ANALISIS MAKROZOOBENTOS SEBAGAI INDIKATOR BIOLOGIS ANALISIS MAKROZOOBENTOS SEBAGAI INDIKATOR BIOLOGIS
PENCEMARAN AIR SUNGAI BRANTAS DI JODIPAN DAN PENCEMARAN AIR SUNGAI BRANTAS DI JODIPAN DAN
SENGKALING SENGKALING
LAPORAN PRAKTIKUM LAPORAN PRAKTIKUM Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pencemaran Lingkungan Pencemaran Lingkungan yang dibina oleh Dr. Sueb, M.Kes yang dibina oleh Dr. Sueb, M.Kes
(Email:
(Email: sueb.fmipa@um.ac.idsueb.fmipa@um.ac.id))
Oleh: Oleh: Kelompok 4 Kelompok 4
S1 Biologi/ Offering GHL Tahun 2016 S1 Biologi/ Offering GHL Tahun 2016 1.
1. Dewi Dewi Amalina Amalina Fithry Fithry (16034260621(160342606211)1) 2.
2. Kharin Kharin Furaida Furaida Dwi Dwi Hafsari Hafsari (16034260629(160342606293)3) 3.
3. Mochammad Mochammad Abdul Abdul Hafidh Hafidh (16034260625(160342606252)2) 4.
4. Tasafima Tasafima Tesari Tesari (16034260628(160342606280)0) 5.
5. Sendy Sendy Devi Devi Rachmawati Rachmawati (16034260628(160342606282)2)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI JURUSAN BIOLOGI
September 2018 September 2018
ANALISIS MAKROZOOBENTOS SEBAGAI INDIKATOR BIOLOGIS PENCEMARAN AIR SUNGAI BRANTAS DI JODIPAN DAN
SENGKALING
Dewi Amalina Fithry, Kharin Furaida Dwi Hafsari, Mochammad Abdul Hafidh, Tasafima Tesar, Sendy Devi Rachmawati dan Sueb
Jurusan Biologi, FMIPA, Univeersitas Negeri Malang Email: sueb.fmipa@um.ac.id
Abstrak
Kerusakan atau gangguan lingkungan diakibatkan oleh berbagai aktivitas manusia baik langsung maupun tidak langsung sangat mempengaruhi kesetimbangan ekosistem sehingga terjadi penurunan kualitas lingkungan, antara lain terjadinya penurunan kualitas perairan. Makrozoobentos merupakan salah satu komponen biotik yang dapat memberikan gambaran mengenai kondisi perairan sungai. Keberadaan kelompok biota tersebut dapat digunakan untuk
menunjukkan keadaan suatu aliran sungai. Dengan kata lain kehadiran kelompok toleran dan ketidak hadiran kelompok intoleran dapat digunakan sebagai petunjuk adanya pencemaran dalam perairan. Penelitia bertujuan untuk mengetahui tingkat pencemaran sungai brantas di jodipan dan sengkaling, kota malang berdasarkan indikator biologisnya. Metode penelitian yang digunakan adalah melakukan pengamatan langsung dengan mengambil sampel makozoobentos pada lima titik pengamatan yang berbeda. Sampel ini diamati di bawah dan kemudian dilakukan penskoran.
Kata Kunci: Pencemaran, Air, Sungai, Makrozoobentos
Abstract
Damage or environmental disturbances caused by various human activities both directly and indirectly greatly affect ecosystem equilibrium so that environmental degradation occurs, including the occurrence of a decrease in water quality. Macrozoobenthos is a biotic component that can provide an overview of the condition of river waters. The existence of these biota groups can be used to indicate the state of a river. In other words, the presence of a tolerant group and the absence of intolerant groups can be used as an indication of pollution in the waters. The research aims to determine the level of brantas river pollution in jodipan and sengkaling, Malang city based on its biological indicators. The research method used is direct observation by taking macrozoobenthos samples at five different observation points. This sample is observed below and then carried out by scorers.
A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 121 Tahun 2015 mengenai Pengusahaan Sumber Daya Air menjelaskan bahwa air adalah semua air yang terdapat pada, di atas atau di bawah permukaan tanah, termasuk air laut yang berada di darat. Kualitas air yang baik akan menentukan penggunaan yang lebih luas, karena kualitas air merupakan mutu air yang telah memenuhi standar untuk suatu tujuan yang telah ditentukan (Rahayu, dkk. 2009).
