• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengambilan sampel. Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) Delayota Experiment Team (D Expert) 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengambilan sampel. Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) Delayota Experiment Team (D Expert) 2012"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

Pengambilan sampel

Kelompok Ilmiah Remaja (KIR)

Delayota Experiment Team (D’Expert)

2012

(2)

• Seringkali kita tidak dapat melakukan penelitian atau analisis secara langsung terhadap

keseluruhan objek penelitian.

• Kasus I: Objek terlalu besar sehingga diperlukan biaya tinggi dan waktu lama untuk mengamati.

Seorang siswa SMA hendak meneliti pandangan pelajar kota Yogyakarta tentang aksi premanisme. Karena

objek penelitiannya adalah pelajar, maka ia harus meneliti siswa dari puluhan sekolah di kota

Yogyakarta. Bisa dibayangkan, berapa banyak siswa yang harus ditanyai atau diberinya angket ?

(3)

• Kasus II: Pengamatan terhadap keseluruhan objek tidak dapat dilakukan secara objektif;

• Kasus III: Pengamatan dapat merusak objek sehingga penelitian tidak bermanfaat.

Pak Kumis adalah pegawai bagian produksi di sebuah perusahaan catering. Untuk memastikan makanan yang diproduksi tetap enak, ia harus mencicipi

makanan tersebut. Tentu ia tidak mungkin mencicipi seluruh makanan, karena jika ia sudah kenyang,

makanan seenak apapun tetap terasa tidak enak, demikian pula sebaliknya. Bila pak Kumis memakan semuanya, lalu makanan apa yang hendak disajikan kepada konsumen?

(4)

• Untuk mengatasi masalah di muka, kita perlu melakukan pengambilan sampel dari populasi.

– Populasi: keseluruhan objek yang hendak diteliti. – Sampel: bagian dari populasi.

• Pengambilan sampel dilakukan sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh informasi

tentang populasi yang diinginkan melalui

pengamatan atau perlakuan pada sampel yang telah diambil.

• Keterangan tentang populasi biasa disebut

parameter, sedangkan keterangan yang diperoleh dari sampel disebut statistik.

(5)

• Proses memperoleh keterangan tentang populasi dari sampel disebut inferensi.

(6)

Menurut Teken (1965) dalam Singarimbun dan

Effendi (1987), suatu metode pengambilan

sampel yang ideal harus memenuhi sifat-sifat

di bawah ini:

– Dapat menghasilkan gambaran yang dipercaya dari seluruh populasi (representatif).

– Dapat menentukan ketepatan (presisi) dari hasil penelitian.

– Sederhana sehingga mudah dilaksanakan. – Memberikan keterangan sebanyak mungkin

(7)

Uraian Teken membawa kita pada dua

masalah utama dalam pengambilan sampel:

– Bagaimana suatu sampel dapat diambil dari

populasi?

– Berapa banyak sampel yang harus diambil?

Dua masalah ini yang akan kita bahas secara

detail pada bagian-bagian selanjutnya.

(8)

Kerangka sampling (

sampling frame

)

merupakan daftar seluruh unit populasi yang

akan digunakan untuk mengambil sampel.

Kerangka sampling dapat diperoleh:

– dari penelitian sebelumnya, misal sensus

penduduk menghasilkan kerangka sampling untuk penelitian-penelitian BPS.

– dari pejabat yang berwenang, misal kepala

sekolah (untuk data siswa dalam satu sekolah), lurah/ketua RT (untuk data penduduk dalam satu kelurahan/RT), dan sebagainya.

(9)

• Penggalan contoh kerangka sampel (sampling frame) dalam suatu penelitian terhadap siswa-siswi SMAN 8 Yogyakarta.

(10)

BAGIAN I

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

Pengambilan Sampel Penelitian

(11)

• Teknik pengambilan sampel hanya dikenakan

pada unit-unit populasi yang terhitung banyaknya (countable).

• Pada hakekatnya, pengambilan sampel dapat dibedakan menjadi dua cara, yakni:

– Pengambilan sampel probabilistik, bila setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk terambil sebagai anggota sampel.

