• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENERAPAN ALTERNATIVE FUEL PROJECT DI INDUSTRI SEMEN (Studi Kasus Plant 8 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Di Citeureup, Kabupaten Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENERAPAN ALTERNATIVE FUEL PROJECT DI INDUSTRI SEMEN (Studi Kasus Plant 8 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Di Citeureup, Kabupaten Bogor)"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENERAPAN ALTERNATIVE FUEL PROJECT

DI INDUSTRI SEMEN

(Studi Kasus Plant 8 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

Di Citeureup, Kabupaten Bogor)

DINI ADI CHAHYANTI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Penerapan

Alternative Fuel Project di Industri Semen (Studi Kasus Plant 8 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk di Citeureup, Kabupaten Bogor) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2012

Dini Adi Chahyanti H44080088

(3)

RINGKASAN

DINI ADI CHAHYANTI. Analisis Penerapan Alternative Fuel Project di Industri Semen : Studi Kasus Plant 8 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk di Citeureup, Kabupaten Bogor. Dibimbing Oleh YUSMAN SYAUKAT.

Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam segala bidang, salah satunya bidang industri. Dewasa ini perkembangan perindustrian di Indonesia semakin meningkat seiring dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam konteks mekanisme Clean Development Mechanism (CDM) khususnya, Indonesia sebagai negara non-Annex I memiliki keuntungan masuknya investasi asing, terutama dari negara Annex I dalam mendukung proyek perindustrian yang ramah lingkungan.

Industri semen adalah salah satu kontributor penghasil 5% CO2 secara

global. Sebagai salah satu industri semen di Indonesia, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat menghasilkan produksi 18,6 juta ton semen per tahun. Jumlah emisi CO2 yang diperkirakan bertambah akibat kebutuhan akan semen yang

cenderung meningkat akan mempengaruhi dan merusak lingkungan. Sejak tahun 2002, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mulai memenuhi syarat untuk ikut dalam carbon fund dalam rangka mempertahankan ISO 14001 mengenai sistem manajemen lingkungan. Dua proyek carbon fund perusahaan ini adalah

alternative fuel project dan blended cement project.

Penelitian ini dilakukan untuk menjadi bahan evaluasi agar pelaksanaan program carbon fund dapat berkelanjutan dan memberikan informasi kepada perusahaan lain untuk dapat ikut serta dalam mewujudkan sustainable development. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi bagaimana proses persetujuan dan teknis alternative fuel project yang dilakukan perusahaan, (2) Melihat dampak penerapan alternative fuel project yang dilakukan perusahaan.

Penelitian ini dilakukan di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Kabupaten Bogor. Pengambilan data dilakukan selama bulan Februari 2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari pengamatan langsung ke lapangan dengan didampingi karyawan perusahaan ke beberapa tempat, yaitu Alternative Fuel and Raw Division (AFR Division), Supply Division, Quality Assurance and Research Department, Departemen produksi P8. Sedangkan data sekunder didapat dari inventarisasi dan penelusuran data perusahaan, studi literatur, dan referensi-referensi lainnya berupa buku, makalah, penelitian terdahulu, serta internet.. Data penelitian diolah dengan menggunakan bantuan software Microsoft Excel 2007.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses persetujuan project

pengurangan emisi ini memerlukan waktu sekitar empat tahun sampai project

dapat dilaksanakan. Project pengurangan emisi yang telah disetujui World Bank

untuk PT Indocement Tunggal Prakarsa salah satunya yaitu alternative fuel project. Ada empat plant yang menggunakan bahan bakar alternatif, salah satunya

plant 8. Di plant 8, bahan bakar alternatif yang digunakan yaitu mixing antara oil sludge, serbuk gergaji, dan sekam padi dengan proporsi mixing 45%:45%:10%. Hasil mixing tersebut diumpankan ke unit kiln.

(4)

Perhitungan emisi CO2 yang dihasilkan menggunakan formula formula

yang berasal dari The Cement CO2 Protocol: CO2 Emission Monitoring and Reporting Protocol for Cement Industry, Version 3. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, selama tahun 2011 dihasilkan emisi CO2 dari bahan bakar

fosil sebanyak 17.928,39 ton.

Pemakaian bahan bakar alternatif sebanyak 5% dari total konsumsi keseluruhan bahan bakar di unit kiln plant 8 berdampak pada penurunan rasio emisi CO2 per ton clinker yang dihasilkan. Rasio emisi CO2 terhadap produksi

clinker yang dihasilkan berkurang sebesar 400 gram, yaitu dari 0,01369 CO2/ton

menjadi 0,01329 CO2/ton.

Penurunan jumlah emisi CO2 setelah penggunaan bahan bakar alternatif

memberikan peluang perusahaan untuk mendapatkan CER. Pada umumnya harga satu CER itu adalah 5 USD. Berdasarkan skenario perhitungan CER yang dilakukan, CER yang didapat selama periode tahun 2011 adalah sebanyak 542 CER atau setara dengan pembayaran CER sebesar Rp 25.745.000.

Pemanfaatan bahan bakar alternatif ini selain bertujuan mengurangi emisi yang dihasilkan, bertujuan juga untuk mengurangi biaya pengeluaran produksi. Di

plant 8, konsumsi batubara dan IDO dapat dikurangi dengan pemakaian mixing

limbah B3, sekam padi dan serbuk gergaji. Tujuan lain penggunaan bahan bakar alternatif pada proses produksi adalah sebagai langkah untuk mengantisipasi melonjaknya harga bahan bakar fosil akibat semakin sedikitnya cadangan bahan bakar fosil.

Berdasarkan total produksi clinker sebesar 276.228,63 ton selama periode Maret-Agustus 2007 dibutuhkan biaya bahan bakar sebesar Rp 236.047,88/ton produksinya. Tetapi, setelah adanya project atau selama tahun 2011, terjadi penurunan biaya produksi yaitu menjadi Rp 155.324,16/ton. Penghematan biaya produksi atas penggunaan bahan bakar alternatif memberikan keuntungan tambahan bagi perusahaan. Selama tahun 2011, perusahaan mendapat penghematan biaya produksi sebesar Rp 108.937.302.900.

Estimasi pendapatan dari cost project diperoleh dengan analisis biaya dan manfaat yaitu perhitungan net present value (NPV). Biaya keseluruhan alternative fuel project di plant 8 membutuhkan biaya pembangunan instalasi Rp 13.300.000.000 dan biaya registrasi Rp 237.500.000 dengan jangka waktu proyek tersebut yaitu tujuh tahun setiap periodenya. Maka dari itu dapat dilihat pendapatan dari cost alternative fuel project di plant 8 selama tujuh tahun jangka waktu proyek dengan tingkat diskonto 12%. Asumsi total penerimaan perusahaan dari plant 8 setiap tahun dianggap sama. Berdasarkan perhitungan tersebut, nilai NPV yang diperoleh lebih dari nol (NPV>0), yaitu sebesar Rp 483.743.322.347. Artinya, jumlah nilai sekarang yang diterima atas cost project selama umur proyek tujuh tahun kedepan dengan tingkat diskonto 12% sebesar Rp 483.743.322.34, sehingga usaha tersebut layak dijalankan.

(5)

ANALISIS PENERAPAN ALTERNATIVE FUEL PROJECT DI INDUSTRI SEMEN

(Studi Kasus Plant 8 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk di Citeureup, Kabupaten Bogor)

DINI ADI CHAHYANTI H44080088

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)

Judul Skripsi : Analisis Penerapan Alternative Fuel Project di Industri Semen (Studi Kasus Plant 8 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk di Citeureup, Kabupaten Bogor)

Nama : Dini Adi Chahyanti

NRP : H44080088

Disetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec NIP : 19631227 1988111 001

Diketahui,

Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP : 19660717 199203 1 003

(7)

UCAPAN TERIMAKASIH

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan cinta kasih-Nya yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu serta bekerjasama dalam proses penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Ibunda tercinta (Jeany Herlina), ayahanda tercinta (Jumadi), adik tercinta (Haqsa dan Fajar) serta seluruh anggota keluarga yang telah memberikan dukungan, doa, nasihat, kasih sayang dan cintanya.

2. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, saran dengan penuh kesabaran kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT selaku dosen penguji utama dan Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji perwakilan departemen yang telah memberikan saran.

4. Ir. Nindyantoro, MSP selaku dosen pembimbing akademik.

5. Dosen-dosen dan Staf Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Terimakasih atas semua ilmu pengetahuan dan bantuan yang diberikan kepada penulis.

6. Bapak Doni selaku pembimbing penelitian, Bapak Dedi, Bapak Kukun, Bapak Ridwan serta Bapak Wahidin yang membantu penulis selama penelitian di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

(8)

7. Teman-teman satu tempat penelitian: Kiki, Didit, Dessy, Anggi, dan Ika atas semangat, masukan, dan kebersamaan selama penelitian.

