• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Klasifikasi Daun Bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Klasifikasi Daun Bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Daun Bangun bangun

1. Klasifikasi Daun Bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour)

Tanaman Bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) dapat dijumpai hampir di seluruh wilayah Indonesia dengan nama yang berbeda-beda. Di daerah Sumatera Utara, tanaman ini dikenal dengan nama Bangun-bangun atau torbangun (Damanik

et al. 2001). Sedangkan di daerah Sunda, daun bangun bangun dikenal dengan nama

Ajeran atau Acerang, di daerah Jawa dikenal dengan nama daun Kucing, di Madura daun Kambing, dan Majha Nereng. Di daerah Bali dikenal dengan nama Iwak dan di daerab Timor dikenal dengan nama Kunu Etu (Heyne 1987).

Daun bangun-bangun (Coleus amboinicus) merupakan tumbuhan yang banyak dikonsumsi oleh ibu-ibu setelah melahirkan di daerah Toba, Sumatera Utara. Tumbuhan ini dipercaya dapat meningkatkan produksi ASI. Tumbuhan ini banyak ditemukan di daerah Sumatra Utara dan dijadikan pangana pendamping nasi, misalnya sebagai sayuran. Penelitian yang dilakukan oleh Sihombing (2006) yang memberikan daun bangun-bangun pada tikus telah membuktikan bahwa tumbuhan tersebut mengandung zat besi dan karotenoid yang tinggi. Kadar FeSO4 pada daun bangun-bangun (Coleus amboinicus) dapat diandalkan sebagai sumber besi non heme bagi ibu menyusui.

Suatu penelitian yang dilakukan oleh Damanik terhadap ibu-ibu menyusui di daerah Sumatera Utara dengan metoda focus group discussion (FGD) memperoleh kesimpulan bahwa konsumsi daun bangun-bangun (Coleus amboinicus) dipercaya dapat meningkatkan mengembalikan stamina ibu, meningkatkan produksi ASI,

(2)

membersihkan daerah rahim dan kepercayaan itu tetap kuat selama beratus-ratus tahun. Potensinya sebagai laktagogum ditunjukkan oleh daun bangun-bangun yang mengandung saponin, flavonoid, polifenol serta dapat meningkatkan hormon-hormon menyusui, seperti prolaktin dan oksitosin (Damanik, 2001).

Konsumsi daun bangun-bangun oleh penduduk Sumatra Utara biasanya dalam bentuk sop yang dimasak secara tradisional dengan santan. Suatu penelitian telah mencoba membuktikan karakteristik mutu sop daun bangun-bangun yang dikemas dalam kaleng sebagai suatu bentuk usaha komersil. Selain dipetik langsung dari pohonnya, ibu-ibu menyusui diharapkan dapat mengkonsumsinya dalam bentuk sop kemasan kaleng yang lebih praktis karena tidak perlu menanam pohonnya dan memasaknya terlebih dahulu untuk mendapatkan efek laktagogumnya. Tanaman ini terbukti mengandung zat besi dan karotin yang tinggi. Selain itu konsumsi tanaman ini dapat meningkatkan kadar zat besi, kalium, seng, dan magnesium dalam ASI serta meningkatkan berat badan bayi. (Warsiki, 2009).

Dalam susunan taksonomi, tanaman Bangun-bangun yang secara internasional dikenal dengan Coleus amboinicus Lour diklasifikasikan seperti berikut : Divisi : Spermatophita Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dikotiledonae Bangsa : Solanales Suku : Labialae Marga : Coleus

(3)

2. Botani

Secara makroskopis, tanaman Bangun-bangun memiliki ciri batang berkayu lunak, beruas-mas dan berbentuk bulat, diameter pangkal ± 15 mrn, tengah ± 10 mm dan ujung ± 5 rnm. Daun tanaman ini tunggal, helaiannya bundar telur, panjang helaiannya ± 3,5-6 cm, pinggirnya agak berombak dengan panjang tangkai ± 1,5-3 cm, dan tulang dam menyirip (Gambar 1). Tanaman Bangun-bangun tumbuh secara liar, jarang berbunga, namun mudah sekali dikembangbiakkan dengan stek dan cepat berakar di dalam tanah yang gembur (Heyne 1987).

