• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUES TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEWON II KABUPATEN BANTUL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUES TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEWON II KABUPATEN BANTUL"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUES TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEWON II KABUPATEN BANTUL

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta

Disusun Oleh: TETI NPM: 3209093

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

(2)
(3)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul: PENGARUH EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUES TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEWON II KABUPATEN BANTUL

Yang dibuat untuk memenuhi persyaratan menjadi Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta, sejauh yang diketahui bukan merupakan tiruan dan duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk mendapatkan gelar sarjana di lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta maupun di Perguruan Tinggi atau instansi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, Agustus 2013

(4)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, penyertaan, serta karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “Pengaruh Emotional Freedom Technique Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sewon II Kabupaten Bantul” yang disusun untuk memenuhi salah satu tugas akhir pendidikan S1 Ilmu Keperawatan di STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta ini dengan baik.

Berbagai hambatan dan kesulitan telah penulis hadapi selama penyusunan skripsi ini, namun berkat karunia dan kasih-Nya, ketekunan, doa, usaha dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada:

1. dr. Edy Purwoko,Sp.B, selaku Ketua STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta. 2. Dwi Susanti, S. Kep.,Ns, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES

Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

3. Paulus Subiyanto, M.Kep.Sp.KMB,CH, sebagai pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Fajriyati Nur Azizah, S.Kep,Ns, sebagai pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Wenny Savitri, S.Kep.,Ns., MNS, selaku dewan penguji.

6. Seluruh staff Pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

7. Hadi Pranoto, SKM.MPH, selaku Kepala Puskesmas Sewon II Kabupaten Bantul. 8. Parto Wiji R selaku Kepala Dukuh Prancak Glondong, Panggungharjo, Bantul. 9. Kader di Dusun Prancak Glondong yang sudah banyak membantu dalam

penelitian ini.

(5)

vii

Sepenuhnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan sebagai perbaikan penulis dan modal dimasa yang akan datang.

Yogyakarta, Juni 2013

Penulis

(6)

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii

MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR ... . vi

DAFTAR ISI ... . viii

DAFTAR TABEL ... . x

DAFTAR GAMBAR ... . xi

DAFTAR LAMPIRAN ... . xii

INTRISARI... xiii ABSTRACT... xiv BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 4 C. Tujuan Penelitian ... 5 D. Manfaat Penelitian ... 5 E. Keaslian Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi ... 9

1. Pengertian Hipertensi ... 9

2. Klasifikasi Hipertensi ... 9

3. Tanda dan Gejala ... 10

4. Faktor-faktor Resiko Hipertensi ... 11

5. Patofisiologi Hipertensi ... 12

6. Komplikasi Hipertensi ... 14

7. Penatalaksanaan Hipertensi ... 15

8. Teknik Pengukuran Tekanan Darah ... 19

B. Emotional Freedom Technique ... 20

1. Sejarah EFT ... 20

2. Pengertian dan Tujuan EFT ... 20

3. EFT dan Sistem Energi Tubuh ... 21

4. Jenis-jenis Metode EFT ... 23

5. Tahap Pelaksanaan EFT ... 25

6. EFT dan Kedokteran ... 28

7. Mekanisme EFT dalam Penurunan Tekanan Darah ... 28

(7)

ix 9. Keunggulan EFT ... 29 C. Kerangka Teori... 31 D. Kerangka Konsep ... 32 E. Hipotesis Penelitian ... 32 BAB III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 33

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

C. Populasi dan Sempel Penelitian ... 34

D. Variabel Penelitian ... 36

E. Definisi Operasional... 36

F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ... 37

G. Analisis Data dan Model Statistik ... 40

H. Etika Penelitian ... 41

I. Pelaksanaan Penelitian ... 42

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 45

1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 45

2. Analisa Hasil Penelitian ... 46

B. Pembahasan ... 52

1. Karakteristik Responden ... 52

2. Tekanan Darah Sebelum Diberikan Intervensi ... 53

3. Tekanan Darah Sesudah Diberikan Intervensi ... 54

4. Pengaruh Emotional Freedom Technique ... 56

C. Keterbatasan Penelitian ... 58

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(8)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah ... 10 Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 37 Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan

Jenis Kelamin, Usia, dan Pekerjaan ... 46 Tabel 4.2 Rata-Rata Nilai Tekanan Darah Pre-Test dan Post-Test

Pada Kelompok Kontrol ... 47 Tabel 4.3 Rata-Rata Nilai Tekanan Darah Pre-Test dan Post-Test

pada Kelompok Intervensi ... 48 Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Penurunan Tekanan Darah

Pada Kelompok Intervensi Pre-Post Dan Kelompok

Kontrol Pre-Post ... 49 Tabel 4.5 Uji Pair-Samples T-Test Pengaruh Emotional Freedom

Technique Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Pada Kelompok Intervensi

Dan Kelompok Kontrol ... 50 Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Data Penurunan Tekanan Darah Pada

Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol ... 50 Tabel 4.7 Uji Homogenitas Data Penurunan Tekanan

Darah Pada Kelompok Intervensi Dan Kelompok

Kontrol ... 51 Tabel 4.8 Hasil Analisis Uji Independent T-Test pada Kelompok

(9)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ... 31 Gambar 2.2 Kerangka Konsep ... 32 Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 33

(10)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 2. Surat Permohonan Menjadi Responden Lampiran 3. Surat Persetujuan / Informed Consent Lampiran 4. Protokol Pengukuran Tekanan Darah

Lampiran 5. Protokol Pelaksanaan Emotional Freedom Technique Lampiran 6. Proses Kerja

Lampiran 7. Lembar Observasi

Lampiran 8. Gambar Titik Merdian Emotional Freedom Technique Lampiran 9. Surat Perizinan

Lampiran 10. Hasil Rekapan Data Responden Lampiran 11. Hasil Uji Normalitas Data Lampiran 12. Hasil Uji Paired T-Test Lampiran 13. Hasil Uji Independent T-Test

(11)

xiii

PENGARUH EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUES TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEWON II KABUPATEN BANTUL

Teti1, Paulus Subiyanto2, Fajriyati Nur Azizah3 INTISARI

Latar Belakang: Hipertensi adalah keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik adalah lebih dari 80 mmHg. Hipertensi yang tidak tertangani akan mengakibatkan komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner, penyempitan pada pembuluh darah, gagal ginjal, gagal jantung dan diabetes mellitus bahkan bisa menyebabkan kematian. Sehingga mencegah komplikasi tersebut dilakukan salah satunya terapi non farmakologi yaitu dengan menggunakan Emotional Freedom Technique.

Tujuan Penelitian: Mengetahui adakah pengaruh emotional freedom techniques terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu.. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah responden 30 orang yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok intervensi (n=15) dan kelompok kontrol (n=15). Intervensi dilakukan sebanyak 6 kali sesi pertemuan selama 2 minggu. Uji statistik yang digunakan adalah Paired T-Test dan Independent t-test dengan tingkat kemaknaan α=0,05.

