• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEEFEKTIFAN. PERANGKAP LIKAT BERWARNA UNTUK PEMANTAUAN TRIPS PADA PERTANAMAN CABAI (Capsicum annuum) DI BOGOR AHMAD KHOERUDIN LATIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEEFEKTIFAN. PERANGKAP LIKAT BERWARNA UNTUK PEMANTAUAN TRIPS PADA PERTANAMAN CABAI (Capsicum annuum) DI BOGOR AHMAD KHOERUDIN LATIP"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

KEEFEKTIFAN

PEMAN

CAB

DEPA

IN

N PERANGKAP LIKAT BERWARN

NTAUAN TRIPS PADA PERTANAM

BAI (Capsicum annuum) DI BOGOR

AHMAD KHOERUDIN LATIP

ARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

NSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

NA UNTUK

MAN

R

N

(2)

AHMAD KHOERUDIN LATIP. Keefektifan Perangkap Likat Berwarna untuk Pemantauan Trips pada Pertanaman Cabai (Capsicum annuum) di Bogor. Di bimbing oleh DEWI SARTIAMI dan ALI NURMANSYAH.

Trips adalah serangga berukuran kecil dan merupakan salah satu organisme pengganggu utama tanaman cabai. Salah satu cara pemantauan hama ini yang sedang dikembangkan adalah menggunakan perangkap likat berwarna. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan perangkap likat warna biru, kuning dan putih terhadap hama trips pada pertanaman cabai. Penelitian dilakukan di pertanaman cabai milik petani di Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung dan Desa Situ Gede, Kecamatan Darmaga. Penelitian dilakukan dengan memasang ketiga warna perangkap likat tersebut pada dua ukuran petak berbeda, yaitu ukuran petak 5 m x 5 m dan 7 m x 7 m. Pada setiap jenis ukuran petak, ketiga jenis warna perangkap likat tersebut juga dipasang selama 8 kali dengan interval 1 minggu pada fase vegetatif dan generatif. Trips yang tertangkap pada setiap warna perangkap likat dihitung dan diidentifikasi spesiesnya. Ukuran perangkap likat yang digunakan adalah 15 cm x 21.5 cm. Hasil penelitian memperlihatkan efektivitas yang sama antara perangkap likat warna biru dan putih untuk hama spesies Thrips parvispinus, dan Thrips palmi. Jumlah trips yang tertangkap pada perangkap likat warna biru dan putih nyata lebih tinggi daripada jumlah trips yang terperangkap pada perangkap likat warna kuning. Trips Microcephalothrips abdominalis dan Mymarothrips bicolor tertangkap pada semua jenis warna perangkap likat. Antara ukuran petak 5 m x 5 m dan 7 m x 7 m tidak memperlihatkan perbedaan hasil tangkapan trips yang nyata pada ketiga jenis warna perangkap likat yang dipasang. Secara umum, pada kedua lokasi penelitian, rata-rata hasil tangkapan pada fase vegetatif lebih rendah daripada hasil tangkapan pada fase generatif, walaupun hasil tangkapan di Desa Sukagalih lebih berfluktuasi daripada hasil tangkapan di Desa Situ Gede.

Kata kunci: Thrips parvispinus, thripidae, perangkap likat, cabai  

(3)

KEEFEKTIFAN PERANGKAP LIKAT BERWARNA UNTUK

PEMANTAUAN TRIPS PADA PERTANAMAN

CABAI (Capsicum annuum) DI BOGOR

AHMAD KHOERUDIN LATIP

A34070041

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(4)

Nama Mahasiswa : Ahmad Khoerudin Latip NIM : A34070041

Disetujui,

Tanggal Lulus:

Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Ali Nurmansyah, MSi NIP. 19630212 199002 1 001 

Diketahui, Ketua Departemen

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, MSi NIP. 19650621 198910 2 001  

Dosen Pembimbing I

Dra. Dewi Sartiami, MSi NIP.19641204199103 2 001 

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Karawang, Jawa Barat pada tanggal 8 Juli 1989. Penulis adalah anak kelima dari lima bersaudara dari pasangan Bapak H. Sopyan Anshory dan Ibu Hj. Yoyoh Masruroh.

Pada tahun 2004 penulis menjalani pendidikan Madrasah Aliyah di MAN 2 Kota Bogor dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Proteksi tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menjalani pendidikan di IPB, pada tahun 2007-2012 penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa bela diri Taekwondo. Kemudian pada tahun 2008/2009 penulis aktif di Lembaga Kemahasiswaan Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM IPB) sebagai staff Departemen Budaya Olahraga Seni (BOS). Pada tahun yang sama penulis juga aktif dalam OMDA Panatayuda Karawang sebagai Ketua Umum. Pada tahun 2009/2010 penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (HIMASITA) sebagai ketua divisi Human Resources Development (HRD). Pada tahun 2009 penulis mengikuti program magang di Balai Penelitian Tanaman Tropika (BALITRO) selama 1 bulan di Cimanggu-Bogor. Tahun 2009 penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Vertebrata Hama semester genap. Kemudian Pada tahun 2011 penulis juga menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar Proteksi Tanaman semester genap. Pada tahun yang sama juga penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Proteksi Tanaman di program Diploma 3 IPB Baranangsiang semester ganjil.

Prestasi yang pernah diraih penulis selama menuntut ilmu di IPB adalah mendapatkan juara 3 lomba Taekwondo IPB Cup tingkat senior, Juara 1 Futsal dalam kegiatan Porsita, Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Penelitian dan bidang Pengabdian Masyarakat berhasil didanai oleh DIKTI tahun 2009 dan pada tahun 2010 Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Penelitian kembali berhasil didanai oleh DIKTI.

(6)

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Keefektifan Perangkap Likat Berwarna untuk Pemantauan Trips pada Pertanaman Cabai (Capsicum annuum) di Bogor”. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat serta para umatNya.

Penelitian dan penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan di Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, dan Desa Situ Gede, Kecamatan Darmaga, serta Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi Tanaman dari bulan Maret sampai September 2011.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Dra. Dewi Sartiami, MSi dan Dr. Ir. Ali Nurmansyah, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak ilmu, pengetahuan, saran, dan motivasi.

2. Efi Toding Tondok, SP, MSc selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan saran dan motivasi.

3. Dr. Endang Sri Ratna selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan saran dan arahan.

4. Kedua orang tua, dan kakak tercinta Deden Saepudin, Ahmad Saprudin, Siti Habsoh, dan Asep Kamaludin yang selalu memberikan dukungan dan motivasi

5. Sahabat kontrakan yang selalu memberikan motivasi Miftahul Bakhir Rozaq, Haveel Luthfirakhman, Arif Budi P, dan Triya Adhesi Holqi.

6. Teman-teman seperjuangan Proteksi Tanaman angkatan 44 Rizki Ramadhan, Julius Dika Ciptadi, Mey Fitriani, Gamatriani Markhamah, Irma Utami, Anik Nurhayati, Sherli Anggraeni, Radhian Ardi Prabowo dan yang lainnya.

7. Anggota Laboratorium Biosistematika Serangga Ibu Aisyah, Ibu Atik, Yani Maharani, dan Lia Nurulalia.

8. Rasa terima kasih penulis sampaikan juga kepada seluruh mahasiswa Departemen Proteksi Tanaman yang selalu memberikan semangat dan dukungannya.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, 24 Februari 2012

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi 

DAFTAR GAMBAR ... vi 

DAFTAR LAMPIRAN ... vii 

PENDAHULUAN ... 1 

Latar Belakang ... 1 

Tujuan Penelitian ... 2 

Manfaat Penelitian ... 2 

TINJAUAN PUSTAKA ... 3 

Pengaruh Serangan OPT pada Cabai ... 3 

Teknik Pengendalian OPT pada Cabai ... 4 

Hama Trips ... 4 

Perbedaan Subordo Terebrantia dan Tubulifera ... 6 

Perangkap Likat ... 7 

BAHAN DAN METODE ... 8 

Tempat dan Waktu Penelitian ... 8 

Bahan dan Alat ... 8 

Pembuatan Perangkap Likat ... 8 

Pemasangan Perangkap Likat pada Pertanaman Cabai ... 8 

Identifikasi dan Penghitungan Kepadatan Trips ... 9 

Rancangan Percobaan ... 9 

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 10 

Kondisi Umum Pertanaman ... 10 

Identifikasi Trips ... 12 

Populasi Trips Berdasarkan Warna Perangkap dan Waktu Pengamatan ... 19 

Populasi Trips Berdasarkan Luas Lahan ... 23 

KESIMPULAN DAN SARAN ... 24 

Kesimpulan ... 24 

Saran ... 24 

DAFTAR PUSTAKA ... 25 

(8)

Halaman

1 Klasifikasi Ordo Thysanoptera ... 6

2 Jumlah trips yang tertangkap perangkap likat berdasarkan warna perangkap dan waktu pengamatan di Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Bogor ... 20

3 Jumlah trips yang tertangkap perangkap likat berdasarkan warna perangkap dan waktu pengamatan di Desa Situ Gede, Kecamatan Darmaga Bogor ... 21

   

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi tanaman cabai di Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung 10

2 Lokasi tanaman cabai di Desa Situ Gede, Kecamatan Darmaga ... 11

3 Spesies Thrips parvispinus ... 13

4 Spesies Thrips palmi ... 14

5 Spesies Microcephalothrips abdominalis ... 16

6 Spesies Mymarothrips bicolor ... 17

7 Spesies Subordo Tubulifera ... 18

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Rata-rata jumlah trips yang tertangkap pada perangkap likat warna

kuning di Desa Situ Gede, Kecamatan Darmaga, Bogor ... 28

2 Rata-rata jumlah trips yang tertangkap pada perangkap likat warna putih di Desa Situ Gede, Kecamatan Darmaga, Bogor ... 28

3 Rata-rata jumlah trips yang tertangkap pada perangkap likat warna Biru di Desa Situ Gede, Kecamatan Darmaga, Bogor ... 29