8. Teman-teman satu bimbingan skripsi: Aziz, Nina, Fatim, Anggi, Icha atas doa, semangat, masukan, dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung saat suka dan duka: Dea Tri Jannatun, Rahayu Aryandini, Indah Silvina, dan Ponda Haiirul Aisa .

10. Irwanto Fransciscus atas dukungan, bantuan, dan informasi dalam penyusunan skripsi ini.

11. Teman-teman satu tim Kuliah Kerja Profesi, terima kasih atas kerjasama, dukungan, dan kebersamaannya, sehingga menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi penulis.

12. Keluarga besar ESL 45, terima kasih untuk doa, bantuan, semangat, dan kebersamaan selama ini serta pengalaman yang diberikan pada penulis. 13. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas

bantuannya.

Bogor, Desember 2012

(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, penguasa alam semesta. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Penerapan

Alternative Fuel Project di Industri Semen (Studi Kasus Plant 8 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk di Citeureup, Kabupaten Bogor)” ini dengan baik.

Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis penerapan alternative fuel project

baik dari segi ekonomi maupun lingkungan. Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pihak perusahaan dan masyarakat serta dapat bermanfaat bagi pihak lain yang berkepentingan.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di masa yang akan datang.

               

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL . ... xii

DAFTAR GAMBAR . ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR ISTILAH ... xv I. PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 5 1.3 Tujuan Penelitian ... 7 1.4 Manfaat Penelitian ... 7 1.5 Batasan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Carbon Fund ... 9

2.2 Analisis Perhitungan Emisi CO2 ... 16

2.3 Analisis Kelayakan Finansial ... 17

2.4 Penelitian Terdahulu ... 18

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 19

IV. METODE PENELITIAN ... 21

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 21

4.3 Metode Pengumpulan Data ... 22

4.4 Metode Analisis Data ... 23

4.4.1 Analisis Deskriptif ... 23

4.4.2 Analisis Matematis ... 23

4.4.3 Analisis Kelayakan Finansial ... 26

V. GAMBARAN UMUM ... 28

5.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ... 28

5.2 Gambaran Umum Usaha ... 29

5.2.1 Sejarah Berdirinya Usaha ... 29

5.2.2 Pengadaan Input ... 30

5.2.3 Proses Produksi ... 31

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

6.1 Proses Alternative Fuel Project PT ITP ... 33

6.1.1 Proses Persetujuan Alternative Fuel Project ... 33

6.1.2 Gambaran Umum Pemanfaatan BBA di Plant 8 ... 39

(11)

6.2.1 Efisiensi Emisi CO2 dan Implikasinya ... 41

6.2.2 Efisiensi Biaya ... 47

6.2.3 Total Manfaat Aplikasi Alternative Fuel Project ... 49

6.2.4 Estimasi Pendapatan dari Cost Project ... 50

VII. SIMPULANDAN SARAN ... 51

7.1 Simpulan ... 51

7.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 53

LAMPIRAN ... 55

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Total Emisi Global pada Tahun 2004 ... 2 2. Status CDM Terkini di Indonesia per 1 Maret 2011……... 4 3. Jenis Data dan Sumber Informasi Penelitian Lapang 22 4. Data Pemegang Saham PT Indocement Tunggal

Prakarsa………...

29 5. Emisi CO2 Sebelum dan Sesudah Alternative Fuel

Project ………..

43 6. Perbandingan Rasio Emisi CO2 Sebelum dan Sesudah

Alternative Fuel Project ………

43 7. Harga Pembelian Bahan Bakar ……….. 47 8. Biaya Pembelian Bahan Bakar ………... 48 9. Rasio Biaya Bahan Bakar/Produksi ………... 49

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Pemikiran Konseptual ……… 20

2. Lokasi Penelitian di Citeureup Plant……….. 21

3. Alur Persetujuan CDM Project PT ITP ………. 34

4. Struktur Organisasi CDM ……….. 36

5. Jumlah Industri Furnitur di Indonesia Tahun 2011 ……… 46

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Dokumentasi………... 56

2. Konsumsi Bahan Bakar Plant 8 ………. 57 3. Perhitungan NPV dari cost project ………. 58

                                   

(15)

DAFTAR ISTILAH

AFP Alternative Fuel Project BAU Bussines as Usual BBA Bahan Bakar Alternatif BCP Blended Cement Project

CDM Clean Development Mechanism CDM-EB CDM Executive Board

CER Certified Emissions Reduction

CH4 Metana

CO Karbonmonoksida

CO2 Karbondioksida

COP Conference of the Parties DNA Designated National Authority DOE Designated Operational Entity

ERPA Emission Reduction Purchase Agreement ET Emission Trading

EU ETS Emissions Trading Scheme

GDP Gross Domestic Product

GHG Greenhouse Gas

ISO International Organization for Standardization ITP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

Limbah B3 Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

KomNas MPB Komisi Nasional Mekanisme Pembangunan Bersih

MPB Mekanisme Pembangunan Bersih

(16)

PCF Prototype Carbon Fund

UNEP United Nations Environmental Programme

UNFCCC United Nations Framework Convention on Climate Change UUD Undang-undang Dasar

(17)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Udara di bumi memiliki beberapa unsur yang sangat dibutuhkan oleh kehidupan manusia, tumbuhan dan hewan. Udara untuk kehidupan sehari-hari tersebut terdapat di atmosfer. Unsur-unsur yang terkandung dalam udara dan diperlukan bagi makhluk hidup yaitu terdiri dari uap air (H2O), N2O, O2, Ar dan

CO2. Manusia dan hewan membutuhkan udara untuk proses respirasi, sedangkan

tumbuhan memerlukan udara, khususnya CO2 untuk melakukan fotosintesis.

Karbon dioksida dihasilkan melalui dua cara, baik secara alami maupun melalui aktivitas manusia. Karbon dioksida secara alami terbentuk dari proses respirasi, selain itu dapat juga dihasilkan dari aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan hutan. Oleh karena aktivitas manusia, konsentrasi karbon dioksida di atmosfer telah meningkat sekitar 35% sejak dimulainya revolusi industri. Intergovernmental Panel on Climate Change

(IPCC) menyimpulkan bahwa sebagian besar peningkatan suhu global sebesar 0,25°C per dekade sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca. Kontributor utama penyumbang emisi karbon dihasilkan dari penggunaaan bahan bakar fosil, yaitu sebanyak 56,6%. Sedangkan kontributor emisi lainnya adalah deforestasi (17,3%), kegiatan agrikultur dan peternakan (14,3%), serta pemakaian barang yang menghasilkan gas fluorine sebesar 1,1 % dari total keseluruhan (Tabel 1).

(18)

Tabel 1. Total Emisi Global pada Tahun 2004

Emissions Total Emissions (%)

F-gases 1,1

CO2 Fossil fuel use 56,6

CO2 (Other) 2,8

CO2 (deforestation, decay of biomass, etc) 17,3

CH4 14,3

Sumber : IPCC, (2007)

Data yang diperoleh dari Departemen Energi, Lawrence Barkeley, industri semen menyumbang karbon dioksida sekitar 5% dari total emisi global. Karbon dioksida dihasilkan dari proses kalsinasi batu kapur saat pemakaian bahan bakar di kiln1 dan dari pembangkit listrik. Total emisi karbon dari produksi semen total global pada tahun 1994 adalah 307 juta ton, 160 juta ton dari proses produksi semen dan 147 juta ton karbon dari pemakaian energi.

Salah satu cara untuk memperlambat bertambahnya gas rumah kaca yaitu dengan menerapkan sistem perdagangan karbon (carbon trading). Clean Development Mechanism (CDM2) merupakan salah satu mekanisme yang dapat mewujudkan carbon trading dan sistem pembangunan yang bersih. CDM ini memungkinkan negara-negara peserta, khususnya negara Annex I3 memenuhi kewajiban target penurunan emisi gas rumah kaca melalui penurunan emisi di negara lain. Menindaklanjuti hal tersebut, pada tahun 1995, Chief Executive Officer (CEO) dari 200 perusahaan bisnis membentuk suatu forum yang secara       

1

 Kiln adalah ruang termal terisolasi, dimana suhu didalamnya terkontrol. Proses dalam kiln ini mencakup pengerasan, pembakaran atau pengeringan bahan. Dalam industri semen, kiln merupakan jantung produksi.

2

CDM adalah suatu perjanijian di bawah Protokol Kyoto yang membolehkan negara-negara industri dengan komitmen pengurangan reduksi gas rumah kaca untuk melakukan investasi pada proyek pengurangan emisi di negara berkembang sebagai alternatif disbanding melakukan di negara mereka sendiri dengan biaya yang lebih mahal.

3

Negara Annex I adalah negara-negara maju yang ikut dalam program Protokol Kyoto, seperti negara Eropa, Amerika Utara, Australia dan Jepang. Sedangkan negara-negara yang termasuk negara non Annex yaitu negara-negara berkembang, seperti Indonesia.