– Pengambilan sampel nonprobabilistik, bila peluang satu anggota populasi untuk terpilih menjadi anggota sampel tidak sama dengan peluang anggota lainnya.

(12)

Pengambilan sampel probabilistik meliputi

beberapa teknik di bawah ini:

– Contoh acak sederhana (simple random sampling) – Contoh acak berlapis (stratified random sampling) – Contoh kelompok (cluster sampling)

– Contoh sistematis (systematic sampling)

Pengambilan sampel nonprobabilistik

meliputi

beberapa teknik di bawah ini:

– Contoh bertujuan (purposive sampling) – Contoh bola salju (snowball sampling)

– Contoh berdasar keterangan ahli (expert sampling) – Contoh berdasar kuota (quota sampling)

– Contoh sambil-lalu (haphazard/incidental sampling)

(13)

• Dalam pengambilan contoh acak sederhana (simple random sampling), setiap anggota

populasi memiliki peluang atau kemungkinan yang sama untuk terpilih menjadi anggota

sampel.

• Teknis pengambilan contoh acak sederhana dapat dilakukan dengan menggunakan undian maupun angka acak (random numbers) yang dapat

diperoleh dari literatur, komputer, maupun kalkulator scientific.

• Pengambilan sampel acak sederhana hanya boleh dilakukan bila populasi dapat dianggap homogen untuk kriteria yang hendak diteliti.

(14)

• Contoh tabel angka acak dari buku/literatur. Bila

diperlukan tiga digit angka acak, bacalah angka tersebut setiap tiga angka, dan seterusnya. Angka yang lebih

besar daripada jumlah populasi biasanya diabaikan. Penentuan tempat awal pembacaan dapat dilakukan dengan pensil sambil menutup mata.

(15)

• Angka acak juga dapat

diperoleh dengan bantuan komputer, misalnya dalam

Microsoft Excel dengan perintah

=randbetween(a,b)

untuk menghasilkan bilangan acak yang besarnya terletak di antara a dan b.

Bila dikehendaki bilangan acak antara 0 dan 1, dapat langsung digunakan perintah

(16)

Kelebihan:

Merupakan teknik pengambilan sampel

yang cukup praktis.

Tidak memerlukan informasi yang rinci

tentang populasi.

Tidak memerlukan penggolongan/klasifikasi

anggota populasi.

Kelemahan:

Tingkat kesalahan cenderung besar,

terutama bila populasi tidak homogen.

Cenderung mengabaikan informasi tentang

populasi.

(17)

• Pada pengambilan contoh acak berlapis (stratified random sampling), mula-mula populasi dibagi

menjadi dua atau lebih lapisan (stratum) yang lebih homogen dan bersifat saling asing

(mutually exclusive), yakni setiap anggota populasi berasal dari tepat satu lapisan.

Selanjutnya, dari masing-masing lapisan yang terbentuk diambil sejumlah sampel secara acak.

• Banyaknya sampel yang diambil dari setiap lapisan dinamakan alokasi sampel, dapat

ditentukan seragam (sama untuk tiap lapisan), proporsional, maupun biaya minimum.

(18)

• Pada alokasi sampel seragam,

banyaknya sampel yang diambil dari setiap lapisan sama banyak.

• Pada alokasi sampel proporsional, banyaknya sampel yang diambil dari setiap lapisan sebanding dengan

banyaknya anggota populasi dalam lapisan tersebut.

• Pada alokasi sampel biaya minimum, ditentukan jumlah sampel

sedemikian rupa sehingga biaya yang dikeluarkan (oleh peneliti/sponsor) mencapai minimum.

(19)

Bajuri, siswa SMA “Maju”, hendak mengadakan penelitian tentang persepsi siswa SMA “Maju” terhadap penambahan jam pelajaran. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMA “Maju” yang berjumlah 1800 orang dan dapat dibagi menjadi tiga lapisan di bawah ini:

• stratum siswa kelas XII sebanyak 600 orang, • stratum siswa kelas XI sebanyak 600 orang, • stratum siswa kelas X sebanyak 600 orang.

