Apa Itu
Homeschooling
Oleh: Sumardiono Layout: Mira Julia
Dibuat dan dipublikasikan oleh:
Rumah Inspirasi & Bentang Ilmu
www.RumahInspirasi.comHomeschooling
Satu kata beragam makna dan interpretasi
Sebagai praktisi homeschooling yang mengelola blog R u m a h I n s p i r a s i d a n s e r i n g m e n u l i s t e n t a n g homeschooling, saya sering mendapatkan email dan menerima pertanyaan tentang homeschooling. Di mana saya bisa mendaftar homeschooling? Berapa biaya homeschooling? Apakah homeschooling ada di kota saya? Bagaimana caranya mendirikan homeschooling? Apakah saya bisa ikut homeschooling Anda?
Atau, seorang teman berkomentar, “O... jadi Anda sekarang bisnis homeschooling? Memang bisnis
homeschooling lagi naik daun ya?” Sewaktu saya memberikan jawaban dengan gelengan kepala dan menjawab bahwa homeschooling bukanlah bisnis tapi keluarga yang mendidik anaknya sendiri, dia tampak kebingungan. Saya menangkap wajah yang seolah menunjukkan ketidakpercayaan, tapi tak terucapkan.
Itulah sebagian dari pertanyaan-pertanyaan dan komentar yang saya terima.
Saya sendiri bingung bagaimana menjawab pertanyaan itu. Tampaknya ada kesenjangan yang sangat lebar antara pertanyaan-pertanyaan itu dan homeschooling sebagaimana yang saya ketahui dan jalani.
Inilah yang saya ketahui dan jalani mengenai homeschooling.
Seputar pengertian homeschooling
Tak ada definisi yang mudah tentang apa itu homeschoolig atau home education atau yang di Indonesia diterjemahkan menjadi sekolahrumah.
Menurut Marsha Ransom, penulis buku “The Complete Idiot’s Guide to Homeschooling”, homeschooling adalah istilah generik yang sering digunakan untuk menggambarkan keluarga-keluarga yang memilih untuk mendidik anaknya di rumah. Tetapi, istilah homeschooling itu sendiri sering dianggap kurang tepat karena istilah itu seolah-olah menggambarkan model pendidikan yang menggunakan metode seperti lembaga sekolah (ruang kelas, buku pelajaran, guru, murid, tes, rapor, kelas, dan sebagainya. Padahal, banyak sekali model dan metode yang dijalani oleh keluarga-keluarga homeschooling.
Oleh karena itu, sebagian keluarga lebih menyukai sebutan home education atau home-based learning karena mereka menggunakan rumah sebagai titik berangkat
pendidikan dan belajar, tetapi model belajar yang digunakanya tak seperti sekolah. Mereka menggunakan keseharian dan lingkungan sekitar sebagai bagian integral yang digunakan dalam proses belajar dan pendidikan anak-anak. Para orangtua lebih menempatkan diri sebagai fasilitator dan mentor daripada sebagai guru dalam pengertian tradisional. Keluarga-keluarga ini mungkin juga menggunakan buku pelajaran dan metode konvensional lainya, tetapi mereka berusaha mengaitkan antara materi yang dipelajari anak-anak dengan dunia nyata sehari-hari yang dijalani.
Kendatipun ada beberapa perbedaan dalam pemaknaan homeschooling, secara substansi ada beberapa hal yang terkandung dalam pengertian homeschooling dan menjadi kesepakatan:
• homeschooling adalah model pendidikan alternatif
• homeschooling adalah pendidikan berbasis keluarga
Homeschooling sebagai pendidikan alternatif
Sebagai model pendidikan berarti homeschooling memiliki kesamaan dengan sekolah yaitu untuk mengantarkan anak-anak pada potensi terbaik mereka. Tapi sebagai model pendidikan alternatif, homeschooling memiliki perbedaan-perbedaan dibandingkan model pendidikan mainstream (sekolah). Namanya juga alternatif, berarti berbeda dengan arus utama dan perbedaan itu menjadi bagian yang wajar dan melekat dalam homeschooling.
Perbedaan-perbedaan itu harus disadari dan disikapi dengan kedewasaan, tidak merasa rendah diri karena berbeda dengan mainstream, tidak juga merasa sombong dan merendahkan yang lain.