3. Pemanfaatan

Komposisi zat gizi daun Bangun-bangun yang terdapat dalam buku yang bejudul Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia (Mahmud et al. 1990) menyebutkan bahwa dalam 100 gram daun Bangun-bangun terkandung lebih banyak kalsium, besi dan karoten total dibandingkan dengan daun katuk

(Sauropus androgynus). Data lengkap tentang komposisi zat gizi daun

(4)

Tabel 1 Komposisi Zat Gizi Daun Bangun bangun

Komposisi Zat Gizi Bangun bangun

Energi (kal) 27,0 Protein (g) 1,3 Lem3.k (g) 0,6 Hidrat arang (g) 40 Serat (g) 1,0 Abu (g) 1,6 Kalsium (g) 279 Fosfor (g) 40 Besi (mg) 13,6 Karoten total (mg) 13288 Vitamin A (g) 0 Vitamin Bl(g) 0,16 Vitamin C (g) 5,l Air (g) 92,5

(Sumber: Mahmud et al. 1990)

Daun Bangun-bangun biasa diolah oleh masyarakat etnis Batak dalam bentuk sayur sop. Sayur sop ini diberikan kepada ibu yang baru melahirkan (Damanik et al. 2006). Selanjutnya komposisi zat gizi sop daun Bangun-bangun yang terkandung dalam 150 gram sop daun Bangun-bangun dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Komposisi Zat Gizi Sop Daun Bangun bangun (150 g)

Zat Gizi Rata-rata ± SD

Lemak (g) 16,3 ± 4,6 Protein (g) 2,4 ± 0,1 Karbohidrat (g) 5,3 ± 0,3 Air (g) 121,5 ± 14,7 Mineral Seng Besi Kalsium Magnesium Pottasium 2,8 ± 0,1 6,8 ± 0,1 393,1 ± 6,5 124,1 ± 6,3 1219,2 ± 80,7 (Sumber : Damanik et al. 2006)

Berdasarkan penelitian Damanik et al. 2006, pada saat minggu kedua (hari ke-14 hingga ke-28 setelah suplementasi sayur sop daun Bangun-bangun), wanita yang telah mengkonsumsi sop daun Bangun-bangun tetap mengalami peningkatan

(5)

kuantitas dan kualitas ASI. Selain itu, daun Bangun-bangun mampu meningkatkan kesehatan wanita pasca melahirkan, berperan sebagai uterine cleansing agent, dan dalam bentuk sop, daun Bangun-bangun dapat menggantikan energi yang hilang selama proses melahirkan.

Tanaman ini juga memiliki khasiat sebagai antipiretik, analgetik, obat luka, obat batuk, dan sariawan (Depkes 1989). Selain itu, daun ini juga mengandung vitamin C, BI, B12, betakaroten, niacin, karvakrol, kalsiwn, asam- asam lemak, asam oksalat, dan serat (Duke 2000). Heyne (1987) menyatakan bahwa dari 120 kg daun segar kurang lebih terdapat 25 ml minyak atsiri yang mengandung fen01

(isopropyl-o-besol) dan atas dasar itu ia menyatakan bahwa Bangun-bangun merupakan

antiseptikum yang bernilai tinggi. Minyak atsiri dari daun Bangun-bangun selain sebagai antiseptik ternyata mempunyai aktivitas yang tinggi melawan infeksi cacing (Vasquez et al. 2000). Disamping minyak atsiri, daun Bangun-bangun juga mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol (Anonim 2008a).

