• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah penegakan diagnosis kasus Ny. F? 2. Apa penatalaksanaan yang diberikan pada Ny. F?

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah penegakan diagnosis kasus Ny. F? 2. Apa penatalaksanaan yang diberikan pada Ny. F?"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua adalah 15 minggu (minggu ke 13 hingga ke 27), dan trimester ketiga adalah 13 minggu (minggu ke 28 hingga ke 40).

Kasus dalam laporan ini disusun berdasarkan dari Ny. D dengan kehamilan pertama datang dengan keluhan perut kenceng-kenceng. Kasus dipilih dengan pertimbangan pentingnya menmpelajari proses persalinan normal yang sering ditemukan di rumah sakit dan pusat kesehatan lainnya. Persalinan normal menunjukkan fase fisiologis kelamilan dan memiliki keuntungan bagi pasien, yakni membutuhkan biaya yang lebih murah.

Pada kehamilan pertama (primigravida) membutuhkan proses persalinan yang lebih lama dibandingkan kehamilan kedua, sehingga diperlukan kesiagaan bagi tenaga medis. Kemampuan memahami tanda-tanda dan faktor persalinan dapat membantu mencegah terjadinya komplikasi dari kehamilan. Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pembaca khususnya mahasiswa akan pentingnya mengetahui proses persalinan pervaginam.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah penegakan diagnosis kasus Ny. F? 2. Apa penatalaksanaan yang diberikan pada Ny. F? 1.3 Tujuan

Laporan kasus ini disusun untuk membantu penulis mengetahui dan memahami tentang:

(2)

1. Penegakan diagnosis partus normal

2. Penatalaksanaan pada persalinan partus normal. 1.4 Manfaat

Laporan kasus ini bermanfaat sebagai resume dari beberapa referensi tentang persalinan pervaginam yang diharapkan dapat mempermudah pemahaman penulis tentang persalinan pervaginam.

(3)

BAB II

STATUS PENDERITA

1.2 IDENTITAS PENDERITA

Nama : Ny. S

Umur :34 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SD

Agama : Islam

Alamat : Karang Widoro

Status Perkawinan : Menikah

Suku : Jawa

Tanggal pemeriksaan : 26-9-2014 1.3 ANAMNESIS

1. Keluhan Utama : Kenceng-kenceng di bagian perut

Harapan : Pasien bisa melahirkan dengan selamat secara normal.

Kekhawatiran :

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien seorang wanita berusia 34 tahun datang ke RSI UNISMA dengan keluhan kenceng-kenceng di daerah perut dan merasa baru saja ketuban pecah di kendaraan.Selain itu pasien juga nyeri dan merasa khawatir karena keluar darah dari daerah kewanitaannya. Darah keluar dan rasa kenceng-kenceng dirasakan sejak dua hari yang lalu. Pasien sedang hamil kira-kira 39-40 minggu dengan tanggal perkiraan kelahiran 06 Oktober 2014.

3. Riwayat Penyakit Dahulu : - Riwayat sakit serupa :

(4)

- Riwayat alergi obat : Disangkal - Riwayat alergi makanan :Disangkal

- Riwayat penyakit saat kehamilan : Disangkal 4. Riwayat Penyakit Keluarga :

- Riwayat hipertensi : Disangkal - Riwayat sakit gula :Disangkal - Riwayat jantung : Disangkal 5. Riwayat Kebiasaan :

- Riwayat merokok :Disangkal - Riwayat minum alcohol : Disangkal

- Riwayat olah raga :Melakukan aktivitas rumah tangga sehari-hari

- Riwayat pengisian waktu luang : selain melakukan pekerjaan rumah tangga dirumah,pasien juga berjualan gorengan di depan rumahnya. - Pola istirahat:8jam/hari

5. Riwayat Sosial ekonomi:

Sumber penghasilan utama sebagian besar didapatkan dari suami Ny.S yang bekerja sebagai buruh swasta.dan sebagian lagi dari Ny.S sendiri yang berjualan sebagai penjual gorengan,namun semenjak anak keduanya lahir Ny S behenti berjualan.

6. Riwayat Gizi:

Penderita makan sehari-hari 3 kali sehari dengan menu nasi, tahu, tempe, sayur, ayam, dan daging.

7. Riwayat Menstruasi

(5)

- Jumlah darah haid : 3 softek per hari - HPHT : 20-1-2014

- Lama haid: 4 hari - TP: 27-10-2014 - Flour albus: tidak ada

- Keluhan saat haid : ada dismenorhea 8. Riwayat Hamil sekarang

- Muda : Mual ( + ), Muntah ( + ), dll

- Tua : Pusing ( - ) , Sakit kepala ( - ), Perdarahan ( + / spotting ) , Gatal (+),dan bengkak di kaki (+)

- Riwayat Imunisasi : tidak ada - Gerakan janin pertama : 4 bulan

- Gerakan janin terakhir : saat pemeriksaan

- Tanda bahaya dan penyulit kehamilan : jarak dengan kehamilan yang lalu

- Obat dan jamu yang dikonsumsi saat hamil : mengkonsumsi jamu sachetan saat hamil.

- Keluhan BAK : Disangkal , BAB: Disangkal - Kekhawatiran khusus : tidak ada

9. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas lalu : - Umur kehamilan (9 bulan)

 Jenis persalinan :Partus normal  Penolong persalinan:Bidan

(6)

 Penyulit: Tidak ada  Anak:laki-laki  Keadaan anak:14 th  Sekarang:(hidup)

10.Riwayat pernah operasi: tidak ada 11.Riwayat penyakit keluarga:tidak ada

12.Riwayat perkawanian:kawin 1 kali saat Ny.S berusia 19 tahun dan suaminya yang kawin juga saat berusia 19 tahun.

13. Riwayat KB dan rencana KB

Metode yang pernah dipakai:suntik lama 12 tahun berhenti 2 tahun. Komplikasi dari KB: tidak ada

Rencana pemakaian KB selanjutnya:tidak ada 14. Riwayat ginekologi:

Infertilitas: tidak ada Polip serviks : tidak ada Kanker kandungan: tidak ada 1.4ANAMNESIS SISTEM

1. Kulit:t

Kulit kering ( - ) , kulit gatal ( - )

2. Kepala :

Sakit kepala ( - ) , pusing ( - ) , rambut putih ( - ), rambut mudah rontok ( - ), luka pada kepala ( - ), benjolan / borok di kepala ( - )

3. Mata:

(7)

4. Hidung : : Tersumbat ( - ) , mimisan ( - )

5. Telinga:

Pendengaran berkurang ( - ) , berdengung ( - ) , keluar cairan ( - ) 6. Mulut:

Sariawan ( - ) , mulut kering ( - ) 7. Tenggorokan:

Sakit menelan ( - ) , serak ( - ) 8. Pernafasan:

Sesak nafas ( - ) , batuk lama ( - ) 9. Kardiovaskuler:

Berdebar – debar ( - ) , nyeri dada ( + ) 10. Gastrointestinal:

Mual (-), muntah ( - ), nyeri perut ( + ), diare ( - ) 11. Genitourinaria:

BAK lancar, warna dan jumlah dalam batas normal 12. Neurologik:

Kejang ( - ) , lumpuh ( - ), kesemutan pada kedua kaki dan tangan ( - ) 13. Psikiatri:

Emosi stabil , mudah marah ( - ) 14. Muskuloskeletal:

Kaku sendi ( - ) , nyeri tangan dan kaki ( - ), nyeri otot ( - ) 15. Ekstremitas:

a. Atas kanan : bengkak ( - ) , sakit ( - ) , luka ( - ) b. Atas kiri : bengkak ( - ) , sakit ( - ) , luka ( - ) c. Bawah kanan : bengkak ( - ) , sakit ( - ) , luka ( - )

(8)

d. Bawah kiri : bengkak ( - ) , sakit ( - ) , luka ( - ) 1.5 PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

Cukup, kesadaran compos mentis ( GCS E₄ V₅ M₆ ) 2. Tanda Vital

BB : 69kg TB :

-Tensi : 130/80 mmHg

Nadi : 98 kali/menit, regular, simetris Pernafasan: 20 kali/ menit

Suhu : 36,5oC 3. Kulit

Warna sawo matang , ikterik ( - ) , sianosis ( - ) 4. Kepala

Bentuk mesocephal , tidak ada luka , rambut tidak mudah dicabut , makula ( - ) ,papula ( - ), nodula ( - )

5. Mata

Conjuctiva anemis ( - / - ), sclera ikterik ( - / -), pupil isokor ( - / - ), reflek cahaya ( + / + ) , warna kelopak ( coklat kehitaman ), katarak ( - / - ), arcus senilis ( - / - ) , radang / conjunctivitis / uveitis ( - / - )