4 Rata-rata jumlah trips yang tertangkap pada perangkap likat warna kuning di Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Bogor ... 29

5 Rata-rata jumlah trips yang tertangkap pada perangkap likat warna putih di Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Bogor ... 30

6 Rata-rata jumlah trips yang tertangkap pada perangkap likat warna biru di Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Bogor ... 30

7 Analisis ragam perlakuan perangkap likat berdasarkan luas petak lahan 5 m x 5 m dan 7 m x 7 m Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung . ... 31

8 Analisis ragam perlakuan perangkap likat berdasarkan luas petak lahan 5 m x 5 m dan 7 m x 7 m Desa Situ Gede, Kecamatan Darmaga . ... 35

9 Kondisi lahan cabai ... 42

10 Fase Vegetatif ... 42

11 Fase Generatif ... 42

12 Pemasangan perangkap likat ... 42

13 Keberadaan trips ... 43

(10)

Latar Belakang

Tanaman cabai merupakan salah satu komoditas unggulan hortikultura di Indonesia. Buah cabai yang pedas mengandung capsaicin berkadar tinggi sehingga banyak disukai oleh masyarakat. Namun demikian dalam memenuhi tingginya permintaan buah cabai, budidaya tanaman cabai yang umumnya dilakukan oleh petani masih menghadapi banyak kendala dalam meningkatkan produksinya. Salah satu kendala yang dihadapinya adalah adanya serangan hama trips. Vos (1994) mengatakan bahwa hama trips yang menyerang tanaman cabai adalah Thrips parvispinus (Thysanoptera: Thripidae). Menurut Yulianti (2008) spesies trips yang terdapat pada cabai diantaranya Megalurothrips usiatus, M. abdominalis, Thrips hawaiiensis, T. palmi, T. parvispinus, Haplothrips froggatti, H. ganglebaueri, H. gowdeyi, dan Nesothrips lativentris. Selain trips, hama yang menyerang tanaman cabai adalah kutu daun, tungau, dan ulat grayak (Prabaningrum & Moekasan 2007).

Hama trips menyerang daun tanaman cabai dengan cara memarut - menghisap yang mengakibatkan kerusakan pada daun seperti bercak berwarna putih keperakan. Daun yang terserang oleh trips mengalami perubahan bentuk dan warna sehingga tidak bisa melakukan fotosintesis dengan optimal. Serangan yang tinggi dapat mengakibatkan tanaman cabai menjadi mati. Kerusakan akibat dari serangan hama ini sangat bervariasi, mulai tingkat ringan sampai berat hingga dapat mengakibatkan kehilangan hasil panen yang serius (Lewis 1973). Sebagai pembanding kehilangan hasil panen akibat serangan T. parvispinus pada cabai paprika berkisar antara 10% - 25% pada musim hujan dan 40% - 55% pada musim kemarau (Prabaningrum 2005). Trips berpotensi sebagai hama penting pada pertanaman cabai karena bersifat polifag, dan daya adaptasi yang tinggi terhadap inangnya. Selain sebagai hama, trips dapat juga berpotensi sebagai vektor penyakit dan predator (Dibiyantoro 1998).

Berbagai macam cara pengendalian trips sudah dilakukan, di antaranya adalah menggunakan pengendalian secara hayati, kultur teknis, mekanik, fisik, dan kimia. Salah satu contoh pengendalian secara fisik yang telah dilakukan pada

(11)

2 tanaman manggis adalah menggunakan perangkap likat warna kuning berbentuk silinder yang dipaku pada tonggak dengan tinggi 3 meter, kemudian ditancapkan pada tanah ±30 cm di luar kanopi tanaman. Cara ini dapat menurunkan intensitas burik sebesar 21.65% (Affandi & Emilda 2009). Hasil ini memperlihatkan bahwa penggunaan perangkat likat warna kuning belum mampu mengendalikan serangan trips secara nyata. Oleh karena itu perlu dicoba penggunaan perangkat likat dengan warna lain yang dapat memerangkap trips dalam jumlah yang tinggi. Chu et al. (2000) menyatakan bahwa perangkap likat dengan warna dasar biru, kuning, dan putih dapat menangkap imago trips dalam jumlah yang paling tinggi. Selain itu, perangkap likat dengan warna biru telah diketahui dapat menangkap Frankliniella occidentalis dan T. palmi (Chu et al. 2006), dan perangkap likat dengan warna kuning dapat menurunkan gejala burik pada buah manggis untuk hama trips spesies Scirtothrips dorsalis, Selenothrips rubrocintus, dan tungau (Affandi & Emilda 2009). Juga, secara nyata penggunaan perangkap warna kuning dapat menurunkan populasi lalat Liriomyza sp. (Supriyadi et al. 2000). Penggunaan perangkap likat warna biru, kuning, atau putih ini untuk memantau populasi T. parvispinus di pertanaman cabai belum pernah diteliti. Sama halnya dengan penelitian terhadap luas lahan yang optimal untuk memasang sebuah perangkap likat juga belum dilakukan. Oleh karena itu perlu adanya penelitian untuk mengetahui warna perangkap dan luas lahan yang efektif digunakan dalam pemantauan hama trips.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan perangkap likat warna kuning, biru, dan putih dalam memerangkap hama trips. Selain itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui luas lahan yang optimum digunakan untuk memasang sebuah perangkap likat di pertanaman cabai.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat diketahui tingkat keefektifan perangkap likat warna biru, kuning dan putih serta besarnya luas lahan untuk memasang sebuah perangkap likat.

(12)

Pengaruh Serangan OPT pada Cabai

Menurut Wiryanta (2008) mengklasifikasikan tanaman Cabai (Capsicum Annum L) sebagai berikut: kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledoneae, ordo Solanales, famili Solanaceae, genus Capsicum, spesies Capsicum annuum L.

Budidaya tanaman cabai merah memiliki banyak kendala yang dihadapi. Salah satu diantaranya adalah adanya serangan hama yang dapat menurunkan hasil panen (Prabaningrum & Moekasan 1996). Kebanyakan petani di Indonesia menghabiskan biaya bertanam cabai sampai 40% untuk pengendalian hama dan penyakit. Proses pemupukan dan pemeliharaan merupakan suatu hal yang harus dilakukan dalam budidaya tanaman cabai. Hasil panen cabai yang berkualitas bagus tidak hanya bergantung pada pemeliharaan dan pemupukan, juga bergantung pada cara pengendalian hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman cabai (Wiryanta 2008).

Serangan yang disebabkan oleh Organisme Penggangu Tanaman (OPT) dapat menimbulkan kerugian dan menurunkan produktivitas cabai. Salah satu contoh yang disebabkan serangan OPT yaitu daun kerititng pada cabai. Hama yang termasuk golongan ini termasuk pengganggu berat, sebab dapat merusak tanaman dan membawa jenis virus keriting daun. Bila sudah diserang pengganggu seperti ini maka harapan tanaman untuk hidup, terlebih untuk berbuah akan sangat kecil (Setiadi 2008). Beberapa jenis OPT yang menyerang cabai diantaranya adalah kutu daun, trips, lalat buah, ulat grayak, ulat buah, dan tungau (Prabaningrum & Moekasan 1996).

(13)

4 Teknik Pengendalian OPT pada Cabai

Dalam PHT pada tanaman cabai, beberapa komponen pengendalian yang dapat diterapkan untuk pengendalian OPT yaitu:

• Pra tanam

Pengendalian untuk mencegah adanya serangan OPT pada masa pra tanam diantaranya sanitasi lahan, penggunaan mulsa plastik, tumpang sari, penggunaan tanaman perangkap, dan perlakuan benih sebelum di tanam.

• Tanam dan pemeliharaan tanaman

Setelah tanaman cabai ditanam, dipasang perangkap hama buatan yaitu menggunakan perangkap likat untuk menekan serangan trips, perangkap ulat grayak dengan perangkap feromonoid seks S. litura, perangkap baki kuning untuk menekan serangan kutu daun, atraktan metil eugenol untuk menekan serangan lalat buah. Selain itu dapat juga dilakukan dengan sanitasi lahan secara teratur, eradikasi selektif terhadap buah cabai, penggunaan insektisida berdasarkan hasil pengamatan OPT (Prabaningrum & Moekasan 1996).

Hama Trips

Ordo Thysanoptera adalah serangga kecil yang bertubuh langsing, panjangnya 0,5-5,0 mm (beberapa jenis daerah tropika panjangnya hampir 14 mm). Ada yang yang bersayap dan tidak bersayap. Sayap bila berkembang sempurna jumlahnya empat, sangat panjang dan sempit dengan beberapa atau tidak ada rangka sayap. Bagian-bagian mulut yang meraut - menghisap terdapat probosis dengan struktur tidak setangkut, gemuk, konis, dan terletak bagian posterior pada ventral kepala. Terdapat juga stilet, satu mendibel dan lasiniae dari dua maksila. Antena pendek, empat sampai Sembilan ruas. Metamorfosis pertengahan antara sederhana dan sempurna. Penampilan dua kelamin serangga hampir sama tapi yang jantan biasanya lebih kecil. Ordo ini dapat berperan sebagai pemakan tanaman, menyerang bunga-bunga dan daun-daun, memakan spora-spora jamur, pemangsa arthropoda-arthropoda kecil dan vektor penyakit tumbuhan. Thysanoptera terbagi menjadi dua subordo yaitu Terebrantia dan Tubulifera, perbedaannya terdapat pada bentuk ruas terakhir abdomen dan perkembangan alat perteluran. Terebrantia mempunyai ruas abdomen terakhir

(14)

seperti kerucut atau membulat dan betina memiliki ovipositor yang berkembang baik. Tubulifera mempunyai ruas abdomen terakhir seperti tabung dan betina tidak memiliki ovipositor (Borror et al. 1989).