Dari tiap stratum, Bajuri mengambil sejumlah siswa secara acak sebagai sampel untuk mengisi kuesioner yang telah disiapkan. Pengambilan sampel inilah yang disebut contoh acak berlapis (stratified random sampling).

I L U S T R A S I

(20)

Kelebihan:

Dalam kondisi populasi heterogen, sampel

ini lebih representatif dibandingkan

pengambilan contoh acak sederhana.

Memungkinkan dilakukannya perbandingan

antar kondisi lapisan / stratum.

Kelemahan:

Diperlukannya informasi yang cukup

tentang masing-masing lapisan (stratum).

Peneliti harus menggolongkan

masing-masing unit populasi ke dalam setiap

stratum secara tepat.

(21)

• Mula-mula, populasi dibagi menjadi beberapa kelompok (cluster), kemudian diambil satu atau lebih cluster secara acak. Seluruh anggota

populasi yang terdapat dalam kelompok / cluster

itulah yang diteliti.

• Perbedaan dengan sampel acak berlapis pada homogenitas: masing-masing lapisan pada

sampel acak berlapis cenderung lebih homogen, sedangkan masing-masing kelompok pada

sampel berkelompok (cluster sampling) tidak

harus lebih homogen.  lihat gambar pada slide berikut.

(22)

populasi Stratum ke-1 Stratum ke-2 ... Stratum ke-n Stratified random sampling: Populasi dibagi menjadi beberapa lapisan, kemudian dari masing-masing lapisan diambil sejumlah individu sebagai sampel. populasi Cluster sampling: Populasi dibagi menjadi beberapa kelompok / cluster, kemudian dipilih satu atau lebih kelompok sebagai sampel.

(23)

I L U S T R A S I

Seorang peneliti ingin mengetahui tingkat pemahaman

siswa-siswi kelas enam SD di Kota Yogyakarta tentang kese-hatan reproduksi. Untuk itu, diperlukan sampel dari

puluhan SD di kota Yogyakarta. Dalam hal ini, pengambilan contoh acak sederhana tidak dapat dilakukan karena tidak tersedia kerangka sampel berupa daftar nama seluruh siswa kelas enam SD di Kota Yogyakarta.

Apa yang dapat dilakukan? Peneliti dapat memandang

kecamatan sebagai kelompok (cluster), kemudian memilih satu atau lebih kecamatan secara acak sebagai sampel.

Selanjutnya, peneliti mengunjungi setiap SD yang terdapat dalam kecamatan tersebut dan menanyai siswa-siswi kelas enam di sekolah-sekolah tersebut sebagai sampel dalam penelitiannya.

(24)

Cluster yang telah dipilih (sebagai unit sampel primer) dapat dibagi lagi menjadi beberapa

subkelompok yang disebut unit sampel sekunder. Proses ini disebut pengambilan contoh dua tahap (two stage sampling menurut Mahalanobis atau

subsampling menurut Cochran).

• Kelebihan:

• Praktis, karena kebutuhan data untuk kerangka sampel (sampling frame) dapat diperkecil.

• Kelemahan:

• Membagi cluster agar semuanya tetap mewakili (representatif) terhadap populasi penelitian

merupakan hal yang sukar.

• Pengukuran kesalahan (galat/eror) sangat sulit dilakukan.

(25)

I L U S T R A S I

Dari contoh semula, misal peneliti menganggap kecamatan sebagai “unit sampling primer”, ia dapat menganggap

sekolah sebagai “unit sampling sekunder”. Untuk itu, ia mencatat daftar sekolah dalam setiap kecamatan yang

terpilih sebagai sampel, kemudian mengundi untuk memilih satu atau lebih sekolah-sekolah dalam kecamatan tersebut. Selanjutnya, peneliti menanyai semua siswa kelas enam

pada sekolah yang telah terpilih sebagai unit sampel. Dalam hal ini, peneliti tersebut menggunakan sampel multistage sampling. POPULASI UNIT SAMPLING PRIMER UNIT SAMPLING SEKUNDER Diambil satu atau lebih Diambil satu atau lebih

(26)

Pada pengambilan contoh sistematis

(systematic sampling

)

,

diperlukan aturan

tertentu untuk mengambil sampel dengan

bantuan angka acak.

