0
MAHKAMAH KONSTITUSI
REPUBLIK INDONESIA
---RISALAH SIDANG
PERKARA NOMOR 28/PHPU.D-VIII/2010
PERKARA NOMOR 135/PHPU.D-VIII/2010
PERIHAL
PERMOHONAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN
UMUM BUPATI KEPALA DAERAH DAN WAKIL
KEPALA DAERAH KABUPATEN GRESIK DAN
KABUPATEN SEMARANG
ACARA
PENGUCAPAN PUTUSAN
J A K A R T A
1
MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA
--- RISALAH SIDANG
PERKARA NOMOR 28/PHPU.D-VIII/2010 PERKARA NOMOR 135/PHPU.D-VIII/2010 PERIHAL
Permohonan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Bupati Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Gresik dan Kabupaten Semarang
PEMOHON
- Sambari Halim Radianto dan Moh. Qosim (Perkara 28/PHPU.D-VIII/2010)
- Hj. Siti Ambar Fatonah dan Wuwuh Beno Nugroho (Perkara 135/PHPU.D-VIII/2010)
TERMOHON
KPU Kabupaten Gresik dan KPU Kabupaten Semarang
ACARA
Pengucapan Putusan
Rabu, 25 Agustus 2010 Pukul 14.40 –15.34 WIB Ruang Sidang Panel Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat
SUSUNAN PERSIDANGAN
1) Moh. Mahfud MD (Ketua)
2) Achmad Sodiki (Anggota)
3) M. Arsyad Sanusi (Anggota)
4) Maria Farida Indrati (Anggota)
5) Ahmad Fadlil Sumadi (Anggota)
6) M. Akil Mochtar (Anggota)
7) Muhammad Alim (Anggota)
8) Hamdan Zoelva (Anggota)
9) Harjono (Anggota)
Wiwik Budi Wasito Panitera Pengganti Pan M. Faiz Panitera Pengganti
2 Pihak yang Hadir:
Pemohon Perkara (28/PHPU.D-VIII/2010): - Tim Pemohon Perkara (28/PHPU.D-VIII/2010)
Kuasa Hukum Pemohon Perkara (28/PHPU.D-VIII/2010): - Tim Kuasa Hukum Pemohon Perkara (28/PHPU.D-VIII/2010) Kuasa Hukum Pemohon Perkara (135/PHPU.D-VIII/2010): - Wijaya
- M. Ali Purnomo
- Wenang Noto Buwono
Termohon (Perkara 28/PHPU.D-VIII/2010): - Alimin (Ketua KPU Kabupaten Gresik)
- Sadili (Anggota KPU Kabupaten Gresik) - Ihin (Anggota KPU Kabupaten Gresik)
- Abdul Basir (Anggota KPU Kabupaten Gresik) - Yani Ahmad (Anggota KPU Kabupaten Gresik)
Kuasa Hukum Termohon (Perkara 28/PHPU.D-VIII/2010): - Muhammad Ma’ruf
Termohon (Perkara 135/PHPU.D-VIII/2010): - Abhan Misbah (Prinsipal)
- Agus Gasto Hutomo (Ketua KPU Kabupaten Semarang) - Ridho Pakina (Anggota KPU Kabupaten Semarang) - Deni Ariawan (Anggota KPU Kabupaten Semarang) - Rivaldi (Anggota KPU Kabupaten Semarang)
- Guntur Suhawan (Anggota KPU Kabupaten Semarang)
Kuasa Hukum Termohon (Perkara 135/PHPU.D-VIII/2010): - Umar Ma’ruf
Kuasa Hukum Pihak Terkait (Perkara 28/PHPU.D-VIII/2010): - Tim Kuasa Hukum Pihak Terkait Perkara (28/PHPU.D-VIII/2010)
3 Pihak Terkait (Perkara 135/PHPU.D-VIII/2010):
- H. Muhajirin - Wanande
Kuasa Hukum Pihak Terkait (Perkara 135/PHPU.D-VIII/2010): - Agus Nurudin
4 1. KETUA : MAHFUD MD
Sidang Mahkamah Konstitusi untuk pengucapan putusan sengketa hasil Pemilu Kepala Daerah dalam perkara Nomor 28 dan Nomor 135/PHPU.D-VIII/2010 dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum.
Pemohon nomor 28 silakan kenalan dulu
2. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA 28/PHPU.D-VIII/2010:
Terima kasih, Yang Mulia. Hadir 2 Kuasa Hukum Pemohon dan 2 Prinsipal.
Terima kasih. 3. KETUA : MAHFUD MD
Nomor 135.
4. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA 135/PHPU.D-VIII/2010: WIJAYA
Majelis Hakim Yang Mulia. Hadir 3 Kuasa Hukum saya Wijaya sebelah kiri saya M. Ali Purnomo sebelah kanan Wenang Noto Buwono.
Terima kasih. 5. KETUA : MAHFUD MD
Termohon 28.
6. KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA 28/PHPU.D-VIII/2010: MUHAMMAD MA’RUF
Ya, terima kasih, Yang Mulia.
Kami Kuasa Hukum Termohon Muhammad Ma’ruf dan di sebelah kiri saya ketua KPU Bapak Alimin anggota yang lain Pak Sadili, Pak Ihin dan Pak Abdul Basir dan yang terakhir Pak Yani semuanya hadir, Yang Mulia.
7. KETUA : MAHFUD MD
Termohon 135.
KETUK PALU 3X
5 8. KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA 135/PHPU.D-VIII/2010:
UMAR MA’RUF
Terima kasih, Yang Mulia.
Kami Kuasa Hukum KPU Kabupaten Semarang saya Umar Ma’ruf sebelah kiri saya Abhan Misbah Prinsipal hadir semua ketua Pak Agus Gasto Hutomo, Pak Guntur Suhawan, Pak Deni Ariawan, Pak Renaldi, Bu Ridho Pakina.
Terima kasih. 9. KETUA : MAHFUD MD
Terkait 28.
10. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA 28/PHPU.D-VIII/2010: MUSTOFA ABIDIN
Terima kasih, Yang Mulia.
Kuasa Hukum Pihak Terkait Perkara Nomor 28 hadir 3 Kuasa Hukum. Terima kasih, Yang Mulia.
11. KETUA : MAHFUD MD Terkait 135.
12. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA 135/PHPU.D-VIII/2010: AGUS NURDIN
Terima kasih, Yang Mulia.
Dari kami 2 orang Kuasa Hukum hadir. Saya Agus Nurdin sebelah kanan saya adalah Agus Gunawan. Prinsipal kami juga dua, duanya hadir Bapak H. Mujirin maupun Pak Wanande dua, duanya hadir.
