• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Guru Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Pada Anak Usia 5 6 Tahun Di Tk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peran Guru Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Pada Anak Usia 5 6 Tahun Di Tk"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN

SPIRITUAL PADA ANAK USIA 5 – 6 TAHUN DI TK

Sabatini, Masluyah, Sri Lestari Program Studi Pendidikan Guru PAUD

Email :tinniekie@yahoo.com

Abstract : This study aimed to determine the role of teachers in developing spiritual intelligence of children aged 5-6 years in kindergarten Islamiyah Pontianak. The method used in this research is descriptive method because the author describes in a factual and objective regarding the teacher's role in developing spiritual intelligence of children aged 5-6 years in kindergarten Islamiyah based on reality on the ground. The approach taken is a qualitative approach to get the data more deeply, so that credible and meaningful research objectives can be achieved. Site TK Islamiyah research is the study of Pontianak by the time April 29, 2013 to May 18, 2013. The conclusion of this study that teachers planning to develop a child's spiritual intelligence teach children to say hello, mutual respect, introducing kids about religion, introducing the prophet. Implementation of the teachers in developing spiritual intelligence is optimal child with the teacher is instilling spiritual values since the kids came up to come home from school.

Keywords: The Role of Teacher, Spiritual Intelligence, TK Islamiyah

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak usia 5 – 6 tahun di TK Islamiyah Pontianak.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif karena penulis menggambarkan secara faktual dan obyektif mengenai peran guru dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak usia 5-6 tahun di TK Islamiyah berdasarkan kenyataan di lapangan. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kualitatif untuk mendapatkan data lebih mendalam, kredibel dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. Lokasi penelitian adalah TK Islamiyah Pontianak dengan waktu penelitian dari tanggal 29 April 2013 hingga 18 Mei 2013. Kesimpulan dalam penelitian ini perencanaan yang dilakukan guru untuk mengembangkan kecerdasan spiritual anak berupa mengajarkan anak mengucapkan salam,saling menghormati,mengenalkan anak tentang agamanya, mengenalkan mengenai nabinya. Pelaksanaan yang dilakukan guru dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak sudah optimal dengan guru sudah menanamkan nilai-nilai spiritual semenjak anak datang hingga pulang dari sekolah.

(2)

nak merupakan generasi penerus bangsa dan menjadi tumpuan serta harapan orang tua dan masa depan. Oleh karena itu mereka perlu disiapkan sejak awal agar kelak menjadi sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas bagi keluarga, masyarakat dan turut serta secara aktif dalam pembangunan nasional. Untuk membentuk sumber daya manusia yang baik haruslah diupayakan melalui pendidikan yang dimulai sejak dini dan menjadi tanggung jawab semua pihak, baik keluarga, sekolah, masyarakat maupun pemerintah. Karakter dan kecerdasan yang dimiliki anak haruslah diwarnai dan ditopang oleh spiritualitas yang bersumber dari nilai-nilai agama. Hal demikian tidak dapat dimiliki secara instan tetapi tercipta melalui suatu proses panjang dan melibatkan banyak faktor, baik faktor kompetensi diri, keluarga, masyarakat, maupun sistem nilai yang dianut oleh peserta didik. Hal itu dapat dimulai dari pendidikan prasekolah yaitu Usia Dini atau Taman Kanak-Kanak (TK). Usia TK merupakan usia emas (golden age) dalam kehidupan anak, karena merupakan masa pertumbuhan yang paling hebat dan sekaligus paling sibuk. Terkait dengan pendidikan yang diberikan sejak usia dini, salah satu bagian penting yang harus mendapatkan perhatian dalam melahirkan kecerdasan spiritual (spiritual integence) anak adalah guru harus mengajarkan pendidikan moral dan akhlak yang baik pada anak yang berlandaskan pada pendidikan agama. Dalam menghadapi era globalisasi, pendidikan mempunyai tugas yang tidak ringan, di samping mempersiapkan peserta didik untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan juga diharapkan mampu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Peningkatan keimanan dan ketaqwaan dilakukan untuk mengantisipasi dampak negatif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, dalam rangka memperkuat keimanan, ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta penanaman nilai moral yang berlandaskan agama, pendidikan yang berlandaskan pada nilai agama dinyatakan sangat penting ditanamkan sejak dini pada anak yang mengalami masa perkembangan.

Anak diajarkan pendidikan yang berlandaskan pada nilai-nilai agama karena sebagai alat pengontrol dan pengendali hidup anak, yakni agama yang menjadi pedoman dan petunjuk mengenai apa yang harus dilaksanakan di dalam menciptakan sikap dan perilaku yang baik sesuai ajaran agama Islam serta membimbing anak mempunyai akhlak yang mulia.Peranan guru di Taman Kanak-Kanak dalam mendidik anak tidak hanya mengajarkan tentang ilmu pengetahuan saja melainkan juga harus menanamkan keimanan dalam jiwa anak, mendidik anak agar menjalankan nilai-nilai agama di dalam kehidupannya serta mendidik anak agar berbudi pekerti yang luhur. Setelah anak mendapatkan pendidikan yang berlandaskan pada nilai agama diharapkan tingkat kecerdasan spiritual yang ada di dalam diri anak meningkat. Terkait dengan kecerdasan spiritual (spiritual integence), merupakan potensi inheren individu yang perlu dikembangkan. Kecerdasan spiritual bersifat transcendence (ruhaniah) yaitu kecerdasan/kesadaran diri manusia secara utuh.