B. Air Susu Ibu

1. Pengertian ASI

ASI merupakan suatu cairan hidup, yang berubah dan berespon terhadap kebutuhan bayi seiring dengan pertumbuhannya. ASI mengandung zat antiinfeksi penting yang membantu bayi melawan infeksi dan penyakit. ASI juga membuat respon instan terhadap infeksi dengan cara memproduksi satu set baru

immunoglobulin ampuh yang mempercepat sistem imun bayi dengan cara membunuh

bakteri dan virus (Pitaloka, 2008. Hal 11).

Menyusui berarti memberikan ASI yang memang diperuntukkan bagi bayi. Susu lain yang biasa diberikan kepada bayi umumnya dibuat dari susu sapi atau

(6)

kadang susu kambing atau kedelai, dan disebut susu formula (Pitaloka, 2008. Hal 10).

ASI diberikan kepada bayi karena mengandung banyak manfaat dan kelebihan. Diantaranya ialah menurunkan risiko terjadinya penyakit infeksi, misalnya infeksi saluran pencernaan (diare), infeksi saluran pernafasan, dan infeksi telinga. ASI juga bisa menurunkan dan mencegah terjadinya penyakit noninfeksi, seperti penyakit alergi, obesitas, kekurangan gizi, asma, dan eksem. Selain itu, ASI dapat pula meningkatkan IQ dan EQ anak (Prasetyono, 2009. Hal 27).

2. Manfaat ASI

a) Manfaat ASI Bagi Bayi

1) Nutrien (Zat Gizi) yang Sesuai untuk Bayi a) Lemak

Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak. Sekitar 50% kalori ASI berasal dari lemak. Kadar lemak dalam ASI antara 3,5 - 4,5%. Walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi, tetapi mudah diserap oleh bayi karena trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecah menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim lipase yang terdapat dalam ASI. Kadar kolesterol dalam ASI lebih tinggi dari pada susu sapi, sehingga bayi yang mendapat ASI seharusnya mempunyai kadar kolesterol darah lebih tinggi. Diperkirakan bahwa pada masa bayi diperlukan kolesterol pada kadar tertentu untuk merangsang pembentukan enzim protektif yang membuat metabolisme kolesterol menjadi efektif pada usia dewasa (Sidi, et al. 2004).

Di samping kolesterol, ASI mengandung asam lemak esensial: asam linoleat (Omega 6) dan asam linoleat (Omega 3). Disebut esensial karena tubuh manusia tidak dapat membentuk kedua asam ini dan harus diperoleh dari konsumsi makanan. Kedua asam lemak tersebut adalah precursor (pembentuk) asam lemak tidak jenuh

(7)

rantai panjang disebut docosahexaenoic acid (DHA) berasal dari Omega 3 dan

arachidonic acid (AA) berasal dari Omega 6, yang fungsinya sangat penting untuk

pertumbuhan otak anak (Sidi, et al. 2004).

Kadar lemak ASI matur dapat berbeda menurut lama menyusui. Pada permulaan menyusu (5 menit pertama) disebut foremilk di mana kadar lemak ASI rendah (1-2g/dl) dan lebih tinggi pada hindmilk (ASI yang dihasilkan pada akhir menyusu, setelah 15-20 menit). Kadar lemak bisa mencapai tiga kali dibandingkan dengan foremilk (Sidi, et al. 2004).

b) Karbohidrat

Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa, yang kadarnya lebih tinggi dibanding susu mamalia lain (7g%). mudah diurai menjadi glukosa dan galaktosa dengan bantuan enzim laktase yang sudah ada dalam mukosa saluran pencernaan sejak lahir. Laktosa mempunyai manfaat lain, yaitu mempertinggi absorbs kalsium dan merangsang pertumbuhan laktobasillus bifidus (Sidi, et al. 2004. Hal).

c) Protein

Protein dalam susu adalah kasein dan whey. Kadar protein ASI sebesar 0,9%, 60% diantaranya adalah whey, yang lebih mudah dicerna dibanding kasein (protein utama susu sapi). Dalam ASI terdapat dua macam asam amino yang tidak terdapat dalam susu sapi yaitu sistin dan taurin. Sistin diperlukan untuk pertumbuhan somatic, sedangkan taurin untuk pertumbuhan otak. Sebenarnya sistin dan taurin dapat diperoleh dari penguraian tirosin, tetapi pada bayi enzim tirosin ini belum ada (Sidi, et al. 2004. Hal 3).