Terima kasih, Yang Mulia. 13. KETUA : MAHFUD MD
Baik, kami mulai dari perkara nomor 28. PUTUSAN
Nomor 28/PHPU.D-VIII/2010
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA
[1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan akhir dalam perkara permohonan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
6 Wakil Kepala Daerah Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur Tahun 2010, yang diajukan oleh:
[1.2] 1. Nama : Dr.H.Sambari Halim Radianto,Ir.,ST.,M.Si
NIK. : 352514 070859 0021
Tempat/Tanggal Lahir : Gresik, 07 Agustus 1959
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jalan Awikoen I RT.001/RW.002 Kelurahan Gending, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur
2. Nama : Drs. H. Moh. Qosim, M.Si. NIK. : 352510 210358 0003
Tempat/Tanggal Lahir : Lamongan, 21 Maret 1958
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Alamat : Jalan Jawa 59 GKB, RT.007/RW.006 Desa Yosowilangun, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur
Dalam hal ini memberi kuasa kepada H. Hariyadi, S.H., M.H. dan M. Irfan Choirie, S.H., M.H. yang semuanya adalah Advokat yang tergabung di Kantor Advokat “H. Hariyadi, SH., MH., Law Firm”, beralamat di Jalan Raya Kedamean Nomor 25, Gresik, Jawa Timur, baik sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama bertindak sebagai kuasa hukum pemberi kuasa berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 2 Juni 2010;
Selanjutnya disebut sebagai --- Pemohon; Terhadap:
[1.3] Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Gresik, berkedudukan di Jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo Nomor 690, Gresik, Jawa Timur;
Dalam hal ini memberi kuasa dengan hak substitusi kepada T. A. Djalil, S.H. selaku Kepala Kejaksaan Negeri Gresik, beralamat di Jalan Raya Permata No. 3 Bunder-Gresik berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor 332/KPU-Gresik-014.329707/VI/2010 bertanggal 8 Juni 2010 dan surat kuasa dengan hak substitusi dari Kepala Kejaksaan Negeri Gresik Nomor 1191/0.5.25/Gp.2/06/2010 bertanggal 8 Juni 2010 kepada Hendro Sasmito, S.H., M.Hum, Rahmat Wahyu W. S.H., dan Wido Utomo, S.H.;
7 Dalam hal ini juga memberi kuasa kepada Moh. Ma’ruf, S.H., M.H. selaku Advokat dan Konsultan Hukum pada Kantor “Ma’ruf Syah and Partners (MSP) Law Firm” yang berkedudukan di Jalan Jemursari Kav. 76 Blok 3-4 Surabaya, berdasarkan Surat Suara Khusus Nomor 333/KPU-Gresik-014.329707/VI/2010 bertanggal 8 Juni 2010;
Selanjutnya disebut sebagai --- Termohon; [1.4] 1. Nama : Dr. Khusnul Khuluq, Drs., MM
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Alamat : Jalan Belitung III Nomor 9 Perum Gresik Kota Baru (GKB), Gresik 2. Nama : H. M. Musyaffa’ Noer, S.Ag.,
S.H., M.M. Agama : Islam Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jalan Raya Wonorejo Nomor 1 RT 1/RW 1, Rungkut, Surabaya
Dalam hal ini memberi kuasa kepada AH. Wakil Kamal SH MH, Guntoro SH, Mulyadi M. Phillian SH Msi, Iqbal Tawakal Pasaribu SH dan Mahfudin SH selaku Advokat pada Kantor Hukum “AWK & PARTNERS”, yang berkedudukan di Menara Karya 28th Floor Jalan H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 1-2, Jakarta 12950, baik sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama bertindak sebagai kuasa hukum pemberi kuasa berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 3 Agustus 2010 dan Surat Kuasa Khusus bertanggal 13 Agustus 2010;
Selanjutnya disebut sebagai --- Pihak Terkait; 14. HAKIM ANGGOTA: M. AKIL MOCHTAR
3. PERTIMBANGAN HUKUM
[3.1] Menimbang bahwa berdasarkan Putusan Sela Mahkamah Konstitusi Nomor 27/PHPU.D-VIII/2010 bertanggal 24 Juni 2010, Termohon telah melaksanakan pemungutan suara ulang Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Gresik Tahun 2010 di Kecamatan Bungah, Kecamatan Driyorejo, Kecamatan Menganti, Kecamatan Kedamean, Kecamatan Benjeng, Kecamatan Cerme, Kecamatan Duduksampeyan, Kecamatan Kebomas, dan Kecamatan Balongpanggang, sebagaimana dinyatakan oleh Termohon dalam Surat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Gresik Nomor 418/KPU-Gresik-014.329707/VIII/2010 perihal Laporan Hasil Pemungutan Suara Ulang Pemilukada Kabupaten Gresik Tahun 2010;
[3.2] Menimbang bahwa berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Gresik Nomor 120/Kpts/KPU-Gresik-014.329707/2010 tentang
8 Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara Pemungutan Suara Ulang dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Gresik Tahun 2010 (Pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 28/PHPU.D-VIII/2010) bertanggal 12 Agustus 2010 dan Berita Acara Nomor 94/BA/VIII/2010 tentang Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Gresik Tahun 2010 (Pemungutan Suara Ulang Pemilukada 2010 Berdasarkan Keputusan MK No. 28/PHPU.D-VIII/2010) bertanggal 12 Agustus 2010, hasil pemungutan suara ulang di Kecamatan Bungah, Kecamatan Driyorejo, Kecamatan Menganti, Kecamatan Kedamean, Kecamatan Benjeng, Kecamatan Cerme, Kecamatan Duduksampeyan, Kecamatan Kebomas, dan Kecamatan Balongpanggang, adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan a quo dan Lampiran Sertifikat Model DB 1-KWK, sebagai berikut:
9
REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN PEROLEHAN SUARA PEMUNGUTAN SUARA ULANG DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN GRESIK TAHUN 2010
NO. KECAMATAN PEROLEHAN SUARA PASANGAN CALON
H. BAMBANG SUHARTONO DAN H. ABDULLAH QONIK (NO. URUT 1) KH. MUJITABAH SH MM DAN SUWARNO (NO. URUT 2) Dr. H. SAMBARI HALIM RADIANTO, Ir, ST, M.Si (NO. URUT 3) Drs. H. MOHAMMAD NASHIHAN SH MH DAN Drs. H SYAMSUL MA’ARIF (NO. URUT 4) Dr. HUSNUL KHULUQ, Drs. MM DAN H.M. MUSYAFFA’ NOER, S.Ag, SH, MM (NO. URUT 5) H.M. SASTRO SOEWITO SH M.Hum DAN Drs. H. SAMWIL, SH (NO. URUT 6) 1. KEBOMAS 919 262 26.281 304 13.943 252 2. BUNGAH 236 177 13.672 186 19.730 127 3. DUDUKSAMPEYAN 196 232 13.345 140 14.136 112 4. CERME 401 270 24.056 240 17.124 145 5. BENJENG 202 252 18.199 201 17.606 203 6. BALONGPANGGANG 277 277 16.255 168 15.818 114 7. MENGANTI 572 552 30.412 325 28.333 242 8. KEDAMEAN 361 384 18.714 196 16.655 164 9. DRIYOREJO 481 406 28.351 303 16.867 199 JUMLAH 3.645 2.812 189.285 2.063 160.212 1.558
10 [3.3] Menimbang bahwa berdasarkan hasil pemungutan suara ulang di Kecamatan Bungah, Kecamatan Driyorejo, Kecamatan Menganti, Kecamatan Kedamean, Kecamatan Benjeng, Kecamatan Cerme, Kecamatan Duduksampeyan, Kecamatan Kebomas, dan Kecamatan Balongpanggang tersebut, Mahkamah menetapkan jumlah perolehan suara yang benar bagi peserta Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Gresik Tahun 2010 di kecamatan-kecamatan a quo adalah sebagaimana termuat dalam amar putusan di bawah ini;
[3.4] Menimbang bahwa terhadap pemungutan suara ulang di kecamatan-kecamatan a quo yang dilaksanakan berdasarkan Putusan Sela Mahkamah Konstitusi Nomor 28/PHPU.D-VIII/2010 bertanggal 24 Juni 2010 tersebut, Mahkamah melalui Kepaniteraan Mahkamah antara lain menerima sebagai berikut:
1. Laporan Pemohon Perkara Nomor 28/PHPU.D-VIII/2010 Kabupaten Gresik tentang Kejadian atau Peristiwa Hukum Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 28/PHPU.D-VIII/2010 tanggal 26 Juli 2010, dengan Pelapor: H. Hariyadi, SH., MH. dengan disertai lampiran Daftar Bukti dan Bukti L-1 sampai dengan L-18 (vide Tanda Terima Nomor 1440/PAN.MK/VIII/2010 bertanggal 4 Agustus 2010); 2. Pihak Terkait mengajukan surat Nomor 32/B/AWK/VIII/2010 perihal
Laporan Dugaan Pelanggaran Menjelang Pemungutan Suara Ulang Pada Pemilukada Kabupaten Gresik Tahun 2010, sebagai pelaksanaan Putusan Sela Perkara Nomor: 28/PHPU.D-VIII/2010 bertanggal 6 Agustus 2010 dengan disertai tiga lampiran berkas (vide Tanda Terima Nomor 1503/PAN.MK/VIII/2010 bertanggal 6 Agustus 2010); 3. Pihak Terkait mengajukan surat Nomor 033/PHPU/AWK/VIII/2010
perihal Permohonan Keberatan Terhadap Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara Pemungutan Suara Ulang Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Gresik Tahun 2010 bertanggal 16 Agustus 2010 dengan dilampiri Daftar Bukti dan Bukti P-1 sampai dengan Bukti P-8 (vide Tanda Terima Nomor 1636/PAN.MK/VIII/2010 bertanggal 16 Agustus 2010); 4. Kuasa Hukum Pihak Terkait yang sekaligus menjadi Kuasa Hukum
Pasangan Calon Nomor Urut 6 H.M. Sastro Soewito, S.H., M.Hum. dan Drs. H. Samwil, S.H., berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 13 Agustus 2010 mengajukan surat Nomor 034/PHPU/AWK/VIII/2010 perihal Permohonan Keberatan Terhadap Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara Pemungutan Suara Ulang di 9 Kecamatan dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Gresik Tahun 2010 bertanggal 18 Agustus 2010 yang diajukan oleh Pasangan Calon Nomor Urut 6 a quo dengan dilampiri Daftar Bukti dan Bukti P-1 sampai dengan Bukti P-4 (vide Tanda Terima Nomor 1653/PAN.MK/VIII/2010 bertanggal 18 Agustus 2010);
11 5. Pihak Terkait mengajukan surat Nomor 035/PHPU/AWK/VIII/2010
perihal Perbaikan Permohonan Keberatan Terhadap Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara Pemungutan Suara Ulang Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Gresik Tahun 2010 bertanggal 19 Agustus 2010 dengan disertai tambahan daftar bukti dan Bukti P-9 sampai dengan Bukti P-38 serta softcopy perbaikan permohonan (vide Tanda Terima Nomor 1071/PAN.MK/V/2010 bertanggal 20 Agustus 2010);
6. Pasangan Calon Nomor Urut 6 H.M. Sastro Soewito, S.H., M.Hum. dan Drs. H. Samwil, S.H. mengajukan tambahan Bukti P-5 sampai dengan Bukti P-34 dan softcopy daftar bukti (vide Tanda Terima Nomor 1072/PAN.MK/V/2010 bertanggal 20 Agustus 2010);
7. Pemohon mengajukan Tanggapan/Sanggahan atas Surat Keberatan yang Dilakukan oleh Pihak Terkait (Pasangan Calon Nomor Urut 5) Pasca Pemungutan Suara Ulang Tanggal 8 Agustus 2010 dan Laporan Pelanggaran yang Dilakukan Pasangan Calon Nomor Urut 5 (HUMAS) Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 28/PHPU.D-VIII/2010 Tanggal 24 Juni 2010, bertanggal 19 Agustus 2010 dengan dilampiri Daftar Bukti dan Bukti PP-1 sampai dengan Bukti PP-47 (vide Tanda Terima Nomor 1684/PAN.MK/VIII/2010 bertanggal 20 Agustus 2010). [3.5] Menimbang bahwa terhadap laporan-laporan dan permohonan-permohonan sebagaimana tercantum dalam Paragraf [3.4] a quo, Mahkamah tidak mempertimbangkan lebih lanjut karena pemungutan suara ulang yang dilakukan oleh Termohon adalah pelaksanaan perintah Mahkamah dalam Putusan Sela Perkara Nomor 28/PHPU.D-VIII/2010. Selain itu, surat perihal laporan dan keberatan tersebut tidak mempunyai nilai bukti yustisial karena tidak diperiksa secara terbuka dalam persidangan sehingga tidak dapat dijadikan dasar putusan.
