• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGIRIMAN REMITAN TENAGA KERJA INDONESIA TERHADAP KEMISKINAN DI KABUPATEN MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENGIRIMAN REMITAN TENAGA KERJA INDONESIA TERHADAP KEMISKINAN DI KABUPATEN MALANG"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

“PENGARUH PENGIRIMAN REMITAN TENAGA

KERJA INDONESIA TERHADAP KEMISKINAN DI

KABUPATEN MALANG”

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Mohamad Erwin Dhimas Pratama

125020101111041

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

PENGARUH PENGIRIMAN REMITAN TENAGA KERJA INDONESIA

TERHADAP KEMISKINAN DI KABUPATEN MALANG

Yang disusun oleh :

Nama

: Mohamad Erwin Dhimas Pratama

NIM

: 125020100111041

Fakultas

: Ekonomi dan Bisnis

Jurusan

: S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang

dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 2 Maret 2016.

Malang, 2 Maret 2016

Dosen Pembimbing,

Devanto S. Pratomo., S.E.,M.Si. M.A.,PhD

NIP. 19761003 200112 1 003

(3)

1

Pengaruh Pengiriman Remitan Tenaga Kerja Indonesia Terhadap Kemiskinan di Kabupaten Malang Mohamad Erwin Dhimas Pratama

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: erwindhimas@gmail.com

ABSTRAK

Kabupaten Malang merupakan salah kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Timur yang cukup banyak terdapat penduduk yang dikategorikan miskin, dan Menjadi TKI merupakan salah satu sarana yang dipilih sebagian masyarakat Kabupaten Malang. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh remitan yang dikirimkan oleh TKI Kabupaten Malang terhadap kemiskinan di daerah asal dan analisis faktor-faktor yang diduga ikut mempengaruhi. Berdasarkan uji Probit, dari 9 Variabel Hasil menunjukkan variabel brerpengaruh negatif antara lain lama kerja, negara tujuan Taiwan, Arab Saudi, jenis kelamin dan jenis pekerjaan. Sedangkan variabel berpengaruh positif adalah variabel remitan, tingkat pendidikan TKI, Usia, dan negara tujuan Hongkong. Dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini adalah Remitan yang dikirimkan oleh 840 TKI aktif dari Kabupaten Malang ke daerah asal, probabilitasnya lebih tinggi untuk menjadikan 72% TKI dan keluarganya di daerah asal untuk keluar dari kondisi kemiskinan yang ditandai dengan pengeluaran keluarga perbulan berada pada atau diatas garis kemiskinan Kabupaten Malang yaitu sebesar Rp.229,619 ..

Kata kunci: Remittance, Tenaga Kerja Indonesia, Kemiskinan.

A. PENDAHULUAN

Angka kemiskinan dan banyaknya pengangguran merupakan permasalahan yang menyertai pertumbuhan ekonomi sebuah negara yang sedang berkembang. Sesuai yang diutarakan oleh Kuznets (dalam Pramono 2014) pembangunan di negara sedang berkembang identik dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada tahap awal pembangunan namun disertai dengan timbulnya berbagai masalah pembangunan, temasuk di dalamnya adalah kemiskinan. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang juga tidak terlepas dari masalah pembangunan dimana salah satu masalah utamanya yaitu kermiskinan. Kemiskinan di Indonesia sampai September 2014 mengalami penurunan, namun masih diangka yang cukup tinggi mengingat banyaknya jumlah populasi masyarakat di Indonesia. Seperti yang terlihat di tabel 1.1 mengenai prosentase penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2014.

Tabel 1.1 Prosentase penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2014

Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Kemiskinan Relatif (%dari populasi) 17,8 16,6 15,4 14,2 13,3 12,5 11,7 11,5 11,0 Kemiskinan Absolut (dalam jutaan) 39 37 35 33 31 30 29 29 28

Sumber : World Bank dan BPS, 2015 (Diolah)

Sementara di Jawa Timur sesuai data dari Badan Pusat Statistik (BPS) rasio penduduk miskin pada bulan Maret 2015 di Jawa Timur berada pada angka 12,38% atau berjumlah sebanyak 4.789,12 ribu jiwa yang menempati urutan pertama provinsi dengan angka kemiskinan absolut di Indonesia. Salah satu daerah di Jawa Timur yang banyak terdapat masyarakat miskin adalah Kabupaten Malang.

Menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) telah menjadi salah satu sarana penting untuk mengentaskan kemiskinan dan pengangguran. Menurut Nasution (1999) alasan utama para calon TKI meninggalkan kampung halaman untuk bekerja ke luar negeri adalah karena terlalu susah untuk mendapatkan pekerjaan di dalam negeri. Selain karena sulitnya mendapatkan pekerjaan di dalam negeri, salah satu tujuan utama memilih menjadi TKI agar memperoleh penghasilan yang lebih besar daripada penghasilan kerja yang didapat didalam negeri.

Dari data pada tabel 1.2 yang diperoleh dari Disnakertrans Kabupaten Malang tahun 2015, Kabupaten Malang merupakan daerah yang paling banyak tenaga kerja yang bekerja ke luar negeri di Jawa Timur setelah Ponorogo yaitu sebanyak 29.989 jiwa dalam kurun waktu tahun 2012-2014. Negara tujuan yang paling banyak diminati

(4)

2

adalah Hongkong yaitu sekitar diangka 44,85 persen,Taiwan sekitar 32,59 persen dan Arab Saudi sekitar 10,13 persen.

