• Tidak ada hasil yang ditemukan

ETNOBOTANI PANGAN DAN OBAT MASYARAKAT SEKITAR TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ETNOBOTANI PANGAN DAN OBAT MASYARAKAT SEKITAR TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI"

Copied!
176
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus Pada Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, Kecamatan

Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat)

ARYA ARISMAYA METANANDA

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

(2)

(Studi Kasus Pada Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, Kecamatan

Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat)

ARYA ARISMAYA METANANDA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

(3)

ARYA ARISMAYA METANANDA. Etnobotani Pangan dan Obat Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani (Studi Kasus Pada Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat). Dibimbing oleh ERVIZAL A.M. ZUHUD dan AGUS HIKMAT.

Pemanfaatan tumbuhan secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan pangan dan obat-obatan oleh masyarakat sekitar hutan sudah berlangsung sejak lama. Hanya saja, saat ini pengetahuan mengenai pemanfaatan tumbuhan secara tradisional tersebut belum banyak terdokumentasikan. Pendokumentasian pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan pangan dan obat dapat dilakukan dengan kajian etnobotani. Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengidentifikasi keanekaragaman spesies tumbuhan pangan dan obat serta kearifan tradisional masyarakat Suku Sasak terkait dengan upaya konservasi tumbuhan pangan dan obat.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Jeruk Manis pada bulan Maret-April 2012. Data yang dikumpulkan terutama keanekaragaman spesies tumbuhan pangan dan obat, kearifan tradisional masyarakat Suku Sasak serta data penunjang lainnya. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, survei lapangan, pembuatan herbarium dan kajian pustaka.

Hasil penelitian teridentifikasi sebanyak 215 spesies dari 72 famili yang terdiri dari tumbuhan pangan sebanyak 136 spesies dari 53 famili dan tumbuhan obat sebanyak 156 spesies dari 62 famili. Sebanyak 77 spesies merupakan pangan fungsional yakni tumbuhan yang berfungsi sebagai pangan juga obat. Sebagian besar spesies tumbuhan pangan dan obat tersebut merupakan tumbuhan liar yang juga berasal dari kawasan hutan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Famili yang paling dominan ditemukan pada tumbuhan pangan ialah famili Fabaceae, sementara tumbuhan obat berasal dari famili Asteraceae. Habitus tumbuhan pangan dan obat didominasi oleh habitus herba. Buah merupakan bagian yang paling banyak digunakan pada tumbuhan pangan, sementara itu daun merupakan bagian yang lebih banyak digunakan pada tumbuhan obat. Tumbuhan pangan digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, bahan minum serta bumbu masakan sedangkan tumbuhan obat digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit terutama kelompok penyakit sakit kepala dan demam yang lebih banyak menyerang masyarakat. Padi (Oryza sativa) merupakan sumber karbohidrat utama masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis. Sebagian besar tumbuhan pangan di desa ini diolah dengan cara direbus sementara tumbuhan obat lebih banyak diolah dengan cara direbus dan ditumbuk. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tumbuhan pangan dan obat yang diketahui dan digunakan oleh Suku Sasak di Desa Jeruk Manis cukup beragam, sedangkan kearifan tradisional masyarakat dapat dilihat dari cara memperlakukan padi dan sikap menghargai lingkungan.

(4)

ARYA ARISMAYA METANANDA. Food and Medicinal Ethnobotany of Communities around Gunung Rinjani National Park (Case Study on Sasak Tribe in Jeruk Manis Village, Sikur Sub-District, East Lombok District, West Nusa Tenggara). Under Supervision of ERVIZAL A.M. ZUHUD and AGUS HIKMAT.

Traditional utilization of plants to meet the needs of food and medicine in communities around the forests has been going since a long time ago. However, nowadays the knowledge of traditional utilization of plants has not been widely documented. Documentation of plants utilization as food and medicine can be done with the study of ethnobotany. The objective of this research is to identify the diversity of food and medicinal plant species as well as the traditional wisdom of the community related to conservation efforts of food and medicinal plants.

This study was conducted in Jeruk Manis Village from March to April 2012. The data collected were the diversity of plant species for food and medicine, the traditional wisdom of Sasak Tribe community and other supporting informations. The method used in the data collection were interview, field observation, herbarium creation and literature review.

The study was able to identify 215 species from 72 families consisting of 136 species of food plants from 53 families and 156 species of medicinal plants from 62 families. As many as 77 spesies were identified as functional food, which means that they are functioning as food and also as medicine. Most of food and medicinal plants are wild plants that comes from forest around the Gunung Rinjani National Park (TNGR). The most dominant family found in food plants is the Fabaceae family, while in medicinal plants is the Asteraceae family. Herbs is the most dominant habitus of food and medicinal plants that were found. The fruit is the most used part in food plants, while the foliage is the most used part in medicinal plants. Food plants are utilized to meet the demand for carbohydrate, protein, vitamins and minerals, also for drink ingredients and food seasoning. Medicinal plants are utilized to cure several kind of diseases, such as headache and fever. Rice (Oryza sativa) is the main source of carbohydrate for Sasak Tribe community in Jeruk Manis Village. Most of food plants in this village are processed by boiled, while medicinal plants are processed by boiled and pounded.

The conclusion of this research is that food and medicinal plants that have been known and used by Sasak Tribe in Jeruk Manis Village is quite diverse, while the traditional wisdom of the community can be seen from how they treat rice and the attitude of respecting environment.

(5)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Etnobotani Pangan dan Obat Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani (Studi Kasus Pada Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat)” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pemimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2012

Arya Arismaya Metananda NIM E34080002

(6)

Nama NIM

: :

Desa Jeruk Manis, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat)

Arya Arismaya Metananda E34080002

Menyetujui:

Mengetahui:

Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS NIP. 195809 15 198403 1 003

Tanggal Lulus:

Pembimbing I,

Prof. Dr. Ir. H. Ervizal A.M. Zuhud, MS NIP. 195906 18 198503 1 003

Pembimbing I I,

Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F NIP. 196209 18 198903 1 002

(7)

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul “Etnobotani Pangan dan Obat Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani (Studi Kasus Pada Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat)” yang dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. H. Ervizal A.M. Zuhud, MS dan Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat khususnya masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis sehingga kearifan tradisional dalam hal pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat tidak hanya dapat dilihat pada generasi saat ini namun juga terus membudaya sampai dengan generasi selanjutnya, juga bermanfaat bagi upaya pelestarian keanekaragaman hayati tumbuhan di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani.

Bogor, September 2012 Penulis

(8)

Penulis dilahirkan di Sumbawa Besar, NTB pada tanggal 23 November 1989 sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Irawan Syarifuddin dan Ibu Iyam Irawan. Penulis memulai pendidikannya pada tahun 1995 di TK Darmawanita, Taliwang, Kab. Sumbawa Barat dan lulus pada tahun 1996, kemudian melanjutkan sekolah di SD Negeri 01 Kec. Alas Kab. Sumbawa. Tahun 2002 penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 3 Sumbawa Besar dan SMA Negeri 1 Sumbawa Besar tahun 2005. Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB), Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.

Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif sebagai pengurus Himakova dan anggota Kelompok Pemerhati Burung dan Kelompok Pemerhati Mamalia Himakova periode 2009-2011 dan pernah menjadi Ketua Ekspedisi Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Kerinci Seblat pada tahun 2011. Penulis pernah melaksanakan praktek dan kegiatan lapangan antara lain Eksplorasi Fauna, Flora dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA) di Cagar Alam Gunung Burangrang, Jawa Barat (2010) dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Jawa Barat (2011), SURILI di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah (2010) dan Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi (2011), Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cagar Alam Gunung Sawal dan Taman Wisata Alam Pangandaran (2010), Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (2011), serta Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (2012).

Dalam usaha memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan IPB, penulis menyusun skripsi berjudul “Etnobotani Pangan dan Obat Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani (Studi Kasus Pada Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat)” di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. H. Ervizal A.M. Zuhud, MS dan Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F.

(9)

Alhamdulillahirabbil `aalamiin. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Salawat dan salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarga dan para sahabat serta para pengikutnya. Penulis menyadari bahwa terlaksananya penelitian hingga penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung dalam bentuk moril maupun materiil. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. H. Ervizal A.M. Zuhud, MS dan Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F selaku dosen pembimbing, atas kesabaran dan keikhlasan dalam memberikan ilmu, bimbingan dan nasehatnya.

2. Ir. Agus Budiono, M.Sc selaku Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, KSBTU, kepala seksi, kepala resort dan seluruh jajaran staff Taman Nasional Gunung Rinjani yang telah memberikan izin, fasilitas dan informasi kepada penulis.