Hasil penelitian: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penderita hipertensi pada kelompok intervensi memiliki nilai rerata posttest 21,33 mmHg lebih rendah daripada nilai pretest, sedangkan pada kelompok kontrol memiliki nilai rerata penurunan 7,33 mmHg dari nilai pretest. Hasil uji Paired Sampel t-test didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,005). Maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sedangkan menurut hasil uji Independent t-test diperoleh nilai t hitung = -6,212 (p = 0,000) dapat diambil kesimpulan ada perbedaan yang signifikan antara penurunan rata-rata tekanan darah antara kelompok intervensi emotional freedom technique dan kelompok kontrol. Kesimpulan: Emotional Freedom Technique memiliki pengaruh dalam penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol tanpa Emotional Freedom Technique.

Kata Kunci: Emotional Freedom Technique, Tekanan Darah, Hipertensi.

1. Mahasiswa PSIK STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2. Dosen AKPER Panti Rapih Yogyakarta

(12)

xiv

THE IMPACT OF EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUES FOR LOWERING BLOOD PRESSURE IN PATIENTS HYPERTENSION

IN THE WORKING PUSKESMAS SEWON II KABUPATEN BANTUL

Teti1, Paulus Subiyanto2, Fajriyati Nur Azizah3 ABSTRACT

Background: Hypertension is a condition when the systolic blood pressure over 120 mmHg and diastolic blood pressure was more than 80 mmHg. Untreated hypertension will lead to complications such as stroke, coronary heart disease, narrowing of blood vessels, kidney failure, heart failure and diabetes mellitus can even cause death. Thereby preventing these complications do one non-pharmacological therapy is by using the Emotional Freedom Technique.

Objective: Knowing there any influence of emotional freedom techniques to decrease blood pressure in people with hypertension.

Methods: This research was a quasi-experimental. Sampling using purposive sampling with the number of respondents 30 people were divided into two groups: an intervention group (n = 15) and control group (n = 15). Interventions carried 6 times for 2 week session. The statistical test used is Paired t-test and Independent t-test with significance level α = 0.05.

The results: The results of this study indicate that patients with hypertension in the intervention group had a mean value of 21.33 mmHg lower posttest than the pretest value, whereas in the control group had a mean value of 7.33 mmHg decrease from pretest value. Results Paired sample t-test obtained p value = 0.000 (p < 0.005). Then Ho is rejected and Ha accepted. Meanwhile, according to test results obtained by the Independent t-test t value = -6.212 (p = 0.000) can be concluded there is a significant difference between the decrease in average blood pressure between emotional freedom technique intervention group and the control group.

Conclusion: Emotional Freedom Technique has influence in lowering blood pressure in people with hypertension are significant compared with the control group without the Emotional Freedom Technique.

Keywords: Emotional Freedom Technique, Blood Pressure, Hypertension. --- 1. Students PSIK STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2. Lecturer in AKPER Panti Rapih Yogyakarta

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang perlu memerlukan perhatian karena dapat menyebabkan kematian yang utama di negara-negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah yang memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga bisa menyebabkan kerusakan lebih berat seperti stroke (terjadi pada otak dan berdampak pada kematian yang tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi kerusakan pembuluh darah jantung), serta penyempitan ventrikel kiri / bilik kiri (terjadi pada otot jantung). Selain penyakit tersebut, dapat pula menyebabkan gagal ginjal, penyakit pembuluh lain dan diabetes mellitus (Staessen, 2003). Tekanan darah tinggi atau hipertensi menurut Muttaqin (2009) adalah keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik adalah lebih dari 80 mmHg.

Penyakit ini dikategorikan sebagai “the silent killer” karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan dan pengontrolan secara teratur (rutin), maka hipertensi yang tidak tertangani akan mengakibatkan komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner, penyempitan pada pembuluh darah, gagal ginjal, gagal jantung dan diabetes mellitus bahkan bisa menyebabkan kematian (Wahdah, 2011). Menurut data hasil survey riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2007-2008, hanya sekitar 0,4% dari 31,7% kasus yang meminum obat hipertensi untuk pengobatan. Terdapat 76% kasus hipertensi di masyarakat yang diprediksi belum terdiagnosis. Di Indonesia, hipertensi kini telah berperan sebagai penyakit penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkolosis. Jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia (Syamsudin, 2011).

(14)

2

Berdasarkan laporan WHO (2002), diperkirakan penderita hipertensi di seluruh dunia berjumlah 600 juta orang, dengan 3 juta kematian setiap tahun. Prevalensi di Vietnam pada tahun 2004 mencapai 34,5% dan Singapura pada tahun 2004 adalah 24,9%. Di Amerika, prevalensi tahun 2005 adalah 21,7% dan diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi.

Penderita hipertensi di Indonesia prevalensinya juga terus terjadi peningkatan. Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2008, prevalensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi yaitu 89 per 1000 anggota keluarga, tahun 2009 sekitar 15-20% masyarakat Indonesia menderita hipertensi, prevalensi hipertensi pada laki-laki di Indonesia 13,6% dari populasi penduduk, bertambah menjadi 16,5% dari populasi penduduk, hipertensi pada perempuan dari 16,5% dari populasi penduduk menjadi 17,6% dari populasi penduduk (Depkes, 2010).

Menurut hasil survey Dinas Kesehatan Bantul, pada tahun 2010 penderita hipertensi di Puskesmas Sewon II adalah 498 orang dan tahun 2011 berjumlah 498 orang. Walaupun dalam setiap tahunnya tidak mengalami penurunan atau peningkatan angka penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Sewon II, tetapi menurut wawancara yang dilakukan kepada 5 orang pasien pengunjung, didapatkan bahwa tekanan darah tinggi menetap antara 130 - 170 mmHg, dan hasil wawancara tersebut 3 dari 5 orang menyebutkan peningkatan tekanan darah karena gaya hidup yang kurang sehat seperti makan makanan yang instan, diet kurang diatur dan jarang berolah raga, namun dari ke 5 orang pasien hipertensi yang di wawancari, kelimanya menyebutkan bahwa peningkatan tekanan darah yang mereka alami diakibatkan oleh permasalahan yang dihadapi sehari-hari seperti masalah ekonomi, biaya pendidikan anak dan pekerjaan.

Depkes RI pada tahun 2007 telah melakukan beberapa langkah untuk mengendalikan hipertensi, yaitu mendistribusikan buku pedoman hipertensi, melaksanakan advokasi dan sosialisasi, melaksanakan intensifikasi, akselerasi, dan inovasi program sesuai dengan kemajuan teknologi dan kondisi daerah setempat, mengembangkan sumber daya manusia dalam pengendalian

(15)

3

hipertensi, memperkuat jaringan kerja pengendalian hipertensi, antara lain dengan dibentuknya kelompok kerja pengendalian hipertensi, memperkuat logistik dan distribusi untuk deteksi dini faktor resiko penyakit jantung dan pembuluh darah termasuk hipertensi, meningkatkan surveilans epidemiologi dan sistem informasi pengendalian hipertensi, melaksanakan monitoring dan evaluasi, dan mengembangkan sistem pembiayaan pengendalian hipertensi. Banyak upaya yang dilakukan oleh Pemerintah tetapi prevalensi kejadian hipertensi di Indonesia terus mengalami peningkatan.