Trips biasanya makan di bagian dalam kuncup bunga atau daun yang baru berkembang. Akibat hisapan trips, jaringan tanaman menjadi kering sehingga menimbulkan gejala keperakan. Gejala pada bunga berupa bintik-bintik putih. Gejala berupa bercak berwarna merah juga kadang-kadang muncul pada bunga atau permukaan daun. Pada keadaan seperti itu hasil panen dapat dikatakan rusak dan tidak layak untuk dipasarkan (Mound & Kibby 1998).

Trips dapat berperan sebagai hama penting pada tanaman, vektor penyakit tanaman, serangga predator, dan serangga penyerbuk (polinator) (Dibiyantoro 1998). Trips menjadi hama penting terutama jika menyerang tanaman bernilai ekonomi tinggi seperti tanaman hias, hortikultura, tanaman buah dan sayuran (Mound & Kibby 1998). Menurut Dibiyantoro (1998), trips telah menjadi salah satu masalah serius yang dihadapi para petani sayuran dalam program pengendalian hama terpadu.

Trips juga berperan sebagai vektor penyakit virus mosaik dan virus keriting yang menyebabkan tanaman inang menguning dan mati (Lewis 1997). T. palmi menjadi vektor tospovirus pada tanaman di berbagai Negara. Trips sebagai predator biasanya memangsa hewan yang berukuran lebih kecil dari tubuhnya. Beberapa trips juga dapat memangsa sesama trips. Trips dapat membantu tanaman dalam penyerbukan, sehingga trips dapat berperan sebagai penyerbuk. Hal ini terjadi terutama pada bunga yang berukuran kecil (Dibiyantoro 1998). 

Serangga ordo Thysanoptera yang telah teridentifikasi ada sekitar 6680 spesies. Dari jumlah tersebut, 93% merupakan famili Thripidae dan Phlaeothripidae. Sekitar 3950 spesies trips dideskripsikan ke dalam famili Phlaeothripidae yang merupakan satu-satunya famili dalam subordo Tubulifera. Famili Thripidae yang teridentifikasi ada 2338 spesies. Famili Thripidae merupakan satu dari delapan famili subordo Terebrantia (Tabel 1) (Mound & Morris 2007).

(15)

6 Tabel 1 Klasifikasi Ordo Thysanoptera

Sub-ordo Famili Sub-famili Genus Spesies Terebrantia Merothripidae 3 15 Melanthripidae 4 65 Aeolothripidae 23 190 Fauriellidae 4 5 Adiheterothripidae 3 6 Heterothripidae 4 70 Thripidae Panchaetothripinae 35 125 Dendrothripinae 13 95 Sericothripinae 3 140 Thripinae 225 1700 Uzelothripinae 1 1

Tubulifera Phlaeothripidae Phlaeotripinae 370 2800 Idolothripinae 80 700

Sumber: Mound & Morris 2007

Perbedaan Subordo Terebrantia dan Tubulifera

Subordo Terebrantia memiliki ciri khas pada bagian ujung abdomen yang berbentuk kerucut dengan alat reproduksi yang jelas. Famili Thripidae memiliki karakter tubuh yang berwarna coklat gelap (biasanya betina) dan pucat atau transparan (biasanya jantan). Antena biasanya terdiri dari tujuh atau delapan ruas, kadang-kadang ada beberapa spesies dari famili ini yang mempunyai enam atau sembilan ruas antena. Kepalanya memiliki tiga oseli (mata tunggal) yang terangkai di antara mata majemuk. Rangkaian seta utama terdapat pada pronotum. Sklerit tengah pada metanotum sering mempunyai bentuk sculpture dengan rangkaian seta yang berbeda. Sayap dengan tiga baris seta. Pada tergit VIII memiliki comb, yaitu barisan microtrichia yang teratur. Trips betina mempunyai ovipositor yang terdiri dari dua pasang katup seperti gigi, jantan yang mempunyai aedeagus (Mound 2006).

Subordo Tubulifera memiliki ciri khas pada bagian ujung abdomen yang berbentuk tabung atau tubul yang membedakannya dengan subordo Terebrantia. Famili Phlaeothripidae memiliki tubuh yang berwarna gelap. Antenanya terdiri

(16)

dari delapan ruas, stilet maksila terlihat dengan jelas di bagian kepala. Pada bagian tarsus depan terdapat tonjolan kuku tarsus. Sayap depan ada yang menyempit di tengah dan ada yang paralel. Terdapat posternal basantara yang tampak jelas di bagian pronotum (Mound 2006).

Perangkap Likat

Perangkap likat secara luas digunakan di dalam rumah kaca, khususnya pada daerah beriklim sedang. Perangkap ini dapat menurunkan jumlah populasi hama yang sedang berkembang di kedua tempat tersebut. Secara tradisional, perangkap warna kuning telah digunakan karena dapat menarik hama serangga. Perbedaan spesies menjadi salah satu hal yang membedakan terhadap ketertarikan serangga terhadap warna perangkap likat (Jacobson 1997). Perangkap likat adalah salah satu cara yang dilakukan dalam mengendalikan hama trips secara fisik dengan kecenderungan warna putih hingga biru. Meskipun faktor warna ini dalam penelitian lain mengatakan bahwa kadar refleksi dan panjang gelombang cahaya juga akan menentukan jumlah penangkapan (Dibiyantoro 1998). Warna dan kekontrasan warna digunakan oleh serangga untuk membedakan antara tanaman inang dan lingkungan sekitar. Komponen warna yang sangat penting untuk membedakan antara tanaman inang dan bukan inang adalah warna, saturasi, dan kecerahan (Terry 1997). Untuk memerangkap Thrips tabaci digunakan perangkap likat berwarna kuning dan biru, sedangkan untuk F. occidentalis digunakan warna biru (Prabaningrum & Moekasan 2008).

(17)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di dua lokasi pertanaman cabai, yaitu di Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung dan Desa Situ Gede, Kecamatan Darmaga, serta Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dari bulan Maret sampai September 2011.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah perangkap likat (sticky trap) warna biru, kuning dan putih yang terbuat dari mika plastik transparan, lem tikus dan styrofoam warna biru, kuning dan putih, lahan tanaman cabai, dan ajir kayu. Alat-alat yang digunakan adalah lem tikus, gunting, kuas, straples, penjepit kertas, mikroskop stereo, mikroskop compound, buku identifikasi, hand counter.

Pembuatan Perangkap Likat

Perangkap likat yang digunakan menggunakan lem tikus yang ditempelkan pada plastik mika transparan. Plastik tersebut kemudian ditempelkan pada kertas berwarna biru, kuning atau putih. Ukuran perangkap likat yaitu 15 cm x 21.5 cm. Perangkap tersebut diberi ajir untuk dipasang di lahan tanaman cabai.

Pemasangan Perangkap Likat pada Pertanaman Cabai

Sebuah perangkap likat warna biru, kuning atau putih dipasang secara acak pada sebuah petak tanaman cabai dengan ketinggian 5 cm - 10 cm di atas tajuk. Chu et al. (2006) menyatakan bahwa perangkap dapat dipasang 5 cm - 10 cm di atas tajuk tanaman. Pemasangan perangkap likat dilakukan pada fase vegetatif dan generatif tanaman. Pemasangan perangkap likat dimulai pada saat tanaman cabai berumur 1 bulan dari persemaian selama 2 hari. Seminggu setelah di ambil untuk dihitung jumlah tripsnya, perangkap likat baru dipasang kembali pada posisi yang sama dengan waktu pemasangan yang sama yaitu 2 hari. Dengan cara yang sama dilakukan pemasangan perangkap likat pada kedua petak luas lahan 5 m x 5 m dan 7 m x 7 m. Untuk peletakan posisi perangkap likat disesuaikan

(18)

dengan tinggi tanaman, selain itu peletakan perangkap likat dipasang menyesuaikan dengan arah cahaya matahari. Pemasangan dilakukan sebanyak 3x ulangan pada setiap petak luas lahan.

Identifikasi dan Penghitungan Kepadatan Trips

Hasil pemasangan perangkap likat pada lahan tanaman cabai dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi dan dihitung jumlah spesies dan individu per spesies. Identifikasi dan perhitungan ini dilakukan untuk masing-masing warna dan luas lahan. Proses identifikasi diawali dengan melakukan pembuatan awetan preparat menggunakan kaca obyek. Preparat untuk identifikasi trips dilakukan dengan mengambil spesimen trips yang sudah terperangkap di dalam perangkap likat dengan cara menggunakan kuas kecil yang telah dilumuri dahulu menggunakan cairan Carbol Xylene agar trips dapat di lepas dari lem pada perangkap likat. Setelah dilakukan pembuatan preparat, kemudian dilakukan identifikasi trips yang terperangkap. Masing-masing spesies yang terperangkap perangkap likat diidentifikasi di bawah mikroskop cahaya mulai dari perbesaran 4, 10, dan 40 kali terhadap masing-masing spesimen dengan bantuan literatur kunci Identifikasi dari Mound & Kibby (1998) dan Moritz et al. (2004).