Tabel 1.2 Jumlah Penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri Berdasakan Kab-Kota Tahun 2012 s/d 2014 di Jawa Timur ( Jiwa)

Sumber : Disnakertrans Kabupaten Malang, 2015

Perpindahan penduduk dari negara pengirim ke negara penerima tenaga kerja migran akan membuat negara pengirim mendapat keuntungan berupa remitan, sedangkan negara penerima akan mendapat keuntungan berupa pasokan tenaga kerja murah. Pengertian remitan sendiri adalah pendapatan yang dikirim oleh tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri untuk dikirim ke daerah asal (Triyanti, Moko, Afriandi, 2013). Remitan

(remittance) adalah salah satu sumber pemasukan pendapatan bagi negara-negara, khususnya negara berkembang,

remitan memainkan peran yang penting dalam pembangunan negara. Remintan yang didapat melalui migrasi pada akhirnya akan mempengaruhi kesejahteraan keluarga TKI. Dari segi ekonomi keberadaan remitan sangatlah penting karena mampu meningkatkan ekonomi keluarga dan juga untuk kemajuan bagi masyarakat penerimanya. Di Kabupaten Malang sendiri arus masuk remitan pada rentan waktu 2011-2014 berjumlah Rp.337.007.384.062 (Disnakertrans Kabupaten Malang, 2015), setiap tahunnya terdapat perbedaan jumlah pengriman TKI di Kabupaten Malang, yang berbanding lurus dengan penerimaan devisa Kabupaten Malang seperti yang dilihat pada gambar 1.1 berikut :

Gambar 1.1 Penerimaan Devisa Kabupaten Malang dari TKI Tahun 2011-2014

Sumber : Disnakertrans Kabupaten Malang, 2015

Bagi sebagian penduduk Kabupaten Malang yang rata-rata memiliki kondisi sosial-ekonomi yang tidak terlalu baik, keputusan untuk menjadi TKI di luar negeri tidak hanya sekedar alternatif melainkan sudah menjadi pilihan dengan segala pertimbangan yang matang. Para TKI tersebut yakin bahwa menjadi TKI dapat memperbaiki kondisi ekonomi, karena mereka memiliki harapan bahwa mereka akan mampu membawa hasil jerih payahnya tidak hanya untuk dirinya sendiri namun juga untuk seluruh keluarganya di kampung halaman. Meskipun mereka menyadari bahwa keputusan bekerja di luar negeri berarti harus meninggalkan kampung halamannya dan berada jauh dari keluarga. Namun juga tidak menutup kemungkinan masih adanya TKI yang gagal dalam meningkatkan ekonomi keluarga sehingga pulang ke daerah asal hanya mengirimkan atau membawa sedikit dari pendapatan yang diperoleh di luar negeri.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Definisi secara umum yang lazim dipakai dalam perhitungan dan kajian-kajian akademik adalah pengertian kemiskinan yang diperkenalkan oleh Bank Dunia yaitu sebagai ketidakmampuan mencapai standar hidup minimum (Word Bank, 1990). Kemiskinan setidaknya memiliki kondisi-kondisi yang pada umumnya didekati (1)

NO. KAB-KOTA 2012 2013 2014 1 Ponorogo 10.940 10.494 8.869 2 Malang 11.657 10.218 8.114 3 Blitar 10.392 9.880 7.973 4 Banyuwangi 9.422 7.957 7.271 5 Tulungagung 7.939 7.707 6.723 6,860,856,900 56,321,741,872 193,964,114,899 79,860,670,391 0 50,000,000,000 100,000,000,000 150,000,000,000 200,000,000,000 250,000,000,000 2011 2012 2013 2014

(5)

3

dari segi pendapatan dalam bentuk uang ditambah dengan keuntungan-keuntungan non material yang diterima oleh seseorang sehingga secara luas kemiskinan meliputi kekurangan atau tidak memiliki pendidikan, keadaan kesehatan yang buruk atau kekurangan transportasi yang dibutuhkan oleh masyarakat; (2) kadang-kadang didefinisikan dari segi kepemilikan aset yakni tanah, rumah, peralatan, uang, emas, kredit dan lain-lain; (3) kemiskinan non-materi meliputi berbagai macam kebebasan, hak untuk memperoleh pekerjaan yang layak, hak atas rumah tangga dan kehidupan yang layak. (Scott dalam Usman, 2006)

Apabila kemiskinan dikaitkan dengan ukuran penentuannya seringkali dibedakan dalam dua definisi yaitu ke miskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan secara absolut ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum seperti pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk hidup dan bekerja.

