• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi menurut Kuznets (2009:11)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi menurut Kuznets (2009:11)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Indikator Ekonomi

2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pengertian Pertumbuhan Ekonomi menurut Kuznets (2009:11)

“Pertumbuhan Ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari Negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya.”

Pengertian Pertumbuhan ekonomi menurut Untoro (2010:39)

“Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat dalam jangka panjang.”

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil.

1. Produk Domestik Bruto (PDB)

Menurut Arifin & Hadi (2009:11) “Indikator yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi suatu Negara adalah tingkat Produksi Domestik Bruto (PDB)”. Beberapa alasan digunakannya PDB (bukan PNB) sebagai indikator pengukuran pertumbuhan ekonomi, yaitu sebagai berikut.

(2)

1. PDB dihitung berdasarkan jumlah nilai tambah (value added) yang dihasilkan seluruh aktivitas produksi di dalam perekonomian. Hal ini, peningkatan PDB mencerminkan peningkatan balas jasa kepada faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi.

2. PDB dihitung atas dasar konsep siklus aliran (circulair flow concept). Artinya, perhitungan PDB mencakup nilai produk yang dihasilkan pada suatu periode tertentu. Perhitungan ini tidak mencangkup perhitungan pada periode sebelumnya. Pemanfaatan konsep aliran dalam menghitung PDB memungkinkan seseorang untuk membandingkan jumlah output pada tahun ini dengan tahun sebelumnya.

3. Batas wilayah perhitungan PDB adalah Negara (perekonomian domestik). Hal ini memungkinkan untuk mengukur sampai sejauh mana kebijakan ekonomi yang diterapkan pemerintah maupun mendorong aktivitas perekonomian domestik.

Menurut McEachern (2000:146) Produk Domestik Bruto (PDB) bahwa: “Produk domestik bruto / GDP artinya mengukur nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. GDP juga dapat digunakan untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat.”

Pengertian Produk Domestik Bruto menurut Sukirno (2004 : 17), yaitu: “Pendapatan Nasional menggambarkan tingkat produksi negara yang dicapai dalam satu tahun tertentu dan perubahannya dari tahun ke tahun. Maka ia mempunyai peranan penting dalam menggambarkan (i) tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai, dan (ii) perubahan pertumbuhannya dari tahun ke tahun. Produk nasional atau pendapatan nasional adalah istilah yang menerapkan tentang nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan sesuatu negara dalam suatu tahun tertentu.”

(3)

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa dalam periode tertentu. PDB ini dapat mencerminkan kinerja ekonomi, sehingga semakin tinggi PDB sebuah negara dapat dikatakan semakin bagus pula kinerja ekonomi di negara tersebut. Karena begitu pentingnya peran PDB di dalam suatu perekonomian, maka perlu kiranya untuk menganalisa faktorfaktor apa saja yang dapat mempengaruhi Produk Domestik Bruto. Faktor baik langsung maupun tidak langsung yang mempengaruhi PDB menurut teori Keynes, PDB terbentuk dari empat faktor yang secara positif mempengaruhinya, keempat faktor tersebut adalah konsumsi (C), investasi (I), pengeluaran pemerintah (G) dan ekspor neto (NX).

2. Inflasi

Menurut Boediono (1999) inflasi adalah :

“Kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara menyeluruh dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau mengakibatkan kenaikan pada sebagian besar harga barang-barang lain yaitu harga makanan, harga makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau, harga sandang, harga kesehatan, harga pendidikan, rekreasi, dan olahraga, harga transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga”

3. Impor

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan

mendefinisikan pengertian impor. Dalam Pasal 1 Angka 13 dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean. Lebih lanjut ditetapkan dalam Pasal 2 bahwa barang yang

(4)

dimasukkan ke dalam daerah pabean diperlakukan sebagai barang impor dan terutang bea masuk.

4. Ekspor

Menurut Irham dan Yogi (2003), mendefinisikan ekspor sebagai berikut: “Menjual barang-barang ke luar negeri untuk ekspor memperoleh devisa yang akan digunakan bagi penyelenggaraan industri/pembangunan di negaranya, dengan asumsi ekspor yang terjadi haruslah dengan diversifikasi ekspor sehingga bila terjadi kerugian dalam satu macam barang akan dapat diimbangi oleh keunggulan dari komoditi lainnya”. 2.2Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh)

2.2.1 Pengertian Pajak

Menurut Waluyo (2008:2) :

Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi-kembali, yang langsung dirunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan dikemukakan beberepa pengertian yang berhubungan dengan pajak yang didapat dari berbagai sumber :

Menurut Resmi (2013:3) :

Pajak adalah suatu kewajiban untuk menyerahkan sebagian kekayaan negara karena suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu. Pungutan tersebut bukan sebagai hukuman, tetapi menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan. Untuk itu, tidak ada jasa balik dari negara secara langsung, misalnya untuk memelihara kesejahteraan umum.