3. Dr. Ir. Muhdin, M.Sc.F selaku dosen penguji dan Dr. Ir. Jarwadi Budi Hernowo, M.Sc selaku ketua sidang yang telah menguji dan memberi masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Bapak dan ibu dosen, staff dan pegawai di TPB juga di Fakultas Kehutanan, khususnya Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata yang telah mengajar, mendidikku dan membantuku selama berkuliah di IPB.

5. Nurhadi Muis, SH selaku Kepala Desa Jeruk Manis dan seluruh jajarannya yang telah memberikan izin dan memberikan informasi tentang profil Desa Jeruk Manis.

6. Kang Wasmat Cakradinata, Bapak Sahibudin, Mas Muhammad Faisyal MY, Ama Mahlin dan semua jajaran Polhut/PEH yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas kesediaannya turut serta menemani selama kegiatan penelitian serta mengajarkan arti hidup kepada penulis.

(10)

Mutiara, Siti Rayhani, Siti Nurika, Lintang Prada Ken Padma Rinjani, Ajeng Miranti yang selalu ada sebagai teman diskusi dan membantu mengoreksi karya kecil ini.

8. Saudari Meyla Dona Paramita, Lighar Dwinda Prisbitari dan Mega Haditia yang selalu bersedia membantu saya dikala memerlukan bantuan.

9. Keluarga besar KSHE 45 “Edelweiss” atas kebersamaan, kerjasama, kekompakan, kebaikan, canda tawa dan kegilaan selama ini.

10. Teristimewa Ayahanda, ibunda, adikku tersayang Intan Pertiwi Kencana dan seluruh keluarga besarku atas doa, kasih sayang dan segala dukungan yang diberikan hingga skripsi ini selesai.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT, Amin.

Bogor, September 2012

Arya Arismaya Metananda NIM E34080002

(11)

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etnobotani ... 4

2.2 Kearifan Tradisional ... 6

2.3 Pemanfaatan Tumbuhan ... 7

2.3.1 Tumbuhan pangan ... 8

2.3.2 Tumbuhan obat ... 13

2.4 Tri-Stimulus Amar Konservasi ... 14

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

3.2 Alat, Bahan dan Obyek Penelitian ... 16

3.3 Jenis Data yang Dikumpulkan ... 17

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 19

3.4.1 Wawancara ... 19

3.4.2 Survei lapangan ... 20

3.4.3 Pembuatan dan identifikasi contoh herbarium ... 20

3.4.4 Kajian pustaka ... 21

3.5 Pengolahan Data dan Analisis Data ... 21

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) ... 25

4.1.1 Letak ... 25

4.1.2 Topografi... 25

(12)

4.1.4 Iklim... 26

4.1.5 Potensi flora dan fauna Resort Kembang Kuning ... 27

4.2 Kondisi Desa Jeruk Manis ... 28

4.2.1 Letak geografis dan luas ... 28

4.2.2 Sosial ekonomi masyarakat ... 28

4.2.3 Budaya masyarakat ... 30

4.2.4 Tata guna lahan ... 31

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden ... 33 5.1.1 Jenis kelamin ... 33 5.1.2 Kelompok umur... 35 5.1.3 Pendidikan ... 36 5.1.4 Pekerjaan ... 38 5.2 Tumbuhan Pangan ... 40 5.2.1 Keanekaragaman spesies ... 40 5.2.2 Keanekaragaman famili ... 42

5.2.3 Keanekaragaman tipe habitat ... 45

5.2.4 Bagian yang digunakan... 47

5.2.5 Keanekaragaman habitus ... 49

5.2.6 Sumber karbohidrat ... 50

5.2.7 Sumber protein ... 52

5.2.8 Sumber vitamin dan mineral ... 54

5.2.9 Bahan minum ... 59

5.2.10 Bahan pelengkap/rempah/perasa ... 62

5.2.11 Cara pengolahan ... 63

5.2.12 Pola konsumsi pangan masyarakat ... 66

5.3 Tumbuhan Obat ... 69

5.3.1 Keanekaragaman spesies ... 69

5.3.2 Keanekaragaman famili ... 70

5.3.3 Keanekaragaman tipe habitat ... 72

5.3.4 Kelompok penyakit ... 74

(13)

5.3.6 Keanekaragaman habitus ... 79

5.3.7 Bentuk ramuan ... 80

5.3.8 Cara pengolahan ... 82

5.3.8 Cara pemakaian ... 85

5.4 Kondisi Kesehatan Masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis ... 89

5.5 Kearifan Lokal Masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis 91

5.4.1 Cara memperlakukan padi ... 92

5.4.2 Sikap menghargai lingkungan ... 94

5.6 Sintesis Pengembangan Tumbuhan Pangan dan Obat Potensial ... 96

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 101

6.2 Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102

(14)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Jenis data dan metode pengumpulan data... 18 2. Klasifikasi kelompok penyakit/penggunaan dan macam

penyakit/penggunaannya... 22 3. Tata guna lahan berdasarkan luasnya... 31 4. Jumlah spesies dan persentase bagian tumbuhan pangan yang

digunakan... 48 5. Jumlah spesies dan persentase tumbuhan pangan berdasarkan

habitusnya... 49 6. Pemenuhan kebutuhan karbohidrat selain padi (Oryza sativa)... 50 7. Sumber protein masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis... 53 8. Tumbuhan pangan buah yang digunakan oleh warga masyarakat

di Desa Jeruk Manis... 54 9. Tumbuhan pangan sayur yang digunakan oleh warga masyarakat

di Desa Jeruk Manis... 57 10. Spesies tumbuhan yang digunakan untuk bahan minuman

oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis... 59 11. Bahan pelengkap/perasa yang digunakan oleh warga

masyarakat di Desa Jeruk Manis... 62 12. Bahan yang digunakan pada setiap menu masakan Suku Sasak

di Desa Jeruk Manis... 64 13. Beberapa jenis olahan tumbuhan pangan di Desa Jeruk Manis... 65 14. Kelompok penyakit dan spesies tumbuhan obatnya... 75 15. Jumlah spesies dan persentase bagian tumbuhan obat

yang digunakan... 78 16. Jumlah spesies dan persentase tumbuhan obat berdasarkan

habitus... 79 17. Bentuk ramuan berdasarkan jenis penyakit atau penggunaannya.. 81 18. Jumlah spesies tumbuhan obat dilihat dari cara pengolahannya.... 82 19. Jumlah spesies tumbuhan obat dilihat dari cara pemakaian... 86

(15)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.

Peta lokasi penelitian... Persentase responden berdasarkan jenis kelamin... Perempuan turut membantu laki-laki dalam meningkatkan pendapatan keluarga... Jumlah responden berdasarkan kelompok umur... Seorang nenek menjual pakis yang diambilnya dari kawasan hutan Resort Kembang Kuning, TNGR... Komposisi tingkat pendidikan responden... Komposisi pekerjaan atau mata pencaharian responden... Pengetahuan dan penggunaan tumbuhan berdasarkan status budidaya... Jumlah tumbuhan yang diketahui dan dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan obat tradisional... Jumlah spesies tumbuhan pangan berdasarkan famili... Sayur yang ditanam di pematang sawah... Sekur (Kaempferia galanga)... Komposisi tumbuhan pangan berdasarkan tipe habitat... Pengetahuan dan penggunaan tumbuhan pangan berdasarkan status budidaya... Tumbuhan liar: (a) Bebele (Centella asiatica); (b) umbe atau omba (Piper umbellatum)... Spesies eksotik TNGR: terep ((Artocarpus elasticus)... Blincang: (a) Begonia isoptera; (b) Begonia grandis... Spesies tumbuhan pangan hutan yang digunakan bagian daunnya... Pantek bale... Durian (Durio zibethinus): buah dari hutan yang dijual dengan sistem lolo... Warga masyarakat yang mengambil pakis... Spesies tumbuhan pangan yang jarang dikonsumsi... Cara penggunaan tetandan ginantrum (Uncaria gambir)... Kayu sepang (Caesalpinia sappan)... Air enau atau air aren (Arenga pinnata)... Ceraken: tempat menyimpan bumbu masak...

16 33 34 35 36 37 39 40 41 42 43 44 45 46 47 47 48 49 51 55 57 58 60 60 61 63

(16)

27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38.