Rancangan Percobaan

Penelitian dirancang dengan Rancangan Petak Terbagi dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pengamatan berulang. Perlakuan meliputi luas lahan sebagai petak utama, yaitu 5 m x 5 m dan 7 m x 7 m, dan perangkap likat persegi sebagai anak petak, yaitu perangkap warna biru, kuning dan putih. Pemasangan perangkap likat dilakukan pada minggu ke: 1, 2, 3, 4 pada bulan pertama yaitu untuk fase vegetatif dan minggu ke 1, 2, 3, 4 pada bulan kedua untuk fase generatif. Pemasangan perangkap likat dilakukan selama 48 jam. Data populasi serangga trips yang tertangkap pada perangkap likat dianalisis dengan menggunakan program Statistical Analysis System (SAS) versi 9.1.3. Perlakuan yang berbeda nyata diuji lanjut dengan uji Selang Berganda Duncan pada taraf nyata 5%. Untuk memenuhi asumsi kehomogenan ragam dalam sidik ragam, data jumlah trips per perangkap ditransformasi dengan logaritma bilangan dasar 10 (log Y)

(19)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Pertanaman

Lokasi pemasangan perangkap likat dilakukan pada dua tempat yang berbeda di daerah Bogor. Lokasi pertama yaitu daerah Desa Sukagalih Kecamatan Megamendung. Pemasangan perangkap likat warna kuning, putih, dan biru dilakukan pada dua ukuran luas petak lahan yang berbeda yaitu 5 m x 5 m dan 7 m x 7 m. Kondisi lingkungan di Desa Sukagalih memiliki cuaca yang cukup dingin karena berdekatan dengan kaki Gunung pangrango. Menurut BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) suhu pada saat perlakuan rata-rata ±21oC. Lokasi di sekitar lahan cabai Desa Sukagalih terdapat banyak tanaman sayuran hortikultura diantaranya kacang panjang, jagung, terung, talas, kedelai, pakcoy, dan kacang kapri. Tanaman yang berbatasan langsung dengan lahan pengamatan adalah tanaman jagung, terung, kacang kapri, dan kacang panjang (Gambar 1). Tanaman lain yang berada disekitar tanaman cabai bisa dimanfaatkan trips sebagai tanaman inang alternatif sehingga spesies trips yang menyerang tanaman inang di petak pengamatan menjadi beragam. Menurut Yulianti (2008) terung, dan kacang panjang merupakan jenis tanaman yang disukai oleh T. parvispinus.

U

Gambar 1 Lokasi tanaman cabai di Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung

JAGUNG

KACANG

KAPRI

TERUNG

Tanaman pengamatan:

CABAI

KACANG

PANJANG

(20)

Lokasi kedua yang digunakan untuk pemasangan perangkap likat ini yaitu bertempat di Desa Situ Gede, Kecamatan Darmaga, Bogor. Kondisi di Desa Situ Gede merupakan daerah yang cukup panas dan merupakan daerah persawahan. Cuaca pada saat dilakukan perlakuan cukup stabil dan lebih cenderung sesuai terhadap musim kemarau. Berdasarkan pengamatan kondisi di Situ Gede memang cukup panas dan suhu pada saat dilakukan perlakuan perangkap likat cukup stabil. Menurut data BMKG suhu di Desa Situ Gede rata-rata ±26oC. Lokasi ini juga dilakukan pemasangan perangkap likat warna biru, kuning, dan putih dengan dua macam ukuran luas petak lahan yaitu 5 m x 5 m dan 7 m x 7 m. Lokasi di sekitar lahan cabai tersebut juga banyak ditanam tanaman lain yaitu diantaranya padi, kacang kedelai, talas, jagung, mentimun, dan paria. Tanaman yang berbatasan langsung dengan lahan pengamatan di lokasi ini adalah tanaman padi, talas, dan kacang kedelai (Gambar 2).

U

Gambar 2 Lokasi tanaman cabai di Desa Situ Gede, Kecamatan Darmaga

PADI

 

PADI

TALAS

  Tanaman pengamatan:

CABAI

KEDELAI

 

(21)

Identifikasi Trips

Thrips parvispinus

Imago trips ini memiliki warna yang khas pada tubuhnya. Pada bagian tubuhnya memiliki warna coklat, bagian kepala dan toraks warnanya lebih terang daripada bagian abdomen (Gambar 3a). Untuk warna tubuh pada spesies ini tidak bisa menjadi patokan utama untuk identifikasi. Warna tubuh trips memiliki variasi warna yang cukup besar dan memiliki perbedaan pada ketinggian tertentu (Magdalena 2008). Pada bagian kepala dengan sisi lebih gelap daripada bagian tengah. Kepala berukuran lebih lebar, dengan dua pasang seta oseli, seta III berada di luar garis oseli (Gambar 3c). Seta postokular 1 dan II lebih panjang dan ramping daripada seta III. Antena terdiri dari tujuh ruas, pada ruas III dan IV terlihat jelas struktur sense cone yang sederhana dan menggarpu (Gambar 3b). Pronotum dengan dua pasang seta posteroangular yang panjang, tepi posterior dengan tiga pasang seta (Gambar 3d). Metanotum dengan retikulasi rata dan seragam, seta tengah panjang dan terletak dibawah garis anterior (Gambar 3e). Pada bagian tengah metanotum tidak terdapat campaniform sensilla. Permukaan sayap pada baris pertama dan kedua dengan seta yang lengkap, clavus dengan lima seta margin (Gambar 3f). Sternit pada abdomen terdapat seta diskal (Gambar 3g). Tergit V-VII dengan stenidia di bagian lateral, pada tergit VII terdapat spirakel dengan posisi posteromesad (Gambar 3h). Posteromargin tergit VIII hampir tidak ada comb, hanya sedikit terdapat microtrichia di bagian lateral (Gambar 3i).

Tanaman inang T. parvispinus telah dilaporkan sebagai hama pada beberapa tanaman di Negara Asia Tenggara, berkembang biak di bunga dan daun muda, dan juga merusak tanaman Gardenia secara serius di Yunani (Moritz et al. 2004). Selain itu menurut Terry (1997) tanaman inang dari spesies T. parvispinus adalah cabai. Berdasarkan hasil penelitian Yulianti (2008) spesies T. parvispinus banyak menjadi hama pada pada berbagai tanaman inang diantaranya adalah cabai, terung, pare, oyong, tomat, kacang panjang, buncis, mentimun, caisin, jagung manis, juga tanaman gulma yaitu Ageratum conyzoides dan Widellia biflora.

(22)

Gambar 3 Spesies Thrips parvispinus: (a) Imago betina, (b) Antena dengan sense cone pada segmen III dan IV, (c) Kepala, (d) Pronotum dengan dua pasang seta posteroangular yang panjang, (e) Metanotum dengan retikulasi rata dan seragam (equiangular), (f) Sayap depan dengan seta lengkap, (g) Sternit memiliki seta diskal, (h) Ctenedia dan spirakel, (i) Tergit VIII tanpa comb

Thrips palmi

Spesies trips ini merupakan salah satu hama yang dapat menyebabkan kerusakan secara langsung pada tanaman. Selain itu trips ini juga dapat menjadi vektor virus pada beberapa tanaman. Spesies Thrips tabaci dan T. palmi sebagai vektor tomato spotted wilt virus (Dibiyantoro 1998). Spesies ini juga banyak terdapat di beberapa tanaman inang lainnya terutama pada iklim tropis. T. palmi berasal dari Asia Tenggara, spesies ini sekarang ditemukan dan tersebar di daerah beriklim tropik basah (Moritz et al. 2004).

Imago trips ini cukup mudah untuk dikenali karena memiliki tubuh berwarna kuning pada bagian tubuh dan tungkainya yang menjadi ciri khas utama pada tubuhnya (Gambar 4a). Antena terdiri dari 7 ruas (Gambar 4b). Pada ruas III dan IV terlihat jelas struktur sense cone yang sederhana dan menggarpu

c b a f e d i h g

(23)

berukuran pendek (G seta oseli III lebih p segitiga oseli. Prono 4d), tepi posterior d longitudinal tidak be transversal melengku margin (Gambar 4e). Bagian setenga 3 atau 2 seta, sedangk dengan stenidia latera dengan microtrichia 3 pasang seta, sterni dengan comb lengkap transversal. Gambar 4 Spesies Th sense con panjang, dengan co Tanaman inang lain di Negara tropi T. palmi merupakan itu, menurut Terry (1

a

Gambar 4c). Bagian kepala terdapat dua pa panjang dari oseli II, dan posisisnya berada otum dengan 2 pasang seta posteroangular p dengan 3 pasang seta. Metanotum dengan eraturan yang terkumpul pada posterior marg

ung pada anterior, seta tengah berada di

ah sayap depan bagian distal pada barisan p kan pada barisan kedua terdapat sekitar 15 se al, dan pada tepi posterior margin VIII terdap ramping dan panjang (Gambar 4f). Sternit it tanpa seta diskal. Imago jantan lebih k p di tengah, sternit III-VII dengan daerah s

hrips palmi: (a) Imago betina, (b) Antena, (c) ne, (d) Pronotum dengan 2 pasang seta (e) Metanotum dengan campaniform sensilia omb

g T. palmi terdapat pada tanaman Cucurbitace is yang lembab secara menyeluruh (Morit hama penting pada tanaman kentang (Tobin 1997) tanaman inang dari spesies T. palmi ya

c b

e d

14 asang seta oseli, a di luar margin panjang (Gambar n sculpture garis gin dengan garis sebelah anterior

pertama terdapat ta. Tegit V-VIII pat comb lengkap

t III-VII dengan kecil, tergit VIII sempit glandular

) Antena dengan posteroangular a, (f) Tergit VIII

eae dan tanaman tz et al. 2004). ng 1996). Selain

aitu tedapat pada

(24)

tanaman sayuran. Berdasarkan penelitian Yulianti (2008) T. palmi menjadi hama pada beberapa tanaman inang diantaranya cabai, terung, dan tomat.

Microcephalothips abdominalis

Imago spesies trips ini memiliki tubuh berwarna coklat (Gambar 3a). Imago jantan hampir mirip dengan imago betina tetapi ukurannya lebih kecil, dan berwarna pucat. Segmen antena terdiri dari 7 segmen (Gambar 3c), pada segmen III dan IV terdapat sense cone yang berbentuk garpu (Gambar 3d). Kepala

berbentuk memanjang, terdapat dua pasang seta oseli, seta III sangat pendek dan terletak di depan samping segitiga oseli, seta postokular kecil (Gambar 3b). Pronotum bagian belakang berbentuk lebih lebar daripada tepi pronotum depan, dengan 2 pasang seta posteroangular yang pendek, sedangkan pada tepi pronotum belakang mempunyai 5 pasang seta (Gambar 3e). Prosternum dengan 8 sampai 10 seta mengelompok di antara tungkai depan pada toraks. Metanotum dengan sculpture linear halus dilengkapi campaniform sensilla (Gambar 3f). Mesofurka dengan spinula. Permukaan sayap depan pada venasi pertama dengan 3 seta pada setengah distal, sedangkan pada baris kedua dengan 7 seta, klavus dengan 5 seta (Gambar 3g). Terdapat seta diskal pada sternit abdomen (Gambar 3h). Tergit dengan garis sculpture pada anterior tengah tetapi tidak pada bagian tengah posterior. Struktur comb pada tergit VIII dengan microtrichia langsing dan pada bagian dasarnya berbentuk segitiga (Gambar 3i).