Sepanjang tidak melanggar hukum, perbedaan pandangan itu sah dan dijamin oleh Undang-undang. Oleh karena itu, para orangtua homeschooling tidak perlu merasa takut untuk memiliki pandangan yang berbeda dalam mendidik anak. Jadi, jangan merasa bersalah kalau Anda memiliki sudut pandang dan praktek homeschooling yang berbeda dengan sekolah.
Karena ciri khas homeschooling adalah keragaman dan tak ada model yang standar, perbedaan-perbedaan antara homeschooling dan sekolah pun sangat bervariasi, tergantung pandangan dan praktik yang dijalani setiap keluarga homeschooling. Ada pandangan-pandangan yang bersifat filosofis-substansial, ada yang merupakan improvisasi dan inovasi pengembangan dari model yang ada.
Sebagai contoh, ada keluarga homeschooling yang meyakini bahwa hal yang paling substansi dalam proses pendidikan itu adalah mengeluarkan potensi anak, bukan
memasukkan informasi/pengetahuan sebagaimana yang menjadi praktik umum dalam model pendidikan di sekolah.
Perbedaan pandangan itu muncul karena perbedaan filosofi dalam memandang anak dan pendidikan. Asal kata pendidikan (education) dari bahasa latin educare artinya adalah mengeluarkan. Jadi, menurut pandangan alternatif ini, tugas utama dalam pendidikan adalah mengeluarkan potensi anak.
Dengan memiliki sudut pandang ini, keluarga homeschooling memiliki bangunan model pendidikan yang sangat berbeda dengan sekolah. Kegiatan utama dalam pendidikan adalah belajar (pengalaman anak), bukan mengajar (inisiatif guru). Fungsi orangtua adalah sebagai fasilitator, bukan guru.
Ada juga keluarga homeschooling yang memiliki pandangan yang berbeda dengan sekolah tentang b a g a i m a n a p e n d i d i k a n d i j a l a n k a n . M e r e k a t a k
menggunakan belajar dalam sistem paket sebagaimana sekolah, tetapi menggunakan sistem modular. Dalam sistem modular, bisa dimungkinkan anak belajar sesuai kecepatannya tanpa harus mengulang keseluruhan paket jika ada yang belum dikuasainya.
Dalam sistem paket, anak yang tidak lulus matematika maka harus tinggal kelas dan mengulang seluruh paket materi pelajaran (walaupun materi pelajaran itu dikuasainya). Dalam sistem modular, anak belajar terus sesuai dengan kecepatannya pada setiap pelajaran. Pada satu masa, bisa jadi yang menyukai matematika berada pada kelas 6 untuk pelajaran matematika, kelas 5 untuk sains, dan kelas 4 untuk bahasa.
Atau sebaliknya, anak yang menyukai bahasa dan sastra menguasai bahasa kelas 7, tetapi matematika dan sains-nya masih kelas 5. Jadi, anak-anak tidak mendapat pinalti akibat kelemahan pada satu bidang, tetapi terus bertumbuh sesuai kemampuannya.
Atau, perbedaan antara homeschooling dengan sekolah itu bisa terjadi pada level manajemen proses belajar. Kalau sekolah terjadwal dengan ketat mengenai jam belajar dan materi pelajaran setiap hari, keluarga homeschooling bisa menggunakan pendekatan yang lebih fleksibel. Mereka bisa mengatur jadwal belajar sesuai dengan pola keluarga atau menggunakan materi-materi belajar dari kegiatan keseharian, bukan menggunakan buku pelajaran.
Di dalam keragaman derajad perbedaan antara keluarga homeschooling dibandingkan sekolah, ada satu hal yang sama di dalam keluarga homeschooling. Kesamaan itu adalah bahwa anak-anak homeschooling itu tidak bersekolah. Homeschooling bukan sebutan untuk kegiatan orangtua usai sekolah atau pendampingan orangtua untuk menemani anak-anaknya belajar. Kalau anaknya tetap bersekolah, maka sebutannya tetap anak sekolah bukan anak homeschooling. Yang disebut anak
homeschooling adalah anak-anak yang tidak bersekolah, tetapi menjalani pendidikan berbasis rumah.