(19)

khusus mendalami sustainable development, yang disebut World Business Council for Sustainable Development (WBCSD4).

Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam segala bidang, salah satunya bidang industri. Dewasa ini perkembangan perindustrian di Indonesia semakin meningkat seiring dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam konteks mekanisme CDM khususnya, Indonesia sebagai negara non-Annex I memiliki keuntungan masuknya investasi asing, terutama dari negara Annex I dalam mendukung proyek perindustrian yang ramah lingkungan.

CDM adalah peluang investasi modal asing sehingga tidak ada kewajiban bagi pemerintah Indonesia untuk mengikuti. Kewajiban pemerintah dalam hal ini bukan dalam konteks CDM, tetapi kewajiban sebagai peratifikasi United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC5), yaitu berkewajiban memberikan laporan nasional secara periodik tentang hasil inventarisasi gas rumah kaca (sektor energi dan non energi), serta upaya yang telah dilakukan dalam rangka menekan dampak negatif perubahan iklim. Sebagai negara non-Annex I, Indonesia belum diwajibkan untuk menurunkan emisi gas rumah kacanya dan berhak untuk mendapatkan bantuan dana untuk capacity building dan

technology transfer dalam rangka menekan dampak negatif perubahan iklim. Pemerintah Indonesia telah memiliki komitmen dalam menanggulangi dampak perubahan iklim, sebagai salah satu peserta dalam Protokol Kyoto,       

4

 WBCSD ini melaksanakan proyek spesifik dalam bidang yang berkaitan dengan semen, ban,

kimia, dan air yang tepat guna. Pada tahun 2000, organisasi dari seluruh perusahaan semen di dunia menciptakan, mengembangkan dan mempromosikan cara-cara praktis bagi industri untuk melestarikan lingkungan dibawah WBCSD. Tujuh belas perusahaan semen tergabung dalam WBCSD, salah satunya Heidelberg Cement (Germany).

5

UNFCCC adalah sebuah perjanjian internasional yang dihasilkan ketika Earth Summit, pada tahun 1992. Tujuan dari perjanjian ini adalah melakukan stabilisasi konsentrasi gas rumah kaca dalam atmosfer. Protokol Kyoto adalah salah satu hasil kerja UNFCCC.

(20)

Indonesia meratifikasi protokol tersebut pada 28 Juni 2004 dengan disahkannya UU Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan Kyoto Protocol to The United Nations Framework of Climate Change. Selanjutnya, pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) membentuk badan khusus untuk menangani masalah CDM yaitu Komisi Nasional Mekanisme Pembangunan Bersih (KN-MPB) yang disahkan melalui Kepmen No. 206/2005 pada tanggal 21 Juli 2005. Pada intinya, tugas KN-MPB ini adalah mengevaluasi proyek-proyek CDM yang masuk ke Indonesia, yang dapat diajukan oleh perusahaan yang memang bergerak dalam bidang reduksi karbon untuk mendapatkan CER, maupun perusahaan-perusahaan jenis lainnya. Berdasarkan informasi per 1 Maret 2011, ada 61 proyek CDM yang telah disetujui oleh Komnas Mekanisme Pembangunan Bersih dan telah terdaftar di Eksekutif CDM (Tabel 2). Berdasarkan kesepuluh tipe proyek CDM teregistrasi didapatkan total rata-rata reduksi emisi tahunan sebesar 1.339.670 ton CO2.

Tabel 2. Status CDM Terkini di Indonesia per 1 Maret 2011 Tipe Proyek CDM Teregistrasi Jumlah

Proyek

Rata-rata reduksi Emisi Tahunan CO2 (ton CO2)

Biogas 22 53.006

Biomasa 7 44.779

Penghindaran terbentuknya gas metana 6 27.879 Pemulihan dan pemanfaatan kembali

gas metana

6 67.490 Energi baru dan terbarukan lainnya 5 384.000

Penggantian bahan bakar 4 99.975

Semen 4 338.462 Efisiensi energi 2 26.731 PLTA 2 15.683 Dekomposisi N20 1 80.668 Pemanfaatan gas 1 390.893 Pengurangan emisi PFC 1 78.041 Total 61 1.339.670

(21)

Proyek CDM yang terkait dengan penerapan teknologi rendah emisi di industri semen yaitu penggantian bahan bakar fosil dengan bahan bakar alternatif, seperti yang sudah diterapkan di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Sejak Januari 2005, perusahaan ini sudah menerapkan penggunaan bahan bakar alternatif dalam proses produksi semennya.

1.2 Perumusan Masalah

Salah satu perusahaan semen di Indonesia, yaitu PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat menghasilkan produksi 18,6 juta ton semen per tahun. Jumlah emisi CO2 yang diperkirakan bertambah akibat kebutuhan akan semen yang

cenderung meningkat akan mempengaruhi dan merusak lingkungan.

Sejak tahun 2002, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mulai memenuhi syarat untuk ikut dalam carbon fund dalam rangka mempertahankan ISO 14001 mengenai sistem manajemen lingkungan. Hal tersebut ditandai dengan penyerahan Project Idea Note disertai Letter of Acceptance dari Menteri Lingkungan Hidup dikirim ke World Bank. Proses pemenuhan syarat untuk ikut serta dalam carbon fund terdiri dari beberapa tahap dan membutuhkan waktu yang lama. Perusahaan ini memerlukan waktu sekitar empat tahun sampai project dapat dilaksanakan di plant. Melihat beberapa feed back positif carbon fund diantaranya yaitu dana Certified Emission Reduction (CER6) dari jumlah pengurangan emisi akibat project dan investasi teknologi yang ramah lingkungan, keikutsertaan perusahaan ini dalam program pengurangan emisi membuka peluang untuk menghasilkan semen berkualitas dan ramah lingkungan dengan mengganti bahan bakar.

      

6

 CER adalah bentuk sertifikat setiap penurunan emisi sebesar 1 ton CO2 yang diterbitkanoleh

Badan Pelaksana MPB. Hal tersebut diatur sesuai dengan kesepakatan Protokol Kyoto. Di

(22)

Perusahaan ini terlibat dalam dua proyek yang terdiri dari proyek pengurangan emisi dari kegiatan pencampuran bahan semen (Blended Cement Project) dan proyek pemakaian bahan bakar alternatif (Alternative Fuel Project). Pada tahun 2008, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mendapatkan first CER Penerimaan pembayaran atas penjualan 80.967 CER adalah sebesar 40.303 USD (setelah dikurangi biaya persiapan proyek). Hal tersebut menjadikan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk merupakan perusahaan pertama di Indonesia penerima CER dalam kerangka proyek CDM.

Pada proses pembakaran di sebelas kiln PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk digunakan bahan bakar batubara sebagai bahan bakar utama sedangkan bahan bakar pemantik awal setelah shut down menggunakan bahan bakar Industry Diesel Oil (IDO) karena memiliki nyala api yang tinggi dibandingkan dengan batubara. Konsumsi batubara perusahaan ini rata-rata mencapai 1,7 juta ton per tahun dan IDO 20 ribu ton per tahun. Kebutuhan akan batubara yang semakin meningkat diikuti dengan menurunnya persediaan menyebabkan harga batubara cenderung naik. Batubara yang tergolong high calori value (CV lebih besar dari 6000 kkal) harganya mencapai Rp 1.035.000/ton pada tahun 2011.

Sejak tahun 2007, khususnya di plant 8 perusahaan ini menggunakan

mixing sekam padi, serbuk gergaji, cangkang kelapa sawit,dan oil sludge sebagai bahan bakar alternatif. Alternative fuel dalam proses pembakaran di kiln memiliki peran sebagai pengganti sebagian bahan bakar fosil yaitu sebanyak 3-5%.

Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian mengenai bagaimana proses pemanfaatan bahan bakar alternatif di industri semen, efisiensi emisi, penghematan biaya yang diterima perusahaan dan nilai manfaat bersih yang

(23)

diterima perusahaan selama tujuh tahun umur proyek sehingga memberi insentif perusahaan lain untuk dapat ikut serta dalam kegiatan mewujudkan sustainable development.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu:

1. Mengidentifikasi bagaimana proses persetujuan carbon fund dan penerapan

alternative fuel project yang dilakukan perusahaan.

2. Melihat dampak emisi penerapan alternative fuel project yang dilakukan perusahaan, baik dari sisi lingkungan maupun ekonomi.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi kepada kalangan industri tentang peluang diversifikasi energi dengan menggunakan bahan bakar alternatif berupa limbah industri, serbuk gergaji dan sekam padi.

2. Menjadi sumber informasi bahwa penggunaan bahan bakar alternatif bernilai rendah merupakan upaya penurunan emisi.

3. Sumber informasi untuk perusahaan itu sendiri, terkait manfaat dari pemakaian bahan bakar alternatif, baik dari segi efisiensi emisi dan efisiensi biaya.

