• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANLISIS PENERAPAN PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 PADA RS.HJK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANLISIS PENERAPAN PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 PADA RS.HJK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANLISIS PENERAPAN PEMUNGUTAN

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 PADA

RS.HJK

Muhammad Lucky Satria Wibowo

Universitas Bina Nusantara

Jalan Rawa Belong Raya No.8, Kemanggisan – Jakarta Barat 11480 0818124913

Bulukslam@yahoo.com

ABSTRACT

The research objective is to analyze whether the RS. HJK have applied the Income Tax Article 22ndhave occurred, and have identified the issues issues that are on Income Tax Article 22nd. Research Methods and Research Object the writer uses is observation and interviews relating to Income Tax Article 22nd. Research object is a Hospital designated as collector. The analysis used by the author in the form of requiring qualitative data such as letter of notification and Hospital tax calculations.The results achieved are found in its few mistakes done by the hospital such as a non object in the collection of Income Tax Article 22nd and there are services which collected Income Tax Article 22nd; outline some application already on the run in accordance with the existing application.Conclusions of the research that has been done that hospitals have done some errors on the application objects of income tax collectionarticle 22nd,non objects of income tax collectionarticle 22nd, there is a delay in the remittance of taxes, the tax return reporting delay, and there is a difference on the calculation of the author and the RS.HJK (LSW)

(2)

ABSTRAK

Tujuan Penelitian ialah menganalis aapakah RS.HJK telah penerapkan PPhpasal 22

telah dan mengindentifikas masalah yang terjadi yang mengenai PPh 22. Metode

Penelitian dan Objek Penelitian yang di gunakan penulis ialah berupa observasi dan

wawancara yang berkaitan dengan PPhpasal 22.Objek penelitian adalah sebuah instansi Rumah Sakit yang di tunjuk sebagai Pemungut. Analisis yang di gunakan oleh penulis berupa kualitatif yang membutuhkan data-data seperti SPT dan Perhitungan pajak rumah sakit. Hasil yang di capaiialah di temukan beberapa kesalahan yang di lakukan oleh rumah sakit seperti non objekPPh 22 di pungut PPh 22 dan ada jasa yang di pungut PPh 22 secara garis besar beberapa penerapan sudah di jalankan sesuai dengan penerapan yang ada. Kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan bahwa rumah sakit melakukan beberapa Kesalahan atas penerapan pemungutan yaitu objek PPh pasal 22, non objek PPh pasal 22, terjadi keterlambatan atas penyetoran pajak, adanya keterlambatan pelaporan SPT, dan terdapat selisih atas pehitungan penulis dan pihak RS.HJK (LSW)

(3)

PENDAHULUAN

Pajak merupakan salah satu instrumen penting pemasukan bagi negara yang memiliki kontribusi yang sangat besar dalam membiayai pertumbuhan dan berkembangan bagi bangsa Indonesia. Pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia baik dari sisi ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan yang membuat pengeluaran cukup banyak. Oleh karena itu pajak menjadi instrumen yang sangat penting dalam pendapatan di Indonesia atau disetiap negara di dunia.

Di Indonesia tepatnya penerimaan atau pendapatan pajak di Indonesia pada tahun 2012 adalah 835,25 Triliun, dibandingkan dengan realisasi Tahun 2011 maka realisasi penerimaan perpajakan tahun 2012 naik sebesar 92,53 Trilyun atau mengalami pertumbuhan sebesar 12, 47 %. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2012 sebesar 10,87%. Realisasi penerimaan pajak 2012 per jenis pajak Rencana penerimaan pajak Tahun 2013 adalah sebesar Rp1.042,32 triliun atau tumbuh 24,79% dibandingkan dengan realisasi penerimaan tahun 2012. Penerimaan tersebut memberikan kontribusi sebesar 68,14% dari rencana anggaran Pendapatan Negara Tahun 2013 sebesar Rp1.529,67 triliun. Pendapatan pajak itu belum termasuk pendapatan cukai, bea masuk, dan pendapatan pungutan ekspor.

Meningkatnya peran jasa Kesehatan di Indonesia mencerminkan pertumbuhan sektor riil yang secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di indonesia, dan secara tidak langsung pula jasa kesehatan tersebut juga memberikan kontribusi pendapatan bagi negara berupa pajak bagi negara.

Atas jasa Kesehatan tersebut maka perlu adaanya ANALISIS atas Pajak Penghasilan22 atas jasa kesehatan yang di tunjuk sebagai WAPU. Adapun hal ini dilakukan selain untuk membiayai infrastuktur dan fasilitas umum, dana pajak juga dapat di alokasikan ke beberapa sektor antara lain sosial.

