• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI ANCAMAN AWAN PANAS G. GEDE KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Akhmad ZAENNUDIN Badan Geologi Jl. Diponegoro No. 57 Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POTENSI ANCAMAN AWAN PANAS G. GEDE KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Akhmad ZAENNUDIN Badan Geologi Jl. Diponegoro No. 57 Bandung."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI ANCAMAN AWAN PANAS G. GEDE KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT

Akhmad ZAENNUDIN

Badan Geologi Jl. Diponegoro No. 57 Bandung. Sari

Komplek G. Gede – Pangrango dan sekitarnya merupakan daerah wisata yang sangat disukai oleh masyarakat perkotaan, sehingga tempat peristirahatan maupun hotel telah berkembang pesat di wilayah ini. G. Gede merupakan gunungapi aktif yang sudah 53 tahun tidak meletus. Salah satu Istana Presiden juga telah dibangun di sebelah timur komplek gunungapi tersebut. Villa-villa mewah lainnya banyak berdiri di wilayah ini, khususnya di sekitar Cipanas. Wilayah tersebut sebenarnya merupakan endapan awan panas G. Gede yang berumur sekitar 850 – 1.200 tahun yang lalu. Dalam sekala waktu geologi merupakan endapan batuan yang berumur masih sangat muda. Berdasarkan sejarah aktivitas bahwa G. Gede merupakan gunungapi yang sangat aktif pada kurun waktu enam puluh tahun silam, yang hanya beristirahat selama satu tahun sampai dengan 71 tahun setiap erupsi yang satu dengan erupsi berikutnya. Semakin lama jeda waktu istirahatnya semakin besar potensi erupsi yang kemungkinan terjadi pada waktu mendatang. Wilayah Cipanas dan sekitarnya telah berkembang menjadi daerah hunian yang cukup padat dan terus berkembang semakin padat pada saat ini. Karena wilayah tersebut mempunyai tanah yang subur karena terbentuk oleh batuan vulkanik dari endapan awan panas dan juga berlimpahnya sumber air. Kawah G. Gede terbuka ke arah wilayah ini sehingga potensi ancaman awan panas dari gunungapi tersebut cukup tinggi bila kelak terjadi erupsi pada masa yang akan datang.

Abstract

Mt. Gede – Pangrango and its surrounding is an interesting tourism area which attracted people from big cities, so in this area was built villas and hotes. President Palace of Cipanas and other villas are found in this area are actually find out within the recent pyroclastic flow that is dated 850 years old. In geological age that it was deposited very young. According geological records of Mt. Gede is an active volcano at least during last six decades with one to 71 years of repose time interval between eruptions. Theoritically, the long repose interval migth have a bigger potential eruption in the future. Present day Cipanas and its surrounding was become denser population due to the vertile land of volcanic deposit of pyroclastic flow deposits. The recent pyroclastic flow deposit of Mt. Gede is distributed throught this area, so this area is the highest risk due to pyroclastic flow deposit in the near future.

PENDAHULUAN

Komplek G. Gede – Pangrango yang terletak di antara Kabupaten Cianjur, Bogor, dan Sukabumi, merupakan daerah wisata yang sangat digemari oleh para wisatawan domestik maupun manca negara karena alamnya yang indah, sejuk, dan berlokasi sangat dekat dengan kota-kota besar di Jawa Barat, Banten serta Jakarta (Gambar 1).

G. Gede merupakan gunungapi aktif yang terdapat dalam komplek gunungapi Gede - Pangrango. Gunungapi ini bersama-sama dengan G. Gumuruh, membentuk tubuh kerucut gunungapi yang cukup besar berada di sebelah timur G. Pangrango yang lebih tua. Di dalam kawah G. Gede yang berdiameter sekitar 1 km terdapat beberapa kawah seperti kawah Ratu, Lanang, Leutik, dan Wadon. Pada saat ini kumpulan kawah tersebut terbuka ke arah utara ke kaki G. Pangrango.

(2)

Gambar 1. Lokasi G. Gede terletak dekat dengan Jakarta dan diantara kota-kota besar di Jawa Barat

Sejarah aktivitas G. Gede yang tercatat sejak 1747 sampai 1957 merupakan gunungapi yang sangat aktif dengan selang waktu istirahat antara satu erupsi dengan berikutnya terjadi sekitar satu tahun sampai dengan 71 tahun. Kadang-kadang dalam kurun waktu satu tahun terjadi berkali-kali erupsi seperti yang terjadi pada 1840 dan 1947-1949. Dan semenjak tahun 1957 sampai sekarang gunungapi ini tidak pernah lagi bererupsi, tetapi dalam kurun waktu 15 tahun terakhir menunjukkan adanya peningkatan kegempaan pada 1997 dan 2000. Aktivitas krisis kegempaan tersebut tidak diikuti oleh suatu erupsi, karena beberapa pekan

kembali. Setelah kedua krisis kegempaan tersebut, kemudian disusul dengan peningkatan kegempaan lagi pada Nopember – Desember 2010 dan krisis kegempaan pada saat inipun tidak ikuti oleh suatu erupsi seperti kedua krisis kegempaan sebelumnya.