Perbedaan istilah antara homeschooling dan sekolah itu bukanlah untuk menunjukkan bahwa homeschooling adalah hal yang eksklusif. Sama sekali bukan. Perbedaan (distinction) itu perlu dipertegas untuk memberikan kejelasan tentang gagasan homeschooling. Sebab, ada sebagian orang yang mulai suka-suka menggunakan istilah homeschooling, terutama untuk kepentingan bisnis. Penempatan istilah homeschooling yang tidak tepat akan mengaburkan makna homeschooling dan pada gilirannya akan merugikan masyarakat.
Jadi, dalam konteks homeschooling sebagai pendidikan alternatif, pokok terpenting bagi praktisi homeschooling adalah jangan takut untuk memiliki pandangan berbeda. Kuncinya adalah Anda yakin bahwa itu memang hal terbaik untuk anak Anda. Indikator praktisnya adalah anak Anda berbahagia menjalani proses
belajar nya dan kapasitas pembelajarannya terus meningkat.
Homeschooling sebagai pendidikan berbasis keluarga
Substansi kedua mengenai pengertian homeschool adalah bahwa homeschooling adalah pendidikan berbasis keluarga. Homeschooling adalah pendidikan non-i n s t non-i t u s non-i o n a l , b u k a n s e b u a h l e m b a g a . S e b u t a n homeschooling melekat pada keluarga yang menjalaninya, bukan pada sebuah lembaga.
Di dalam homeschooling, yang menjadi sentral dan fokus perhatian adalah anak dan keluarga.
Anak adalah subyek pendidikan. Sebagai subyek pendidikan, anak menjadi alat ukur/uji apakah sebuah kurikulum, metode, materi ajar, dan sebagainya efektif atau tidak. Anak tidak dipaksa mengikuti sebuah kurikulum atau metode tertentu, tetapi kurikulum dan
metode itu harus menjadi alat untuk mengembangkan potensi anak.
Pandangan tentang anak sebagai subyek pendidikan ini perlu ditegaskan karena di dalam homeschooling orangtua memiliki banyak sekali pilihan model dan metode untuk mendidik anak. Dengan menegaskan bahwa yang menjadi subyek adalah anak, pengalaman dan respon anak menjadi indikator penting yang sangat diperhitungkan dalam proses pembelajaran. Ukuran kualitas metode tidak ditentukan oleh kecanggihan teorinya, kepopuleran namanya, tetapi dilihat dari kecocokan anak dengan metode itu. Juga, kualitas materi belajar tidak ditentukan oleh harganya yang mahal atau keterkenalannya, tetapi sejauh mana anak kualitas pengalaman kegiatan anak.
Di dalam homeschooling, keluarga menjadi penanggung jawab seluruh proses pendidikan. Asumsinya, keluarga adalah yang paling mengetahui tentang anak-anaknya. Mereka hidup bersama anak-anak oleh karena
itu secara alami lebih mengetahui perkembangan dan sifat-sifat anak dibandingkan orang lain. Setiap keluarga memiliki nilai-nilai, pengalaman, dan cita-cita yang unique. Oleh karena itu, merekalah yang paling berhak untuk menentukan ke arah mana pendidikan anak-anaknya; bukan orang lain atau sebuah lembaga yang bersifat eksternal.
Walaupun keluarga menjadi penanggung jawab pendidikan, bukan berarti keluarga homeschooling harus menjalankannya semuanya sendiri. Gagasannya adalah menjadi tuan, menjadi pengambil keputusan yang menentukan arah pendidikan. Adapun alat dan sarana di dalam proses homeschooling dapat memanfaatkan infrastruktur apapun yang ada di masyarakat.
Secara praktik, keluarga homeschooling memiliki banyak pilihan apakah mengerjakan sendiri, menggunakan bantuan orang lain atau lembaga-lembaga yang ada. Misalnya dalam hal mengajar, orangtua homeschooling
dapat mendidik anaknya untuk menjadi ototidak (belajar mandiri), orangtua mengajar sendiri, meminta bantuan saudara/teman/tetangga, mengundang tutor, atau memasukkan anak ke lembaga bimbingan belajar.
Apakah konsekuensi homeschooling sebagai pendidikan berbasis keluarga?