d) Garam dan Mineral

ASI mengandung garam dan mineral lebih rendah dibanding susu sapi. Bayi yang mendapat susu sapi atau susu formula yang tidak dimodifikasi dapat menderita

(8)

tetani (otot kejang) karena hipokalamia. Kadar kalsium dalam susu sapi lebih tinggi dibanding ASI, tetapi kadar garamnya jauh lebih tinggi, sehingga mengganggu penyerapan kalsium dan juga magnesium (Sidi, et al. 2004. Hal 4).

e) Zat Besi

ASI dan susu sapi mengandung zat besi dalam kadar yang tidak terlalu tinggi, tetapi zat besi dalam ASI lebih mudah diserap dan lebih banyak (> dari 50%). Dalam badan bayi terdapat cadangan zat besi, di samping itu ada zat besi yang berasal dari

eritrosit, bila ditambah dengan zat besi yang berasal dari ASI, maka bayi akan

mendapat cukup zat besi sampai usia 6 bulan. Zat besi pada makanan lain bisa lebih tinggi namun kurang diserap dengan baik, hanya sekitar 10% (Sidi, et al. 2004. Hal 4).

f) Vitamin

ASI mengandung vitamin yang diperlukan bayi. Vitamin K berfungsi sebagai pembantu pada proses pembekuan darah terdapat dalam ASI dengan jumlah yang mudah diserap (Sidi, et al. 2004. Hal 4).

2) Mengandung Zat Protektif

a) Laktobasilus bifidus

Laktobasilus bifidus benfungsi mengubah laktosa menjadi asam laktat dan

asam asetat. Kadar asam ini menjadikan saluran pencernaan bersifat asam sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme bakteri seperti E.coli yang sering menyebabkan diare pada bayi, shigela, dan jamur. Laktobasilus mudah tumbuh cepat dalam usus bayi yang mendapat ASI, karena ASI mengandung polisakarida yang berkaitan dengan nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan Laktobasilus bifidus (Sidi, et al. 2004. Hal 4).

(9)

b) Laktoferin

Laktoferin adalah protein yang berikatan dengan zat besi. Konsentrasinya dalam ASI sebesar 100 mg/100ml tertinggi diantara semua cairan biologis. Dengan mengikat zat besi, maka laktoferin bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan kuman tertentu, yaitu Stafilokokus dan E.coli yang juga memerlukan zat besi untuk pertumbuhannya, kecuali menghambat bakteri tersebut, laktoferin dapat juga menghambat pertumbuhan jamur kandida (Sidi, et al. 2004. Hal 5).

c) Lisozim

Lisozim adalah enzim yang dapat memecah dinding bakteri (bakteriosidal)

dan antiinflamantori, bekerja bersama peroksida dan askorbat untuk menyerang

E.coli dan sebagian keluarga salmonella. Lisozim stabil dalam cairan dengan pH

rendah seperti cairan lambung, sehingga masih banyak dijumpai lisozim dalam tinja bayi. Keunikan lisozim lainnya adalah bila faktor protektif lain menurun kadarnya sesuai tahap lanjut ASI, maka lisozim justru meningkat pada 6 bulan pertama setelah kelahiran. Hal ini merupakan keuntungan karena setelah 6 bulan bayi mulai mendapatkan makanan padat dan lisozim merupakan faktor protektif terhadap kemungkinan serangan bakteri pathogen dan penyakit diare pada periode ini (Sidi, et al. 2004. Hal 5).

d) Komplemen C3 dan C4

Walaupun kedua kadar komplemen ini kadarnya dalam ASI rendah, mempunyai daya opsonik, anafilaktoksik, dan kemotektik, yang bekerja bila diaktifkan oleh IgA dan IgE yang juga terdapat dalam ASI (Sidi,et al. 2004.).

e) Faktor antistreptokokus

Dalam ASI terdapat faktor antistreptokokus yang melindungi bayi terhadap infeksi kuman tersebut (Sidi, et al. 2004).