Penanganan hipertensi di Indonesia sebagian besar masih berfokus pada penanganan medis yang membutuhkan biaya pengobatan yang mahal dan membutuhkan waktu yang panjang. Selain itu penanganan medis mempunyai banyak efek bagi kesehatan, misalnya beta blocker mengakibatkan sulit tidur, kelelahan dan gangguan pencernaan, sedangkan penanganan hipertensi secara nonfarmakologi belum banyak diperkenalkan kepada para penderita hipertensi baik itu dimasyarakat maupun di rumah sakit (Wahdah, 2011).

Pengobatan secara farmakologi yaitu dengan cara menggunakan obat anti hipertensi, pada dasarnya menurunkan tekanan darah dengan cara mempengaruhi jantung atau pembuluh darah atau keduanya, contohnya penghambat adrenergik (β-bloker) dan diuretik. Penurunan berat badan, olah raga, mengurangi asupan garam / pengaturan diet makan, tidak merokok dan hindari stress merupakan rangkaian tatalaksana non farmakologi (Wahdah, 2011). Rangkaian tatalaksana non farmakologi yang lainnya yang telah terbukti dalam penurunan tekanan darah pada hipertensi seperti terapi relaksasi otot progresif, penelitian ini dilakukan oleh Murti (2011) dan relaksasi meditasi yang dilakukan oleh Sudiarto (2007), namun penggunaan Emotional Freedom Techniques sebagai tatalaksana pada non farmakologi dalam hal menurunkan tekanan darah masih dalam tahap perkembangan.

Emotional Freedom Technique (EFT) adalah suatu bentuk emosional dari akupuntur tanpa jarum, hanya mengetuk dengan dua jari untuk merangsang titik-titik meridian tubuh dari klien sambil klien “tune in” kepada masalahnya. EFT bertujuan untuk menyeimbangkan sistem energi tubuh yang tersumbat

(16)

4

yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap pikiran, prilaku dan emosi dengan metode tapping (ketuk) pada titik-titik tertentu pada tubuh (The AMT Yearbook, 2003). Ilmuan lain mendefinisikan EFT sebagai sebuah metode yang brilian namun sederhana untuk meredakan rasa sakit emosional. Metode ini secara klinis efektif dalam mengobati trauma, penyalahgunaan obat, panik, kecemasan, ketakutan, fobia, depresi ringan, dan gejala fisik yang berasal dari sumber-sumber emosional seperti sakit fisik, sakit kepala, kesulitan bernapas, tekanan darah tinggi dan banyak lagi (Steve, 2011).

Berdasarkan pengalaman peneliti pada saat praktek stase keluarga di masyarakat, peneliti memberikan terapi Emotional Freedom Technique pada pasien kelolaan dengan penderita hipertensi, dengan pemberian 4 kali sesi pertemuan selama 2 minggu, tekanan darah yang sebelumnya 180/100 mmHg turun menjadi 150/80 mmHg pada saat dilakukan pengukuran kembali setelah 4 kali pemberian Emotional Freedom Technique.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan pengaruh EFT terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. Hipertensi tersebut diharapkan dapat diturunkan dengan Emotional Freedom Techniques. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Sewon II khususnya daerah Glondong karena berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas, di wilayah tersebut ada sekitar 52 orang yang mengidap penyakit hipertensi dengan kategori hipertensi sedang dan berat di wilayah tersebut.

B. Perumusan Masalah

“Adakah Pengaruh Emotional Freedom Techniques Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sewon II Kabupaten Bantul?”

(17)

5

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adakah pengaruh emotional freedom techniques terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui karakteristik penderita hipertensi di Dusun Prancak Glondong, Panggungharjo, Bantul.

b. Diketahui rerata tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan pemberian terapi Emotional Freedom Techniques pada penderita hipertensi di kelompok intervensi.

c. Diketahui rerata tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan pengontrolan pada penderita hipertensi di kelompok kontrol.

d. Diketahui perbandingan selisih rerata tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian terapi Emotional Freedom Techniques pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pembaca, terutama bagi yang belajar dan bekerja di dunia kesehatan mengenai penanganan atau intervensi alternatif pada penderita hipertensi. Serta sebagai studi dan pengetahuan dimana data yang diperoleh dapat digunakan penelitian lebih lanjut, dalam mengetahui efikasi Emotional Freedom Techniques sebagai terapi non farmakologi dalam penurunan tekanan darah tinggi, sehingga biaya yang mahal, efek samping dalam penggunaan obat anti-hipertensi dan lamanya pengobatan dapat diminimalkan.

(18)

6

2. Bagi Ilmu Keperawatan

Emotional Freedom Techniques diharapkan mampu menjadi alternatif lain dalam manajemen penanganan hipertensi yang dapat diterapkan baik di dunia kesehatan termasuk di dunia keperawatan khususnya Keperawatan Medikal Bedah.

3. Bagi Puskesmas Sewon II

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan petugas Puskesmas Sewon II, serta dapat melatih para kader dan menyalurkan hasil penelitian tersebut melalui posyandu-posyandu lanisa yang ada di masyarakat.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini ingin melihat pengaruh Emotional Freedom Techniques pada penanggulangan penyakit Hipertensi pada Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sewon II Kabupaten Bantul. Beberapa penelitian yang terkait adalah:

1. Dinter & Church (2009) dalam Psychological Trauma in Veteran Using EFT (Emotional Freedom Techniques): A Randomized Controlled Trial. Penelitian ini untuk mengurangi PSTD dan kekembuhan psikologis pada veteran. Jumlah sampel yang digunakan adalah 9 orang, 4 orang sebagai kelompok intervensi dan 5 orang sebagai kelompok kontrol. Intervensi dilakukan selama 6 sesi, dengan 2 kali posttest. Posttest dilakukan pada sesi ketiga dan akhir sesi, yaitu sesi keenam. Pengukuran PTSD menggunakan PCL-M (Posttraumatic Stress Disosder Checklist – Military). Teknik pengambilan sampel menggunakan random sampling dan pengujian statistik menggunakan Posthoc Tukey Test. Hasil dari penelitian tersebut adalah rata-rata skor PTSD yang pertamanya 60 menjadi 38 setelah dilakukan terapi EFT 6 sesi.

(19)

7

Persamaan penelitian yang sekarang dengan penelitian sebelumnya adalah variabel bebasnya tentang Emotional Freedom Techniques. Intervensi dilakukan selama 6 kali sesi pertemuan.

Perbedaan penelitian ini sebelumnya variabel terikatnya adalah trauma pada veteran sedangkan pada penelitian sekarang variabel terikatnya adalah tekanan darah pada pasien hipertensi. Teknik pengambilan sampel sebelumnya menggunakan random sampling dan pengujian statistik menggunakan Posthoc Tukey Test sedangkan design penelitiannya selanjutnya menggunakan purposive sampling dan pengujian statistik yaitu uji t-test berpasangan.