Konsekuensinya, homeschooling adalah model pendidikan yang beragam, sesuai dengan keragaman keluarga. Tidak ada satu model standar homeschooling yang dianggap benar. Praktek homeschooling setiap keluarga bersifat unik karena setiap keluarga memiliki tujuan dan penekanan nilai-nilai yang berbeda di dalam penyelenggaraan homeschooling. Setiap keluarga memiliki hak sepenuhnya untuk merancang model homeschooling yang terbaik untuk anak-anak dan keluarganya.
Homeschooling & Flexischooling
Jadi, yang disebut homeschooling adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh keluarga. Homeschooling adalah jalur pendidikan informal.
Sebutan homeschooling melekat pada keluarga, bukan pada lembaga. Kalau lembaga, sebutannya adalah sekolah, akademi, kursus, bimbel, PKBM, atau sebutan-sebutan lainnya yang sesuai.
Bagamana dengan sekolah yang memiliki jadwal fleksibel? Kalau itu berwujud lembaga, maka sebutan yang lebih tepat adalah sekolah atau sesuai dengan badan hukum lembaga tersebut. Sekolah yang jadwal masuknya fleksibel, misalnya 3 kali seminggu, disebut flexi school.
Kalau badan hukumnya adalah PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Mandiri), maka sebutan yang lebih tepat adalah PKBM Abc atau PKBM Xyz, bukan Homeschooling Abc atau Homeschooling Xyz. Atau kalau badan hukumnya adalah kursus, maka sebutan yang lebih tepat adalah LPK
A atau LPK B. Demikian pun lembaga Bimbingan Belajar, maka sebutan yang lebih tepat adalah Bimbel A atau Bimbel B.
Karena homeschooling adalah sebutan untuk keluarga, maka Anda tidak perlu mendaftar ke lembaga-lembaga tertentu kalau ingin melakukan homeschooling.
Yang perlu dilakukan oleh keluarga yang akan menjalani homeschooling adalah mempelajari apa itu homeschooling, merancang homeschooling untuk anak-anak Anda, dan kemudian menjalaninya. Kalau Anda membutuhkan bantuan lembaga eksternal, Anda bisa mengundang tutor, mengikutkan anak pada bimbingan belajar atau mengikutkan anak pada berbagai kursus sesuai kebutuhan.
Dan karena Anda tidak mendaftar ke mana-mana, Anda tak perlu membayar apapun dan kepada siapapun untuk menjalankan homeschooling Anda. Anda baru membayar kalau Anda menggunakan jasa orang atau
lembaga tertentu untuk membantu Anda. Kalau anak Anda mengikuti bimbel, maka Anda membayar biaya bimbel; kalau Anda mengundang tutor, Anda membayar jasa tutor; kalau Anda mengikuti pelatihan, Anda membayar biaya pelatihan; kalau Anda mengikuti konsultasi berbayar, Anda membayar biaya konsultasi; kalau Anda ikut klub/kursus, Anda membayar biaya keanggotaan klub/kursus. Dan seterusnya.
Jadi, Anda membayar sesuai yang Anda butuhkan dan terima, bukan untuk mendaftar homeschooling.
Analogi Homeschooling dan Sekolah
Bentuk homeschooling itu memang tidak mudah dibayangkan bagi orang yang belum pernah bersentuhan dengannya. Oleh karena itu, cara paling mudah untuk m e m a h a m i h o m e s c h o o l i n g a d a l a h d e n g a n membandingkannya dengan sekolah.
Dalam beberapa hal, homeschooling adalah sama sekaligus berbeda dibandingkan sekolah.
Homeschooling dan sekolah adalah sama-sama alat (tools) untuk mencapai tujuan pendidikan. Yang mengikatkan antara homeschooling dan sekolah adalah kesamaan tujuan untuk meraih kebaikan untuk masa depan anak.
Homeschooling dan sekolah sama-sama ada untuk kepentingan anak. Homeschooling dan sekolah tidak mengejar eksistensi dirinya, tetapi merupakan pelayan untuk kepentingan anak.
