• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISOLASI-KAFEIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISOLASI-KAFEIN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS PROSES LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS PROSES MODUL

MODUL PRAKTIKUM PRAKTIKUM : : EKSTRAKSI EKSTRAKSI (ISOLASI (ISOLASI KAFEIN KAFEIN DARI DARI DAUN DAUN TEH)TEH) NAMA

NAMA PEMBIMBING PEMBIMBING : : Dra. Dra. Endang Endang Widiastuti, Widiastuti, M.SiM.Si NAMA

NAMA MAHASISWA MAHASISWA : : Citra Citra Pranata Pranata Niaga Niaga (131431005)(131431005) Dina

Dina Heryani Heryani (131431006)(131431006) Dini

Dini Heryani Heryani (134131007)(134131007) Febby

Febby Elsa Elsa Nabila Nabila (131431008)(131431008) TANGGAL

TANGGAL PRAKTEK PRAKTEK : : 16 16 Maret Maret 20152015 I.

I. TUJUAN :TUJUAN : o

o Mengisolasi suatu senyawa alamMengisolasi suatu senyawa alam o

o Mempelajari teknik ekstraksi padat-cair Mempelajari teknik ekstraksi padat-cair  o

o Mempelajari teknik ekstraksi cair-cair Mempelajari teknik ekstraksi cair-cair  o

o Mempelajari titik kritis pada proses ekstraksiMempelajari titik kritis pada proses ekstraksi II.

II. DASAR TEORIDASAR TEORI

 KAFEINKAFEIN

Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji kopi, daun Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji kopi, daun teh, daun mete, biji kola, biji coklat, dan beberapa minuman penyegar. Kafein memiliki teh, daun mete, biji kola, biji coklat, dan beberapa minuman penyegar. Kafein memiliki  berat

 berat molekul molekul 194.19 194.19 dengan dengan rumus rumus kimia kimia CC88HH1010 N N88OO22  dan pH 6.9 (larutan kafein 1%  dan pH 6.9 (larutan kafein 1% dalam air).

dalam air).

Gambar 1. Stuktur Kaffein Gambar 1. Stuktur Kaffein

(2)

Secara ilmiah, efek langsung dari kafein terhadap kesehatan sebetulnya tidak ada, tetapi yang ada adalah efek tak langsungnya seperti menstimulasi pernafasan dan jantung, serta memberikan efek samping berupa rasa gelisah (neuroses), tidak dapat tidur (insomnia), dan denyut jantung tak berarturan (tachycardia).

Kafeina, atau lebih populernya kafein, ialah senyawa alkaloidxantina  berbentuk kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obatperangsang psikoaktif dan diuretik ringan. Kafeina ditemukan oleh seorang kimiawan Jerman, Friedrich Ferdinand Runge,  pada tahun 1819. Ia menciptakan istilah "kaffein" untuk merujuk pada senyawa kimia  pada kopi. Kafeina juga disebut guaranina ketika ditemukan pada guarana, mateina ketika

ditemukan pada mate, dan teina ketika ditemukan pada teh. Semua istilah tersebut sama-sama merujuk pada senyawa kimia yang sama-sama.

Kafeina dijumpai secara alami pada bahan  pangan seperti  bijikopi, daunteh,  buahkola, guarana,  dan maté.  Pada tumbuhan, ia berperan sebagai pestisida alami yang melumpuhkan dan mematikan serangga-serangga tertentu yang memakan tanaman tersebut. Ia umumnya dikonsumsi oleh manusia dengan mengekstraksinya dari biji kopi dan daun teh.

Kafein merupakan obat  perangsang sistem pusat saraf  pada manusia dan dapat mengusir rasa kantuk secara sementara. Minuman yang mengandung kafeina, seperti kopi, teh, dan minuman ringan, sangat digemari. Kafeina merupakan zat psikoaktif yang  paling banyak dikonsumsi di dunia. Tidak seperti zat psikoaktif lainnya, kafeina legal dan tidak diatur oleh hukum di hampir seluruh yuridiksi dunia. Di Amerika Utara, 90% orang dewasa mengkonsumsi kafeina setiap hari.