1.5 Batasan Penelitian

1. Penelitian mengkaji pemakaian alternative fuel dalam pembakaran di kiln

salah satu plant PT Indocement Tunggal Prakarsa, yaitu di plant 8. Plant 8 ini merupakan satu dari empat plant yang menggunakan bahan bakar alternatif.

(24)

2. Perhitungan emisi yang diestimasi fokus pada emisi CO2 dari proses

pembakaran di kiln.

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Carbon Fund

Perubahan iklim dalam Stern (2007) adalah kegagalan pasar terluas yang pernah terjadi dan menghadirkan tantangan untuk ekonomi.7 Untuk meminimalkan gangguan ekonomi dan sosial, review ini menyediakan

environmental taxes. Kesimpulan utama The Stern Review adalah manfaat yang besar dari tindakan awal terhadap perubahan iklim akan jauh lebih besar daripada biaya yang harus dikeluarkan apabila kita tidak bertindak sama sekali. Tanpa tindakan, biaya keseluruhan dari perubahan iklim akan setara dengan kehilangan minimal 5-20% dari Gross Domestic Product (GDP). Review ini mengusulkan biaya sebesar 1% dari GDP untuk diinvestasikan dalam upaya penanggulangan menghindari dampak terburuk dari perubahan iklim.

Perubahan iklim mengancam elemen dasar kehidupan di dunia, terutama dalam akses terhadap air, produksi pangan, kesehatan dan penggunaan lahan serta lingkungan. Dampak dari perubahan iklim ini tidak merata, negara-negara termiskin akan merasakan dampak perubahan yang signifikan dibanding negara-negara maju. Dampak perubahan iklim ini merupakan suatu ancaman serius bagi negara-negara berkembang, khususnya dalam pengentasan kemiskinan. Pertama, pengembangan wilayah secara geografis membawa kerugian, karena pengembangan ini rata-rata dilakukan pada daerah dengan tujuan untuk menjadi daerah berkembang, pembukaan lahan pun terus dilakukan sehingga membantu meningkatkan suhu bumi dan variabilitas curah hujan semakin tinggi. Hasilnya selain mendatangkan manfaat, peningkatan suhu mengakibatkan biaya di negara-      

7

The Stern Review on the Economics of Climate Change adalah laporan yang dirilis untuk pemerintah Inggris pada 30 Oktober 2006 oleh Nicholas Stern. Laporan ini membahas efek pemanasan global dan perekonomian dunia.

(26)

negara miskin. Kedua, pada negara-negara berkembang yang bergantung pada sektor pertanian, sektor ini sangat sensitif terhadap perubahan iklim sehingga hasil pertanian banyak yang tidak sesuai hasil prediksi. Ketiga, dengan pendapatan yang rendah, membuat masyarakat di negara-negara berkembang kesulitan beradaptasi terhadap perubahan iklim. Pada tingkat nasional, perubahan iklim akan memotong pendapatan dan meningkatkan biaya pengeluaran sehingga menyebabkan memburuknya keuangan publik.

Awalnya, perubahan iklim ini memberikan keuntungan bagi negara maju dibawah skenario business as usual (BAU). Tetapi apabila suhu meningkat lebih tinggi dapat pula menyebabkan kerusakan. Di daerah lintang tinggi seperti Kanada, Rusia dan Skandinavia, peningkatan suhu sebesar 2-3 derajat Celcius dapat menyebabkan keuntungan melalui peningkatan hasil pertanian. Namun, daerah ini akan mengalami tingkat pemanasan paling cepat dan akan mengakibatkan kerusakan infrastruktur, kesehatan manusia, kehidupan lokal serta keanekaragaman hayati.

Respon yang efektif terhadap perubahan iklim akan tergantung pada kondisi untuk menciptakan tindakan kolektif internasional. Memang saat ini sudah banyak negara dan perusahaan bertindak untuk mengurangi emisi, namun hal ini masih berdampak kecil terhadap pengurangan emisi global. Maka dari itu diperlukan penanganan secara internasional untuk berkomitmen bersama-sama dalam pengurangan emisi global. Konvensi kerangka kerja PBB mengenai perubahan iklim (UNFCCC), Protokol Kyoto dan berbagai kemitraan informal lainnya mendirikan sebuah kerangka kerja untuk saling bekerja sama menindaklanjuti tindakan kolektif dalam menanggapi perubahan iklim.

(27)

Menciptakan sistem carbon price secara global dan menggunakan carbon finance untuk mempercepat tindakan pengurangan emisi di negara-negara berkembang. Secara umum carbon price diperlukan untuk menjaga penurunan keseluruhan biaya dalam upaya membuat pengurangan emisi ini dan dapat dibuat dalam bentuk pajak, perdagangan, atau peraturan. Transfer teknologi dari negara maju ke negara berkembang oleh sektor swasta dapat dipercepat melalui aksi nasional dan kerjasama internasional. Protokol Kyoto telah mendirikan institusi-institusi terpercaya untuk mendukung perdagangan emisi internasional.

Memperluas aliran carbon finance ke negara-negara berkembang untuk menunjang kebijakan dan program yang efektif untuk mengurangi emisi akan mempercepat transisi menuju a low-carbon economy. Negara-negara berkembang telah mengambil tindakan yang signifikan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi emisi. Sebagai contoh, negara Cina telah mengadopsi secara ambisius tujuan domestik untuk mengurangi energi yang digunakan untuk setiap unit dai PDB sebesar 20% selama periode 2006-2010.

CDM dibentuk oleh Protokol Kyoto dan pada saat ini CDM merupakan saluran utama resmi untuk mendukung investasi low carbon di negara-negara berkembang. Hal tersebut memngkinkan pemerintah dan sektor swasta untuk berinvestasi dalam proyek-proyek yang mengurangi emisi di negara berkembang. Di masa depan, transformasi pada skala dan lembaga-lembaga untuk arus pendanaan karbon internasional akan diperlukan untuk mendukung pengurangan emisi yang hemat biaya. Biaya tambahan investasi low carbon di negara-negara berkembang mungkin setidaknya sebesar 20-30 miliar pertahun. Menyediakan

(28)

bantuan dengan biaya tersebut akan menimbulkan peningkatan besar skema pada tingkat ambisi seperti pada Emissions Trading Scheme (EU ETS).

Saat ini banyak kesempatan untuk membangun kepercayaan dan melahirkan pendekatan-pendekatan yang menciptakan arus skala besar investasi pengembangan low carbon. Sinyal awal dari skema perdagangan karbon, termasuk EU ETS yaitu tentang sejauh mana mereka akan menerima kredit karbon dari negara-negara berkembang. Hal ini akan membantu menjaga kontinuitas selama tahap penting untuk membangun pasar dan mendemonstrasikan segala kemungkinan yang dapat terjadi. Lembaga-lembaga keuangan internasional memiliki peran penting dalam mempercepat proses skema perdagangan karbon ini yaitu melalui pembentukan Clean Energy Investment Framework oleh Bank Dunia dan bank pembangunan multilateral lainnya yang menawarkan potensi untuk mempercepat dan memperluas arus investasi.

Kerjasama internasional yang lebih besar dapat mempercepat inovasi teknologi dan difusi sehingga akan mengurangi biaya mitigasi. Sektor swasta adalah pemacu inovasi dan difusi teknologi untuk saat ini, tetapi pemerintah dapat membantu mempromosikan kolaborasi internasional untuk mengatasi hambatan di area tersebut melalui pengaturan formal dan pengaturan yang mempromosikan kerjasama publik-swasta seperti Asia Pasific Partnership. Kerjasama teknologi memungkinkan sharing of risks, berbagi keberhasilan dan keuntungan dari penerapan teknologi serta menjadikan koordinasi sebagai prioritas. Wacana global baru muncul dari pihak Research and Development dan kemungkinan penyebaran dukungan pun tidak cukup untuk menitikberatkan perubahan teknologi di negara-negara berkembang, seperti penggunaan biomasa. Hal tersebut memerlukan

(29)

kerjasama internasional yang dapat dimasukkan dalam perjanjian-perjanjian multilateral.

Penyebaran dukungan koordinasi kebijakan nasional baik disisi formal atau pun informal dapat mempercepat pengurangan biaya atas penerapan teknologi yang ramah lingkungan. Saat ini, banyak negara bagian Amerika Serikat yang memiliki tujuan dan kerangka kebijakan nasional untuk mendukung penyebaran teknologi energi terbarukan. Transparansi dan berbagi informasi diperlukan untuk meningkatkan minat dalam carbon fund. Koordinasi peraturan internasional dan standar produk bisa menjadi cara efektif untuk mendorong efisiensi energi sehingga meningkatkan efektivitas, pengurangan biaya, insentif berinovasi meningkatkan transparansi, dan mempromosikan perdagangan internasional. Pengurangan hambatan tarif dan non-tarif untuk barang dan jasa rendah karbon, termasuk dalam negosiasi perdagangan Doha Development Round of International Trade sehingga membuka lebih jauh kesempatan untuk mempercepat kunci difusi teknologi.