Potensi spiritual manusia merupakan kekuatan pengendali serangkaian tindakan instingtif manusia dalam memenuhi kebutuhan fisik dan psikisnya. Kekuatan spiritual memerlukan penajaman sehingga secara naluriah manusia bertindak cerdas dalam menggapai hidup bahagia dan bermakna. Potensi ini harus

A

(3)

mulai diasah dan dikembangkan sejak anak belum masuk sekolah sekalipun, sehingga kecerdasan ini dapat berkembang secara optimal. Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang paling utama dibandingkan dengan berbagai kecerdasan lainnya. Kecerdasan spiritual memiliki kekuatan untuk mentransformasi kehidupan bahkan dapat mengubah realitas, dan dapat membimbing, mengarahkan manusia untuk meraih kebahagiaan hidup hakiki. METODE

Dalam penelitian ini peneliti akan mengkaji peran peran guru dalam mengembangkan kecerdasan spiritual pada anak usia 5 – 6 tahun di TK Islamiyah. Melihat permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini maka metode yang dianggap cocok dan relevan adalah metode deskriptif.Dalam hal ini peneliti ingin menggambarkan secara faktual serta obyektif mengenai peran guru dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak usia 5 – 6 tahun di TK Islamiyah Pontianak.Untuk memahami bagaimanakah peran guru dalam mengembangkan kecerdasan spiritual pada anak usia 5 – 6 tahun di TK Islamiyah Pontianak, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.Dengan digunakan pendekatan kualitatif, maka data yang didapatkan akan lebih lengkap, lebih mendalam, lebih kredibel dan bermakna, sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. Penggunaan pendekatan ini dilakukan mengingat yang diteliti mengenai peran guru dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak usia 5 – 6 tahun di TK Islamiyah Pontianak dengan banyak faktor yang menentukan dalam pengembangan kecerdasan spiritual melalui pembelajaran yang dilakukan oleh guru baik faktor pendukung maupun faktor penghambat.

Lokasi dilakukannya penelitian di TK Islamiyah Pontianak dengan waktu penelitian dilaksanakan mulai dari tanggal 29 April 2013 hingga 18 Mei 2013 pukul 07.00 – 10.00 WIB. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu teknik observasi langsung, teknik komunikasi langsung dan teknik dokumentasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan lembar observasi untuk menandai tindakan-tindakan apa saja yang dilakukan oleh subyek penelitian. Di mana bila subyek penelitian melakukan tindakan yang sesuai dengan daftar maka daftar tersebut akan ditandai sebagai hasil dari pengamatan penelitian. Teknik komunikasi langsung peneliti melakukan wawancara terhadap guru, kepala sekolah dan orang tua anak dengan menggunakan alat pedoman wawancara. Dalam penelitian ini arsip / dokumen berupa Rencana Kegiatan Harian (RKH) guru beserta catatan hasil-hasil lainnya yang diperoleh dari TK Islamiyah Pontianak yang berhubungan dengan penelitian ini.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data secara interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Model analisis data tersebut ditunjukkan pada gambar berikut ini :

(4)

(Sumber : Sugiyono, 2011:247) Pengumpulan Data (Data Collection)

Koleksi data merupakan tahapan dalam proses penelitian yang penting, karena hanya dengan mendapatkan data yang tepat maka proses penelitian akan berlangsung sampai peneliti mendapatkan jawaban dari perumusan masalah yang sudah ditetapkan. Data yang dicari harus sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengoleksian data mengenai peran guru dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak usia 5 – 6 tahun di TK Islamiyah Pontianak.

Reduksi Data (Data Reduction)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit.Dalam penelitian ini akan dilakukannya pemeriksaan kembali data-data yang sudah terkumpul baik dari hasil wawancara dan hasil observasi. Data-data yang telah dikumpulkan akan direduksi untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai hasil penelitian nantinya. Aspek yang direduksi dalam penelitian ini adalah peran agama Islam dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak usia 5 – 6 tahun di TK Islamiyah Pontianak.

Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Menurut Sugiyono (2011:249) bahwa, “Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori, flowchart dan sejenisnya”. Di tambahkan oleh Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2011:249) bahwa, “the most frequent form of display data for qualitative Research data in the past has been narrative text”. Dengan terjemahan “yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif”. Melalui penyajian data ini, maka data akan lebih terorganisasikan, tersusun dalam pola yang saling berhubungan, sehingga akan mudah dipahami. Dalam penelitian ini penyajian

Data Collection Data Display Data Reduction Conclusions/Drawing/ Verification

(5)

data dimaksudkan untuk menyusun segala informasi yang diperoleh agar mempermudah peneliti menganalisis data-data yang sudah terkumpul.

Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi (Conclusion Drawing and Verification) Sugiyono(2011:253) mengemukakan bahwa, ”Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori”. Setelah melakukan penyajian data maka tahapan selanjutnya ialah menganalisis data-data yang sudah diperoleh dengan jelas untuk melakukan penarikan kesimpulan sebagai jawaban akhir dari penelitian ini.

Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan data, maka peneliti memilih teknik analisis triangulasi. Menurut Satori dan Komariah (2009:170) mendefinisikan “triangulasi yaitu pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu. Sehingga ada triangulasi sumber/informan, triangulasi dari teknik pengumpulan data dan triangulasi waktu”.Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang. Memotret fenomena tunggal dari sudut pandang yang berbeda-beda akan memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran handal. Karena itu triangulasi adalah usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh peneliti dari berbagai sudut pandang yang berbeda dengan cara mengurangi sebanyak mungkin bias yang terjadi pada saat pengumpulan dan analisis data.

Peneliti menggunakan triangulasi sumber, yakni dengan mencari data dari sumber yang beragam yang masih terkait satu sama lain. Dalam penelitian ini selain peneliti melakukan wawancara dari guru kelompok, peneliti juga melakukan wawancara dengan kepala sekolah untuk memperoleh keterangan tambahan mengenai peran guru dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak usia dini. Sedangkan untuk mengetahui tingkah laku anak yang menunjukkan kecerdasan spiritual di rumah peneliti melakukan wawancara terhadap orang tua siswa. Untuk memperoleh keterangan tambahan mengenai kecerdasan spiritual yang tampak pada diri anak di rumah peneliti melakukan wawancara terhadap orang tua anak.

Selain menggunakan triangulasi sumber peneliti dalam penelitian ini juga menggunakan triangulasi waktu yang dimana peneliti melakukan observasi atau pengamatan langsung terhadap siswa dengan melakukan pengamatan pada waktu dan hari yang berbeda. Tujuan dilakukannya pengamatan dengan waktu yang berbeda dalam penelitian ini bertujuan agar peneliti memperoleh data yang akurat mengenai kecerdasan spiritual yang ditunjukkan oleh anak. Adapun observasi / pengamatan yang dilakukan peneliti dilakukan pada tanggal 2 Mei 2013, 6 Mei 2013 dan 8 Mei 2013.

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada kelompok anak usia 5 – 6 tahun di TK Islamiyah Pontianak. Peneliti meneliti anak kelompok B4 TK Islamiyah Pontianak dengan melakukan pengamatan secara langsung mengenai kecerdasan spiritual yang tampak pada diri anak. Selain melakukan observasi langsung peneliti juga melakukan wawancara terhadap guru dan kepala sekolah mengenai peran guru dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak.

Hasil Wawancara Terhadap Guru Kelompok B4 TK Islamiyah Pontianak Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara terhadap ibu Zulfah, S.Pd Aud selaku guru kelompok B4 TK Islamiyah Pontianak. Tujuan dilakukannya wawancara terhadap guru ini untuk mendapatkan informasi mengenai perencanaan pembelajaran untuk mengembangkan kecerdasan spiritual anak, pelaksanaan pembelajaran untuk mengembangkan kecerdasan spiritual anak, peran guru dalam membiasakan anak untuk berdoa dengan tertib, peran guru dalam membiasakan anak untuk bertingkah laku dan tutur kata yang baik, peran guru dalam mengenalkan nilai-nilai agama pada anak serta faktor penghambat pendukung dalam proses pembelajaran mengembangkan kecerdasan spiritual.

Berdasarkan hasil wawancara mengenai perencanaan guru dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak di TK Islamiyah Pontianak, Ibu Zulfah, S.Pd, Aud mengungkapkan bahwa,

“Seperti yang diketahui bersama bahwa anak perlu dikembangkan kecerdasannya terutama kecerdasan spiritual yang berada dalam diri anak. Untuk itu sebagai guru di kelompok B4 ini, ibu selalu merencanakan apa-apa saja yang perlu diajarkan nantinya di TK untuk dapat meningkatkan kecerdasan spiritual anak. Semua perencanaan untuk mengembangkan kecerdasan spiritual anak, ibu mencantumkannya di dalam Rencana Kegiatan Harian (RKH). Adapun contoh perencanaan ibu dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak adalah dengan mengajar anak mengucapkan salam sesuai ajaran agama, mencium tangan orang yang lebih tua, saling menghormati sesama teman, mengenalkan anak tentang agamanya, mengenalkan mengenai nabinya, menceritakan anak cerita-cerita nabi agar anak dapat mencontoh nya dan perencanaan lainnya yang ada hubungannya mengenai kecerdasan spiritual. TK Islamiyah Pontianak berdiri guna untuk mendidik generasi Islam pada usia dini maka perencanaan yang diterapkan sesuai dengan ajaran agama Islam.”