Kebutuhan pokok minimum diterjemahkan sebagai ukuran finansial dalam bentuk uang. Nilai kebutuhan minimum kebutuhan dasar tersebut dikenal dengan istilah garis kemiskinan. Penduduk yang pendapatannya dibawah garis kemiskinan digolongkan sebagai penduduk miskin.Metode penghitungan penduduk miskin yang dilakukan BPS sejak pertama kali hingga saat ini menggunakan pendekatan yang sama yaitu pendekatan kebutuhan dasar (basic needs). Dengan pendekatan ini, kemiskinan didefinisikan sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan makanan maupun non makanan yang bersifat mendasar. Berdasarkan pendekatan tersebut, indikator yang digunakan adalah Head Count Index (HCI) yaitu jumlah presentase penduduk miskin yang berada dibawah garis kemiskinan (GK).

Lee (dalam Syaukat, 1997) menyatakan bahwa migrasi merupakan perubahan tempat tinggal yang bersifat permanen maupun semi permanen. Dalam definisi tersebut Lee tidak menjelaskan batasan mengenai jarak, waktu, dan sifatnya perpindahannya. Dalam definisi tersebut tidak dibedakan secara jelas mengenai perbedaan antara perpindahan antar daerah atau dusun dengan perpindahan antar negara. Lee (dalam Mulyadi, 2003) telah memilah aspek-aspek makro dan mikro yang mempengaruhi migrasi. Yang berkaitan dengan aspek makro antara lain berkaitan dengan tempat (daerah), struktur sosial ekonomi, faktor demografi serta kelembagaan (kebijakan). Sedangkan yang berkaitan dengan aspek mikro terutama berhubungan dengan model-model yang akan digunakan, seperti model-model manusia dan model motivasi atau pengambilan keputusan untuk pindah.

Ravenstein dalam teorinya tersebut juga mengungkapkan beberapa alasan mengenai perilaku mobilitas penduduk yang terkenal sebagai hukum-hukum migrasi penduduk, antara lain: a.) Para migran cenderung untuk memilih tempat terdekat sebagai daerah tujuan. Pemilihan tempat ini didasari oleh faktor biaya dan azaz manfaat dari mobilitas tersebut. ; b.) Sulitnya memperoleh pendapatan di daerah asal, dan kemungkinan untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik di daerah tujuan merupakan faktor paling dominan yang mempengaruhi seseorang dalam bermigrasi. ; c.) Berita-berita dari sanak saudara atau teman yang telah pindah ke daerah lain merupakan informasi yang penting bagi orang yang ingin bermigrasi. Namun adanya informasi negatif dari daerah tujuan mampu mengurangi niat atau keinginan penduduk untuk bermigrasi.

Adanya Remitan yang dihasilkan dari proses migrasi Internasional sebagai salah satu sumber pemasukan pendapatan bagi negara berkembang. Remitan merupakan sumber yang penting dalam dukungan keuangan yang secara langsung meningkatkan pendapatan rumah tangga migran. Remitan mendukung investasi rumah tangga dalam kesehatan, pendidikan, dan usaha kecil rumah tangga” (World Bank, 2012).

Pada penelitian yang dilakukan Adams dan Page (2005) “Do International Migration and Remmitances

Reduces Poverty in Developing Countries? Penelitian yang ditujukan untuk mengetahui dampak migrasi

Internasional dan remitan di 71 Negara Berkembang. Dengan metode penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data mengenai migrasi Internasional dari berbagai negara berkembang yang diteliti kemudian di analisis menggunakan OLS. Hasil penelitian menunjukan setiap terjadi kenaikan migrasi internasional dengan prosentase 10% dari total penduduk suatu negara akan menyebabkan penurunan sebesar 2,1% orang yang hidup dengan uang kurang dari 1,00 USD. Secara makro jika terjadi peningkatan penerimaan remitan 10% dari pendapatan per kapita suatu negara maka akan menurunkan tingkat kemiskinan 3,5% .

C.METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis model regresi probit. Model ini digunakan karena dalam penelitian ini memiliki dua kategori pilihan yaitu : (1) Dibawah garis kemiskinan (2) berada pada atau diatas garis kemiskinan. Karena variabel dependen yang terikat yaitu keberhasilan melepaskan diri dari kemiskinan dan tidak berhasil (Ya/Tidak), maka alat atau model yang digunakan adalah menggunakan

(6)

4

probit. Model probit ini digunakan untuk melihat bagaimana keputusan menjadi TKI berhasil mengentaskan diri dari kemiskinan atau tidak.

Bentuk model ekonometrika probit:

Yi = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 +β6D6 + β7D7 + β8D8 + β9D9 ɛ

Dimana: Pendidikan Anak (Y) = Variabel Dependen, β = Konstanta, X = Variabel Independen, D = Variabel Independen (Variabel Dummy, ɛ = error term. Dengan variable dependen Y = 1: Miskin (Apabila Dibawah Garis Kemiskinan), Y = 0: Tidak Miskin (Apabila Berada pada atau Diatas Garis Kemiskinan), dan Variabel

Independen X1 = Lama Kerja, X2 = Remitan, X3 = Tingkat Pendidikan TK, X4 = Usia, D5 = Negara Tujuan

Hongkong, D6 = Negara Tujuan Taiwan, D7 = Negara Tujuan Arab Saudi, D8 = Jenis Kelamin, D9 =Jenis

Pekerjaan.