Penertiban penggundulan hutan adalah salah satu cara yang menghemat biaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Emisi dari deforestasi sangat signifikan yaitu menyumbang lebih dari 18% dari keseluruhan total emisi global. Kebijakan yang menyangkut deforestasi tentunya harus dibentuk dan dipimpin oleh negara di mana hutan tersebut berada. Pada tingkat nasional, mendefinisikan

property rights untuk areal hutan dan menentukan hak serta tanggung jawab pemilik tanah, masyarakat dan logger adalah kunci manajemen hutan yang efektif. Hal tersebut tentunya harus melibatkan masyarakat setempat, menghormati hak-hak informal dan struktur sosial, bekerja dengan tujuan-tujuan pembangunan dan

(30)

memperkuat proses perlindungan hutan. Pasar karbon dapat memainkan peranan penting dalam memberikan insentif perbaikan lahan hutan jangka panjang.

Upaya adaptasi di negara berkembang harus dipercepat dan didukung, termasuk melalui bantuan pembangunan internasional. Negara-negara berkembang yang miskin akan terkena paling awal dan parah karena terjadinya perubahan iklim ini, meskipun mereka telah berkontribusi sedikit sebagai kontributor dalam emisi global. Pendapatan rendah menjadi faktor sulitnya masyarakat negara berkembang untuk beradaptasi keuangan. Masyarakat internasional mempunyai kewajiban untuk mendukung mereka dalam adaptasi terhadap perubahan iklim. Selain itu, upaya harus ditingkatkan untuk membangun kemitraan publik-swasta terkait asuransi climate-relate serta memperkuat mekanisme untuk meningkatkan manajemen resiko dan kesiapsiagaan. Tindakan awal mitigasi yang kuat merupakan peran kunci dalam membatasi biaya jangka panjang adaptasi. Tanpa hal tersebut, biaya adaptasi akan meningkat secara drastis.

Saat ini, membangun dan mempertahankan tindakan kolektif merupakan tantangan yang mendesak. Kerangka utama tindakan kolektif yaitu mengembangkan pemahaman tujuan bersama jangka panjang untuk kebijakan iklim, membangun lembaga-lembaga yang efektif dalam kerjasama, serta menunjukkan tanggung jawab untuk membangun rasa kepercayaan. Tindakan harus menyertakan mitigasi, inovasi dan adaptasi. Ada banyak kesempatan untuk mulai sekarang, termasuk mendapatkan manfaat langsung dan program skala besar memberikan pengalaman yang berharga.

(31)

Tantangan saat ini adalah memperluas dan memperdalam partisipasi disemua dimensi tindakan relevan, termasuk kerjasama untuk membuat harga karbon di pasar, mempercepat inovasi dan penyebaran teknologi karbon rendah, mengurangi emisi dari perubahan penggunaan lahan dan membantu negara-negara miskin beradaptasi terhadap dampak terburuk perubahan iklim. Masih ada waktu untuk menghindari dampak teburuk perubahan iklim jika tindakan kolektif dimulai dari sekarang. Tinjauan Stern ini berfokus pada resiko dalam ekonomi dan ketidakpastian, menggunakan beberapa alat ekonomi untuk mengatasi tantangan masalah global yang memiliki implikasi jangka panjang yang besar. Diperlukan kerja yang lebih keras untuk para ilmuwan dan ekonom untuk mengatasi tantangan analitis dan menyelesaikan beberapa ketidakpastian di cakupan luas. Tetapi, secara keseluruhan terlihat jelas bahwa resiko ekonomi tidak bertindak dalam menghadapi perubahan iklim. Ada cara lain untuk mengurangi resiko perubahan iklim, yaitu dengan cara memberikan insentif yang tepat. Dengan insentif yang tepat, sektor swasta akan merespon dan memberikan solusi.

Alat-alat kebijakan yang ada dapat menciptakan insentif yang diperlukan untuk mengubah pola investasi ekonomi ke arah low-carbon. Hal ini membutuhkan suatu kemitraan antara publik-swasta, bekerja dengan masyarakat sipil dan individu. Masih ada kesempatan untuk menghindari dampak terburuk perubahan iklim yaitu dengan melakukan tindakan awal yang kuat melalui aksi kolektif. Penundaan tindakan tentunya akan berdampak pada biaya yang semakin mahal dan kondisi alam yang semakin berbahaya bagi kehidupan.

(32)

2.2 Analisis Perhitungan Emisi CO2

Perhitungan efisiensi emisi menggunakan persamaan perhitungan emisi CO2 yang berasal dari Greenhouse Gas Protocol8, yaitu Calculation Tool for Direct Emission from Stationary Combustion, Version 3.0. Proses pembakaran adalah pengoksidasian secara cepat terhadap suatu zat yaitu bahan bakar dengan cara pelepasan energi panas. Oleh karena itu jumlah panas yang dibebaskan dari proses pembakaran maupun jumlah CO2 yang dihasilkan adalah fungsi dari

jumlah karbon dalam bahan bakar. Sebagian kecil karbon dalam bahan bakar kemungkinan dapat tidak teroksidasi dan tetap sebagai padatan setelah proses pembakaran, yaitu dalam bentuk jelaga atau abu.

Akhir-akhir ini, berkembang penggunaan biomas dan limbah sebagai bahan bakar alternatif. Komposisi kimia akhir dari proses pembakaran untuk bahan bakar biomasa sangat mirip dengan bahan bakar fosil. Namun, asal-usul karbon dari dua jenis bahan bakar tersebut berbeda. Karbon yang terkandung dalam biomasa ini berasal dari biogenic origin, yaitu baru-baru ini karbon dihasilkan dari jaringan pernapasan makhluk hidup, sedangkan karbon yang terkandung dalam bahan bakar fosil telah terperangkap dalam formulasi geologi selama ribuan tahun. Pada proses pembakaran, biomasa juga menghasilkan CO2,

namun karbon dioksida yang dihasilkan akan distabilisasi dengan diserap kembali oleh tumbuhan sehingga tidak ada penimbunan karbon dioksida dalam atmosfer dan keberadaannya seimbang. Maka dari itu, perhitungan untuk emisi CO2 yang

berasal dari biomasa dihitung secara terpisah dari emisi CO2 bahan bakar fosil.

      

8

 Greenhouse Gas Protocol adalah sebuah kemitraan selama satu dekade antara World Resources Institute dan WBCSD, mereka bekerja sama dengan beberapa pihak yang terkait, yaitu dengan industri, pemerintah dan kelompok lingkungan diseluruh dunia untuk membangun program yang

(33)

Penggunaan perhitungan menggunakan metode kalkulasi untuk emisi CO2. Perhitungan ini memerlukan nilai volume bahan bakar yang dikonsumsi,

konten karbon pada bahan bakar, dan faktor oksidasi untuk menghitung sebagian kecil karbon yang tersisa sebagai jelaga atau abu. Hasil dari oksidasi sempurna bahan bakar biasanya dalam bentuk gas (baik gas CO2 atau CH4) dan bagian yang

tidak teroksidasi menjadi abu atau partikel padatan lainnya. Penetapan nilai karbon kontenini bisa dilakukan pada uji laboratorium atau menggunakan analog data yang sudah tersedia, seperti nilai karbon konten yang telah ditetapkan oleh IPCC.

2.3 Analisis Kelayakan Finansial

Analisis finansial merupakan analisis dimana proyek dilihat dari sudut badan-badan atau orang-orang yang menanamkan modal dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam proyek. Sedangkan analisis ekonomi merupakan analisis dimana proyek dilihat dari sudut perekonomian secara keseluruhan. Alat-alat analisis kelayakan finansial diantaranya yaitu Net Present Value (NPV).

NPV atau keuntungan bersih suatu proyek adalah nilai sekarang dari arus tambahan manfaat bagi pelaksanaan proyek, dihitung berdasarkan tingkat diskonto. Jika nilai NPV lebih besar dari nol maka proyek dapat dikatakan layak. Apabila nilai NPV sama dengan nol, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar social opportunity cost faktor produksi modal, sebaliknya jika NPV lebih kecil dari nol, berarti proyek tersebut tidak dapat menghasilkan senilai biaya yang dipergunakan dan proyek tidak layak dilakukan (Kadariah et.al. 1999). Cara perhitungan NPV dalam suatu penilaian investasi merupakan cara yang praktis untuk mengetahui apakah proyek itu menguntungkan atau tidak. Namun, cara ini

(34)

tidak terlepas dari kelemahan-kelamahan, kelemahan ini terletak pada keharusan menentukan suku bunga yang tepat dan benar sebelum metode digunakan (Soekartawi et.al. 1986).