Sumber utama kafeina dunia adalah biji kopi. Kandungan kafeina pada kopi  bervariasi, tergantung pada jenis biji kopi dan metode pembuatan yang digunakan. Secara umum, satu sajian kopi mengandung sekitar 40 mg (30 mL espresso varietas arabica) kafeina, sampai dengan 100 mg kafeina untuk satu cangkir (120 mL) kopi. Umumnya, kopi dark-roast memiliki kadar kafeina yang lebih rendah karena proses pemanggangan akan mengurangi kandungan kafeina pada biji tersebut. Kopi varietas arabica umumnya

(3)

mengandung kadar kafeina yang lebih sedikit daripada kopi varietas robusta.  Kopi juga mengandung sejumlah kecil teofilina, namun tidak mengandung teobromina.

Teh merupakan sumber kafeina lainnya. Walaupun teh mengandung kadar kafeina yang lebih tinggi daripada kopi, umumnya teh disajikan dalam kadar sajian yang jauh lebih rendah. Kandungan kafeina juga bervariasi pada jenis-jenis daun teh yang berbeda. Teh mengandung sejumlah kecil teobromina dan kadar  teofilina yang sedikit lebih tinggi daripada kopi. Warna air teh bukanlah indikator yang baik untuk menentukan kandungan kafeina. Sebagai contoh, teh seperti teh hijau Jepang gyokuro yang berwarna lebih pucat mengandung jauh lebih banyak kafeina daripada teh lapsang souchong yang berwarna lebih gelap.

Kafeina juga terkandung dalam sejumlah minuman ringan seperti kola.  Minuman ringan biasanya mengandung sekitar 10 sampai 50 miligram kafeina per sajian. Kafeina  pada minuman jenis ini berasal dapat berasal dari bahan ramuan minuman itu sendiri

ataunya dari bahan aditif yang didapatkan dari proses dekafeinasi. Guarana, bahan utama  pembuatan minuman energi, mengandung sejumlah besar kafeina dengan jumlah

teobromina dan teofilina yang kecil.

Coklat yang didapatkan dari  biji kakao mengandung sejumlah kecil kafeina. Efek rangsangan yang dihasilkan oleh coklat berasal dari efek kombinasi teobromina, teofilina, dan kafeina.Coklat mengandung jumlah kafeina yang sangat sedikit untuk mengakibatkan rangsangan yang setara dengan kopi. 28 g sajian coklat susu batangan mengandung kadar kafeina yang setara dengan secangkir kopi yang didekafeinasi.

Akhir-akhir ini, berbagai pengusaha pabrik mulai menambahkan kafeina ke dalam  produk-produk mandi mereka (sampo dan sabun), mengklaim bahwa kafeina dapat diserap melalui kulit. Namun, efektivitas produk-produk seperti itu belumlah dibuktikan, karena kafeina tidak akan dengan mudah terserap melalui kulit.

 EKSTRAKSI

Ekstraksi pelarut adalah proses pemisahan campuran larutan berdasarkan kecenderungan salah satu komponen untuk terlarut dalam solvent yang digunakan. Zat

(4)

Solvent 

cair yang mula-mula melarutkan solut disebut sebagai diluent, sedangkan zat cair yang dikontakkan dengan solut disebut solvent. Solvent harus memiliki sifat tidak dapat larut atau dapat larut di dalam diluent tetapi dalam jumlah yang terbatas . Ekstraksi selalu melibatkan dua tahapan proses, yaitu tejadinya kontak solvent dengan diluent sehingga komponen yang dapat larut (solut) berpindah ke solvent dan pemisahan larutan dari diluent sisa. Produk yang mengandung konsentrasi solvent terbesar dan konsentrasi umpan cair terkecil disebut ekstrak, dan produk yang mengandung konsentrasi umpan cair terbesar dan konsentrasi solvent terkecil disebut rafinat (Murtono, 2009). Ekstraksi merupakan salah satu metoda pemisahan berdasarkan kelarutan. Terdapat dua  jenis ekstraksi yakni:

1. Ekstraksi padat-cair (istilah lain leaching) yakni memindahkan senyawa kimia dari fasa padat ke fasa cair atau memisahkan senyawa kimia dari campuran matriksnya dalam fasa padat dan melarutkannya dalam fasa cair, contoh ekstraksi daun kayu  putih, ekstraksi bunga melati, dsb.

