• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menghasilkan perubahan-perubahan yang bersifat relatif tetap dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menghasilkan perubahan-perubahan yang bersifat relatif tetap dalam"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Belajar

Belajar dapat diartikan sebagai aktivitas mental atau (psikis) yang terjadi karena adanya interaksi aktif antara individu dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan-perubahan yang bersifat relatif tetap dalam aspek-aspek : kognitif, psikomotor dan afektif. Perubahan tersebut dapat berubah sesuatu yang sama sekali baru atau penyempurnaan/ peningkatan dari hasil belajar yang telah di peroleh sebelumnya.

Menurut Slavin pengertian belajar merupakan proses perolehan kemampuan yang berasal dari pengalaman. Sedangkan menurut Gagne pengertian belajar merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling terkait sehingga menghasilkan perubahan perilaku dalam Anni, dkk (2004).

Pengertian belajar juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mana suatu kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi dari suatu situasi yang dihadapi, dengan keadaan bahwa karakteristik-karakteristik dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan dengan dasar kecenderungan-kecenderungan reaksi asli, kematangan, atau perubahan sementara dari organisme. (Learning is the process by which an activity that the characteristics of the change in activity cannot be explained on the

(2)

basis of native response tendencies, maturation, and temporary states of the organism) (Hilgard & Bower (1996) dalam Jogiyanto (2006).

Pengertian belajar menurut James O. Whittaker dalam Djamarah (1999) menyatakan bahwa pengertian belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Sedangkan menurut R. Gagne dalam Djamarah (1999) pengertian belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku.

Sedangkan menurut Bell-Gredler dalam Winataputra, dkk (2008) pengertian belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitude. Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitude) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan

(3)

oleh seorang individu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan.

Dari beberapa pengertian belajar tersebut di atas, kata kunci dari belajar adalah perubahan perilaku. Dalam hal ini, Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu :

1) Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).

Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan.

2) Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).

Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya.

3) Perubahan yang fungsional.

Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang.

4) Perubahan yang bersifat positif.

Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan.

(4)

Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan.

6) Perubahan yang bersifat pemanen.

Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya.

7) Perubahan yang bertujuan dan terarah.

Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.

8) Perubahan perilaku secara keseluruhan.

Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya. seorang guru menguasai “Teori-Teori Belajar”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan dalam menerapkan “Teori-Teori Belajar”.

2.1.2 Pengertian Pembelajaran

Secara umum pengertian pembelajaran adalah upaya yang dilakukan untuk membantu seseorang atau sekelompok orang sedemikian rupa dengan maksud supaya disamping tercipta proses belajar juga sekaligus supaya proses belajar menjadi lebih efesien dan efektif. Itulah sebabnya Darsono (2000) mengemukakan bahwa pengertian pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik.

(5)

Menurut Gagne, Briggs, dan Wagner dalam Winataputra, dkk (2008) pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Sedangkan menurut Duffy dan Roehler (1989) pengertian pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum.

Tujuan pembelajaran pada hakekatnya adalah rumusan tentang perilaku hasil belajar (kognitif, psikomotor, dan afektif) yang diharapkan untuk dimiliki (dikuasai) oleh si pelajar setelah si pelajar mengalami proses belajar dalam jangka waktu tertentu.

Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata ajaran, dan guru itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yan hendak dicapai dan dikembangkan dan diapresiasikan. Berdasarkan mata ajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. guru sendiri adalah sumber utama tujuan bagi para siswa dan dia harus mampu menulis dan memilih tujuan pendidikan yang bermakna dan dapat diukur.

2.2 Hakikat IPA Biologi

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu Pengetahuan atau Sains yang berasal dari bahasa Inggris "science". Kata

(6)

"science" sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin "scientia" yang berarti saya tahu.

Secara umum IPA meliputi tiga bidang ilmu dasar, yaitu biologi, fisika, dan kimia. Biologi merupakan salah satu cabang dari IPA, dan merupakan ilmu yang lahir dan berkembang melalui langkah–langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. (Trianto, 2010).

Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi Depdiknas (2003) dalam Trianto (2010) adalah sebagai berikut. 1) Menanamkan kenyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2) Mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah.

3) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi.

4) Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Dari fungsi dan tujuan tersebut kiranya semakin jelas bahwa hakikat IPA semata-mata tidaklah pada dimensi pengetahuan (keilmuan), tetapi lebih dari itu, IPA lebih menekankan pada dimensi nilai ukhrawi, dimana dengan memerhatikan keteraturan di alam semesta akan semakin meningkatkan kenyakinan akan adanya sebuah kekuatan yang Maha dahsyat yang tidak dapat dibantah lagi, yaitu Allah SWT (Trianto, 2010).

(7)

2.3 Model Pembelajaran Probex 2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran

Model dapat diartikan “bentuk”, dalam pemakaian secara umum model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukurannya yang diperoleh dari beberapa sistem. Menurut Suprijono (2011), model diartikan sebagai bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Lebih lanjut Suprijono (2011) mengemukakan bahwa model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.

Menurut Sagala dalam Indrawati dan Setiawan (2009), menge-mukakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.

Ismail dalam Widdiharto (2004) menyebutkan bahwa istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh

(8)

strategi atau metode tertentu, karakteristik model pembelajaran yang dimaksud yaitu :

1. Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya 2. Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai

3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut berhasil.

4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran tercapai

Tobing, dkk dalam Indrawati dan Setiawan (2009) mengidentifikasi lima karakteristik model pembelajaran yang baik, yang meliputi berikut ini:

1. Prosedur ilmiah suatu model pembelajaran harus memiliki suatu prosedur yang sistematik untuk mengubah tingkah laku peserta didik atau memiliki sintaks yang merupakan urutan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru-peserta didik.

2. Spesifikasi hasil belajar yang direncanakan. Suatu model pembelajaran menyebutkan hasil-hasil belajar secara rinci mengenai penampilan peserta didik.

3. Spesifikasi lingkungan belajar. Suatu model pembelajaran menyebutkan secara tegas kondisi lingkungan di mana respon peserta didik diobservasi.

4. Kriteria penampilan. Suatu model pembelajaran merujuk pada kriteria penerimaan penampilan yang diharapkan dari para peserta didik.

(9)

Model pembelajaran merencanakan tingkah laku yang diharapkan dari peserta didik yang dapat didemonstrasikannya setelah langkah-langkah mengajar tertentu.

5. Cara-cara pelaksanaannya. Semua model pembelajaran menyebutkan mekanisme yang menunjukkan reaksi peserta didik dan interaksinya dengan lingkungan.

Guru sebagai perancang pembelajaran harus mampu merancang seperti apa pembelajaran yang akan dilaksanakan. Model pembelajaran merupakan desain pembelajaran yang akan dilaksanakan guru di dalam kelas. Dengan melihat beberapa ciri khusus dan karakteristik model pembelajaran tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa sebelum mengajar, guru harus menentukan model pembelajaran yang akan digunakan. Jadi intinya menentukan model pembelajaran yang tepat merupakan salah satu modal untuk sukses dalam pembelajaran.

Dengan model pembelajaran, guru dapat melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan pola, tujuan, tingkah laku, lingkungan dan hasil belajar yang direncanakan. Dengan demikian proses pembelajaran akan berjalan dengan baik dan tepat sesuai dengan mata pelajarannya.

2.3.2 Pengertian Pembelajaran Probex

Probex adalah salah satu dari model pembelajaran yang mengacu pada konstruktivisme. Konstruktivisme memandang kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam upaya menemukan pengetahuan, konsep,

(10)

kesimpulan, bukan merupakan kegiatan mekanistik untuk mengumpulkan informasi atau fakta (Aunurrahman, 2011).