15. KETUA: MOH. MAHFUD MD
Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, mengingat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 98 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4316), dan Pasal 236C Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);
4. AMAR PUTUSAN Mengadili, Menyatakan,
• Mencabut penangguhan berlakunya Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Gresik Nomor 80/Kpts/KPU-Gresik-014.329707/2010 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan
12 Perolehan Suara dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Gresik Tahun 2010 bertanggal 1 Juni 2010; • Membatalkan berlakunya Keputusan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten Gresik Nomor 80/Kpts/KPU-Gresik-014.329707/2010 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Gresik Tahun 2010, bertanggal 1 Juni 2010, sepanjang rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara di Kecamatan Bungah, Kecamatan Driyorejo, Kecamatan Menganti, Kecamatan Kedamean, Kecamatan Benjeng, Kecamatan Cerme, Kecamatan Duduksampeyan, Kecamatan Kebomas, dan Kecamatan Balongpanggang;
• Menetapkan jumlah perolehan suara yang benar bagi peserta Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Gresik Tahun 2010 di Kecamatan Bungah, Kecamatan Driyorejo, Kecamatan Menganti, Kecamatan Kedamean, Kecamatan Benjeng, Kecamatan Cerme, Kecamatan Duduksampeyan, Kecamatan Kebomas, dan Kecamatan Balongpanggang, sebagai berikut:
a. Pasangan Calon Nomor Urut 1 H. Bambang Suhartono dan H. Abdullah Qonik sebanyak 3.645 (tiga ribu enam ratus empat puluh lima) suara;
b. Pasangan Calon Nomor Urut 2 K.H. Muji Tabah, SH., MM dan Suwarno sebanyak 2.812 (dua ribu delapan ratus dua belas) suara; c. Pasangan Calon Nomor Urut 3 Dr. Sambari Halim Radianto, Ir,
ST, M.Si dan Drs. H. Moh. Qosim, M.Si sebanyak 189.285 (seratus delapan puluh sembilan ribu dua ratus delapan puluh lima) suara;
d. Pasangan Calon Nomor Urut 4 Drs. Moh. Nashihan, SH, MH. dan Drs. Syamsul Ma’arif sebanyak 2.063 (dua ribu enam puluh tiga) suara;
e. Pasangan Calon Nomor Urut 5 Dr. H. Husnul Khuluq, Drs., MM dan H. Musyaffa Noer, S.Ag, SH, MM. sebanyak 160.212 (seratus enam puluh ribu dua ratus dua belas) suara;
f. Pasangan Calon Nomor Urut 6 H.M. Sastro Soewito, SH., M.Hum dan Drs. H. Samwil, SH sebanyak 1.558 (seribu lima ratus lima puluh delapan) suara.
• Memerintahkan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Gresik untuk melaksanakan putusan ini.
Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Hakim oleh sembilan Hakim Konstitusi yaitu Moh. Mahfud MD selaku Ketua merangkap Anggota, Achmad Sodiki, M. Arsyad Sanusi, Ahmad Fadlil Sumadi, M. Akil Mochtar, Harjono, Muhammad Alim, Maria Farida Indrati, dan Hamdan Zoelva masing-masing sebagai Anggota, pada hari Rabu
13 tanggal dua puluh lima bulan Agustus tahun dua ribu sepuluh dan diucapkan dalam sidang pleno terbuka untuk umum pada hari yang sama oleh sembilan Hakim Konstitusi yaitu Moh. Mahfud MD selaku Ketua merangkap Anggota, Achmad Sodiki, M. Arsyad Sanusi, Ahmad Fadlil Sumadi, M. Akil Mochtar, Harjono, Muhammad Alim, Maria Farida Indrati, dan Hamdan Zoelva masing-masing sebagai Anggota, didampingi oleh Wiwik Budi Wasito sebagai Panitera Pengganti, serta dihadiri oleh Pemohon/Kuasanya, Termohon/Kuasanya, dan Pihak Terkait/Kuasanya.
Demikian untuk Gresik kemudian untuk Kabupaten Semarang. PUTUSAN
Nomor 135/PHPU.D-VIII/2010
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA
[1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2010, yang diajukan oleh:
[1.2] 1. Nama : Hj. Siti Ambar Fatonah; Pekerjaan : Wakil Bupati Semarang;
Alamat : Pringsari RT 01 RW 01, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang; 2. Nama : Wuwuh Beno Nugroho, S.H.; Pekerjaan : Wiraswasta;
Alamat : Sumur Jurang RT 02 RW 03 Sumurejo, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang;
Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2010 dengan Nomor Urut 3;
Selanjutnya disebut sebagai --- Pemohon; Dalam hal ini memberikan kuasa kepada M. Ali Purnomo, S.H., M.H., Wenang Noto Buwono, S.H., M.H., Wijaya, S.H., M.H., dan R. Sufi Y., S.H.; para Advokat yang tergabung dalam ”Tim Pembela Pemilukada Bersih” yang berkantor di Jalan Watulawang V Nomor 67 Papandayan Semarang, Provinsi Jawa Tengah, berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 9 Agustus 2010, bertindak untuk dan atas nama Pemberi Kuasa;
Selanjutnya disebut sebagai --- Pemohon; Terhadap:
[1.3] Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Semarang, berkedudukan di Jalan Jenderal Ahmad Yani Nomor 6 Ungaran, Kabupaten Semarang;
Berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 16 Agustus 2010 memberikan kuasa kepada Abhan, S.H., H. Umar Ma’ruf, S.H., Sp.N.,
14 M.Hum., Devi Rivaldi, S.H., dan Seno Tri Baskoro, S.H.; para Advokat pada Kantor Advokat dan Penasehat Hukum “ABHAN & Partners” yang beralamat di Jalan Wonodri Sendang Raya Nomor 2, Kota Semarang, Telepon/Faksimili (024) 8456879, bertindak baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri untuk dan atas nama Pemberi Kuasa;
Selanjutnya disebut sebagai --- Termohon; [1.4] 1. Nama : H. Mundjirin ES, Sp.OG.;
Pekerjaan : Dokter;
Alamat : Jalan Naryo Atmajan Nomor 27 Ambarawa;
2. Nama : Ir. H. Warnadi, M.M.; Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil;
Alamat : Jalan Nugraha III Nomor 37 Perumda Ungaran atau Jalan Nugraha Raya Nomor 95 Ungaran; Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Terpilih dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2010 dengan Nomor Urut 1;
Berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 11 Agustus 2010 memberikan kuasa kepada Agus Nurudin, S.H., CN, M.H., Azi Widianungrum, S.H., Hendri Wijanarko, S.H., Zabidi, S.H., Ali Zamroni, S.H., dan Agus Gunawan, S.H.; para Advokat dan Konsultan Hukum pada “Agus Nurudin, S.H., CN” yang beralamat di Jalan Pleburan Raya Nomor 20 Semarang, bertindak baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri untuk dan atas nama Pemberi Kuasa;
Selanjutnya disebut --- Pihak Terkait; [1.5] Membaca permohonan Pemohon;
Mendengar keterangan Pemohon;
Mendengar keterangan dan membaca jawaban tertulis Termohon; Mendengar dan membaca keterangan tertulis Pihak Terkait;
Mendengar keterangan saksi-saksi Pemohon dan Termohon;
Membaca keterangan Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Semarang;
Memeriksa bukti-bukti Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait; Membaca kesimpulan tertulis Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait.