2. Ekstraksi cair-cair atau ekstraksi pelarut, memindahkan senyawa kimia dari satu  pelarut kepelarut lainnya, ke dua pelarut tidak saling mencampur (pelarut air dan  pelarut organic) atau memisahkan senyawa kimia dari matriksnya dalam suatu pelarut dan melarutkannya dalam pelarut lainnya. Contoh ekstraksi ester dengan pelarut eter, dalam reaksi esterfikasi. Ekstraksi ini ada dua jenis yaitu,

 Air sebagai fasa kontinyu, senyawa yang terlarut dalam fasa organik

diekstraksi dengan pelarut air

 Pelarut organik sebagai fasa kontinyu, senyawa yang terlarut dalam air

diekstraksi dengan pelarut organik.

Keberhasilan proses ekstraksi sangat beragntung pada kelarutan senyawa kimia dalam ke dua fasa/pelarut, kelarutan dalam dua fasa/pelarut diungkapkan sebagai koefisien distribusi (K d) atau ada yang menyebutkan koefisien partisi (K  p).

Contracting & Separating Extract Raffinate Liquid Solution

(5)

Pada suhu tertentu, K d  (sering kali disingkat K) merupakan perbandingan konsentrasi solute (zat terlarut) dalam pelarut 2 dengan zat terlarut dalam pelarut 1,  pelarut 2 tidak saling mencampur dengan pelarut 2. Seperti diungkapkan dalam  persamaan berikut

 









Dimana: [A] = konsentrasi zat terlarut A

Pelarut 2 ≠ pelarut 1; pelarut 2 = pelarut  organik, sedangkan pelarut 1= air

Jika dikaitkan dengan kelarutan zat terlarut dapat dinyatakan dalam rasio distribusi (D)

 





Dimana: SA(organic) = kelarutan zat A dalam pelarut organik SA(air) = kelarutan zat A dalam air

Zat terlarut yang dapat diekstraksi secara maksimal bergantung pada lamanya proses ekstraksi dinyatakan sebagai efisiensi ekstraksi (R)

 

  ⁄ (

 

Untuk ekstraksi tunggal atau

  



Untuk ekstraksi berulang (dimana: m= keberulangan) Dimana: VodanVa = volume pelarut organik dan pelarut air

Kemampuan zat A dapat dipisahkan dari zat B atau matriksnya diungkapkan dalam persamaan  berikut ini

(6)

  

Dimana : X = koefisien/faktor pemisahan D = rasio distribusi

Pengelompokkan ekstraksi berdasarkan proses ekstraksidibagi menjadi 3 jenis yaitu

 Ekstraksi secara periodik, cara ini dilakukan dengan proses pengocokan menggunakan

corong pisah

 Ekstraksi kontinyu (Continuous extraction), zat terlarut dikontakkan dengan pelarut

secara berkelanjutan

 Ekstraksi dua arah (countercurrent extraction)

(a) (b)

(7)

III. SKEMA KERJA

A. Pembuatan Larutan Standar

0,1 gram kafein baku ditimbang, kemudian dilarutkan dengan menggunakan lar. HCl 0,1 N sampai tepat 100 mL

Dari larutan induk dibuat variasi konsentrasi 2, 4, 6, 8, dan 10 ppm. Dan dibuat juga

larutan blanko

Larutan standar kafein dan larutan blanko diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum. Dibuat kurva kalibrasi standar.