2. Hidayati (2011) dalam penelitian Pengaruh Manajemen Cemas: Emotional Freedom Techniques (EFT) Terhadap Kecemasan Siswa dalam Menghadapi UAN Di SMA N 1 Pakem. Tujuan dari penelitian ini adalah bagaimana EFT mempengaruhi kecemasan siswa dalam menghadapi UAN pada siswa SMA. Metode penelitian menggunakan quasi eksperimen. Jumlah sampel yang digunakan adalah 28 siswa, 14 orang sebagai kelompok intervensi dan 14 orang lainnya sebagai kelompok kontrol. Pengukuran kecemasan menggunakan PHCC Anxiety Test. Kelompok intervensi mendapatkan 3 kali sesi terapi EFT, sedangkan kelompok kontrol tidak mendapat terapi. Berdasarkan penelitian sebanyak 58,4% mengalami cemas ringan sedang dan 0,7% mengalami cemas sedang berat dari 137 siswa saat skrining cemas. Hasil uji t-test berpasangan 95%, taraf kesalahan (α) 0,05 didapatkan hasil nilai p = 0,046 (p < 0,05). Maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sedangkan menurut uji t-test independen, nilai p = 0,000 (p < 0,05), maka rerata nilai cemas kelompok intervensi secara signifikan lebih rendah daripada kelompok kontrol.

Persamaan penelitian yang sekarang dengan penelitian sebelumnya adalah pada variabel bebasnya yaitu EFT. Hasil penelitian menggunakan uji Paired Sample T-Test. Perbedaannnya pada variabel terikatnya yaitu pada penelitian sebelumnya mengukur kecemasan pada siswa SMA, sedangkan

(20)

8

pada penelitian selanjutnya mengukur tekanan darah pada penderita hipertensi.

3. Murti., Ismonah., Wulandari (2011) dalam penelitian Perbedaan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Esensial Sebelum Dan Sesudah Pemberian Relaksai Otot Progresif Di RSUD Tugurejo Semarang. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian terapi relaksasi otot progresif pada pasien hipertensi Esensial di RSUD Tugurejo Semarang. Desain penelitian ini adalah penelitian pra eksperimental menggunakan rancangan one group pre-post tes design dengan jumlah sampel ada 18 orang dengan teknik quota sampling. Hasil penelitian menggunakan uji Paired Sample T-test menunjukkan p-value 0,000 atau < 0,05 maka dapat disimpulkan ada perbedaan tekanan darah pada pasien hipertensi esensial sebelum dan sesudah pemberian relaksasi otot progresif di RSUD Tugurejo Semarang.

Persamaan dari penelitian ini adalah melihat perbedaan tekanan darah pada pasien hipertensi. Hasil penelitian menggunakan uji Paired Sample T-test. Perbedaannya pada variabel bebasnya yaitu pada penelitian sebelumnya menggunakan relaksasi otot progresif sedangkan pada penelitian selanjutnya menggunakan emotional freedom technique dan teknik pengambilan sampelnya, pada penelitian sebelumnya menggunakan quota sampling sedangkan pada penelitian selanjutnya menggunakan purposive sampling.

(21)

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian

Puskesmas Sewon II terletak di Dusun Tarudan, Desa Bangunharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul. Jarak Puskesmas Sewon II dengan Ibukota Kecamatan kurang lebih 0,5 km, jarak dengan Ibukota Kabupaten kurang lebih 8 km, sedangkan dengan Ibukota Provinsi kurang lebih 3 km. Untuk menjangkau Puskesmas Sewon II relatif lebih mudah, karena transportasi dan jalan sudah baik.

Luas wilayah kerja Puskesmas Sewon II kurang lebih 1240 Ha. Wilayah kerja Puskesmas Sewon II meliputi 2 desa, yaitu desa Bangunharjo dan desa Panggungharjo, yang secara keseluruhan terdiri dari 31 dusun. Batas wilayah kerja Puskesmas Sewon II Bantul adalah: sebelah utara : Kota Yogyakarta, sebelah selatan : Desa Timbulharjo sebelah timur : Tamanan dan sebelah barat : Kasihan.

Desa Prancak Glondong adalah salah satu wilayah kerja Puskesmas Sewon II Kabupaten bantul. Desa Prancak Glondong ini terletak di Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Luas dari desa ini 64,4276 ha. Kampus ISI Yogyakarta, Akademi Kebidanan Yogyakarta, dan juga lapangan yang sering digunakan untuk bermain olahraga ini juga termasuk daerah Panggungharjo. Desa Prancak Glondong terbagi beberapa wilayah yaitu RT 01 yaitu Sewon Asri, RT 02 yaitu Sewon Indah, RT 03 dan 04 yaitu Prancak Dukuh, RT 05, 06 dan 07 yaitu Prancak Glondong dan RT 08 yaitu Jetis. Jumlah penduduk di dusun Prancak Glondong sekitar 682 kepala keluarga dan sebagian besar bermata pencaharian menjadi buruh tidak tetap, sebagian lagi bermata pencaharian sebagai wiraswasta dan PNS.

(22)

46

2. Analisa Hasil Penelitian a. Analisa Univariat

1) Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil yang mengenai gambaran karakteristik responden, yang terdapat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, dan Pekerjaan di Dusun Prancak Glondong pada tanggal 8 -22

Juli 2013 (n=30)

Karakteristik Jumlah (f) Presentase (%) a. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 13 17 43,3 56,7 b. Usia (tahun) 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 – 65 0 2 5 3 5 7 8 0 6,7 16,7 10 16,7 23,3 26,7 c. Pekerjaan Wiraswasta IRT PNS Buruh Pensiunan 7 9 5 8 1 23,3 30 16,7 26,7 3,3 Sumber: Data Primer

Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa responden yang diambil dalam penelitian ini yaitu sebanyak 30 orang dengan jumlah responden yang berjenis kelamin wanita sebanyak 17 orang dan responden pria sebanyak 13 orang. Usia responden terbanyak dalam penelitian ini yaitu usia 60 - 65 tahun dengan presentase 26,7%. Pekerjaan responden terbanyak dalam penelitian ini adalah IRT dengan presentase 30%.

(23)

47

2) Rata-rata Hasil Pengukuran Tekanan Darah Pre-Test dan Post-Test pada Kelompok Kontrol

Tabel 4.2. Rata-Rata Nilai Tekanan Darah Pre-Test dan Post-Test pada Kelompok Kontrol Penderita Hipertensi di Dusun Prancak

Glondong, Panggungharjo, Bantul pada Juli 2013 N Mean Std. Dev Min Max Rerata Tekanan Darah

Sistolik pre-test

15 150,67 8,84 140 160 Rerata Tekanan Darah

Sistolik post-test

15 143,33 8,99 130 160 Selisih Rerata Tekanan

Darah

15 7,33 6,39 130 160

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata nilai tekanan darah pada kelompok kontrol saat pre test adalah 150,67 mmHg dan pada saat post test adalah 143,33 mmHg. Pada saat dilakukan pengukuran tekanan darah menggunakan sphygmomanometer dan stethoscope, memiliki nilai tekanan darah tertinggi pada saat pre test 160 mmHg dan terendah adalah 140 mmHg, sedangkan nilai tertinggi pada saat post test adalah 160 mmHg dan terendah post test yaitu 130 mmHg pada kelompok kontrol.