16. HAKIM ANGGOTA: MARIA FARIDA INDRATI
PENDAPAT MAHKAMAH
[3.14] Menimbang bahwa setelah mencermati secara mendalam esensi pokok permohonan terhadap pembatalan penetapan hasil penghitungan suara Pemilukada di Kabupaten Semarang sebagaimana termuat di dalam posita dan petitum Pemohon, jawaban Termohon, keterangan Pihak
15 Terkait, dan keterangan saksi-saksi baik dari Pemohon maupun Pihak Terkait, keterangan Panwaslukada Kabupaten Semarang, serta bukti-bukti surat yang diajukan oleh para pihak, Mahkamah memberikan penilaian secara runut di bawah ini;
Dalam Eksepsi
[3.15] Menimbang bahwa dalam jawabannya, Termohon mengajukan eksepsi terhadap permohonan Pemohon yang pada pokoknya menyatakan bahwa permohonan kabur dan tidak layak (obscuur libel) karena tidak memenuhi syarat sebagaimana ditentukan dalam Pasal 106 ayat (2) UU 32/2004 junctis Pasal 31, Pasal 74 ayat (2), dan Pasal 75 UU 24/2003 serta Pasal 4 huruf b dan Pasal 6 ayat (2) huruf b PMK 15/2008. Selain itu, substansi permohonan tidak termasuk objek perselisihan hasil Pemilukada karena di dalam permohonannya Pemohon justru mempersoalkan hal-hal di luar hasil penghitungan suara. Terhadap eksepsi tersebut, Mahkamah memberikan penilaian sebagai berikut;
Bahwa Mahkamah dalam menangani sengketa Pemilu ataupun Pemilukada telah memaknai dan memberikan pandangan hukumnya melalui putusan-putusannya dengan memberikan penafsiran yang luas demi tegaknya keadilan, yaitu Mahkamah tidak hanya terpaku secara harfiah dalam memaknai Pasal 106 ayat (2) UU 32/2004 juncto UU 12/2008 dan Pasal 4 PMK 15/2008 yang pada pokoknya menyatakan Mahkamah mengadili perkara Pemilukada terbatas hanya persoalan hasil perolehan suara;
Bahwa dalam mengadili sengketa Pemilukada, Mahkamah tidak hanya membedah permohonan Pemohon dengan melihat hasil perolehan suara an sich, melainkan Mahkamah juga meneliti secara mendalam adanya pelanggaran yang bersifat terstruktur, sistematis, dan masif yang memengaruhi hasil perolehan suara tersebut. Dalam praktik yang sudah menjadi yurisprudensi dan diterima sebagai solusi hukum itu, Mahkamah dapat menilai pelanggaran-pelanggaran yang terstruktur, sistematis, dan masif sebagai penentu putusan dengan alasan pelanggaran yang memiliki tiga sifat itu dapat memengaruhi hasil peringkat perolehan suara yang signifikan dalam Pemilu atau Pemilukada (vide Putusan Mahkamah dalam Perkara Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 bertanggal 2 Desember 2008);
Bahwa terhadap eksepsi Termohon yang menyatakan permohonan kabur (obscuur libel), Mahkamah berpendapat eksepsi tersebut tidak tepat menurut hukum, karena substansi eksepsinya sangat berkaitan erat dengan pokok perkara (bodem geschil), sehingga eksepsi a quo harus dikesampingkan;
Dalam Pokok Perkara
[3.16] Menimbang bahwa dari fakta hukum, baik dalil Pemohon, jawaban Termohon, dan keterangan Pihak Terkait, Mahkamah menemukan fakta hukum baik yang diakui maupun yang menjadi perselisihan hukum para pihak, sebagai berikut;
16 [3.16.1] Bahwa di persidangan terdapat fakta hukum dan dalil-dalil permohonan Pemohon yang tidak dibantah oleh Termohon ataupun Pihak Terkait, karenanya fakta hukum tersebut menjadi hukum bagi para pihak sehingga hal tersebut tidak perlu dibuktikan lagi, yaitu:
1. Pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah untuk memilih Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Semarang Tahun 2010-2015 telah dilaksanakan pada hari Sabtu, 31 Juli 2010 dengan diikuti oleh 3 (tiga) Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Semarang;
2. Kedudukan hukum (legal standing) Pemohon dalam perkara a quo, karena memang benar bahwa Pemohon adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati dalam Pemilukada Kabupaten Semarang Tahun 2010 dengan Nomor Urut 3;
3. Hasil perolehan suara Pemilukada Kabupaten Semarang Tahun 2010 didasarkan pada Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Semarang Nomor 50/Kpts/KPU Kab.Semarang.012329232/2010 tentang Pengesahan dan Penetapan Suara Sah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati dalam Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Semarang Tahun 2010 yang ditetapkan pada tanggal 5 Agustus 2010;
[3.16.2] Bahwa di samping fakta hukum atau hal-hal yang diakui para pihak, dalam persidangan juga terdapat fakta hukum atau hal-hal yang menjadi pokok perselisihan hukum para pihak, yaitu mengenai: 1. Adanya kecurangan terhadap surat suara tidak sah di seluruh Tempat
Pemungutan Suara (TPS);
2. Terjadinya money politics di seluruh Kecamatan se-Kabupaten Semarang secara sistematis, masif, dan terstruktur, serta merata; 3. Terjadinya intimidasi kepada warga masyarakat untuk tidak datang
dan tidak menggunakan hak pilihnya;
4. Tidak netralnya penyelenggara Pemilukada dari mulai tingkat KPPS, PPK, hingga KPU Kabupaten, serta tidak profesional dan tidak independen;
5. Terjadinya pelanggaran dari Termohon yang menggunakan Akta Kelahiran yang cacat hukum dari Pasangan Calon Terpilih;
6. Terjadinya pelanggaran oleh KPPS yang diduga kuat ada kesalahan hitung atau penggelembungan suara;
7. Terjadinya pelanggaran oleh Termohon yang tidak menyampaikan surat pemberitahuan untuk memberikan suara dan tidak menindaklanjuti laporan pelanggaran-pelanggaran;
8. Calon Bupati Kabupaten Semarang Terpilih pernah mendapat hukuman pidana yang sudah berkekuatan hukum tetap;
[3.17] Menimbang bahwa terhadap hal-hal yang menjadi perselisihan hukum di atas, Mahkamah akan memberikan pertimbangan dan penilaian hukum sebagai berikut:
[3.17.1] Menimbang bahwa Pemohon mendalilkan adanya kecurangan terhadap surat suara tidak sah di seluruh Tempat
17 Pemungutan Suara (TPS), sehingga berakibat hilangnya suara. Menurut Pemohon, surat suara tidak sah sebesar 30.387 diduga kuat seharusnya diperoleh oleh Pemohon, sehingga perolehan suara yang didapat Pemohon seharusnya 223.464 suara dan bukan 193.077 suara atau lebih banyak jumlahnya dibandingkan Pasangan Calon Terpilih yang memperoleh sebanyak 205.382 suara. Untuk mendukung dalil tersebut Pemohon mengajukan bukti surat yang diberi tanda Bukti P-6 s.d. Bukti P-21 berupa fotokopi Rekapitulasi Jumlah Pemilih, TPS, dan Surat Suara Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Semarang Tahun 2010 di Tingkat Kabupaten serta rincian perolehan suara Pasangan Calon dalam Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Semarang Tahun 2010 di Panitia Pemilihan Kecamatan, serta dua orang Saksi bernama Dwi Pujiyanto dan M. Ikmaluddin Azis;
Bahwa sebaliknya Termohon membantah dalil Pemohon yang menyatakan adanya kecurangan terhadap surat suara tidak sah di seluruh Tempat Pemungutan Suara (TPS). Berdasarkan persandingan bukti Pemohon, terdapat suara tidak sah untuk kabupaten yang jumlahnya sama dengan bukti Termohon, yaitu sebanyak 30.387 suara. Persentase suara tidak sah terbukti menurun dalam Pemilu Legislatif sebanyak 10,3%, kemudian menjadi 6,6% dalam Pilpres 2009, serta turun kembali menjadi 6,2% dalam Pemilukada Bupati Kabupaten Semarang Tahun 2010. Untuk mendukung dalil tersebut Termohon mengajukan bukti surat yang diberi tanda Bukti T-4 s.d. Bukti T-6 dan Bukti T-26 berupa Fotokopi Model DB-1 DPRD Kabupaten Semarang, Model DB-1 PPWP, Model DB-1 PKWK, dan Rincian Perolehan Suara Calon Bupati dan Wakil Bupati (Model DA-1) di Kecamatan se-Kabupaten Semarang;
Bahwa terhadap permasalahan hukum di atas, Mahkamah menilai Pemohon yang mendalilkan terdapat surat suara tidak sah sebesar 30.387 suara yang diduga kuat seharusnya diperoleh seluruhnya untuk Pemohon tidak dapat dibuktikan kebenarannya di hadapan Mahkamah. Saksi-saksi Pemohon yang dihadirkan justru hanya menduga bahwa surat suara yang tidak sah tersebut adalah milik Pemohon. Saksi Pemohon juga mengakui bahwa kesalahan pencoblosan lebih dari satu kali harus dinyatakan tidak sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Terlebih lagi, para saksi tersebut bukanlah saksi resmi yang diberi mandat oleh Pemohon untuk menyaksikan jalannya penghitungan suara di TPS, sehingga hanya menyaksikan penghitungan suara dari kejauhan, bahkan tidak sampai tuntas dan hanya di beberapa TPS saja. Sementara itu, saksi resmi yang diberi mandat hampir seluruhnya tidak mengajukan keberatan pada saat dilakukan rekapitulasi penghitungan suara. Lagipula, sejumlah 30.387 suara tidak sah tidak bisa serta-merta diasumsikan milik Pemohon seluruhnya, karena sangat terbuka adanya kemungkinan surat suara tersebut adalah milik Pasangan Calon lain ataupun surat suara tersebut memang benar-benar tidak sah menurut hukum. Oleh karena itu, Pemohon tidak dapat meyakinkan Mahkamah