Berdasarkan hasil wawancara mengenai pelaksanaan guru dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak di TK Islamiyah Pontianak, Ibu Zulfah, S.Pd, Aud mengungkapkan bahwa,

“Pelaksanaan yang dilakukan oleh guru-guru di sini terutama ibu selaku guru kelompok B4 di TK Islamiyah Pontianak dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak selalu menerapkan proses pembiasaan kepada anak ketika anak tiba di sekolah hingga mereka pulang ke rumah dan kembali ke orang tuanya. Dalam pelaksanaannya ibu membiasakan anak mengucapkan salam dan membaca doa ketika memulai pelajaran dan juga ketika pelajaran berakhir. Tujuan ibu

(7)

membiasakan anak membaca doa agar anak mengetahui bahwa segala sesuatu yang dilakukan harus menjadi berkah dan manfaat baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Untuk itu anak diajarkan berdoa agar proses belajarnya bermanfaat bagi diri mereka sendiri dan teman-temannya. Selain itu pula pelaksanaan lain yang ibu terapkan di sini adalah membiasakan anak bertutur dan bertingkah laku yang baik misalnya anak dibiasakan untuk tidak berkata kasar, anak dibiasakan untuk selalu menghormati yang lebih tua, anak dibiasakan untuk selalu menerima sesuatu dengan tangan kanan, anak dibiasakan untuk mengucapkan terima kasih bila mendapat sesuatu dari orang lain dan yang paling penting untuk memupuk kecerdasan spiritual anak anak dibiasakan agar selalu dekat dengan tuhannya yaitu Allah SWT melalui proses-proses ibadah yang dilakukan di TK Islamiyah Pontianak. Alhamdulillah pelaksanaan untuk mengembangkan kecerdasan spiritual di TK Islamiyah Pontianak ibu rasa sudah optimal. Hanya saja masih ada beberapa hal yang harus diperhatikan terutama mengenai respons anak didik terutama dalam kegiatan berdoa dan perilaku anak. Walaupun dalam pelaksanaannya sudah dilakukan dengan optimal tetapi masih tetap ada anak yang perilakunya masih perlu dididik lagi, misalnya masih ada salah satu anak yang kadang-kadang menerima sesuatu dari temannya dengan tangan kiri, masih ada yang mengolok-ngolok temannya, masih ada yang kalau berdoa masih suka mengganggu temannya yang berdoa”.

Berdasarkan hasil wawancara mengenai peran guru dalam membiasakan anak untuk berdoa ketika memulai pelajaran, selesai pelajaran dan pada waktu makan bersama di TK Islamiyah Pontianak, Ibu Zulfah, S.Pd, Aud mengungkapkan bahwa,

“Guru harus memberikan contoh dan kebiasaan yang baik mulai dari sikap duduk dan cara berdoa, ketika berlangsung harus sopan tidak berteriak agar doanya dikabulkan dan tentu saja ibu harus ikut sertanya dalam berdoa agar menjadi contoh untuk anak didik serta agar apa yang ibu ajarkan dapat diserap baik oleh anak”.

Berdasarkan hasil wawancara mengenai peran guru dalam membiasakan anak untuk bertingkah laku dan bertutur kata yang baik di TK Islamiyah Pontianak, Ibu Zulfah, S.Pd, Aud mengungkapkan bahwa,

“Membiasakan anak untuk bertingkah laku dan bertutur kata yang baik sangat penting. Karena setiap anak bersosialisasi dengan teman dan lingkungannya pasti menunjukkan sikap terlebih dahulu. Sikap dan tutur kata anak yang baik dapat menunjukkan bahwa anak memiliki kecerdasan spiritual yang baik pula. Dalam Islam juga diajarkan untuk menjaga sikap dan tutur kata. Untuk itu peran guru harus membiasakan anak bertingkah laku dan bertutur kata yang baik. Guru sebagai model atau contoh harus dapat memberi panutan yang baik pada anak ketika anak berada di sekolah. Mulai dari penampilan guru berpakaian sampai tutur kata harus dijaga oleh guru karena anak suka meniru.”

Berdasarkan hasil wawancara mengenai peran guru dalam mengenalkan nilai-nilai agama di TK Islamiyah Pontianak, Ibu Zulfah, S.Pd, Aud mengungkapkan bahwa,

“Peran guru di sini dalam mengenalkan nilai -nilai agama pada anak sangat penting sekali. Apalagi TK Islamiyah ini kan berlandaskan agama Islam yang

(8)

ditujukan pengajaran pendidikan untuk generasi-generasi Islam usia dini tentu saja pendidikannya pun ada mengajarkan nilai-nilai agama. Pengajaran nilai-nilai agama jelas dalam meningkatkan kecerdasan spiritual anak. Ibu selaku guru di kelompok B4 mengajarkan anak untuk tahu lebih dulu apa agama mereka, siapa pencipta mereka, apa kitab sucinya, bagaimana anak mengenal huruf hijaiyah, mengenalkan anak hukum-hukum dalam Islam dan juga mengenalkan hari raya keagamaan. Itu semua diajarkan secara dasar kepada anak disesuaikan dengan umur mereka. Nyata sekali di sini peran guru sangat penting dalam mengenalkan nilai-nilai agama pada anak karena guru merupakan orang ke dua setelah orang tua. Guru juga harus sabar dan secara kontinu mengajar / mengenalkan nilai-nilai agama yang ada”.