Bila memperhatikan kegempaan G. Gede dari tahun 2005 sampai dengan 2011 menunjukkan adanya puncak-puncak jumlah kegempaan yang semakin besar seiring dengan berjalannya waktu (Gambar 2). Hal ini perlu adanya perhatian yang serius dari para ahli kegunungapian, yang khususnya para ahli gunungapi di Badan Geologi. Karena sudah tiga JAKARTA GEDE-PANGRANGO BANDUNG Subang Depok Bekasi Purwakarta Karawang Tangerang BOGOR Sukabumi Cianjur

U

25 Km

(3)

kali krisis kegempaan yang kualitasnya semakin tinggi dan sudah dua generasi penduduk yang mendiami wilayah G. Gede dan sekitarnya yang tidak mengalami peristiwa erupsi dari gunungapi tersebut. Dan kemungkinan besar hampir seluruh penduduk yang mendiami

wilayah di sekitar G. Gede tidak mengetahui secara pasti bahwa gunungapi yang ada di lingkungannya merupakan gunungapi yang sangat aktif. Oleh karena itu kesiapan penduduk dalam menghadapi suatu erupsi G. Gede pada masa yang akan datang perlu terus diusahakan.

Gambar 2. Jumlah kegempaan harian G. Gede Januari 2005 - Januari 2011 (Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi).

Pada saat ini beberapa wilayah di sekitar G. Gede telah berubah menjadi daerah hunian tetap dengan berkembangnya kota-kota kecil di sekitar gunungapi ini. Karena lingkungannya yang asri, indah, sejuk, dan subur tanahnya menjadi daya tarik tersendiri bagi siapapun. Disamping itu banyak terdapat tempat hunian sementara yang umumnya pada akhir minggu atau hari libur nasional akan menjadi daerah yang sangat padat penduduknya karena para penduduk kota besar menjadikan wilayah ini sebagai tempat berlibur atau berekreasi yang sangat populer. Oleh karena itu di wilayah ini berkembang tempat rekreasi baru seperti Taman

Bunga Nusantara, Taman Safari Indonesia, dan villa-villa mewah milik penduduk kota besar dibangun di wilayah ini. Telaga Warna, Kebun Raya Cibodas, wisata alam Gunung Putri, dan tempat rekreasi lainnya lebih awal hadir di wilayah ini. Bahkan Istana Presiden Cipanas pun telah dibangun semenjak awal negara Indonesia berdiri berada pada kawasan ini.

Secara geologi wilayah timur – timurlaut G. Gede merupakan daerah yang tertutupi oleh endapan awan panas paling muda dari erupsinya (Situmorang, T dan Hadisantono, R.D., 1992). Endapan awan panas di wilayah

(4)

ini terdapat dalam beberapa aliran yang berumur antara 7.790 – 1.200 tahun yang lalu. Aliran yang paling muda berumur 850 – 1.200 th y.l(Zaennudin drr., 2007) terendapkan menyebar sampai sejauh 13 km dari puncak gunungapi tersebut. Sehingga kawasan timur dan timurlaut G. Gede merupakan kawasan yang perlu mendapat perhatian khusus bila aktivitas gunungapi tersebut menunjukkan peningkatan.

METODOLOGI

Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi lapangan dan penelitian stratigrafi endapan gunungapi serta pemetaan endapan awan panas yang paling muda dari erupsi G. Gede. Khususnya endapan awan panas yang tersebar ke wilayah timurlaut yaitu di sekitar Cipanas, Kabupaten Cianjur. Dengan banyak ditemukannya arang kayu (carcoal) dalam endapan awan panas dapat digunakan untuk menentukan umur absolute dari endapan tersebut berdasarkan analisis “carbon datting”.

Analisis morfologi daerah puncak diperlukan untuk prakiraan wilayah yang sangat potensi terlanda awan panas pada masa yang akan datang. Arah bukaan kawah aktif G. Gede sangat mempengaruhi sebaran aliran awan panas tersebut bila terjadi. Disamping itu dilakukan penelitian distribusi dan perkembangan kawah-kawah aktif G.Gede untuk kemungkinan

GEOLOGI G. GEDE

G. Gede merupakan gunungapi strato yang merupakan gunungapi paling muda dari kompleks G. Gede – Pangrango. Gunungapi ini bersama dengan G. Pangrango di sebelah baratnya membentuk gunungapi kembar. Kompleks gunungapi ini dibatasai oleh gunung-gunungapi tua di sebelah selatan, timur, dan

utara. Sedangkan pada bagian baratnya berbatasan dengan komplek G. Salak.

Geologi komplek Gunung Gede dibagi kedalam tiga perioda yaitu G. Masigit- Pangrango, G. Gumuruh (Gede Tua), and G. Gede Muda. Batuan dasar dari komplek ini adalah batuan sedimen yang berumur Tertier. G. Gumuruh dan G. Gede muda membentuk kerucut besar gunungapi yang tumbuh di sebelah G. Masigit-Pangrango.