Tungku masak di Desa Jeruk Manis... Salah satu contoh olahan sayuran: kla pedis... Jumlah spesies tumbuhan obat berdasarkan famili... Kesembung (Elephantopus scaber)... Spesies tumbuhan obat di hutan dari famili Euphorbiaceae... Persentase tumbuhan obat berdasarkan tipe habitat... Pengetahuan dan penggunaan tumbuhan obat berdasarkan status budidaya... Binahong (Anredera cordifolia)... Kuyit (Curcuma domestica) yang diparut... Bubus: ramuan obat yang terbuat dari bahan dasar padi (Oryza

sativa)...

Para istri dilibatkan dalam kegiatan mencabut bibit padi (reas)... Diagram alir tri stimulus amar mewujudkan konservasi...

64 66 70 71 72 73 74 76 84 87 92 100

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Spesies tumbuhan pangan yang digunakan masyarakat Suku

Sasak di Desa Jeruk Manis... 109 2. Spesies tumbuhan pangan fungsional yang digunakan

masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis... 118 3. Tumbuhan pangan buah yang digunakan oleh warga masyarakat

di Desa Jeruk Manis... 122 4. Tumbuhan pangan sayur yang digunakan oleh warga masyarakat

di Desa Jeruk Manis... 124 5. Tumbuhan pangan pelengkap/perasa/bumbu yang digunakan

oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis... 127 6. Spesies tumbuhan obat yang digunakan masyarakat Suku Sasak

di Desa Jeruk Manis... 129 7. Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok

penyakit... 139 8. Bentuk ramuan berdasarkan jenis penyakit atau penggunaannya.. 155

(18)

1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan tumbuhan secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan pangan dan obat-obatan oleh masyarakat sekitar hutan sudah berlangsung sejak lama. Hanya saja, saat ini pengetahuan mengenai pemanfaatan tumbuhan secara tradisional tersebut belum banyak terdokumentasikan. Kenyataan saat ini banyak tumbuhan yang belum diketahui demikian juga pemanfaatan tradisionalnya oleh masyarakat, kemudian hilangnya sumberdaya alam dan pengetahuan tradisional yang begitu cepat sebelum dikaji serta rusak dan berubahnya lingkungan akibat pengaruh budaya modern dan pembangunan yang terus berkembang, menjadi isu penting bagi upaya pengkajian pemanfaatan tumbuhan.

Masalah lainnya adalah meningkatnya harga kebutuhan hidup khususnya pangan dan biaya kesehatan, menuntut masyarakat untuk mandiri dalam pemenuhan kebutuhannya. Pemanfaatan tumbuhan lokal sebagai sumber pangan dan obat-obatan merupakan alternatif ke depan yang dapat dikembangkan. Keanekaragaman tumbuhan pangan dapat menjadi solusi program diversifikasi guna mencapai kedaulatan pangan sedangkan keanekaragaman tumbuhan obat dapat menjadi alternatif pilihan untuk mengobati berbagai jenis penyakit. Di samping itu efek yang ditimbulkan dari penggunaan obat tradisional (jamu atau herbal), lebih kecil dibandingkan penggunaan obat kimia buatan (modern). Pendokumentasian mengenai pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan pangan dan obat-obatan ini dapat dilakukan dengan kajian etnobotani.

Oleh karena itu kajian etnobotani perlu dilakukan agar segala informasi mengenai pemanfaatan tumbuhan dapat terhimpun untuk dapat memberi kesadaran banyak pihak agar memelihara, menjaga keutuhan dan keberadaan tumbuhan. Kajian etnobotani pangan dan obat ini dapat menjadi solusi bagi upaya pencapaian kemandirian dan kedaulatan masyarakat khususnya masyarakat desa yang tinggal di sekitar hutan.

Salah satu masyarakat desa di sekitar hutan yang menarik untuk dikaji dalam upaya pencapaian kemandirian dan kedaulatan pangan dan obat adalah

(19)

masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis. Desa Jeruk Manis ini berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR).

Masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis atau pada umumnya Suku Sasak di Pulau Lombok memandang hutan memiliki fungsi ekologi dan konservasi yang dilihat dari keanekaragaman hayati yang tumbuh dan berkembang di kawasan hutan, fungsi sosial budaya yakni hutan sebagai pusat pelaksanaan kegiatan-kegiatan sosial budaya dan tempat peninggalan sejarah para leluhur serta fungsi ekonomi yaitu hutan dilihat dari potensi non kayu yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti buah kemiri (Aleurites moluccana), buah nangka (Artocarpus heterophyllus), buah kenari (Canarium commune), pohon aren (Arenga pinnata), pakis (Diplazium

esculentum), cabe (Capsicum frutescens) dan lain sebagainya (BTNGR 2011). Hal

ini menunjukkan bahwa antara hutan dan kehidupan masyarakat Suku Sasak memiliki hubungan yang erat.

Masyarakat Suku Sasak khususnya yang tinggal di Desa Jeruk Manis dalam memanfaatkan sumberdaya hutan di atas tentu memiliki kearifan tersendiri atau pengetahuan akan pemanfaatan sumberdaya tersebut. Salah satunya adalah tumbuhan pangan dan tumbuhan obat. Namun demikian, saat ini data dan informasi mengenai pengetahuan akan pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat tersebut belum tersedia. Oleh karena itu penelitian pemanfaatan tumbuhan pangan dan tumbuhan obat oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis perlu dilakukan.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi:

1. Keanekaragaman spesies tumbuhan pangan dan obat yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis

2. Kearifan tradisional masyarakat terkait dengan upaya konservasi tumbuhan pangan dan obat

(20)

1.3 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi (dokumentasi) tentang tumbuhan pangan dan tumbuhan obat yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) khususnya yang tinggal di Desa Jeruk Manis. Selain itu, data dan informasi ini dapat berguna bagi pengembangan pemanfaatan pangan dan obat berbasis kearifan tradisional masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis.

(21)

2.1 Etnobotani

Etnobotani berasal dari Bahasa Yunani yang tersusun atas kata ethnos dan

botany. Ethnos berarti bangsa dan botany yang berarti tumbuh-tumbuhan,

sehingga etnobotani dapat diartikan sebagai disiplin ilmu yang mempelajari hubungan langsung antara manusia dengan tumbuhan dalam pemanfaatan secara tradisional. Istilah etnobotani pada awalnya diusulkan oleh Harsberger pada tahun 1893 dan didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari pemanfaatan tumbuhan secara tradisional oleh suku bangsa yang masih primitif atau terbelakang (Soekarman & Riswan 1992).

Rifai dan Walujo (1992) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan etnobotani adalah ilmu yang mendalami hubungan budaya suatu masyarakat dengan komunitas alam hayati di sekitarnya (khususnya tumbuhan). Dharmono (2007) mendefinisikan etnobotani sebagai ilmu botani mengenai pemanfaatan tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Etnobotani ini merupakan ilmu yang kompleks karena tidak hanya melibatkan satu disiplin ilmu. Banyak disiplin ilmu yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan dan pendekatan etnobotani, misalnya linguistik, antropologi, sejarah, pertanian, kedokteran, farmasi dan lingkungan (Suwahyono et al. 1992).

Menurut Purwanto (2000) ruang lingkup kajian etnobotani, di antaranya : 1) etnoekologi, mempelajari sistem pengetahuan tradisional tentang fenologi tumbuhan, adaptasi dan interaksi dengan organisme lainnya, pengaruh pengelolaan tradisional terhadap lingkungan alam; 2) pertanian tradisional, mempelajari sistem pengetahuan tradisional tentang varietas tanaman dan sistem pertanian, pengaruh alam dan lingkungan pada seleksi tanaman serta sistem pengelolaan sumberdaya tanaman; 3) etnobotani kognitif, studi tentang persepsi tradisional terhadap keanekaragaman sumberdaya alam tumbuhan, melalui analisis simbolik dalam ritual dan mitos serta konsekuensi ekologinya, organisasi dari sistem pengetahuan melalui studi etnoksonomi; 4) budaya materi, mempelajari sistem pengetahuan tradisional dan pemanfaatan tumbuhan serta

(22)

produk tumbuhan dalam seni dan teknologi; 5) fitokimia tradisional, studi tentang pengetahuan tradisional mengenai penggunaan berbagai spesies tumbuhan dan kandungan bahan kimianya, contohnya insektisida lokal dan tumbuhan obat-obatan; 6) paleobotani, studi tentang interaksi masa lalu antara populasi manusia dengan tumbuhan yang mendasarkan pada interpretasi peninggalan arkeologi. Disiplin ilmu lain yang terkait kajian etnobotani adalah ilmu taksonomi, ekologi dan geografi tumbuhan, pertanian, kehutanan, sejarah, antropologi dan ilmu yang lain (Soekarman & Riswan 1992).