Lokasi penelitian dilakukan pada 10 Kecamatan di Kabupaten Malang dimana Populasi merupakan TKI aktif dari Kabupaten Malang yang mengirimkan remitan ke daerah asal serta menentukan sample sebanyak 840 responden. Jumlah keberangkatan TKI tahun 2014 sebanyak 8.114 jiwa. Angka 840 juga menggambarkan sekitar 10% TKI asal Kabupaten Malang yang sedang berada di luar negeri (BNP2TKI.com)

D.HASIL DAN PEMBAHASAN

Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten yang berada pada wilayah Jawa Timur. Wilayah Kabupaten Malang terletak pada wilayah dataran tinggi dengan koordinat antara 112°17’10,90’’ - 122°57’00,00’’ Bujur Timur 7°44’55,11’’ - 8°26’35,45’’ Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Malang adalah 3.534,86 km2

atau 353.486 ha terletak pada urutan luas terbesar kedua setelah kabupaten Banyuwangi dari 38 Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Jawa Timur. Penduduk Kabupaten Malang pada tahun 2014 sebanyak 2.443.609 juta jita. Dimana jumlah penduduk tersebut tahun 2014 terdiri dari laki-laki 1.223.691 jiwa (50,8%) dan perempuan 1.191.309 jiwa (49,2%) dan tingkat kepadatan sebesar 685 jiwa/Km2.

Angka kemiskinan di Kabupaten Malang terbilang cukup tinggi hal ini berbanding lurus dengan adanya fakta bahwa Provinsi Jawa Timur adalah provinsi dengan angka kemiskinan tertinggi di Indonesia, dari banyaknya penduduk Kabupaten Malang jumlah penduduk miskin pada tahun 2013 sesuai data dari BPS berjumlah 287.40 ribu jiwa atau 11,44 % dari total penduduk kabupaten Malang. Fenomena tingginya angka kemiskinan membuat munculnya banyak masyarakat Indonesia yang bekerja keluar negeri atau yang biasa disebut dengan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ,tidak terkecuali Kabupaten Malang yang merupakan salah satu daerah yang menjadi daerah kantong TKI. Dengan bekerja sebagai TKI sebagian besar dari masyarakat berharap agar bisa keluar dari kondisi kemiskinan, perbedaan upah antara dalam negeri dan luar negeri bisa saja menjadikan TKI dan keluarganya di daerah asal dapat keluar dari kondisi kemiskinan, namun tidak menutup kemungkinan terdapat TKI yang gagal untuk keluar dari kondisi kemiskinan.

Hasil regresi probit Secara umum, semua variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen memiliki tingkat signifikansi sangat baik yang ditandai dengan nilai dari P |z| pada tingkat probabilitas < 0,05 yaitu 0.000. Hasil regresi menunjukkan variabel bernilai positif antara lain lama kerja, negara tujuan Taiwan, Arab Saudi, jenis kelamin dan jenis pekerjaan. Sedangkan variabel bernilai negativ adalah variabel remitan, tingkat pendidikan TKI, Usia, dan negara tujuan Hongkong. Berikut merupakan analisis dari hasil regresi probit :

A. Remitan

Variabel remitan memberikan pengaruh signifikan terhadap Tidak miskin. Kondisi tersebut dapat diartikan juga bahwa semakin besar remitan yang dikirim TKI mempunyai probabilitas yang lebih tinggi untuk membuat TKI dan keluarganya bisa keluar dari kondisi kemiskinan yang ditandai dengan pengeluaran keluarga TKI di daerah asal sama dengan atau lebih besar dari garis kemiskinan Kabupaten Malang. Pada umumnya TKI aktif yang berasal dari Kabupaten Malang mengirimkan remitan secara rutin setiap 2 bulan sekali, jika dirata-rata nominal pengiriman remitan per tahunnya bervariasi mulai Rp. 1.000.000- Rp.180.000.000. Mayoritas penggunaan remitan adalah digunakan untuk konsumsi. . Dengan kata lain remitan digunakan sebagai sumber utama untuk kegiatan ekonomi keluarga TKI di daerah asal. Penggunaan utama remitan untuk konsumsi menjadikan peningkatan kualitas konsumsi yang dilakukan oleh keluarga TKI di daerah asal. Diasumsikan jika sebelum adanya remitan yang dikirimkan oleh keluarga yang bekerja sebagai TKI, pengeluaran keluarga per bulan di bawah garis kemiskinan Kabupaten Malang yaitu sebesar Rp. 229.619 (BPS 2014) , namun ketika mendapatkan pengiriman remitan dari keluarga yang bekerja sebagai TKI pengeluaran keluarga meningkat yaitu berada pada atau diatas garis kemiskinan Kabupaten Malang yang sudah ditetapkan oelh BPS pada tahun 2014.Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Adams (2005) yang menyebutkan bahwa besaran jumlah migrasi internasional yang menyebabkan adanya remitan berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan di Negara

(7)

5

berkembang. Rata-rata setiap terjadi kenaikan migrasi internasional 10% dari total penduduk suatu negara akan menyebabkan penurunan sebesar 2,1% orang yang hidup dengan uang kurang dari 1,00 USD. Dalam penelitian tesebut juga disebutkan bahwa Penerimaan Remitan berpengaruh siginifikan terhadap kemiskinan di daerah asal.Jika terjadi peningkatan penerimaan remitan 10% dari pendapatan per kapita suatu negara maka akan menurunkan tingkat kemiskinan 3,5% .