G. Gumuruh (Gede Tua) salah satu hasil endapannya adalah endapan longsoran tubuh gunungapi (debris avalanches deposit) membentuk bukit-bukit di sekitar kota Cianjur yang terus tersebar ke arah tenggaranya sampai sejauh 28 km dari puncaknya. Bukit-bukit hasil longsoran tersebut kemudian dikenal dengan sebutan bukit 777 (Bemmelen, 1949). Hasil analisis endapan tanah (soil) yang menutupi bukit tersebut telah dinalisis oleh Marina Belosouf dan Alexandre Belosouf pada tahun 2009 berumur antara 12.940 – 12.780 tahun yang lalu (Gambar 3).

Material hasil Pembentukan tubuh G. Gumuruh yang terbentuk setelah terjadinya “ debris avalanche” berupa jatuhan piroklastik, awan panas, aliran lava yang sebagian besar tersebar ke arah selatan, tenggara, dan timur. Sebaran endapan dari gunungapi ini ke arah utara dan timur laut tertutupi oleh endapan yang lebih muda dari endapan G. Gede Muda. Aliran lava hasil erupsi G. Gumuruh dapat diamati pada lereng yang cukup tinggi seperti Pr. Culamega (timur, 1.652 m dml), Pr. Gombongpapag (selatan, 1.785 m dml) dan Curug Cibeureum (utara, 1.650 m dml). Aliran lahar tua ke arah selatan menutupi daerah Sukabumi bagian selatan sampai mencapai lembah S. Cimandiri, sedangkan ke arah timur mencapai lembah Citarum.

(5)

Gambar 3. Singkapan “debris avalanche” G. Gumuruh tersingkap di kampong Pasir Hayam, sebelah tenggara kota Cianjur, berumur lebih tua dari 12.940 tahun y.l. Foto: Akhmad Zaennudin.

Endapan G. Gede Muda terdiri atas lava, piroklastika aliran, piroklastika jatuhan, longsoran vulkanik, dan endapan lahar. Endapan longsoran vulkanik dari G. Gede Muda ini tersebar ke arah timur dan timurlaut. Ke arah timur laut terdapat di sekitar Taman Nasional Cibodas (Gambar 3). Endapan dari hasil erupsi G. Gede Muda tersebar sebagian besar ke arah timurlaut dan hanya sebagian kecil ke arah baratdaya.

Beberapa sumber erupsi sekaligus sumber bencana erupsi Gede terpenting yaitu Kawah

Gede yang di dalamnya terdapat beberapa titik pusat erupsi seperti Kawah Ratu, Kawah Lanang, Kawawh Leutik, Kawah Baru, dan Kawah Wadon. Kawah yang berukuran relatif besar adalah Kawah Ratu mempunyai diameter 300 m dengan dinding kawah yang curam dan Kawah Lanang berukuran 230 x 170 m. Tetapi Kawah Wadon yang menunjukkan aktivitas solfatara yang paling besar menghembuskan uap air bercampur gas belerang yang cukup pekat.

(6)

Gambar 4. Bongkah-bongkah fragmen lava dari endapan guguran vulkanik yang tersebar di sekitar Taman Nasional Cibodas. Foto: Akhmad Zaennudin.

(7)

Gambar 5. Bom-bom vulkanik yang berukuran sangat besar dierupsikan dari G. Gede, mengakibatkan cekungan yang berukuran sekitar 2 – 4 meter di Kaldera Surya Kencana, G. Gumuruh.

AKTIVITAS G. GEDE

Ketika Belanda masuk ke Indonesia pada akhir abad ke-17, semua kejadian penting baik peristiwa alam maupun kejadian lainnya semuanya tercatat dengan baik, termasuk peristiwa letusan gunungapi. Karena pada umumnya perkebunan kopi dan teh sebagai sumber devisa Belanda berlokasi di sekitar gunungapi aktif. Hampir seluruh gunungapi di Jawa Barat ini terdapat perkebunan teh yang subur sekali dan sudah tentu para pimpinan perkebunan tersebut adalah orang Belanda yang sudah terbiasa dengan tulis menulis, mencatat berbagai kejadian.

Ketika erupsi besar G. Gede pada tahun 1747-1748 merupakan erupsi paling awal yang dirasakan oleh orang Belanda sudah tentu tidak luput dari perhatian dan dicatatnya. Oleh karena itu erupsi G. Gede yang terjadi setelah tahun 1747 semuanya tercatat dengan rinci, bahkan suara gemuruhpun yang berasal dari kawah G. Gede dan terdengar oleh masyarakat di sekitarnya akan tercatat dengan baik kapan terjadi dan terdengar sampai sejauh berapa kilometer dari kawah.

Sejak erupsi besar pada tahun 1840 kemudian tidak tercatat lagi adanya erupsi besar. Erupsi yang terjadi hanya erupsi kecil

(8)

yang kadang-kadang diselingi oleh erupsi bersekala medium. Erupsi magmatik terakhir yang terjadi 1957 adalah erupsi bersekala medium, setelah itu tidak pernah ada erupsi magmatik maupun freatik.