Pengkajian etnobotani saat ini menjadi penting di tengah krisis dimensional yang terjadi. Banyak di antara para ilmuan mengkaji aspek ini sebagai upaya pencapaian kemakmuran dan kesejahteraan nasional juga upaya konservasi mulai dari keanekaragaman flora yang ada, juga kearifan tradisional yang mulai menghilang. Dengan kajian etnobotani diharapkan dapat menggali potensi tumbuhan berguna dan pola pemanfaatannya. Dengan diketahuinya pola pemanfaatan tradisional terhadap tumbuhan oleh masyarakat diharapkan dapat mengimbangi perkembangan teknologi yang pesat.

Bentuk pemanfaatan tumbuhan disetiap daerah di Indonesia sangat beragam. Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan, potensi tumbuhan dan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Misalnya, pada masyarakat Papua, tumbuhan yang banyak dijadikan sumber pangan adalah ubi dan sagu (Somantri 2008). Kemudian masyarakat Etnis Dani yang menempati Lembah Baliem, Jaya Wijaya, di sekitar Wamena dan Karulu. Mereka menganggap bahwa hutan tidak hanya sebagai hal yang magis religius, tetapi juga sebagai sumber yang menguntungkan dan memberi hidup bagi mereka. Mereka menggunakan sumberdaya alam sebagai bahan sandang, pangan, obat tradisional dan lain-lain (Purwanto & Walujo 1992).

Pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan obat juga ditunjukkan oleh masyarakat Suku Sasak di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Tidak kurang dari 25 spesies tumbuhan yang digunakan untuk mengobati berbagai penyakit rakyat seperti sakit batuk, diare, luka, cacingan, gatal karena jelateng, demam, gatal, cacar, terkena gigitan kalajengking, malaria, mata merah, goaman, “keloh”, disentri, sesak nafas dan terkena gigitan ular. Hal ini merupakan wujud bentuk

(23)

kearifan lokal masyarakat Suku Sasak yang berada di Desa Senaru dalam memanfaatkan tumbuhan (Riswan & Andayaningsih 2008).

Beragamnya bentuk pemanfaatan tumbuhan dari berbagai daerah dapat menjadi kekayaan bagi kebudayaan Indonesia. Selain perbedaan dalam pola pemanfaatan tumbuhan, juga memungkinkan masyarakat dapat memanfaatkan tumbuhan yang sama dalam manfaat yang berbeda maupun tumbuhan berbeda dengan manfaat yang sama.

Terdapat empat usaha utama yang berkaitan erat dengan etnobotani, yaitu: 1) pendokumentasian pengetahuan etnobotani tradisional; 2) penilaian kuantitatif tentang pemanfaatan dan pengelolaan sumber-sumber botani; 3) pendugaan tentang keuntungan yang dapat diperoleh dari tumbuhan, untuk keperluan sendiri maupun untuk tujuan komersial; dan 4) proyek yang bermanfaat untuk memaksimalkan nilai yang dapat diperoleh masyarakat lokal dari pengetahuan ekologi dan sumber-sumber ekologi (Martin 1998).

Dokumentasi sebagai salah satu usaha utama dalam etnobotani merupakan pengumpulan bukti-bukti dan keterangan-keterangan. Dokumentasi tersebut dapat berupa dokumen tertulis, rekaman foto, majalah, film dokumenter. Dalam hal botani, dokumentasi juga dilakukan dengan cara pengumpulan spesimen (herbarium).

2.2 Kearifan Tradisional

Kearifan tradisional adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan, serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis (Keraf 2002). Pengetahuan tradisional adalah pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat lokal secara turun temurun (Soekarman & Riswan 1992).

Pengetahuan merupakan kapasitas manusia untuk memahami dan menginterpretasikan baik hasil pengamatan langsung maupun pengalaman sehingga dapat digunakan untuk meramalkan ataupun sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan (Kartikawati 2004). Bangsa Indonesia yang tersebar dari Sabang hingga Merauke terdiri dari suku-suku mempunyai kebudayaan dan adat istiadat masing-masing yang berkembang dan diwariskan

(24)

secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Kehidupan suku-suku tersebut terutama yang mempunyai interaksi dekat dengan sumberdaya dan lingkungannya secara turun-temurun pula mewarisi pola hidup tradisional yang dijalani oleh leluhurnya. Pola hidup tradisional inilah yang kemudian membentuk kearifan tradisional.

Kearifan tradisional menyangkut pengetahuan, pemahaman adat dan kebiasaan tentang manusia, alam dan bagaimana hubungan di antara semua penghuni komunitas ekologis harus dibangun. Berdasarkan hal tersebut di atas Keraf (2002) menyebutkan bahwa :

1. Kearifan tradisional adalah milik komunitas bukan individu.

2. Kearifan tradisional yang juga berarti pengetahuan tradisional, lebih bersifat praktis mencakup bagaimana memperlakukan setiap kehidupan di alam dengan baik.

3. Kearifan tradisional lebih bersifat holistik karena menyangkut pengetahuan dan pemahaman tentang seluruh kehidupan dengan segala relasinya di alam semesta.

4. Berdasarkan kearifan tradisional masyarakat adat juga memahami semua aktivitasnya sebagai aktivitas moral.

2.3 Pemanfaatan Tumbuhan

Pemanfaatan tumbuhan tradisional dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat adat, tradisional maupun masyarakat sekitar kawasan yang masih menurunkan warisan kearifan tradisional leluhurnya. Pemanfaatan ini bukan dipandang sebagai suatu yang misterius, melainkan sebagai sumber yang menguntungkan dan memberi hidup bagi masyarakat.

Menurut Soekarman dan Riswan (1992), baru sekitar 3-4% tumbuhan bermanfaat yang ada di Indonesia sudah dibudidayakan dan ditanam, sementara sisanya masih tumbuh liar di hutan-hutan. Pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat yang berasal dari hutan digunakan sebagai bahan sandang, bahan noken (anyaman), bahan pewarna, bahan obat tradisional, upacara adat dan kegiatan sosial, bahan pangan, bahan bangunan, bahan tali-temali, kayu bakar,

(25)

bahan alat (tani, parang atau senjata) dan bahan lain-lain (Purwanto & Walujo 1992).

Menurut Zuhud et al. (2004), tumbuhan dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok kegunaan di antaranya tumbuhan obat, tumbuhan aromatik, tumbuhan pangan, tumbuhan penghasil warna, tumbuhan penghasil pestisida nabati, tumbuhan hias, tumbuhan penghasil pakan ternak, tumbuhan untuk keperluan ritual dan keagamaan, tumbuhan penghasil tali, anyaman, kerajinan, tumbuhan penghasil kayu bakar, tumbuhan penghasil minuman dan tumbuhan penghasil bahan bangunan. Selain beragamnya pemanfaatan (fungsi) tumbuhan di atas, setiap bagian tumbuhan yang dimanfaatkan juga berbeda-beda, misalnya saja bagian yang dimanfaatkan adalah buah, daun, umbi, akar, kulit, bunga, biji, getah, batang dan sebagainya.

Berdasarkan habitus tumbuhan yang dimanfaatkan, tumbuhan juga dikelompokkan dalam beberapa habitus. Habitus merupakan penampakan luar dan sifat tumbuh suatu tumbuhan. Adapun habitus berbagai spesies tumbuhan menurut Tjitrosoepomo (1988) adalah sebagai berikut:

a) Pohon merupakan tumbuhan berkayu yang tinggi besar, memiliki satu batang yang jelas dan bercabang jauh dari permukaan tanah.

b) Perdu merupakan tumbuhan berkayu yang tidak terlalu besar dan bercabang dekat dengan permukaan tanah atau di dalam tanah.

c) Semak merupakan tumbuhan berkayu yang mengelompok dengan anggota yang sangat banyak membentuk rumpun, tumbuh pada permukaan tanah dan tingginya dapat mencapai 1 m.

d) Herba merupakan tumbuhan tidak berkayu dengan batang lunak dan berair. e) Liana merupakan tumbuhan berkayu, yang batangnya menjalar/memanjat

pada tumbuhan lain.

f) Epifit merupakan tumbuhan yang menumpang pada tumbuhan lain sebagai tempat hidupnya.

2.3.1 Tumbuhan pangan

Pangan merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Pangan berasal dari bahan hewani dan nabati (tumbuh-tumbuhan). Menurut Kamus Besar

(26)

Bahasa Indonesia bahan pangan nabati atau lebih dikenal tumbuhan pangan adalah segala sesuatu yang tumbuh, hidup, berbatang, berakar, berdaun dan dapat dimakan atau dikonsumsi oleh manusia (apabila dikonsumsi hewan disebut pakan).