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup, oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain (Effendi, 2003)
Kualitas air sungai dapat diidentifikasi atau dianalisis menggunakan bioindikator. Bioindikator merupakan kelompok atau komunitas organisme yang saling berhubungan, yang mana keberadaannya atau perilakunya sangat erat berhubungan dengan kondisi lingkungan tertentu sehingga dapat digunakan sebagai satu petunjuk atau uji kuantitatif (Tjokrokusumo, 2006). Dalam ekosistem perairan, komunitas bentos sangat penting terutama di danau dan sungai (Sharma, dkk. 2013).
Makrozoobentos digunakan sebagai penilaian kualitas lingkungan perairan. Makrozoobentos adalah organisme yang sering digunakan sebagai indikator pencemaran dan berperan juga dalam biomonitoring dari suatu perairan. Hal ini terjadi karena hidup makrozoobentos yang cenderung menetap pada sedimen dasar perairan, memiliki sifat kepekaan terhadap beberapa bahan pencemar,
mobilitas yang rendah, mudah di tangkap dan memiliki kelangsungan hidup yang panjang (Sharma, dkk. 2013).
Permasalahan air di sungai Brantas Jodipan dan Sengkaling menjadi latar belakang dilakukannya analisis kualitas air berdasarkan
bioindikator biologis di sungai Brantas Jodipan dan Sengkaling guna mengetahui standar kualitas air di sungai tersebut.
2. Rumusan Masalah
Bagaimanakah kualitas air sungai Brantas di Jodipan dan Sengkaling
berdasarkan indikator biologis?
Apakah ada hubungan makrozoobentos yang ditemukan dengan
kualitas air sungai Brantas Jodipan dan Sengkaling? 3. Tujuan
Mengetahui kualitas air sungai Brantas Jodipan dan Sengkaling
berdasarkan indikator biologis.
Mengetahui hubungan makrozoobentos yang ditemukan dengan
kualitas air sungai Brantas Jodipan dan Sengkaling 4. Manfaat
a. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan analisis kualitas air.
b. Manfaat Bagi Masyarakat
Dapat memberikan informasi mengenai analisis kualitas air sungai akibat limbah rumah tangga dan limbah lainnya yang merugikan alam dan manusia.
B. METODE
1. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 September 2018 pada jam 08:45 – 11:20. Tempat penelitian adalah Ruang 109 (Ekologi) gedung 05. Sampel yang di ambil dari :
a) Sungai Brantas bagian hulu yang berada pada Desa Sengkaling, Kecamatan Dau, Malang
Lokasi pengambilan sampel air sungai di desa Sengkaling, Kecamatan DAU, Malang
b) Sungai Brantas bagian hilir yang berada pada Desa Jodipan, Kecamatan Blimbing, Malang.
Lokasi pengambilan sampel air sungai brantas di desa Jodipan, Malang. 2. Teknik Sampel
Bahan sampel adalah air sungai brantas, bagian pinggir dan tengah dari seluruh badan sungai brantas.
3. Alat dan Bahan Penelitian
- Mikroskop stereo - Poster bentos dan table skorsing
- Pinset - Kantong plastik
- Cawan petri - Karet gelang - Nampan plastik - Kertas label - Sampel Air
Aliran sungai brantas di desa Jodi an
4. Prosedur Penelitian
a. Pengambilan Sampel untuk Pengujian Kualitas Air
Menyiapkan alat pengambilan sampel
Mengambil sampel sesuai dengan peruntukan analisis
Memasukkan ke dalam wadah yang sesuai peruntukan analisis
Melakukan segera pengujian untuk parameter suhu, kekeruhan, pH dan oksigen terlarut yang dapat berubah
dengan cepat
Mencatat hasil pengujian parameter lapangan dalam buku
Pengambilan sampel untuk parameter pengujian di laboratorium
b. Pengamatan
Meletakkan nampan diatas meja, buka ikatan karet kemudian tuangkan semua sampel kedalam nampan
Apabila ingin mengambil gambarnya menggunakan foto pindahkan spesimen ke cawan petri isi dengan air bersih
Mengamati sampel yang ditemukan menggunakan mikroskop stereo
Mencocokkan hasil pengamatan dengan gambar yang ada diposter sehingga diketahui jenisnya.
Memasukkan hasil identifikasi (setiap jenis) kedalam tabel kemudian berikan sekor.
