yang dimiliki baik oleh pemerintah Indonesia maupun Negara tetangga
15
Deni Bram, “Pertanggung jawaban Indonesia Terhadap Pencemaran Kabut Asap di
Kawasan ASEAN”, Jurnal vol.40, no.3, 2010, Purwokerto: Fakultas Hukum Universitas Jendral
Soedirman, hlm.472
16 Ibid
17Hak Pembakaran Hutan, Republika, 30 Agustus 2006. 18
Kebakaran Hutan urunkan Kualitas Lingkungan dan Nilai Ekonomi, Suara Pembaharuan, 23 Januari 2008
9
sebagai suatu bentuk efek jangka panjang yang dihasilkan dari suatu bencana yang berkelanjutan.19
Mengenai tanggung jawab Negara terhadap wrongful act yang dimana sudah sewajarnya bagi Negara yang merasa dirugikan akan meminta ganti rugi kepada Negara yang merugikan. Dalam konteks hukum internasional terdapat dua pembagian tanggung jawab Negara yaitu:
1. Tanggung jawab perbuatan melawan hukum (Delictual Liability)
Tanggung jawab ini lahir dari setiap kesalahan atau kelalaian suatu Negara terhadap orang asing di dalam wilayah negaranya atau wilayah Negara lain. Hal tersebut dapat timbul karena adanya eksplorasi ruang angkasa, eksplorasi nuklir, dan kegiatan lintas batas.
2. Tanggung jawab atas pelanggaran perjanjian
Pertanggung jawaban Negara timbul karena suatu melanggar perjanjian internasional (treaty) yang dibuat dengan Negara lain yang mengakibatkan kerugian terhadap Negara lainnya.20
Menurut Daud Silalahi konsep State Responsibility-Liability (tanggung jawab Negara atas lingkungan) dalam kerangka hukum lingkungan internasional mengacu pada pembahasan The principle of sovereignty. Pelaksanaan kegiatan di dalam suatu
19
Bram, Op.Cit., 473
20
Tanggung Jawab Negara (State Responsibility) (Diakses melalui http://www.academia.edu/7230224/HUKUM_INTERNASIONAL__Tanggung_Jawab_Negara_State_ Responsibility_ , pada 21 Januari 2018 pukul 17:29 WIB)
10
wilayah Negara terhadap lingkungannya merupakan perwujudan kedaulatan dari suatu Negara. Jika kegiatan tersebut menimbulkan kerugian bagi Negara lainnya (the
act injuries to another states) maka timbulah tanggung jawab Negara. Prinsip responsibility-liability dikaitkan pula dengan legal strategy, yakni upaya untuk
melakukan pencegahan terhadap aktivitas dengan cara menetapkan/mengatur standar
permisible injury atau ambang batas dari kerusakan lingkungan. Kerusakan
lingkungan (environmental injuries) dapat pula dianggap sebagai ongkos eksternal yang timbul dari kegiatan ekonomi. Adanya kerusakan lingkungan ditetapkan berdasarkan ambang batas atau baku mutu lingkungan.21
Atas dasar itulah penulis berniat untuk melakukan analisis mengenai tanggung jawab apa saja yang telah dilakukan oleh Negara dalam pencemaran lintas batas berbentuk polusi asap (Haze Pollution) dalam perspektif hukum internasional yang dimana terdapat kewajiban serta hak Negara lain yang terkena dampak dari pencemaran tersebut sesuai dengan pengaturan hukum internasional.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian sebagaimana dipaparkan dalam latar belakang penulisan di atas, maka yang jadi permasalahan dalam penulisan ini adalah:
21
Daud Silalahi, 1996, Hukum Lingkungan: Dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan di
11
1. Apakah penyebab dan dampak yang ditimbulkan oleh polusi kabut asap serta kerugian yang diderita oleh Indonesia dan negara tetangga yang terkena dampak haze pollution dari Indonesia?
2. Bagaimana pertanggung jawaban negara yang menimbulkan haze pollution dalam perspektif hukum internasional dan dalam lingkup ASEAN?
3. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Indonesia sebagai upaya untuk mencegah polusi asap dalam lingkup nasional?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui penyebab dan dampak yang di timbulkan oleh polusi kabut asap serta kerugian-kerugian yang diderita oleh indonesia sendiri maupun kerugian yang diderita oleh Negara tetangga yang terkena dampak Haze
Pollution dari Indonesia
2. Untuk mengetahui pertanggung Negara yang menimbulkan Haze Pollution dalam perspektif hukum internasional serta dalam lingkup ASEAN sebagai negara tetangga Indonesia
3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh Indonesia sebagai upaya untuk mencegah terjadinya polusi kabut asap dalam lingkup Nasional
12
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian dalam penulisan skripsi ini terdiri dari manfaat yang bersifat teoritis dan yang bersifat praktis, yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat menjadi bahan referensi, sumber informasi, dan sumbangan pemikiran baru dalam mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum di bidang hukum internasional pada khususnya. Serta dapat memberikan gambaran mengenai tanggung jawab Negara berdasarkan hukum internasional.
2. Manfaat praktis
Diharapkan dapat memberi masukan yang berarti bagi mahasiswa Fakultas Hukum, terutama di bidang hukum internasional, dan juga masyarakat luas maupun Pemerintahan Republik Indonesia terkait masalah tanggung jawab Negara atas kasus transboundary pollution.
E. RUANG LINGKUP
Dalam penelitian mengenai tanggung jawab Negara dalam pencemaran lintas batas Negara berbentuk (Haze Pollution) dalam perspektif hukum internasional, berdasarkan latar belakang masalah dari penelitian ini dibatasi dalam hal, kewajiban yang harus dilakukan oleh indonesia sebagai penyebab dari terjadinya pencemaran udara yang merugikan Negara-negara tetangga. Hal ini agar skripsi ini terarah dan tidak menyimpang dari judul dan permasalahan yang akan dibahas.
13
F. METODE PENELITIAN
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan konsisten dengan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari suatu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisis.22
Metedeologis artinya sesuai dengan metode atau cara tertentu, sistematis berdasarkan sistem dan konsisten adalah tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu. 23 dan metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif. Di Negara-negara yang menganut sistem Common Law dan Civil Law penelitian ini disebut legal
research atau legal doctrine. Penelitian normatif bersumber pada theoretical, pure legal, academic, conventional, armchair research, pure theoretical research, or pure research, basic research or fundamental research. Metode penelitian hukum
normatif adalah suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya. Logika keilmuan yang sepatutnya dalam penelitian hukum normatif dibangun berdasarkan disiplin ilmiah
22
Soerjono Soekanto, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: UI Press, Jakarta, 1981, hlm.43.
23
Muhammad Abdulkarim, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004, hlm. 52.
14
dan cara-cara kerja ilmu hukum normatif, yaitu ilmu hukum yang objeknya hukum itu sendiri.24
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan pendekatan permasalahan terhadap permasalah yang diteliti, ,metode pendekatan masalah yang diguanakan adalah pendekatan Perundang-undangan (Statue
Approach), pendekatan konsep (Conceptual Approach), pendekatan perbandingan
(Comparative Approach), pendekatan Analitis (Analytical Approach), Pendekatan Historis (Historical Approach), dan pendekatan Kasus (Case Approach)25
3. Bahan Penelitian Hukum
Sumber penelitan yang digunakan oleh penulis adalah bahan sekunder, yaitu yang berasal dari berbagai literature baik berupa buku maupun perundang-undangan. Dalam pengelompokkannya dapat dikelompok kan menjadi :
a. Bahan Hukum Primer
Yakni bahan hukum yang terdiri atas peraturan perundang-undangan yang diurutkan berdasarkan hierarki Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang (UU)/Peraturan Pengganti Undang-undang (Perpu), Peraturan Pemerintah (PP).26 Serta bahan hukum internasional seperti Perjanjian Internasional (treaty), declaration (Declaration), dan
24
Johnny Ibrahim. Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif. Malang: Bayumedia Publishing, 2010.hlm.57.