B. Lama Kerja

Variabel lama kerja memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kondisi miskin. Artinya variabel lama kerja tidak menjadikan probabilitas TKI dan keluarganya lebih besar untuk dapat keluar dari kondisi kemiskinan. Dengan kata lain dapat dikatakan kondisi miskin mempengaruhi TKI untuk terus bekerja.

Lama kerja mempunyai korelasi dengan remitan,semakin lama durasi bekerja diluar negeri akan semakin meningkatkan penghasilan dan remitan yang dikirimkan ke daerah asal ( Murdianto dalam Irawaty 2011). Dikarenakan di masa-masa awal bekerja diluar negeri pendapatan yang didapatkan relatif lebih rendah, belum lagi adanya potongan gaji yang dikenakan oleh agen pengirim TKI, membuat TKI tidak dapat mengirimkan remitan. Hal ini lah yang memicu TKI akan terus bekerja sampai dinilai keluarga mereka dapat keluar dari kondisi kemiskinan.

C. Tingkat Pendidikan

Variabel tingkat pendidikan dapat berpengaruh untuk mengentaskan kemiskinan TKI dan keluarganya di daerah asal Dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan TKI aktif, probabilitas untuk dapat mengeluarkan TKI dan keluarganya dari kondisi miskin semakin tinggi. Mayoritas tingkat pendidikan TKI dari Kabupaten Malang adalah lulusan SMP dan SMA. Terdapat korelasi positif antara tingkat pendidikan dan dengan minat melakukan migrasi. Semakin tinggi pendidikan, semakin besar pula minat untuk melakukan mobilitas, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maliki (dalam Herwanti 2009). TKI yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi memiliki peluang untuk mendapatakan pekerjaan yang bisa memberikan penghasilan lebih besar daripada TKI yang memiliki tingkat pendidikan lebih rendah dikarenakan rendahnya kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan tinggi.

D. Usia TKI

Semakin tinggi usia TKI akan semakin besar probabilitasnya untuk bisa menjadikan TKI dan keluarganya keluar dari kondisi kemiskinan.yang ditandai dengan konsumsi keluarga yang berada pada atau diatas garis kemiskinan. Usia mempunyai peran terhadap produktivitas dan performa pekerja. Semakin tinggi usia selama masih berada pada usia produktif, akan menjadikan pekerja lebih baik dalam melakukan pekerjaan dikarenakan banyaknya pengalaman yang sudah didapatkan. Hal ini yang mendasari pekerja yang mempunyai pengalaman lebih banyak akan mendapatkan penghasilan lebih besar. Mayoritas responden TKI aktif dari Kabupaten Malang berada pada kelompok umur 31-40 tahun. Semakin tinggi umur TKI diasumsikan lama kerjanya sebagai TKI juga lebih lama, dimana penghasilan yang didapatkan lebih besar dikarenakan sudah mendapatkan kenaikan pendapatan selama menjadi TKI.

E. Negara Tujuan Hongkong, Taiwan, Arab Saudi

Variabel negara tujuan Hongkong,Taiwan dan Arab Saudi berpengaruh secara positif dan tidak signifikan bisa menjadikan TKI dan keluarganya keluar dari kondisi Miskin, namun tidak menjamin semua TKI yang bekerja di 3 negara tujuan favorit untuk TKI Kabupaten Malang tesebut bisa keluar dari kondisi kemiskinan.

F. Jenis Kelamin TKI

TKI berjenis kelamin wanita probabilitasnya lebih tinggi daripada TKI berjenis kelamin laki-laki untuk dapat keluar dari kondisi kemiskinan. TKI berjenis kelamin wanita dari Kabupaten Malang lebih banyak memberikan pengaruh untuk mengentaskan kemiskinan di daerah asal, hal ini dikarenakan jumlah TKI wanita jauh lebih banyak daripada laki-laki. Belum lagi di pasar tenaga kerja luar negeri permintaan tenaga kerja wanita lebih banyak dibandingkan dengan tenaga kerja lelaki untuk mengisi sektor non formal. Kesertaan wanita sebagai tenaga kerja menunjukan kenyataan di era globalisasi sekarang ini wanita dituntut untuk berperan dalam kegiatan ekonomi yaitu dengan terjun ke lapangan kerja. Hal ini disebabkan karena adanya tuntutan akankebutuhan hidup yang lebih baik. Pada mulanya wanita diprediksi hanya akan melakukan migrasi dalam jarak dekat, namun pada era sekarang wanita telah melakukan migrasi lintas negara, dan bahkan telah lebih banyak menyumbangkan pendapatan yang besar bagi daerah asal mereka (Raharto dalam Herwanti, 2009). Wanita yang terjun ke pasar kerja sebagai TKI bukan disebabkan ingin mengalahkan pria, tetapi lebih ingin membantu dalam menghadapi berbagai persoalan pemenuhan kebutuhan hidup. Keterlibatan wanita dengan bekerja sebagai TKI agar berbagai masalah ekonomi dapat teratasi dan mengentaskan ekonomi TKI dan keluarganya di daerah asal.