18 karena dalil yang diajukan bersifat asumtif yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya menurut hukum secara keseluruhan;
Bahwa berdasarkan pertimbangan dan fakta hukum di atas, Mahkamah menilai dalil Pemohon mengenai adanya kecurangan terhadap surat suara tidak sah di seluruh Tempat Pemungutan Suara (TPS) tidak terbukti sehingga harus dikesampingkan;
[3.17.2] Bahwa Pemohon mendalilkan telah terjadi money politics di seluruh Kecamatan di Kabupaten Semarang. Pelanggaran tersebut terjadi secara sistematis, masif, dan terstruktur, serta merata di daerah pedesaan yang pendapatan perkapitanya masih rendah, sehingga telah memberikan implikasi besar terhadap kebebasan masyarakat untuk memilih yang berakibat pada pembentukan pola perilaku politik, yaitu mencoblos kepada pihak yang memberi uang atau memberikan coblosan yang tidak sah. Untuk mendukung dalil tersebut, Pemohon mengajukan bukti surat yang diberi tanda Bukti P-29 s.d. Bukti P-34 berupa fotokopi Akta Pernyataan dari saksi-saksi Pemohon yang dibuat oleh dan di hadapan Kustiana Haryato selaku Notaris di Semarang, serta 4 (empat) orang saksi yang didengar keterangannya di persidangan, yaitu Ignatius Hari Setiawan, Suroso, Suramto, dan Kusroto;
Bahwa sebaliknya, baik Termohon maupun Pihak Terkait sama-sama membantah dalil Pemohon tersebut dengan tegas. Menurut Termohon, Pemohon tidak dapat menunjukkan bukti yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum karena Termohon telah mendapat Surat Keterangan dari Kepolisian Resort Semarang Nomor B/16/3/VIII/2010/RES.SMG dan Surat Keterangan dari Kejaksaan Negeri Ambarawa Nomor B-956/0.3.42/ES.2/08/2010 serta Surat Keterangan dari Pengadilan Negeri Kabupaten Semarang Nomor W-12-U18/12139/Hk.01.01/VII/2010 mengenai tidak terdapatnya perkara pelanggaran ataupun perkara gugatan yang berkaitan dengan pelaksanaan Pemilukada Bupati dan Wakil Bupati Semarang Tahun 2010. Sementara itu, Pihak Terkait tidak pernah dipanggil untuk dimintai keterangan atau klarifikasi oleh pihak yang berwajib, seperti Panwaslu, Kepolisian, Kejaksaan, ataupun Pengadilan, sehubungan dengan adanya dugaan kecurangan penggunaan politik uang dalam Pemilukada Kabupaten Semarang Tahun 2010. Untuk mendukung dalil tersebut Termohon mengajukan bukti surat yang diberi tanda Bukti T-28 berupa fotokopi Surat Keterangan Kepolisian Resort Semarang, Kejaksaan Negeri Ambarawa, dan Pengadilan Negeri Ungaran, serta seorang saksi bernama Puji Widianto, sedangkan Pihak Terkait mengajukan Bukti PT-1 s.d. PT-12 berupa fotokopi Struktur Komposisi Tim Kampanye “JIWA” dan Surat Pernyataan dari saksi-saksi Pihak Terkait;
Bahwa sebelum memberikan penilaian, Mahkamah akan memberikan pandangan hukum atas pelanggaran yang bersifat sistematis, terstruktur, dan masif. Dalam hal ini, Mahkamah memandangnya sebagai pelanggaran yang melibatkan sedemikian banyak orang, direncanakan secara matang, dan melibatkan pejabat serta penyelenggara Pemilu
19 secara berjenjang (vide Putusan Mahkamah Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 bertanggal 2 Desember 2008). Berdasarkan dalil permohonan Pemohon yang dikaitkan dengan keterangan saksi serta bukti surat yang diajukan oleh Pemohon, Mahkamah menilai Pemohon tidak dapat membuktikan terjadinya pelanggaran-pelanggaran pidana Pemilu berupa money politics yang bersifat terstruktur, sistematif, dan masif selama pelaksanaan Pemilukada di Kabupaten Semarang Tahun 2010. Mahkamah juga tidak menemukan adanya petunjuk bahwa antara perbuatan pelanggaran pidana satu dengan lainnya memiliki keterkaitan satu dengan lainnya, sehingga seandainya pun benar terjadi tindak pidana Pemilukada selama berlangsungnya Pemilukada di Kabupaten Semarang, hal tersebut bersifat parsial dan sporadis. Berdasarkan keterangan tertulis dari Panwaslukada Kabupaten Semarang yang juga didukung oleh keterangan saksi Termohon selaku pemantau Pemilukada independen, berbagai kasus dugaan money politics tidak saja dilakukan oleh Pasangan Calon Terpilih, namun juga oleh seluruh Pasangan Calon lainnya, tidak terkecuali Pemohon itu sendiri. Akan tetapi, setelah berbagai dugaan kasus money politics tersebut diteliti oleh Panwaslukada, ternyata pada umumnya tidak dapat ditindaklanjuti karena pelapor tidak dapat menunjukkan barang bukti dan 2 (dua) orang saksi serta pelapor tidak memenuhi syarat material laporan. Selanjutnya, hasil klarifikasi kepada para saksi dari pelapor menunjukkan terjadinya perbedaan pernyataan keterangan, bahkan di antaranya ada yang merasa dipaksa. Fakta hukum ini semakin diperkuat dengan adanya Surat Keterangan dari Kepolisian Resort Semarang, Kejaksaan Negeri Ambarawa, dan Pengadilan Negeri Ungaran yang pada pokoknya menyatakan tidak ada kasus money politics yang mereka tangani selama berlangsungnya Pemilukada di Kabupaten Semarang. Namun demikian, apabila benar terdapat tindak pidana Pemilukada yang bersifat parsial dan sporadis tersebut, serta belum ditangani secara optimal maka terhadap pelanggaran demikian tetap dapat ditindaklanjuti oleh pihak Kepolisian untuk diperiksa dan diambil langkah hukum sesuai dengan peraturan perundangan-undangan dan KUHP. Hal demikian telah menjadi komitmen bersama antara Mahkamah dan Kepolisian sebagaimana tertuang dalam Nota Kesepahaman tentang Penegakan Hukum terhadap Tindak Pidana Pemilukada bertanggal 10 Agustus 2010. Dengan demikian, baik Mahkamah, Kepolisian, maupun lembaga penyelenggara Pemilukada tidak memberikan sedikitpun ruang atas terjadinya penyimpangan berupa pelanggaran pidana Pemilu semata-mata hanya masalah keterbatasan jangka waktu pemeriksaan. Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas demokrasi di Indonesia pada umumnya dan di Kabupaten Semarang pada khususnya;
Bahwa berdasarkan pertimbangan dan fakta hukum di atas, Mahkamah menilai dalil Pemohon mengenai terjadinya money politics di seluruh Kecamatan di Kabupaten Semarang secara sistematis, masif, dan
20 terstruktur adalah tidak terbukti dan tidak beralasan hukum, sehingga harus dikesampingkan;
17. HAKIM ANGGOTA: M. ARSYAD SANUSI
[3.17.3] Bahwa Pemohon mendalilkan terjadinya intimidasi kepada warga masyarakat untuk tidak datang dan tidak menggunakan hak pilihnya. Bentuk-bentuk intimidasi yang dilakukan oleh Tim Sukses Pasangan Calon dr. Mundjirin dan Ir. Warnadi, M.M., antara lain, dengan cara menakut-nakuti warga bahwa desanya tidak akan dibangun, tidak diberi Program Raskin, dan diancam denda dengan jumlah uang tertentu, sehingga pada akhirnya membuat banyak warga yang ketakutan dan tidak menggunakan hak pilihnya. Untuk mendukung dalil tersebut Pemohon mengajukan bukti surat yang diberi tanda Bukti P-33 berupa fotokopi Akta Pernyataan dari saksi-saksi Pemohon yang dibuat oleh dan di hadapan Kustiana Haryato selaku Notaris di Semarang, serta 3 (tiga) orang saksi yang didengar di persidangan, yaitu Sumarno, Kusroto, dan Suramto;