(8)

B. Ekstraksi Kafein dari Daun Teh

Ditambah 25 mL CH2Cl2

residu 2 Kafein dalam CH2Cl2 (ekstrak 2) Ditambah 25 mL CH2Cl2

residu 3 Kafein dalam CH2Cl2 (ekstrak 3) 5 gram daun teh kering

Air panas 200 mL dan 5 gram Na2CO3, didihkan selama 30-45 menit

saring

Ditambah 25 mL CH2Cl2

Garam tanin dalam air (residu 1) Kafein dalam CH2Cl2 (ekstrak 1) Senyawa tak larut Air teh

(9)

Dari ketiga ekstrak masing-masing di ekstraksi kembali ke dalam HCl 0,1 N

Ditambah 25 mL HCl 0,1 N

rafinat 2 Kafein dalam HCl (ekstrak 1.2) Ditambah 25 mL HCl 0,1 N

rafinat 3 Kafein dalam HCl (ekstrak 1.3)

Ditambah 25 mL HCl 0,1 N

Kafein dalam CH2Cl2 (rafinat 1) Kafein dalam HCl (ekstrak 1.1) Kafein dalam CH2Cl2 (ekstrak 1)

Uji dengan spektro-UV Uji dengan spektro-UV Uji dengan spektro-UV

(10)

IV. KESELAMATAN KERJA

 Kafein dapat menyebabkan iritasi jika terkena kulit, maka jika sudah terkena

langsung bilas dengan air 

 HCl dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata dan pernafasan dan jika

terkena kulit dapat menyebabkan luka seperti terbakar, sehingga larutan tersebut jika konsentrasinya tinggi diharuskan berada pada ruang asam.

 Dikhlorometana (CH2Cl2) merupakan zat karsinogenik dan dapat

menyebabkan iritasi terhadap kulit, mata dan beracun bagi paru-paru.

V. DATA DAN HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Hasil pengamatan praktikum

 No.

Langkah Kerja

Pengamatan

Gambar

1. Sampel teh yang telah ditimbang dipanaskan dengan aquades dan  Na2CO3

Larutan berwarna hitam  pekat dan berbuih

2. Penyaringan larutan teh

Filtrat: Larutan berwarna hitam pekat

Residu: Pengotor dalam teh

3. Ekstraksi larutan teh dengan diklorometan

Terbentuk 2 fasa: Fasa atas: larutan  berwarna hitam pekat

Fasa bawah: larutan  berwarna coklat 4. Pemisahan larutan

hasil ekstraksi

Larutan yang berada dalam fasa bawah yaitu kafein dalam diklorometan

(11)

5. Ekstraksi larutan ekstrak kafein dalam diklorometan dengan HCl 0,1N

Terbentuk 2 fasa: Fasa atas: Larutan  berwarna coklat bening

yaitu kafein dalam HCl Fasa bawah: Larutan  berwarna coklat muda,

yaitu kafein yang masih terikat dalam diklorometan 6. Pemisahan larutan

hasil ekstraksi

Larutan berwarna coklat  bening dengan intensitas

warna yang berbeda-beda yaitu kafein dalam HCl

7. Pembuatan larutan standar kafein

Larutan tidak berwarna dengan variasi konsentrasi

Tabel 2. Penentuan kurva kalibrasi

 No Larutan Standar (ppm) Absorban

1 0 0 2 2 0,245 3 4 0,496 4 6 0,742 5 8 0,986 6 10 1,243

Tabel 3. Pengukuran absorbans sampel

Larutan Absorbans sampel 1 (ekstrak 1.1) 0,991 sampel 2 (ekstrak 1.2) 0,595 sampel 3 (ekstrak 1.3) 0,424 sampel 4 (ekstrak 2.1) 0,788 sampel 5 (ekstrak 2.2) 0,380 sampel 6 (ekstrak 2.3) 0,281 sampel 7 (ekstrak 3.1) 0,538

(12)

sampel 8 (ekstrak 3.2) 0,217 sampel 9 (ekstrak 3.3) 0,118

VI. PERHITUNGAN

 Penentuan Kurva Kalibrasi

Gambar 4. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Kafein

Tabel 4. Penentuan Konsentrasi Sampel

Larutan Absorbans Konsentrasi (ppm) sampel 1 (ekstrak 1.1) 0,991 8.00 sampel 2 (ekstrak 1.2) 0,595 4.81 sampel 3 (ekstrak 1.3) 0,424 3.43 sampel 4 (ekstrak 2.1) 0,788 6.36 sampel 5 (ekstrak 2.2) 0,380 3.07 sampel 6 (ekstrak 2.3) 0,281 2.27 sampel 7 (ekstrak 3.1) 0,538 4.35 sampel 8 (ekstrak 3.2) 0,217 1.76 sampel 9 (ekstrak 3.3) 0,118 0.96 y = 0,1241x - 0,0016 R² = 1 -0,2 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 0 2 4 6 8 10 12    A    b  s  o   r    b  a   n Konsentrasi (ppm)