Dalam catatan aktivitas G. Gede pada tahun 1957 bererupsi dengan menghembuskan material vulkanik ke udara membentuk tiang asap setinggi 3.000 m dari bibir kawah. Dan sejak terjadi erupsi tersebut sampai saat ini G. Gede tidak pernah bererupsi lagi. Pada saat itu merupakan erupsi magmatik terakhir yang tercatat dari gunungapi ini. Sebelum tahun 1957 gunungapi ini sangat aktif yang bererupsi dengan jedah waktu antara satu tahun sampai 71 tahun antara erupsi yang satu dengan erupsi

berikutnya. Bila jedah waktu istirahatnya cukup lama maka erupsi berikutnya akan terjadi cukup besar seperti pada tahun 1832. Sebelum erupsi pada tahun tersebut jedah waktu istirahatnya selama 71 tahun. Tetapi tidak selalu harus seperti itu, seperti yang terjadi pada periode berikutnya yaitu hanya terdapat jedah waktu istirahat delapan tahun tetapi terjadi erupsi besar. Apakah letusan tersebut sebagai kelanjutan dari proses erupsi 1832 yang terjadi sebelumnya. Sejak erupsi terakhir pada 13 Maret 1957 belum terjadi lagi erupsi, tetapi tercatat minimal pernah terjadi tiga kali krisis kegempaan dalam kurun waktu 15 tahun terakhir.

Gambar 6. Wilayah komplek G. Gede – Pangrango sangat menarik para wisatawan karena alamnya yang mempesona dan nyaman sebagai tempat peristirahatan maupun tempat tinggal. Sehingga wilayah ini akan bertambah kepadatan penghuni bila musim liburan. Padahal kawah terbuka ke arah utara yang merupakan wilayah yang padat hunian. Foto: Akhmad Zaennudin.

(9)

Gambar 7. Villa milik orang kaya dari kota-kota besar bagaikan istana para raja zaman dahulu banyak dijumpai di kawasan timurlaut G. Gede. Lokasi villa-villa tersebut terletak di atas endapan awan panas muda dari G. Gede. Foto : Akhmad Zaennudin.

Tabel 1. Sejarah erupsi Gunung Gede (Sumber Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi)

Tahun Erupsi Keterangan

1747-1748 Selama perioda ini terjadi erupsi hebat dan menghancurkan (Junghun, 1854). 1761 Erupsi kecil yang menghasilkan hanya sedikit abu (Junghun, 1854)

1832 Pada 29 Agustus, awan asap raksasa mengepul dari kawah, dapat dilihat dari Bogor dan menyebabkan hujan abu deras pada jam 11.00 – 12.00, sangat halus dan berwarna kehitam-hitaman dan berhembus ke arah Jakarta (Betawi).

1840 Terjadi beberapa kali erupsi besar (Hasskarl, Junghun, 1854).

Pada 12 Nopember jam 03.00 malam tiba-tiba terjadi erupsi hebat, disertai oleh suara gemuruh dan goncangan tanah hebat, semburan api setinggi lebih kurang 50 m diatas kawah. Sejumlah besar batu membara dilontarkan dari kawah dan sebuah tiang asap hitam naik tinggi ke udara, abu menghujani daerah Bogor.

Pada 14 Nopember, abunya ditiup angin sejauh lebih kurang 20 km.

Pada 22 Nopember, jam 01.00, bumi berguncang dan terdengar surara keras selama asap dan bongkah puing lava dimuntahkan, keesokan harinya puncak gunung seakan-akan seluruhnya menyala, bagaikan lapangan alang-alang yang terbakar.

Erupsi paroksisma terjadi pada 1 Desember. Jam 06.00 pagi terdengar suara bagaikan guntur, tiang api mencapai lebih kurang 200 m diatas tepi kawah, awan asapnya mencapai ketinggian lebih kurang 2000 m diatas puncak gunung.

3 Desember, jam 06.00 sore dan kemudian 11 Desember jam 02.00 erupsi serupa ini terjadi lagi, yang terakhir disusul dengan hujan abu.

1843 Pada 28 Juli, jam 23.30 hujan abu tipis.

1845 Pada 23 Januari, jam 10.30, tampak sebuah tiang asap naik dari kawah, disertai suara bergemuruh. Hal serupa terulang pada 5 Maret jam 22.30.

1847 Malam hari 17 – 18 Oktober hujan abu tipis jatuh di Bogor.

1848 8 mei, di pagi hari tiba-tiba muncul tiang asap tebal di Kawah Gede.

1852 28 Mei, sejumlah besar batu berdiameter 2 hingga 12 kaki dan abu dilontarkan. 1853 14 Maret antara jam 07.00 – 09.00 tiang awan membungbung

(10)

1866 18 September terjadi hujan abu

1870 29 Agustus – 30 September, bara api, uap asap sangat tebal. 3 Oktober pada jam 09.45 terdengar ledakan kuat.