6. Hidung

Nafas cuping hidung ( - ) , secret ( - ) , epistaksis ( - ), deformitas hidung ( - ), hiperpigmentasi ( - )

7. Mulut

Bibir pucat ( - ) , bibir kering ( - ) , lidah kotor ( - ) , papil lidah atrofi ( - ) , tepi lidah hiperemis ( - ) , tremor ( - )

8. Telinga

Nyeri tekan mastoid ( - ) , secret ( - ) , pendengaran berkurang ( - ) , cuping telinga dalam batas normal

(9)

9. Tenggorokan

Tonsil membesar ( - ) , pharing hiperemis ( - ) 10. Leher

Trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid ( - ), pembesaran kelenjar limfe ( - ), lesi pada kulit ( - )

11. Toraks

Simetris , bentuk normochest, retraksi interkostal ( - ) , retraksi subkostal( - ) , spider nevi ( - ) , venectasi ( - ), pembesaran kelenjar limfe ( - ), mamae (lunak, keras, berdungkul, port d’orange), colostrum (+ / +) - Cor : I : Ictus cordis tak tampak

P :Ictus cordis kuat angkat

P :Batas kiri atas : ICS II 1 cm lateral LPSS Batas kanan atas : ICS II LPSD

Batas kiri bawah : ICS 1 cm lateral LMCS Batas kanan bawah : ICS IV LPSD

Batas jantung kesan tidak melebar - Pulmo : Statis ( depan dan belakang )

I :Pengembangan dada kanan sama dengan kiri P :Fremitus raba kanan sama dengan kiri P :Sonor (- / -)

A :Suara dasar vesikuler ( - / - ) , suara tambahan ( - / - ), dinamis ( depan dan belakang )

12. Abdomen

I :Membesar dengan arah memanjang (+) , linea alba ( + ), striae livide ( + ), linea nigra (+),luka bekas operasi ( - )

A :DJJ 140X/ menit,reguler Palpasi bimanual :

- Leopold I: TFU tidak diukur

- Leopold II : punggung kanan teraba - Leopold III : presentasi kepala - Leopold IV : penurunan kepala 5/5

(10)

13. Sistem Collumna Vertebralis

I : Deformitas ( - ) , skoliosis ( - ) , kiphosis ( - ) , lordosis ( + ) P :Nyeri tekan ( - )

14. Ekstremitas : palmar eritema ( - / - ) Akral dingin - -- -Oedem - -- -Ulkus - -- -15. Pemeriksaan Khusus: a. Obstetrik Abdomen :

1. Inspeksi : striae lividae (+), linea alba (+),linea nigra (+),striae albican (+), bekas luka operasi (-) 2. Auskultasi : DJJ 141x/ menit, reguler

3. Palpasi : TFU tidak diukur, presentasi bagian bawah kepala, penurunan kepala mendekati PAP, letak punggung kiri, TBJ tidak diukur, gerakan janin ( + ), His 10’.2x.30”

b. Ginekologi

i. Anogenital:

(11)

2. Inspekulo : vagina (cairan, darah ), portio (keras, licin, lunak, luka), terdapat jaringan plasenta ( - ) 3. VT : Ø 10 cm, eff 100%, Ketuban ( + ), presentasi

kepala, denominator UUKft, Hodge III, Kesan panggul dBN.

16. Pemeriksaan Neurologik

Fungsi Luhur : Dalam batas normal Fungsi Vegetatif :Dalam batas normal Fungsi Sensorik :

N N

N N

17. Pemeriksaan Psikiatri

Penampilan :Sesuai umur, perawatan diri cukup

Kesadaran : Tidak berubah (kualitatif),compos mentis (kuantitatif) Afek : Appropriate

Psikomotor :Normoaktif Proses pikir :Bentuk: Realistik

Isi : Waham ( - ) , halusinasi ( - ) , ilusi ( - ) Arus : Koheren

Insight : Baik

1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG : tidak dilakukan

RESUME

Ny. D , 22 tahun datang ke Rumah Sakit Islam UNISMA dengan keluhan kenceng-kenceng di daerah perut. Kenceng-kenceng disertai dengan keluarnya bercak merah kecoklatan sejak dua hari yang lalu dan nyeri pada daerah kewanitaannya. Pasien sedang hamil kira-kira 39-40 minggu dengan tanggal perkiraan kelahiran 06 Oktober 2014. Dari pemeriksaan vital sign didapatkan tensi 110/70 mmHg, denyut nadi 82 kali/menit, dan suhu 36,5oC. Hasil pemeriksaan menunjukkan Ø 2 cm, eff 25%, ketuban ( - ), presentasi kepala,

(12)

punggung kiri dan His 10.2x.30”. Hasil laboratorium DL dan UL dalam batas normal.

1.7 DIAGNOSIS HOLISTIK

Ny. D ( 22 tahun) adalah pasien primigravida dengan kondisi keluarga harmonis dan ekonomi menengah ke atas.

1. Diagnosis dari segi biologis :

G1P0000Ab000, 39-40 minggu, kala 1 fase laten. 2. Diagnosis dari segi psikologis :

Ny. D tinggal bersama kedua orang tua dan adiknya. Ny. D seorang ibu rumah tangga. Suami Ny. D, Tn. F, tinggal dan bekerja di luar kota namun pulang seminggu sekali dan setiap hari libur. Hubungan antar anggota keluarga Ny. D sangat harmonis. Tn. F selalu mendampingi Ny. D mengikuti antenatal care di RSI. Keluarga sangat bahagia dengan kehamilan Ny. D karena merupakan anak pertama dan cucu pertama keluarga tersebut.

3. Diagnosis dari segi sosial :

Ny.D adalah seorang warga yang aktif di lingkungan sekitar. Karena tinggal di daerah perkampungan, hubungan antar tetangga sangat baik. Aspek Personal :

Keluhan Utama : Perut kenceng-kenceng

Harapan : Pasien bisa melahirkan dengan selamat secara normal.

Kekhawatiran : Pasien khawatir karena sejak 2 hari yang lalu keluar darah merah kecoklatan walaupun sedikit.

Aspek Klinis : G1P0000Ab000, 39-40 minggu, kala 1 fase laten

Aspek Resiko Internal :Kurangnya pengalaman dari keluarga untuk pendampingan ibu hamil. Kehamilan ini merupakan pengalaman pertama bagi pasiendan pasangannya.

Aspek Resiko Eksternal :Pasien berasal dari keluarga menengah ke atas dan berkecukupan. Hubungan pasien dengan komunitasnya baik, seluruh tetangga

(13)

pasien peduli terhadap kehamilan pasien dan kerap mengunjungi pasien. Pasien tinggal di daerah perumahan yang berdempetan dan hanya dipisahkan oleh gang selebar satu meter. Rumah pasien memiliki ventilasi dan pencahayaan yang cukup.

Aspek Fungsional :Pasien mampu melakukan aktivitas ringan dengan didampingi oleh orang lain (grade III)

1.8 PENATALAKSANAAN - Planning Diagnosis

NST, observasi tiap 1 jam. - Planning Terapi

A. Non Medika mentosa Edukasi

 Menjelaskan pada pasien mengenai keluhan pasien dan mempersiapkan pasien bahwa janin bisa lahir sewaktu-waktu melalui persalinan normal apabila sudah didapatkan tanda-tanda kelahiran dan tidak ada penyulit.

 Menjelaskan tanda-tanda masuk persalinan dan kemungkinan komplikasi yang muncul.

 Menjelaskan pada pasien cara perawatan luka episiotomi dan luka tali pusar bayi selama di rumah.

 Menjelaskan pada pasien cara menyusui bayi dengan baik dan benar.

 Menjelaskan pada pasien tahapan senam nifas.

 Pengaturan pola makan bagi ibu menyusui sehingga kebutuhan gizi ibu dan bayi dapat terpenuhi.

Amniotomi

oIndikasi :

Jika ketuban belum pecah dan serviks telah membuka sepenuhnya, akselerasi persalinan dan persalinan pervaginam menggunakan instrumen .

(14)

Saat melakukan pemeriksaan dalam, sentuh ketuban yang menonjol, pastikan kepala telah engaged dan tidak teraba adanya tali pusat atau bagian-bagian kecil janin lainnya. Pegang ½ klem kocher/kelly memakai tangan kiri dan memasukan kedalam vagina dengan perlindungan 2 jari tangan kanan yang mengenakan sarung tangan hingga menyentuh selaput ketuban

Saat kekuatan his sedang berkurang, dengan bantuan jari-jari tangan kanan, goreskan klem ½ kocher untuk menyobek 1-2 cm hingga pecah

Untuk gagal jantung kongestif, Dosis awal yang diberikan 2.5mg 1kali/hari. Dosis efektif 5-20 mg/hari sebagai dosis tunggal. Pemberian obat dapat dilakukan sebelum atau sesudah makan.