Menurut White dan Gunstone dalam Juniati (2009), Probex adalah model yang sering digunakan dalam ilmu pengetahuan dan cocok untuk kontek pisik maupun dunia nyata. Model ini dapat digunakan untuk menemukan ide inisial peserta didik, menggeneralisasi diskusi, menggeneralisasi investigasi, memotivasi peserta didik yang ingin menyelidiki konsep. Menurut Domi dalam Juniati (2009), model pembelajaran POE (predict observe explain), yaitu nama lain dari Probex, sangat efektif untuk menghasilkan perubahan konsep. Dalam menerapkan Model pembelajaran ada beberapa kegiatan yang harus diperhatikan agar dalam kegiatan pembelajaran tercapai suatu tujuan yang telah ditentukan, dan ada 5 komponen strategi pembelajaran yaitu kegiatan pembelajaran pendahuluan. Penyampaian informasi, partisipasi peserta didik, tes, dan kegiatan lanjutan (Haryanto (2000) dalam Juniati, (2009)).

Proses pembelajaran IPA dengan kegiatan Probex peserta didik dihadapkan pada situasi dan diminta untuk memprediksi apa yang akan terjadi jika dilakukan perubahan terhadap situasi. Saat perubahan berlangsung peserta didik diminta mengamati dengan seksama proses dan hasil perubahan itu. Selanjutnya peserta didik diminta untuk menyebutkan dan menjelaskan perbedaan–perbedaan antara hasil yang mereka harapkan akan terjadi dengan apa yang sesungguhnya terjadi (Juniati, 2009).

(11)

2.3.3 Ciri – Ciri Pembelajaran Probex

Pelaksanaan model pembelajaran Probex yang menekankan pada pengalaman bermakna bagi siswa berupa pengetahuan/ informasi yang tersaji dalam peristiwa nyata yang sederhana, memberikan manfaat positif dalam memperkuat pemahaman siswa berkaitan dengan gejala-gejala alam yang terjadi. Dengan adanya pembelajaran yang menarik dan dilakukan secara langsung oleh siswa, maka konstruksi pemahaman dari dalam diri siswa akan terbentuk dengan sendirinya. Selain menunjang perkembangan aspek kognitif siswa, pembelajaran Probex juga melatih aspek psikomotor siswa dalam kegiatan percobaan dan pengamatan. Pada kegiatan ini, siswa dituntut untuk mengoptimalkan fungsi kerja alat indera yang mereka miliki. Ketelitian, kecermatan, ketajaman dalam menyimak instruksi guru, dan keterampilan dalam mengungkapkan pikiran baik lisan maupun tulisan merupakan satu kesatuan aktivitas siswa dalam pembelajaran Probex yang dapat melatih perkembangan kemampuan indera yang mereka miliki.

2.3.4 Sintak – Sintak Pembelajaran Probex

Probex merupakan model pembelajaran dimana guru berperan menggali pemahaman peserta didik dengan cara meminta mereka untuk melaksanakan tiga tugas utama, yaitu predict (prediksi), observe (observasi), dan explain (penjelasan) (Juniati, 2009). Berikut penjelasan langkah-langkah model pembelajaran Probex.

(12)

sedang mereka pikirkan. Diharapkan ada kesesuaian antara apa yang dipikirkan guru dengan apa yang dipikirkan peserta didik. Pemahaman peserta didik tentang situasi yang dihadapi bisa merentang sangat luas dan akan muncul dalam diskusi. Peserta didik hendaknya merasa mampu dan didorong untuk mengambil resiko dalam membuat prediksinya serta membicarakan alasan–alasan. Komitmen mengenai prediksi yang harus dibuat sebelum kegiatan pengamatan dilakukan adalah penting. Sering bermanfaat bila prediksi peserta didik ditulis dipapan tulis. Langkah–langkahnya adalah guru menunjukkan atau mendemonstrasikan suatu fenomena lalu mengubah satu faktor dalam fenomena itu dan meminta peserta didik untuk memprediksi apa yang akan terjadi menerima prediksi peserta didik.

2) Observe (melakukan pengamatan), kegiatan pengamatan dapat dilakukan terhadap demonstrasi guru atau berupa kegiatan peserta didik (eksperimen). Guru harus menyakinkan peserta didik untuk melakukan pengamatan dengan teliti dan mendiskusikan hasil pengamatannya dengan kelompoknya. Langkah–langkahnya adalah peserta didik melakukan eksperimen lalu mengamati dan mencatat pengamatannya dan jika perlu mengulang eksperimennya dan guru memeriksa pengamatan peserta didik.