Berdasarkan hasil wawancara mengenai faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak di TK Islamiyah Pontianak, Ibu Zulfah, S.Pd, Aud mengungkapkan bahwa,

“Tentu saja di segala kegiatan pembelajaran baik di sekolah ada namanya faktor yang mendukung dan menghambat, apalagi ini mengembangkan kecerdasan spiritual anak yang merupakan kecerdasan yang berada di dalam diri anak yang penting dan harus dikembangkan agar membentuk anak yang berkepribadian baik sesuai ajaran agama. Faktor pendukung yang ibu rasakan salah satunya kepala sekolah TK sudah membantu kegiatan pembelajaran guru dengan mengadakan kegiatan-kegiatan lapangan set iap minggunya untuk anak-anak seperti sholat berjamaah setiap hari Jum’at. Tentu saja hal tersebut sangat membantu sekali karena anak selain harus diajarkan secara lisan tentu saja harus diberi praktek. Faktor pendukung lainnya di sekolah seperti yang bisa di lihat banyak media-media yang membentuk kepribadian anak seperti jangan membuang sampah di lapangan dan lain sebagainya. Guru nya di sini juga bisa di bilang sebagai pendukung kegiatan pengembangan kecerdasan spiritual anak, karena Alhamdulillah guru-guru di sini dapat menjadi panutan yang baik untuk anak-anak dalam sikap, perilaku dan tutur kata yang baik sehingga anak dapat mencontohnya. Sedangkan faktor penghambat nya dalam pengembangan kecerdasan spiritual anak adalah lingkungan anak di luar sekolah”.

Hasil Wawancara Terhadap Kepala Sekolah TK Islamiyah Pontianak

Selain melakukan wawancara terhadap guru kelompok B4 TK Islamiyah, peneliti juga melakukan wawancara terhadap ibu Hj. Siti Salechah, S.Pd, M.Si selaku Kepala Sekolah TK Islamiyah Pontianak. Dilakukannya wawancara terhadap kepala sekolah ini bertujuan untuk memperkuat dan melengkapi hasil informasi yang peneliti terima dari guru dengan mencari informasi mengenai perencanaan pembelajaran untuk mengembangkan kecerdasan spiritual, pelaksanaan pembelajaran untuk mengembangkan kecerdasan spiritual, kecerdasan spiritual yang sudah tampak pada diri anak, fasilitas sekolah yang sudah dipersiapkan guna mendukung pengembangan kecerdasan spiritual anak, pengawasan yang dilakukan serta faktor pendukung penghambat dalam pembelajaran kecerdasan Spiritual anak di TK Islamiyah Pontianak.

Berdasarkan hasil wawancara mengenai perencanaan dalam mengembangkan kecerdasan spiritual di TK Islamiyah Pontianak, ibu Hj. Siti

(9)

Salechah, S.Pd, M.Si selaku Kepala Sekolah TK Islamiyah Pontianak mengungkapkan bahwa,

“Salah satu tujuan pendidikan di TK Islamiyah Pontianak adalah untuk mengembangkan kecerdasan spiritual anak didiknya. Guru sebagai tenaga pendidik di TK Islamiyah harus dapat mengembangkan kecerdasan spiritual anak dengan mengajarkan dan membiasakan anak terhadap hal -hal yang berkaitan dengan kecerdasan spiritual. Tetapi sebelum guru mengajarkan anak, guru harus memiliki perencanaan yang matang terlebih dahulu. Sebagai contoh untuk mengajarkan anak berperilaku baik guru harus menjadi contoh dan panutan untuk anak muridnya bahwa guru tersebut berperilaku baik. Ketika guru mengajarkan anak untuk berdoa dengan tertib guru hendaknya menjadi panutan bagaimana cara berdoa yang baik, bagaimana sikap berdoa yang baik. Karena pada umumnya anak usia dini ini merupakan masa emas untuk berkembang di mana anak merupakan peniru yang handal. Guru di TK Islamiyah sebagai pengajar harus bisa menempatkan dirinya dengan tepat agar anak dapat mencontoh dan menerapkan tingkah laku yang baik sehingga kecerdasan spiritual anak dapat meningkat”.

Hasil wawancara mengenai pelaksanaan dalam mengembangkan kecerdasan spiritual di TK Islamiyah Pontianak, ibu Hj. Siti Salechah, S.Pd, M.Si selaku Kepala Sekolah TK Islamiyah Pontianak mengungkapkan bahwa,

“Untuk menunjang semua usaha guru untuk meningkatkan atau menumbuhkan kecerdasan spiritual anak, pihak sekolah melaksanakan beberapa kegiatan yang dapat menunjang hal tersebut. Yang Alhamdulillah pelaksanaannya sudah dirasakan optimal dan rutin dilaksanakan oleh sekolah untuk setiap minggunya. Sekolah mengadakan pentas akhir sekolah misalnya anak-anak selalu sholat berjamaah setiap hari Jum’at untuk mendekatkan anak kepada Allah SWT, selalu mengaji bersama ketika selesai sholat berjamaah, dan juga setiap ada hari keagamaan Islam TK Islamiyah selalu mengadakan acara bersama anak didik untuk mengenalkan hari keagamaan Islam. Misalnya pada saat hari Maulid Nabi Muhammad SAW, TK Islamiyah selalu mengadakan acara dengan memanggil penceramah untuk menanamkan pendidikan Islam di dalam diri anak”.