(8)

6

G. Jenis Pekerjaan

Sementara untuk variabel jenis pekerjaan, TKI yang bekerja di sektor non formal probabilitasnya lebih tinggi untuk dapat keluar dari kondisi kemiskinan, dikarenakan sektor ini lah yang banyak menyerap TKI dari Kabupaten Malang. Melihat karakteristik sektor non formal yang lebih fleksibel, serta tidak membutuhkan pendidikan tinggi dan keahlian khusus membuat TKI memilih untuk bekerja di sektor non formal. Walaupun bekerja di sektor non formal, namun terdapat perbedaan upah antara pekerja non formal di Indonesia dan di luar negeri, upah yang lebih tinggi dapat menjadikan TKI dapat mengirimkan remitan ke daerah asal. Hal inilah yang memicu banyak TKI dan keluarganya berhasil keluar dari kemiskinan walaupun TKI bekerja di sektor non formal.

E.KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Remitan yang dikirimkan oleh 840 TKI aktif dari Kabupaten Malang ke daerah asal, probabilitasnya lebih tinggi untuk menjadikan 72% TKI dan keluarganya di daerah asal untuk keluar dari kondisi kemiskinan yang ditandai dengan pengeluaran keluarga perbulan berada pada atau diatas garis kemiskinan Kabupaten Malang yaitu sebesar Rp.229,619 .

Dari hasil; analisis kuantitatif menggunakan metode probit dan dilihat dari nilai odds ratio, diketahui bahwa 2. Semakin tinggi jumlah remitan yang dikirimkan kepada keluarga di daerah asal, maka probabilitas untuk

keluar dari kondisi kemiskinan meningkat.

3. a.Semakin lama TKI Aktif yang berasal dari Kabupaten Malang bekerja, tidak menjadikan probabilitas TKI dan keluarganya keluar dari kondisi kemiskinan semakin tinggi,dimana ketika TKI dan keluarga tetap dalam kondisi miskin maka akan semakin memicu TKI untuk terus bekerja di luar negeri.

b. Semakin tinggi tingkat pendidikan TKI Aktif dari Kabupaten Malang, maka probabilitas untuk keluar dari kondisi kemiskinan meningkat.

c. Semakin tinggi usia TKI Aktif dari Kabupaten Malang, maka probabilitas untuk keluar dari kondisi kemiskinan meningkat.

d. TKI Aktif dari Kabupaten Malang yang bekerja di Negara Hongkong maka probabilitas untuk keluar dari kondisi kemiskinan meningkat.

e. TKI dari Kabupaten Malang yang bekerja di Negara Taiwan probabilitasnya rendah untuk keluar dari kondisi kemiskinan.

f. TKI dari Kabupaten Malang yang bekerja di Negara Arab Saudi probabilitasnya rendah untuk keluar dari kondisi kemiskinan.

g. TKI dari Kabupaten Malang yang berjenis kelamin wanita probabilitasnya lebih tinggi untuk dapat keluar dari kondisi kemiskinan.

h. TKI dari Kabupaten Malang yang bekerja di sektor non formal probablitasnya lebih tinggi untuk keluar dari kondisi kemiskinan.

F.SARAN

Mengingat hasil penelitian yang menyebutkan bahwa remitan yang dikirimkan oleh TKI kedaerah asal berpengaruh penting dalam mengentaskan TKI dan keluarganya dari kondisi kemiskinan, alangkah baiknya pemerintah dapat meningkatkan pelatihan kepada para TKI. Dan melihat pula bahwa TKI yang bekerja di Negara Hongkong probabilitasnya lebih tinggi untuk dapat keluar dari kondisi kemiskinan, pelatihan dapat di fokuskan kepada kursus bahasa yang digunakan di negara Hongkong yaitu bahasa Mandarin. Sehingga para TKI dapat bersaing di negara tujuan yang diharapkan dapat semakin meningkatkan pendapatan TKI, semakin tinggi pendapatan TKI akan memperbesar pula kesempatan untuk bisa menjadikan TKI dan keluarganya keluar dari kondisi kemiskinnan dikarenakan adanya peningkatan nominal remitan yang akan dikirimkan ke daerah asal.

(9)

7

Selain memberikan pelatihan kepada para calon TKI yang akan berangkat, ada baiknya pemerintah dapat semakin mengoptimalkan pendidikan gratis ke seluruh daerah di Indonesia,terutama daerah daerah terpencil agar dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Mengingat masih banyaknya TKI yang bersekolah hingga SD maupun SMP namun tetap mendapatkan pekerjaan di luar negeri walaupun mayoritas di sektor non formal, ketika warga Indonesia mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi akan semakin meningkatkan kesempatan masuk ke sektor formal dan mendapatkan pekerjaan yang layak ketika nantinya ingin bekerja di luar negeri.

DAFTAR PUSTAKA

Adams, Richard H., Jr. Alfredo Cuecuecha John Page. 2008 .The Impact of Remittances on Poverty and Inequality in Ghana. Policy Research Working Paper The World Bank Development Prospects Group, Development Economics Department & Africa Region.

Adams, Richard H. and John Page. 2005. Do International Migration and Remmitances Reduces Poverty in Developing Countries?. World Development Vol. 33, No. 10.