Produk pangan yang telah lama diproduksi, berkembang dan dikonsumsi di suatu daerah atau suatu kelompok masyarakat lokal tertentu, produk tersebut umumnya diolah dari bahan baku lokal menggunakan teknologi lokal dikenal dengan sebutan pangan lokal. Proses pengadaan pangan lokal tersebut berdasarkan pengetahuan lokal dan biasanya dikembangkan sesuai dengan preferensi konsumen lokal pula. Biasanya produk lokal sering menggunakan nama daerah seperti dodol garut dan talas bogor.

Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 menjelaskan pengertian pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Menurut Depkes RI (1983) pengertian tanaman pangan yaitu kelompok tanaman yang biasa dikonsumsi sehari-hari oleh manusia, berupa sayuran dan buah-buahan, memiliki kandungan nutrien, vitamin dan mineral yang berguna bagi kesehatan manusia serta merupakan komponen penting untuk diet sehat.

Tumbuhan pangan ada yang berasal dari tumbuhan rendah dan tumbuhan tingkat tinggi. Tumbuhan tingkat tinggi ini dapat diperoleh dari hasil hutan berupa buah-buahan, dedaunan dan biji-bijian. Pada umumnya tumbuhan pangan berasal dari kelompok buah-buahan, sayur-sayuran dan sereal (Sunarti et al. 2007) atau mengandung karbohidrat, sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan (Purwadarminta 1988). Tumbuhan penghasil pangan dapat dikelompokkan menjadi tiga (Moeljopawiro & Manwan 1992) yaitu:

a) Komoditas utama: padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays), kedelai (Glycine

max), kacang tanah (Arachis hypogaea), kacang hijau (Phaseolus radiatus),

(27)

b) Komoditas potensial: sorgum (Andropogon sorgum), kacang tunggak (Vigna

sinensis), kacang gude (Cajanus cajan), wijen (Sesamum orientale), talas

(Colocasia esculenta), ubi kelapa (Dioscorea alata) dan sagu (Metroxylon spp.).

c) Komoditas introduksi: ganyong (Canna edulis), jawawut (Panicum viridae), terigu (Triticum sativum) dan kara (Dolichos lablab).

Tumbuhan pangan di alam memiliki kandungan gizi yang dibutuhkan tubuh seperti karbohidrat, protein, vitamin, mineral dan sebagainya. Kandungan tersebut dapat ditemukan pada spesies tumbuhan seperti kacang-kacangan, buah-buahan, sayuran dan sereal (sumber karbohidrat) (Kartikawati 2004).

a. Kacang-kacangan

Kacang-kacangan merupakan biji-bijian yang dapat diperoleh dari spesies polong-polongan. Polong-polongan adalah anggota suku Fabaceae yang memiliki polong/legum. Kacang-kacangan utama yang dapat dimakan termasuk ke dalam anak suku Papilionoidae (anak suku terbesar dari Fabaceae) yang masih memiliki 450 marga dan 10000 spesies. Kacang-kacangan bermanfaat sebagai bahan pangan yang kaya protein (Koswara 2010).

b. Buah-buahan

Buah-buahan merupakan komoditas yang besar dan beraneka ragam (Kartikawati 2004). Buah dapat dimakan dalam keadaan segar, maupun yang telah dikeringkan atau yang telah diolah. Buah-buahan umumnya dikonsumsi dalam keadaan mentah (tidak dimasak, matang dari pohonnya). Buah-buahan mengandung vitamin dan mineral yang baik bagi tubuh (Dhalimarta & Adrian 2011) menyeimbangkan menu makanan, kaya protein, energi dan ada yang mengandung lemak.

c. Sayuran

Sayuran merupakan komoditas tumbuhan yang mengandung air. Menurut Kartikawati (2004), beberapa contoh sayuran yang biasanya ditanam di kebun dan merupakan spesies tumbuhan hortikultura di antaranya selada (Lactuca sativa),

(28)

katuk (Sauropus androgynus), berbagai spesies kobis, kol (Brassica oleraceae), kangkung (Ipomea aqutica) dan spesies lainnya. Adapun sayuran yang digunakan sebagai bumbu, yaitu bawang merah (Allium cepa), bawang putih (Allium

sativum), daun bawang (Allium ampeloprasum), seledri (Apium graveolens).

Spesies tumbuhan yang fungsi sekundernya sebagai sayuran adalah daun pepaya (Carica papaya), daun ubi jalar (Ipomea batatas), jagung muda (Zea mays) dan daun singkong (Manihot utillisima).

d. Palem-paleman dan umbi-umbian

Palem-paleman dan umbi-umbian merupakan sumber karbohidrat terpenting (Sunarti et al. 2007). Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia. Beberapa spesies tumbuhan yang merupakan sumber karbohidrat di antaranya adalah sagu (Metroxylon spp.), aren (Arenga pinnata) dan lain-lain yang merupakan jenis palem berkarbohidrat, kemudian ubi jalar (Ipomea batatas), singkong (Manihot utillisima) dan sebagainya yang merupakan umbi berkarbohidrat.

2.3.1.1 Ketahanan Pangan

Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan menjelaskan, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Ketahanan pangan merupakan konsep yang multidimensional, yaitu adanya hubungan keterkaitan antara mata rantai sistem pangan dan gizi mulai dari produksi, distribusi, konsumsi dan status gizi.

Menurut Hariyadi (2010), aspek utama dalam ketahanan pangan terdiri dari 4 hal yaitu (1) aspek ketersediaan pangan (food availibity), (2) aspek stabilitas ketersediaan/pasokan pangan (stability supplies) (3) aspek keterjangkauan (acces

supplies) dan (4) aspek konsumsi (food utilization). Faktor-faktor struktur sosial,

budaya, politik dan ekonomi sangat penting dalam menentukan ketahanan pangan. Faktor-faktor tersebut di atas merupakan faktor determinan dasar (basic

(29)

Sumberdaya lokal termasuk di dalamnya pangan lokal erat kaitannya dengan ketahanan pangan. Ketahanan pangan yang dikembangkan berdasarkan kekuatan sumberdaya lokal akan menciptakan kemandirian pangan yang selanjutnya akan melahirkan individu yang sehat, aktif dan berdaya saing sebagaimana indikator ketahanan pangan. Di samping itu, juga akan melahirkan sistem pangan dengan pondasi yang kokoh (Hariyadi 2010).

2.3.1.2 Kedaulatan pangan

Kedaulatan pangan memiliki peran penting sebagai strategi untuk mencegah krisis pangan. Membangun kedaulatan pangan dapat dilakukan melalui peningkatan produksi pangan dan pengurangan konsumsi yang berlebihan dan tidak perlu, disertai pembangunan pedesaan terpadu. Ketidakberhasilan dalam penerapan strategi ketahanan pangan menjadi inspirasi munculnya strategi alternatif, yaitu kemandirian dan kedaulatan pangan.

Kemandirian pangan dapat dilihat dari kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan yang cukup, bermutu baik, dan aman yang berbasis pada pemanfaatan secara optimal sumber daya lokal. Lima komponen dalam mewujudkan kemandirian pangan yaitu ketersediaan yang cukup, stabilitas ketersediaan, keterjangkauan, mutu/keamanan pangan yang baik, dan tidak ada ketergantungan pada pihak luar. Membangun kemandirian dan kedaulatan pangan merupakan strategi untuk mencegah krisis pangan dan mengentaskan masyarakat tani dari kemiskinan.

Membangun kemandirian dan kedaulatan pangan di Indonesia diarahkan untuk: (1) mewujudkan kemandirian dan kedaulatan negara dan rakyat dalam menentukan kebijakan produksi, distribusi dan konsumsi pangan berdasarkan pemanfaatan sumber daya lokal, tanpa pengaruh pihak luar; (2) mengurangi ketergantungan pada pangan impor; (3) memanfaatkan keragaman sumber daya

hayati untuk memproduksi berbagai komoditas pangan non beras; (4) menciptakan lapangan kerja pada industri pertanian di perdesaan;

(5) membebaskan petani tanaman pangan dari perangkap kemiskinan sehingga mampu menyongsong masa depan yang lebih sejahtera dan bermartabat (Swastika 2011).