Tanaman inang M. abdominalis cukup beragam diantaranya Helianthus annuus, Tanecetum cinerariifolium (Pyrethum), dan tersebar luas pada gulma spesies Ageratum conyzoides (Moritz et al. 2004). Berdasarkan penelitian Yulianti (2008) spesies M. abdominalis ditemukan pada beberapa pada tanaman

inang diantaranya cabai, ubi jalar, juga pada gulma (A. conyzoides dan W. biflora).

(25)

16

Gambar 5 Spesies Microcephalothrips abdominalis: (a) Imago betina, (b) Kepala, (c) Antena dengan 7 segmen, (d) Pronotum dengan 2 pasang seta posteroangular yang pendek, (e) Antena dengan sense cone, (f) Metanotum dengan sculpture linear halus dilengkapi campaniform sensilla, (g) Barisan seta sayap depan venasi pertama dan kedua tidak lengkap, (h) Seta diskal pada sternit abdomen, (i) Struktur comb berbentuk segitiga

 

Mymarothrips bicolor

Spesies ini termasuk ke dalam famili Aelothripidae dan subfamili Aelothripinae, imago dan nimfa tinggal pada permukaan daun dapat diduga menjadi predator nimfa trips tertentu pada subfamili Panchaetothripinae (Moritz et al. 2004). Imago betina merupakan makroptera, tubuhnya mempunyai dua warna dengan kapala dan toraks berwarna coklat akan tetapi berwarna kuning di bagian tengahnya (Gambar 4b). Pada bagian kepala terdapat 2 pasang seta yang terletak dibelakang oseli (Gambar 4a). Antena terdiri dari sembilan segmen

f e d c b a i h g

(26)

(Gambar 4c), segmen II-VII berukuran panjang dan terdapat banyak seta, panjang segmen VII dan IX lebih pendek dari pada segmen VII, mempunyai warna yang seragam yaitu coklat tua sampai coklat legam (Moritz et al. 2001).

Gambar 6 Spesies Mymarothrips bicolor: (a) Kepala, (b) Imago betina, (c) Antena (Moritz et al. 2001)

Tanaman inang M. bicolor pada saat fase imago dan larva diperkirakan menjadi predator larva Panchaetothripinae yang hidup pada daun tanaman (Moritz et al. 2001). Berdasarkan penelitian Yulianti (2008) spesies M. bicolor terdapat pada tanaman inang ubi jalar.

Subordo Tubulifera

Ciri khas dari spesies ini antara lain: imago betina memiliki tubuh dan tungkai yang berwarna coklat tua (Gambar 7a). Antena terdiri dari 8 segmen, dengan bagian dasar segmen antena ke-III berwarna coklat muda (Gambar 7c). Kepala berbentuk lebih panjang, mempunyai seta postocular kapitat yang lebih pendek daripada mata majemuk bagian dorsal (Gambar 7b). Segmen III lebih kecil daripada segmen IV dan hanya terdapat satu sense cone, sedangkan pada segmen IV terdapat empat sense cone (Gambar 7e) pada permukaan sayap terdapat bagian sisik berwana coklat tua dan mempunyai 8-10 silia duplikat (Gambar 7f) pada bagian metanotum dengan retikulasi yang halus (Gambar 7d) pada bagian abdomennya, antara tergit II-VII mempunyai dua pasang seta yang terlihat jelas di bagian tengah (Gambar 7h). Tubuh sedikit melancip pada ujungnya (Gambar 7g).

Menurut Yulianti (2008) beberapa spesies dari subordo Tubulifera yakni H. froggatti, H. gowdeyi dan H. ganglebaueri dapat ditemukan pada tanaman cabai, jagung manis, padi, dan gulma. Selain itu Moritz et al. (2001) mengatakan bahwa beberapa spesies dari subordo Tubulifera menjadi hama pada rumput dan tanaman serealia.

c b

(27)

18

Gambar 7 Spesies Subordo Tubulifera: (a) Imago betina, (b) Kepala, (c) Antena dengan 7 segmen, (d) metanotum dengan retikulasi yang halus, (e) Antena dengan satu sense cone, (f) Sayap seperti sisik, (g) Tubuh yang melancip seperti tabung pada ujung abdomen, (h) Tergit II-VII mempunyai dua pasang seta

Trips Tidak Dapat Diidentifikasi

Spesies trips ini merupakan kumpulan dari berbagai macam trips yang ditemukan pada perangkap likat warna putih, kuning, dan biru. Trips yang termasuk kategori ini adalah trips yang memiliki postur tubuh yang tidak lengkap karena hancur pada saat masuk ke dalam perangkap likat sehingga tidak bisa dilakukan identifikasi sampai spesies. Akan tetapi dari keseluruhan trips yang termasuk kategori trips tidak dapat diidentifikasi ada beberapa bagian tubuh yang dapat terlihat walaupun hanya pada bagian tertentu saja. Contohnya antena, kepala, abdomen, sayap, dan lain-lain tertera pada Gambar 8a sampai dengan Gambar 8e. c b a f e d h g

(28)

Gambar 8 Spesies kategori trips tidak teridentifikasi: (a) Imago trips tidak utuh, (b) Kepala tidak utuh, (c) Tergit pada abdomen yang kotor, (d) Sisi tubuh trips dekat pangkal sayap rusak, (e) Sisi tergit yang hancur.

Populasi Trips Berdasarkan Warna Perangkap dan Waktu Pengamatan Spesies trips yang tertangkap pada perangkap likat di Desa Sukagalih meliputi 4 spesies dari famili Thripidae subordo Terebrantia dan spesies-spesies yang termasuk subordo Tubulifera yang dapat diidentifikasi dan spesies lain dari subordo Terebrantia yang tidak dapat diidentifikasi. Sementara di Desa Situ Gede, trips yang tertangkap terdiri atas 5 spesies yang dapat diidentifikasi dan subordo Terebrantia yang tidak dapat diidentifikasi. Jumlah spesies dari subordo Terebrantia famili Thripidae yang tertangkap pada perangkap jauh lebih banyak dibandingkan dengan subordo Tubulifera (Tabel 1 dan 2). Ini sesuai dengan yang diamati oleh Mound (2006), yang menemukan bahwa anggota trips dari famili Thripidae banyak menyerang tanaman dan sebagian besar menjadi hama. Untuk trips tidak dapat diidentifikasi adalah trips yang sulit untuk dilakukan identifikasi karena kondisi tubuh trips yang tidak utuh setelah terperangkap ke dalam perangkap likat. Tabel berikut menyajikan rata-rata jumlah trips yang tertangkap pada perangkap likat ketiga warna yang diuji per waktu pengamatan.

a b c

e d

(29)

Tabel 2 Jumlah trips yang tertangkap perangkap likat berdasarkan warna perangkap dan waktu pengamatan di Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Bogor

Trips Warna perangkap Rata-rata jumlah trips tertangkap pada waktu minggu

ke-1)

1 2 3 4 5 6 7 8

T. parvispinus

Kuning 6.5j 2.2k 8.7j 14.8hi 10.5ij 15.2hi 12.8ij 29.3fg

Putih 60.0bcde 37.8efg 49.3cdef 71.2abcd 31.2fg 77.2abc 44.8cdef 108.7a

Biru 71.2abcd 32.5fg 41.5efg 41.8def 21.8gh 62.2bcde 43.5cdef 102.2ab

T. palmi

Kuning 2.7hi 1.0i 3.5gh 6.4f 6.2fg 8.5ef 5.0fgh 2.5hi

Putih 13.7de 16.5cd 22.0bcd 39.8ab 20.3cd 43.0a 19.7cd 20.7bcd

Biru 18.7cd 19.5cd 23.0abcd 22.5abcd 24.5abcd 34.7abc 22.2abcd 30.3abc

M. abdominalis

Kuning 9.8bcde 14.3abc 16.8abc 10.8cdef 9.8cdef 10.2cdef 6.3efgh 1.8i

Putih 15.7abc 13.0abcd 21.5ab 17.3abcd 12.3abcd 25.7a 10.5bcde 2.2hi

Biru 8.8cdef 8.2cdef 14.2abc 2.5ghi 6.7defg 6.8cdef 4.5fghi 2.3hi

Subordo Tubulifera

Kuning 0.2b 0.2b 0.2b 0.0b 0.0b 0.8ab 0.5ab 0.0b

Putih 0.5ab 1.0a 0.0b 0.0b 0.0b 0.5ab 0.5ab 0.3ab

Biru 0.2b 0.5ab 0.2b 0.2b 0.2b 0.0b 0.2b 0.5ab

Trips tidak diidentifikasi

Kuning 1.7bcdef 0.8bcdefg 1.2bcdef 2.6bcdef 5.7fg 8.2cdefg 1.8g 6.0efg

Putih 3.0bcd 3.0cb 1.7bcdef 8.5a 7.7cdefg 16.0bcdefg 6.8defg 12.2bcdefg

Biru 2.8bcdef 3.3b 1.0bcdef 2.3bcde 6.7defg 9.0cdefg 7.5defg 7.2defg

1)Angka sebaris atau selajur pada setiap jenis trips yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata (uji selang Duncan pada taraf α= 5%)

(30)

Darmaga, Bogor

Trips Warna perangkap Rata-rata jumlah trips tertangkap pada waktu minggu

ke-1)