Bahwa sebaliknya, Termohon dan Pihak Terkait sama-sama membantah dalil permohonan tersebut. Menurut Termohon adanya sanksi sosial tidak dapat disimpulkan sebagai akibat intimidasi terkait Pemilukada, karena umumnya sanksi sosial dilakukan masyarakat kepada anggota masyarakat yang telah bertindak tidak sesuai dengan pola perilaku yang dikehendaki. Lagipula, tindakan intimidasi oleh pihak manapun merupakan tindak pidana Pemilu yang dapat diproses melalui pelaporan ke Panwaslu Pemilukada ataupun Bawaslu. Sejalan dengan itu, Pihak Terkait membantah dalil Pemohon dengan menyatakan dirinya tidak pernah melakukan atau memerintahkan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada pihak-pihak tertentu untuk melakukan tindakan intimidasi dalam bentuk apapun juga. Bahkan sampai sekarang tidak ada bentuk laporan apapun terhadap adanya dugaan intimidasi yang ditujukan kepada Tim Sukses “Jiwa” atau Pihak Terkait kepada Panwaslukada Kabupaten Semarang. Untuk mendukung dalil tersebut Termohon mengajukan bukti surat yang diberi tanda Bukti T-28 berupa fotokopi Surat Keterangan Kepolisian Resort Semarang, Kejaksaan Negeri Ambarawa, dan Pengadilan Negeri Ungaran, serta seorang saksi bernama Puji Widianto;
Bahwa terhadap permasalahan hukum di atas, Mahkamah menilai bahwa Pemohon tidak dapat meyakinkan Mahkamah atas dalilnya yang menyatakan intimidasi kepada warga masyarakat menyebabkan para calon pemilih tidak datang dan tidak menggunakan hak pilihnya atau dengan sengaja mencoblos surat suara agar tidak sah. Hal demikian hanyalah asumsi ataupun prediksi Pemohon yang tidak didukung dengan bukti-bukti berupa data rinci baik secara kuantitatif maupun kualitatif mengenai siapa saja, berapa jumlahnya, kapan, dan di mana intimidasi tersebut terjadi, sehingga berakibat tidak datangnya para calon pemilih
21 ke tempat pemungutan suara atau para calon pemilih tersebut menjadi tidak memilih sesuai dengan kehendak hati dan nuraninya sendiri. Jikalau pun benar telah terjadi intimidasi kepada warga masyarakat, Pemohon tidak dapat membuktikannya di hadapan persidangan bahwa intimidasi tersebut sebagai bentuk pelanggaran yang bersifat terstruktur, sistematis, dan masif, termasuk adanya pengaruh terhadap perolehan suara bagi para Pasangan Calon secara signifikan. Sejalan dengan itu, keterangan dari Panwaslukada dan Surat Keterangan dari Kepolisian Resort Semarang, Kejaksaan Negeri Ambarawa, dan Pengadilan Negeri Ungaran tidak menunjukan adanya pelanggaran berupa intimidasi yang serius selama berlangsungnya Pemilukada Kabupaten Semarang yang dapat menyebabkan terkoyaknya asas-asas Pemilukada yang jujur, adil, langsung, umum, bebas, dan rahasia. Namun demikian, sama halnya dengan dugaan money politics, apabila benar terjadi pelanggaran yang bersifat parsial ini baik intimidasi berupa ancaman maupun kekerasan fisik kepada masyarakat, hal demikian dapat tetap ditindaklanjuti kepada pihak yang berwenang untuk dituntaskan permasalahan pidananya sesuai dengan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, Mahkamah menilai dalil Pemohon mengenai terjadinya intimidasi kepada warga masyarakat untuk tidak datang dan tidak menggunakan hak pilihnya adalah tidak beralasan hukum, sehingga harus dikesampingkan;
[3.17.4] Bahwa Pemohon mendalilkan tidak netralnya penyelenggara Pemilukada dari mulai tingkat KPPS, PPK, hingga KPU Kabupaten, serta tidak profesional dan tidak independen karena tidak menindaklanjuti terhadap laporan pengaduan dugaan pelanggaran;
Bahwa sebaliknya, Termohon membantah dengan tegas dalil Pemohon tersebut. Selama pelaksanaan Pemilukada, Termohon telah memaksimalkan manajemen dan pengendalian seluruh jajaran penyelenggara dengan bimbingan teknis, pengawasan, dan pembinaan serta tindakan tegas hingga pemberhentian sebagai penyelenggara jika terbukti tidak netral. Hal tersebut berlaku pula bagi Termohon secara hierarkis yang disupervisi oleh KPU Provinsi Jawa Tengah dan apabila melanggar kode etik dengan bersikap tidak netral dapat diadukan, diperiksa, dan diberhentikan oleh Dewan Kehormatan KPU Provinsi Jawa Tengah. Namun faktanya hingga saat ini, Termohon tidak pernah diklarifikasi apalagi diperiksa oleh Dewan Kehormatan karena adanya laporan masyarakat dan/atau rekomendasi Pengawas Pemilukada terkait dengan netralitas sebagai penyelenggara Pemilukada. Terkait dengan laporan pengaduan Pemohon, hal tersebut merupakan perkara pidana yang semestinya ditujukan kepada Panwaslukada Kabupaten Semarang atau Bawaslu untuk ditindaklanjuti, bukan kepada Termohon. Lagipula, laporan Pemohon bertanggal 4 Agustus 2010 baru diserahkan pada tanggal 5 Agustus 2010 setelah selesainya proses rekapitulasi di tingkat Kabupaten, sehingga menurut Termohon hal tersebut menunjukkan wujud ketidaksiapan Pemohon untuk mengakui pilihan masyarakat yang
22 ternyata tidak memberikan suara lebih banyak kepada Pasangan Calon Nomor Urut 1;
Bahwa terhadap permasalahan hukum di atas, Mahkamah menilai dalil Pemohon sangatlah umum dan tanpa rincian yang jelas serta tanpa didukung dengan bukti-bukti yang dapat memperkuat dalilnya tersebut. Sebaliknya, Termohon dapat mematahkan dalil Pemohon dengan mengajukan bantahan berupa keterangan yang membuktikan tidak pernah sekali pun Termohon memperoleh laporan dari masyarakat dan/atau Panwaslukada terkait dengan netralitas dan profesionalitas dalam penyelenggaraan Pemilukada di Kabupaten Semarang Tahun 2010. Sementara itu, terhadap laporan pengaduan berupa pelanggaran pidana sudah seharusnya menjadi ranah kewenangan dari Panwaslukada dan Bawaslu yang kemudian diteruskan kepada pihak Kepolisian untuk ditindaklanjuti;
Bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, Mahkamah menilai dalil Pemohon terkait dengan tidak netral dan tidak profesonalnya penyelenggara Pemilukada adalah tidak beralasan dan tidak berdasar hukum;
[3.17.5] Bahwa Pemohon mendalilkan terjadinya pelanggaran dari Termohon yang menggunakan Akta Kelahiran yang cacat hukum dari Pasangan Calon Terpilih, sehingga tidak memenuhi persyaratan sebagai Pasangan Calon Pemilukada Kabupaten Semarang Tahun 2010. Untuk mendukung dalil tersebut Pemohon mengajukan bukti surat yang diberi tanda Bukti P-24 s.d. Bukti P-28 berupa fotokopi Akta Kelahiran, Keputusan KPU Nomor 18 Tahun 2010, persyaratan dokumen Calon oleh Partai Politik atau gabungan Partai Politik, serta Surat dan Akta Pernyataan dari para saksi Pemohon;
Bahwa sebaliknya, baik Termohon maupun Pihak Terkait juga membantah dalil Pemohon tersebut. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 9 dan Pasal 10 Peraturan KPU Nomor 68 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Akta Kelahiran bukan merupakan dokumen yang harus diserahkan untuk pemenuhan persyaratan calon. Akta kelahiran hanya untuk memastikan usia dari calon yang bersangkutan yang bisa didapatkan pula dari dokumen lain, misalnya berupa Kartu Tanda
Penduduk (KTP). Dengan mencermati KTP dan akta kelahiran dari H. Mundjirin ES, Sp.OG maka tidak ada keraguan bagi Termohon bahwa
yang bersangkutan telah berusia lebih dari 25 (dua puluh lima) tahun sebagai syarat minimal usia Calon Bupati dan Wakil Bupati. Sementara itu, Akta Kelahiran yang diserahkan ke KPU Kabupaten Semarang telah dikeluarkan oleh instansi yang berwenang yaitu Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Adapun mengenai syarat dan tata cara memperoleh Akta Kelahiran tersebut merupakan kewenangan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Dalam meneliti syarat pendidikan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Semarang, Termohon juga telah membentuk Kelompok Kerja (Pokja) Pencalonan yang di dalamnya antara lain
23 termasuk pejabat dari Dinas Pendidikan dan Departemen Agama, serta kepolisian dan Kejaksaan Negeri. Untuk mendukung dalil tersebut Termohon dan Pihak Terkait mengajukan bukti surat yang diberi tanda Bukti T-29, Bukti T-30, dan Bukti T-32 serta Bukti 13 dan PT-14 berupa fotokopi Akta Kelahiran Nomor 6124/Dis/2010, Kelompok Kerja Pencalonan, dan Peraturan KPU Nomor 68 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, serta Keputusan KPU Kabupaten Semarang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Semarang Tahun 2010, dan Surat Keterangan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Semarang Nomor 474/878/2010 bertanggal 19 Agustus 2010;