Ada tiga macam aturan yang dapat digunakan

untuk mengambil contoh sistematis sebanyak

n

dari suatu populasi berukuran N, yakni:

– Aturan Taro Yamane (1967) – Aturan Cochran (1977)

(27)

Aturan Taro Yamane (1967)

• Ditentukan n, kemudian ditentukan bilangan k = n/N (dibulatkan).

• Selanjutnya diambil bilangan acak j, 0 < j < N. • Sampel sistematik yang terpilih adalah unit-unit

populasi yang bernomor (j), (j ± k), (j ± 2k), (j ± 3k), dan seterusnya.

Aturan Cochran (1977)

• Ditentukan n, kemudian ditentukan bilangan k = n/N (dibulatkan).

• Selanjutnya diambil bilangan acak j, 0 < j < k.

• Sampel sistematik yang terpilih adalah unit-unit populasi yang bernomor (j), (j + k), (j + 2k), (j + 3k), dan seterusnya.

(28)

Aturan Lahiri (1952) dalam Murthy (1967),

dikutip dalam Cochran (1977)

• Ditentukan n, kemudian ditentukan bilangan k = n/N (dibulatkan).

• Selanjutnya diambil bilangan acak j, 0 < j < N. • Sampel sistematik yang terpilih adalah unit-unit

populasi yang bernomor (j), (j +k), (j+ 2k), dan seterusnya memutari “lingkaran” khayal, artinya bila (j + pk) > N, secara otomatis kita mengambil unit ke (j + pk – N) sebagai sampel.

• Catatan: Tidak masalah aturan mana yang hendak digunakan, asalkan konsisten dalam menentukan sampel yang dipilih!

(29)

y y + k y + 2k y + 3k y + 4k y + 5k ....

Ilustrasi Contoh Sistematik Metode Cochran

Ilustrasi Contoh Sistematik Metode Taro Yamane

y – 3k y – 2k y - k y y + k y + 2k ....

Ilustrasi Contoh Sistematik Metode Lahiri

y y + k y + 2k y + 3k y + 4k y + 6k y + 5k y + 10k y + 7k

y + 8k Dalam contoh sistematik

metode Lahiri di samping, y + 10k > N

sehingga yang diambil seba-gai sampel adalah unit ke

y + 10k – N

Ternyata unit ini berada di antara unit ke y dan y+k.

(30)

I L U S T R A S I

Seorang peneliti ingin mengetahui pendapat para pedagang di pasar Prawirotaman terhadap usulan pembangunan

pusat jajan dan oleh-oleh di lantai atas pasar tersebut. Dari sang Lurah Pasar, ia memperoleh daftar pedagang di pasar tersebut sebagai kerangka contoh (sampling frame). Misal di pasar tersebut ada 600 pedagang, dan ia hendak

mengambil sampel sebanyak 100 orang dengan teknik pengambilan sampel sistematik menurut Taro Yamane. Mula-mula ditentukan k = 100/600 = 6. Selanjutnya, ia

mengambil angka dari tabel bilangan random, misal didapat angka 243. Untuk itu, diambil sampel pedagang dengan

nomor ... 195, 201, 207, 213, 219, 225, 231, 237, 243, 249, 255, 261, 267, 273, 289, 295, 301, ... (dan seterusnya).

(31)

Pengambilan contoh bertujuan (

purposive

sampling

) adalah pengambilan sampel yang

dilakukan berdasarkan syarat atau kriteria

tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti

sesuai dengan hipotesis atau tujuan

penelitiannya.