(10)

f) Antibodi

Antibodi dalam ASI dapat bertahan di dalam saluran pencernaan bayi karena tahan terhadap asam dan enzim proteolitik saluran pencernaan dan membuat lapisan pada mukosnya sehingga mencegah bakteri pathogen dan enterovirus masuk kedalam mukosa usus. Dalam tinja bayi yang mendapat ASI terdapat antibodi terhadap bakteri E.coli dalam konsentrasi yang tinggi sehingga jumlah bakteri E.coli dalam tinja bayi tersebut juga rendah (Sidi, et al. 2004. Hal 5).

g) Tidak menimbulkan alergi

Pada bayi baru lahir system IgE belum sempurna. Pemberian susu formula akan mengundang aktivasi system ini dan dapat menimbulkan alergi. ASI tidak menimbulkan efek.. pemberian protein asing yang ditunda sampai umur 6 bulan akan mengurangi kemungkinan alergi ini (Sidi, et al. 2004).

(1) Mempunyai Efek Psikologi yang Menguntungkan

Waktu menyusu kulit bayi akan menempel pada kulit ibu. Payudara ibu yang menyusui lebih hangat dibandingkan payudara ibu yang tidak menyusui. Kontak kulit yang dini ini akan besar pengaruhnya pada perkembangan bayi kelak. Walaupun seorang ibu dapat memberikan kasih sayang yang besar dengan memberikan susu formula, tetapi menyusui sendiri akan memberikan efek psikologis yang besar (Sidi, et al. 2004. Hal 6).

(2) Menyebabkan Pertumbuhan yang Baik

Bayi yang mendapat ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik, dan mengurangi kemungkinan obesitas. Frekuensi menyusui yang sering (tidak dibatasi) juga dibuktikan bermanfaat, karena volume ASI yang dihasilkan lebih banyak, sehingga penurunan berat badan bayi hanya sedikit (Sidi, et al. 2004. Hal 7).

(11)

(3) Mengurangi Kejadian Karies Dentis

Insiden karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih tinggi dibanding yang mendapat ASI, karena kebiasaan menyusui dengan botol dan dot terutama pada waktu tidur menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan sisa susu formula dan menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak gigi, dan ada anggapan bahwa kadar selenium yang tinggi dalam ASI akan mencegah karies dentis (Sidi, et al. 2004. Hal 7).

(4) Mengurangi Kejadian Maloklusi

Telah dibuktikan bahwa salah satu penyebab maloklusi rahang adalah kebiasaan lidah yang didorong ke depan akibat menyusu dengan botol dan dot (Sidi, et al. 2004. Hal 7).

b) Manfaat ASI Bagi Ibu 1) Aspek Kesehatan Ibu

Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin dapat membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pascapersalinan. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi (Sidi, et al. 2004. Hal 9).

2) Aspek Keluarga Berencana

Menyusui secara murni (eksklusif) dapat menjarangkan kehamilan. Ditemukan rata-rata jarak kelahiran ibu yang menyusui adalah 24 bulan, sedangkan yang tidak menyusui 11 bulan. Hormon yang mempertahankan laktasi bekerja menekan hormon

ovulasi, sehingga dapat menunda kembalinya kesuburan. Ibu yang sering hamil

(12)

untuk mendapatkan penyakit seperti anemia, risiko kesakitan dan kematian akibat persalinan (Sidi, et al. 2004. Hal 9).

3) Aspek Psikologis

Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia (Sidi, et al. 2004. Hal 9).

c) Manfaat ASI bagi Keluarga 1) Aspek Ekonomi

ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keprluan lain dan penghematan juga disebabkan karena bayi yang mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat (Sidi, et al. 2004. Hal 9).