Menurut Brotodiharjo (2010:4) :

Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan secara individual; maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

(5)

Menurut Mardiasmo (2011:1) :

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang dapat digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Undang-undang perpajakan sendiri tidak memberikan definisi pajak sampai dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007. Baru pada Undang-undang inilah definisi pajak dicantumkan. Adapun definisi pajak menurut Undang-undang Ketentuan Umum Pajak Pasal 1 ini adalah sebagai berikut : “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Dapat diartikan bahwa setiap warga negara yang berpenghasilan diwajibkan untuk membayar pajak tanpa terkecuali badan maupun orang pribadi dimana manfaat atas pembayaran pajak tersebut dinikmati tidak secara langsung oleh wajib pajak.

2.2.2 Fungsi Pajak

Pajak memiliki fungsi yang sangat strategis bagi berlangsungnya pembangunan suatu negara. (IAI,2016) :

a) Fungsi penerimaan (Budgetair)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Dalam APBN pajak merupakan sumber penerimaan dalam negeri.

(6)

b) Fungsi mengatur (Regulatoir)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi, misalnya PPn BM untuk minuman keras dan barang-barang mewah lainnya.

c) Fungsi Redistribusi

Dalam fungsi redistribusi ini lebih ditekankan unsur pemerataan dan keadilan dalam masyarakat. Fungsi ini terlihat dari adanya lapisan tarif pengenaan pajak dengan adanya tarif pajak yang lebih besar untuk tingkat penghasilan yang lebih tinggi.

d) Fungsi Demokrasi

Pajak dalam fungsi demokrsi merupakan wujud sistem gotong royong. Fungsi ini dikaitkan dengan tingkat pelayanan pemerintah kepada masyarakat pembayar pajak.

2.2.3 Jenis Pajak

Terdapat berbagai jenis pajak menurut yang dapat dikelompokkan menjadi tiga,menurut Resmi (2011:7), yaitu:

1. Menurut Golongan

Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Pajak langsung: pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain. Pajak harus menjadi beban wajib pajak yang bersangkutan.

(7)

b. Pajak tidak langsung: pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika suatu kegiatan, peristiwa, atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa.

2. Menurut Sifat

Pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Pajak subjektif: pajak yang pengenaannya memerhatikan keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memerhatikan keadaan subjeknya.

b. Pajak objektif: pajak yang pengenaannya memerhatikan objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memerhatikan keadaan pribadi subjek pajak (wajib pajak) maupun tempat tinggal.

3. Menurut Lembaga Pemungut

Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Pajak Negara (pajak pusat): pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya.

b. Pajak Daerah: pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing.

(8)

2.2.4 Cara Pemungutan Pajak

Tata cara pemungutan pajak terdiri atas stesel pajak, sistem pemungutan pajak dan asas pemungutan pajak. Menurut Resmi (2011:7), stelsel pajak pemungutan pajak dapat dilakukan dengan tiga stelsel, yaitu:

a. Stelsel Pajak

1. Stelsel Nyata (Riil) ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada objek sesungguhnya terjadi (untuk PPh maka objeknya adalah penghasilan). Oleh karena itu, pemungutan pajaknya baru dapat dilakukan pada akhir tahun.

2. Stelsel Anggapan (Fiktif) menyatakan bahwa pengenaan pajak didsarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang.

3. Stelsel Campuran menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada kombinasi antara stelsel nyata dan telsel anggapan.

b. Sistem Pemungutan

Sistem pemungutan pajak di Indonesia menggunakan tiga sistem pemungutan pajak menurut Mardiasmo (2009:7), ketiga sistem pemungutan pajak tersebut yaitu:

(9)

1. Official Assessment System

merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.

2. Self Assessment System

Merupakan pemungutan pajak yang memberikan wewenang, kepercayaan,

tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung,

memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar

3. Withholding System

Merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

c. Asas Pemungutan Pajak

Menurut Waluyo (2008: 13) asas-asas pemungutan pajak yaitu: 1. Asas equality

pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata yaitu pajak dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang diterima. Adil yang dimaksud bahwa setiap wajib pajak menyumbangkan uang untuk mengeluarkan pemerintah sebanding dengan kepentingan dan manfaat yang diminta.

(10)

Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang– wenang. Oleh karena itu, wajib pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti pajak yang terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran.

3. Asas Convenience

Kapan wajib pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-saat yang tidak menyulitkan wajib pajak. Asas Economy Secara ekonomi biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban pajak bagi Wajib Pajak diharapkan seminimum mungkin, demikian pula beban yang dipikul wajib pajak.