C. HASIL DATA
NO SPESIES SAMPEL TITIK SKOR
1 2 3 4 5
1 Cacing bersegmen 1
2 Larva mrutu biasa 2
3 Siput kolam 3
4 Larva nyamuk 5
5 Larva ulat air 7
D. PEMBAHASAN
Pemantauan kualitas air dengan menggunakan indikator biologis pada Sungai Brantas Sengkaling dan Jodipan ditemukan berbagai macam makrozoobenthos, yaitu cacing bersegmen, larva mrutu biasa, siput tanpa pintu, larva lalat atau nyamuk lainnya dan larva ulat air. Makrozoobenthos itu sendiri merupakan golongan hewan-hewan kecil dan sebagian besar hidupnya berada di dasar perairan, yang bergerak lambat atau merayap, menngali lubang atau menempel. (Welch, 1980)
Menurut Rosenberg dan Rush (1992) makrozoobenthos adalah hewan-hewan yang hidup di substrat-substrat dasar umumnya golongan invertebrate. Makrozoobenthos umumnya hidup di berbagai habitat seperti danau, kolam, selokan, sungai bahkan di laut. Makrozoobenthos diantaranya adalah Mollusca, crustacean, dan oligochaeta (Brotowidjoyo, 1990).
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok, sebagian besar adalah cacing bersegmen dan siput kolam. Adanya pencemaran lingkungan, maka keanekaragaman spesies akan menurun dan rantai makanannya menjadi lebih sederhana. Makrozoobentos yang dapat dijadikan indikator biologis pencemaran sungai dapat diamati dari keanekaragaman spesies dan laju pertumbuhan spesies. Berdasarkan data pengamatan dari berbagai titik terdapat perbedaan jumlah keanekaragaman spesies antara titik satu dengan titik lainnya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kualitas air di kedua sungai tersebut tidak sama.
Keanekaragaman flora dan fauna ekosistem sungai yang tinggi menandakan kualitas air sungai tersebut baik atau belum tercemar, begitu sebaliknya bila keanekaragaman rendah menandakan kualitas air rendah atau tercemar. Kriteria air sungai pada sungai Brantas Sengkaling sangat kotor karena pada sungai tersebut banyak ditemukan cacing bersegmen dan larva mrutu biasa. Hal ini didasarkan pada penemuan jenis makrozoobenthos. Sementara itu, pada Sungai brantas yang berada di kawasan Jodipan, banyak ditemukan siput kolam, larva nyamuk dan larva ulat air, hal tersebut jika dikaitkan dengan indikator makrozoobentos maka akan masuk dalam kategori sedang atau rerata.
Indikator makrozoobenthos, kondisi perairan dapat dikategorikan menjadi enam kondisi yaitu : kondisi biasa kotor, sangat kotor, kotor, sedang, agak bersih, dan sangat bersih. Pada kondisi buruk biasanya ditemukan larva nyamuk dan la lat, siput kolam/ siput tak berpintu, belatung, larva mrutu biasa, cacing bersegmen dan lintah.
Faktor abiotik yang diukur pada sungai brantas Sengkaling dan Jodipan antara lain suhu, kadar oksigen, dan kekeruhan. Sungai brantas bersuhu rata-rata 23,24. Peningkatan suhu akan menyebabkan kenaikan aktivitas enzim dalam membantu reaksi metabolism. Namun pada lingkungan perairan mempunyai variasi suhu yang relative sempit. Hal ini disebabkan karena air sebagai penutup permukaan bumi mempunyai peran peredam panas dari pancaran matahari. Sehubungan dengan itu maka kisaran toleransi hewan-hewan akuatik pada umumnya relative sempit dibandingkan degan hewan-hewan daratan. . (Faiturrahman, 1992).
Masing-masing makrozoobenthos memiliki kriteria tersendiri yaitu kadar pencemaran. Makrozoobenthos juga memiliki kisaran toleransi tersendiri terhadap konsentrasi oksigen terlarut (DO). Bahan-bahan organic yang berasal dari buangan domestic, masuk ke dalam sungai, diuraikan oleh mikroba dengan bantuan oksigen. Oleh karena itu, semakin tercemar suatu perairan, maka semakin sedikit kadar oksigen, karena oksigen terlarut dalam air digunakan mikroba untuk menguraikan sampah organic. (Faiturrahman, 1992)
Oksigen yang terlarut dalam air diperoleh dari hasil fotosintesis. Kadar oksigen dalam air dapat diukur dengan menggunkan DO meter dan turbidimeter. Organisme tidak bisa betahan hidup apabila berada pada air yang memiliki kadar oksigen kurang dari 5 ppm (5 mg/L) sedangkan bakteri anaerob akan berkembang biak dengan cepat. Dari hasil pengamatan, kadar oksigen terlarut adalah sebesar
11.23 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa kadar oksigen dalam t araf sedang.