1885 Suara gemuruh dalam Januari dan Pebruari.

1886 10 Juni – 16 Agustus terjadi ledakan dan dentuman, hujan abu.

1887 22 Oktober

1888-1889-1891

Tanggal tidak diketahui

1899 1 – 14 Mei suara gemuruh, sinar api diwaktu malam 1900 Suara bergemuruh

1909 2 Mei, hujan abu dan suara bergemuruh.

Menurut Taverne (1926), semuanya sama sekali tidak berarti dan hanya terbatas pada hujan abu yang tipis yang hanya berlangsung 1 atau 2 hari. Neumann van Padang (1951, p.72 – 74) mencantumkan bahwa erupsi ini adalah esplosi normal yang terjadi di kawah pusat. 1946 19 – 20 Desember, tampak asap membumbung dari Kawah Ratu

1947 2 September, erupsi kecil dari kawah Ratu

27 September, terjadi hujan abu tipis. Pada jam 09.00 dan 09.30 awan erupsi setinggi lebih kurang 500 m.

17 Oktober; pada 20.30, 20.40 dan 21.00 erupsi pendek. 1 Nopember, pada 13.40 erupsi pendek.

15 Nopember, pada jam 12.15 erupsi pendek.

28 November, pada jam 11.25 erupsi selama 2 – 3 menit. 30 Nopember, pada jam 21.27 erupsi selama 3 menit.

1948 8 Januari, pada jam 00.20 erupsi selama 3 menit dan semburan pasir dan lapili. 11 Januari, pada jam 21.50 erupsi selama 20 detik.

17 Januari, pada jam 15.45 terjadi erupsi pendek.

22 Januari, pada jam 00.45 dan 01.00 terjadi erupsi pendek.

25 Januari, pada jam 07.30 dan 07.32 terjadi erupsi selama 3 menit (Berlage, 1948). 28 Januari, pada jam 04.23 erupsi.

12 Nopember, pada jam 11.28 terjadi erupsi dengan awan abu lebih kurang setinggi 5000 m.

16 Nopember, pada jam 06.45 terjadi erupsi abu kelabu. 20 Nopember, pada jam 03.45 terjadi erupsi.

23 Nopember, pada jam 07.00 tampak 3 erupsi dengan awan erupsi sampai 2500 m tingginya (Adnawidjaja, 1948).

1949 17 Januari dan 5 Pebruari, erupsi kecil dari kawah pusat (Neumann van Padang, 1951). 1955 21 Juli (Djatikoesoemo, 1955).

2 Agustus, pada jam 00.20 Asap tebal hitam pekat tampak menyembur setinggi 300 – 400 m (Djajawinangun, 1955).

1956 28 April, pada jam 07.00, tampak awan abu tebal berwarna hitam disertai dengan sinar, berlangsung setengah jam (Hadikusumo, 1957).

1957 13 Maret, pada jam 1914 – 19.16 erupsi disertai suara gemuruh, tinggi awan erupsi lebih kurang 3 km di atas kawah (Hadikusumo, 1957).

1972 Menurut Hamidi (1972) dalam bulan Juli Kawah Lanang mengeluarkan asap putih yang agak tebal berbau belerang bersuara mendesis.

(11)

PEMBAHASAN

Dari data sejarah aktivitas G. Gede tidak pernah tercatat adanya erupsi freatik, hampir erupsi berasal dari kawah utama walaupun kawah tersebut berpindah dari satu kawah ke kawah lainnya. Bila melihat morfologi puncak dan perkembangan kawahnya dari G. Gede menunjukkan bahwa adanya pergeseran kawah dari arah selatan ke arah utara. Dan kawah paling muda yang aktif terbuka ke arah utara, sehingga endapan-endapan dari awan panas (awan panasa) banyak terdapat pada sektor tersebut. Endapan awan panas yang dapat dikenali dari yang berumur sekitar 7.790 tahun y.l. sampai 850 tahun y.l. semua tersebar ke arah utara kemudian berbelok ke arah timurlaut dan timur.

Erupsi-erupsi yang terjadi merupakan erupsi magmatik artinya erupsi yang dikontrol oleh pergerakan magma dari suatu kedalaman yang sangat dalam muncul ke permukaan. Oleh karena itu umumnya letusan-letusan yang terjadi bertenaga yang menghasilkan awan panas dan jatuhan piroklastik. Letusan (erupsi) tersebut sangat dipengaruhi oleh kekuatan gas yang terakumulasi di bawah gunungapi.

Suatu erupsi gunungapi selalu berhubungan dengan terjadinya penambahan (suplai) magma baru dari kedalaman ke kantong magma yang lebih dangkal. Bila pipa kepundannya terbuka, maka setiap ada suplai magma akan langsung terjadi erupsi atau dapat juga harus menunggu beberapa waktu kemudian apakah satu atau dua tahun. Tetapi apa bila pipa kepundannya tertutup oleh sumbat lava yang cukup kuat maka erupsi tidak langsung terjadi, masih dibutuhkan tenaga yang sangat kuat untuk mendobraknya. Untuk mendobrak sumbat lava tersebut diperlukan energi yang besar. Akumulasi energi yang besar

di bawah sumbat lava diperlukan waktu yang cukup lama dengan dibarengi adanya suplai magma yang terus menerus dari bawah.