Selisih rata-rata nilai tekanan darah pretest dan posttest pada kelompok kontrol yaitu 7,33 mmHg, yaitu artinya nilai tekanan darah posttest pada kelompok kontrol mengalami penurunan daripada tekanan darah pretest pada kelompok kontrol.

3) Rata-rata Hasil Pengukuran Tekanan Darah Pre-Test dan Post-Test pada Kelompok Intervensi

(24)

48

Tabel 4.3 Rata-Rata Nilai Tekanan Darah Pre-Test dan Post-Test pada Kelompok Intervensi Penderita Hipertensi di Dusun

Prancak Glondong, Panggungharjo, Bantul pada Juli 2013 N Mean Std. Dev Min Max Rerata Tekanan Darah

Sistolik pre-test

15 152,00 8,62 140 160 Rerata Tekanan Darah

Sistolik post-test

15 130,67 5,94 120 140 Selisih Rerata Tekanan

Darah

15 21,33 5,94 120 140 Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa rata-rata nilai tekanan darah pada kelompok intervensi saat pre test adalah 152,00 mmHg dan pada saat post test adalah 130,67 mmHg. Pada saat dilakukan pengukuran tekanan darah menggunakan sphygmomanometer dan stethoscope, memiliki nilai tekanan darah tertinggi pada saat pre test 160 mmHg dan terendah adalah 140 mmHg, sedangkan nilai tertinggi pada saat post test adalah 140 mmHg dan terendah post test yaitu 120 mmHg pada kelompok intervensi.

Selisih rata-rata nilai tekanan darah pretest dan posttest pada kelompok intervensi yaitu 21,33 mmHg, yaitu artinya nilai tekanan darah posttest pada kelompok intervensi mengalami penurunan daripada tekanan darah pretest pada kelompok intervensi.

b. Analisa Bivariat

Analisa ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yaitu intervensi Emotional Freedom Technique dan tidak diberikan Emotional Freedom Technique terhadap variabel terikat yaitu penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.

Uji stastitik yang digunakan adalah t-test berpasangan/Pair-Samples t-test untuk mengetahui analisa hasil pre-test dan hasil post-test dari penurunan tekanan darah setelah 2 minggu dilakukan pada masing-masing kelompok. Uji Independent t-test digunakan untuk

(25)

49

melihat perbedaan penurunan tekanan darah pada kelompok intervensi dan kontrol. Tingkat kemaknaan menggunakan p value <0,05 pada interval kepercayaan 95%.

1) Uji Komparatif Berpasangan 2 Kelompok

Sebelum dilakukan uji statistik, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data guna menentukan jenis statistik yang digunakan apakah parametrik atau non parametrik.

a) Hasil Uji Normalitas Data Nilai Tekanan Darah Pretest dan Posttest pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi.

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Tekanan Darah Pada Kelompok Intervensi Pre-Post Dan

Kelompok Kontrol Pre-Post

Mean Std. Dev Kolmogorov-Smirnov Z Sig (2-tailed) Intervensi Pre Intervensi Post Kontrol Pre Kontrol Post 152,00 130,67 150,67 143,33 8,62 5,94 8,84 8,99 1,123 1,335 0,986 1,205 0,160 0,057 0,285 0,110

Hasil uji normalitas data penurunan rata-rata tekanan darah sistolik pada intervensi pre dan intervensi post serta kontrol pre dan kontrol post didapatkan nilai p value >0,05, berarti data berdistribusi normal. Berdasarkan uji normalitas di atas, maka uji pengaruh emotional freedom technique terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi menggunakan t-test berpasangan/Paired-Samples t-Test.

Hasil dari t-test berpasangan/Paired-Samples t-test pengaruh emotional freedom technique terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi disajikan pada tabel berikut.

(26)

50

Tabel 4.5 Uji Paired-Samples t-test Pengaruh Emotional Freedom Technique Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi

Pada Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol

Pasangan N Mean ± SD t Sig

(2-tailed) Ket Intervensi Kontrol 15 15 Pre-test 152,00 ± 8,62 Post-test 130,67 ± 5,94 Pre-test 150,67 ± 8,84 Post-test 143,33 ± 8,99 12,911 4,785 ,000 ,000 Bermakna Bermakna Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.5 Hasil t-test berpasangan/Pair-Samples t-test, perbedaan tekanan darah sistolik pada kelompok intervensi diperoleh p value (0,000) <0,05, artinya ada perbedaan yang signifikan terhadap penurunan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah diberikan emotional freedom technique pada penderita hipertensi dengan perbedaan sebesar 21,33 mmHg. Sedangkan hasil t-test berpasangan/Pair-Samples t-test, perbedaan tekanan darah sistolik pada kelompok kontrol diperoleh p value (0,000) <0,05, artinya ada perbedaan terhadap penurunan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah dilakukan pengontrolan pada pasien hipertensi dengan perbedaan sebesar 7,33 mmHg.

2) Uji Komparatif Tidak Berpasangan 2 Kelompok

Sebelum dilakukan uji statistik, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data guna menentukan jenis statistik yang digunakan apakah parametrik atau non parametrik.

a) Hasil Uji Normalitas Data Penurunan Tekanan Darah pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi.

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Data Penurunan Tekanan Darah Pada Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol

Mean Std. Dev Kolmogorov-Smirnov Z Sig. (2-tailed) Penurunan Tekanan Darah Sistolik 14,33 9,35 1,160 0,136

(27)

51

Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Data Penurunan Tekanan Darah Pada Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol Kelompok Mean Std. Dev Levene’s Test t-test

F Sig t hitung Sig Intervensi Kontrol 21,33 mmHg 7,33 mmHg 5,94 6,39 0,039 0,846 -6,212 0,000

Berdasarkan tabel 4.6 Hasil uji normalitas data penurunan tekanan darah sistolik pada intervensi dan kontrol didapatkan nilai p value >0,05, berarti data berdistribusi normal. Berdasarkan tabel 4.7 uji homogenitas menunjukkan bahwa nilai Leven’s test diperoleh nilai p value 0,846 yang artinya lebih besar 0,05 yang berarti variabel pada dua kelompok tersebut memiliki varians yang sama, maka uji perbandingan selisih tekanan darah pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol menggunakan Uji Independent t-test

Hasil dari uji Independent t-test terhadap perbandingan selisih tekanan darah pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.8 Uji Independent t-test Perbandingkan Selisih Tekanan Darah Pada Kelompok Kontrol Dan Kelompok Intervensi

Emotional Freedom Technique Perlakuan N Mean Std. Dev t Hitung Sig. (2-tailed) Selisih Nilai Tekanan Darah Dilakukan EFT 15 21,33 5,94 -6,212 .000 Tidak dilakukan EFT 15 7,33 6,39

Berdasarkan tabel 4.8 Hasil uji Independent t-test, menunjukkan rata-rata (Mean) selisih tekanan darah sistolik pada kelompok intervensi adalah sebesar 21,33 mmHg dan pada kelompok kontrol adalah sebesar 7,33 mmHg. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada

(28)

52

kelompok intervensi diperoleh rata-rata nilai penurunan tekanan darah posttest sebanyak 21,33 mmHg lebih rendah daripada saat nilai pretest dan pada kelompok kontrol diperoleh rata-rata nilai penurunan tekanan darah sebanyak 7,33 mmHg lebih rendah daripada rata-rata saat nilai pretest.