Hasil wawancara mengenai apakah sikap anak yang memiliki kecerdasan spiritual sudah mulai tampak atau belum, ibu Hj. Siti Salechah, S.Pd, M.Si selaku Kepala Sekolah TK Islamiyah Pontianak mengungkapkan bahwa,

“Sudah, karena sudah kelihatan dari keseharian anak ketika berada di lingkungan TK Islamiyah Pontianak”

Berbicara mengenai fasilitas yang sudah disiapkan oleh sekolah untuk mendukung pengembangan kecerdasan spiritual, ibu Hj. Siti Salechah, S.Pd, M.Si selaku Kepala Sekolah TK Islamiyah Pontianak mengungkapkan bahwa,

“Fasilitas yang sampai saat ini ada di TK untuk menunjang kegiatan pengembangan kecerdasan spiritual anak adalah mushola. Di mana anak dapat mengembangkan kecerdasan spiritual melalui sholat berjamaah setiap hari Jum’at. Fasilitas lainnya adalah media-media yang ada di sekolah yang berisi nasihat-nasihat secara tulisan”.

(10)

Mengenai pengawasan yang di lakukan untuk memastikan guru sudah melakukan pembelajaran guna mengembangkan kecerdasan spiritual anak didik, ibu Hj. Siti Salechah, S.Pd, M.Si selaku Kepala Sekolah TK Islamiyah Pontianak mengungkapkan bahwa, “Ibu melakukan supervisi ke kelas setiap harinya”.

Sedangkan mengenai faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan kecerdasan spiritual di TK Islamiyah Pontianak, ibu Hj. Siti Salechah, S.Pd, M.Si selaku Kepala Sekolah TK Islamiyah Pontianak mengungkapkan bahwa,

“Berdasarkan pengamatan ibu sebagai Kepala Sekolah penghambat dalam pengembangan kecerdasan spiritual anak yang dilakukan di TK Islamiyah Pontianak adalah orang tua si anak, lingkungan hidup anak dan pasti kemampuan serta kesadaran anak itu sendiri. Sedangkan faktor pendukungnya menurut ibu dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak adalah media-media yang ada di sekolah sebagai sarana pengingat anak sikap-sikap baik yang harus dilakukannya, guru-guru yang sudah dapat dijadikan anak contoh yang baik, program -program sekolah setiap minggunya yang bisa mendukung pengembangan kecerdasan spiritual anak”.

Hasil Observasi Anak

Dalam penelitian ini juga dilakukan observasi yang berkaitan dengan kecerdasan spiritual yang ditunjukkan anak yaitu anak berdoa dengan tertib pada saat memulai pelajaran, anak berdoa dengan tertib sebelum makan, anak menunjukkan sikap tolong menolong di lingkungan sekolah, anak mengucapkan terima kasih ketika menerima bantuan dari teman atau guru, anak mengucapkan kata permisi ketika pamit kepada guru, anak tidak berkata kasar ketika bermain bersama temannya, anak menunjukkan rasa hormat terhadap guru seperti mencium tangan dan mengucapkan salam, anak menerima sesuatu dari teman dan guru dengan tangan kanan, anak mengenal siapa penciptanya, anak mengenal agama yang dianutnya, anak mengenai hari raya keagamaannya, anak mengenal huruf hijaiyah, dan anak mengenal hokum islam. Pengamatan yang dilakukan peneliti dilakukan sebanyak 3 kali. Dari hasil observasi yang peneliti lakukan secara umum anak menunjukkan peningkatan yang baik dari setiap indikator yang peneliti amati.

Pembahasan

Perencanaan yang dilakukan oleh guru B4 TK Islamiyah Pontianak dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak adalah dengan mengajar anak mengucapkan salam sesuai ajaran agama, mencium tangan orang yang lebih tua, saling menghormati sesama teman, mengenalkan anak tentang agamanya, mengenalkan mengenai nabinya, menceritakan anak cerita-cerita nabi agar anak dapat mencontoh sikap tauladan dan perencanaan lainnya yang ada hubungannya mengenai kecerdasan spiritual. Mengenai perencanaan untuk meningkatkan kecerdasan spiritual anak usia dini diungkapkan pula oleh Emmons(2007:88) bahwa, “Guru sebagai pengajar di sekolah selain harus mengembangkan kecerdasan intelektual anak juga harus mengembangkan kecerdasan spiritual dengan perencanaan yang dapat digunakan yaitu mengajarkan anak mengenai

(11)

agamanya, sejarah agamanya, peraturan di dalam agamanya. Selain mengajarkan mengenai nilai keagamaan, anak perlu diajarkan mengenai nilai kesopanan dan tata krama untuk meningkatkan kecerdasan spiritualnya seperti, mengucapkan salam, mencium tangan kepada orang yang lebih tua”.