2.2.5 Tarif Pajak

Menurut Suandy (2011:7), tarif pajak ada empat macam yaitu:

a. Tarif sebanding/proporsional adalah tarif pajak yang merupakan persentase yang tetapi jumlah pajak yang terutang akan berubah secara proporsional atau sebanding pengenaan pajaknya.

b. Tarif progresif adalah tarif pajak yang presentasenya semakin besar jika dasar pengenaan pajaknya meningkat, jumlah pajak yang terutang akan berubah sesuai dengan perubahan tarif dan perubahan dasar pengenaan pajaknya.

c. Tarif degresif adalah tarif pajak yang persentasenya semakin kecil jika dasar pengenaan pajaknya meningkat, jumlah pajak yang terutang akan berubah sesuai dengan perubahan tarif dan perubahan dasar pengenaan pajaknya.

(11)

d. Tarif tetap adalah tarif pajak yang jumlah nominalnya tetap walaupun dasar pengenaan pajaknya berbeda/berubah, sehingga jumlah pajak yang terutang selalu tetap.

2.2.6 Pengertian Pajak Penghasilan

Menurut Suandy (2011:36):

“Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap penghasilan, dapat dikenakan secara berkala dan berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu baik masa pajak maupun tahun pajak”.

Pada prinsipnya setiap orang pribadi/badan yang memenuhi kewajiban subjektif dan objektifnya, wajib mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak (WP) berdasarkan sistem “self assessment”. Ketika orang pribadi/badan mendaftarkan diri mendapatkan NPWP, selanjutnya oleh KPP akan dicatat sebagai WP dan diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), itu terdiri dari 15 digit angka spesifik yang hanya dimiliki oleh WP yang bersangkutan.

Kewajiban umum perpajakan bagi WP adalah menghitung Pajak Penghasilan (PPh) selama setahun dan menyetorkan PPh dengan sarana Surat Setoran Pajak (SSP) jika terdapat Pajak Penghasilan (PPh) yang kurang dibayar serta melaporkan pajak dengan saran Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh.

Pengertian PPh diatur di dalam Pasal 1 Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh) yang menyebutkan bahwa PPh dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.

Subjek pajak (Wajib Pajak) yang menerima atau memperoleh penghasilan selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam

(12)

bagian tahun pajak, apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.

Yang dimaksud dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh adalah pajak penghasilan yang diakui berdasarkan basis kas (diterima) atau basis akrual (diperoleh atau yang akan diterima), sedangkan tahun pajak adalah tahun takwim, namun WP dapat menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwim, sepanjang tahun buku tersebut meliputi jangka waktu 12 bulan. (IAI,2016)

2.2.7 Subjek Pajak Penghasilan

Subjek Pajak Penghasilan menurut Resmi (2011:75) adalah Segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk memperoleh penghasilan dan menjadi sasaran untuk dikenakan Pajak Penghasilan.

Berdasarkan lokasi geografis, subjek pajak dapat dibedakan menjadi dua menurut Resmi (2011:76), kedua subjek pajak tersebut yaitu:

1. Subjek Pajak Dalam Negeri adalah:

a. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia. b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, meliputi

Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk

(13)

apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi yang sejenis, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk reksadana. Kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:

 Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan

 Pembiayaanya bersumber dari APBN atau APBD

 Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah

 Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara

 Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.

2. Subjek Pajak Luar Negeri adalah:

a.Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia.

b.Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia

(14)

yang dapat menerima atau memperoleh panghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia.

2.2.8 Objek Pajak Penghasilan

Objek pajak merupakan segala sesuatu (barang, jasa, kegiatan, atau dikenakan pajak.

Menurut Resmi (2011:79):

Objek Pajak Penghasilan adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP), baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Menurut Resmi (2013:80) dilihat dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis kepada Wajib Pajak, penghasilan dapat dikelompokkan menjadi : 1. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas seperti

gaji, honorarium, penghasilan dari praktik dokter, notaris, aktuaris, akuntan, pengacara, dan sebagainya;

2. Penghasilan dari usaha dan kegiatan;

3. Penghasilan dari modal, yang berupa harta bergerak ataupun harta tak gerak, seperti bunga, dividen, royalti, sewa, dan keuntungan penjualan harta atau hak yang tidak dipergunakan untuk usaha; dan

(15)