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian terkait Alternative Fuel and Raw Material (AFR) ini diteliti oleh Rahmawati (2011). Tujuan dari laporan ini adalah untuk mengetahui cara meganalisis awal limbah B3 yang akan digunakan sebagai bahan bakar alternatif dalam produksi semen untuk menentukan pengelompokkan jenis limbah untuk nantinya dianalisis lebih lanjut sehingga tidak berdampak negatif terhadap kesehatan pekerja, masyarakat, dan lingkungan sekitar. Objek yang diteliti adalah limbah B3 dari suatu industri, yaitu dust grinding, WWT sludge, used catalyst, copper slag, dan limbah cake. Hasil dari laporan ini semua limbah B3 dari analisa mengandung gas ammonium, tetapi belum bisa dikatakan berbahaya karena belum dianalisis lebih lanjut kandungannya dalam kosentrasi tinggi atau rendah dan semua limbah B3 dari analisis berupa limbah padat tetapi mempunyai bentuk warna yang berbeda-beda.

Penelitian lainnya yang terkait penggunaan AFR di industri semen diteliti oleh Pramesthi (2009). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat keberlanjutan bahan bakar alternatif, menganalisis pengaruh penggunaan bahan bakar alternatif terhadap proses pembakaran, dan mengetahui pengaruh penggunaan biaya pengelolaan limbah pada produksi. Pengaruh penggunaan bahan bakar alternatif terhadap pengurangan emisi proses pembakaran mencapai 7,49% dan penghematan biaya terhadap pengelolaan produksi mencapai 8,95%.

(35)

III.KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

Tahun 2002 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ikut dalam proyek

carbon fund dalam rangka mempertahankan sertifikasi ISO 14001. Dua proyek yang diajukan dalam program pengurangan emisi yaitu Blended Cement Project

dan Alternative Fuel Project. Ada empat plant yang menggunakan bahan bakar alternatif dalam proses produksinya, salah satu plantnya yaitu plant 8. Dalam proses penggunaan alternative fuel di perusahaan ini, ada beberapa tahap dalam registrasi carbon fund yang harus dilakukan sampai dengan proyek tersebut dilaksanakan, maka dari itu digunakan metode analisis deskriptif untuk mengidentifikasi bagaimana tahap carbon fund dan teknis peggunaan bahan bakar alternatif.

Penerapan alternative fuel ini selain menguntungkan bagi lingkungan melalui pengurangan emisi yang dihasilkan, juga menguntungkan bagi perusahaan itu sendiri yaitu dari penghematan pemakaian bahan bakar utama serta menghasilkan CER dari penurunan emisi CO2. Untuk itu perlu dilakukan

perhitungan emisi CO2 dari penerapan alternative fuel menggunakan Calculation Tool for Direct Emission from Stationary Combustion, Version 3.0 dan nilai peluang CER yang akan didapatkan apabila proyek ini berjalan. Sedangkan untuk mengetahui penghematan biaya selama penggunaan bahan bakar alternatif dilakukan analisis matematis. Jangka waktu kredit alternative fuel project ini yaitu selama tujuh tahun, maka dari itu untuk mengetahui nilai manfaat bersih dari biaya proyek digunakan alat analisis NPV.

(36)

                     

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Konseptual Mempertahankan ISO 14001, PT Indocement Tunggal

Prakarsa Tbk ikut serta dalam carbon fund

Dua proyek yang dilakukan terkait carbon fund, yaitu

alternative fuel projectdan blended cement project 

Plant 8 adalah salah satu plant dari empat plant yang menggunakan bahan bakar alternatif

Proses Penggunaan Bahan Bakar Alternatif (Carbon fund, Teknis, Efisiensi Emisi, Efisiensi Biaya)

Proses penggunaan bahan bakar alternatif dan carbon fund dianalisis dengan metode analisis deskriptif  Efisiensi biaya dianalisis dengan analisis perhitungan Perhitungan emisi dianalisis dengan Calculation for Direct Emission from Stationary Combustion, Version 3.0

Dampak pemanfaatan bahan bakar alternatif yaitu penurunan emisi, penghematan biaya, dan jumlah manfaat

bersih yang diterima perusahaan selama tujuh tahun. Pencarian Data : Primer dan Sekunder

(37)

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari 2012, bertempat di plant

8 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Citeureup, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar 2). Plant 8 ini adalah satu plant dari empat plant yang sudah menerapkan bahan bakar alternatif didalam produksinya. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan sengaja dengan alasan industri semen ini merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang berhasil mendapatkan CER dalam program pengurangan emisinya.

Sumber :PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (2012)

Gambar 2. Lokasi Penelitian di Citeureup Plant 4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari pengamatan langsung ke lapangan dengan didampingi karyawan perusahaan ke beberapa tempat, yaitu Alternative Fuel and Raw Division (AFR Division), Supply Division, Quality Assurance and Research Department, Departemen produksi P8. Sedangkan data sekunder didapat dari inventarisasi dan penelusuran data perusahaan, studi literatur, dan referensi-referensi lainnya berupa buku, makalah, penelitian terdahulu, serta internet.

(38)

4.3 Metode Pengumpulan Data

Metode yang dilakukan untuk memperoleh data dan informasi digunakan yaitu dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan, melakukan wawancara dengan informan dan melakukan studi dokumentasi atau arsip. Pengamatan langsung di lapang dilakukan dengan melakukan observasi langsung di perusahaan. Studi dokumentasi dilakukan dengan melihat data proyek terkait dengan pemakaian bahan bakar alternatif perusahaan serta hasil penelitian mengenai AFR baik yang berupa laporan kerja praktek, jurnal, skripsi, tesis maupun tulisan yang diakses melalui internet

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan yaitu untuk mengetahui proses penggunaan bahan bakar alternatif dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan bahan bakar alternatif, sedangkan untuk mengetahui pemakaian

alternative fuel selama tahun 2008 dan 2011 digunakan data sekunder yang berasal dari perusahaan (Tabel 3).

Tabel 3. Jenis Data dan Sumber Informasi Penelitian Lapang

No Data/Informasi Sumber Data/Informasi

Jenis Data Pendekatan

1 Proses penggunaan

bahan bakar alternatif

Pengamatan langsung didampingi Karyawan perusahaan Primer dan sekunder Wawancara dan studi literatur 2 Pemakaian alternative fuel selama tahun 2008 dan 2011 Data perusahaan Sekunder Penelusuran Data 3 Faktor-faktor yang mempengaruhi

pemilihan bahan bakar alternatif Wawancara, data perusahaan Primer dan sekunder Studi literatur dan wawancara Sumber : Penulis, (2012)

(39)

4.4 Metode Analisis Data

Metode analisis data terdiri atas analisis deskriptif dan analisis matematis. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan bahan bakar alternatif, proses persetujuan dan kendala dalam pemakaian bahan bakar alternatif di plant 8. Untuk menghitung jumlah CO2 yang dihasilkan dari industri semen menggunakan formula yang berasal dari The Cement CO2 Protocol: CO2 Emission Monitoring and Reporting Protocol for Cement Industry, Version 3.0. Analisis perhitungan CO2 digunakan untuk

menjelaskan CO2 dihasilkan dari beberapa jenis bahan bakar alternatif yang

digunakan dan menjadi panduan pembahasan mengenai penurunan emisi karbon. Sedangkan untuk mengetahui jumlah manfaat bersih dari cost alternative fuel project di plant 8 menggunakan alat analisis kelayakan finansial NPV.

4.4.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi nyata yang dihadapi industri semen yang sudah menerapkan pemanfaatan bahan bakar alternatif, menjelaskan bagaimana pemanfaatan bahan bakar ini menjadi program diversifikasi energi yang cukup potensial karena dapat mengurangi emisi CO2

yang dihasilkan. Program CDM ini memberikan peluang terhadap perusahaan untuk mewujudkan perusahaan yang ramah lingkungan melalui investasi input yang rendah emisi.

4.4.2 Analisis Matematis

Analisis dilakukan berdasarkan data konsumsi bahan bakar dan data produksi clinker yang dihasilkan per bulan. Analisis perhitungan CO2 dilakukan

(40)

Combustion, Version 3.0 sebagai formulasi resmi yang dipublikasikan oleh WBCSD. Perhitungan CO2 dibedakan berdasarkan bahan bakar yang berasal dari

fosil (batubara, IDO, limbah B3) dan biomasa (sekam padi, serbuk gergaji, kayu). Metode kalkulasi untuk CO2 yaitu:

E = , , ………...(1)

Keterangan,

E : Massa emisi CO2 (Ton)

A f,m : Volume bahan bakar yang dikonsumsi (Ton) F c,m : Konten karbon pada bahan bakar (Ton) F ox : Faktor oksidasi bahan bakar

44/12 : Ratio molekul CO2 dengan karbon

Setelah diketahui tingkat CO2 yag dihasilkan dari masing-masing bahan

bakar dan dijumlahkan, dapat dicari tingkat rasio perbandingan CO2 yang

dihasilkan dengan satu ton clinker yang dihasilkan. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Rasio emisi = Total Emisi Bahan Bakar (Ton) ……….…...(2) Total Produksi Clinker (Ton)

Rumus tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat rasio emisi sebelum dan sesudah penggunaan bahan bakar alternatif. Apabila rasio emisi sesudah penggunaan bahan bakar alternatif lebih kecil daripada rasio sebelum penggunaan bahan bakar alternatif, maka penerapan aplikasi alternative fuel project dikatakan efisien.