Adams, Richard H .and Alfredo Cuecuecha. 2010. The Economic Impact of International Remittances on Poverty and Household Consumption and Investment in Indonesia. Policy Research Working Paper The World Bank Development Prospects Group East Asia and Pacific Region.

Astuti, Endah Dwi dan Sri Rum Giyarsih. 2013. Peran Remitan Tki Terhadap Peningkatan Kualitas Permukiman Di Desa Jangkaran Kecamatan Temon Kabupaten Kulonprogo

Curson, Peter. 1981. Remittances and Migration the Commerce of Movement. In Gurdev Singh Gosal (ed), Population Geography Vol 3.

Dewantara, Anugerah. 2004. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita. Surakarta: Fakultas Ekonomi UNS.

Effendi, Tadjuddin Noer. 2004. Mobilitas Pekerja, Remitan dan Peluang Berusaha di Pedesaan. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Volume 8, Nomor 2, Nop. 2004.

Fitranita. 2009. Determinan Remitan Migrasi Desa Kota dan Pemanfaatannya: Studi Kasus di Kota Medan, Kota Tangerang, Kota Samarinda, dan Kota Makassar. Skripsi. Program Studi Pasca Sarjana. Kajian

Kependudukan dan Ketenagakerjaan. Universitas Indonesia. Depok

Hoddinott, John. 1994. A Model of Migration and Remittances Applied to Western Kenya. Oxford Economic Papers, New Series, Vol. 46, No. 3 (Jul., 1994)

Herwanti, Hj.Titiek. 2011. Pengaruh Pendapatan, Lama Kerja, dan Status Famili terhadap Remitan Tenaga Kerja Wanita Provinsi NTB. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Mataram.

Kartika , Diah Sari. 2003. Analisis Migrasi Masuk Propinsi Jawa Tengah Tahun2000.Skripsi Mahasiswa S-1. Surakarta: Fakultas Ekonomi UNS

Kasto dan Agus Joko Pitoyo. 2005. Program Pemagangan Tenaga Kerja Ke Luar Negeri: Apa Bedanya Dengan Pengiriman TKI. Yogyakarta: Center of Population and Policy Studies

Kinanti, Cyndi Sangri. 2015. Analisis Setengah Menganggur : Antara Sukarela dan Keterpaksaan. Skripsi : Universitas Brawijaya Malang.

Kurniasari, Rima Jayanti. 2015. Analisis Prioritas Penggunaan Remitan Eks TKI

Korea Selatan (Studi Kasus di Indramayu, Blitar dan Lombok). Malang : Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

Lee, Everet.S. 1966. A Theory of Migration. Demography. 3 (No.1)

Maulida, Devi. 2012. Pengambilan Keputusan Untuk Menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

(10)

8

McDonald, James and Valenzuela Ma Rebecca. 2012. Why Filipino Migrant Remits? Evidence from a Home- Host Country Matched Sample. Discussion Paper 09/12. Monash University.Skeldon, Ronald. 2003. Migration and Poverty.

Mohapatra, Sanket dan Dilip Ratha. 2012. Forecasting Migrant Remittances during the Global Financial Crisis dalam Migration and Remittances during the Gobal Financial Crisis and Beyond, Editor : Ibrahim Sirkeci, Jeffery H. Cohen dan Dilip Ratha. Washington DC: World Bank.

Mundaca, Gabriel. 2012. Remittances Flow, Working Capital Formation, and Economic Growth dalam Migration and Remittances during the Gobal Financial Crisis and Beyond, Editor : Ibrahim Sirkeci, Jeffery H. Cohen dan Dilip Ratha. Washington DC: World Bank.

Mulyadi. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Pirmana, Viktor. 2006. Earning Differential Between Male-Female In Indonesia: Evidence From Sakernas Data.

Bandung : Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran. http://core.ac.uk/download/ files/ 153/9317806.pdf. Diakses pada 14 Januari 2016

Pramono, Anggi. 2014. Determinan Sosial-Ekonomi Terhadap Besarnya Remitan Yang Dikirim TKI Ke Daerah Asal Di Desa Yosomulyo Kecamatan Gambiran Kabupaten Banyuwangi. Skripsi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Jember.

Puspisanti, Befita. 2014 Analisis Tentang Determinan Migrasi Internasional (Studi Kasus Pada TKW Di Desa Pondok Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo). Jurnal Ilmiah. Malang : Fakultas Ekonomi dan Bisnis UB

Sugiyono.2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : CV. Alfa Beta.

Syaukat, Ahmad. 1997. Faktor-Faktor Yang Menentukan Pilihan Derah Tujuan Migrasi Penduduk Jawa Barat Berdasarkan Data SUPAS

Triyanti, Moko dan Arifandi. 2013. Remitansi : Determinan Dan Dampak Terhadap Pembangunan Daerah Asal. Jakarta;Kajian Studi Kependudukan Dan Ketenagakerjaan Universitas Indonesia.