Guru di taman kanak-kanak memiliki andil besar dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak selain orang tua di rumah. Untuk itu seorang guru harus dapat menyiapkan segala sesuatu yang dapat meningkatkan kecerdasan spiritual anak dengan pendekatan yang sesuai untuk anak usia dini. Berdasarkan hasil wawancara terhadap kepala sekolah, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa semua perencanaan yang dilakukan oleh guru terkait dalam pengembangan kecerdasan spiritual anak tidak dapat berjalan dengan baik jika sumber daya guru tidak sesuai. Perencanaan yang diungkapkan oleh kepala sekolah adalah mengenai sikap dan kepribadian guru yang mengajar karena guru merupakan ujung tombak pendidikan di sekolah. Untuk itu sebelum guru mengajar guna meningkatkan kecerdasan spiritual, guru sudah harus menunjukkan bahwa dirinya memiliki kecerdasan spiritual yang baik. Di TK Islamiyah Pontianak guru membiasakan anak untuk mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru atau teman, untuk itu guru sudah harus dapat menerapkan mengucapkan salam di lingkungan taman kanak-kanak agar anak dapat mencontohnya dan sikap tersebut melekat dalam diri anak dan menjadi kebiasaan anak yang baik untuk seterusnya.TK Islamiyah Pontianak merupakan lembaga pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai agama Islam di dalamnya. Untuk itu guru di TK Islamiyah sangat dituntut untuk mengajarkan mengenai seluk beluk Islam mendasar pada anak usia dini. Berdasarkan pengamatan peneliti hal yang dilakukan guru dalam mengenalkan nilai agama agar meningkatnya kecerdasan spiritual anak adalah guru mengenalkan anak siapa penciptanya, guru mengenalkan anak agama apa yang dianutnya, guru mengenalkan hari raya keagamaan pada anak, guru mengenalkan huruf-huruf hijaiyah dan guru mengenalkan hukum-hukum Islam.

Berdasarkan paparan hasil wawancara terhadap Ibu Zulfah, S.Pd, Aud dapat peneliti simpulkan bahwa peran guru dalam mengenalkan nilai keagamaan sangat penting agar anak memiliki kedekatan terhadap sang penciptanya. Mengenai pentingnya pembelajaran agama terhadap anak dijelaskan pula oleh M. Athiyah Al Abrasy(2008:152), yaitu “Dalam pandangan Islam, mengajarkan pengertian-pengertian agama kepada anak-anak merupakan masalah yang penting. Pengajaran mengenai agama harus dimulai sejak bayi lahir dan pendidikan di masa kanak-kanak menjadi dasar bagi pendidikan di masa yang akan datang. Alasan terpenting dimulainya pendidikan di masa kanak-kanak dikarenakan hati dan jiwa mereka masih suci dan polos. Hal itu dikarenakan hati mereka belum terpolusi oleh dosa dan keburukan sehingga dengan mudah menanamkan benih iman dan kejujuran, begitu juga benih kekufuran, kebohongan dan riya”. Berbagai upaya dilakukan oleh guru TK Islamiyah Pontianak untuk menanamkan pendidikan agama ke anak agar dapat mengembangkan kecerdasan spiritual yang ada di dalam diri anak. Salah satu kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru di TK Islamiyah Pontianak adalah mengenalkan huruf-huruf hijaiyah di dalam Al-Qur’an agar anak kelak dewasanya dapat membaca Al-Al-Qur’an. Peran guru dalam mengenalkan huruf hijaiyah ini dilakukan setiap hari ketika datang hingga pulang,

(12)

dengan mengajak anak untuk membaca doa bersama sudah termasuk dalam upaya untuk mengenalkan huruf hijaiyah.

Anak dalam bertingkah laku di dalam hidupnya harus sesuai dengan syariah agamanya yaitu agama Islam. Tidak hanya dalam bertingkah laku, dalam beribadah kepada Allah SWT pun ada hukum yang mengaturnya. Islam memiliki hukum wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram. Guru TK Islamiyah Pontianak mengajarkan hukum-hukum Islam tersebut kepada anak agar anak tahu mana yang boleh dilakukan mana yang tidak sehingga dapat membuat dosa. Tentu saja dengan mengetahui hukum-hukum Islam anak mengalami peningkatan kecerdasan spiritual karena anak memiliki batasan dan sikap yang boleh dilakukan berdasarkan tuntunan ajaran agama Islam.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut (1) Perencanaan yang dilakukan guru untuk mengembangkan kecerdasan spiritual anak di TK Islamiyah Pontianak dengan mengajarkan anak mengucapkan salam sesuai ajaran agama, mencium tangan orang yang lebih tua, saling menghormati sesama teman, mengenalkan anak tentang agamanya, mengenalkan mengenai nabinya, menceritakan kepada anak mengenai panutan dan suri tauladan yang dapat ditiru oleh mereka sesuai dengan Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang telah dibuat oleh guru. (2) Pelaksanaan guru dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak di TK Islamiyah sudah optimal. Guru sudah menanamkan nilai-nilai spiritual semenjak anak datang hingga pulang dari sekolah. Pelaksanaan lainnya dibantu oleh pihak sekolah dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang bertujuan meningkatkan nilai-nilai agama dalam diri anak seperti mengadakan sholat berjamaah, manasik haji, dan sumbangan ke rumah yatim piatu. (3) Peran guru dalam membiasakan anak untuk berdoa dengan tertib ketika memulai dan selesai pelajaran serta pada waktu makan bersama sudah ditempuh oleh guru. Karena selain menanamkan nilai-nilai pengetahuan kepada anak didik guru juga menanamkan nilai moral dan agama yang baik untuk diri anak. Salah satu langkah awal tentu saja dengan membiasakan anak berdoa, mengajarkan anak untuk lebih dekat kepada penciptanya dengan hasil anak sudah Berkembang Sesuai Harapan (BSH) karena anak sudah terbiasa untuk berdoa dengan tertib. (4) Peran guru dalam membiasakan anak untuk bertingkah laku dan tutur kata yang baik juga sangat penting. Guru di TK Islamiyah mengajarkan anak untuk tolong menolong terhadap sesama, mengajar anak untuk mengucapkan terima kasih, mengajarkan anak mengucapkan permisi ketika pamit, mengajar anak untuk memiliki rasa hormat seperti mencium tangan dan mengucapkan salam, mengajarkan anak untuk tidak berkata kasar dan membiasakan anak menerima sesuatu dengan tangan kanan. (5) Peran guru dalam mengenalkan nilai-nilai agama di TK Islamiyah sangat penting, karena TK Islamiyah Pontianak berlandaskan agama Islam yang ditujukan pengajaran pendidikan untuk generasi Islam usia dini. Yang dilakukan oleh guru tentu saja mengenalkan siapa penciptanya, mengenal agama yang dianutnya, mengenal hari raya keagamaannya, mengenal huruf hijaiyah, dan