Pajak Penghasilan Pasal 22 mengatur tentang pajak yang di pungut oleh Bendaharawan pemerintah Pusat/Daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainya , berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang, badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta berkenan dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain. Dan hal itu dapat diketahui 154/PMK.03/2010, dan ubah pada tahun 2012 menjadi 224/PMK011/2012.

(4)

METODE PENELITIAN

Pengumpulan data ini didalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis, yaitu mendeskriptifkan data-data yang telah terkumpul dan menganalisisnya. Deskriptif analisis ini meliputi analisis teoritis dan empiris, yaitu sebagai berikut : Pertama adalah analisis teoritis, yaitu dengan menganalisis peraturan-peraturan perpajakan tentang pajak penghasilan atas penerimaan manfaat asuransi dan menganalisis konsep-konsep yang didefinisikan dalam kebijakan perpajakan. Lalu yang kedua adalah analisis empiris, yaitu dengan menganalisis tulisan-tulisan para ahli tentang produk PPh 22 yang berkaitanWajib pungut maupun kasus-kasus perpajakan yang terkait pembayaran manfaat asuransi jiwa.

Jenis data yang digunakan didalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik sebagai berikut : Riset kepustakaan, merupakan data-data yang dikumpulkan dari buku-buku maupun literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini. Riset lapangan, mengadakan penelitian langsung ke perusahaan yang menjadi lokasi penelitian.

HASIL DAN BAHASAN

Pada awalnya rumah sakit menjalankan Pot-Put.Pada tahun 2005 selanjutnya RS. HJK berubah status menjadi Wajib Pungut (WAPU). Hal tersebut di karenakan adanya status perubahan yang bermula dari Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk Perusahaan Jawatan Beralih menjadi Intansi Pemerintah yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU) yang kemudian ditindak lanjuti dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1243/Menkes/SK/VIII/2005 tanggal 11 Agustus 2005, tentang penetapan 13 (tiga belas) rumah sakit Perusahaan Jawatan (Perjan) menjadi unit UPT Departemen Kesehatan dengan menerapkan pola pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) dan karena hal itulah RS.HJK Menjadi WAPU yang berkewajiban memungut Pajak Penghasilan berseta PPN.

DPP yang di gunakan oleh rumah sakit adalah berdasarkan suatu kontrak yang telah diperjanjikan dari kedua belah pihak antara rumah sakit dan rekanan. Kontrak yang di buat bemacam-macam dari kontrak harga satuan yang dimana setiap pembelian di berikan harga persatuan barang, hingga harga kontrak borongan yang dimana pembelian tersebut dihargai berdasarkan borongan. Kontrak tersebut biasanya rumah sakit melakukan perjanjian kontrak bisa mencapai lebih satu bulan.

Rumah sakit membeli barang tersebut melalui rekanan yang telah terikat kontrak harga sebelumnya, dan jumlah barang yang akan di beli oleh rumah sakit harus di akumulasi pada saat terjadi transaksi dan akumulasi total pembelian barang rumah sakit pada rekanan pada periode tersebut merupakan Total DPP Pajak yang akan dipungut pajak penghasilan pasal22 dan tidak termasuk PPN.

(5)

Dalam analisis atas penerapan pajak pengahsilan pasal 22 di RS.HJK terdapat beberapa kesalahan di anataranya sebagai berikut

Kesalahan atas PPh 22 yang di kecualikan tetapi di pungut No. Bendahara No. Voucher Jumlah Tagihan Menurut Perusahaan Menurut Penulis Selisih 10/BM/3/V 67/A/23/IV 1.731.510 23.611 0 -23.611 64/BM/4/V 75/A/26/IV 1.144.000 15.600 0 -15.600 115/BM/7/V 26/K/3/V 1.548.000 21.109 0 -21.109 276/BM/20/V 36/K/7/V 1.100.000 15.000 0 -15.000 278/BM/20/V 42/K/7/V 2.188.670 29.845 0 -29.845 334/BM/24/V 118/K/17/V 1.430.000 19.500 0 -19.500 Total -124.665 Kesalahan atas jasa yang di pungut PPh pasal 22