Kurva Kalibrasi Standar

Series1

(13)

Persamaan : y = 0,124x - 0,001

Keterangan : y = absorbans ; x = konsentrasi sampel

 Sampel 1 0,991 = 0,124x-0,003 x =





x =8,00 ppm  Sampel 2 0,595 = 0,124x-0,003 x =





x =4,81 ppm  Sampel 3 0,424 = 0,124x-0,003 x =





x =3,43 ppm  Sampel 4 0,788 = 0,124x-0,003 x =





x =6,36 ppm  Sampel 5 0,380 = 0,124x-0,003 x =





x = 3,07 ppm  Sampel 6 0,281 = 0,124x-0,003 x =





x = 2,27 ppm  Sampel 7 0,538 = 0,124x-0,003 x =





x = 4,35 ppm  Sampel 8 0,217 = 0,124x-0,003 x =





x = 1,76 ppm  Sampel 9 0,118 = 0,124x-0,003 x =





x =0,96 ppm

(14)

Konsentrasi sampel sebenarnya:

 

 

  

  

  

  

= 125 kali

Konsentrasi sampel sebenarnya = konsentrasi sampel x faktor pengenceran

 Sampel 1 8,00 ppm x 125 =1000 ppm  Sampel 2 4,82 ppm x 125 =600,81 ppm  Sampel 3 3,44 ppm x 125 = 428,43 ppm  Sampel 4 6,38 ppm x 125 = 795,36 ppm  Sampel 5 3,09 ppm x 125 =384,07 ppm  Sampel 6 2,29 ppm x 125 =284.27ppm  Sampel 7 4,36 ppm x 125 =543.35 ppm  Sampel 8 1,77 ppm x 125 =219.76 ppm  Sampel 9 0,98 ppm x 125 =119.96 ppm

(15)

Gambar 5. Kurva Hubungan Antara Absorban vs Nomor sampel

VII. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan ekstraksi kafein dari sampel teh “Upet” lalu ditentukan konsentrasinya dengan Spektrofotometer UV. Digunakan alat ini karena kafein tidak  berwarna sehingga pengukuran dilakukan pada panjang gelombang UV yaitu sekitar 180-380

nm.

Prinsip kerja dari percobaan ini adalah sejumlah tertentu sampel teh dilarutkan dalam air mendidih dan Natrium karbonat, kemudian diekstraksi dengan menggunakan diklorometan dan HCl hingga diperoleh senyawa kafein yang selanjutnya diukur menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang maksimum dengan dibandingkan dengan deret standar kafein sehingga kadar kafein dalam sampel dapat diketahui dengan mengektrapolasi dari kurva kalibrasi.

Pertama, untuk mengekstrak kafein dari daun teh menggunakan metode ekstraksi padat-cair. Kafein yang terkandung dalam daun teh diekstrak menggunakan pelarut air. Kelarutan kafein semakin meningkat seiring bertambahnya suhu, sehingga digunakan air mendidih untuk mengekstrak kafein. Selain itu, penambahan Natrium karbonat berfungsi untuk memisahkan tanin dan kafein yang terkandung di dalam teh. Tanin merupakan senyawa

(16)

fenolik yang cukup asam, maka akan terjadi reaksi antara tanin dan Na2CO3. Kegunaan natrium karbonat (Na2CO3) adalah agar kandungan tanin dalam teh dapat diserap (bereaksi) dan membentuk garam tanin atau anion fenolik dengan reaksi :