1 2 3 4 5 6 7 8

T. parvispinus

Kuning 0.3i 0.7i 0.5i 1.0hi 2.8fg 4.5def 11.7c 40.5b

Putih 2.3gh 2.2gh 3.2fg 5.2de 13.0c 15.3c 44.0b 145.8a

Biru 2.7efg 2.5fg 3.7defg 5.3d 16.3c 13.8c 59.2b 144.5a

T. palmi

Kuning 2.8klm 0.2m 1.2klm 0.3lm 1.8jkl 2.2ijk 8.5ghij 20.0efg

Putih 3.0ijk 5.2hij 3.5hij 6.3fghi 6.8fghi 5.3ghij 29.7cd 69.8ab

Biru 10.5efgh 14.5def 8.0efgh 15.5de 8.2efgh 10.7efg 46.5bc 122.0a

M. abdominalis

Kuning 0.3fg 0.0g 1.0efg 1.7def 1.0efg 2.3cde 21.5a 17.3a

Putih 0.2fg 0.5efg 0.2fg 1.7defg 3.3bcd 5.0bc 21.5a 31.0a

Biru 0.8efg 0.7efg 1.0efg 0.5efg 1.5defg 6.2b 16.0a 24.0a

Mymarothrips bicolor

Kuning 0.0c 0.0c 0.0c 0.0c 0.0c 0.3c 0.2c 0.2c

Putih 0.0c 0.0c 0.0c 0.0c 0.0c 0.2c 0.3c 0.2c

Biru 0.0c 0.0c 0.0c 0.5c 1.7b 0.5c 0.3c 3.0a

Subordo Tubulifera Kuning 0.8ab 0.0c 0.3bc 0.0c 0.0c 0.5bc 0.2bc 0.2bc

Putih 0.5bc 0.2bc 0.3bc 0.8ab 0.2bc 0.2bc 0.7bc 1.0ab

Biru 1.7a 0.7bc 0.7abc 0.3bc 0.3bc 0.3bc 0.3bc 3.0bc

Trips tidak diidentifikasi

Kuning 1.5efgh i 0.0i 1.5defgh 0.5hi 0.8ghi 1.2fghi 3.0cdefg 2.7defgh

Putih 1.3defgh 3.3cde 1.8cdefgh 3.7cdef 3.3cd 3.0cde 4.2cdefg 24.0a

Biru 2.7cdefgh 3.5cdef 2.8cdefg 1.3defgh 2.2defgh 4.5c 13.3b 25.8a

1) Angka sebaris atau selajur pada setiap jenis trips yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata (uji selang Duncan pada taraf α= 5%)

(31)

22 Hasil pada kedua tabel di atas menunjukkan bahwa perangkap likat warna biru dan putih dapat memerangkap trips spesies T. parvispinus dan T. palmi lebih banyak dari perangkap likat warna kuning baik di Desa Sukagalih maupun Desa Situ Gede. Jumlah trips yang tertangkap pada perangkap warna biru dan putih tersebut tidak berbeda nyata (taraf nyata 5%). Hasil ini menunjukkan bahwa warna biru dan putih merupakan warna yang disukai sedangkan warna kuning merupakan warna yang kurang disukai oleh kedua spesies trips tersebut. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Terry (1997) bahwa warna biru dan putih adalah warna yang disukai oleh berbagai spesies trips. Hasil penelitian Xian Liu dan Chu (2004) juga sejalan dengan hasil penelitian ini, yaitu bahwa beberapa spesies trips lebih tertarik pada warna biru dan putih. Perangkap likat warna kuning merupakan warna yang kurang disukai oleh trips, termasuk T. parvispinus. Berdasarkan hasil pengamatan pada perangkap likat warna kuning, seranggga yang paling banyak terperangkap yaitu berasal dari ordo Diptera, sedangkan untuk trips hanya terdapat beberapa spesies. Weintraub dan Horowitz (1996) menggunakan perangkap likat warna kuning untuk melakukan pemantauan populasi Liriomyza sp. Pernyataaan tersebut didukung oleh penelitian lain yaitu pemasangan perangkap likat kuning secara nyata dapat menurunkan populasi lalat Liriomyza sp. (Supriyadi et al. 2000).

Ketiga warna perangkap likat tidak memberikan hasil tangkapan yang berbeda nyata untuk trips spesies M. abdominalis pada kedua lokasi penelitian (Desa Sukagalih dan Desa Situ Gede). Dibandingkan dengan banyaknya trips T. parvispinus dan T. palmi yang tertangkap, jumlah individu M. abdominalis yang tertangkap pada ketiga perangkap tersebut lebih rendah dari jumlah individu kedua jenis spesies trips tersebut. Hal ini mengindikasikan dua hal: pertama, warna biru, kuning, dan putih merupakan warna yang kurang disukai oleh trips M. abdominalis, dan kedua, populasi trips tersebut yang datang ke pertanaman cabai lebih rendah dari populasi T. parvispinus dan T. palmi. Keadaan yang sama dan bahkan dengan tingkat populasi yang lebih rendah lagi terjadi juga dengan trips dari subordo Tubulifera. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan terlihat bahwa populasi trips Tubulifera yang datang ke pertanaman cabai sangat rendah dibandingkan dengan spesies dari subordo Terebrantia. Subordo Tubulifera lebih

(32)

banyak berkembang biak pada rumput dan menjadi hama pertanaman selain cabai (Moritz et al. 2001).

Berdasarkan jumlah individu trips yang tertangkap pada kedua lokasi penelitian, urutan dari yang paling tinggi ke paling rendah adalah T. parvispinus, T. palmi, M. abdominalis, dan trips dari subordo Tubulifera. Hasil ini menunjukkan bahwa T. parvispinus adalah spesies trips yang paling dominan menyerang tanaman cabai di daerah Bogor dan T. palmi adalah spesies trips dominan kedua setelah T. parvispinus. Khusus untuk lokasi Desa Situ Gede, T. palmi dominan pada fase vegetatif sedangkan pada fase generatif yang dominan adalah T. parvispinus. Hal ini terjadi karena Desa Situ Gede memiliki suhu yang cukup rendah dibandingkan Desa Sukagalih sehingga T. palmi menyukai kondisi tersebut. Menurut Kirk (1997) T. palmi banyak tersebar pada kondisi yang cukup hangat seperti rumah kaca dan juga iklim yang lebih hangat pada kondisi lapangan. Keberadaan spesies M. abdominalis pada tanaman cabai hanya berada sementara dan tidak menjadi hama utama (Yulianti 2008). Spesies lain yang ditemukan di Situ Gede dengan jumlah yang sedikit yaitu M. bicolor (Tabel 2). Selain pada tanaman cabai, M. bicolor juga dapat ditemukan pada tanaman ubi jalar (Yulianti 2008). Secara umum, jumlah individu trips dari semua spesies yang tertangkap perangkap likat di Desa Sukagalih relatif lebih banyak dari jumlah individu trips yang tertangkap perangkap likat di Situ Gede.

Populasi Trips Berdasarkan Luas Lahan

Jumlah individu seluruh jenis trips yang tertangkap perangkap likat pada kedua lokasi (Desa Sukagalih dan Desa Situ Gede) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (taraf nyata 5%) baik pada ukuran petak 5 m x 5 m maupun ukuran petak 7 m x 7 m. Data terlampir pada Lampiran 7 (Desa Sukagalih) dan Lampiran 8 (Desa Situ Gede).

Hal ini membuktikan bahwa perbedaan luas lahan pada kisaran antara 25 m2 sampai dengan 49 m2 tidak memberikan perbedaan yang berarti terhadap hasil tangkapan trips dari satu perangkap likat dari ketiga jenis warna yang diuji. Hasil ini menunjukkan bahwa perbedaan luas lahan yang diuji belum memberikan perbedaan hasil yang jelas sehingga di masa mendatang perlu dipertimbangkan untuk menggunakan luas lahan yang lebih luas.

(33)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perangkap likat warna biru dan putih menunjukkan kinerja yang sama dalam menangkap populasi serangga trips yang menyerang tanaman cabai. Kedua jenis perangkap likat ini lebih baik daripada perangkap likat warna kuning dalam memerangkap serangga trips tersebut. Dua spesies trips paling dominan yang tertangkap oleh perangkap likat ini adalah T. parvispinus dan T. palmi.

Tidak terlihat perbedaan yang berarti pada hasil tangkapan serangga trips antara sebuah perangkap likat yang dipasang pada petak berukuran 5 m x 5 m dengan yang berukuran 7 m x 7 m. Jumlah trips yang tertangkap pada fase vegetatif lebih rendah daripada yang tertangkap pada fase generatif.

Saran

Perlunya penelitian lanjut untuk melihat uji efektivitas perangkap likat warna putih, kuning, dan biru dengan ketinggian tempat yang berbeda pada tanaman cabai. Selain itu perlunya uji efektivitas perangkap likat pada tanaman inang lain pada ketinggian tempat yang berbeda.

(34)

Affandi, Emilda D. 2009. Mangosteen thrips: collection, identification and control. JFruit and Ornamental Plant Research. 17(2):219-233.

Borror DJ, Triphehorn CA, Johnson NF. 1989. An Introduction to the Study of Insects Sixth Edition. Saunders College Publishing : Florida.

Chu CC, Ciomperlik MA, Chang NT, Richards M,Henneberry TJ. 2006. Developing and evaluating traps for monitoring Scirtothrips dorsalis (Thysanoptera: Thripidae). Florida Entomologist. 89(1):47-55.

Chu CC, Piner PJ, JR, Henneberry TJ, Umeda K, Natwick ET, Yuan-an W, Reddy VR, Shrepatis M. 2000. Use of CC traps with different trap base colors for silverleaf whiteflies (Homoptera: Aleyrodidae), thrips (Thysanoptera: Thripidae), and leafhoppers (Homoptera: Cicadellidae). JEcon Entomol, 93(4):1329-1337.

Dibiyantoro ALH. 1998. Thirps pada Tanaman Sayuran. Bandung (ID): Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

Jacobson RJ. 1997. Integrated pest management (IPM) in glasshouses. Di dalam: Lewis T, editor. Thrips as Crop Pest. Cambridge (UK): CAB Internasional. Hlm 639-666.

Kirk DJW. 1997. Distribution, abundance and population dynamics. Di dalam: Lewis T, editor. Thrips as Crop Pest. Cambridge (UK): CAB Internasional.hlm 217-257.

Lewis T. 1973. Thrips: Their biology, ecology, and economic importance. London (UK): Academic Press.

Lewis T. 1997. Pest thrips in perspective. Di dalam: Lewis T, editor. Thrips ad Crop Pest. Cambridge (UK): CAB Internasional.hlm 1-13.

Magdalena. 2008. Keragaman ukuran dan warna Thrips parvispinus (Thysanoptera: Thripidae) pada tanaman cabai (Capsicum annuum) di berbagai ketinggian tempat [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Moritz G, Morris D, Mound L. 2001. Pets thrips of the world [CD-ROM]. Australia (AU): CSIRO Publishing. 1 CD-ROM dengan penuntun di dalamnya.

Moritz G, Mound LA, Morris DC, Goldarazena A. 2004. Pest Thrips of the world [CD-ROM]. Australia (AU): CSIRO Publishing. 1 CD-ROM dengan penuntun di dalamnya.

Mound L. 2006. Taxonomy of the insect order Thysanoptera. Di dalam: Taxonomi Workshop No.1 (Thirps; 2006 Juli 3-7;Malaysia). Malaysia (MY): Institut of Biological Science, University Malaya, Kuala Lumpur. Mound LA, Morris DC. 2007. The insect order Thysanoptera: classification

(35)

26 Mound LA, Kibby G. 1998. Thysanoptera An Identification Guide. Ed ke-2.

Canberra: CSIRO Entomology.

Prabaningrum L. 2005. Biologi dan sebaran Thrips sp. (Thysanoptera: Thripidae) pada tanaman paprika (Capsicum annuum var. grossum) [disertasi]. Bandung (ID): Universitas Padjajaran Bandung.

Prabaningrum L, Moekasan TK. 1996. Di dalam: Duriat AS, Hadisoeganda AWW, Soetiarso TA, Prabaningrum L, editor. Teknologi Produksi Cabai Merah. Lembang (ID). Balai Penelitian Tanaman Sayuran. hlm 48-63 Prabaningrum L, Moekasan TK. 2007. Identifikasi status hama pada budidaya

paprika (Capsicum annuum var. grossum) di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. J Hort. 17(2):161-167.

Prabaningrum L, Moekasan TK. 2008. Pola sebaran vertikal Thrips parvispinus Karny (Thysanoptera: Thripidae) pada tanaman paprika. J Hort. 18(3):343-347.

Setiadi. 2008. Bertanam Cabai. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Supriyadi MK, Himawati, Agustina W. 2000. Efisiensi penangkapan sticky trap kuning pada lalat pengorok daun Liriomyza (Diptera: Agromyzidae) di pertanaman bawang putih. Agrosains 2(1):15-18.

Terry LI. 1997. Host selection, communication and reproductive behavior. Di dalam Lewis T, editor. Thrips as crops pests. Cambridge (UK): CAB International University Press. hlm 65-118.

Tobing MC. 1996. Biologi dan perkembangan populasi Thrips palmi Karny (Thysanoptera: Thripidae) pada tanaman kentang [disertasi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Vos JGM. 1994. Pengelolaan Tanaman Terpadu pada Cabai (Capsicum spp.) di Dataran Rendah Tropis. Ch. Lilies S. dan E. van de Fliert, penerjemah. Belanda: Universitas Pertanian Wageningen. Terjemahan dari: Ter herinnering aan mijn moeder.

Wiryanta BTW. 2008. Budidaya Cabai Merah pada Musim Hujan. Jakarta. PT.Agromedia Pustaka.

Weintraub PG, Horowitz AR. 1996. Spatial dandiel activity of the pea leafminer Liriomyza sp (Diptera: Agromyzidae) in potatoes, Solanum tuberosum. J Environ Entomol. 25(1):722-726.

Tong XL, Chu CC. 2004. Comparison of absolute estimates of Thrips tabaci (Thysanoptera: Thripidae) with field visual counting and sticky traps in onion field in south texas. Southwestern entomologist: 29(2):83-89.

Yulianti P. 2008. Spesies trips (Ordo: Thysanoptera) pada tanaman cabai dan tanaman sekitarnya di Jawa barat [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

 

(36)
(37)

Lampiran 1 Rata-rata jumlah trips yang tertangkap pada perangkap likat warna kuning di Desa Situ Gede, Kecamatan Darmaga, Bogor

 

Lampiran 2 Rata-rata jumlah trips yang tertangkap pada perangkap likat warna putih di Desa Situ Gede, Kecamatan Darmaga, Bogor

Sticky trap kuning petak 7x7

Rata-rata Pengamatan minggu ke-

fase Vegetatif Fase Generatif

1 2 3 4 5 6 7 8 Thrips parvispinus 0.00 0.67 0.67 0.33 1.33 2.33 16.00 35.67 Thrips palmi 5.67 0.00 1.00 0.33 2.33 1.33 1.67 3.33 Microcepalothrips abdominalis 0.67 0.00 1.33 1.67 0.67 1.00 17.67 16.67 Mymarothrips bicolor 0 0 0 0 0.00 0.33 0.00 0.00 Tubulifera 1.33 0.00 0.67 0.00 0.00 0.00 0.33 0.00

Trips tidak teridentifikasi 2.33 0.00 1.33 1.00 1.00 1.33 2.00 1.00

Sticky trap putih petak 7x7

Rata-rata Pengamatan minggu ke-

Fase Vegetatif Fase Generatif

1 2 3 4 5 6 7 8 Thrips parvispinus 4.33 2.00 3.33 4.67 10.00 12.67 41.33 124.33 Thrips palmi 3.33 4.67 4.33 6.00 5.67 4.33 20.00 75.67 Microcepalothrips abdominalis 0.00 0.67 0.33 0.33 4.00 4.00 17.67 21.33 Mymarothrips bicolor 0 0 0 0 0.00 0.33 0.67 0.00 Tubulifera 0.33 0.33 0.00 1.00 0.00 0.33 0.00 1.00

(38)

 

Lampiran 4 Rata-rata jumlah trips yang tertangkap pada perangkap likat warna kuning di Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Bogor

Sticky trap biru petak 7x7

Rata-rata Pengamatan minggu ke-

Fase Vegetatif Fase Generatif

1 2 3 4 5 6 7 8 Thrips parvispinus 2.67 2.67 3.33 4.33 15.33 13.33 70.00 167.33 Thrips palmi 9.33 15.67 9.00 19.00 10.67 10.67 51.00 113.00 Microcepalothrips abdominalis 0.00 0.00 1.00 0.33 2.00 4.67 21.00 27.00 Mymarothrips bicolor 0.00 0.00 1.00 0.33 1.67 0.00 0.33 2.00 Tubulifera 0.67 0.33 0.67 0.67 0.33 0.67 0.00 0.00

Trips tidak teridentifikasi 4.33 5.33 2.67 2.00 2.33 3.67 14.33 25.00

Sticky trap kuning petak 5x5

Rata-rata Pengamatan minggu ke-

Fase Vegetatif Fase Generatif

1 2 3 4 5 6 7 8

Thrips parvispinus 7.00 2.00 5.33 19.50 9.00 13.33 12.00 26.67

Thrips palmi 0.67 1.33 2.00 6.00 4.00 8.67 4.33 4.00

Microcepalothrips abdominalis 9.67 14.33 10.67 12.00 6.33 3.33 4.67 0.00

Tubulifera 0.00 0.33 0.00 0.00 0.00 1.00 0.67 0.00

(39)

Lampiran 5 Rata-rata jumlah trips yang tertangkap pada perangkap likat warna putih di Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Bogor

Sticky trap putih petak 5x5

Rata-rata Pengamatan minggu ke-

Fase Vegetatif Fase Generatif

1 2 3 4 5 6 7 8

Thrips parvispinus 51.00 42.00 37.33 82.00 23.67 87.67 34.00 101.00

Thrips palmi 12.00 18.67 12.33 51.00 11.00 40.00 17.67 15.00

Microcepalothrips abdominalis 9.33 15.67 22.00 27.67 11.67 24.33 7.67 0.67

Tubulifera 0.33 1.33 0.00 0.00 0.00 0.33 0.33 0.00

Trips tidak teridentifikasi 4.33 3.33 1.00 15.67 7.33 13.33 5.00 11.33

Lampiran 6 Rata-rata jumlah trips yang tertangkap pada perangkap likat warna biru di Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Bogor

Sticky trap biru petak 5x5

Rata-rata Pengamatan minggu ke-

Fase Vegetatif Fase Generatif

1 2 3 4 5 6 7 8

Thrips parvispinus 35.33 34.00 36.00 76.33 24.00 69.00 39.00 100.00

Thrips palmi 24.00 18.00 18.33 17.67 27.67 39.00 21.00 32.00

Microcepalothrips abdominalis 3.33 13.00 8.00 10.33 7.67 4.67 5.67 0.67

Tubulifera 0.00 0.00 0.67 0.00 0.33 0.00 0.33 0.00

Trips tidak teridentifikasi 2.33 1.00 4.00 5.00 6.67 7.67 8.33 6.33

(40)

Lampiran 7 Analisis ragam perlakuan perangkap likat berdasarkan luas petak lahan 5 m x 5 m dan 7 m x 7 m Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung. Keterangan. a: Luas petak lahan 5 m x 5 m dan 7 m x 7 m

b: Perangkap likat kuning, biru, dan putih

c: Waktu pengamatan minggu ke-1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 • T. parvispinus

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 59 22.76557491 0.38585720 9.51 <.0001

Error 83 3.36884048 0.04058844

Corrected Total 142 26.13441538

R-Square Coeff Var Root MSE Y Mean 0.871096 13.69798 0.201466 1.470769

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

a 1 0.05525042 0.05525042 1.14 0.2467 a*r 4 0.19460283 0.04865071 b 2 13.55702703 6.77851351 49.23 <.0001 a*b 2 0.00060171 0.00030086 0.002 0.9926 a*b*r 8 1.10184947 0.13773118 c 7 4.28986761 0.61283823 15.10 <.0001 a*c 7 0.90737743 0.12962535 3.19 0.0048 b*c 14 1.51820142 0.10844296 2.67 0.0029 a*b*c 14 1.14079700 0.08148550 2.01 0.0267