Bahwa terhadap permasalahan hukum di atas, Mahkamah menilai bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pasal 9 dan Pasal 10 Peraturan KPU Nomor 68 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; dan Lampiran I Romawi IV huruf b angka 19 sampai dengan angka 22 Keputusan KPU Kabupaten Semarang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Semarang Tahun 2010, tidak disebutkan adanya ketentuan untuk melampirkan Akta Kelahiran sebagai dokumen yang harus diserahkan untuk pemenuhan persyaratan bagi bakal Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati. Namun demikian, Pemohon kemudian mempermasalahkan adanya keterangan di dalam check list Persyaratan Dokumen Calon oleh Parpol atau Gabungan Parpol untuk nomor 23 B yang memuat kalimat, ”Berusia sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun – Dibuktikan dengan Akta Kelahiran atau Surat Keterangan Kenal Lahir”. Terhadap hal ini Mahkamah menilai bahwa keterangan yang dimuat di dalam check list Persyaratan Dokumen Calon oleh Parpol atau Gabungan Parpol bagi bakal Pasangan Calon yang ingin mendaftar menjadi peserta Pemilukada di Kabupaten Semarang Tahun 2010 merupakan ketentuan yang seharusnya tidak dapat menyimpangi hal-hal di luar ketentuan yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan yang memiliki derajat lebih tinggi in casu Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 68 Tahun 2009 dan Keputusan KPU Kabupaten Semarang Nomor 18 Tahun 2009. Lagipula, keterangan berupa check list pada umumnya diperuntukkan untuk sekadar memudahkan administrasi persyaratan untuk memeriksa sekaligus mengontrol telah terpenuhi atau tidaknya persyaratan yang diajukan oleh bakal Pasangan Calon. Selain itu, secara substantif dan materiil, keterangan untuk menunjukkan bahwa bakal Pasangan Calon telah berusia lebih dari 25 (dua puluh) lima tahun masih dapat dibuktikan dengan dokumen lain, seperti misalnya Kartu Tanda Penduduk (KTP), Ijazah Pendidikan, ataupun Kartu Keluarga. Sementara itu, terhadap dalil Pemohon yang meragukan keabsahan ataupun otentisitas dari Akta Kelahiran dari Pihak Terkait, hal demikian tidak menjadi ranah kewenangan Mahkamah untuk memeriksa dan
24 memutuskannya, melainkan hal tersebut menjadi ranah kewenangan dari institusi dan lembaga peradilan lainnya;
Bahwa berdasarkan pertimbangan hukum di atas, Mahkamah menilai dalil Pemohon mengenai terjadinya pelanggaran dari Termohon yang menggunakan Akta Kelahiran yang cacat hukum dari Pasangan Calon Terpilih adalah tidak beralasan dan tidak berdasar hukum, sehingga harus dikesampingkan;
[3.17.6] Bahwa Permohon mendalilkan terjadinya pelanggaran oleh KPPS yang tidak mau memberikan secara utuh Model C1-KWK dan Sertifikat Hasil Penghitungan Suara (Lampiran Model C1-KWK) kepada saksi Pemohon. Selanjutnya, KPPS juga tidak menempel 1 (satu) rangkap Lampiran C1-KWK di tempat umum, sehingga diduga kuat ada kesalahan hitung atau penggelembungan suara.
Bahwa sebaliknya, Termohon membantah dengan tegas dalil Pemohon tersebut dengan mendasarkan pada Pasal 46 ayat (1) Peraturan KPU Nomor 72 Tahun 2009, KPPS wajib memberikan salinan Berita Acara (Model C KWK) catatan hasil penghitungan suara (Model C-1 KWK) dan sertifikat hasil penghitungan suara (Lampiran model C-1 KWK) kepada saksi masing-masing Pasangan Calon yang hadir, Pengawas Pemilu Lapangan, dan PPK melalui PPS masing-masing sebanyak 1 (satu) rangkap serta menempelkan 1 (satu) rangkap Lampiran Model C-1 KWK di tempat umum. Akan tetapi, apabila saksi dari Pemohon tidak hadir atau tidak menyerahkan mandat sebagai saksi kepada KPPS maka tidak ada kewajiban KPPS untuk memberikan Formulir Model C, C-1, dan Lampirannya. Termohon meyakini bahwa dengan telah dilaksanakannya pengawasan secara berjenjang maka akan sangat sulit terjadi penggelembungan suara sebagaimana dimaksud dalam dalil permohonan Pemohon. Hal ini terbukti sampai dengan rekapitulasi penghitungan perolehan suara di tingkat kabupaten tidak ada keberatan terkait rekapitulasi penghitungan suara. Untuk mendukung dalil tersebut, Termohon mengajukan bukti surat yang diberi tanda Bukti T-2 dan Bukti T-6 s.d. Bukti T-26 berupa fotokopi Keputusan KPU tentang Pengesahan dan Penetapan Perolehan Suara Sah Pasangan Calon, Model DB-1 KWK, Lampiran C1 di seluruh Kecamatan se-Kabupaten Semarang, dan Rincian Perolehan Suara Calon Bupati dan Wakil Bupati (Model DA-1) di masing-masing Kecamatan;
Bahwa terhadap permasalahan hukum di atas, Mahkamah menilai dalil Pemohon tidak beralasan karena Pemohon tidak dapat menjelaskan secara rinci mengenai locus dan tempus terjadinya pelanggaran tersebut, termasuk tidak dapat menghadirkan bukti-bukti surat untuk memperkuat dalil permohonannya tersebut. Sementara itu, Termohon mampu membantah dalil Pemohon dengan mengajukan bukti surat berupa rekapitulasi penghitungan suara Model DB-1 KWK, Lampiran C1 di seluruh Kecamatan se-Kabupaten Semarang, dan rincian perolehan Pasangan Calon Model DA-1. Terlebih lagi, rekapitulasi penghitungan perolehan suara di PPK telah dilaksanakan dalam Rapat Pleno PPK yang
25 dihadiri masing-masing saksi Pasangan Calon, Panwascam, Muspika, dan undangan lainnya dengan cara membacakan satu persatu hasil penghitungan suara dari seluruh TPS di setiap desa pada kecamatan yang bersangkutan. Apabila data dari C-1 yang dibacakan berbeda dengan data yang dibawa oleh para saksi atau Panwascam maka akan dicermati kembali dan dapat diperbaiki seketika itu juga, bahkan pada saat itu Termohon telah bersiap untuk membuka C-2 Plano seandainya diperlukan. Selanjutnya, para saksi mandat dari Pemohon ternyata juga tidak menyampaikan keberatannya mengenai rekapitulasi hasil perolehan suara berupa kesalahan hitung ataupun penggelembungan suara selama proses penghitungan dilakukan;
Bahwa berdasarkan pertimbangan hukum di atas, Mahkamah menilai dalil Pemohon mengenai terjadinya pelanggaran oleh KPPS yang diduga kuat ada kesalahan hitung atau penggelembungan suara adalah tidak beralasan dan tidak berdasar hukum, sehingga harus dikesampingkan;
[3.17.7] Menimbang bahwa Permohon mendalilkan terjadinya pelanggaran KPPS yang tidak menyampaikan surat pemberitahuan untuk memberikan suara (Model C6-KWK) kepada pemilih 3 (tiga) hari sebelum pelaksanaan pemungutan suara, sehingga banyak yang tidak hadir memberikan suara, terutama bagi orang-orang yang dianggap sebagai pengikut Pemohon. Termohon juga tidak menindaklanjuti laporan pelanggaran, serta terjadinya pelanggaran berupa pencoblosan dua kali tanpa ada pengulangan pemungutan suara;
Bahwa sebaliknya, Termohon membantah dengan tegas dalil Pemohon karena untuk memastikan hak pilih dari para pemilih dapat tersalurkan, telah ditentukan juga apabila sampai dengan hari pemungutan suara para calon pemilih belum mendapatkan C-6 KWK maka mereka tetap dapat menggunakan hak pilihnya dengan menunjukkan identitas diri sepanjang namanya terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap di TPS tersebut. Berkaitan dengan itu, Termohon telah melakukan sosialisasi tata cara pemberian suara termasuk hari dan tanggal pemungutan suara melalui baliho, poster, leaflet, dan sebagainya agar tata cara pemberian suara dan tanggal pelaksanaan dapat diketahui masyarakat dengan baik. Selain itu, oleh karena pemberian suara dalam bilik suara bersifat rahasia maka tidak seorang pun yang dapat mengklaim wilayah tertentu atau kelompok masyarakat tertentu pasti memberikan suaranya kepada calon tertentu, termasuk dalam hal ini kepada Pemohon. Lagipula, Pemohon juga tidak menyebutkan di mana dan kapan terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang dimaksudkan. Sementara itu, selama pelaksanaan pemungutan suara tidak ada rekomendasi dari Panwas ataupun informasi dari pihak manapun yang melaporkan adanya lebih dari seorang pemilih menggunakan hak pilih lebih dari satu kali. Untuk mendukung dalil tersebut Termohon mengajukan bukti surat yang diberi tanda Bukti T-3 berupa fotokopi leaflet, poster, dan contoh bahan sosialisasi dari Termohon;