Pergerakan magma dari bawah ke permukaan mengisi kantong magma yang lebih dangkal dapat dikenali dengan indikasi adanya gempa-gempa vulkanik dalam. Gempa-gempa tersebut biasanya tejadi pada berkedalaman antara 8 – 10 km di bawah puncak gunungapi. Oleh karena itu pemantau kegempaan maupun metoda geofisika lainnya serta geokimia harus diusahakan secara terus menerus, sehingga tingkat atau level aktivitasnya dari gunungapi ini selalu teramati dengan baik. Mengingat wilayah di sekitar G. Gede telah berkembang daerah hunian dan obyek wisata alam lainnya yang sangat pesat.

Secara geologi sektor timurlaut G. Gede terbentuk oleh endapan awan panas, jatuhan piroklastik, dan lahar. Ada beberapa lapisan awan panas terdapat di wilayah ini yang terbentuk pada waktu yang berbeda. Sektor ini merupakan wilayah yang sering terlanda oleh awan panas (awan panas). Kebun Raya Cibodas, Istana Presiden Cipanas, dan banyak villa mewah bagaikan istana para raja terdapat di wilayah ini.

Istana-istana tersebut hanya berjarak sekitar 7 – 10 km dari kawah, berdiri megah di atas awan panas. Hasil penentuan umur berdasarkan metoda “carbon dating”(C13) dari arang yang terdapat dalam endapan awan panas menunjukkan bahwa endapan-endapan awan panas tersebut terjadi dalam kurun waktu 1.290 – 850 tahun yang lalu. Sebaran awan panas tersebut ada yang mencapai Taman Bunga Nusantara yang berlokasi sejauh 15 km dari kawah G. Gede, merupakan jangkauan cukup jauh. Kalau tidak ada bukit yang menghalangi, tentu akan lebih jauh lagi.

(12)

Gambar 8. Morfologi komplek G. Gede – Pangrango, berdarsarkan tingkat erosinya G. Gede terlihat lebih muda dari G. Pangrango. Lokasi istana Presiden Cipanas dan beberapa endapan awan panas G. Gede.

Pada saat ini kawah G. Gede terbuka mengarah ke utara, maka bila terjadi erupsi yang menghasilkan lava dan awan panas dengan sekala besar, maka pertama kali aliran awan panas dan lava tersebut mengalir mengarah ke utara. Karena terhalang oleh tubuh G. Pangrango dan gunungapi yang lebih tua lagi (komplek Mega-Mendung) kemudian akan berbelok ke arah timurlaut menyusuri lembah-lembah S. Cikundul, S. Cimacan, dan S. Ciwetan. Sebaran awan panas tersebut yang pernah terjadi dalam sejarah dan tidak menutup kemungkinan peristiwa yang sama akan terjadi.

Sehingga lokasi-lokasi Istana Presiden Cipanas, villa-villa mewah, dan obyek wisata alam di wilayah timurlaut akan terlanda awan panas. Bahkan kalau awan panas sangat besar dapat mencapai Taman Bunga Nusantara juga. Sebaran dan jangkauan awan panas tergantung pada besar-kecilnya erupsi. Bila erupsinya sangat besar maka dapat terjadi seperti dalam sejarahnya, tetapi bila erupsinya kecil maka awan panas hanya mencapai kurang dari 5 km.

Erupsi yang terjadi dalam kurun waktu 1.290 – 850 tahun yang lalu menghasilkan G. PANGRANGO 7790-7.600 BP. 1290-850 BP. 1220-1210 BP. ISTANA VILLA VILLA

U

5 Km

G. GEDE POS TELAGA WARNA

(13)

wilayah timurlaut. Awan panas tersebut telah meluluh lantakan hutan belantara dengan pohon-pohon besar berdiameter sampai 2 meter. Pohon-pohon tersebut terpotong dan terarangkan sebagian oleh awan panas tersebut. Pohon yang berdiameter kurang dari satu meter terarangkan secara sempurna. Kondisi seperti itu dapat dijumpai pada galian endapan awan panas (Sirtu) di Kampung Pataruman, Cipanas, Cianjur yang berjarak sekitar 12 km dari

puncak G. Gede. Di lokasi ini banyak dijumpai pohon besar yang terpotong sekitar lima meter dari akar yang potongan batang pohonnya berserakan di permukaan endapan awan panas membentuk suatu tumpukan arang kayu berarah sejajar menjauhi kawah. Betapa panas dan dahsyatnya kekuatan awan panas pada saat itu yang dapat memotong sekaligus mengarangkan pohon segar yang berdiameter 2 meter.