(30)

2.3.2 Tumbuhan obat

Tumbuhan obat menurut Depkes RI sebagaimana yang tercantum dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 149/SK/Menkes/IV/1978 adalah sebagai berikut:

a) Tumbuhan atau bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat tradisional atau jamu

b) Tumbuhan atau bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan pemula bahan baku obat (prokursor)

c) Tumbuhan atau bagian tumbuhan yang diekstraksi dan ekstrak tumbuhan tersebut digunakan sebagai obat

Zuhud et al. (1994) menjelaskan bahwa tidak kurang dari 1260 spesies tumbuhan yang sudah diketahui bermanfaat sebagai bahan baku obat-obatan. Tumbuhan obat tersebut dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar yakni: 1. Tumbuhan obat tradisional: spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercaya

memiliki khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan obat tradisional. 2. Tumbuhan obat modern: spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan

mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis.

3. Tumbuhan obat potensial: spesies tumbuhan yang diduga mengandung atau memiliki khasiat obat tetapi belum dapat dibuktikan secara medis.

Tumbuhan obat sejak zaman dahulu memainkan peranan penting dalam menjaga kesehatan, mempertahankan stamina dan mengobati penyakit. Oleh karena itu penggunaan tumbuhan obat sebagai bahan baku obat tradisional masih berakar kuat dalam kehidupan masyarakat saat ini. Semula, untuk kelangsungan hidupnya, manusia menggantungkan semua keperluan pada alam sekitarnya, termasuk untuk menjaga kesehatan (Pramesthi 2008). Sejalan dengan sejarah perkembangan manusia, pengetahuan tentang penyakit dan pengalaman tentang pengobatan penyakit, semakin lama semakin banyak ragamnya, sesuai dengan budaya, kemampuan bangsa, lingkungan, serta ragam flora dan fauna yang ada.

Pengolahan tumbuhan obat sebelum dikonsumsi, dapat berbagai macam cara. Mulai dari daun atau bunga yang direbus, sari yang diperas dari daun dan tapal yang dapat diperoleh dari akar atau kulit kayu atau juga bahan simplisia

(31)

yakni bahan alam yang digunakan sebagai bahan obat yang belum mengalami proses apapun kecuali dikeringkan (Depkes RI 1980). Pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan obat ini merupakan warisan budaya bangsa berdasarkan pengalaman, yang secara turun-temurun telah diwariskan oleh generasi terdahulu kepada generasi berikutnya termasuk generasi saat ini.

Rostiana et al. (1992) menambahkan bahwa di antara jenis-jenis simplisia yang dominan penggunaannya, selama kurun waktu lima tahun (1985-1990) terdapat enam spesies yang sudah memasyarakat pembudidayaannya yaitu temulawak, jahe, lengkuas, kencur dan kunyit dari famili zingiberaceae serta ada dari famili umbelliferae.

Setiap suku di Indonesia memiliki pengetahuan yang berbeda-beda tentang pengobatan tradisional, termasuk pengetahuan mengenai tumbuhan obat. Hal ini bisa dilihat dari perbedaan ramuan untuk mengobati penyakit yang sama. Semakin beragam ramuan yang digunakan untuk mengobati penyakit tertentu, maka peluang menyembuhkan suatu penyakit pun menjadi semakin besar. Hal ini karena suatu ramuan belum tentu cocok untuk semua orang.

Berdasarkan intensitas pemanfaatannya, Aliadi dan Roemantyo (1994) membagi masyarakat pemanfaat tumbuhan obat menjadi tiga kelompok, yaitu: a) Kelompok masyarakat asli yang hanya menggunakan pengobatan tradisional,

umumnya tinggal di pedesaan atau daerah terpencil yang tidak memiliki sarana dan prasarana kesehatan

b) Kelompok masyarakat yang menggunakan pengobatan tradisional dalam skala keluarga, yang umumnya tinggal di daerah pedesaan dengan sarana dan prasarana kesehatan terbatas

c) Kelompok industriawan obat tradisional

2.4 Tri-Stimulus Amar Pro-Konservasi

Konsep Tri-Stimulus Amar Konservasi digunakan sebagai alternatif pengelolaan lingkungan hidup yang efektif demi terwujudnya keberlanjutan sumberdaya alam hayati dan kesejahteraan masyarakat (Zuhud 2007). Tiga komponen stimulus yang mendorong terwujudnya konservasi yaitu stimulus

(32)

“alamiah”, “manfaat” dan “religius-rela” yang merupakan kristalisasi dari nilai-nilai: “kebenaran”, “kepentingan”, dan “kebaikan”.

Stimulus alamiah dapat diartikan sebagai nilai-nilai kebenaran dari alam, kebutuhan keberlanjutan sumberdaya alam hayati sesuai dengan karakter bioekologinya. Stimulus manfaat mengandung nilai-nilai kepentingan untuk manusia di dalamnya, seperti memperoleh manfaat ekonomi, manfaat obat, manfaat biologis atau ekologis dan manfaat lainnya. Stimulus religius-rela mengandung nilai-nilai kebaikan yang di dalamnya mengharap ganjaran dari Sang Pencipta Alam, nilai spiritual, nilai agama yang universal, pahala, kebahagiaan, kearifan budaya/tradisional, kepuasan batin dan lainnya.

Tri-Stimulus Amar Konservasi pada awalnya diharapkan menimbulkan 3 sikap konservasi yakni: 1) Cognitive (persepsi, pengetahuan, pengalaman, pandangan dan keyakinan), 2) Affective (emosi, senang, benci, dendam, sayang, cinta, dan lain-lain), 3) Overt actions (kecenderungan bertindak). Ketiga sikap konservasi tersebut, masing-masing diharapkan mengarah pada sikap yang positif dan akhirnya menuju perilaku pro konservasi, hingga pada akhirnya konservasi dapat terwujud di dunia nyata karena banyaknya partisipasi dan sikap pro konservasi dari masyarakat ataupun instansi yang terkait dengan pengelolaan lingkungan dan sumberdaya alam hayati.

(33)

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Jeruk Manis, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Desa ini berbatasan langsung dengan Resort Kembang Kuning, Taman Nasional Gunung Rinjani. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2012. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Peta lokasi penelitian.

3.2 Alat, Bahan dan Obyek Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a) Perlengkapan wawancara: pulpen, tape recorder, buku saku dan tally sheet b) Perlengkapan untuk pembuatan herbarium (spesimen): alkohol 70%, benang,

gunting, kantong plastik (trash bag bening), kertas karton, koran, label dan

sprayer

(34)

c) Kamera untuk pendokumentasian

d) Dokumen atau pustaka yang terkait dengan penelitian

e) Buku identifikasi tumbuhan: Kitab Tumbuhan Obat Nusantara, Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Khasiat Buah dan Sayur serta beberapa buku lainnya

Objek penelitian adalah spesies tumbuhan pangan dan obat yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat serta kearifan tradisional masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis.

3.3 Jenis Data yang Dikumpulkan

Data dan informasi yang dikumpulkan adalah data yang diperoleh langsung dari informan/responden. Data dan informasi tersebut meliputi:

a) Karakteristik responden mencakup jenis kelamin, kelompok umur, pendidikan dan pekerjaan

b) Etnobotani pangan dan obat masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) yakni masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis

Terhadap tumbuhan pangan, variabel yang dikaji meliputi keanekaragaman spesies tumbuhan pangan yang diketahui dan digunakan, keanekaragaman famili, tipe habitat, status budidaya, bagian yang digunakan, habitus, cara pengolahan dan pola konsumsi pangan oleh masyarakat.

Adapun kajian tumbuhan obat, variabel yang dikaji meliputi keanekaragaman spesies tumbuhan obat yang diketahui dan digunakan, keanekaragaman famili, tipe habitat, status budidaya, kelompok penyakit, bagian yang digunakan, habitus, bentuk ramuan, cara pengolahan dan cara pemakaian.