25 Ibid.,hlm.300. 26
15
Konvensi (Convention) yang berhubungan dengan pengaturan tentang lingkungan hidup seperti contoh ASEAN Agreement on The
Conservation of Nature and Natural Resources serta pengaturan
tentang wrongful act yang diatur dalam Draft Articles on The
Responsibility of States for Internationally Wrongful Acts, sehingga
dapat dianalisis oleh penulis untuk melihat manfaat daripad peraturan tersebut.
b. Bahan hukum Sekunder
Ialah bahan hukum yang terdiri atas buku-buku teks yang ditulis para ahli hukum yang berpengaruh, jurnal-jurnal hukum, pendapat para sarjana, kausu-kasus hukum, yurisprudensi..27 Mengenai tanggung jawab Negara dalam pencemaran lintas batas (transboundary
pollution).
c. Bahan hukum tersier, adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, dan ensiklopedia.28
4. Metode Pengumpulan Bahan
Metode pengumpulan bahan hukum yang digunakan oleh penulis yaitu dengan cara meneliti bahan pustaka atau dengan studi dokumen dan bahan-bahan
27
Ibid.,hlm.296.
16
yang diperoleh secara online. Hal tersebut dipakai karena penulis menggunakan ruang lingkup penelitian normatif.
5. Metode Analisis Bahan
Analisis bahan yang akan digunakan oleh penulis yaitu teknik analisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang dijadikan sebagai prosedur-prosedur dalam melakukan penelitian yang menghasilkan bahan deskriptif yaitu tulisan maupun kata-kata yang dapat diobservasi dari responden dan teknik pengumpulan datanya.29
6. Metode Penarikan Kesimpulan
Penelitian ini menggunakan penarikan kesimpulan secara deduktif,30 dimana kesimpulan umum kemudian ditarik menjadi kesimpulan khusus ini merupakan jawaban terhadap rumusan masalah yang dirumuskan dalam bab satu diatas.
29
Nico Ngani, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2012, hlm.20
95
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Adinugroho. et al. 2004. Panduan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
Gambut. Bogor : Wetlands International.
Alina Kaczorowska. 2005. ILC Draft Articles with Commentaries, sidang ke-18, 1966. Yearbook of The International Law Commission. vol.III.
Public International Law. Edisi ke-3, Alina Kaczorowska. London :
Old Bailey Press.
Andi Hamzah. 2005. Penegakan Hukum Lingkungan, Sinar Grafika, Jakarta. Andrey Sujatmoko. 2005. Tanggung Jawab Negara atas Pelanggaran HAM
Indonesia, Timor Leste, dan lainya. Jakarta : Grasindo.
Bambang Cipto. 2000. Hubungan Internasional di Asia Tenggara. Yogyakarta : Pustaka pelajar.
Bambang Sunggono. 2010. Metode Penelitian Hukum. Jakarta : Rajawali Pers.
Boer Mauna. 2005. Hukum Internasional: Pengertian, Peranan dan Fungsi
Dalam Era Dinamika Globa. Bandung : PT. Alumni. 2005.
Bryan A. Garner. 1999. Black’s Law dictionary. 7th edition, St. Paul Minn : West Group.
Christine Padoch. et al. 1996. Borneo in Transtition : People, Forest,
Conservation Development. Kuala Lumpur : Oxford University Press.
David Glover dan Timothy Jessup. 1999. Indonesia’s Fire Haze The Cost of
Catastrophe. Singapura : Institute of southeast Asia studies.
Eddy Pratomo. 2011. Hukum Perjanjian Internasional : Pengertian, Status
Hukum, dan Ratifikasi: Praktik Indonesia dan Beberapa Negara Lain.
Bandung : PT Alumni.
Elli Louka. 2006. Internasional Environmental law : Fairness, Effectiveness,
96
F.A. Whisnu Situni. 1989. Identifikasi dan Reformulasi Sumber-sumber
Hukum Internasional. Bandung : Mandar Maju.
F. Sugeng Istanto. Hukum Internasional. 2009. Yogyakarta : Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Ganewati Wuryandari. 2015. Politik Luar Negeri Indonesia & Isu
Lingkungan Hidup. Yogyakarta : Andi Offset.
Huala Adolf. 1991. Aspek-aspek Negara Dalam Hukum Internasional. Jakarta : CV Rajawali.
Ian Browlie. 1979. Principles of Public International Law. London : Oxford University Press.