Homeschooling dan sekolah sama legal, sama-sama dilindungi keberadaannya oleh Undang-undang dan aturan hukum di Indonesia. Homeschooling termasuk jalur pendidikan informal dan sekolah masuk dalam kategori pendidikan formal. Kualitas hasil pendidikan informal (homeschooling) dapat diakui melalui proses ujian kesetaraan atau biasa dikenal secara populer dengan sebutan Ujian Paket.
Selain memiliki kesamaan, tentu saja ada perbedaan-perbedaan antara homeschooling dibandingkan sekolah.
A n t a r a h o m e s c h o o l i n g d a n s e k o l a h d a p a t dianalogikan seperti pakaian. Ada pakaian yang dibuat oleh pabrik, ada pakaian yang dibuat oleh penjahit. Pakaian yang dibuat oleh pabrik ada bermacam-macam, tetapi bersifat standar. Untuk satu bentuk/model, dibuat seragam dalam jumlah banyak oleh pabrik. Kalau kita ingin membeli, kita tinggal memilih model yang sesuai dan
membayarnya. Pakaian buatan pabrik adalah analogi untuk proses belajar di sekolah.
Sebaliknya, ada juga pakaian yang dibuat oleh penjahit. Kalau ingin membuat pakaian di penjahit, kita harus memilih sendiri bahannya, memilih modelnya, dan kemudian baru mendatangi penjahit. Badan kita kemudian diukur, pakaian kita dijahit sesuai ukuran dan model yang kita inginkan. Itulah analogi untuk proses belajar yang terjadi dalam homeschooling.
Atau, kita bisa menggunakan cara lain untuk menggambarkan homeschooling dan sekolah dengan menggunakan analogi makanan. Sekolah adalah menu makanan sistem paket, sementara homeschooling adalah menu makanan model prasmanan.
Dalam sistem paket, kita membeli satu kesatuan makanan yang sudah ditentukan isinya dan tak bisa diganti-ganti. Sementara dalam sistem prasamanan, kita
bisa memilih-milih makanan apa yang kita sukai dan seberapa banyak kita mengambilnya.
T e n t u s a j a a n a l o g i - a n a l o g i d i a t a s t i d a k m e n g g a m b a r k a n s e p e n u h n y a p e r b e d a a n a n t a r a homeschooling dan sekolah. Tapi setidaknya, analogi-analogi itu bisa membantu kita memahaminya dengan cara yang lebih sederhana dan kita kenal.
Selain itu, perbedaan besar antara homeschooling dan sekolah adalah pada peran orangtua.
Pada sistem sekolah, tugas utama orangtua adalah mencari dana dan memilih sekolah yang dinilai paling sesuai untuk anak. Ketika anak sudah diserahkan pada sekolah, maka seluruh proses pendidikan anak didelegasikan kepada para guru dan pengelola sekolah.
Pada homeschooling, orangtua memiliki peran yang sentral. Investasi orangtua untuk anak bukan pada jumlah dana yang disediakan, tetapi pada waktu dan usaha yang
dicurahkan. Peran serta dan keterlibatan orangtua homeschooling terjadi pada seluruh proses pendidikan, baik pada saat perencanaan, proses belajar, maupun saat evaluasi.
Kelebihan dan Kekurangan Homeschooling
Kelebihan dan kekurangan homeschooling ini d i t u l i s k a n b e r d a s a r k a n k o n d i s i a l a m i ( n a t u r e ) homeschooling, bukan berdasarkan pengamatan praktik homeschooling yang sangat beragam.
Secara umum, keunggulan homeschooling adalah:
Fleksibilitas Pendidikan
Homeschooling adalah ibarat memulai penulisan rencana dan program pendidikan anak atas selembar kertas baru. Tak ada batasan atau constraint untuk membuat rencana itu selain batasan legal dan etis. Orangtua dapat merancang model pendidikan yang
sesuai dengan idealisme mereka untuk anak-anak dan kemudian bekerja keras untuk mewujudkannya.
Fleksibilitas homeschooling bukan hanya dalam penentuan tujuan, tetapi juga dalam penentuan bagaimana cara anak belajar, materi yang digunakan, serta aspek-aspek teknis lain di dalam proses belajar anak.