Dalam hal peneliti melakukan pengambilan

sampel berdasarkan penilaiannya sendiri,

contoh semacam ini dinamakan pengambilan

contoh tertentu (

judgement sampling

).

(32)

I L U S T R A S I

Hilda ingin meneliti cara belajar yang digunakan oleh siswa-siswi yang pernah mewakili Indonesia dalam olimpiade

sains tingkat Internasional. Oleh karena itu, ia hanya akan mewawancarai siswa-siswi yang pernah mewakili Indonesia dalam olimpiade tersebut. Siswa-siswi peserta olimpiade sains tingkat Internasional yang ditanyai ini dapat

dipandang sebagai sampel bertujuan/purposive sampling. Bobo ingin mengetahui cara belajar yang diterapkan pada anak-anak dengan gangguan mental Attention Deficit

Hiperactivity Disorder (ADHD). Karena adanya perbedaan derajat gangguan tersebut, maka ia mengamati dan menen-tukan sendiri apakah subjek ADHD yang ia temui layak

dijadikan sampel dalam penelitiannya. Proses pengambilan contoh seperti inilah yang disebut judgement sampling.

(33)

Kelebihan:

Peneliti dapat menentukan sendiri kriteria

sampel yang diinginkan olehnya.

Memungkinkan diperolehnya sampel

dengan kondisi-kondisi khusus menurut

pertimbangan peneliti.

Kelemahan:

Tidak selalu dapat digunakan untuk

mengukur proporsi secara kualitatif, kecuali

bila digunakan sampel dalam jumlah yang

cukup besar.

(34)

Contoh dari ahli (

expert sampling

) merupakan

pemilihan sampel berdasarkan pendapat dari

para ahli atau orang yang lebih mengetahui

kondisi populasi.

Kelebihan:

– Praktis, terutama bagi penelitian yang dilakukan di luar daerah jangkauan peneliti.

Kelemahan:

– Informasi yang diberikan bisa bersifat bias karena terdapat tendensi/keinginan tertentu dari pemberi informasi.

(35)

Gober ingin meneliti pandangan pelajar kelas XII SMA /

sederajat di kabupaten Sleman terhadap rencana penerapan Uang Kuliah Tunggal (UKT) di beberapa Perguruan Tinggi

Negeri (PTN) mulai tahun ajaran 2013/2014 nanti. Sayang-nya, Gober tidak memiliki informasi tentang SMA, SMK, dan MA yang berada di Kabupaten Sleman. Oleh karena itu,

Gober mendatangi kantor Dinas Pendidikan Kabupaten

Sleman dan menemui Kepala Dinas tersebut. Salah seorang staf dinas tersebut kemudian menunjukkan beberapa

sekolah yang sebaiknya dijadikan sampel untuk penelitian itu. Berbekal informasi dari staf dinas ini, Gober segera mendatangi sekolah-sekolah yang dimaksud untuk melak-sanakan penelitian yang diinginkannya.

I L U S T R A S I

(36)

• Pada pengambilan contoh bola salju (snowball sampling), mula-mula peneliti mengambil

beberapa individu sebagai responden/sampel. Dari sampel yang telah terambil ini, peneliti

mendapatkan informasi tentang beberapa orang lain yang juga dapat dijadikan sampel, demikian seterusnya hingga peneliti memperoleh sejumlah sampel yang cukup.

• Metode ini biasanya digunakan bilamana tidak terdapat informasi pasti tentang jumlah maupun distribusi anggota populasi yang hendak diteliti.

(37)

Husin ingin meneliti potensi ekonomis pementasan wayang kulit oleh dalang di kota Yogyakarta. Karena tidak adanya daftar dalang di kota Yogyakarta, maka Husin mengambil dua orang dalang yang diketahuinya sebagai sampel. Dari dalang tersebut, Husin mempero-leh kontak dalang lain sebagai sampel berikutnya.

Demikian terus menerus hingga ia mendapat sejumlah dalang sebagai sampel.