Oksigen adalah gas yang amat penting bagi hewan. Perubahan kandungan oksigen terlarut di lingkungan sangat berpengaruh terhadap hewan air. Kebutuhan
oksigen sangat bervariasi, tergantung oleh jenis, stadia dan aktivitas makrozoobenthos. Kandungan oksigen terlarut mempengaruhi jumlah dan jenis makrozoobenthos di perairan.
Secara tidak langsung kekeruhan akan mempengaruhi aktivitas organisme yang hidup di sana. Semakin tinggi tingkat kekeruhan air maka intensitas cahaya yang mauk ke perairan akan berkurang, sehingga organisme yang ada akan mengalami kematian. Dari hasil pengamatan, tingkat kekeruhan air sungai metro adalah sebesar 14. Kekeruhan dan kedalaman air mempunyai pengaruh terhadap jumlah dan jenis hewan benthos. Semakin keruh suatu perairan maka jumlah dan jenis benthos akan semakin sedikit, begitupula sebaliknya. Dalam hal ini sungai Brantas pada Sengkaling dan Jodipan mempunyai kualitas air yang sedang atau kotor
E. PENUTUP
1. Simpulan
Setelah melakukan pengamatan didapatkan hasil, yang mana Sungai Brantas Sengkaling-Jodipan termasuk kategori kualitas air “kotor” dengan skor 3,6 yang di dapat dari skor dibagi dengan banyak spesies didapat (18:3= 3,6). Organisme yang ditemukan yaitu cacing bersegmen dengan skor 1, larva mrutu biasa dengan skor 2, siput kolam dengan skor 3, larva nyamuk dengan skor 5, dan
larva ulat air dengan skor 7. 2. Saran
Perlu adanya tindak lanjut untuk penanganan dan pencegahan terhadap kualitas air sungai Brantas Sengkaling – Jodipan dari instansi terkait mengenai pencemaran limbah yang telah dibuktikan dengan adanya organisme yang hidup
DAFTAR RUJUKAN
Brotowidjoyo, M.D. 1990. Zoologi dasar. Jakarta : Erlangga Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air. Kanisius. Yogyakarta.
Fathurrahman. 1992. Komunitas makrozoobenthos di sepanjang sungai Cimahi Kabupaten Bandung. Thesis. Bandung : PPS Biologi ITB
Kendeigh, S.C., 1980. Ecology with Special Reference to Animal & Man, Prentice Hall : New Jersey.
Lind, O. T. 1985. Handbook of common methods in limnology.Sec. Ed. Kendall/Hunt Publ. Comp. Dubuque.
Odum EP. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga. Yogayakarta : Gajah Mada University press.
Rahayu. S., Widodo. R. H., Noordwijk. M. V., Suryadi. I., & Verbist. B. Monitoring Air di DAS . Bogor: World Agroforestry Centre.
Rosenberg, D.M. and V.H Resh (eds) 1993. Freshwater biomonitoring and benthic macroinvertebrates. Chapman and Hall : New York
Sharma, R., Kumar A., &Vyas V. 2013. Diversity of macrozoobenthos in Morand River-A Tributary of Ganjal River in Narmada Basin. Intl Journal Adv Fish Aquat Sci. 1(1):57-65.
Susanto, H. & Rochdianto. 2008. Kiat Budi Daya Ikan Mas Dilahan Kritis. Jakarta: Penebar Swadaya Depok.
Tjokrokusumo, S. 2006. Makroinvertebrata sebagai bioindikator. Jurnal Hidrosfir . 1(1):8-20.
Tudorancea, C.; R. H. Green and J. Huebner. 1978. Structure Dynamics and Pro-duction of the Benthic Fauna in Lake Manitoba. Hydrobiologia
LAMPIRAN
Larva ulat air
Cacing Bersegmen
Siput kolam Ikan gatul
Larva mrutu Larva nyamuk