Penurunan rasio emisi sesudah adanya alternative fuel project ini memberikan peluang mendapatkan CER dalam carbon fund. Setiap penurunan

(41)

satu ton CO2 dalam carbon fund akan mendapatkan CER. Perhitungan atas

penurunan emisi setiap satu ton CO2 yaitu menggunakan :

Unit CER = Emisi Baseline – Emisi Aktual ………...……..(3) Keterangan,

Baseline : Emisi yang dikeluarkan ketika tidak ada proyek pengurangan emisi Aktual : Emisi yang dikeluarkan ketika ada proyek pengurangan emisi Sumber : Panduan MPB Indonesia, (2005)

Pembayaran CER disesuaikan dengan harga ketika kesepakatan awal

project. Pendapatan perusahaan dari pembayaran CER ini dapat dirumuskan : Pembayaran CER = CER yang didapatkan x harga setiap satu CER

Berdasarkan tingkat konsumsi bahan bakar dan harga bahan bakar, dapat diketahui biaya penggunaan bahan bakar. Selanjutnya total biaya bahan bakar keseluruhan dibagi dengan produksi clinker yang dihasilkan untuk mengetahui tingkat rasio biaya bahan bakar setiap satu ton clinker yang dihasilkan, secara sistematis dirumuskan :

Rasio biaya bahan bakar = Total Biaya Bahan Bakar (Rupiah) ……..(4) Total Produksi Clinker (Ton)

Apabila rasio biaya bahan bakar per satu ton produksi clinker sesudah penggunaan bahan bakar alternatif ini lebih rendah dibandingkan sebelum penggunaan bahan bakar alternatif, maka dengan adanya alternative fuel project

ini dikatakan efisien.

Total manfaat keseluruhan dari penerapan alternative fuel project ini yaitu didapat dari pembayaran CER dan penghematan biaya yang didapat, dapat dirumuskan dengan :

(42)

Total energy saving perusahaan = pendapatan CER + penghematan biaya bahan bakar ………..……(5) 4.4.3 Analisis Kelayakan Finansial

Kelayakan finansial dari suatu investasi dinilai dengan menggunakan metode arus tunai terpotong (discounted cashflow). Metode ini adalah suatu cara penilaian manfaat atau penilaian kelayakan investasi dari suatu proyek dengan memperhitungkan nilai waktu dari uang. Kriteria investasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu NPV.

Metode NPV ini merupakan selisih manfaat dan biaya selama umur ekonomis proyek yang diukur dengan nilai uang sekarang dengan menggunakan

discount rate. Rumus :

NPV = ∑

^ ………...(6) Keterangan,

NPV = Jumlah pendapatan bersih diwaktu sekarang selama n tahun (Rp) Bt = Penerimaan proyek pada tahun ke-t (Rp)

Ct = Biaya proyek pada tahun ke-t (Rp) n = Umur ekonomis proyek

i = Tingkat diskonto (%) t = Tahun

Keterangan,

1. NPV < 0 (negatif), mengartikan bahwa sampai pada t tahun investasi masih merugi sehingga tidak layak dilaksanakan.

(43)

2. NPV = 0, waktu tepat dimana biaya investasi dapat dikembalikan sehingga perusahaan tidak mendapat keuntungan atau tidak merugi.

3. NPV > 0 (positif), menunjukkan kondisi perusahaan menguntungkan, dengan semakin besarnya NPV maka semakin besar pula keuntungan yang akan dicapai.

(44)

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah salah satu produsen semen terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen bermutu, termasuk produk semen khusus. Indocement didirikan pada tahun 1975 dan dioperasikan secara terpadu. Perusahaan ini termasuk perusahaan perseroan terbatas dengan produksi semen cap Tiga Roda yang memiliki 12 pabrik dan tersebar di tiga lokasi, yaitu di daerah Citeureup-Bogor (9 pabrik, luas area 200 Ha), Palimanan-Cirebon (2 pabrik, luas area 37 Ha), dan Tarjun-Kalimantan (1 pabrik, luas area 71 Ha).

Pemilihan lokasi pendirian industri semen di daerah Citeureup ini berdasarkan pertimbangan berikut :

1. Orientasi Pasar

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memiliki letak strategis karena berada dalam lokasi paling dekat dengan pangsa pasar terbesar di Indonesia yaitu DKI Jakarta dan Jawa Barat. Hal ini tentu meningkatkan jumlah penjualan. Produksi semen dikemas 50 kg per kantong semen. 2. Orientasi Bahan Baku

Daerah Citeureup merupakan daerah yang kaya akan batu kapur, tanah liat, dan pasir silika. Bahan baku tersebut diangkut dengan belt conveyor dan

quarry menggunakan dump truck.

Penelitian ini banyak dilakukan di bagian Alternative Fuel and Raw Material Division, Supply Division, Quality Assurance and Research Department, Departemen produksi Plant 8.

(45)

Plant 8 adalah salah satu plant dari empat plant yang memakai bahan bakar alternatif di kiln. Bahan bakar alternatif yang dipakai di keempat plant yaitu

mixing oil sludge, sekam padi, serbuk gergaji, ban bekas dan refused derived fuel

(RDF9).

5.2 Gambaran Umum Usaha 5.2.1 Sejarah Berdirinya Usaha

Pembuatan semen cap Tiga Roda ini dimulai pada tahun 1975 melalui PT

Distinct Indonesia Cement Enterprise (PT DICE). Saham Indocement tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan nilai kapitalisasi sebesar Rp 16.934 miliar pada akhir tahun 2008. Pemegang saham Indocement per 30 Juni 2009 yaitu Birchwood Omnia Limited (51,00%), PT Mekar Perkasa (13,03%), dan publik (35,97%) (Tabel 4). Pada tanggal 30 Desember 2010, saham Indocement tercatat di Bursa Efek Indonesia memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp 59.726 miliar.

Tabel 4. Data Pemegang Saham PT Indocement Tunggal Prakarsa

Sumber : PT Indocement Tunggal Prakarsa, (2012)

Terkait dengan mulai beroperasinya pabrik 11 maka PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memiliki kapasitas terpasang 18,6 juta ton semen per tahun, ini menjadikan perusahaan tersebut produsen semen terbesar kedua di Indonesia. Produksi semen ini menguasai pangsa pasar dalam negeri sebesar 35%. Hal

       9

RDF adalah bahan bakar yang dihasilkan dari proses shredding limbah padat dengan teknologi waste converter. Sebagian besar RDF berasal dari limbah rumah tangga dan limbah tersebut mudah terbakar, seperti plastik.

Pemegang Saham Jumlah Saham Beredar dan Dimiliki Penuh

Persentase Kepemilikan (%)

Birchwood Omnia Limited 1.877.480.863 51

PT Mekar Perkasa 479.735.234 13,03

Publik 1.324.015.602 35,97

(46)

tersebut disebabkan lokasinya yang strategis yaitu di Pulau Jawa yang merupakan konsumen terbesar di Indonesia.

Sejak tahun 2003, PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk khususnya pabrik di Citeureup telah melakukan uji coba pemanfaatan limbah B3 sebagai bahan bakar alternatif dimulai dengan ban bekas dan oil sludge. Uji coba tersebut dikenal dengan Trial Burn Test (TBT). Dari hasil TBT tersebut mulai akhir 2006, pabrik yang berlokasi di Citeureup telah diberi izin berupa surat tidak berkeberatan pemanfaatan limbah bahan berbahaya dan beracun (Limbah B310) sebagai bahan bakar alternatif dan pada tahun yang sama dibentuk Alternative Fuel and Raw Material Division (AFRD) sebagai penanggung jawab pengelolaan limbah.

Alternatif Fuel and Raw Material (AFR) merupakan bahan bakar dan material alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar maupun bahan baku utama. Saat ini PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk melakukan penghematan penggunaan energi bahan bakar maupun bahan baku dengan energi pengganti yang bisa didapat dari bahan-bahan AFR untuk mengurangi emisi dalam mewujudkan CDM.