3) Explain (membuat penjelasan), ini adalah tahap akhir dari model pembelajaran Probex. Pada tahap ini peserta didik mendiskusikan

(13)

prediksi dan pengamatan mereka. Biasanya ini bukan tugas yang mudah, hal ini disebabkan oleh komitmen dalam mengubah pemahaman peserta didik terhadap konsep–konsep sains. Langkah– langkahnya adalah peserta didik mempresentasikan hasil diskusi penjelasan dari pengamatan membuat rangkuman.

Aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran Probex oleh Tytler, 1992 dalam Wahyudi (2011) secara singkat adalah sebagai berikut.

Tabel 2.1 Aktivitas Guru dan Siswa dalam pembelajaran Probex Tahap

Pembelajaran

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

Memprediksi (Predict)

Menjelaskan tujuan, alat dan bahan yang diperlukan,

memotivasi siswa agar dapat menduga apa yang akan terjadi terhadap kegiatan yang akan dilakukan guru.

Orientasi siswa kepada fenomena yang akan terjadi.

Pengamatan (Observasi) Guru membimbing siswa dalam melakukan kegiatan percobaan. Siswa melakukan percobaan dan mengamati hasil percobaan yang dilakukan. Menjelaskan (Explain) Guru membimbing siswa dalam mengemukakan hasil percobaan yang dilakukan. Siswa menjelaskan apa yang terjadi selama percobaan berlangsung dan mengemukakan hasilnya.

(14)

Menurut Liew dalam Kamasanti (2011) model pembelajaran Probex memiliki beberapa kelebihan, antara lain :

a) Merangsang peserta didik untuk lebih kreatif khususnya dalam mengajukan prediksi.

b) Dengan melakukan eksperimen untuk menguji prediksinya untuk mengurangi verbalisme.

c) Proses pembelajaran menjadi lebih menarik, sebab peserta didik tidak hanya mendengarkan tetapi juga mengamati peristiwa yang terjadi melalui eksperimen.

d) Dengan cara mengamati secara langsung peserta didik akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori (dugaan) dengan kenyataan. Dengan demikian peserta didik akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran.

Kekurangan model pembelajaran Probex, yaitu :

a) Memerlukan persiapan yang lebih matang, terutama berkaitan penyajian persoalan pembelajaran IPA dan kegiatan eksperimen yang dilakukan untuk membuktikan prediksi yang diajukan peserta didik.

b) Untuk kegiatan eksperimen, memerlukan peralatan, bahan-bahan dan tempat yang memadai.

c) Untuk melakukan kegiatan eksperimen, memerlukan kemampuan dan keterampilan yang khusus bagi guru, sehingga guru dituntut untuk bekerja secara lebih profesional.

(15)

d) Memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran peserta didik (Yupani, Garminah, dan Mahadewi, 2013).

2.4 Aktivitas Belajar Siswa

2.4.1 Pengertian Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Aktivitas sangat diperlukan dalam proses belajar agar kegiatan belajar mengajar menjadi efektif. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri (Hamalik, 2004).

Dalam proses pembelajaran, belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik aupun psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Sedangkan aktivitas psikis adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran. Seluruh peranan dan kemauan dikerahkan dan diarahkan supaya daya itu tetap aktif untuk mendapatkan hasil pengajaran yang optimal sekaligus mengikuti proses pengajaran secara aktif : mendengarkan, mengamati, menyelidiki, mengingat, menguraikan, mengasosiasikan ketentuan satu dengan lainnya. Kegiatan atau keaktifan

(16)

didik melakukan percobaan, membuat konstruksi model, dan lain-lain. Sedangkan kegiatan psikis nampak bila sedang mengamati dengan teliti, memecahkan persoalan dan mengambil keputusan, dan sebagainya (Rohani dan Ahmadi, 1995).