2.2.9 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti/ Tahun Judul Hasil Penelitian Variabel persamaan Variabel perbedaan 1 Sinaga (2010) Pengaruh ekonomi makro terhadap Total Penerimaan Pajak dan Penerimaan Jenis Lainnya PDB, Nilai Tukar, Impor dan Inflasi mempengaruhi Total Penermaan Pajak Persamaannya yaitu meneliti pengaruh PDB, Inflasi dan impot terhadap penerimaan pajak Perbedaannya yaitu peneliti sebelumnya meneliti nilai tukar sebagai variabel ekonomi makro terhadap penerimaan pajak 2 Purnamasa ri (2011) Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penerimaan Pajak Indonesia Pertumbuhan Ekonomi yang dilihat dari GDP berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak di Indonesia Persamaannya yaitu meneliti mengenai Penerimaan Pajak Indonesia Perbedaanya yaitu terletak tidak hanya meneliti tentang GDP saja tetapi meneliti tentang Inflasi, Ekspor dan Impor 3 Wijayanti (2015) Analisis Penerimaan Pajak Indonesia : Pendekatan Ekonomi Makro GDP, Inflasi, Nilai Tukar, Belanja Negara mempengaruhi Penerimaan Pajak Persamaannya yaitu meneliti mengenai pengaruh GDP dan Inflasi dan Penerimaan Pajak

Perbedaanya yaitu peneliti terdahulu juga meneliti tentang Nilai tukar dan Belanja negara 4 Hidayatulla h (2016) Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia berpengaruh positif dan signifikan Persamaannya yaitu meneliti mengenai Penerimaan Pajak Indonesia Perbedaannya yaitu peneliti terdahulu hanya meniliti tentang PDB dan inflasi saja

(16)

Realisasi

Penerimaan Pajak di Indonesia

terhadap realisasi penerimaan pajak

tidak adanya impor dan ekspor

2.2.10 Kerangka Pemikiran

Krisis global adalah salah satu dilema yang sedang dihadapi Indonesia sejak dahulu hingga sekarang. Dan ini adalah dinamika kehidupan ekonomi yang tidak tetap perubahannya. Kadang sistem ekonomi dunia naik, kadang sistem ekonomi dunia merosot drastis. Ini menyebabkan gejolak besar bagi kehidupan ekonomi seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Ekonomi Indonesia adalah bagian dari ekonomi global, sudah tentu akan memberikan pengaruh langsung maupun tidak langsung. Dampak krisis ekonomi global, mengancam pembangunan di Indonesia. Krisis akan mengakibatkan guncangan struktural, gucangan ekonomi akan mengakibatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi efek tersebut akan mempengaruhi penerimaan pajak Negara. Produk Domestik Bruto merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi pada suatu Negara, sedangkan pertumbuhakan ekonomi merupakan slahsatu asumsi makro ekonomi yang digunakan untuk mengetahui besaran penerimaan pajak

Menurut hasil penelitian Taha, Loganathan, Nanthakumar dan Sisiran R.N. (2011) menyatakan bahwa penelitian tersebut menujukan bahwa perubahan pajak tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Namun pertumbuhan ekonomi yang kuat dapat membantu menaikan penerimaan pajak. Kondisi yang juga menjadi

(17)

variabal penting dalam mendongkrak pendapatan pajak adalah stabilitas ekonomi. perkembangan ekonomi nasional dan global. Perubahan yang tidak terduga dalam perekonomian akan berpengaruh secara otomatis penerimaan pajak.

Kerangka Pemikiran

2.2.11 Hipotesis

Ho : Indikator Ekonomi Tidak Berpengaruh Terhadap Penerimaan Pajak H1 : Indikator Ekonomi Bepengaruh Terhadap Penerimaan Pajak

Krisis Ekonomi Indikator Ekonomi (X) Penerimaan Pajak Penghasilan (Y)

Referensi

Dokumen terkait

Menurunnya realisasi produksi jagung pada SR I 2014 sebesar 5,02 persen dibandingkan dengan SR I 2013 karena beberapa kabupaten mengalami penurunan produksi, antara lain

Memang kendala dari para siswa tentang proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam berbasis ICT atau multimedia tidak begitu serius. Hal ini karena memang kebanyakan

Hubungan Pendekatan Personal terhadap Kecerdasan Emosi dan Hasil Belajar Siswa CIBI (Cerdas Istimewa Bakat Istimewa) pada Mata Pelajaran IPA (Kelas VII semester genap di SMP Negeri

Berkenaan dengan otonomi daerah yang dikenal pula dengan desentralisasi pendidikan membuat Madrasah harus memiliki strategi-strategi baik dalam mengelola

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui 1) Pelaksanaan praktik mengajar mahasiswa PPL jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN

Hasil analisis konsentrasi logam berat Cd, Pb, dan Mn yang diperoleh pada sedimen kolam TPA Muara Fajar Pekanbaru dievaluasi dengan nilai baku mutu yang

Penentuan jumlah flavonoid total ekstrak etanol daun buah merah (Pandanus conoideus Lamk.) adalah secara kolorimetri komplementer atau menggunakan dua metode yaitu

• Pengambilan contoh bertujuan ( purposive sampling ) adalah pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan syarat atau kriteria tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti