• Tidak ada hasil yang ditemukan

PREDIKSI EROSI PADA BERBAGAI SATUAN PENGGUNAAN LAHAN DI DAS BERMAS KABUPATEN KERINCI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PREDIKSI EROSI PADA BERBAGAI SATUAN PENGGUNAAN LAHAN DI DAS BERMAS KABUPATEN KERINCI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PREDIKSI EROSI PADA BERBAGAI

SATUAN PENGGUNAAN LAHAN

DI DAS BERMAS KABUPATEN KERINCI

ARTIKEL ILMIAH

FERRY ANANTA SK

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021

(2)

DI DAS BERMAS KABUPATEN KERINCI

Ferry Ananta SK1), Aswandi2), dan Ajidirman2)

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agroekoteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Jambi

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021

(3)

PENGESAHAN

Artikel ilmiah dengan judul “Prediksi Erosi Pada Berbagai Satuan

Penggunaan Lahan Di DAS Bermas Kabupaten Kerinci” yang disusun oleh Ferry Ananta SK, NIM. D1A016124.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr Ir. Aswandi, M.Si. Dr. Ir. Ajidirman, M.P.

NIP. 19621227 199001 1 001 NIP. 19651231 199003 1 019

Mengetahui

Ketua Jurusan Agroekoteknologi

Dr. Hj. Sunarti, S.P., M.P NIP. 19731227 199903 2 003

(4)

Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi 1

PREDIKSI EROSI PADA BERBAGAI

SATUAN PENGGUNAAN LAHAN

DI DAS BERMAS KABUPATEN KERINCI

Ferry Ananta SK 1), Aswandi2), dan Ajidirman2)

1Mahasiswa Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi 2

Dosen Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Jalan Raya Jambi-Muaro Bulian Km 15 Mendalo Darat, Jambi 36361

*email: ferryananta588@gmail.com

ABSTRAK

Erosi merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang sangat serius pada suatu ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS). Erosi adalah peristiwa terlepasnya partikel-partikel tanah dari permukaan yang mengakibatkan ikut hilangnya material, nutrisi organik tanah, penurunan produktivitas panen dan penurunan kualitas air.DAS Bermas merupakan daerah dengan topografi yang berada pada ketinggian 950-1200 m di atas permukaan laut (Badan Pusat Statistik Kabupaten Kerinci, 2016). Wilayah DAS Bermas sebagian besar memiliki kemiringan lahan di atas 40% dengan kondisi wilayah yang bergelombang (berbukit) sampai curam (Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci, 2015). Daerah Aliran Sungai Bermas terletak di Kecamatan Siulak, Kabupaten Kerinci yang berada diantara Kecamatan Gunung Kerinci dan Kecamatan Air Hangat Barat. Mayoritas penggunaan lahan yang berada di DAS Bermas didominasi oleh kebun campuran. Kegiatan pertanian pada kebun campuran yang dilakukan di daerah hulu yang diterapkan masyarakat setempat didominasi searah lereng. Hal ini menyebabkan potensi erosi meningkat akibat konsentrasi aliran permukaan pada setiap alur mengakibatkan daerah DAS Bermas dan sekitarnya mengalami degradasi lahan. Penelitian ini dilakukan menggunakan salah satu model prediksi erosi RUSLE yang cukup banyak dipakai. Metode analisis yang digunakan adalah metode pendekatan analisis overlay parameter-parameter erosi menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) kemudian dilakukan perhitungan antara parameter-parameter dengan menggunakan rumus RUSLE. Hasil dari analisis menunjukkan nilai laju erosi yang dapat digunakan untuk menentukan kelas bahaya erosi. Berdasarkan Hasil perhitungan prediksi laju erosi dengan metode RUSLE menunjukkan laju erosi yang paling rendah terjadi pada satuan penggunaan lahan Hutan (SPL 8) yaitu sebesar 0,002 ton/ha/tahun sedangkan satuan penggunaan lahan yang memiliki laju erosi paling tinggi adalah satuan penggunaan lahan perladangan (SPL 4) mencapai 5,06 ton/spl/tahun dengan laju erosi DAS Bermas sebesar 7,02 ton/ha/tahun.

Kata kunci : DAS, Erosi, RUSLE

PENDAHULUAN

Erosi merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang sangat serius pada suatu ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS). Erosi adalah peristiwa terlepasnya partikel-partikel tanah dari permukaan yang mengakibatkan ikut hilangnya material, nutrisi organik tanah, penurunan produktivitas panen dan penurunan kualitas air. Fenomena tersebut dapat

(5)

Ananta et al., 2021 Prediksi Erosi

Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi 2 disebabkan oleh kerusakan ekosistem di sepanjang DAS terutama berkurangnya luas hutan. Penurunan luas vegetasi merupakan masalah serius pada ekosistem DAS. Tutupan lahan berupa vegetasi berfungsi sebagai pertahanan DAS terhadap proses erosi (Mehcram dan Siti 2011).

DAS Bermas merupakan daerah dengan topografi yang berada pada ketinggian 950-1200 m di atas permukaan laut (Badan Pusat Statistik Kabupaten Kerinci, 2016). Wilayah DAS Bermas sebagian besar memiliki kemiringan lahan di atas 40% dengan kondisi wilayah yang bergelombang (berbukit) sampai curam (Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci, 2015) Daerah Aliran Sungai Bermas terletak di Kecamatan Siulak, Kabupaten Kerinci yang berada diantara Kecamatan Gunung Kerinci dan Kecamatan Air Hangat Barat. Mayoritas penggunaan lahan yang berada di DAS Bermas didominasi oleh kebun campuran. Kegiatan pertanian pada kebun campuran yang dilakukan di daerah hulu yang diterapkan masyarakat setempat didominasi searah lereng. Penggunaan lahan searah lereng menyebabkan potensi erosi meningkat akibat konsentrasi aliran permukaan pada setiap alur mengakibatkan daerah DAS Bermas dan sekitarnya mengalami degradasi lahan.

Kondisi topografi berbukit dan bergunung akan cenderung memiliki bahaya erosi yang cukup besar. Kemiringan lereng yang curam dapat memungkinkan potensi terjadinya erosi oleh air hujan dengan jumlah besar (Putra et al., 2018). Erosi menjadi faktor utama berkurangnya produktivitas lahan dan erosi sering menjadi masalah dalam penggunaan tanah miring yang berlereng (Arsyad, 2010). Penilaian mengenai besar laju erosi memerlukan suatu model yang tidak hanya sederhana dan cepat tetapi juga harus akurat. RUSLE (Revised Universal Soil Loss Equation) merupakan salah satu metode yang sering digunakan untuk menilai besarnya laju erosi. RUSLE merupakan model erosi yang dapat digunakan meskipun dengan data minimum dibandingkan dengan model-model penilai erosi lainnya.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di DAS Bermas, secara geografis terletak pada 1° 52’15”-2°1’12” LS dan 101°12’54”-101°24’50” BT. Berdasarkan pembagian wilayah dan letak administrasi DAS Bermas termasuk di dalam Kecamatan Siulak, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Penelitian telah dilaksanakan selama 2 bulan mulai bulan Mei sampai Juni 2020.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta DAS Bermas (Hulu DAS Merao) skala 1:50.000, peta tanah DAS Bermas, peta penggunaan lahan DAS Bermas, dan

(6)

Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi 3 data curah hujan yang diperoleh dari BWS. Alat yang digunakan yaitu seperangkat komputer, Aplikasi GIS, GPS, meteran, sunto, kamera digital, dan alat tulis.

Metode Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode survei analitik berdasarkan pendekatan jenis tanah, penggunaan lahan dan topografi yang diolah menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian terdiri dari 4 tahapan yaitu persiapan, pengolahan data, groundcheck, dan analisis data.

Penentuan nilai besarnya prediksi erosi menggunakan rumus persamaan RUSLE (Revised Universal Soil Loss Equation) sebagai berikut.

Faktor Erosivitas Hujan

Erosivitas hujan merupakan kemampuan hujan dalam mengerosi tanah. Faktor erosivitas (R) memiliki variasi terhadap iklim dan lokasi dalam suatu wilayah tertentu. Perhitungan erosivitas di wilayah Indonesia, Lenvain (1975) memberikan persamaan untuk menghitung nilai R berdasarkan studi empiris dari curah hujan tahunan rata-rata, sebagai berikut :

Keterangan:

R = Faktor Erosivitas Hujan P = Curah Hujan Bulanan (cm)

Faktor Erodibilitas Tanah

Faktor erodibilitas tanah (K) menunjukkan resistensi partikel tanah terhadap pengelupasan dan transportasi partikel-partikel tanah oleh adanya energi kinetik hujan (Asdak, 2010). Erodibilitas tanah sangat dipengaruhi oleh karakteristik jenis tanah. Penetapan nilai faktor erodibilitas tanah diperoleh dengan persamaan Arsyad (2010) sebagai berikut:.

( )( ) ( ) ( )

Keterangan:

K = nilai faktor erodibilitas tanah

M = (%debu + pasir sangat halus)(100-%lempung) a = persen bahan organik

b = harkat struktur tanah

(7)

Ananta et al., 2021 Prediksi Erosi

Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi 4

Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS)

Penetapan besarnya nilai faktor LS dengan menganalisis peta kelas lereng yang diperoleh analisis data DEM kemudian dicocokkan dengan tabel nilai LS. Nilai LS dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Penilaian Kelas Kelerengan (LS)

Kelas Lereng Kemiringan Lereng Nilai LS

I 0-8 0,40

II 8-15 1,40

III 15-25 3,10

IV 25-40 6,80

V >40 9,50

Sumber: Utomo dan Aprilia (2014)

Indeks Penutupan Vegetasi dan Pengelolaan Lahan (CP)

Penentuan nilai faktor CP dilakukan dengan menganalisis peta penutupan lahan dan melakukan pengamatan langsung di lapangan pada tiap unit lahan yang telah ditentukan, kemudian dicocokkan dengan tabell nilai C dan P.

Peta Satuan Penggunaan Lahan

Pembuatan Peta Satuan Penggunaan Lahan (SPL) dilakukan menggunakan data peta jenis tanah, peta kemiringan lereng, dan peta penggunaan lahan yang akan dikelolah menggunakan aplikasi ArcGIS kemudian dianalisis menggunakan rumus RUSLE

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Daerah Aliran Sungai Bermas di Kecamatan Siulak yang secara geografi berada pada 1° 52’ 15” - 2° 1’ 12” LS dan 101° 12’ 54” - 101° 24’ 50” BT. Kecamatan Siulak secara administrasi berbatasan dengan Kabupaten Gunung Kerinci dan Siulak Mukai di sebelah utara, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Siulak Mukai, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Air Hangat Barat dan Depati Tujuh, serta sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Gunung Kerinci. Total luas keseluruhan DAS Bermas sekitar 1237,58 hektar dimana DAS Bermas termasuk kedalam kategori DAS sangat kecil karena menurut Kemenhut (2013), DAS yang termasuk dalam kategori DAS sangat kecil yaitu memiliki total luas kurang dari 10.000 ha.

(8)

Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi 5 Lokasi penelitian berada pada daerah pegunungan dimana terdapat satu jenis tanah yaitu Andosol. Andosol merupakan tanah yang berasal dari bahan induk yang baru diendapkan, kurang lebih 60 % berasal dari abu vulkanik. Warna tanah umumnya coklat kehitaman. Jenis tanah ini berada pada lereng tengah vulkan sehingga mempunyai potensi menjadi tanah yang produktif karena adanya ketersediaan air serta mineral dapat lapuk yang masih melimpah (Ismail et al., 2015). Kondisi topografi pada lokasi penelitian terdiri dari 3 kelas yaitu agak curam (15-25%), curam (25-40%) dan sangat curam (>40%). Sesuai dengan pernyataan dari Permenhut (2013) dalam Dawolo (2019), bahwa daerah hulu memiliki topografi diatas 8 % dengan total luasan kemiringannya lebih dari 70 %.

Faktor Erosivitas Hujan (R)

Nilai Erosivitas Hujan diperoleh dari hasil pengolahan data curah hujan berdasarkan data pada Stasiun Siulak Deras yang merupakan stasiun penakar hujan terdekat dengan DAS Bermas. Data yang diperoleh dan diolah adalah data 10 tahun terhitung dari 2009-2018. Data analisis data curah hujan lokasi penelitian disajikan pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Nilai Erosivitas Hujan

No Bulan Total CH (cm) R=2,21.P1,36 1 Jan 22 145,84 2 Feb 28,03 205,66 3 Mar 27,73 202,67 4 Apr 23,21 159,11 5 Mei 29,04 215,80 6 Jun 24,78 173,92 7 Jul 29,84 223,93 8 Ags 25,03 176,31 9 Sep 25,13 177,27 10 Okt 28,45 209,86 11 Nov 43,45 373,30 12 Des 29,01 215,50 Rata-rata 206,60

Nilai erosivitas menunjukkan kemampuan hujan dalam menyebabkan kejadian erosi, dimana semakin tinggi nilai erosivitas suatu wilayah maka semakin tinggi wilayah tersebut terjadi erosi (Cantika et al., 2019). Nilai Erosivitas dihitung berdasarkan penjumlahan seluruh nilai erosivitas setiap tahunnya maka diperoleh erosivitas tahunan sebesar 206,60. Nilai erosivitas terendah terjadi pada Bulan januari sebesar 22 dan erosivitas tertinggi terjadi pada bulan november sebesar 43,45.

Faktor Erodibilitas Tanah (K)

Jenis tanah pada lokasi penelitian hanya terdapat satu jenis yaitu Andosol. Andosol memiliki nilai erodibilitas tanah sebesar 0,07 (Tabel 3).

(9)

Ananta et al., 2021 Prediksi Erosi

Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi 6 Tabel 3. Nilai Erodibilitas Tanah

Jenis Tanah Bahan Org (a) Struktur (b) Permeabilitas (c) K Luas (ha)

Andosol 17,58 2 3 0,07 1237,58

Arsyad (2010) menambahkan tanah yang mempengaruhi nilai erosi adalah erodibilitas dan berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan terhadap erosi yang berbeda-beda. Apabila tanah memiliki kemampuan dalam menahan curah hujan, maka akan sedikit kemungkinan terjadinya erosi, begitu juga sebaliknya. Tanah yang erodibilitas tinggi akan peka terhadap erosi dibandingkan dengan tanah yang erodibilitas rendah memiliki daya tahan kuat terhadap erosi.

Faktor Topografi (LS)

Penentuan kemiringan lereng menggunakan data SRTM yang diolah dan diklasifikasi menggunakan perangkat ArcGIS dan didapatkan 3 kategori topografi. Nilai topografi dapat dilihat dari Tabel 4 bahwa untuk kemiringan >40 dikategorikan sangat curam dengan luasan 19,47%, kemudian pada kemiringan 25-40 dikategorikan curam dengan luasan mencapai 75,05% dan kemirigan 15-25 dikategorikan agak curam dengan luasan mencapai 5,47%. Tabel 4. Nilai Topografi

Kemiringan Lereng Klasifikasi LS Luas (ha) Luas (%)

15-25 % Agak Curam 3,1 67,70 5,47

25-40% Curam 6,8 928,88 75,05

>40% Sangat Curam 9,5 240,98 19,47

Total Luasan 1237,58 100

Menurut Kartasapoetra (2010), semakin besar kemiringan lereng maka semakin besar pula laju erosi yang dihasilkan. Kemiringan lereng yang lebih besar menyebabkan partikel tanah mudah lepas. Kemiringan lereng memiliki pengaruh terhadap terjadinya erosi. Semakin besar kemiringan lereng maka laju aliran permukaan semakin tinggi dan kesempatan air masuk kedalam tanah semakin kecil, hal inilah yang menyebabkan daerah yang memiliki kelerengan besar potensi erosinya lebih besar (Miardiani dan Harjadi, 2011).

Faktor Penggunaan Lahan (CP)

Karakteristik penggunaan lahan di lokasi penelitian diperoleh dari hasil interpretasi citra satelit Google Earth. Penentuan penggunaan lahan ini untuk mengetahui nilai faktor penggunaan lahan, seperti pada Tabel 5

Tabel 5. Nilai Penggunaan Lahan

Penggunaan Lahan C P CP Luas (ha) Luas (%)

Hutan 0,001 1 0,001 105,68 8,53

Perladangan 0,4 1 0,4 414,49 33,49

Kebun Campuran 0,2 0,4 0,08 717,39 57,96

(10)

Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi 7 Nilai C berkisar antara 0 –1, semakin besar nilai C maka aliran permukaan semakin besar. Hasil analisis didapatkan bahwa nilai C terkecil untuk DAS Bermas adalah 0,001 (hutan) dan nilai terbesar adalah 0,4 (Perladangan). Hutan memiliki nilai C yang kecil karena memiliki kondisi lahan yang baik dengan banyak kandungan unsur organik, struktur tanah yang baik, tajuk, batang, ranting, serta serasah yang mampu mengurangi jumlah air hujan yang sampai ke tanah. Penggunaan lahan hutan di lokasi penelitian diasumsikan memiliki nilai CP = 0,001 (C=0,001 dan P=1) atau setara dengan hutan tak terganggu dengan banyak serasah. Faktor pengelolaan tanaman menggambarkan nisbah antara besarnya erosi dari suatu areal yang bervegetasi (ditanami) dan dikelola terhadap besarnya erosi tanah yang identik dan tanpa tanaman (Arsyad 1989 dalam As-syakur 2008). Dalam kaitannya dengan erosi, vegetasi sangat efektif mengontrol laju erosi melalui modifikasi besaran faktor penyebab erosi (Chang, 2007). Efektivitas vegetasi dalam mengontrol laju erosi ditentukan oleh karakteristiknya, seperti jenis, kerapatan, tinggi rendah tajuk, dan kandungan serasah.

Kebun Campuran pada lokasi penelitian adalah jenis penggunaan lahan yang ditanami oleh Kopi, Kayu Manis dan Sengon. Berdasarkan Tabel 5 luas lahan yang digunakan untuk Kebun Campuran sebesar 717,39 ha. Nilai C untuk Kebun Campuran pada lokasi penelitian menurut Asdak (2010) bernilai 0,2 dengan nilai Tindakan Konservasi (P) menurut Asdak (2010) bernilai 0,4 dengan keterangan tutupan tanah jelek. Nilai C dan P untuk Kebun Campuran diasumsikan sesuai dengan Groundcheck dilapangan.. Nilai P ditentukan berdasarkan asumsi dari tindakan konservasi pada perladangan. Berdasarkan pengamatan lapangan, bahwa perladangan ditanam berlawanan dengan arah kontur. Perladangan pada lokasi penelitian adalah jenis penggunaan lahan yang ditanami oleh sayur-sayuran, tebu dan tanaman pertanian lainnya. Berdasarkan Tabel 5 luas lahan yang digunakan untuk perladangan sebesar 290,07 Ha. Menurut Maulana (2013) sistem tanam melawan garis kontur akan menyebabkan menurunnya tingkat kesuburan tanah dan dapat menjadi penyebab terjadinya longsor lahan. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sistem tanam seperti itu akan membuat lereng semakin curam dan bidang gelincir air akan semakin jelas, sehingga air akan semakin mudah mengalir.

Hasil Prediksi Erosi

Nilai erosi diperoleh dengan melakukan perhitungan dari faktor penggunaan lahan, erosivitas, erodibilitas dan topografi berdasarkan metode RUSLE. Hasil perhitungan erosi dapat dilihat pada Tabel 6.

(11)

Ananta et al., 2021 Prediksi Erosi

Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi 8 Tabel 6. Hasil Prediksi Erosi

SPL R K LS CP A (ton/ha/thn) 1 206,6 0,07 3,1 0,4 1,633 2 206,6 0,07 3,1 0,001 0,004 3 206,6 0,07 3,1 0,08 0,130 4 206,6 0,07 9,5 0,4 5,060 5 206,6 0,07 9,5 0,001 0,003 6 206,6 0,07 9,5 0,08 0,064 7 206,6 0,07 6,8 0,4 0,108 8 206,6 0,07 6,8 0,001 0,002 9 206,6 0,07 6,8 0,08 0,015 Total 7,020

Besar tanah hilang atau laju erosi (A) dihitung menggunakan metode RUSLE dengan mengkalikan nilai dari setiap parameter yaitu faktor erosivitas hujan (R), faktor erodibilitas tanah (K), faktor panjang dan kemiringan lereng (LS), faktor pengelolaan tanaman (C) dan faktor konservasi tanah (P) yang dinyatakan dalam ton/ha/tahun. Unit analisis dalam perhitungan besar laju erosi adalah satuan lahan. Hasil analisis prediksi erosi pada Tabel 6 menunjukan jumlah total luasan dari DAS Bermas sebesar 1237,58 memiliki laju erosi rata-rata di DAS Bermas sebesar 7,02 ton/ha/tahun.

Satuan Penggunaan Lahan dengan nilai laju erosi terbesar di DAS Bermas terdapat pada Perladangan (SPL 4) sebesar 5,06 ton/ha/tahun. Satuan Penggunaan Lahan 4 memiliki jenis tanah andosol dan tipe penggunaan lahan Perladangan dengan kemiringan yang mencapai lebih dari 45%. Besarnya nilai prediksi erosi pada penggunaan lahan perladangan diduga karena ditanam searah dengan lereng. Menurut Sukarman dan Ai (2014) bahwa usahatani sayuran pada tanah andosol dataran tinggi yang belum mengikuti azas konservasi tanah, misalnya sebagian besar petani membuat bedengan searah lereng tanpa adanya tindakan konservasi yang memadai justru bisa memicu terjadinya erosi, karena tidak ada penahan aliran permukaan. Hasil prediksi erosi pada perladangan di lokasi penelitian berkisar 0,108 – 5,06 ton/ha/tahun.

Berdasarkan salah satu hasil prediksi erosi pada SPL 4 yang memiliki erosi terbesar dan termasuk kategori sangat berat jika dibandingkan dengan SPL 5 yang memiliki tingkat kemiringan lereng dan jenis tanah yang sama, namun berbeda dari penggunaan lahannya dimana SPL 5 memiliki penggunaan lahan hutan yang memiliki nilai laju erosi 0,003 ton/ha/ton dalam kategori ini termasuk kelas sangat ringan. Menurut Dewi et al., (2012) bahwa hutan alami yang memiliki kerapatan dan serasah yang tinggi dapat menahan daya rusak hujan dan mengurangi terjadinya aliran permukaan. Menurut Puji (2015) bahwa lahan

(12)

Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi 9 dengan tutupan vegetasi baik dan pengelolaan yang baik akan melindungi permukaan tanah dari air hujan yang jatuh pada lahan tersebut, sehingga tanah dengan tutupan vegetasi yang baik dapat mengurangi laju erosi.

Kebun campuran merupakan penggunaan lahan yang paling dominan dibandingkan yang lain, dimana memiliki luas sebesar 717,39 Ha (Tabel 5). Laju erosi tertinggi pada penggunaan lahan Kebun Campuran terdapat pada SPL 3 dengan nilai laju erosi sebesar 0,13 ton/ha/tahun. Kebun Campuran pada lokasi penelitian ditanami tanaman sengon, kayu manis dan kopi. Nilai P ditetapkan berdasarkan tindakan konservasi yang dilakukan, pada lokasi penelitian belum ada tindakan konservasi yang dilakukan secara khusus seperti pembuatan teras untuk memotong panjang lereng, namun pada lokasi penelitian dilihat masih terdapat padang rumput yang dibiarkan hidup di kebun campuran, rumput tersebut hidup secara alami atau tidak dibudidayakan sehingga tumbuhnya tidak merata pada setiap bagian kebun campuran., sehingga diasumsikan nilai P untuk keseluruhan kebun campuran yaitu tutupan tanah jelek dengan nilai 0,4.

Erosi ditoleransi

Besar erosi yang terjadi pada DAS Bermas belum melebihi erosi yang dapat ditoleransikan (Etol). Erosi yang terjadi tidak boleh melampaui erosi yang dapat ditoleransi (Etol) agar penggunaan lahan dapat digunakan secara lestari, dengan perkataan lain besarnya erosi minimal harus sama dengan atau lebih kecil dari Etol (Monde, 2010). Besarnya erosi yang dapat ditoleransi pada lokasi penelitian adalah 20,16 ton/ha/thn dimana besaran erosi DAS Bermas adalah 7,02 ton/ha/thn. DAS Bermas merupakan kategori DAS yang sehat dikarenakan erosi yang terjadi dibawah erosi ditoleransi.Besarnya nilai Etol diperoleh berdasarkan penelitian Hadjowigeno (2003) dalam Rusman et al., 2013 yang menyatakan bahwa dapat ditetapkan besarnya Etol maksimum untuk tanah tanah di Indonesia adalah 2,5 mm tahun-1 atau setara dengan 30 ton ha-1.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut.

1. Hasil perhitungan prediksi laju erosi dengan metode RUSLE menunjukkan laju erosi yang paling rendah terjadi pada satuan penggunaan lahan Hutan (SPL 8) yaitu sebesar 0,002 ton/ha/tahun, sedangkan satuan penggunaan lahan yang memiliki laju erosi paling

(13)

Ananta et al., 2021 Prediksi Erosi

Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi 10 tinggi adalah satuan penggunaan lahan perladangan (SPL 4) mencapai 5,06 ton/spl/tahun dengan laju erosi DAS Bermas sebesar 7,02 ton/ha/tahun.

2. Hasil penelitian menunjukkan laju erosi DAS Bermas sebesar 7,02 ton/ha/tahun dengan Erosi ditoleransi (Etol) DAS Bermas sebesar 20,16 ton/ha/tahun. DAS Bermas dikategorikan DAS yang sehat atau baik karena erosi yang terjadi dibawah dari erosi ditoleransi.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.

Asdak, C. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Cetakan Kelima. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

As-syakur AR. 2008. Prediksi Erosi Dengan Menggunakan Metode USLE dan Sistem Informasi Geografis (SIG) Berbasis Piksel di Daerah Tangkapan Air Danau Buyan. PIT MAPIN (10-12-2008). Bandung.

Cantika, R. D. F., Asdak, C dan Amaru, K. 2019. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Pada Penggunaan Lahan Perkebunan Agroforestri Berbasis Kopi Arabika (Costea Arabica).Yogyakarta: 27 Agustus 2019. Hal. 191-202.

Chang M. 2007. Forest Hydrology: An Introduction to Water and Forests 2nd ed. CRC Press Taylor and Francis Group. New York.

Dewi, I. G. A. S. U., Ni, M. T dan Tatiek, K. 2012. Prediksi Erosi dan Perencanaan Konservasi Tanah dan Air pada Daerah Aliran Sungai Saba. Agroekoteknologi Tropika 1 (1): 12-23.

Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci. 2015. Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Kerinci Tahun 2016–2020. Kerinci.

Ismail, A., Eko, K dan Sobirin. 2015. Pemodelan Perubahan Penggunaan Lahan Dan Pengaruhnya Terhadap Koefisien Aliran Pada Daerah Tangkapan Air Waduk Darma, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Ilmu Kehutanan Wanakarsa 9 (2): 1-14.

Kartasapoetra. 2010. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. RINEKA CIPTA: Jakarta.

[Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2013. Peraturan Direktur Jendral Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial. Kemenhut:Jakarta.

(14)

Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi 11 Maulana, E. 2013. Strategi Pengelolaan Lahan Pertanian Untuk Mengurangi Dampak Abu Vulkanik Gunungapi Bromo, Jawa Timur. Tesis. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta

Mehcram, S. (2011). Prediksi Limpasan Permukaan, Erosi, dan Sedimentasi Menggunakan Model AVSWAT2000 (Studi Kasus Di Sub DAS Bengawan SoloHulu). Tesis. Program Studi Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian UGM. Yogyakarta. Miardiani, A dan Harjadi, B. 2011. Aplikasi Penginderaan Jauh Dan Sig Dalam Penilaian

Potensi Erosi Permukaan Secara Kualitatif Di Daerah Tangkapan Waduk Kedung Ombo. Forum Geografi 25 (2): 152-163

Monde A. 2010. Pengendalian Aliran Permukaan dan Erosi Pada Lahan Berbasis Kakao Di DAS Gumbasa, Sulawesi Tengah. Media Litbang Sulteng III (2) : 131– 136, September 2010. ISSN : 1979 – 5971

Putra, A., Triyatno., Azhari, S., Dedi, H. 2018. Penilaian Erosi Berdasarkan Metode USLE dan Arahan Konservasi pada DAS Air Dingin Bagian Hulu Kota Padang Sumatera Barat. Geografi 10 (1): 1-13.

Puji, T.A.S. 2015. Pemetaan Tingkat Bahaya Erosi di DAS Padang. Skripsi. USU. Medan. Sukarman dan Ai, D. 2014. Tanah Andosol di Indonesia: Karakteristik, Potensi, Kendala,

dan Pengelolaannya untuk pertanian, Bogor. Balai Besar Penelitiandan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor

Utomo, K.D dan Aprilia, A. 2014. Perencanaan konservasi Sub DAS Cimuntur Kabupaten Ciamis. Jurnal Karya Teknik Sipil. 3(1):105–118

Gambar

Tabel 1. Penilaian Kelas Kelerengan (LS)
Tabel 2. Nilai Erosivitas Hujan
Tabel 4. Nilai Topografi

Referensi

Dokumen terkait

Jakarta, Ichtiar Baru Van Hoeve, hlm.79.. yang meniadakan hak pencalonan dimaksud merupakan pembatasan terhadap hak dipilih sebagai hak politik warga negara. Tindakan pembatasan

Hasil dari pengujian lentur pasangan dapat diambil kesimpulan bahwa pasangan batu kapur maupun pasangan bata merah dengan perawatan air tawar mempunyai kekuatan

Hasil uji regresi linear yang menunjukkan peningkatan impor beras secara signifikan mempengaruhi penurunan produktivitas pertanian, hubungan ini menunjukkan bahwa

Namun tidak beda nyata yang terjadi pada panjang porus stomata diduga bahwa walaupun pada pagi siang dan sore cahaya yang masuk ke dalam tanaman merangsang akumulasi ion kalium

Setelah melakukan pengujian dan melakukan analisis pengaruh pengetahuan, kualitas produk, promosi terhadap kepercayaan dan keputusan mahasiswa menggunakan produk

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari volume pembiayaan, DPK, PRD dan suku bunga SBI secara parsial dan simultan terhadap profitabilitas bank

Kegiatan yang berulang-ulang pada siklus satu dengan dua tema, masih belum menampakkan perkembangan atau kemajuan pada saat latihan terkhir.Hal ini terlihat karena

uc Use Case Manajer HRD Data Kriteria Data Karyawan Kontrak Login Sistem Data Penilaian Kinerja Pimpinan Logout Sistem Cetak Penilaian Kinerja Data User Rekomendasi