(41)

32

T. palmi

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 59 23.29302896 0.39479710 7.71 <.0001

Error 83 4.24794167 0.05118002

Corrected Total 142 27.54097063

R-Square Coeff Var Root MSE Y Mean 0.845759 20.34263 0.226230 1.112098

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

a 1 0.16805412 0.16805412 12.04 0.0736 a*r 4 0.05586941 0.01396735 b 2 17.10925168 8.55462584 290.97 <.0001 a*b 2 0.04408234 0.02204117 0.75 0.6515 a*b*r 8 0.23565772 0.02945722 c 7 1.88103904 0.26871986 5.25 <.0001 a*c 7 0.60340444 0.08620063 1.68 0.1241 b*c 14 2.11498306 0.15107022 2.95 0.0011 a*b*c 14 1.08068715 0.07719194 1.51 0.1262 • M. abdominalis

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 59 16.09614953 0.27281609 3.52 <.0001

Error 83 6.42943929 0.07746312

(42)

R-Square Coeff Var Root MSE Y Mean 0.714572 30.47243 0.278322 0.913357

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

a 1 0.23715483 0.23715483 2.71 0.0839 a*r 4 0.34994050 0.08748513 b 2 1.73138715 0.86569358 5.56 <.0001 a*b 2 0.63903748 0.31951874 2.05 0.0196 a*b*r 8 1.24575813 0.15571977 c 7 6.87068035 0.98152576 12.67 <.0001 a*c 7 1.75112345 0.25016049 3.23 0.0044 b*c 14 2.34091977 0.16720855 2.16 0.0163 a*b*c 14 0.93014787 0.06643913 0.86 0.6060 • Sub ordo Tubulifera

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 59 4.57249722 0.07749995 1.26 0.1605

Error 84 5.14923333 0.06130040

Corrected Total 143 9.72173056

R-Square Coeff Var Root MSE Y Mean 0.470338 29.49929 0.247589 0.839306

(43)

34

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

a 1 0.05921111 0.05921111 0.47 0.3285 a*r 4 0.50716111 0.12679028 b 2 0.12717639 0.06358819 0.75 0.3589 a*b 2 0.02923472 0.01461736 0.17 0.7884 a*b*r 8 0.67547222 0.08443403 c 7 0.91541944 0.13077421 2.13 0.0487 a*c 7 0.68587778 0.09798254 1.60 0.1471 b*c 14 1.18150139 0.08439296 1.38 0.1828 a*b*c 14 0.39144306 0.02796022 0.46 0.9495 • Trips tidak dapat diidentifikasi

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 59 53.61753889 0.90877185 4.06 <.0001 Error 84 18.77941667 0.22356448

Corrected Total 143 72.39695556

R-Square Coeff Var Root MSE Y Mean 0.740605 38.89794 0.472826 1.215556

(44)

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F a 1 1.38846944 1.38846944 2.52 0.0147 a*r 4 2.20584444 0.55146111 b 2 4.38025972 2.19012986 3.54 0.0001 a*b 2 0.62889306 0.31444653 0.51 0.2507 a*b*r 8 4.95473889 0.61934236 c 7 20.76832222 2.96690317 13.27 <.0001 a*c 7 4.66456389 0.66636627 2.98 0.0077 b*c 14 4.47680694 0.31977192 1.43 0.1574 a*b*c 14 10.14964028 0.72497431 3.24 0.0004

Lampiran 8 Analisis ragam perlakuan perangkap likat berdasarkan luas petak lahan 5 m x 5 m dan 7 m x 7 m Desa Situ Gede, Kecamatan Darmaga.

T. parvispinus

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 59 43.71052500 0.74085636 6.94 <.0001

Error 84 8.96705000 0.10675060

Corrected Total 143 52.67757500

R-Square Coeff Var Root MSE Y Mean 0.829775 22.24525 0.326727 1.468750

(45)

36

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

a 1 0.04913611 0.04913611 0.34 0.4994 a*r 4 0.57875556 0.14468889 b 2 17.32117917 8.66058958 50.41 <.0001 a*b 2 0.36312639 0.18156319 1.06 0.1888 a*b*r 8 1.37452778 0.17181597 c 7 18.24323056 2.60617579 24.41 <.0001 a*c 7 1.62020833 0.23145833 2.17 0.0452 b*c 14 1.76306528 0.12593323 1.18 0.3059 a*b*c 14 2.39729583 0.17123542 1.60 0.0948 • T. palmi

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 59 152.9186826 2.5918421 7.61 <.0001

Error 84 28.6048000 0.3405333

Corrected Total 143 181.5234826

R-Square Coeff Var Root MSE Y Mean 0.842418 35.37425 0.583552 1.649653

(46)

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F a 1 0.94900069 0.94900069 1.07 0.0988 a*r 4 3.55054444 0.88763611 b 2 59.54575556 29.77287778 161.28 <.0001 a*b 2 0.82450556 0.41225278 2.23 0.3032 a*b*r 8 1.47718889 0.18464861 c 7 57.20225486 8.17175069 24.00 <.0001 a*c 7 0.89576042 0.12796577 0.38 0.9141 b*c 14 23.83172222 1.70226587 5.00 <.0001 a*b*c 14 4.64195000 0.33156786 0.97 0.4868 • M. abdominalis

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 59 20.57223333 0.34868192 3.41 <.0001

Error 84 8.59836667 0.10236151

Corrected Total 143 29.17060000

R-Square Coeff Var Root MSE Y Mean 0.705239 33.26931 0.319940 0.961667

(47)

38

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

a 1 0.37413611 0.37413611 2.04 0.0593 a*r 4 0.73363889 0.18340972 b 2 0.21477917 0.10738958 1.53 0.3548 a*b 2 0.17431806 0.08715903 1.24 0.4304 a*b*r 8 0.56012778 0.07001597 c 7 13.16115556 1.88016508 18.37 <.0001 a*c 7 0.74155278 0.10593611 1.03 0.4132 b*c 14 2.42216528 0.17301181 1.69 0.0730 a*b*c 14 2.19035972 0.15645427 1.53 0.1187 • M. bicolor

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 59 9.63596389 0.16332142 2.05 0.0012

Error 84 6.69049167 0.07964871

Corrected Total 143 16.32645556

R-Square Coeff Var Root MSE Y Mean 0.590206 33.87782 0.282221 0.833056

(48)

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F a 1 0.01913611 0.01913611 0.26 0.6253 a*r 4 0.29469444 0.07367361 b 2 1.86888889 0.93444444 9.46 <.0001 a*b 2 0.08162222 0.04081111 0.41 0.6009 a*b*r 8 0.79041389 0.09880174 c 7 2.34041111 0.33434444 4.20 0.0005 a*c 7 0.26217500 0.03745357 0.47 0.8535 b*c 14 3.55712222 0.25408016 3.19 0.0005 a*b*c 14 0.42150000 0.03010714 0.38 0.9777 • Sub ordo Tubulifera

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 59 7.88097500 0.13357585 1.61 0.0222

Error 84 6.96502500 0.08291696

Corrected Total 143 14.84600000

R-Square Coeff Var Root MSE Y Mean 0.530848 31.52771 0.287953 0.913333

(49)

40

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

a 1 0.10027778 0.10027778 0.47 0.2746 a*r 4 0.85024722 0.21256181 b 2 0.58940000 0.29470000 6.22 0.0330 a*b 2 0.14082222 0.07041111 1.48 0.4314 a*b*r 8 0.37932778 0.04741597 c 7 1.32587778 0.18941111 2.28 0.0352 a*c 7 0.46884444 0.06697778 0.81 0.5832 b*c 14 1.64662222 0.11761587 1.42 0.1627 a*b*c 14 2.37955556 0.16996825 2.05 0.0231 • Trips tidak dapat diidentikasi

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 59 49.95118333 0.84663023 4.76 <.0001 Error 84 14.94579167 0.17792609

Corrected Total 143 64.89697500

R-Square Coeff Var Root MSE Y Mean 0.769700 39.62234 0.421813 1.064583

Gambar

Gambar 1  Lokasi tanaman cabai di Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung JAGUNG KACANG KAPRI TERUNG Tanaman pengamatan: CABAI KACANG PANJANG
Gambar 2  Lokasi tanaman cabai di Desa Situ Gede, Kecamatan DarmagaPADI  PADI TALAS  Tanaman pengamatan: CABAI KEDELAI  
Gambar 3  Spesies Thrips parvispinus:  (a) Imago betina, (b) Antena dengan sense
Gambar 4c).  Bagian kepala terdapat dua pa panjang dari oseli II, dan posisisnya berada otum dengan 2 pasang seta posteroangular p dengan 3 pasang seta
+6

Referensi

Dokumen terkait

Strategi aktivitas, yaitu pembagian aktivitas rutin dan berkala dengan mengintegrasikan dan mengatur pertokoan yang ada serta mengangkat kembali budaya tepian air

Pers dalam arti kata sempit yaitu yang menyangkut dengan kegiatan komunikasi yang hanya dilakukan dengan perantara barang cetakan.. Sedangkan pers dalam arti kata

Analisis data dilakukan setelah data dari responden terkumpul. Analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,

5 Cara belajar seni musik dengan pembelajaran kelompok akhirnya membuat saya tidak takut lagi terhadap mata pelajaran seni musik.. 6 Cara belajar seni musik dengan

D9 Untuk Produk Pertanian Hasil Rekayasa Genetik yang berasosiasi dengan tanaman, pengaruh apa yang mungkin terjadi terhadap serangga, burung dan hewan lain (termasuk manusia)

Akhirnya para investor akan beralih pada instrumen emas hanya sebagai pelarian atau dianggap sebagai subtitusi dalam waktu yang singkat saja, akan tetapi sebagaimana