Fleksibilitas Pendanaan
Ketika biaya pendidikan semakin mahal dan terjadi kenaikan biaya terus-menerus yang tak berhubungan dengan kualitas pendidikan, pendidikan yang baik semakin sulit terjangkau. Homeschooling m e m b e r i k a n k e s e m p a t a n o r a n g t u a u n t u k memaksimalkan pemanfaatan dana pendidikan anak karena pengeluaran anak betul-betul berada dalam kendali orangtua. Orangtua hanya membayar apa-apa yang dibutuhkan, pay as you go.
Kustomisasi Pendidikan
Karena homeschooling memiliki fleksibilitas yang tinggi, setiap keluarga dapat merancang dan mengkustomisasi pendidikan untuk setiap anak. Orangtua dapat berfokus untuk memaksimalkan kekuatan anak, bukan hanya sibuk memperbaiki kelemahan anak.
Dalam homeschooling, orangtua bukan hanya bisa merancang pendidikan yang terkustomisasi untuk keluarganya, tetapi bahkan bisa melakukan kustomisasi untuk setiap anak yang berbeda.
Akses pada Dunia Nyata
M e l a l u i p r o s e s p e m b e l a j a r a n b e r b a s i s keseharian, kunjungan lapangan, dan proses magang, anak-anak homeschooling sangat banyak terekspos dengan realitas di dunia nyata. Proses semacam ini membuat anak-anak homeschooling lebih dapat dan
lebih cepat beradaptasi di masyarakat ketika mereka melewati usia sekolahnya.
Kedekatan Anggota Keluarga
Homeschooling membuat orangtua dan anak saling terhubung terus sepanjang tahun dan sepanjang pertumbuhannya. Kehangatan dan kekuatan hubungan antar-para anggota keluarga ini akan membuat anak lebih bahagia dan lebih matang secara psikologis, sehingga lebih mampu menghadapi tantangan eksternal pada saat remaja dan dewasanya.
Homeschooling bukan hanya berisi kelebihan saja, tetapi juga memiliki kekurangan dan resiko yang inheren di dalamnya, antara lain:
Kompleksitas Pengelolaan
Karena sebagian besar proses pendidikan dikelola orangtua, kompleksitas dan tanggung jawab orangtua pada anak homeschooling lebih tinggi
daripada ketika anak bersekolah. Butuh kesediaan orangtua untuk terus belajar dan bekerja keras sepanjang waktu untuk membuat homeschooling bisa berjalan baik.
Minimnya Infrastruktur
Infrastruktur pendidikan yang ada di Indonesia sebagian besar ditujukan untuk anak-anak sekolah. Program, kegiatan, dan sarana-sarana pendidikan sebagian besar dibangun untuk anak-anak sekolah.
Dengan kelangkaan infrastruktur pendukung, praktisi homeschooling harus pandai-pandai mencari akal untuk menyiasati kondisi dan terkadang harus berinisiatif untuk membangun sendiri infrastruktur sesuai kebutuhannya.
Ketergantungan pada Keluarga
Ada resiko kelanjutan homeschooling anak dalam jangka panjang, terutama jika ada
kondisi yang luar biasa (extra ordinary events), misalnya: perceraian, kematian, dan lain-lain.
Tekanan Eksternal
Karena homeschooling masih sedikit, ada tekanan eksternal dari keluarga dan lingkungan yang memiliki prasangka negatif terhadap homeschooling. Kondisi ini memberikan tambahan pressure bagi anak dan keluarga, sehingga harus disiapkan dan diantisipasi.
Homeschooling dan Para Tokoh
Secara gagasan, homeschooling atau pendidikan berbasis rumah bukanlah hal yang baru. Sebelum ada sekolah umum yang diselenggarakan oleh negara, pendidikan sebagian besar berawal di rumah dan berjalan dalam kepemimpinan keluarga. Proses belajarnya dilakukan oleh orangtua, mengundang guru, melibatkan aktivitas magang di dunia nyata, dan sejenisnya.
D a l a m b a h a s a y a n g l e b i h d i k e n a l u m u m , homeschooling sering dikenal sebagai proses belajar otodidak atau belajar mandiri. Anak aktif belajar dan mengeksplorasi apa-apa yang ingin dipelajarinya, anak dan belajar melalui sumber apapun yang bisa memberikan ilmu dan ketrampilan kepadanya.