Tarik keluar klem ½ kocher/kelly dengan tangan kiri dan rendam dalam larutan klorin 0,5%. Tetap pertahankan jari-jari tangan kanan didalam vagina untuk merasakan turunnya kepala janin dan memastikan tetap tidak teraba adanya tali pusat.

Keluarkan jari tangan kanan dari vagina, setelah yakin bahwa kepala turun dan tidak teraba tali pusat.

Cuci dan lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik didalam larutan klorin 0,5%

B. Medikamentosa a. FARMAKOLOGI

Terapi yang telah diberikan selama proses persalinan normal, antara lain:

1. Injeksi Syntocin ½ ampul 1.1 Komposisi

Syntocin berisi merk dagang oksitosin. 1.2 Farmakodinamik

(15)

Oksitosin merupakan hormon yang disimpan dan dilepaskan oleh hipofisis posterior bersamaan dengan hormon ADH. Oksitosin merangsang frekuensi dan kekuatan kontraksi otot polos uterus dan kelenjar mammae. Efek yang ditimbulkan sangat bergantung dengan jumlah kadar esterogen dan usia uterus. Uterus imatur kurang peka terhadap oksitosin. Oksitosin bekerja pada reseptor di miometrium dan membran plasma otot polos.

1.3 Efek Samping

Hiperkontraktilitas uterus 1.4 Kontraindikasi

Persalinan selain per vaginam dan serviks yang tidak matang. 1.5 Dosis Terapi

10 unit oksitosin dilarutkan dalam 1L dextrose 5%. 10 unitmili/ ml diberikan melalui infus dengan kecepatan 0,2 ml/ menit.

C. Follow up

Tgl Jam Subyektif Obyektif Assesment Therapy

03 Oktober 2014 23.00 Perut kenceng-kenceng Keluar darah sejak kemarin pagi Taksiran Kelahiran 06 Oktober 2014 - TTV: T:110/70 mmHg N:82 x/menit RR:22 x/menit - TFU 3 jari di bawah processus xyphoideus, presentasi kepala, PUKI, DJJ 130x/ menit, gerakan janin (+), - VT : Blood slym (+) Ø 2 cm eff 25% Hodge II cairan ketuban (-) G1P0000Ab 000, 39-40 minggu dengan kala 1 fase laten konsul Sp. OG periksa DL dan UL observasi tiap 2 jam, keadaan ibu, his dan bukaan 04 Oktober 2014 00.00 Perut kenceng-kenceng - TTV: T:110/80 mmHg N:80 x/menit - DJJ (+) G1P0000Ab 000, 39-40 minggu dengan kala 1 fase laten Observasi tiap 2 jam

(16)

130x/ menit Hodge II, Eff 35% 01.00 Perut kenceng-kenceng DJJ (+) 127x/menit, his (+) 10’ 2x.30” G1P0000Ab 000, 39-40 minggu dengan kala 1 fase laten Observasi tiap 2 jam, periksa perkembang an bukaan, his. 03.00 Perut kenceng-kenceng DJJ (+) 129X/menit, His (+) 10’.2-3x.35-40’’ VT: Blood slym (+) Ø4 cm, eff 50% ketuban (+) hodge III , lendir bergumpal kecil-kecil G1P0000Ab 000, 39-40 minggu dengan kala 1 fase aktif Observasi 2 jam lagi, observasi DJJ tiap 1 jam 03.30 Pasien ingin ke kamar mandi DJJ (+) His (+) 10’.3x.40-45’’ BAK (+) BAB (-) G1P0000Ab 000, 39-40 minggu dengan kala 1 fase aktif pasien mampu berjalan ke kamar mandi didampingi keluarga -OObservasi setengah jam lagi 04.00 Perut kenceng-kenceng makin berat DJJ (+) His (+) 10’.2x.40-45’’ G1P0000Ab 000, 39-40 minggu dengan kala 1 fase aktif observasi his, eff, DJJ sejam lagi 05.00 Perut kenceng-kenceng TTV:T:130/79 N:83X S:36,9 DJJ (+) 130X/menit His 10’.2-3x. 40” VT: Blood G1P0000Ab 000, 39-40 minggu dengan kala 1 fase aktif -PPersiapkan injeksi syntocin ½ ampul -IInfus D 5 1 fls grojok - Eevaluasi 2

(17)

slym (+), ketuban (+), eff 50%, Ø5-6 cm Hodge II jam lagi 05.15 - IInfus D5 grojok, synto ½ ampul - AOmnioto mi jika ketuban menonjol 06.55 Perut kenceng-kenceng DJJ129x/menit His 10’.3x.30” G1P0000Ab 000, 39-40 minggu dengan kala 1 fase aktif - oobservasi tiap 20 menit -Ppersiapkan pimpin persalinan pervaginam 07.10 Perut kenceng-kenceng DJJ 132x/menit, His 10’.3x.30” BAK (+) 200 cc G1P0000Ab 000, 39-40 minggu dengan kala 1 fase aktif -OObservasi 20 menit lagi -NNST janin 07.30 Perut kenceng-kenceng DJJ (+) 133x/ menit NST (+) G1P0000Ab 000, 39-40 minggu dengan kala 1 fase aktif - PPersiapan pimpin persalinan pervaginam 08.00 Blood slym (+), Ø6-7 cm, eff 75%, ketuban (-), hodge III, letak kepala UUK jam 1 G1P0000Ab 000, 39-40 minggu dengan kala 1 fase aktif - PPimpin persalinan -Llepas infus setelah persalinan selesai -EEpisiotom i 08.30 Pasien ingin mengejan G1P0000Ab 000, 39-40 minggu dengan kala 2 Piimpin persalinan

(18)

08.54 Bayi lahir spontan blkg kepala, lahir menangis, ketuban jernih, laki-laki, BB=2500 gram G1P0000Ab 000, 39-40 minggu dengan kala 2 injeksi syntocin ½ ampul IM 08.59 Placenta lahir spontan lengkap (+), selaput terdapat luka robekan episiotomi 2 cm, perdarahan 500 cc G1P0000Ab 000, 39-40 minggu dengan kala 3 hecting 09.20 TTV : T: 116/70 N=88x, S 36,5 C TFU setinggi pusar, KU baik, lochea rubra pervaginam 30cc G1P0000Ab 000, 39-40 minggu dengan kala 4 amoxicillin asam mefenamat 5 Oktober 2014 08.00 Nyeri hecting (+) TTV : T:120/80 N=80x, S 36,5 C Lochea rubra pervaginam 1/3 softex, nyeri hecting bersih G1P0000Ab 000, 39-40 minggu dengan kala 4 ajari ibu menyusui dengan benar Ajari ibu rawat luka episiotomi dan luka tali pusar bayi 6 Oktober 2014 08.00 Nyeri hecting (±) TTV : T: 115/80 N=80x, S 36,7 C Lochea rubra pervaginam 1/8 softex, luka hecting bersih G1P0000Ab 000, 39-40 minggu dengan kala 4 boleh perawatan di rumah KIE imunisasi bayi Perencanaan KB Senam nifas

(19)

7 Oktober 2014 08.00 Nyeri hecting (±) TTV : T: 120/80 N=82x, S 36,7 C Lochea rubra pervaginam 1/6 softex, luka hecting bersih G1P0000Ab 000, 39-40 minggu dengan kala 4 Perawatan di rumah Pemberian vaksin BCG dan polio pada bayi 8 Oktober 2014 15.00 Nyeri hecting (±) TTV : T: 120/80 N=82x, Lochea rubra pervaginam 1/8 softex, luka hecting bersih G1P0000Ab 000, 39-40 minggu dengan kala 4 Perawatan di rumah

2.1 Karakteristik Demografi Keluarga

Nama Pasien : Ny. D

Alamat :Jl. Bilira RT 5 RW 4 Bawang Malang

Bentuk Keluarga : Extended family

Tabel 1.1 Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal dalam Satu Rumah

No Nama Status L/P Umur Pendidika

n Pekerjaan Pasien Klinik Ket 1. Tn. S Ayah L 50 Tahun MA Wiraswas ta 2. Ny.T Ibu P 46 Tahun SMA Ibu Rumah Tangga 3. Tn. F Suami Ny. D L 23 Tahun SMA Wiraswas ta 4. Ny. D Anak (Pasien) P 22 Tahun SMK Ibu Rumah Tangga + 5 Nn. B Adik Ny. D P 19 Tahun SMK Pelajar

(20)

Kesimpulan :

Keluarga Ny. D adalah extended family yang terdiri dari 5 orang yang tingal dalam satu rumah. Terdapat satu penderita yaitu Ny. D, umur 22 tahun , beralamat di Bilira Bawang, Malang. Diagnosa Klinis penderita adalah G1P0000Ab000 kala I fase laten. Penderita adalah anak pertama dari dua bersaudara dan tinggal berlima dengan suami, orang tua dan saudara dalam satu rumah. Janin Ny. D merupakan anak pertama dan cucu pertama dari keluarga tersebut dan berencana tinggal bersama Ny. D dan keluarganya.