2.4.2 Aktivitas dan Indikator dari Aktivitas Belajar Siswa

Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Maka ranah-ranah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Ranah kognitif, adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir, seperti kemampuan mengingat dan kemampuan memecahkan masalah. Domain kognitif menurut Bloom terdiri dari enam tingkatan yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, dan apresiasi. Ada lima tingkatan dalam ranah afektif ini yaitu penerimaan, merespons, menghargai, organisasi, dan pola hidup.

3. Ranah psikomotor, meliputi semua tingkah laku yang menggunakan syaraf dan otot badan. Ada lima tingkatan dalam ranah ini, yaitu imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi (Sanjaya, 2009).

Diedrich dalam Hanafiah, dkk (2010) menyatakan, aktivitas belajar dibagi ke dalam delapan kelompok, yaitu sebagai berikut :

(17)

1. Visual activities (kegiatan visual), yaitu membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2. Oral activities (kegiatan lisan), yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara diskusi, dan interupsi.

3. Listening activities (kegiatan mendengarkan), yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, atau mendengarkan radio.

4. Writing activities (kegiatan menulis), yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat outline atau rangkuman, dan mengerjakan tes serta mengisi angket.

5. Drawing activities (kegiatan menggambar), yaitu menggambar, membuat grafik, diagram, peta, dan pola.

6. Motor activities (kegiatan motorik), yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun.

7. Mental activities (kegiatan mental), yaitu merenungkan mengingat, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

(18)

2.5 Hasil Penelitian Terkait

Penulis menyadari bahwa secara substansial penelitian ini tidaklah sama sekali baru. Hal ini terbukti dengan adanya karya-karya sejenis yang membahas masalah tersebut. Dengan demikian karya ini adalah meneruskan karya-karya sudah ada. Untuk itu penulis mencoba menggali informasi dari buku-buku, dan hasil penelitian yang berhubungan untuk menjadikan sebagai sumber acuan dalam penelitian ini.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Juniati (2009) dengan menggunakan Probex dapat menantang siswa untuk lebih kreaktif khususnya dalam memprediksi. Dimana siswa dilibatkan dalam meramalkan suatu fenomena, melakukan observasi melalui demonstrasi atau eksperimen, dan akhirnya menjelaskan hasil demonstrasi dan ramalan mereka sebelumnya.

Selain dari penelitian di atas, ada beberapa hasil penelitian terkait mengenai penerapan model pembelajaran Probex, yaitu : Nana dalam Safitri dan Suputra (2015) menjelaskan bahwa model pembelajaran Probex memungkinkan peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran.

Gambar

Tabel 2.1  Aktivitas Guru dan Siswa dalam pembelajaran Probex  Tahap

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang dapat diambil mengenai pengetahuan yang seharusnya dimiliki oleh Pengusaha Restoran untuk patuh terhadap Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 20

pelaku yang telah melakukan tindakan main hakim sendiri terhadap korban yang diduga kuat telah melakukan tindak pidana kejahatan, dipersamakan dengan pelaku

1) Cita-cita merupakan ungkapan dari dalam pikiran manusia. Kalau keinginan untuk berperikehidupan yang berkecukupan ternyata dirumuskan dalam Pancasila dan UUD 1945,

Jadi, Filsafat Ilmu Pengetahuan merupakan cabang filsafat yang mempelajari teori pembagian ilmu, metode yang digunakan dalam ilmu, tentang dasar kepastian dan

Batuan yang terdapat di daerah lapangan panasbumi Gedongsongo adalah breksi laharik berselang-seling dengan batuan aliran lava basaltik, intrusi andesit piroksen dekat permukaan,

Menyusun dan melaporkan Berita Acara Hasil Pemeriksaan dan Penilaian dalam rangka Serah Terima Sementara dan Serah Terima Akhir Pekerjaan berikut berkas-berkas yang diperlukan

Setelah dilakukan pengolahan pada setiap line yang ada, didapatkan letak cracks yang diindikasikan dengan penampang resistivitas yang rendah yang terakumulasi pada

Pengaruh risiko operasional terhadap ROA adalah negatif, karena kenaikan pada biaya operasional yang lebih besar dibandingkan dengan kenaikan pendapatan