2) Aspek Psikologis

Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana hati ibu lebih baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dan keluarga (Sidi, et al. 2004. Hal 10).

3) Aspek Kemudahan

Menyusui sangat praktis sehingga bisa diberikan di mana saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyediakan air masak, botol, dan dot yang harus selalu dibersihkan dan tidak perlu meminta pertolongan orang lain (Sidi, et al. 2004. Hal 10).

(13)

d) Manfaat ASI bagi Negara

1) Menurunkan Angka Kesakitan dan Kematian Anak

Adapun faktor protektif dan nutrient yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik, serta kesakitan dan kematian anak menurun. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi, misalnya diare dan infeksi pernapasan akut bagian bawah (Sidi, et al. 2004. Hal 10).

2) Mengurangi Subsidi untuk Rumah Sakit

Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan nosokomial serta mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak yang mendapatkan ASI lebih jarang dirawat di rumah sakit dibandingkan anak yang mendapat susu formula (Sidi, et al. 2004. Hal 10).

3) Mengurangi Devisa untuk Membeli Susu Formula

ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui, diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp. 8,6 milyar yang seharusnya dipakai untuk mensubsidi susu formula (Sidi, et al. 2004. Hal 10).

4) Meningkatkan Kualitas Generasi Penerus Bangsa

Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal, sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin (Sidi, et al. 2004. Hal 10)

C. Keberhasilan Pemberian ASI

Angka keberhasilan menyusui khususnya secara eksklusif meningkat dinegara maju, tetapi hal ini belum terjadi di Negara berkembang seperti di Indonesia. Menyusui dengan baik dan tepat akan membuat produksi ASI lancar dan banyak, dan anak menjadi puas dan tenang setelah menyusu. Banyak ibu yang merasa bahwa

(14)

menyusu dengan cara apapun hasilnya akan sama, susu tetap bisa keluar dan bayi akan kenyang ( wordpress, 2011).

Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah komitmen ibu untuk menyusui, dilaksanakan secara dini (early initiation), posisi menyusui yang benar yang baik untuk ibu maupun bayi, menyusui atas permintaan bayi (on demand), dan diberikan secara eksklusif.( Afifah, 2007).

Parameter keberhasilan pemberian ASI ditandai dengan Cukupnya ASI bagi si bayi yan g ditandai dengan:

1. Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam sehari dan warnanya bersih jernih sampai kuning

2. Bayi sering buang air besar bewarna kekuningan “berbiji”.

3. Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun, dan tidur cukup. Bayi setidaknya menyusui10-12 kali dalam 24 jam.

4. Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui. 5. Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai

menyusu.

Referensi

Dokumen terkait

Ada pula yang sebelumnya adalah orang yang dapat tidur dengan normal, tetapi sewaktu mengalami suatu stress melakukan kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik untuk tidur.

Air susu ibu (ASI) perah adalah ASI yang diambil dengan cara diperah dengan tangan atau alat pompa khusus (breast pump), kemudian disimpan dalam lemari pendingin dengan

3) ASI mengandung zat pelindung atau antibodi yang melindungi terhadap penyakit. Bayi yang diberi susu selain ASI mempunyai resiko 17 kali lebih tinggi untuk mengalami

Ada beberapa kejadian yang erat hubungannya dengan kejadian kanker serviks yaitu insiden kanker sering terjadi pada mereka yang sudah menikah dibanding dengan yang

Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah tidak melakukan inisiasi, menjadwal pemberian ASI, bayi diberi minum dari botol atau dot sebelum ASI keluar, kesalahan pada

1) Pertama : menyusui dapat membangkitkan rasa percaya diri bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi kebutuhan bayi. Di satu sisi, ibu boleh merasa bangga

1) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga

Ada beberapa manfaat yang terdapat pada ASI yang baik untuk pertumbuhan bayi yaitu : mengandung anti bodi, mengurangi kejadian karies dentis, memberi rasa aman dan nyaman pada