(13)

mengenalkan hukum-hukum Islam. Tujuan mengenalkan nilai agama pada anak agar anak arah dan tujuan hidupnya dapat lebih terarah sesuai dengan ajaran agama Islam. (6) Faktor penghambat dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak bisa datang dari orang tua, lingkungan dan kemampuan anak sedangkan faktor pendukung dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak adalah tenaga pendidik/guru, kegiatan di sekolah serta media-media yang ada di TK Islamiyah Pontianak

Saran

Berdasarkan hasil temuan peneliti di lapangan, untuk meningkatkan kecerdasan spiritual pada anak usia dini perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut : (1) Bagi guru sebelum mengajarkan kepada anak mengenai nilai-nilai spiritual sebaiknya guru harus sudah mempraktekkan nilai-nilai spiritual tersebut di dalam kehidupannya sehari-hari. Karena anak usia dini berada dalam masa perkembangan yang gemar meniru. (2) Bagi orang tua harus lebih dapat meningkatkan kecerdasan spiritual pada diri anak karena pengembangan kecerdasan spiritual di lingkungan sekolah hanya ketika anak berada di sekolah saja, karena anak lebih lama berada di lingkungan keluarga. (3) Bagi sekolah perlu menambah kegiatan-kegiatan yang menunjang kecerdasan spiritual anak. Mengajak sholat berjamaah pada anak bisa ditambah waktunya selain hari jum’at bila perlu setiap hari agar anak terbiasa untuk dekat dengan Allah SWT serta menjalankan perintah Allah SWT yaitu sholat.

Daftar Rujukan

Emmons G. (2007). Education Research. Boston New York : Pearson Education. Hadari Nawawi. (2012). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah

Mada University Press.

M. Athiyah Al Abrasy. (2008). Agama, Pendidikannya dan Penerapan dalam Hidup. Yogyakarta : Media Press Nusantara.

Munandi. (2007). Dasar-Dasar Pendidikan Anak. Jakarta : Erlangga. Nurfuadi. (2012). Profesionalisme Guru. Purwokerto : STAIN Press.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabheta.

Yazid Busthomi. (2007). Anak dan Perkembangannya. Yogyakarta : Citra Publishing.

Yazid Busthomi. (2012). Pandungan Lengkap PAUD Melejitkan Potensi dan Kecerdasan Anak Usia Dini. Yogyakarta : Citra Publishing.

Referensi

Dokumen terkait

Justeru itu, satu kajian telah dilaksanakan untuk mengenal pasti sejauh manakah tahap pengetahuan Islam dalam kalangan belia Melayu di Malaysia dan sejauh

Penulis menggunakan data sekunder sebagai pendekatan penelitian normatif yang mencari dan menggunakan bahan kepustakaan seperti tulisan-tulisan karya ilmiah maupun

Perbedaan anak usia remaja yang obesitas dan tidak obesitas di SMP Negeri 8 Manado disebabkan karena responden yang tidak obesitas cenderung tidurnya cukup

Amilum jagung alami memiliki sifat alir yang sangat buruk, sedangkan amilum jagung pregelatinasi memiliki sifat alir yang sangat baik yaitu memiliki waktu alir

Pakan utama pada ikan kresek jantan adalah udang yang memiliki nilai Ip yang tinggi yang terdapat pada setiap selang kelas ukuran panjang, sedangkan pakan pelengkap dan

Sebaliknya, saat suku bunga meningkat terjadi kapital inflow dan rupiah menguat lagi kondisi ini menyebabkan nilai tukar mulai stabil pada triwulan ke-18, kemudian dalam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar pengaruh luas lahan, benih, dan tenaga kerja terhadap produksi bawang merah lokal Tinombo di Desa Lombok Kecamatan