Gambar 9. Tunggul-tunggul pohon yang sebagian terarangkan merupakan sisa hutan purba yang terlanda awan panas pada kurun waktu 1290 – 850 tahun yang lalu. Karena galian sirtu tunggul-tunggul tersebut tersisa karena pasir dari awan panas telah digunakan sebagai bahan bangunan.

Sejak tahun 1957 gunungapi ini tidak pernah bererupsi walau hanya abu tipis. Jadi sudah selama 53 tahun gunungapi ini tidak ada erupsi, tetapi dari aktivitas kegempaannya dalam kurun waktu 20 tahun terakhir ini tercatat telah beberapa kali terjadi peningkatan, seperti yang terjadi pada tahun 1990, 1991, 1992, 1997, 2000, 2006, 2007, dan terakhir 2010. Jadi

G. Gede telah mengalami krisis dengan meningkat kegempaannya antara satu tahun sampai enam tahun sekali, walaupun tidak terjadi erupsi. Tetapi gunungapi ini perlu diperhatikan lebih serius lagi. Pemukiman, perkotaan, obyek wisata, dan sentral bisnis lainnya terus berkembang seiring dengan perjalanan waktu.

(14)

Gambar 10. Pohon yang terarangkan secara sempurna terdapat dalam endapan awan panas di galian sirtu Pataruman (A), arang kayu dalam endapan awan panas di galian sirtu Bukit Danau (B). Foto : Akhmad Zaennudin.

Gambar 11. Awan panas berumur 3.990 – 10.230 tahun y.l. tersingkap menutupi wilayah Cipendawa. Lokasi ini terletak sekitar 2 km sebelah barat Cipanas ke arah lereng G. Gede. Foto : Akhmad Zaennudin.

ARANG BERUMUR 850 TH Y.L.

POHON TERARANGKAN POHON TERARANGKAN

(15)

Pada tahun akhir 2010 tercatat intesitas kegempaannya paling tinggi dari aktivitas sebelumnya. Oleh karena itu secara perlahan tapi pasti aktivitas G. Gede kecenderungan mengalami meningkat. Apakah tanda-tanda tersebut merupakan proses akan terjadi erupsi mendatang ? Akumulasi gas dan suplai magma baru di bawah permukaan yang direfleksikan oleh gempa-gempa vulkanik dalam dan gempa tektonik lokal mulai sering terjadi. Tetapi

karena penutup, sumbat lava atau konduit dalam pipa kepundan sangat kuat, sehingga sampai saat ini belum mampu didobrak. Catatan sejarah menunjukkan bahwa erupsi magmatik yang cukup besar dapat terjadi setelah berisitirahat cukup lama (71 tahun). Apakah akan terjadi hal yang sama atau berubah dari sejarahnya, adalah sesuatu yang sangat menarik untuk dinanti.

Gambar 12. Endapan lahar purba yang tersingkap di sekitar Cipanas sebagai hasil endapan paska erupsi awan panas dan jatuhan piroklastik dari G. Gede pada 850 tahun y.l. Foto: Akhmad Zaennudin.

Oleh karena itu sebelum memasuki masa kristis tersebut perlu adanya usaha dari kita semua untuk melakukan sosialisasi dan pengenalan beberapa ancaman dari G. Gede, khususnya bagi mereka yang bertempat tinggal di kawasan rawan bencana. Karena G. Gede sudah 53 tahun tidak terjadi erupsi sehingga masyarakat di sekitarnya tidak punya pengalaman untuk menghadapinya dan pada akhirnya seperti terlupakan adanya ancaman bahaya yang ada. Disamping adanya ancaman awan panas yang dapat melanda kawasan ini juga dapat terjadi aliran lahar sebagai bahaya paska erupsi. Hal dapat dilihat sebagai pembanding apa yang sedang terjadi di G. Merapi dan sekitarnya.

Sudah selama lima dasa warsa kita menikmati berbagai keuntungan atas kehadiran gunungapi. Ada kalanya kita harus menerima kerugian dari erupsinya yang merupakan sisi negatip atas kehadirannya. Waktu yang disediakan untuk menghindar dari erupsi ini mungkin hanya beberapa hari atau tahun saja. Tetapi kita telah menikmati keuntungan selama puluhan tahun dari kehadirannya. Kita tidak dapat melawan alam atas kehendak Nya tetapi kita harus hidup serasi dengan alam. Oleh karena itu berbagai usaha dalam mitigasi bencana erupsi gunungapi perlu dilakukan lebih intensif lagi untuk memperoleh kehidupan kita yang lebih baik lagi.

(16)

Gambar 13. Taman Bunga Nusantara yang terletak di sebelah timurlaut berjarak sekitar 15 km dari kawah G. Gede, merupakan obyek wisata yang sangat terkenal di wilayah ini.

Pada musim liburan atau akhir pekan tempat ini ramai dikunjungi para wisatawan lokal maupun manca negara. Taman bunga ini juga terdapat di atas endapan awan panas muda. Foto : Akhmad Zaennudin.