2.2 Identifikasi Fungsi Keluarga a. APGAR Score

1. Adaptasi

Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang lain.

2. Partnership

Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.

3. Growth

Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal –hal yang dilakukan anggota keluarga tersebut.

4. Affection

Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga.

5. Resolve

Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentangg kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain. Terdapat tiga kategori penilaian yaitu : nilai rata –rata ≤ 5 kurang , 6-7 cukup dan 8-10 adalah baik.

Tabel 1. APGAR score Ny. D

APGAR Ny. D Terhadap Keluarga Sering/ selalu

Kadang-kadang

Jarang/ Tidak A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

(21)

keluarga saya bila saya menghadapi masalah P Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang benar

A Saya puas dengan cara keluarga sayamengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti

kemarahan,perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Untuk Ny. D APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut : Jumlah score : 10

Tabel 2. APGAR score Tn. F

APGAR Tn. M Terhadap Keluarga Sering/ selalu

Kadang-kadang

Jarang/ Tidak A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi masalah P Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang benar

A Saya puas dengan cara keluarga sayamengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti

kemarahan,perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

(22)

Untuk Tn. F APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut : Jumlah score : 10

Tabel 3. APGAR score Tn. S

APGAR Tn. S Terhadap Keluarga Sering/ selalu

Kadang-kadang

Jarang/ Tidak A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi masalah P Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang benar

A Saya puas dengan cara keluarga sayamengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti

kemarahan,perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Untuk An.N APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut : Jumlah score : 8

Tabel 4. APGAR score Ny. T

APGAR Tn. S Terhadap Keluarga Sering/ selalu

Kadang-kadang

Jarang/ Tidak A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi masalah P Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya

(23)

untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang benar

A Saya puas dengan cara keluarga sayamengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti

kemarahan,perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Untuk An.N APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut : Jumlah score : 10

Tabel 5. APGAR score Nn. B

APGAR Tn. S Terhadap Keluarga Sering/ selalu

Kadang-kadang

Jarang/ Tidak A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi masalah P Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang benar

A Saya puas dengan cara keluarga sayamengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti

kemarahan,perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Untuk An.N APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut : Jumlah score : 10

APGAR score keluarga Ny.M = (10+10+10+8+10) : 5 = 9.6 Kesimpulan :

(24)

Fungsi fisiologis keluarga Ny.D baik D . FUNGSI PATOLOGIS

Fungsi patologis dari keluarga Tn.M dinilai dengan menggunakan alat S.C.R.E.E.M sebagai berikut :

Tabel 8.SCREEM keluarga penderita

Kesimpulan :

Kesimpulan:

Dilihat dari hasil SCREEM, keluarga Ny. D termasuk keluarga yang cukup baik dalam semua sisi SCREEM yaitu sosial, kultur, agama, ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Messki memegang adat jawa namun tidak mengganggu fungsi fisiologis keluarga justru menambah nilai fungsi sosial dan agama pasien. Karena wujud implementasi kultur jawa yang dilakukan adalah pengajian untuk keselamatan bayi Ny. D.

E. POLA INTERAKSI KELUARGA

SUMBER PATOLOGIS -Sumber

-Pasien memiliki kepedulian terhadap kesehatan yang tinggi terbukti rutin melakukan ANC selama masa kehamilan Pasien dan keluarganya memiliki tingkat pendidikan dan pengetahuan yang cukup.

Medical

Ekonomi menengah ke atas.

Educational Economic

-Percaya pada Allah, sholat, dzikir, pengajian seminggu sekali

Keluarga Ny. D dan Tn. F memegang erat budaya jawa, seperti selametan, pengajian dan tahlilan. Selama kehamilan, keluarga Ny. D rutin mengadakan pengajian.

Religious Culture

-Keluarga memiliki hubungan yang baik dengan tetangga.

Keluarga tinggal di daerah perkampungan yang padat dan memiliki kepedulian tinggi.

Social Patologis

(25)

-Pola interaksi keluarga Tn.M

Keterangan:

: hubungan baik : laki-laki

: perempuan

: Penderita Kesimpulan :

Hubungan Ny.D dengan setiap anggota keluarga yang tinggal bersamanya cukup baik

E. GENOGRAM KELUARGA Ny.M

Tn. S Ny. T Tn. F Tn. S Ny. D Ny. D Ny. T Nn. B

(26)

Tn. F Ny. D Nn. B Keterangan:

= laki - laki = penderita = perempuan

= tinggal dalam satu rumah

Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara keluhan Ny. D dengan riwayat penyakit keluarga.

3.1 IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKU DAN NON PERILAKU KELUARGA

1. Faktor Perilaku Keluarga

Pada keluarga Ny. D, Tn. F adalah kepala keluarga yang berprofesi sebagai karyawan sebuah perusahaan swasta. Ny. D merupakan pasien dari Rumah Sakit Islam UNISMA dan secara rutin melakukan antenatal care selama kehamilan bersama suaminya. Jika ada keluhan mendadak, Ny. D datang ke bidan terdekat yang rumahnya berjarak sekitar 100 meter dari rumah Ny. D. Keluarga Ny. D sangat mendukung kehamilan Ny. D karena merupakan cucu dan anak pertama dari keluarga Tn. S.

2. Faktor Non Perilaku

Rumah Ny. D terletak di perkampungan padat penduduk yang berdekatan dan hanya dipisahkan gang selebar satu meter. Meski begitu lingkungan Ny. D sangat bersih dan memiliki sumber air yang cukup dari PDAM. Saluran pembuangan berjarak lebih dari 6 meter dari kamar mandi Ny. D. Kamar mandi Ny. D terdapat di dalam rumah sehingga tidak menganggu proses pemulihan dan memberatkan Ny. D. Rumah Ny. D memiliki pencahayaan dan ventilasi yang cukup sehingga baik untuk tumbuh kembang Ny. D.

Diagram 3.1.Faktor Perilaku dan Faktor Non Perilaku

Pengetahuan Pengetahuan keluarga tentang kesehatan cukup Sikap Keluarga terutama suami, sangat perhatian

terhadap kehamilan Ny. D

Tindakan

Lingkungan

Rumah Ny. D memiliki ventilasi dan pencahayaan yang

cukup

Pelayanan kesehatan

Keluarga Ny. D rutin kontrol ke rumah sakit

namun jika gawat darurat

Keturunan Keluarga

(27)

Kesimpulan :

Identifikasi faktor perilaku keluarga Ny. D yaitu keluarga memiliki tingakat kesadaran dan pengetahuan tentang kesehatan yang cukup. Keluarga Ny. D mendukung kehamilan Ny. D dan rutin melakukan antenatal care di RSI UNISMA. Berdasarkan faktor keturunan tidak ada hubungan antara keluhan Ny. D dengan riwayat penyakit keluarga.

3.2 IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH 1. Lingkungan Luar Rumah

Keluarga Ny. D tinggal di sebuah rumah 7x10m2 di sebuah perkampungan dan berdekatan dengan tetangga. Tidak memiliki pekarangan dan tidak punya pagar pembatas. Sampah dibuang secara kumulatif dan difasilitasi oleh pengurus desa.

2. Lingkungan Dalam Rumah

Dinding rumah terbuat dari tembok yang dicat rapi dan memiliki ubin berupa keramik. Memiliki 2 kamar tidur, 1 dapur dan 1 kamar mandi. Memiliki jendela yang mengahadap keluar di setiap ruangan sehingga mampu memenuhi kebutuhan cahaya meski berada di rumah yang padat. Kamar mandi berada di dalam rumah dengaan sumber air berasal dari PDAM.