Ida Bagus Wyasa Putra. 2002. Hukum Lingkungan Internasional Perspektif
Bisnis Internasional. Bandung : PT. RefikaAditama
J.G. Merrills. 2011. International Dispute Settlement. New York : Cambridge University Press.
J.G. Starke. 2007. Pengantar Hukum Internasional 2, Edisi ke 10. Cet. 6. Jakarta : Sinar Grafika Offset.
_________. 2010. Pengantar Hukum Internasional. Jakarta : SinarGrafika Offset
James Cotton. 1999. “The Haze” Over Southeast Asia: Challenging The
ASEAN Mode of Regional Engagement”. Australia : Pacific affair
Jawahir Thontowi. 2006. Hukum Internasional Kontemporer. Bandung: Refika Aditama.
Jerger dan David B. Jr. 2014. Indonesia’s Role in Realizing The Goals of
ASEAN’s Agreement on Trasboundary Haze Pollution. Sustainable
Development Law & Policy. 2014
John Baylis dan Steve Smith. 2005. The Globalization of World Politics. Inggris : Oxford University Press.
Johnny Ibrahim. 2010. Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif. Malang : Bayu Media Publishing
Joseph M. Alcamo dan Eliodoro Runca. 1986. Some Technical Dimention of
Transboundary Air Pollution in Transboundary Air Pollution.
97
Jurgen Friedrich. 2013. International Environmental. New York : Springer Koentjaraningrat. 1982. Kebudayaan Metaliteit dan Pembangunan. Jakarta :
Gramedia.
Lembaga Pertahanan Nasional. 1982. Ketahanan Nasional. Jakarta : Lembaga Pertahanan Internasional.
Mirza Satria Buana. 2007. Hukum Internasional: Teori, dan Praktek. Banjamasin : FH UNLAM Press.
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes. 1976. Pengantar Hukum
Internasional. Vol.1. Bandung: Bina Cipta.
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes. 2003. Pengantar Hukum
Internasional. Edisi.2, Cet. 1. Bandung: PT. Alumni.
Moh Burhan Tsani. 1990. Hukum dan Hubungan Internasional, Yogyakarta: Liberty.
Muhammad Abdulkarim. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung : Citra Aditya Bakti.
Nico Ngani. 2012. Penelitian dan Penulisan Hukum. Yogyakarta : Pustaka Yustisia
Silalahi Daud. 1996. Hukum Lingkungan : Dalam Sistem Penegakan Hukum
Lingkungan di Indonesia. Bandung : Penerbit Alumni.
Soerjono Soekanto. 1981. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta : UI Press.
Sucipto. 1985. Sistem Tanggung jawab dalam Pencemaran Udara. Malang : Fakultas Hukum UNIBRAW.
Teguh Soedarsono. 2008. Wacana Penegakan Hukum dan Pengelolaan
Sumber Daya Alam Perspektif Otonomi Daerah. Denpasar : Ratna
Sari.
TM. Lutfi Yazid. 1999. Penyelesaian Sengketa Lingkungan. Surabaya : Airlangga University Press.
United Nation Environment Programme. 2006. Training Manual on
International Environmental Law. Kenya : Division of Environmental
Policy and Law.
Yusuf Abdul Muis dan Muhammad Taufik Makarao. 2011. Hukum
98
Artikel, Jurnal, Tesis, Koran
Betha, R. et al. Chemical Speciation of Trace Metals Emitted from Indonesian
Peat Fires for Health Risk Assessment. Atmos Res. 2013.
David Seth Jones. “Asean Initiatives to Combat Haze Pollution: an
Assessment of Regional Cooperation in Public Policy Making”. Asian
Journal of Political Science. January. 2008.
Deni Bram. “Kejahatan Korporasi dalam Pencemaran Lintas Batas Negara:
Studi Pencemaran Kabut Asap Kebakaran Hutan di Indonesia” Jurnal:
Law Review Vol.XI, No. 3, Maret 2012. Jakarta : Fakultas Hukum Universitas Pancasila.