I L U S T R A S I

• Bila tersedia informasi yang cukup tentang anggota populasi, sebaiknya peneliti tidak menggunakan

teknik pengambilan sampel Bola Salju (snowball sampling) ini.

(38)

Pada pengambilan contoh dengan kuota

(

quota sampling

)

,

peneliti memfokuskan diri

pada pemenuhan jumlah responden yang

diperlukan dari masing-masing kelompok atau

lapisan. Umumnya peneliti tidak memiliki

kerangka sampling, namun perlu mengambil

sampel dari berbagai kategori dalam jumlah

tertentu agar dapat dibandingkan.

Bila peneliti memiliki kerangka sampel, contoh

kuota lebih baik diganti dengan contoh acak

berlapis (

stratified random sampling

).

(39)

Bulan Juli mendatang, Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan RI berencana menerapkan kurikulum 2013 di tingkat pendidikan SD hingga SMA. Hatori, seorang

pengamat pendidikan, ingin mengetahui pandangan pela-jar SMP kelas IX di suatu kota tentang pemberlakuan

kurikulum 2013. Berdasarkan informasi yang ada, di sekolah tersebut terdapat 14 SMP Negeri dan 26 SMP swasta. Hatori berencana mengambil 200 pelajar SMP sebagai sampel, dengan kuota:

(14 / 40) x 200 orang = 70 siswa SMP Negeri (26 / 40) x 200 orang = 130 siswa SMP Swasta

Pengambilan sampel ini tergolong sampel kuota, kare-na Hatori hanya memperhatikan jumlah siswa yang diperlukan dalam sampelnya. I L U S T R A S I

(40)

Pengambilan contoh sambil-lalu (

incidental

sampling

atau

haphazard sampling

) dilakukan

responden dengan ‘mengambil’ sembarang

orang yang bisa diraihnya saat penelitian

untuk dijadikan sampel.

Pengambilan contoh sambil-lalu sering

dijumpai dalam uji organoleptik dan dalam

riset perdagangan yang mengandung unsur

promotif. Dalam penelitian ini, kondisi individu

sampel tidak dianggap penting.

(41)

PT AntiNgelak merupakan produsen air minum dalam kemasan (AMDK) baru yang mengklaim produknya

jauh lebih segar dan lebih nikmat dibandingkan produk air minum dalam kemasan maupun air mineral

sejenisnya. Untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang air minum ini, PT AntiNgelak membuka stand di suatu mall. Beberapa karyawan PT AntiNgelak

kemudian menanyai orang-orang yang lewat maupun berbelanja di mall tersebut sambil membagikan

kenang-kenangan cantik. Dalam hal ini seorang pengunjung mall terpilih menjadi sampel karena kebetulan semata-mata, inilah yang dinamakan haphazard atau incidental sampling.

I L U S T R A S I

(42)

• Pengambilan sampel digunakan untuk memilih responden, bukan informan. Informan adalah orang yang menjadi pemberi informasi karena pengetahuannya, bukan karena posisinya yang mewakili suatu populasi.

• Pengambilan sampel hanya digunakan pada

populasi yang jumlahnya terhitung (countable). – Populasi = masyarakat RW XI Mantrijeron Yogyakarta,

sampel = 100 warga yang dipilih secara acak (benar). – Populasi = air laut di pantai selatan, sampel = dua liter

(43)

Bila peneliti ingin menggunakan pendekatan

kuantitatif (misalnya menentukan persentase

atau rata-rata suatu populasi berdasarkan

sampel, membandingkan rata-rata beberapa

populasi, dan sejenisnya), sebaiknya peneliti

menggunakan teknik pengambilan sampel

probabilistik.

Sampel nonprobabilistik juga boleh digunakan

untuk keperluan di atas, asalkan jumlah

sampel yang diambil cukup besar sehingga

meyakinkan.

(44)

BAGIAN II

PENENTUAN JUMLAH SAMPEL

Pengambilan Sampel Penelitian

(45)

Semakin tinggi derajat keseragaman (

degree

of homogeneity

) populasi, sampel yang

diambil akan semakin sedikit.