Adanya selisih perhitungan antara RS.HJK dengan penulis No. Bendahara No. Voucher Jumlah Tagihan Menurut Perusahaan Menurut Perusahaan Selisih 161/BM/14/VI 4/A/4/VI 322.959.371 4.378.023 4.403.991 25.968 29/BM/1/VII 90/A/24/VI 27.488.846 363.103 374.848 11.745 62/BM/05/VII 211/E/25/VI 29.403.000 355.950 400.950 45.000 112/BM/8/VII 130/A/29/VI 12.415.370 162.272 169.301 7.029 114/BM/8/VII 104/A/29/VI 37.352.929 498.018 509.358 11.340 127/BM/8/VII 106/A/29/VI 163.881.843 2.222.542 2.234.752 12.210 111/BM/8/VII 122/A/29/VI 55.298.839 739.450 754.075 14.625 126/BM/8/VII 132/A/29/VI 418.505.021 5.681.243 5.706.887 25.644 109/BM/8/VII 16/A/1/VII 141.663.423 1.909.709 1.931.774 22.065 102/BM/8/VII 26/A/1/VII 106.570.556 1.448.297 1.453.235 4.938 106/BM/8/VII 10/A/1/VII 8.832.430 109.807 120.442 10.635 105/BM/8/VII 6/A/1/VII 3.495.076 20.455 47.660 27.205 104/BM/8/VII 4/A/1/VII 9.028.769 116.847 123.120 6.273 108/BM/8/VII 24/A/1/VII 691.645.193 9.428.474 9.431.525 3.051 153/BM/12/VII 40/A/5/VII 59.018.964 770.185 804.804 34.619 152/BM/12/VII 38/A/5/VII 19.870.094 266.227 270.956 4.729 225/BM/16/VII 48/E/6/VII 96.690.000 940.725 1.318.500 377.775 270/BM/21/VII 78/A/13/VII 99.284.219 1.337.416 1.353.876 16.460 271/BM/21/VII 80/A/13/VII 17.430.113 231.358 237.683 6.325 No. Bendahara No. Voucher Jumlah Tagihan Menurut Perusahaan Menurut Penulis Selisih 22/BM/4/V 136/E/23/IV 33.851.400 358.110 0 -358.110 227/BM/19/V 56/E/11/V 39.000.000 295.534 0 -295.534 352/BM/24/V 66/E/14/V 57.000.000 581.472 0 -581.472 Total -1.235.116

(6)

267/BM/21/VII 62/A/13/VII 15.281.158 190.175 208.379 18.204 277/BM/21/VII 66/A/13/VII 147.387.322 2.000.418 2.009.827 9.409 276/BM/21/VII 64/A/13/VII 451.701.344 6.151.302 6.159.564 8.262 268/BM/21/VII 84/A/13/VII 14.224.237 185.478 193.967 8.489 109/BM/5/VIII 96/K/23/VII 193.802.167 2.640.030 2.642.757 2.727 9.372.000 0 127.800 127.800 4.059.000 41.850 55.350 13.500 5.809.298 65.900 79.218 13.318 Total 869.345 Adanya keterlamabatan dalam penyetoran PPh pasal 22

Tanggal Bayar Tagihan Tanggal Validasi Jumlah Tagihan PPh 22 Sanksi Bunga 29/06/2010 02/07/2010 321.766.117 583.552 11.671 01/07/2010 02/07/2010 16.000.000 218.182 4.364 07/07/2010 15/07/2010 29.568.000 403.200 8.064 12/07/2010 16/07/2010 43.560.000 594.000 11.880

Untuk Analisis Selama 3 tahun atas selisih kurang Pungut yang menyebakan utang pajak menjadi lebih besar. Menurut UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 8 ayat 2a. Di kenakan sanksi sebesar 2% perbulan atas jumlah pajak yang kurang dipungut.

Sementara Untuk analisis Penyetoran PPh pasal 22 yang melebihi batas waktu yang di tetapkan menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK/2010 akan di kenakan sanksi bungna 2% Perbulan. Sejak jatuh tempo tanggal pembayaran atau penyetoran. Atas berdasarkan KUP Pasal 9 ayat 2a.

(7)

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan yang telah disajikan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut Pertama Terdapat selisih lebih/kurang hasil perhitungan PPh pasal 22 antara penulis dan pihak rumah sakit untuk tahun 2010-2012. Kedua Terdapat objek PPh 22 yang tidak di pungut oleh Rumah Sakit, yang dimana pembelian tersebut merupakan objek PPh pasal 22. Ketiga Terdapat non objek PPh 22 yang di pungut oleh Rumah Sakit, yang dimana transaksi tersebut adalah merupakan objek dari PPh pasal 23 atau PPh 4 ayat 2. Keempat Terdapat PPh 22 yang di kecualikan dari pemungutan, yang dimana total pembelian di bawah Rp.2.000.000 tidak termasuk PPN. Kelima Untuk penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 22 penulis melakukan sampel secara acak dan menemukan beberapa keterlambatan atas penyetoran pajaknya yang di kenakan sanksi 2% (persen) sebulan maksimal 24 bulan.

Berdasarkan kesimpulan diatas, memberikan beberapa saran terkait sebagai berikut:

PertamaUntuk selisih perhitungan lebih Rumah sakit melakukan kompensasi ke masa berikutnyadan untuk selisih perhitungan kurang perusahan harus melakukan penagihan kembali atas pajak yang kurang di pungut RS.HJK kepada rekanan.