__________, “Pertanggung Jawaban Indonesia Terhadap Pencemran Kabut
Asap di Kawasan ASEAN”. Jurnal : Hukum & Pembangunan Vol.40,
No..3, 2010. Jakarta : Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Desri Hunawan. “Menyelesaikan Kebakaran Hutan dan Lahan (KARHUTLA)
di Indonesia melalui ‘Jalan Pantas’ atau ‘Jalan Pintas’?“ Seminar
Nasional Hukum Vol.2, No.1, 2016, Yogyakarta : Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada.
Dewa Gede Sudika Mangku. “Suatu Kajian Umum Tentang Penyelesaian
Sengketa Internasional Termasuk di Dalam Tubuh ASEAN”, Jurnal :
Suatu Kajian Umum tentang Penyelesaian Sengketa Internasional Termasuk di Dalam Tubuh ASEAN, Vol.XVII No.3, September 2012. Bali : Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.
David Seth Jones. “Asean Initiatives to Combat Haze Pollution: an
Assessment of Regional Cooperation in Public Policy Making”. Asian
Journal of Political Science. January. 2008.
Dhuha Wiyandani Upaya-upaya Asean dalam Menghadapi Polusi Udara
Lintas Batas Negara yang Disebabkan oleh Kebakaran Hutan,
Skripsi, Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara. 2007. Karl Zemanek. 1987. Responsibility of States: General Principles, dalam
99
10, “State Responsibility of States, International Law and Municipal
Law”, Jilid ke-10, Amsterdam : Elsevier Science Publisher B.V.
KontraS (Komisi untuk orang hilang dan korban tindak kekerasan). “Asap
dan Residu Hak Asasi: Jauhnya Pertanggungjawaban Negara untuk Menghukum Perusahaan Pembakar Hutan dan Melindungi Hak-hak Dasar Warga Indonesia“ Komisi untuk orang hilang dan korban
tindak kekerasan.
Mada Apriadi Zuhir. “Rethinking Legality of State Responsibility Claim on
Climate Change in Internasional Law Perspective”, Jurnal: Dinamika
Hukum Vol.17, No.2, Mei 2017, Purwokerto : Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman .
Marsudi Triadmodjo. “Anatomi Hukum lingkungan Internasional: Sistem
Generik Penyangga Kehidupan Umat Manusia”, Jurnal : Mimbar
Hukum Vol.2, 2000, Yogyakarta : Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.
Mukhammad Syaifulloh. “Pembentukan ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution”, Jurnnal: Hubungan Internasional,
2013, Jember: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember.
Republika. 2006. Hak Pembakaran Hutan
Suara Pembaharuan. 2008. Kebakaran Hutan Turunkan Kualitas Lingkungan
dan Nilai Ekonomi
Siciliya Mardian Yo’el. ”Efektivitas ASEAN Agreement on Transboundary
Haze Pollution dalam Penanggulangan Pencemaran Asap Lintas Batas di ASEAN” Jurnal: Arena Hukum Vol.9, No.3, Desember 2016.
Kediri: Universitas Islam Kadiri.
Siddiq Ahmadi. “Prinsip Non-Interference ASEAN dan Problemef Efektivitas
ASEAN Agreement On Transboundary Haze Pollution”, Jurnal :
Hubungan Internasional Vol.1, No..2, 2012 Yogyakarta : Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah.
Suparto Wijoyo. “Pengendalian pencemaran udara lintas batas dalam
100
Lintas Batas Vol.27 No.1 Januari-April 2012, Surabaya: Fakultas Hukum Universitas Airlangga.
Takdir Rahmadi. Aspek-aspek Hukum Kebakaran Hutan, Jurnal: Hukum Lingkungan Vol.III, No.1, Agustus 1999, Jakarta: Indonesian Center for Environmental Law
The Singapore Based Economy and Environmetal Programme for Southeast Asia (EEPSEA) dan World Wide Fund for Nature (WWF), 1998.
Fires and Haze of 1997 : The Economic Tool
Yordan Gunawan Pertanggung jawaban Indonesia Terhadap Asap Lintas
Batas Negara Pasca Ratifikasi ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution, Tesis. Yogyakarta: Univesitas Muhammadiyah
Yogyakarta. 2016.
Wan Fairus Wan Yacob, et al., “The Impact of Haze on The Adolescent’s
Acute Respiratory Disease: a Single Substitution Study”, Journal of
Acute Desease January 2016.