ArOH + Na2CO3 ArONa + NaHCO3

Selanjutnya untuk mendapatkan senyawa kafein dilakukan ekstraksi cair-cair. Dalam ekstraksi cair-cair ini menggunakan corong pisah, dimana menggunakan prinsip perbedaan  berat jenis antara satu pelarut dengan pelarut lainnya. Kafein merupakan senyawa organik sehingga digunakan diklorometan untuk mengekstrak kafein dari air. Kafein yang berada di dalam air akan tertarik ke dalam diklorometan, sehingga kafein dapat dipisahkan dari zat-zat lain seperti tanin, dan lain-lain yang tidak larut di dalam diklorometan. Kelarutan kafein di dalam diklorometan lebih baik yaitu 140 mg/mL dibandingkan didalam air hanya 22 mg/mL. Pada ekstraksi ini pelarut diklorometan beperan sebagai fasa kontinyu, dimana senyawa kafein yang terlarut dalam air diekstraksi dengan pelarut organik dan kafein yang ada di dalam air akan berpindah ke dalam diklorometan. Diklorometan mempunyai bj lebih besar daripada air, sehingga pada saat ektraksi larutan yang diambil adalah larutan yang berada  pada lapisan bawah. Kafein dalam diklorometan diekstraksi kembali dengan HCl menggunakan metode ekstraksi cair-cair. Kafein yang merupakan senyawa alkaloid, memiliki sifat seperti alkali sehingga pada saat ektraksi kafein di dalam diklorometan akan  berpindah ke dalam HCl. Kafein akan tertarik ke dalam pelarut polar. HCl memiliki berat  jenis lebih kecil daripada diklorometan, sehingga larutan yang diambil adalah larutan yang  berada di lapisan atas yang merupakan ekstrak kafein dalam HCl.

Ekstrak kafein dalam HCl diukur dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang maksimum 105,8. Sehingga diperoleh konsentrasi ekstrak 1.1 sebesar 1000.00 ppm, ekstrak 1.2 sebesar 600.81 ppm, ekstrak 1.3 sebesar 428.43 ppm, ekstrak 2.1 sebesar 795.36 ppm, ekstrak 2.2 sebesar 384.07 ppm, ekstrak 2.3 sebesar 284.27 ppm, ekstrak 3.1 sebesar 543.35

 ppm, ekstrak 3.2 sebesar219.76 ppm, ekstrak 3.3 sebesar119.96 ppm.

Dari hasil pengamatan dapat terlihat bahwa konsentrasi kafein yang paling besar terdapat  pada ekstrak kafein 1.1. Dan pada proses ekstraksi selanjutnya kadar kafein terus berkurang, hal ini menunjukkan bahwa ekstraksi optimum berada pada ekstrak 1.1. Dari hasil  pengamatan juga dapat dilihat bahwa untuk mengekstraksi kafein perlu dilakukan beberapa

(17)

kali sehingga seluruh kafein dapat terekstrak dengan maksimal dan hasil yang diperoleh juga maksimal.

VIII. KESIMPULAN

Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:

 untuk mengektraksi kafein dari daun teh perlu dilakukan ektraksi padat-cair dan

ekstraksi cair-cair

 ekstraksi cair-cair harus dilakukan beberapa kali sehingga kafein yang diperoleh

maksimal

 konsentrasi kafein yang paling tinggi berada pada ektrak 1.1 dan yang paling rendah

ektrak 3.3

IX. DAFTAR PUSTAKA

 Fessenden & Fessenden. 1995. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.  http://www.academia.edu/9198537/PEMISAHAN_SENYAWA_ORGANIK_EK 

STRAKSI_DAN_ISOLASI_KAFEIN_DARI_DAUN_TEH_SERTA_UJI_KALO ID diunduh pada 22 Maret 2015 09:08 AM

 http://kimrani.blogspot.com/2012/11/percobaan-kafein.html diunduh 21 Maret

2015 08:12 AM

 http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927475 diunduh 21 Maret 2015

11:13 AM

 http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924285 diunduh 21 Maret 2015

11:20 AM

 http://www.phy.duke.edu/~qelectron/dichloromethane_msds.pdf  diunduh 21

Maret 2015 11:21 AM

Gambar

Gambar 1. Stuktur KaffeinGambar 1. Stuktur Kaffein
Gambar 3. (a) Corong pisah dan (b) Sokhlet
Tabel 2. Penentuan kurva kalibrasi
Gambar 4. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Kafein Tabel 4. Penentuan Konsentrasi Sampel
+2

Referensi

Dokumen terkait