26 Bahwa terhadap permasalahan hukum di atas, Mahkamah menilai Pemohon tidak menguraikan secara jelas dan rinci atas dalilnya tersebut. Oleh karenanya, Pemohon tidak dapat meyakinkan Mahkamah mengenai signifikansi perubahan perolehan suara dari tidak diberikannya surat pemberitahuan kepada para calon pemilih. Sejalan dengan itu, Mahkamah menilai bahwa Termohon telah melakukan kewajiban institusionalnya untuk melakukan sosialisasi mengenai penyelenggaraan Pemilukada di Kabupaten Semarang Tahun 2010. Terlebih lagi, Termohon juga telah menentukan bahwa apabila sampai dengan hari pemungutan suara masih terdapat calon pemilih yang belum mendapatkan C-6 KWK maka mereka tetap dapat menggunakan hak pilihnya dengan menunjukkan identitas diri sepanjang namanya terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap di TPS tersebut. Hal demikian sesuai dengan berbagai putusan Mahkamah yang lebih mengedepankan keadilan substantif tanpa harus mengenyampingkan mekanisme prosedural yang telah diatur (vide Putusan Mahkamah dalam Perkara Nomor 102/PUU-VII/2009 bertanggal 6 Juli 2009);
Bahwa berdasarkan pertimbangan hukum di atas, Mahkamah menilai dalil Pemohon mengenai terjadinya pelanggaran oleh Termohon yang tidak menyampaikan surat pemberitahuan untuk memberikan suara adalah tidak beralasan hukum, sehingga harus dikesampingkan;
[3.17.8] Bahwa Permohon mendalilkan Calon Bupati Kabupaten Semarang Terpilih pernah mendapat hukuman pidana yang sudah berkekuatan hukum tetap. Untuk mendukung dalil tersebut Pemohon mengajukan bukti surat yang diberi tanda Bukti P-25 berupa fotokopi Putusan Pengadilan Negeri Semarang Nomor 10/Daf.Pid/2009/PN.UNG; Bahwa sebaliknya, Termohon dan Pihak Terkait sama-sama membantah dalil Pemohon tersebut dengan menyatakan bahwa berdasarkan Putusan Pengadilan Nomor 10/Daf.Pid/2009/PN.UNG, pidana yang dijatuhkan kepada Pihak Terkait bukan pidana dengan ancaman 5 tahun atau lebih, sehingga tidak bertentangan dengan surat keterangan Pengadilan Negeri Ungaran Nomor W12-U18/254/Hk.01.01-141/141/I/2010 yang pada pokoknya menerangkan bahwa dr. H. Mundjirin ES, Sp.OG. tidak pernah atau sedang menjalani pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena melakukan suatu tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara atau kurungan 5 (lima) tahun atau lebih, sebagai pemenuhan syarat calon sebagaimana ketentuan dalam Pasal 58 huruf f Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 juncto Pasal 9 huruf f Peraturan KPU Nomor 68 Tahun 2009. Selanjutnya Pihak Terkait membantah dalil Pemohon dengan menyatakan bahwa Pihak Terkait pernah dilaporkan telah melakukan tindak pidana penganiayaan ringan (Pasal 352 KUHP) yang mana telah diancam dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun yang kemudian telah diputus oleh Pengadilan Negeri Kabupaten Ungaran dengan pidana 1 (satu) bulan dengan masa percobaan 2 (dua) bulan sebagaimana Putusan Pidana Nomor 10/Daf.Pid/2009/PN.UNG. Untuk
27 mendukung dalil tersebut Termohon dan Pihak Terkait mengajukan bukti surat yang diberi tanda Bukti T-31, Bukti PT-15, dan Bukti PT-16 berupa fotokopi Putusan Pengadilan Negeri Kabupaten Semarang Nomor 10/Daf.Pid/2009/PN.UNG, bertanggal 9 September 2009 dan fotokopi Surat Keterangan dari Pengadilan Negeri Kabupaten Semarang Nomor W12-U18/255/Hk.01.01.142/ I/2010 tertanggal 25 Januari 2010;
Bahwa terhadap permasalahan hukum di atas, Mahkamah menilai dalil permohonan Pemohon dapat dipatahkan oleh bantahan Termohon dan Pihak Terkait. Berdasarkan ketentuan Pasal I angka 4 Pasal 58 huruf f UU 12/2008, salah satu persyaratan untuk menjadi Calon Kepala Daerah, yaitu “tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena telah melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 tahun atau lebih”, sedangkan Pihak Terkait terbukti menurut hukum melakukan tindak pidana penganiayaan ringan yang hanya diancam dengan pidana penjara hanya selama 1 (satu) tahun. Pidana penjara yang dijatuhkan kepada Pihak Terkait itu pun kemudian diputus oleh Pengadilan Negeri Kabupaten Ungaran dengan pidana 1 (satu) bulan dengan masa percobaan 2 (dua) bulan sebagaimana dimuat dalam Putusan Pidana Nomor 10/Daf.Pid/2009/PN.UNG, bertanggal 9 September 2009. Putusan yang telah berkekuatan hukum tetap tersebut kemudian diperkuat kembali dengan adanya Surat Keterangan Nomor W12-U18/255/Hk.01-01-142/I/2010 yang dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri Kabupaten Semarang, bertanggal 25 Januari 2010 yang pada intinya menerangkan, “dokter Mundjirin ES, Sp.OG. ternyata tidak pernah/sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap”. Dengan demikian, walaupun benar Pihak Terkait pernah dihukum pidana yang diancam pidana penjara 1 (satu) tahun, namun hal demikian tidak menghalangi yang bersangkutan dalam memenuhi persyaratan sebagai Pasangan Calon peserta Pemilukada di Kabupaten Semarang Tahun 2010;
Bahwa berdasarkan pertimbangan hukum di atas, Mahkamah menilai dalil Pemohon berkaitan dengan Calon Bupati Kabupaten Semarang Terpilih pernah mendapat hukuman pidana yang sudah berkekuatan hukum tetap adalah tidak beralasan hukum, sehingga harus dikesampingkan;
[3.18] Menimbang bahwa berdasarkan seluruh pertimbangan hukum di atas dan dalam kaitannya satu dengan yang lain, Mahkamah menilai dalil-dalil permohonan Pemohon tidak berdasar dan tidak beralasan hukum sehingga demi hukum Keputusan Termohon yang dituangkan dalam Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Semarang Nomor 50/Kpts/KPU Kab.Semarang.012329232/ 2010 tentang Pengesahan dan Penetapan Suara Sah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati dalam Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Semarang Tahun 2010 bertanggal 5 Agustus 2010, harus dipandang sah menurut hukum. Sejalan dengan itu, Mahkamah tidak menemukan bukti hukum yang
28 meyakinkan mengenai pelanggaran-pelanggaran dalam Pemilukada di Kabupaten Semarang Tahun 2010 yang bersifat sistematis, terstruktur, dan masif yang dapat memengaruhi perolehan suara masing-masing Pasangan Calon secara signifikan;
18. KETUA: MOH. MAHFUD MD
4. KONKLUSI
Berdasarkan seluruh penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diuraikan di atas, Mahkamah berkesimpulan sebagai berikut:
[4.1] Mahkamah berwenang memeriksa, mengadili dan memutus permohonan a quo;
[4.2] Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk bertindak selaku Pemohon dalam perkara a quo;
[4.3] Permohonan Pemohon diajukan masih dalam tenggang waktu yang ditentukan peraturan perundang-undangan;
[4.4] Eksepsi Termohon tidak tepat dan tidak beralasan menurut hukum;
[4.5] Permohonan Pemohon tidak terbukti menurut hukum.
Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mengingat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) serta Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
5. AMAR PUTUSAN Mengadili, Menyatakan:
Dalam Eksepsi:
• Menolak eksepsi Termohon; Dalam Pokok Perkara:
• Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya;
Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Hakim oleh sembilan Hakim Konstitusi yaitu Moh. Mahfud MD selaku Ketua merangkap Anggota, Achmad Sodiki, M. Arsyad Sanusi, Ahmad Fadlil Sumadi, M. Akil Mochtar, Harjono, Muhammad Alim, Maria Farida Indrati, dan Hamdan Zoelva masing-masing sebagai Anggota, pada hari Rabu tanggal dua puluh lima bulan Agustus tahun dua ribu sepuluh dan
29 diucapkan dalam sidang pleno terbuka untuk umum pada hari yang sama oleh sembilan Hakim Konstitusi yaitu Moh. Mahfud MD selaku Ketua merangkap Anggota, Achmad Sodiki, M. Arsyad Sanusi, Ahmad Fadlil Sumadi, M. Akil Mochtar, Harjono, Muhammad Alim, Maria Farida Indrati, dan Hamdan Zoelva masing-masing sebagai Anggota, didampingi oleh Pan Mohamad Faiz sebagai Panitera Pengganti, serta dihadiri oleh Pemohon/Kuasanya, Termohon/Kuasanya, dan Pihak Terkait/Kuasanya.
Dengan demikian sidang dinyatakan ditutup.
Jakarta, 25 Agustus 2010
Kepala Biro Administrasi Perkara dan Persidangan,
Kasianur Sidauruk NIP. 19570122 198303 1 001
KETUK PALU 3X