Pemantauan aktivitas gunungapi sangat dibutuhkan pada gunung-gunungapi yang tercatat pernah aktif atau bererupsi setelah tahun 1.600. Oleh karena itu Pos Pengamatan

G. Gede yang terletak di Desa Ciloto, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur dibangun untuk maksud tersebut. Pos tersebut berada di kaki gunungapi tua dari kelompok Pegunungan Mega – Mendung, di sebalah utara komplek G. Gede – Pangrango. Lokasi Pos ini aman dari jangkauan awan panas G. Gede bila terjadi erupsi.

Gambar 14. Pos Pengamatan G. Gede dibangun untuk memantau aktivitasnya, merupakan tempat yang aman dan nyaman bagi para pengamat dan ahli gunungapi bekerja dengan tenang. Lokasi ini cukup aman dari jangkauan awan panas bila terjadi erupsi dalam sekala normal, bukan erupsi dalam pembentukan kaldera. Pos pengamatan ini layaknya villa dengan suasana yang sangat tenang, sejuk, berada di tengah-tengah hutan pinus dari Taman Nasional Gede – Pangrango. Foto : Akhmad Zaennudin.

(17)

Kesimpulan

Ancaman yang paling tinggi dari suatu erupsi gunungapi adalah erupsi yang menghasilkan awan panas, karena mempunyai kecepatan yang sangat cepat, panas, dan mempunyai jangkauan yang sangat jauh. Semakin besar letusannya maka semakin jauh jangkauannya.

Wilayah Cipanas dan sebelah timur laut G. Gede merupakan wilayah yang mempunyai resiko sangat tinggi bila terjadi erupsi mendatang karena di wilayah ini terdapat endapan awan panas yang sangat tebal dan luas sebarannya, berumur sekitar 850 tahun yang lalu. Wilayah ini semakin lama semakin padat dan luas huniannya, bahkan istana Presiden terdapat di wilayah ini. Villa dan tempat peristirahatan orang-orang kaya dan para pejabat dari kota besar di sekitar G. Gede banyak terdapat di lokasi ini. Pemantauan aktvitas G. Gede merupakan kegiatan yang harus terus ditingkatkan sebagai salah satu usaha mitigasi bencana letusan gunungapi ini. Ucapan Terima kasih

Dalam pekerjaan lapangan maupun penyusunan makalah ini telah banyak oleh berbagai pihak. Oleh karena itu ucapan terima kasih disampaikan kepada M. Hendrasto, Iman Sinulingga, dan Kristianto, yang telah memberikan dorongan dan diskusinya sehingga makalah ini selesai. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Alexander Belousova dan Marina Belousova atas izinnya menggunakan hasil analisis umur endapan erupsi G. Gede. Juga penulis mengucapkan banyak terimak kasih kepada para pengamat G. Gede: Budiman dan Rohman yang membantu penulis selama kegiatan di lapangan.

Daftar Pustaka

Bemmelen, R.W. van, 1949, report on the volcanic activity and volcanological research in Indonesia during the period 1936 – 1948, Volcanol. Bull., v.2, 9, Napoli, p. 23.

Kusumadinata, K. dan Hamidi, S., 1979, Gede, Data Dasar Gunungapi Indonesia, Direktorat Vulkanologi.

Situmorang, T and Hadisantono, R.D., 1992.Geological Map of Gede Volcano, Directorate of Volcanology.

Zaennudin, A., Santoso, I., Zainuddin, Wahyuningsih, R., Sasongko, Y., Sinulingga, I. K., 1993, Laporan Penyelidikan Petrokimia G. Gede, Direktorat Vulkanologi.

Zaennudin, A., Siregar, D., and Dahlan, S., 2007. Young Pyroclastic Flow of Gede Volcano, Abstract, International Merapi Workshop, Yogyakarta, Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillahirabbil‟alamin, la haula wala quwata illa billahil „aliyyil adhzim, dengan hanya rahmat-Mu serta hidayah-Mu penulisan skripsi yang berjudul “Lelang

Turnamen Junior ini akan dimainkan mengacu kepada Peraturan Golf yang diberlakukan oleh the R&A Rules Limited & the USGA yang terkini, Ketentuan Kompetisi,

Sehingga, jika sese orang menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia setiap kata ganti bahasa Inggris you, penerjemah harus menentukan bentuk bahasa Indonesia yang mana

Menurut pendapat kami, berdasarkan audit kami dan laporan auditor independen lain tersebut, laporan keuangan konsolidasi yang kami sebut di atas menyajikan secara wajar dalam semua

Bilang pagtupad sa mga pangangailangan ng asignaturang Filipino, Pagbasa at Pagsulat Tungo sa Pananaliksik, ang pamanahong- papel na ito na pinamagatang Kaugnayan ng

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan mengenai apakah ada perbedaan antara pengungkapan nilai CSRIperusahaan sebelum dan sesudah ditetapkannya UU PT No 40

Hasil plot pada diagram terner menunjukkan bahwa pola proporsi kelas ketahanan pangan rumah tangga pertanian tingkat kecamatan di Kabupaten Karawang memiliki ciri