Kajian etnobotani pangan dan obat ini juga mengambil data tentang kondisi kesehatan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis serta kearifan tradisional mencakup tradisi-tradisi (upacara/ritual tertentu/kearifan lainnya) yang menunjang upaya konservasi tumbuhan pangan dan obat.

c) Data dan informasi lainnya adalah kondisi umum lokasi penelitian. Data ini didapat dari pustaka yang dipelajari dari beberapa dokumen yang mencakup kondisi Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) dan kondisi Desa Jeruk

(35)

Manis. Adapun jenis data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis data dan metode pengumpulan data

No. Jenis data Aspek yang dikaji (data) Sumber data Metode

1 Kondisi umum lokasi penelitian 1. Kondisi TNGR a. Letak b. Topografi

c. Geologi dan vulkanologi d. Tanah

e. Iklim

f. Potensi Resort Kembang Kuning

2. Kondisi Desa Jeruk Manis a. Letak geografis dan luas b. Sosial ekonomi masyarakat c. Budaya masyarakat d. Tata guna lahan

Balai TNGR, Kantor Desa Jeruk Manis Kajian pustaka, wawancara 2 Karakteristik responden 1. Jenis kelamin 2. Kelompok umur 3. Pendidikan 4. Pekerjaan Warga masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis Wawancara 3 Etnobotani pangan dan obat 1. Tumbuhan pangan a. Keanekaragaman spesies tumbuhan pangan b. Famili c. Tipe habitat d. Status budidaya e. Bagian yang digunakan f. Habitus

g. Cara pengolahan h. Pola konsumsi pangan 2. Tumbuhan obat a. Keanekaragaman spesies tumbuhan obat b. Famili c. Tipe habitat d. Status budidaya e. Kelompok penyakit f. Bagian yang digunakan g. Habitus

h. Bentuk ramuan i. Cara pengolahan j. Cara pemakaian

3. Kondisi kesehatan masyarakat 4. Kearifan tradisional yang

mendukung upaya konservasi tumbuhan pangan dan obat 5. Sintesis pengembangan

tumbuhan pangan dan obat potensial Warga masyarakat Suku Sasakdi Desa Jeruk Manis, Pengelola TNGR, literatur Wawancara survei lapangan, pembuatan herbarium, kajian pustaka

(36)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Wawancara

Menurut Salerno et al. (2005) wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan keterangan lisan melalui percakapan dengan orang atau responden tentang topik penelitian. Wawancara dilakukan terhadap responden terpilih sebanyak minimal 30 orang (Sevilla 1993). Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini secara keseluruhan dengan teknik semi terstruktur. Penerapan teknik wawancara ini dengan memberikan pilihan jawaban pada beberapa pertanyaan namun juga ada pertanyaan yang tidak disediakan pilihan jawaban sehingga dapat terlihat keragaman pendapat dalam menjawab setiap pertanyaan atau diharap responden menjawab sesuai pengetahuan mereka (Mardalis 2004).

Responden dipilih berdasarkan kombinasi teknik purposive sampling dan

snowball. Metode purposive sampling merupakan salah satu teknik dalam

penentuan sampel (responden) yang didasarkan atas pertimbangan/kriteria tertentu dari sumber yang dianggap atau diketahui memanfaatkan tumbuhan pangan dan obat.

Kriteria yang digunakan dalam penentuan responden adalah 1) responden yang mengetahui dan dapat memberikan informasi tentang pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat misalnya dukun, petani, tokoh masyarakat dan lain-lain, 2) responden yang menggunakan tumbuhan pangan dan tumbuhan obat, 3) responden yang mengoleksi tumbuhan pangan dan obat, serta 4) responden yang menjual atau mengusahakan tumbuhan pangan dan obat. Adapun metode

snowball merupakan metode yang penerapannya dimulai dari informen kunci (key informan) yang kemudian dapat memberikan petunjuk lebih lanjut tentang adanya

individu lain yang dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam penelitian. Penentuan responden dimulai dari tokoh masyarakat seperti kepala desa atau dukun yang dianggap mengetahui banyak informasi tentang tumbuhan (key

informan) (Abu & Rabia 2005). Dari keterangan responden tersebut dikumpulkan

calon responden lain sesuai kriteria sebagai persyaratan responden (Nasution 2003). Mereka yang memenuhi salah satu kriteria di atas yang kemudian dipilih

(37)

sebagai responden. Menurut Sugiyono (2006) teknik penentuan sampel (responden) dapat disesuaikan dengan kondisi lapangan.

Data wawancara dari setiap spesies tumbuhan yang digunakan adalah biodata responden, spesies tumbuhan pangan dan tumbuhan obat yang digunakan, nama lokal, kegunaan, tipe habitat, status budidaya, habitus, bagian yang digunakan, cara pengolahan serta cara meramunya. Data lainnya adalah bentuk ramuan tumbuhan obat dan cara pemakaiannya.

3.4.2 Survei lapangan

Survei lapangan bertujuan untuk memverifikasi spesies-spesies tumbuhan pangan dan tumbuhan obat yang diperoleh dari hasil wawancara dengan warga masyarakat serta membuat dokumentasi termasuk sampel (herbarium) (Abu & Rabia 2005).

3.4.3 Pembuatan dan identifikasi contoh herbarium

Herbarium merupakan salah satu cara mengawetkan bagian (baik daun, bunga, ranting, kuncup, buah atau bagian lainnya) dari satu spesies tumbuhan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi spesies tertentu yang belum dikenali/diketahui atau untuk keperluan pengembangan pengetahuan mengenai spesies tumbuhan tersebut.

Adapun tahapan pembuatan herbarium adalah sebagai berikut:

1. Pengambilan contoh bagian tumbuhan seperti ranting, daun, bunga, biji, buah untuk dijadikan herbarium

2. Spesimen tumbuhan yang dijadikan herbarium dipotong dengan panjang sekitar 40 cm

3. Spesimen herbarium tumbuhan diberi label gantung berukuran 3x5 cm. Label gantung berisi nomor koleksi, inisial nama kolektor, tanggal pengambilan spesimen, nama lokal spesimen dan lokasi pengambilan spesimen

4. Spesimen herbarium kemudian dirapikan dan dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran

5. Lipatan kertas koran yang berisi spesimen ditumpuk menjadi satu dan dimasukkan dalam trash bag bening

(38)

6. Tumpukan spesimen disiram dengan alkohol 70% hingga seluruh bagian tersiram merata, kemudian trash bag ditutup rapat agar alkohol tidak menguap 7. Setelah sampai di tempat koleksi herbarium, tumpukan herbarium dipres dalam

sasak, kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 700C selama 3 hari 8. Setelah kering, herbarium kemudian diidentifikasi nama ilmiahnya

3.4.4 Kajian pustaka

Selain dari data yang dikumpulkan di atas, juga dilakukan kajian pustaka. Pustaka ini bersumber dari buku, jurnal, artikel, laporan atau data lainnya yang sudah ada berhubungan dengan kondisi umum lokasi penelitian di TNGR dan masyarakat sekitar taman nasional.

3.5 Pengolahan Data dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif deskriptif dan tabulatif. Berikut rumusan penghitungan persentase famili, status budidaya, bagian yang digunakan dan habitus tumbuhan pangan dan obat:

a. Persen famili

Persentase famili tertentu= ∑ spesies famili tertentu

∑ spesies semua famili ×100% b. Persen status budidaya

Persentase status budidaya merupakan bentuk analisis terhadap tumbuhan pada saat ditemukan. Artinya spesies tersebut merupakan hasil budidaya, tumbuhan liar atau semi budidaya (sebagian sudah mulai ada yang dibudidayakan, namun masih ada yang liar).

Persentase status budidaya= ∑ spesies budidaya

∑ total spesies ×100% c. Persen bagian yang digunakan

Persen bag. yang digunakan =∑ bagian tertentu yang digunakan

(39)

d. Persen habitus

Persentase habitus tertentu = ∑ spesies habitus tertentu

∑ total spesies × 100% e. Pembagian penggunaan tumbuhan pangan

Pembagian ini didasarkan atas kegunaan atau kandungan yang terdapat di dalam tumbuhan, di antaranya karbohidrat, protein (kacang-kacangan), vitamin dan mineral (buah dan sayur-sayuran), bahan minum, bahan pelengkap (rempah-rempah/penyedap rasa).

f. Pembagian penggunaan tumbuhan obat

Pengklasifikasian data dilakukan terhadap keragaman kelompok penyakit/penggunaan tumbuhan obat dengan cara melakukan penyaringan (screening) terhadap khasiat masing-masing spesies tumbuhan obat berdasarkan kelompok penyakit/penggunaannya. Menurut Oktaviana (2008) pembagian berdasarkan kelompok penyakit/penggunaannya tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2 Klasifikasi kelompok penyakit/penggunaan dan macam penyakit/penggunaannya No. Kelompok Penyakit/Penggunaan Macam Penyakit/Penggunaan 1 Gangguan Peredaran Darah

Darah kotor, kanker darah, kurang darah, pembersih darah, penasak, dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan darah

2 Keluarga Berencana

(KB)

Keluarga berencana (KB), membatasi kelahiran,

menjarangi kehamilan, pencegah kehamilan, dan

penggunaan lainnya yang berhubungan dengan KB

3 Penawar Racun Digigit lipan, digigit serangga, keracunan jengkol,

keracunan makanan, penawar racun, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan keracunan

4 Pengobatan Luka Luka, luka bakar, luka baru, luka memar, luka bernanah,

infeksi luka, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan luka

5 Penyakit Diabetes Kencing manis (diabetes), menurunkan kadar gula darah,

sakit gula, dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan penyakit diabetes

6 Penyakit Gangguan Urat

Syaraf

Lemah urat syaraf, susah tidur (insomnia), dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan gangguan urat syaraf

.7 Penyakit Gigi Gigi rusak, penguat gigi, sakit gigi, dan penggunaan

(40)

Tabel 2 Klasifikasi kelompok penyakit/penggunaan dan macam penyakit/penggunaannya (lanjutan)

No. Kelompok

Penyakit/Penggunaan

Macam Penyakit/Penggunaan

8 Penyakit Ginjal Ginjal, sakit ginjal, gagal ginjal, batu ginjal, kencing batu,

dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan ginjal

9 Penyakit Jantung Sakit jantung, stroke, jantung berdebar-debar, tekanan

darah tinggi (hipertensi), tekanan darah tinggi, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan jantung.