Todaro, P. Michael. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Diterjemahkan oleh: Burhanudin Abdulloh. Jakarta

---. 2013. Kabupaten Malang Dalam Angka 2012 diakses pada tanggal 25 November 2015 ---. 2015. Profil Kemiskinan Jawa Timur . BPS Jawa Timur

---. 2015. Data Ketenagakerjaan Jawa Timur. BPS Jawa Timur ---. 2013. Data Kemiskinan Indonesia. BPS Nasional

---. 2012. Penempatan TKI berdasarkan daerah asal. BNP2TKI

---. 2015. Penempatan TKI Kabupaten Malang berdasarkan kecamatan. Disnakertrans Kab. Malang ---.2015. Data Penerimaan Devisa Kabupaten Malang. Disnakertrans Kab. Malang

Peraturan Pemerintah dan Undang-Undang :

---.PER.19/MEN/V/2006. Persyaratan Calon Tenaga Kerja Indonesia

---.UU No 39 Tahun 2004 Pasal 51. Dokumen wajib Calon Tenaga Kerja Indonesia ---.UU No 39 Tahun 2004 Pasal 8. Hak Tenaga Kerja Indonesia

(11)

9

LAMPIRAN _cons 4.467765 .9098336 4.91 0.000 2.684524 6.251006 jpeker .0093203 .1963413 0.05 0.962 -.3755016 .3941421 jkelami n .0931083 .1783173 0.52 0.602 -.2563872 .4426038 asaudi .0041096 .1641555 0.03 0.980 -.3176293 .3258485 taiw .043818 .1433453 0.31 0.760 -.2371336 .3247695 hongk -.1296779 .1362891 -0.95 0.341 -.3967996 .1374439 usia -.0140903 .0067624 -2.08 0.037 -.0273444 -.0008362 pendik -.0591363 .0229048 -2.58 0.010 -.1040289 -.0142437 lamaker .0160245 .0084436 1.90 0.058 -.0005247 .0325737 lre mitan -.2462961 .0555482 -4.43 0.000 -.3551687 -.1374236 m iskin C oef. Std. Err. z P>|z| [95% Conf. I nterval] Log lik elihood = -479.65258 Pseudo R2 = 0.0403

Prob > chi2 = 0.0000 LR chi2 (9) = 40.24

Probit regression Number of obs = 840 Iterati on 3: log likelihood = -479.65258

Iterati on 2: log likelihood = -479.65258 Iterati on 1: log likelihood = -479.69929 Iterati on 0: log likelihood = -499.77127

. probi t miskin lr emitan lamake r pendik usi a hongk taiw asaudi jkela min jpeker . use " C:\Users\M E rwin Dhimas P \Dropbox\Skr ipsi\Progres Skripsi\REGRE SI\Stata 2.d ta" 2 . (/v# opti on or -set ma xvar-) 5000 maximum vari ables

1 . (/m# opti on or -set me mory-) 10.00 MB allocate d to data Notes:

Unbaw Licensed t o: User2 Serial numbe r: 703874157 02

Unlimit ed-user Stat a for Windows (network) p erpetual lic ense: 979-69 6-4601 (fax)

979-69 6-4600 stata@s tata.com 800-ST ATA-PC http:// www.stata.co m Special Edition C ollege Statio n, Texas 778 45 USA 4905 L akeway Drive

Statistics/Data Analysis StataCo rp

___/ / /___/ / /___/ 10.0 Copy right 1984-2 007 /__ / ____/ / ____/ ___ ____ ____ ____ ____ tm Total 840 100.00 1 237 28.21 100.00 0 603 71.79 71.79 miskin Freq. Percent Cum. . tab miskin

Gambar

Tabel 1.1 Prosentase penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2014
Tabel  1.2  Jumlah  Penempatan  Tenaga  Kerja  Indonesia  ke  Luar  Negeri  Berdasakan  Kab-Kota  Tahun  2012  s/d  2014 di Jawa Timur ( Jiwa)

Referensi

Dokumen terkait

Jadi TKI yang seperti ini biasanya pendapatan keluarga mereka telah lebih dari cukup menjadi TKI adalah pilihan karena tidak mendapatkan pekerjaan di Indonesia bukan

pengumpulan bahan hukum dengan cara wawancara dan studi literatur. Dan analisis bahan hukum menggunakan metode deduktif. Kesimpulan yang dapat diambil dari skripsi ini

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Ditemukan bahwa untuk pra penempatan beberapa PJTKI ada yang memberikan dana tambahan untuk calon TKI namun ada yang

Saran yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah mempromosikan SISKOTKLN pada CTKI, Eks-TKI dan PL, kemudian menjadikan Disdagnakerkop dan UKM Karanganyar serta PT

Berdasarkan latar belakang terkait fenomena yang terjadi tentang pengelolaan keuangan oleh TKI yang telah kembali ke Indonesia dengan keadaan keuangan yang tetap

Kesimpulan yang bisa diambil dari analisis ini adalah ada pengaruh positif dan signifikan profesi Tenaga Kerja Indonesia terhadap angka perceraian di Kabupaten Ponorogo

Manfaat pengiriman remitan bagi keluarga di daerah asal sangat dirasakan oleh keluarganya, sebagian besar tenaga kerja magang mengirimkan remitan berupa uang, melalui bank dan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian di atas, maka simpulan yang dapat diambil adalah : 1) Dengan bekerja menjadi TKI di beberapa negara, seperti Malaysia,