3. Gambar Denah Rumah

Kamar Tidur

Dapur Ruang

(28)

Gambar 3.1 Denah Rumah

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

5.1 3.1 Perubahan Anatomi dan Fisiologi pada Kehamilan

Pembesaran uterus merupakan perubahan anatomi yang paling nyata pada ibu hamil. Peningkatan konsentrasi hormon estrogen dan progesteron pada awal kehamilan akan menyebabkan hipertrofi miometrium. Hipertrofi tersebut dibarengi dengan peningkatan yang nyata dari jaringan elastin dan akumulasi dari jaringan fibrosa sehingga struktur dinding uterus menjadi lebih kuat terhadap regangan dan distensi. Hipertrofi myometrium juga disertai dengan peningkatan vaskularisasi dan pembuluh limfatik. Peningkatan vaskularisasi, kongesti dan edema jaringan dinding uterus dan hipertrofi kelenjar serviks menyebabkan berbagai perubahan yang dikenali sebagai tanda Chadwick, Goodell dan Hegar.1,2,3,4

Kamar Tidur

Kamar mandi

(29)

Tanda Chadwick adalah perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan pada vulva, vagina dan serviks. Tanda Goedell adalah perubahan konsistensi (yang dianalogikan dengan konsistensi bibir) serviks dibandingkan dengan konsistensi kenyal (dianalogikan dengan ujung hidung) pada saat tidak hamil. Tanda Hegar adalah pelunakan dan kompresibilitas isthmus serviks sehingga ujung-ujung jari seakan dapat ditemukan apabila isthmus ditekan dari arah yang berlawanan.7

Pelunakan dan kompresibilitas serviks menyebabkan berkurangnya kemampuan bagian ini untuk menahan beban yang disebabkan oleh pembesaran uterus dan sebagai kompensasinya, uterus terjatuh ke depan (hiperantefleksio) dalam tiga bulan pertama kehamilan (uterus masih sebagai organ pelvik). Dengan posisi tersebut diatas, akan terjadi dorongan mekanik fundus uteri ke kandung kemih sehingga timbul gejala sering berkemih selama periode trimester pertama. Gejala ini akan berkurang setelah usia kehamilan memasuki trimester kedua dimana uterus semakin membesar dan keluar dari rongga pelvik sehingga tidak lagi terjadi dorongan fundus pada kandung kemih.5,6,7

Gambar 1: Uterus hamil sebagai organ pelvik

Bentuk uterus yang seperti buah alpukat kecil (pada saat sebelum hamil) akan berubah bentuk menjadi globuler pada awal kehamilan dan ovoid (membulat) apabila kehamilan memasuki trimester kedua. Setelah 3 bulan kehamilan, volume uterus menjadi cepat bertambah sebagai akibat pertumbuhan yang cepat pula dari konsepsi dan produk ikutannya. Seiring dengan semakin membesarnya uterus, korpus uteri dan fundus semakin keluar dari rongga pelvik sehingga lebih sesuai untuk disebut sebagai organ abdomen.7

(30)

Gambar 2: Uterus hamil sebagai organ abdomen

Pertumbuhan uterus ke arah kavum abdomen disertai dengan sedikit rotasi ke arah kanan sumbu badan ibu atau dikenal dengan istilah dekstrorotasi. Kondisi ini disebabkan oleh adanya kolon rektosigmoid yang mengisi sebagian besar ruang abdominopelvikum kiri. Kecepatan pembesaran uterus pada primigravida dan multigravida dapat sedikit berbeda (kisaran 1-2 minggu) dan hal ini menimbulkan variasi dalam estimasi besar uterus pada awal pemeriksaan kehamilan awal atau tera usia kehamilan dengan menggunakan titik anatomi tertentu (misalnya; fundus uteri setinggi umbilikus).5,6,7

Pembesaran dinding abdomen, sering dianggap sebagai tanda dari terjadinya kehamilan. Pembesaran tersebut terkaitkan dengan terjadi pembesaran uterus di rongga abdomen. Penonjolan didnding abdomen biasanya dimulai pada usia kehamilan 16 minggu dimana uterus beralih dari organ pelvik menjadi organ abdomen. Penonjolan dinding abdomen lebih nyata pada ibu hamil dengan posisi berdiri dibandingkan dengan posisi berbaring. Juga lebih terlihat pada multipara dibandingkan dengan nulipara atau primigravida akibat kendurnya otot-otot dinding perut. Apabila uterus jatuh ke arah depan dan bawah maka dinding perut akan menonjol seperti bandul dan hal ini disebut sebagai perut pendulum. Pada kasus yang ekstrim, kondisi ini dapat mengganggu kemajuan proses persalinan.

Pembesaran uterus pada awal kehamilan, biasanya tidak terjadi secara simetris. Secara normal, ovum yang telah dibuahi akan berimplantasi pada segmen atas uterus, terutama pada dinding posterior. Bila lokasi implantasi berada di dekat kornu maka daerah ini akan lebih cepat membesar dibandingkan dengan bagian uterus lainnya. Pembesaran asimetri dan penonjolan salah satu kornu tersebut dapat dikenali melalui pemeriksaan bimanual pelvik pada usia kehamilan delapan hingga sepuluh minggu. Keadaan ini dikenal sebagai tanda Piskacek.1,2

Tanda kehamilan lain adalah kontraksi Braxton Hicks yang terjadi akibat peregangan dari miometrium yang disebabkan oleh terjadinya pembesaran uterus. Peningkatan aktomiosin di dalam miometrium juga menjadi penyebab dari meningkatnya kontraktilitas uterus. Kontraksi Braxton Hicks bersifat non-ritmik, sporadik, tanpa disertai adanya rasa nyeri, mulai timbul sejak kehamilan enam minggu dan tidak terdeteksi melalui pemeriksaan bimanual pelvik. Kontraksi ini

(31)

baru dapat dikenali melalui pemeriksaan bimanual pelvik pada kehamilan trimester kedua dan pemeriksaan palpasi abdomen pada kehamilan trimester ketiga. Dengan semakin meningkatnya usia kehamilan, terjadi pula peningkatan frekuensi, lama dan intensitas kontraksi Braxton Hicks. Mendekati usia kehamilan aterm, kontraksi ini menjadi lebih teratur dan reguler sehingga disalah-artikan sebagai kontraksi persalinan. Persalinan palsu (false labor) sangat erat kaitannya dengan kontraksi Braxton Hicks pada kehamilan aterm.1,2,3

Pembesaran uterus yang disertai penipisan dindingnya juga memudahkan pemeriksa untuk mengenali kehamilan secara lebih dini. Dari dinding yang padat dan kavum yang sempit kemudian kapasitasnya berkembang hingga 500-1000 kali dari ukuran semula dan penipisan dinding menjadi sekitar 5 mm mulai trimester kedua kehamilan menyebabkan deteksi kehamilan menjadi lebih mudah dari periode sebelumnya. Hal ini juga membuat denyut jantung janin dapat dideteksi melalui auskultasi dan gerak janin (quickening) mulai dirasakan oleh ibu hamil. Pengembangan kapasitas dan penipisan dinding uterus lebih cepat terjadi pada multipara sehingga deteksi kehamilan dapat dilakukan lebih awal (satu hingga dua minggu) dibandingkan dengan primigravida.6,7,8

Jantung janin mulai berdenyut sejak awal minggu keempat setelah fertilisasi tetapi baru pada usia kehamilan 20 minggu bunyi jantung janin dapat di deteksi dengan fetoskop. Dengan menggunakan teknik ultrasound atau sistem doppler, bunyi janyung janin dapat dikenali lebih awal (12-20 minggu usia kehamilan). Bunyi jantung janin harus dapat dibedakan dengan pulssi maternal, bising usus, gerakan janin dan bising arteri uterina. Bising funikuli umumnya seirama dengan bunyi jantung janin.3,5,7

Gerakan janin juga bermula pada usia kehamilan mencapai 12 minggu tetapi baru dapat dirasakan oleh ibu pada usia kehamilan 16-20 minggu karena diusia kehamilan tersebut, dinding uterus mulai menipis dan gerakan janin menjadi lebih kuat. Pada kondisi tertentu, ibu hamil dapat merasakan gerakan halus hingga tendangan kaki bayi di usia kehamilan 16-18 minggu (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Gerak pertama bayi yang dapat dirasakan ibu disebut dengan quickening, yang sering diartikan sebagai kesan kehidupan. Walaupun gerakan awal ini dapat dikategorikan tanda pasti kehamilan dan estimasi usia

(32)

kehamilan tetapi hal ini sering dikelirukan dengan gerakan usus akibat perpindahan gas di dalam lumen saluran cerna. Bagian-bagian tubuh bayi juga dapat dipalpasi dengan mudah mulai usia kehamilan 20 minggu.6,7

Fenomena bandul atau pantulan balik yang disebut dengan ballottement juga merupakan tanda adanya janin di dalam uterus. Hal ini dapat dikenali dengan jalan menekan tubuh bayi melalui dinding abdomen yang kemudian terdorong melalui cairan ketuban dan kemudian memantul balik ke dinding abdomen atau tangan pemeriksa. Fenomena bandul jenis ini disebut dengan ballottement in toto. Jenis lain dari fenomena bandul adalah ballottement kepala yaitu hanya kepala bayi yang terdorong dan memantul kembali ke dinding uterus atau tangan pemeriksa setelah memindahkan dan menerima tekanan balik cairan ketuban (volume relatif lebih besar dibandingkan tubuh bayi) di dalam kavum uteri.