Konvensi dan Peraturan perundang-undangan
ASEAN Agreement on The Conservation of Nature and Natural Resources ASEAN Agreement on transboundary haze pollution
Declaration of The United Nation Conferences On The Human Environment Draft Articles on The Responsibility of States for Internationally Wrongful
Acts
International Law Commision Draft Articles On States Responsibility, ILC’s 53rd session, Jenewa
Liability Convention 1972 (Convention on International Liability for Damage Caused by Space Objects)
101
Peraturan Pemerintah No.4 Tahun 2001 Tentang Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Hidup
Peraturan Pemerintah No.45 Tahun 2004 Tentang Perlindungan Hutan
Statute International Court of Justice
The United Nations, Reports of The International Law Commission fifty-third session, NewYork
Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia Vienna convention on the law treaties
UUD 1945
UU No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup UU No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan
UU No. 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan
UU No.32 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup
UU No. 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan
UU No.26 Tahun 2014 Tentang Pengesahan ASEAN Agreement on
Transboundary Haze Pollution
INTERNET
ASEAN Berlakukan Perjanjian AADMER
https://www.merdeka.com/politik/asean-berlakukan-perjanjian-aadmer.html Diakses pada 10 Juni pukul 13:22 WIB
Association of Southeast Asian Nation
http://asean.org/asean/asean-secretariat/# Diakses pada 21 Januari 2018 pukul 21:13 WIB
102
Atmospheric Boundary Layer
http://www.academia.edu/7280881/Atmospheric_Boundary_ Diakses
pada 21 Januari 2018 pukul 17:29 WIB
Clear agreement for ASEAN to tackle haze
https://www.straitstimes.com/opinion/clear-agreement-for-asean-to-tackle-haze Diakses pada 11 Juni 2018 pukul 01:47 WIB
Krisis Kebakaran dan Asap Indonesia
http://www.worldbank.org/in/news/feature/2015/12/01/indonesias-fire-and-haze-crisis Diakses pada 23 Mei 2018 pukul 22:19 WIB Md. Saidul islam, et al., Transboundary Perspective on Managing Indonesia’s
Fires, Jurnal: Environmental and Development (Diakses melalui
http://www.mdpi.com/2071-1050/8/5/499/pdf pada 30 Mei 2018
pukul 19.32WIB)
Tanggung Jawab Negara (State Responsibility) terhadap pencemaran udara lintas batas negara berdasarkan ASEAN Agreement on
Transboundary Haze Pollution
https://repository.unri.ac.id/handle/123456789/4580 Diakses pada 16 Mei 2018 pukul 08:55 WIB
Ratifikasi perjanjian ASEAN soal asap untungkan indonesia
https://www.antaranews.com/berita/47664/ratifikasi-perjanjian-asean-soal-asap-untungkan-indonesia Diakses pada 13 Juni 2018 pukul 23:09 WIB
SBY Minta Maaf Kepada Singapura dan Malaysia Soal Kabut Asap
https://news.detik.com/berita/2282960/sby-minta-maaf-kepada-singapura-dan-malaysia-soal-kabut-asap Diakses pada 4 Juni 2018 pukul 12:36 WIB
Soal Asap, SBY Minta Maaf Ke Negara Tetangga
https://nasional.tempo.co/read/490894/soal-asap-sby-minta-maaf-ke-negara-tetangga Diakses pada 7 Juni 2018 pukul 16:20 WIB
Transboundary Haze Pollution in Southeast Asia: Sustainability Through
Plural Environmrntal Governance”
103
WWF Desak Indonesia ratifikasi perjanjian asap
https://article.wn.com/view/2008/02/21/WWF_Desak_Indonesia_Ratif ikasi_Perjanjian_Asap/ Diakses pada 19 Mei 2018 pukul 02:44 WIB
http://haze.asean.org/?page_id=113 . Diakses pada 21 januari 2018 pukul 09:09 WIB
http://www.academia.edu/7230224/HUKUM_INTERNASIONAL__Tanggun g_Jawab_Negara_State_Responsibility_ Diakses pada 28 Januari 2018 pukul 03:23 WIB