Sebagaimana sifat dasar homeschooling yang berbasis keluarga, homeschooling tak memiliki bentuk tunggal. Latar belakang orangtua beragam, keyakinan dan nilai-nilainya beragam, alasan memilih homeschooling beragam, demikian pun anak-anak homeschooling beragam.
Ada yang konservatif, ada yang liberal. Ada yang fundamentalis, ada yang hippies. Ada yang scholar, ada yang seniman. Ada yang saintis, ada yang artis.
Keragaman dalam homeschooling memberikan kesempatan untuk tumbuhnya setiap potensi secara maksimal. Sebab, yang dipelajari dan dilakukan anak tak diseragamkan; tetapi sesuai model homeschooling yang
dipilih, menyesuaikan dengan potensi yang dimiliki anak dan kondisi keluarga.
Oleh karena itu, tokoh-tokoh yang menjalani homeschooling sangat beragam dan membentang sepanjang masa; baik di masa lalu maupun masa kini.
Beberapa sosok terkenal yang dibesarkan dalam pendidikan homeschooling, antara lain:
• George Washington (presiden AS) • Abraham Lincoln (presiden AS) • Albert Einstein (saintis)
• Leonardo da Vinci (seniman) • Claude Monet (pelukis)
• Thomas A. Edison (penemu)
• Alexander Graham Bell (penemu) • Wolfgang Amadeus Mozart (komposer) • Hans Christian Anderson (penulis) • Agatha Christie (penulis)
• Laura Ingalls Wilder (penulis)
• Fred Terman (presiden the Stanford University) • Timothy Dwight (presiden the Yale University) • Louis Armstrong (pemusik jazz)
• Charlie Chaplin (aktor)
• Soichiro Honda (pendiri Honda)
• Colonel Harland Sanders (pendiri Kentucky Fried Chicken)
Di Indonesia, tokoh yang sering diacu sebagai produk homeschooling adalah para otodidak yang melakukan proses belajar mandiri seperti Ki Hajar Dewantoro, KH Agus Salin, Buya Hamka. Di dunia bisnis, lebih banyak lagi tokoh Indonesia yang tidak belajar melalui sekolah, tetapi melalui praktek bisnis yang dijalani keluarganya.
Adapun sosok terkenal masa kini dan masih hidup yang dibesarkan melalui pendidikan homeschooling, antara lain:
Julian Assange – pendiri Wikileaks
Julian Assange adalah tokoh yang beberapa waktu yang lalu mendapat sorotan di dunia karena telah membocorkan dokumen-dokumen rahasia
pemerintah dan militer Amerika Serikat melalui situs Wikileaks yang didirikannya. Dia adalah sosok seorang yang memberontak terhadap sistem politik korup yang sedang menguasai dunia saat ini. Akibatnya, dia dikejar oleh pemerintah Amerika Serikat yang ingin menangkapnya.
Julian Assange menjalani homeschooling selama beberapa tahun sambil melakukan perjalanan bersama orangtuanya yang memiliki perusahaan teater keliling. Saat dewasa, dia terus menjalani hidup berpindah-pindah; dan itu sesuai dengan kondisinya saat ini yang menjadi target pembunuhan dan pemburuan karena apa yang dilakukannya.
Condoleezza Rice - mantan menteri luar negeri AS Condoleezza Rice adalah wanita berkulit hitam pertama yang menjadi menteri luar negeri Amerika Serikat. Dia menjadi menteri luar negeri pada saat pemerintahan George W. Bush. Majalah Forbes pernah
menobatkannya sebagai “The Most Powerful Woman in the World”. Saat ini dia menjadi pengajar di Stanford Graduate School of Business.
Angelina Rice, ibu dari Condoleezza Rice, berhenti dari pekerjaannya sebagai guru musik di SMA u n t u k m e n d i d i k h o m e s c h o o l i n g b u a t a n a k perempuannya itu.
Erik Demaine, profesor matematika
Erik Demaine adalah professor termuda yang pernah dimiliki The Massachusett Institute of Technology (MIT). Dia menjadi dosen pada usia 20 tahun. Dia adalah ahli matematika origami, yang menggunakan model origami untuk memahami konsep matematika dan menerapkannya dalam berbagai disipling seperti arsitektur, robotik, dan biologi molekular.