5.2 Persalinan Pervaginam

5.2.1 Faktor-faktor dalam Persalinan

Dalam persalinan terdapat tanda-tanda persalinan yakni faktor tenaga (power) meliputi his (kontraksi uterus), kontraksi dinding perut, kontraksi diafragma pelvis, ketegangan, kontraksi ligamentum rotundum, efektivitas kekuatan mendorong dan lama persalinan. Faktor yang kedua adalah keadaan janin (passenger) meliputi letak janin, presentasi janin, posisi janin dan letak plasenta. Kemudian diikuti faktor jalan lahir (passage) meliputi ukuran dan tipe panggul, kemampuan serviks untuk membuka, kemampuan kanalis vaginalis dan introitus vagina untuk memanjang. Psikologis ibu juga mempengaruhi persalinan, hal ini tergantung pada persiapan fisik untuk melahirkan, pengalaman persalinan, dukungan orang terdekat dan integritas emosional.4

Tanda in-partu yaitu adanya penurunan fundus uteri disertai his yang teratur, sering dan makin kuat. His yang dapat mampu cukup meningkatkan laju penurunan kepala bayi sebanyak lebih dari tiga kali dalam 10 menit selama 45-60 detik. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena adanya robekan-robekan kecil pada serviks disertai dengan ketuban yang pecah. Pada pemeriksaan dalam terjadi penipisan serviks dan pembukaan serviks.

(33)

5.2.2 Fase Persalinan

Fase persalinan mencakup seluruh proses fisiologi pada persalinan normal pada minggu ke 36-38 yang terbagi menjadi empat kala: (1) Kala 1 mencakup proses persiapan kelahiran yakni pembukaan, (2) Kala 2 meliputi proses kelahiran bayi hingga bayi lahir, (3) Kala 3 merupakan proses keluarnya plasenta, (4) Kala4 merupakan saat pemulihan dari persalinan.

Kala I, tahap pembukaan, ditandai dengan lendir bercampur darah karena serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar karnalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka. Kala 1 terbagi menjai dua fase, yakni fase laten dan fase aktif. Fase laten berlangsung dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm. Fase aktif terbagi menjadi tiga subfase yaitu akselerasi, steady dan deselerasi. Kala I adalah tahap terlama, berlangsung 12-14 jam pada primigravidadan 6-10 jam untuk kehamilan berikutnya. Pada tahap ini mulut rahim akan menjadi tipis dan terbuka karena adanya kontraksi rahim secara teratur untuk mendorong bayi hingga telahir. Pada setiap kontraksi janin, bayi akan semakin terdorong ke bawah sehingga terjadi pembukaan jalan lahir. Kala I persalinan disebut lengkap ketika pembukaan jalan lahir menjasi 10 cm, yang berarti pembukaan sempurna dan bayi siap keluar rahim. Menjelang berakhirnya kala I, maka akan berlangsung masa transisi yang ditandai dengan adanya rasa mulas yang sangat hebat dan terasa seperti ada tekanan yang sangat besar, seperti perasaan ingin buang air besar. Pada saat ini, kontraksi akan semakin sering dan menguat hingga terjadi pembukaan 10 cm.

Kala II merupakan tahap pengeluaran bayi. Pada kala pengeluaran janin, rasa mulas terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin turun masuk ruang masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pasa otot-otot dasar panggul yaang secara reflektoris menimbulkan rasa mengejan. Saat mengejan, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Daerah perineum bersifat elastis namun bila diperkirakan perlu pengguntingan di daerah perineum, maka tindakan ini akan dilakukan dengan tujuan mencegah perobekan paksa daerah perineum akibat tekanan bayi.

Kala III berlangsung setelah bayi lahir hingga uri/plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Prosesnya 6-15 menit setelah bayi lahir. Setelah

(34)

plasenta bayi terlepas persalinan memasuki kala IV yaitu observasi yang dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 1 jam, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya perdarahan postpartum. Observasi yang dilakukan melihat tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi dan pernapasan), kontraksi uterus dan terjadinya pendarahan.2

5.3 Partus Tak Maju

Partus tak maju yaitu persalinan yang ditandai tidak adanya pembukaan serviks dalam 2 jam dan tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam.8

Partus tak maju (persalinan macet) berarti meskipun kontraksi uterus kuat, janin tidak dapat turun karena faktor mekanis. Kemacetan persalinan biasanya terjadi pada pintu atas panggul, tetapi dapat juga terjadi pada ronga panggul atau pintu bawah panggul.

Partus tak maju yaitu suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak menunjukan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar paksi selama 2 jam terakhir.4

5.3.1. Penyebab Partus Tak Maju Penyebab partus tak maju yaitu :

a. Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)

Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan persalinan, tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan panggul ibu. Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak. mengadakan molase dapat menyebabkan persalinan normal tidak mungkin.8 Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan < 145 cm dapat terjadi disproporsi sefalopelvik, kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi, sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi obstetri.

Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis, hal ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan selamat. Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal, atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis sempit. Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia

(35)

kehamilan 37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai ukuran lahir normal.

Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi :

i. Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan, relaksasi sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan berlangsungnya kelahiran pervaginam).

ii. Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi).

iii. Definit (ini berarti pelvis sempit, bentuk kepala abnormal atau janin mempunyai ukuran besar yang abnormal, misalnya hidrosefalus, operasi diperlukan pada kelahiran ini). 1

b. Presentasi yang abnormal

Hal ini bisa terjadi pada dahi, bahu, muka dengan dagu posterior dan kepala yang sulit lahir pada presentasi bokong.

b.1. Presentasi Dahi

Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara fleksi maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian terendah. Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan panggul, saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit.

Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali bila bayi kecil atau pelvis luas, persalinan dilakukan dengan tindakan caesarea. IR presentasi dahi 0,2% kelahiran pervaginam, lebih sering pada primigravida.5 b.2. Presentasi Bahu

Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada pintu atas panggul menjelang persalinan. Bila pasien berada pada persalinan lanjut setelah ketuban pecah, bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina.

(36)

Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau pada sudut akut panjangnya poros ibu, sebagaimana yang terjadi pada letak melintang. Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen dan otot uterus kendur, prematuritas, obstruksi panggul. 6

b.3. Presentasi Muka

Pada presentasi muka, kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah. Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala, bila pelvis sempit atau janin sangat besar. Pada wanita multipara, terjadinya presentasi muka karena abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung ke depan atau ke lateral, seringkali mengarah kearah oksiput. Presentasi muka tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal, mungkin terkait dengan paritas tinggi tetapi 34% presentasi muka terjadi pada primigravida.3

c. Abnormalitas pada janin

Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya : Hidrosefalus, pertumbuhan janin lebih besar dari 4.000 gram, bahu yang lebar dan kembar siam. d. Abnormalitas sistem reproduksi

Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis, stenosis vagina kongenital, perineum kaku dan tumor vagina.

Komplikasi Persalinan yang Terjadi Pada Partus Tak Maju a. Ketuban pecah dini

Apabila pada panggul sempit, pintu atas panggul tidak tertutup dengan sempurna oleh janin ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil.2 Bila kepala tertahan pada pintu atas panggul, seluruh tenaga dari uterus diarahkan ke bagian membran yang menyentuh os internal, akibatnya ketuban pecah dini lebih mudah terjadi.

b. Pembukaan serviks yang abnormal

Pembukaan serviks terjadi perlahan-lahan atau tidak sama sekali karena kepala janin tidak dapat turun dan menekan serviks. Pada saat yang sama, dapat terjadi edema serviks sehingga kala satu persalinan menjadi lama. Namun

(37)

demikian kala satu dapat juga normal atau singkat, jika kemacetan persalinan terjadi hanya pada pintu bawah panggul. Dalam kasus ini hanya kala dua yang menjadi lama. Persalinan yang lama menyebabkan ibu mengalami ketoasidosis dan dehidrasi.