Hasil uji Independent t-test diperoleh nilai signifikansinya 0,000. Hal ini berarti bahwa nilai p value <0,05 dan dapat diambil kesimpulan ada perbedaan yang signifikan antara penurunan rata-rata tekanan darah antara kelompok intervensi emotional freedom technique dan kelompok kontrol.

B. Pembahasan 1. Karakteristik Responden

Hasil penelitian terhadap jenis kelamin responden menunjukkan sebagian besar penderita hipertensi dusun Prancak Glondong berjenis kelamin perempuan sebanyak 17 orang (56,7%). Pada kelompok intervensi yang berjenis kelamin perempuan ada 8 orang dan berjenis kelamin laki-laki ada 7 orang sedangkan pada kelompok kontrol yang berjenis kelamin perempuan ada 9 orang dan laki-laki ada 6 orang. Menurut Depkes (2010), jenis kelamin sangat erat kaitnya terhadap hipertensi. Pada masa muda dan paruh baya, hipertensi lebih banyak terjadi pada laki-laki dan pada umur di atas 55 tahun banyak terjadi pada wanita, terutama ketika seorang wanita mengalami menopause.

Umur pasien yang terdiagnosis hipertensi di Dusun Prancak Glondong sebagian besar berumur 60 -65 tahun sebanyak 8 orang (26,7%). Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi. Walaupun penuaan tidak selalu memicu hipertensi, tekanan darah tinggi biasanya terjadi pada usia lebih tua. Pada usia antara 30 dan 65 tahun, tekanan sistolik meningkat rata-rata sebanyak 20 mmHg dan terus meningkat setelah usia

(29)

53

70 tahun (Casey & Benson, 2012). Penyakit ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada orang yang berusia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur (Mary & Siswandi, 2008).

Pekerjaan responden yang terbanyak pada penelitian ini adalah IRT yaitu 30%. Seseorang yang mempunyai pekerjaan berat , sering lembur dan kurang istirahat sangat berisiko terkena hipertensi sedangkan responden yang tidak bekerja (ibu rumah tangga), mereka lebih cenderung dipengaruhi pola makan yang kurang tepat dan kurangnya aktifitas terutama olahraga (Fortuna, 2011).

Menurut Purwanto (2009), perempuan yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga beresiko lebih tinggi menderita hipertensi dibandingkan perempuan yang bekerja. Hal ini disebabkan oleh kurangnya aktivitas yang dilakukan ibu rumah tangga, dimana kebanyakan hanya berdiam diri di rumah. Selain itu, ibu yang bekerja lebih aktif daripada ibu yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga. Individu yang aktivitasnya rendah beresiko terkena hipertensi 30-50% dari individu yang aktif.

Seseorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stress tinggi sangat mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang yang kurang olahraga pun bisa mengalami tekanan darah tinggi selain itu orang yang mempunyai pekerjaan berat. Rendahnya aktifitas dan olahraga serta diet atau pola makan yang salah mengakibatkan asupan kalori yang masuk ke tubuh jauh lebih besar daripada yang digunakan untuk beraktifitas sehingga dapat menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi (Susilo, 2011).

2. Tekanan Darah Sebelum Diberikan Intervensi.

Hasil penelitian ini menunjukan rata-rata tekanan darah sistolik pretest penderita hipertensi pada kelompok intervensi adalah sebesar 152 mmHg.

(30)

54

Sedangkan rata-rata tekanan darah sistolik pretest pada penderita hipertensi di kelompok kontrol adalah sebesar 150 mmHg.

Tekanan darah darah tinggi atau hipertensi menurut Muttaqin (2009) adalah keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik adalah lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah. Faktor-faktor resiko hipertensi meliputi usia (Casey & Benson, 2012), jenis kelamin (Depkes, 2010), riwayat keluarga (Adib, 2009), komsumsi garam (Salma, 2009), merokok (Muhammadun, 2010), stress (Muhammadun, 2010). Pengobatan awal pada hipertensi sangatlah penting karena dapat mencegah timbulnya komplikasi pada beberapa organ tubuh seperti jantung, ginjal dan otak. Penyelidikan epidomologis membuktikan bahwa tingginya tekanan darah berhubungan erat dengan morbiditas dan mortilitas penyakit kardiovaskuler.

3. Tekanan Darah Sesudah Diberikan Intervensi

Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata tekanan darah sebelum dilakukan intervensi adalah 152 mmHg menjadi 130,67 mmHg. Setelah diberikan intervensi sebanyak 6 sesi selama 2 minggu, penurunan rata- rata tekanan darah sistolik pada penderita hipertensi di kelompok intervensi adalah sebesar 21,33 mmHg.

Sedangkan rata-rata tekanan darah sebelum dilakukan pengontrolan adalah 150 mmHg menjadi 143,33 mmHg. Setelah dilakukan pengontrolan sebanyak 6 sesi pertemuan selama 2 minggu, penurunan rata-rata tekanan darah sistolik sesudah dilakukan pengontrolan pada penderita hipertensi di kelompok kontrol adalah sebesar 7,33 mmHg.

Tekanan darah setelah intervensi Emotional Freedom Technique menunjukkan perubahan berupa penurunan tekanan darah sistolik karena pada saat penekanan pada titik-titik meridian EFT, terjadi pengiriman implus atau rangsangan di daerah sistem limbik yang berada di

(31)

55

hipotalamus, terjadi pelepasan hormon met-enfekalin, dinorfin, dan β-endorfin. Ketiga hormon tersebut menstimulasi reseptor opioid. Sehingga, hal ini serupa dengan latihan fisik yang dilakukan untuk menstimulasi peptide-peptide opioid endogen yang bertanggung jawab terhadap pengalaman sensasi perasaan nyaman. Apabila kondisi fisiknya sudah rileks, maka kondisi psikisnya juga tenang (Lichstein, 1993 dalam Purwanto, 2006). Selanjutnya, hipotalamus akan mengaktifkan sistem saraf parasimpatik untuk merangsang vasodilatasi pembuluh darah dan menekan kerja saraf simpatis dengan cara menghambat respon stres saraf simpatis dan menekan produksi renin di ginjal yang menyebabkan penurunan tekanan darah (Corwin, 2009). Sedangkan penurunan darah pada kelompok kontrol disebabkan oleh perubahan pola hidup responden dengan pembatasan asupan garam, menjaga kondisi tubuh agar tetap rileks dan efek dari mengkomsumsi obat anti hipertensi (Adib, 2009).

Peningkatan tekanan darah juga bisa disebabkan karena oleh faktor psikologis, emosional, ansietas, depresi dan faktor psikososial, dari beberapa faktor pencetus yang dapat meningkatkan tekanan darah tersebut, dapat di atasi dengan menggunakan terapi Emotional Freedom Technique. Metode ini secara klinis efektif dalam mengobati trauma, penyalahgunaan, panik, kecemasan, ketakutan, fobia, depresi ringan, dan gejala fisik yang berasal dari sumber-sumber emosional seperti sakit fisik, sakit kepala, kesulitan bernapas, tekanan darah tinggi dan banyak lagi (Steve, 2011).