Demaine menjalani homeschooling sambil melakukan perjalanan keliling Amerika Serikat bersama ayahnya, seorang pandai emas (goldsmith) dan glassblower. Demaine mulai kuliah saat usia 12 tahun, menyelesaikan sarjana pada usia 14 tahun. Selain seorang jenius di bidang matematika dan komputasi, Demaine adalah seorang seniman yang karyanya dipajang di the Museum of Modern Art dan dijadikan sebagai koleksi permanen di museum itu.
Gagasan kunci:
Homeschooling adalah pendidikan berbasis keluarga. Anak-anak homeschooling tidak b e r s e k o l a h , t e t a p i d i d i d i k s e n d i r i o l e h orangtuanya.
Lembaga atau bimbingan belajar yang memberikan kesempatan pada siswanya untuk belajar seperti sekolah, tetapi masuk hanya beberapa kali dalam seminggu disebut flexi-school (sekolah fleksibel), bukan homeschool.
Seandainya orangtua menggunakan sebuah l e m b a g a y a n g m e n d u k u n g p r o s e s homeschoolingnya, sebutan homeschooling tetap melekat pada keluarga. Sebutan homeschooling tidak menempel pada lembaga yang diikuti karena homeschooling bukan lembaga.
Karena homeschooling adalah sebutan untuk keluarga, bukan lembaga; maka homeschooling
tidak bisa di-franchise-kan dan tak ada istilah “peluang bisnis homeschooling”. Kita tak ikut merancukan istilah homeschooling sehingga bisa membantu proses edukasi masyarakat dari e k s p l o i t a s i y a n g m e n g g u n a k a n i s t i l a h homeschooling secara tidak tepat.
Sebagaimana sistem apapun, homeschooling memiliki kekuatan/potensi sekaligus kekurangan/ r e s i k o . T u g a s o r a n g t u a y a n g m e m i l i h homeschooling adalah memaksimalkan kekuatan dan potensi homeschooling, sekaligus mengurangi dampak buruk dan mengantisipasi resiko-resiko yang terkait.
Tips untuk Anda:
Dengan memilih homeschooling berarti kita tidak menitipkan anak pada sebuah lembaga tertentu sebagaimana yang biasakan kita lakukan pada saat anak bersekolah. Oleh karena itu, kita harus berinisiatif dan berperan aktif dalam proses pendidikan anak.
Dengan memilih homeschooling berarti kita menjadi “kepala sekolah”. Kita harus menentukan tujuan yang hendak kita raih, strategi untuk mencapai tujuan itu, dan proses yang akan kita jalani untuk homeschooling anak-anak kita.
D i d a l a m b e r b a g a i a s p e k p e l a k s a n a a n homeschooling, kita bisa memilih apakah melakukannya secara mandiri atau menggunakan bantuan eksternal pihak lain.
Penulis
Sumardiono, biasa dipanggil Aar, adalah seorang ayah dari 3 (tiga)
anak, yaitu Yudhistira (2001), Tata (2004), dan Duta (2008). Bersama isterinya, Mira Julia (Lala), mereka memilih homeschooling untuk pendidikan anak-anaknya. Aar dan Lala menjalani homeschooling sejak anak-anak mereka lahir hingga saat ini.
Aar memiliki latar belakang pendidikan di bidang teknologi dan manajemen keuangan. Aar menyelesaikan pendidikan di Teknik Informatika ITB dan Magister Manajemen bidang Keuangan di Lembaga PPM, Jakarta.
Sempat berkarir di dunia keuangan, Aar saat ini memilih untuk menjadi bapak rumah tangga dan menjadi Working At Home Dad (WAHD).
Dalam dunia homeschooling, Aar aktif menulis dan mengelola blog Rumah Inspirasi (www.rumahinspirasi.com). Aar juga telah menulis buku tentang homeschooling berjudul “Homeschooling Lompatan Cara Belajar” dan “Warna-warni Homeschooling” yang diterbitkan oleh penerbit Elex Media Komputindo, serta "Apa itu Homeschooling" yang diterbitkan penerbit Panda Media.
Blog: www.RumahInspirasi.com
Facebook: https://www.facebook.com/aar.sumardiono
Twitter: @AarSumardiono
Email: [email protected]