Seksio caesarea perlu dilakukan jika serviks tidak berdilatasi. Sebaliknya, jika serviks berdilatasi secara memuaskan, maka ini biasanya menunjukan bahwa kemacetan persalinan telah teratasi dan kelahiran pervaginam mungkin bisa dilaksanakan (bila tidak ada kemacetan pada pintu bawah panggul).1

c. Bahaya ruptur uterus

Ruptur uterus, terjadinya disrupsi dinding uterus, merupakan salah satu dari kedaruratan obstetrik yang berbahaya dan hasil akhir dari partus tak maju. yang tidak dilakukan intervensi. Ruptur uterus menyebabkan angka kematian ibu berkisar 3-15% dan angka kematian bayi berkisar 50%.2

Bila membran amnion pecah dan cairan amnion mengalir keluar, janin akan didorong ke segmen bawah rahim melalui kontraksi. Jika kontraksi berlanjut, segmen bawah rahim akan merengang sehingga menjadi berbahaya menipis dan mudah ruptur. Namun demikian kelelahan uterus dapat terjadi sebelum segmen bawah rahim meregang, yang menyebabkan kontraksi menjadi lemah atau berhenti sehingga ruptur uterus berkurang.

Ruptur uterus lebih sering terjadi pada multipara jarang terjadi, pada nulipara terutama jika uterus melemah karena jaringan parut akibat riwayat seksio caesarea. Ruptur uterus menyebabkan hemoragi dan syok, bila tidak dilakukan penanganan dapat berakibat fatal.

d. Fistula

Jika kepala janin terhambat cukup lama dalam pelvis maka sebagian kandung kemih, serviks, vagina, rektum terperangkap diantara kepala janin dan tulang-tulang pelvis mendapat tekanan yang berlebihan. Akibat kerusakan sirkulasi, oksigenisasi pada jaringan-jaringan ini menjadi tidak adekuat sehingga terjadi nekrosis, yang dalam beberapa hari diikuti dengan pembentukan fistula. Fistula dapat berubah vesiko-vaginal (diantara kandung kemih dan vagina), vesiko-servikal (diantara kandung kemih dan serviks) atau rekto-vaginal (berada diantara rektum dan vagina). Fistula umumnya terbentuk setelah kala II persalinan

(38)

yang sangat lama dan biasanya terjadi pada nulipara, terutama di negara-negara yang kehamilan para wanitanya dimulai pada usia dini.

e. Sepsis puerferalis

Sepsis puerferalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang dapat terjadi setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau abortus dimana terdapat gejala-gejala : nyeri pelvis, demam 38,50c atau lebih yang diukur melalui oral kapan saja cairan vagina yang abnormal, berbau busuk dan keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran uterus.

Infeksi merupakan bagian serius lain bagi ibu dan janinya pada kasus partus lama dan partu tak maju terutama karena selaput ketuban pecah dini. Bahaya infeksi akan meningkat karena pemeriksaan vagina yang berulang-ulang. 2.8.3. Pengaruh Partus tak maju Pada Bayi

a. Perubahan-perubahan tulang-tulang kranium dan kulit kepala

Akibat tekanan dari tulang-tulang pelvis, kaput suksedaneum yang besar atau pembengkakan kulit kepala sering kali terbentuk pada bagian kepala yang paling dependen dan molase (tumpang tindih tulang-tulang kranium) pada kranium janin mengakibatkan perubahan pada bentuk kepala.4 Selain itu dapat terjadi sefalhematoma atau penggumpalan darah di bawah batas tulang kranium, terjadi setelah lahir dan dapat membesar setelah lahir.3

b. Kematian Janin

Jika partus tak maju dibiarkan berlangsung lebih dari 24 jam maka dapat mengakibatkan kematian janin yang disebabkan oleh tekanan yang berlebihan pada plasenta dan korda umbilikus.

Janin yang mati, belum keluar dari rahim selama 4-5 minggu mengakibatkan pembusukan sehingga dapat mencetuskan terjadinya koagulasi intravaskuler diseminata (KID) keadaan ini dapat mengakibatkan hemoragi, syok dan kematian pada maternal. 4

(39)

Pada kasus persalinan macet/tidak maju akan ditemukan tanda-tanda kelelahan fisik dan mental yang dapat diobservasi dengan :

a. Dehidrasi dan Ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut kering) b. Demam

c. Nyeri abdomen

d. Syok (nadi cepat, anuria, ekteremitas dingin, kulit pucat, tekanan darah rendah) syok dapat disebabkan oleh ruptur uterus atau sepsis.1

3.2.5 Penatalaksanaan 3.2.5.1 Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau tidak sakit.

Untuk menghindari risiko partus tak maju dapat dilakukan dengan :

a. Memberikan informasi bagi ibu dan suaminya tentang tanda bahaya selama kehamilan dan persalinan.

b. Pendidikan kesehatan reproduksi sedini mungkin kepada wanita usia reproduksi pra-nikah.

c. Meningkatkan program keluarga berencana bagi ibu usia reproduksi yang sudah berkeluarga.1

d. Memperbaiki perilaku diet dan peningkatan gizi.

e. Antenatal Care dengan yang teratur untuk mendeteksi dini kelainan pada ibu hamil terutama risiko tinggi

f. Mengukur tinggi badan dan melakukan pemeriksaan panggul pada primigravida.

g. Mengajurkan untuk melakukan senam hamil. h. Peningkatan pelayanan medik gawat darurat.

i. Menyediakan sarana transportasi dan komunikasi bagi ibu-ibu yang melahirkan dirumah (Maternity Waiting Home) apabila terjadi komplikasi, sehingga harus di rujuk ke fasilitas yang lebih baik.

3.2.5.2 Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan yang tepat untuk mencegah timbulnya komplikasi, yaitu :

(40)

a. Diagnosis dini partus tak maju meliputi a.1. Pemeriksaan Abdomen

Tanda-tanda partus tak maju dapat diketahui melalui pemeriksaan abdomen sebagai berikut :

a.1.1. Kepala janin dapat diraba diatas rongga pelviss karena kepala tidak dapat turun

a.1.2. Kontraksi uterus sering dan kuat (tetapi jika seorang ibu mengalami kontraksi yang lama dalam persalinanya maka kontraksi dapat berhenti karena kelelahan uterus)

a.1.3. Uterus dapat mengalami kontraksi tetanik dan bermolase (kontraksi uterus bertumpang tindih) ketat disekeliling janin.

a.1.4. Cincin Band/Bandles ring ; cincin ini ialah nama yang diberikan pada daerah diantara segmen atas dan segmen bawah uterus yang dapat dilihat dan diraba selama persalinan. Dalam persalinan normal, daerah ini disebut cincin retraksi. Secara normal daerah ini seharusnya tidak terlihat atau teraba pada pemeriksaan abdomen, cincin bandl adalah tanda akhir dari persalinan tidak maju. Bentuk uterus seperti kulit kacang dan palpasi akan memastikan tanda-tanda yang terlihat pada waktu observasi.

a.2. Pemeriksaan Vagina

Tanda-tandanya sebagai berikut :

a.2.1. Bau busuk dari drainase mekonium a.2.2. Cairan amniotik sudah keluar

a.2.3. Kateterisasi akan menghasilkan urine pekat yang dapt mengandung mekonium atau darah

a.2.4. Pemeriksaan vagina : edema vulva (terutama jika ibu telah lama mengedan), vagina panas dan mengering karena dehidrasi, pembukaan serviks tidak komplit. Kaput suksedaneum yang besar dapat diraba dan penyebab persalinan macet antara lain kepala sulit bermolase akibat terhambat di pelvis, presentasi bahu dan lengan prolaps.

a.3. Pencatatan Partograf

Persalinan macet dapat juga diketahui jika pencatatan pada partograf menunjukan :

(41)

a.3.1. Kala I persalinan lama (fase aktif) disertai kemacetan sekunder a.3.2. Kala II yang lama

a.3.3. Gawat janin (frekuensi jantung janin < dari 120 permenit, bau busuk dari drainase mekonium sedangkan frekuensi jantung janin normal 120-160 permenit)

a.3.4. Pembukaan serviks yang buruk walaupun kontraksi uterus yang kuat. b. Melakukan penanganan secepat mungkin untuk mencegah terjadinya komplikasi, partus tak maju berisiko mengalami infeksi sampai ruptur uterus dan biasanya ditangani dengan tindakan bedah, seksio caesarea, ekstraksi cunam atau vacum oleh sebab itu harus dirujuk kerumah sakit.