EFT bertujuan untuk menyeimbangkan sistem energi tubuh yang tersumbat yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap pikiran, prilaku dan emosi dengan metode tapping (ketuk) pada titik-titik tertentu pada tubuh (The AMT Yearbook, 2003). Teknik ini untuk menyimbangkan sistem energi tubuh sehingga tubuh mengalami respon relaksasi yang menyebabkan kondisi fisik menjadi rileks maka kondisi psikisnya juga menjadi tenang.

(32)

56

4. Pengaruh Emotional Freedom Technique Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi.

Hasil uji statistik menunjukkan penurunan rata-rata tekanan darah pada kelompok intervensi lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Penurunan tekanan darah pada kelompok intervensi karena adanya pengaruh Emotional Freedom Technique yang signifikan dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Waktu pemberian intervensi Emotional Freedom Technique juga harus diperhatikan karena intervensi yang dilakukan dengan teratur secara berturut-turut mempunyai penurunan tekanan darah yang lebih banyak dibandingkan dengan pemberian yang tidak teratur. Sedangkan penurunan tekanan darah pada kelompok kontrol disebabkan oleh perubahan pola hidup responden dengan pembatasan asupan garam, menjaga kondisi tubuh agar tetap rileks dan efek dari mengkomsumsi obat anti hipertensi (Adib, 2009).

Emotional Freedom Technique (EFT) adalah suatu bentuk emosional dari akupuntur tanpa jarum, hanya mengetuk dengan dua jari untuk merangsang titik-titik meridian tubuh dari klien sambil klien “tune in” kepada masalahnya sehingga terjadi respon relaksasi Selanjutnya, hipotalamus akan mengaktifkan sistem saraf parasimpatik untuk merangsang vasodilatasi pembuluh darah dan menekan kerja saraf simpatis dengan cara menghambat respon stres saraf simpatis dan menekan produksi renin di ginjal yang menyebabkan penurunan tekanan darah (Corwin, 2009).

Hal ini sesuai pendapat Steve (2011), bahwa Emotional Freedom Technique akan membuat seseorang merasakan respon relaksasi dan menjadi rileks, sehingga tekanan darah pada pasien hipertensi dapat diturunkan. Terganggunya sistem energi tubuh inilah yang sebenarnya secara langsung menyebabkan gangguan emosi. Ketika seseorang dalam kondisi tenang dan rileks, aliran energi meridian dalam tubuh pun mengalir tenang. Berbagai kondisi seperti marah, sedih, kecewa, stress, panik dan takut berjalan pada sistem yang sama dengan energi tersebut.

(33)

57

Bila aliran energi tersebut terganggu atau tersumbat dapat mengakibatkan terhentinya pusat ketenangan dari pikiran dan emosi. Hal ini menyebabkan pikiran dan emosi negatif muncul (The AMT Yearbook, 2003).

Hasil penelitian ini sesuai dengan Hidayati (2011) yang menunjukan bahwa pengaruh Emotional Freedom Technique terhadap kecemasan siswa dalam menghadapi UAN di SMA N 1 Pakem terdapat perbedaan yang signifikan dalam penurunan kecemasan pada siswa dalam menghadapi UAN. Kecemasan dan stress dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah, apabila kecemasan dan stress dapat hilangkan tekanan darah pun dapat diturunkan.

Manajemen hipertensi yang sudah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya yaitu menggunakan terapi relaksasi otot progresif, relaksasi benson dan relaksasi imajinasi terbimbing serta masih banyak lagi penelitian yang lainnya dalam penangganan hipertensi.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan penurunan rata-rata tekanan darah pada pasien hipertensi dengan terapi Emotional Freedom Technique jauh lebih banyak yaitu 21,33 mmHg dibandingakan dengan penelitian yang dilakukan oleh Murti (2011) yang menunjukkan penurunan rata-rata tekanan darah pada pasien hipertensi setelah diberikan relaksasi otot progresif yaitu sebanyak 9,30 mmHg dan hasil penelitian lain juga yang dilakukan oleh Purwanti (2011), yang menunjukkan penurunan rata-rata tekanan darah pada pasien hipertensi setelah dilakukan terapi relaksasi Benson yaitu sebanyak 9,02 mmHg.

(34)

58

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki berbagai keterbatasan yang mengakibatkan hasilnya belum sesuai dengan yang diharapkan. Keterbatasan tersebut meliputi:

1. Kesulitan Penelitian

a. Jarak rumah setiap responden yang cukup berjauhan sehingga waktu yang dibutuhkan untuk pengambilan data lebih lama.

b. Terdapat beberapa responden yang mengalami kejenuhan dalam menjalankan terapi, sehingga peneliti harus terus memotivasi responden untuk menekan tingkat kejenuhan responden agar responden tetap ingin mengikuti terapi yang diberikan.

c. Beberapa responden tidak memenuhi jadwal yang telah disepakati karena adanya aktifitas tertentu yang tidak direncanakan sebelumnya sehingga peneliti harus mencarikan jadwal pengganti untuk responden tersebut.

2. Kelemahan Peneliti

a. Peneliti belum mengendalikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi tekanan darah yaitu obesitas, riwayat keluarga, merokok dan faktor etnik.

b. Penelitian ini tidak mempertimbangkan perbedaan lamanya responden mengalami penyakit hipertensi, yang memungkinkan perbedaan respon dalam penurunan tekanan darah.

c. Pemberian intervensi Emotional freedom Technique pada setiap responden berbeda-beda, ada yang dilakukan setiap hari berturut-turut dan ada yang dilakukan secara tidak teratur, sehingga mempengaruhi hasil data yang diperoleh.

(35)

59

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Karakteristik responden dalam penelitian ini, jenis kelamin terbanyak adalah wanita dengan jumlah 17 orang (56,7%). Usia responden terbanyak dalam penelitian ini yaitu berumur 60 – 65 tahun dengan presentase 26,7%. Pekerjaan responden terbanyak dalam penelitian ini adalah IRT dengan presentase 30%.

2. Terdapat penurunan rata-rata tekanan darah sebanyak 21,33 mmHg pada kelompok intervensi.

3. Terdapat penurunan rata-rata tekanan darah sebanyak 7,33 mmHg pada kelompok kontrol.

4. Ada perbedaan yang signifikan antara penurunan rata-rata tekanan darah antara kelompok intervensi emotional freedom technique dan kelompok kontrol dengan nilai p value 0,000 (p < 0,05).

5. Ada pengaruh Emotional Freedom Technique terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.

(36)

60

B. Saran

Berdasarkan hasil, pembahasan dan kesimpulan penelitian tentang pengaruh Emotional Freedom Technique terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi, beberapa saran yang diajukan sebagai bahan pertimbangan adalah:

1. Bagi Ilmu Keperawatan

Untuk institusi pendidikan di bidang keperawatan, dapat memasukkan atau mengajarkan kepada mahasiswa tentang terapi Emotional Freedom Technique ini sebagai salah satu terapi komplementer dan untuk perawat dapat membantu implementasi Emotional Freedom Technique di masyarakat.