Kedua Untuk saran objek Pajak PPh pasal 22 yang tidak terpungut, pihak rumah sakit harusnya lebih memfokuskan atas transaksi pembelian barang dari rekanan sehingga tidak terjadi kekurang atas pemungutan PPh pasal 22.

Ketiga Untuk non objek PPh Pasal 22 yang di pungut oleh Rumah Sakit, harus lebih teliti dalam menganalisa atas objek pajak baik itu PPh 22, PPh 23, dan PPh 4 ayat2. Agar tidak terjadi kesalahan pemungutan atau pemotongan objek pajak atas transaksi yang terjadi.

Keempat Rumah sakit harus memperhatikan kembali objek PPh pasal 22 yang di kecualikan sesuai PMK 244 Tahun 2012. Dimana PMK tesebut mengatur PPh 22 untuk total belanja yang di bawah Rp.2.000.000,- tidak temasuk PPN tidak di pungut bagi bendaharawan dan KPA serta bagi BUMN yang di tunjuk sebagai pemungut total belanja di bawah Rp.10.000.000,- tidak temasuk PPN.

Kelima Untuk penyetoran PPh pasal 22 untuk setiap tahun sudah mengalami peningkatan dan dapat di butikan dari sampel yang ambil, akan tetapi hal ini masih harus di perbaiki karena masih ada beberapa keterlambatan penyetoran pajak.

(8)

REFERENSI

Adya Atep Brata, 2011. Panduan Lengkap Pajak Penghasilan. Visi Media : Jakarta. Diana Anastasia, 2011. Perpajakan Indonesia Konsep, Alpikasi dan Penuntun Praktisi.

Andi :Yogyakarta.

Mardiasmo, 2011. EdisiPerpajakan. Andi : Yogyakarta.

Muljono Djoko, 2010. HukumPajak. GadjahMadaPress : Yogyakarta. Piantara Diaz, 2011. Kupas Tuntas. Indeks : Jakarta.

Resmi Siti, 2011.Perpajakan Teori dan Kasus. Salemba Empat :Yogyakarta

Sari Octira Faulinza, 2012. Evaluasi Atas Penerapan dan Perhitungan Pajak

Penghasilan Pasal 22 dan Pasal 23 pada Perusahaan Pengeboran Minyak.

Jakarta.

Setiawati Lilis, 2011. Perpajakan Indonesia Konsep, Alpikasi dan Penuntun Praktisi. Andi :Yogyakarta.

Sumarsan Thomas, 2011. Tax Review dan Strategi Perencanaan Pajak.Indeks : Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 28 Tahun 2007 Perubahan Ketiga atas

Undang-Undang Nomer 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan.

Undang-undang Pajak Lengkap Tahun 2013, Mita Wacanan Media : Jakarta Waluyo, 2011. Perpajakan Indonesia. Salemba Empat : Jakarta.

Waluyo, 2010. Akuntansi Pajak. Salemba Empat: Jakarta.

Widyaningsih Aristanti, 2011. Hukum Pajak dan Perpajakan. Alfabeta : Bandung 2011.

http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=14391.Diakses tanggal 22 april 2013. http://www.pajak.go.id/content/kenali-aturan-dalam-pelaporan-pajak.Diakses tanggal 20juni2013. http://www.ortax.org/ortax/?mod=panduan&page=show&id=98&hlm.Diakses tanggal20 juni 2013. RIWAYAT PENULIS

Muhammad Lucky Satria Wibowo, lahir di Jakarta, 14 juli 1992. Penulis menamatkan Pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara, Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi

Referensi

Dokumen terkait

Kontrol sosial adalah pengawasan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mendorong orang lain atau kelompok lain untuk berperilaku yang sesuai

Selain data – data dari segi pengamatan permukaan patahan, juga perlu dilakukan analisa terhadap gaya – gaya yang bekerja pada poros pompa tersebut sebagai data

Begitu juga dengan perkembangan dunia komputer, di mana kehadiran pertama kalinya adalah untuk menggantikan mesin tik, namun kini kebutuhan pertama kalinya adalah

PPh Pasal 22 atas pembelian barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 2) disetor oleh pemungut atas nama dan NPWP Wajib Pajak rekanan ke bank persepsi atau Kantor Pos

Imbalan yang Dibayarkan/Terutang kepada Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri Imbalan yang Diterima/Diperoleh Sehubungan dengan Pengangkutan Orang dan/atau Barang Termasuk Penyewaan

Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat dipahami dari kegiatan mengmati dan membaca yang akan diajukan kepada guru berkaitan dengan materi Sudut antara Garis

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kedua jenis rumput uji membutuhkan perlakuan unsur makro NPK lengkap untuk mendapatkan hasil dengan komponen

Dimara dikenal sebagai putra Papua pemberani dalam merebut daerahnya (Papua) yang dulunya sangat sulit dan.. membutuhkan banyak darah untuk kembali ke NKRI. Buku ini sangat menarik