3.2.5.3 Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier dilakukan dengan mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat dan kematian, yaitu :

a. Rehidrasikan pasien untuk mempertahankan volume plasma normal dan menangani dehidrasi, ketosis dengan memberikan natrium laktat 1 liter dan dekstrosa 5% 1-2 liter dalam 6 jam.

b. Pemberiaan antibiotik untuk mencegah sepsis puerperalis dan perawatan intensif setelah melahirkan.5

(42)

BAB IV

PEMBAHASAN

3.1 Penegakan Diagnosis 3.1.1 Pemeriksaan Fisik

Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki bulannya atau minggunya atau harinya yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor).8 Ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :

a. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu terlihat, karena kepala janin baru masuk pintu atas panggul menjelang persalinan.

b. Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri menurun.

c. Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

d. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus (false labor pains).

(43)

e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show).

3.2 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang seringkali digunakan adalah darah lengkap dan kompatibilits golongan darah. Darah lengkap berfungsi untuk mengetahui tinggi hemoglobin pada resiko tinggi tejadinya anemia. Sedangkan uji kompatibilitas berfungsi untuk mempercepat penanganan apabila ditemukan hemolisis pada bayi akibat perbedaan kompatibilitas golongan ABO ataupun rhesus pada ibu dan janin.7 3.3 Penatalaksanaan Fungsi Biologis

Non Medika mentosa Edukasi

 Menjelaskan pada pasien mengenai keluhan pasien dan mempersiapkan pasien bahwa janin bisa lahir sewaktu-waktu melalui persalinan normal apabila sudah didapatkan tanda-tanda kelahiran dan tidak ada penyulit.

 Menjelaskan tanda-tanda masuk persalinan dan kemungkinan komplikasi yang muncul.

 Menjelaskan pada pasien cara perawatan luka episiotomi dan luka tali pusar bayi selama di rumah.

 Menjelaskan pada pasien cara menyusui bayi dengan baik dan benar.

 Menjelaskan pada pasien tahapan senam nifas.

 Pengaturan pola makan bagi ibu menyusui sehingga kebutuhan gizi ibu dan bayi dapat terpenuhi.

Amniotomi

oIndikasi :

Jika ketuban belum pecah dan serviks telah membuka sepenuhnya, akselerasi persalinan dan persalinan pervaginam menggunakan instrumen .

oMekanisme Amniotomi :

Saat melakukan pemeriksaan dalam, sentuh ketuban yang menonjol, pastikan kepala telah engaged dan tidak teraba adanya tali pusat atau bagian-bagian kecil janin lainnya. Pegang ½ klem kocher/kelly memakai tangan kiri dan memasukan kedalam vagina dengan perlindungan 2 jari

(44)

tangan kanan yang mengenakan sarung tangan hingga menyentuh elaput ketuban

Saat kekuatan his sedang berkurang, dengan bantuan jari-jari tangan kanan, goreskan klem ½ kocher untuk menyobek

1-2 cm hingga pecah

Untuk gagal jantung kongestif, Dosis awal yang diberikan 2.5mg 1kali/hari. Dosis efektif 5-20 mg/hari sebagai dosis tunggal. Pemberian obat dapat dilakukan sebelum atau sesudah makan.

Tarik keluar klem ½ kocher/kelly dengan tangan kiri dan rendam dalam larutan klorin 0,5%. Tetap pertahankan jari-jari tangan kanan didalam vagina untuk merasakan turunnya kepala janin dan memastikan tetap tidak teraba adanya tali pusat.

Keluarkan jari tangan kanan dari vagina, setelah yakin bahwa kepala turun dan tidak teraba tali pusat.

Cuci dan lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik didalam larutan klorin 0,5%

oAlasan untuk menghindari pemecahan ketuban dini : Kemungkinan kompresi tali pusat, molase yang meningkat serta kemungkinan kompresi kepala yang tidak merata dan tekanan yang meningkat pada janin mengakibatkan oksigenasi janin yang berkurang.

Medikamentosa

FARMAKOLOGI

Terapi yang telah diberikan selama proses persalinan normal, antara lain:

1. Injeksi Syntocin ½ ampul

Komposisi

Syntocin berisi merk dagang oksitosin. Farmakodinamik

Oksitosin merupakan hormon yang disimpan dan dilepaskan oleh hipofisis posterior bersamaan dengan hormon ADH. Oksitosin

(45)

merangsang frekuensi dan kekuatan kontraksi otot polos uterus dan kelenjar mammae. Efek yang ditimbulkan sangat bergantung dengan jumlah kadar esterogen dan usia uterus. Uterus imatur kurang peka terhadap oksitosin. Oksitosin bekerja pada reseptor di miometrium dan membran plasma otot polos.

Efek Samping

Hiperkontraktilitas uterus Kontraindikasi

Persalinan selain per vaginam dan serviks yang tidak matang. Dosis Terapi

10 unit oksitosin dilarutkan dalam 1L dextrose 5%. 10 unitmili/ ml diberikan melalui infus dengan kecepatan 0,2 ml/ menit

Tabel 9. Skor BISHOP (Tingkat Kematangan Serviks)

BAB IV

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Diagnosis pasien ini adalah G1P0000Ab000 39-40 minggu kala I fase aktif dengan fungsi keluarga yang baik dan keluarga yang menyambut dengan baik

(46)

kehamilan Ny. D,selanjutnya pasien membutuh edukasi untuk perawatan lebih lanjut di rumah baik untuk dirinya maupun bayi Ny. D. Ny. D tidak memiliki fungsi patologis pada aspek sosial, agama, pendidikan, ekonomi dan budaya. 5.2 Saran

1. Promotif: Memberi penyuluhan pada pasien tentang tanda-tanda kehamilan dan persalinan juga pentingnya melakukan perencanaan keluarga dengan penggunaan KB.

2. Preventif: Menyarankan pasien melakukan antenatal care dan menerapkan suami siaga untuk mengurangi resiko keterlambatan penanganan akibat tidak adanya pendamping.

3. Kuratif: Mengenali tanda-tanda persalinan, memimpin persalinan normal bila tidak ditemukan penyulit dan tidak beresiko tinggi serta menyiapkan peralatan resusitasi neonatus.

4. Rehabilitatif: Mengajarkan pasien cara rawat luka episiotomi, senam nifas dan pengetahuan tentang KB. Untuk perawatan bayi, ibu diajarkan cara menyusui dengan baik, merawat tali pusat dan jadwal imunisasi bagi bayi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton, A.C. 1983. Buku Teks Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

2. Williams, GH. 1998. Harisson’s Principle of Internal Medicine 14th ed vol.1: Approach to the Patient with Diabetes Mellitus. Hal 202-205.

3. Cunningham F.G. et al; Obstetrics :Conduct of Normal Labor and Delivery,22 th ed. Int ed. 2005.Mc Graw Hill.USA. pg 542

(47)

4. Cunningham F.G. et al; Obstetrics : Mechanisms of Normal Labor,22 th ed. Int ed. USA, Mc Graw Hill. 2005 pg 409

5. Saifuddin A.B. Buku acuan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal ; Persalinan normal, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1st.2002

6. Hanifa W, Prof, dr, Ilmu Kebidanan, Pimpinan Persalinan, Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1997, hal 192

7. Price, A.S dan Wilson, L. M. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Gambar

Tabel 1.1 Daftar Anggota Keluarga  yang Tinggal dalam Satu Rumah
Tabel 1. APGAR score Ny. D
Tabel 2. APGAR score Tn. F
Tabel 3. APGAR score Tn. S
+6

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Hasil analisis ragam menunjukkan perbedaan nyata antar populasi F1 pada taraf 5% untuk nilai rata- rata karakter lingkar batang, tinggi jorket, persentase tanaman berbunga,

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1) Apakah ada pengaruh komposisi media tanam terhadap pertumbuhan tanaman tin?, 2) Apakah ada pengaruh aplikasi

Alur penelitian yang dilakukan ditunjukkan pada Gambar 4. Secara garis besar penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahapan segmentasi, tahapan pengukuran fitur dan

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan mengukur apa yang perlu diukur. Suatu alat ukur yang validitasnya tinggi akan mempunyai tingkat kesalahan

Pada perkembangannya dibuat peraturan desa (perdes) dan memuat sanksi bagi yang tidak mentaati peraturan. Ibu-ibu yang tidak aktif di posyandu, ibu hamil yang tidak memeriksakan

Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya suatu proyek. Potensi setiap sumber daya manusia yang ada dalam proyek seharusnya

Tingginya konsentrasi oksigen terlarut di zona lakustrin disebabkan zona lakustrin memiliki nilai kecerahan yang tinggi dibandingkan zona transisi, karena semakin

Bahan ajar kaparigelan nulis keur barudak SD/MI bisa ditengetan dina Standar Kompetensi (SK) jeung Kompetensi Dasar (KD) dina SKKD Matapelajaran Bahasa dan Sastra Sunda 2006..