10 Penyakit Kanker/Tumor Kanker rahim, kanker payudara, tumor rahim, tumor

payudara, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan tumor dan kanker.

11 Penyakit Kelamin Beser mani (spermatorea), gatal di sekitar alat kelamin,

impoten, infeksi kelamin, kencing nanah, lemah syahwat (psikoneurosis), rajasinga/sifilis, sakit kelamin, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kelamin

12 Penyakit Khusus Wanita Keputihan, terlambat haid, haid terlalu banyak, tidak

datang haid, dan penggunaan lainnya

13 Penyakit Kulit Koreng, bisul, panu, kadas, kurap, eksim, cacar, campak,

borok, gatal, bengkak, luka bernanah, kudis, kutu air, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kulit.

14 Penyakit Kuning Liver, sakit kuning, heoatitis, penyakit hati, hati bengkak,

dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit kuning.

15 Penyakit Malaria Malaria, demam malaria, dan penggunaan lainnya yang

berhubungan dengan penyakit malaria.

16 Penyakit Mata Radang mata, sakit mata, trakoma, rabun senja, dan

penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit mata

17 Penyakit Mulut Gusi bengkak, gusi berdarah, mulut bau dan mengelupas,

sariawan, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit mulut

18 Penyakit Otot dan

Persendian

Asam urat, bengkak kelenjar, kejang perut, kejang-kejang, keseleo, nyeri otot, rematik, sakit otot, sakit persendian, sakit pinggang, terkilir, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan otot dan persendian.

19 Penyakit telinga Congek, radang anak telinga, radang telinga, radang

telinga tengah (otitis media), sakit telinga, telinga berair, telinga berdenging, telinga merasa gatal, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan telinga.

20 Penyakit Tulang Patah tulang, sakit tulang, dan penggunaan lainnya yang

berhubungan dengan tulang.

21 Penyakit Saluran

Pembuangan

Ambeien, gangguan prostat, kencing darah, keringat malam, peluruh kencing, peluruh keringat, sakit saluran kemih, sembelit, susah kencing, wasir, wasir berdarah, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit saluran pembuangan.

22 Penyakit Saluran

Pencernaan

Maag, kembung, masuk angin, sakit perut, cacingan, mules, murus, peluruh kentut, karminatif, muntah, diare, mencret,

disentri, sakit usus, kolera, muntaber, berak darah, berak lendir, usus buntu, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan saluran pencernaan.

23 Pernafasan/THT Asma, batuk, flu, influensa, pilek, pilek, sesak nafas, Sakit

tenggorokan, TBC, TBC paru, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan saluran pernafasan/THT.

(41)

Tabel 2 Klasifikasi kelompok penyakit/penggunaan dan macam penyakit/penggunaannya (lanjutan) No. Kelompok Penyakit/Penggunaan Macam Penyakit/Penggunaan 24 Perawatan Kehamilan dan Persalinan

Keguguran, perawatan sebelum/sesudah

melahirkan/persalinan, uterine tonic, penyubur

kandungan, susu bengkak, ASI, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kehamilan dan melahirkan

25 Perawatan Organ Tubuh

Wanita

Kegemukan, memperbesar payudara, mengencangkan vagina, pelangsing, peluruh lemak, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan perawatan organ tubuh wanita.

26 Perawatan Rambut,

Muka, Kulit

Penyubur rambut, penghalus kulit, menghilangkan ketombe, perawatan muka, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan rambut, muka dan kulit.

27 Sakit Kepala dan Demam Sakit kepala, pusing, pening, demam, demam pada

anak-anak, demam pada orang dewasa, demam menggigil,

penurun panas, dan penggunaan lainnya yang

berhubungan dengan sakit kepala dan demam.

28 Tonikum Obat kuat, tonik, tonikum, penambah nafsu makan,

kurang nafsu makan, meningkatkan enzim pencernaan, patah selera, astringen/pengelat, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan tonikum.

29 Lain-lain Limpa bengkak, beri-beri, sakit kuku, sakit sabun, obat

tidur, obat gosok, penenang, dan penggunaan lainnya yang tidak tercantum di atas

(42)

4.1 Kondisi Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR)

Buklet tentang Sekilas Taman Nasional Gunung Rinjani 2011 menjelaskan gambaran Taman Nasional Gunung Rinjani berikut ini.

4.1.1 Letak

Secara geografis TNGR terletak antara 116°21’30”-116º34’15” bujur timur dan 8°18’18”-8º32’19” lintang selatan. Secara administratif TNGR berada di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

4.1.2 Topografi

Kawasan TNGR merupakan daerah yang bergunung-gunung dengan ketinggian beranekaragam antara 500 m dpl sampai 3.726 m dpl sedangkan kelerengannya mulai sedang (0-< 25%), curam (25-40%), dan sangat curam (> 40%). Luas masing-masing kelas lereng tersebut berturut-turut adalah 16.678 Ha, 15.882 Ha dan 7.645 Ha. Daerah yang relatif landai terdapat di bagian selatan dan timur laut, terletak pada ketinggian 1.800-2.000 m dpl yaitu kaki Gunung Rinjani. Puncak tertinggi terdapat di Gunung Rinjani (3.726 m dpl).

Gunung-gunung lain yang berdekatan letaknya dengan Gunung Rinjani adalah Gunung Baru (2.376 m dpl), Gunung Sangkareang (2.914 m dpl), Gunung Buang Mangge (2.895 m dpl), Gunung Kondo dan Gunung Manuk. Di antara gunung-gunung tersebut dipisahkan oleh lembah yang luas dan jurang yang dalam dengan kelerengan yang terjal dan berbatu. Di lembah sebelah barat Gunung Rinjani terdapat Danau Segara Anak (2.100 m dpl) yang airnya berbau belerang dengan suhu yang berbeda satu tempat dengan tempat lainnya, mulai dari dingin, sedang, hangat sampai panas. Gunung Baru mempunyai keistimewaan tersendiri karena gunung tersebut seakan-akan muncul dari tengah-tengah Danau Segara Anak.

Gambar

Gambar 1  Peta lokasi penelitian.
Tabel 1  Jenis data dan metode pengumpulan data
Tabel 2  Klasifikasi  kelompok  penyakit/penggunaan  dan  macam  penyakit/penggunaannya  No
Tabel 2  Klasifikasi  kelompok  penyakit/penggunaan  dan  macam  penyakit/penggunaannya (lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sensor suhu dikaji dengan mengamati perubahan intensitas laser yang dilewatkan pada balok kaca yang berisi ferofluida kromium ferit6. Salah satu teori menyebutkan

Hal ini dimaksudkan untuk melihat jenis buah apel mana yang paling digemari konsumen buah apel sesuai dengan selera konsumen buah apel di kota Manado berdasarkan penelitian

Kemaslahatan yang terdapat nas} secara tegas menjelaskan dan mengakui keberadaannya dan terdapat dalil untuk memelihara dan melindunginya. Contohnya, dalil nas

Tanah kas desa yang berupa tanah pertanian dapat dilakukan perubahan peruntukan sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 15 Peraturan Gubernur Daerah Istimewa

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Peran Ganda Perempuan Pedagang di Pasar Jalan Trem Pangkalpinang menunjukkan sudah terjadi begitu saja dan tanpa ada

bahwa untuk lebih meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengusahaan pelabuhan penyeberangan serta pelayanan kepada masyarakat, maka kekayaan Negara pada 9 (sembilan)

Dengan demikian, peneliti berharap, penelitian ini setidaknya mampu mendeskripsikan persoalan utama yang ingin peneliti ketahui dari pemberitaan kasus pasir

Pengadaan ini dilaksanakan secara elektronik, dengan mengakses aplikasi Sistem Pengadaan Secara Elektronik ( SPSE ) pada alamat website LPSE : http://lpse.ponorogo.go.id.