Semakin tinggi ketelitian (presisi), sampel yang

dibutuhkan akan semakin banyak.

Semakin banyak sampel yang diambil,

dibutuhkan waktu, tenaga, dan biaya yang

semakin besar.

Beberapa teknik analisis data mensyaratkan

jumlah sampel tertentu yang cukup besar.

(46)

• Pada tahun 1970, Robert V Krejcie dan Daryle W Morgan mempublikasikan tabel ukuran sampel yang dapat langsung digunakan tanpa melakukan perhitungan apapun. Tabel Krejcie dan Morgan pada tingkat signifikansi 5% dapat dilihat pada slide berikut.

• Untuk keperluan khusus (misal pembandingan dua rata-rata dengan uji t, perbandingan

proporsi, dan sejenisnya) sebaiknya peneliti menghitung sendiri jumlah sampel yang

(47)

N n N n N n N n N n 10 10 110 86 300 169 950 274 4500 354 15 14 120 92 320 175 1000 278 5000 357 20 19 130 97 340 181 1100 285 6000 361 25 24 140 103 360 186 1200 291 7000 364 30 28 150 108 380 191 1300 297 8000 367 35 32 160 113 400 196 1400 302 9000 368 40 36 170 118 420 201 1500 306 10000 370 45 40 180 123 440 205 1600 310 15000 375 50 44 190 127 460 210 1700 313 20000 377 55 48 200 132 480 214 1800 317 30000 379 60 52 210 136 500 217 1900 320 40000 380 65 56 220 140 550 226 2000 322 50000 381 70 59 230 144 600 234 2200 327 75000 382 75 63 240 148 650 242 2400 331 1000000 384 80 66 250 152 700 248 2600 335 N = ukuran populasi n = ukuran sampel 85 70 260 155 750 254 2800 338 90 73 270 159 800 260 3000 341 95 76 280 162 850 265 3500 346 100 80 290 165 900 269 4000 351

(48)

• Bila disajikan dalam bentuk diagram, tabel pada slide di atas akan menjadi seperti di bawah ini.

(49)

• Cochran, William G. 1977. Sampling Techniquees, 3rd edition. New York: John Wiley and Sons

Laning, Vina Dwi. 2009. Sosiologi untuk SMA/MA Kelas

XII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

• Sardjono. 2011. Metode Survei Sampel. Yogyakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada (UGM)

• Suharto, G. 1988. Metode Penelitian dalam Pendidikan Bahasa. Yogyakarta: Fakultas Bahasa dan Seni Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Yogyakarta

Gambar

Ilustrasi Contoh Sistematik Metode Cochran

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tuhan telah menyatakan rencana pembentukan-Nya sejak Paulus bertobat sehingga ia dapat dipakai Allah menjadi alat kemuliaan-Nya seperti dicatat dalam Kisah Para Rasul

PARIWISATA (TOURISM).. Rekayasa Perawatan dan Restorasi Jembatan Bridge Maintenance, and Restoration Engineering 1 - T.. Animasi Animation 1

oleh rata-rata nilai pemahaman konsep siswa yang diberi perlakuan dengan model pembel- ajaran kooperatif tipe Numbered Heads To- ghether (NHT) berbasis kartu domino yaitu

Untuk mencari jumlah pekerja yang dibutuhkan dalam proses produksi pembuatan  beton tiang pancang bulat ( spunt piles) dapat dilakukan dengan membagi waktu proses  produksi

Peraturan Bupati Pati Nomor 1 Tahun 2017 tentang Pendelegasian Wewenang Kepada Kepala Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Pati Untuk

Biakan bakteri dalam media MH 5% Sheep Blood Agar tersebut diamati ada atau tidak zona hambat yang terbentuk kemudian diameter zona hambat diukur menggunakan jangka

Soang-soang siswa sané sampun wusan malajahin basa lan sastra Bali matetujon mangda maderbé kaweruhan miwah kawagedan mabasa tulis, waged nyuratang daging pikayunan