2. Bagi Puskesmas Sewon II

Membantu sosialisasi dan implementasi Emotional Freedom Technique pada masyarakat sebagai terapi komplementer melalui tenaga kesehatan yang berwenang.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti yang akan datang yang berminat untuk mendalami dan mengembangkan terapi Emotional Freedom Technique terhadap penurunan tekanan darah hendaknya mempertimbangkan dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi tekanan darah yaitu obesitas, riwayat keluarga, merokok dan faktor etnik, serta memperhatikan waktu pemberian intervensi Emotional Freedom Technique harus dengan teratur secara berturut-turut.

(37)

1

DAFTAR PUSTAKA

Adib. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan Stroke. Yogyakarta: Dianloka Pustaka.

Agoes, A. (2010). Penyakit Di Usia Tua. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC). Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI.

Jakarta: Rineka Cipta.

Asmadi. (2008). Tekhnik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.

Casey, A. & Benson, H. (2012). Menurunkan Tekanan Darah. Diterjemahkan oleh: Nirmala Devi. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Dinter, I. & Church, D. (2009). Psychological Trauma in Veteran Using EFT (Emotional Freedom Technique): A Randomized Controlled Trial. Foundation for Epigenetic Medicine. 442(3): 1-7.

Corwin, E.J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Depkes RI. (2007). Simposium Dimensi Baru Penatalaksanaan Hipertensi. Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran.

. (2010). Menyokong Penuh Penanggulangan Hipertensi. Jakarta: Intimedia.

Filshie & Thompson. (2008). Oxford Texbook of Palliative Medicine. Diakses di http://jevuska.googlepages.com/AKUPUNTUR.doc pada tanggal 19 Febuari 2013.

Fortuna, A.D. (2011). Pengaruh Konseling Terhadap Pengetahuan, Sikap Dan Kepatuhan Dalam Menjalankan Diet Pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan Di

Puskesmas Kedungkandang Kota Malang.

http://fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/gizi/ASA%20DEWI%20FORTUNA.pdf Diakses 2 Agustus 2013.

Frisch, N.C & Frisch, L.E. (2006). Psychiatric Mental Health Nursing. 3rd Ed. Clifton Park NY : Thomson.

Hidayat, A.A. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.

(38)

2

Hidayati, N.O. (2009). Pengaruh Emational Freedom Technique (EFT) Terhadap Peningkatan Harga Diri Narapidana Perempuan Di Lembaga Permasyarakatan Kelas IIA Bogor. Tesis : Falkutas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Jakarta : Jakarta.

Hidayati, N.R. (2011). Pengaruh Manajemen Cemas: Emotoinal Freedom Technique (EFT) Terhadap Kecemasan Siswa Dalam Menghadapi UAN SMA N 1 Pakem. Skripsi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta : Yogyakarta.

Mary, B. & Siswandi, Y. (2008). Klien Gangguan Kardiovaskular “Seri Asuhan Keperawatan”. Jakarta: Kedokteran EGC.

Muhammadun. (2010). Hidup Bersama Hipertensi. Yogyakarta : In-Books.

Murti, T., Ismonah & Wulandari, M. (2011). Perbedaan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Esensial Sebelum Dan Sesudah Pemberian Relaksasi Otot Progresif Di

RSUD Tugurejo Semarang.

http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/view/78. Diakses 24 April 2013.

Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

. . (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Purnomo, H. (2009). Pencegahan Dan Pengobatan Penyakit Yang Paling Mematikan. Yogyakarta. Buana Pustaka.

Purwanto, S. (2006). Relaksasi dzikir. Jurnal psikologi Universitas Muhammadiyah Semarang. 18(1). 6-48.

Ruhyanudin, F. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular. Malang: Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang (UPT). Salma, E. (2009). Panduan Hidup Sehat. Yogyakarta: Araska.

(39)

3

Staessen, A., Jan, J.W., Giuseppe, B., Willem, H., Birkenhager. Essential Hypertension. The Lancet, 2003: 1629 – 1635.

Steve, B. (2011). An Introduction to Emotional Freedom Techniques (EFT). 3rd Ed. Clifton Park NY : Thomson.

Sudiarto., Rahayu, W & Taat, S. (2007). Pengaruh Terapi Relaksasi Meditasi Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Wilayah Binaan Rumah Sakit Emanuel Klompok Banjarnegara. The Soedirman Journal of Nursing. 2(3):1-9.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sumantri, A. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Prenada Media. Susilo, Y. (2011). Cara Jitu Mengatasi Darah Tinggi (Hipertensi). Yogyakarta:Andi. Suzanne C.S & Brenda G.B. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah

Brunner & Suddarth edisi 8 vol 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC). Syamsudin. (2011). Buku Ajar Farmakoterapi Kardiovaskular Dan Renal. Jakarta:

Salemba Medika.

The AMT Yearbook. (2003) . The Association for Meridian Energy Therapies. Eastbourne : Dragon Rising.

Udjianti, W.J. (2010). Keperawatan Kardiovakular. Jakarta: Salemba Medika.

Vangsapalo, D. (2010). Emotional Freedom Technique (EFT) Terapi Modern yang Mengubah Hidup Anda. Tangerang : Quantum Success Training and Coaching. Wahdah, N. (2011). Menaklukan Hipertensi & Diabetes. Yogyakarta: MultiPress. Yogiantoro, M. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V Jilid II. Jakarta:

InternaPublishing.

Zainuddin, F.A. (2008). Spiritual Emotional Freedom Technique : Cara Tercepat Dan Termudah Dalam Mengatasi Masalah Fisik Dan Emosi. Edisi Revisi. Jakarta : Arga Publishing.

Zainuddin, F.A. (2009). SEFT for Healing, Success, Happiness, Greatness. Jakarta: Afzan Publishing.

(40)

4

Zaki, M. (2012). 5 Terapi Sehat “Terapi Bekam, Mata, Kiropraktik, Refleksi, Super Emotional Freedom Technique (SEFT)”. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari itu dalam tugas matakuliah teknologi pembelajaran saya merancang alat peraga edukatif sederhana dari bahan bahan bekas dengan nama LAGA ASIA (aLAt

[r]

Dari kekuatan tarik tersebut digunakan untuk mencari beban awal pada pengujian kelelahan yang dimana beban tersebut jauh di bawah 70% sehingga tidak dapat

Berdasarkan hasil analisis interaksi antara metode eksperimen dan demonstrasi dengan kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa menggunakan

Timur lokasi prospeksi yang dipilih adalah Kambaratu dan sekitarnya yang secara admin- istratif berada di wilayah Kecamatan Haharu dan Kecamatan Lewa, Kabupaten Sumba Timur

Jadi kualitas (mutu) pembelajaran dapat diartikan dengan kualitas ataupun keunggulan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru, ditandai dengan kualitas atau

Dalam jaringan hewan, lemak terutama tersusun dalam jaringan adipose, sedangkan otot, jaringan syaraf dan kelenjar mengandung lemak dalam jumlah relatif kecil dan lebih

Gohonzon 37 symboloi SGI:n uskonharjoituksen keskeisintä ohjenuoraa, elämän lakina pidettyä nam-myoho-renge-kyota. Samalla sen voidaan katsoa symboloivan liikkeeseen