5.2.2 Pengadaan Input

Bahan baku utama dalam pembuatan semen adalah batu kapur (80%). Sedangkan bahan lainnya adalah tanah liat (10-15%), dan gypsum (5%). Bahan-bahan pembuatan semen yang diproses di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

      

10

 Berdasarkan PP No. 18 Tahun 1999, limbah B3 adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang

mengandung bahan berbahaya atau beracun karena sifat atau konsentrasinya atau jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan atau merusak lingkungan hidup atau membahayakn lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.

(47)

Citeureup ini berasal dari daerah sekitar perusahaan. Setiap harinya dibutuhkan tanah liat sebanyak 6.000 ton dan batu kapur sebanyak 40.000 ton.

Pemakaian bahan bakar utama dalam pabrik semen ini adalah batubara. Selain batubara, dibutuhkan IDO sebagai pemantik awal pada mesin. Sejak September 2007, di plant 8 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memakai bahan bakar alternatif pada proses pembakaran di kiln.

Pengusahaan input bahan bakar alternatif berasal dari limbah internal perusahaan itu sendiri dan limbah perusahaan lain. Limbah yang digunakan seperti ban bekas, oil sludge, fly ash, iron material, WWT sludge, contamined goods, paint sludge, spent catalyst, dan lain-lain. Sebagian limbah-limbah tersebut dapat dikategorikan sebagai limbah B3.

Proses penggunaan bahan bakar alternatif membutuhkan material lain untuk dicampurkan. Material lain ini contohnya serbuk gergaji dan sekam padi, yang dibeli dari industri meubel dan home industry. Waste material seperti oil sludge dan paint sludge dihasilkan dari industri alumunium, industri minyak dan gas, dan industri automotif.

5.2.3 Proses Produksi

Semua bahan baku semen dihancurkan sampai menjadi bubuk halus dan dicampur sebelum memasuki proses pembakaran. Pengeringan awal bahan baku diperlukan untuk proses penggilingan dengan sistem kering. Tahap yang paling rumit dalam memproduksi semen Portland11 adalah proses pembakaran, dimana terjadi proses konversi kimiawi sesuai rancangan dan proses fisika untuk mempersiapkan campuran bahan baku membentuk klinker. Proses dilakukan di       

11

 Semen Portland atau Ordinary Portland Cement (OPC) adalah jenis semen yang paling sering

(48)

dalam rotary kiln dengan menggunakan bahan bakar fosil berupa padat (batubara), cair (solar), atau bahan bakar alternatif. Batubara adalah bahan bakar yang paling umum dipergunakan karena pertimbangan biaya.

Proses terakhir dalam memproduksi semen Portland adalah penghalusan klinker dengan tambahan sedikit gypsum, kurang dari 5%, untuk menghasilkan

Ordinary Portland Cement I. Jenis semen lain dihasilkan dengan penambahan bahan aditif posolan atau batu kapur di dalam penghalusan semen. Proses produksi pada setiap pabrik dimonitor oleh masing-masing pabrik dan dipusatkan di pusat ruang kontrol dimana peralatan komputer digunakan untuk memonitor keseluruhan proses dari pengambilan bahan baku di gudang penyimpanan hingga penghalusan semen. Pemeriksaan mutu semen dilaksanakan secara intensif. Untuk memastikan produksi semen tetap bermutu tinggi secara konsisten, dirancang suatu sistem modern pengambilan sample otomatis, analisis x-ray otomatis dan proses komputerisasi dilaksanakan secara online.

Setiap kegiatan atau usaha pasti menghasilkan limbah, kemudian limbah tersebut harus dikelola supaya tidak membahayakan lingkungan. Untuk mewujudkan sustainable development, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk melakukan pengolahan limbah. Limbah ini dimanfaatkan sebagai Bahan Bakar dan Material Alternatif (BBMA), yang dikategorikan menjadi Alternatif Fuel dan

Raw Material. Dalam memproses Alternatif Fuel dan Raw Material, perusahaan ini menerapkan prinsip co-processing. Definisi co-processing itu sendiri adalah pemanfaatan limbah dalam proses industri semen dengan memanfaatkan kembali (recovery) energi dan material yang terdapat di dalam limbah tersebut.

(49)

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Proses Alternative Fuel Project PT ITP

6.1.1 Proses Persetujuan Alternative Fuel Project PT ITP

Proses persetujuan project pengurangan emisi ini memerlukan waktu sekitar empat tahun sampai project dapat dilaksanakan. Project pengurangan emisi yang telah disetujui World Bank untuk PT Indocement Tunggal Prakarsa salah satunya yaitu alternative fuel project. Ada empat plant dari sembilan plant

Citeureup yang menggunakan bahan bakar alternatif, salah satunya plant 8.

  Awal mula perusahaan ini menerapkan alternative fuel project berasal dari mempertahankan ISO 14001. Keikutsertaan perusahaan dalam carbon fund

dimulai dengan pembuatan proposal project pada tahun 2002. Ada dua project carbon fund yang diusulkan, yaitu blended cement project dan alternative fuel project. Perjanjian ini berakhir pada tahun 2012 atau pada saat diserahkannya seluruh CERs yang dihasilkan. Blended cement project ini dilakukan di raw mill, sedangkan alternative fuel project dilakukan di rotary kiln.

Proses persetujuan proyek dan pelaksanaan proyek ini membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu sekitar empat tahun (Gambar 3). Berdasarkan kondisi dan persyaratan yang tercantum dalam perjanjian, perusahaan harus menghasilkan reduksi gas rumah kaca dalam jumlah minimum dari proyek dan menyerahkan reduksi emisi sehubungan dengan reduksi GHG tersebut kepada

trustee dengan jumlah volume 2,42 juta ton. Perjanjian ini dimulai sejak tahun 2005 dan akan berakhir pada tahun 2012 atau pada saat diserahkannya seluruh CERs yang dihasilkan dari proyek.

(50)

Gambar 3. Alur Persetujuan CDM Project PT ITP

1. Proposal Review and Upstream Due Diligence

Project Idea Note : Desember 2002 Project Concept Note : Maret 2003

Letter of Intent with World Bank : Agustus 2001 Host Country Endorsement : Desember 2005

2. Carbon Asset Due Diligence

Environmental Monitoring Plan : Desember 2003 New Baseline and Methodology : Mei 2005 Project Design Document (PDD) : September 2005

3. Validation Process

Validation Report: Juli 2006

4. Negotiation of Project Agreements

Emission Reduction Purchase Agreement : Juni 2004

5. Project Registration

Register Country list in UNFCCC : September 2006

6. Construction and start up

Project entity monitors in accordance to the monitoring plan : 1 Januari 2005

7. Periodic verification Verification Report : Desember 2006

8. Certification Issuance

CERs are issued by the CDM Executive Board : Maret 2008

9. Projecting Completion (maybe post in 2012)

Crediting period either :

 10 years fixed for Blended Cement Project

(51)

Lembaga-lembaga yang terkait dalam CDM Project tersebut yaitu CDM

Executive Board, Designated National Authority (DNA), dsb (Gambar 4). Untuk DNA negara Indonesia yaitu Komisi Nasional Mekanisme Pembangunan Bersih (KomNas MPB). Tugas KomNas MPB terkait CDM Project yaitu:

1. Memberikan persetujuan atas usulan proyek MPB berdasarkan kriteria dan indikator pembangunan berkelanjutan, pendapat Tim Teknis, dan masukan pakar serta pemangku kepentingan lainnya.

2. Melakukan penelusuran status dokumen proyek yang telah disetujui KomNas MPB di CDM Executive Board.

3. Monitoring dan evaluasi kinerja kegiatan proyek CDM.

4. Menyampaikan laporan tahunan kegiatan proyek ke secretariat UNFCCC. Selain itu, kemitraan yang terkait dalam CDM ini adalah Prototype Carbon Fund (PCF). PCF ini adalah sebuah kemitraan antara tujuh belas perusahaan dan enam pemerintah, dan dikelola oleh World Bank. PCF menginvestasikan kontribusi yang diberikan oleh perusahaan dan pemerintah dalam proyek-proyek yang dirancang utuk menghasilkan pengurangan emisi yang sepenuhnya konsisten dengan Protokol Kyoto, khususnya dalam kerangka kerja Joint Implementation

Gambar

Tabel 1. Total Emisi Global pada Tahun 2004
Tabel 2. Status CDM Terkini di Indonesia per 1 Maret 2011    Tipe Proyek CDM Teregistrasi  Jumlah
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Konseptual  Mempertahankan ISO 14001, PT Indocement Tunggal
Tabel 3. Jenis Data dan Sumber Informasi Penelitian Lapang  No Data/Informasi  Sumber
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perbandingan yang dilakukan berdasarkan perolehan nilai EVA dan MVA pada kedua perusahaan menunjukkan bahwa kinerja PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk lebih baik dari pada PT

Untuk mengurangi limbah akibat penggunaan bahan bakar fosil, perusahaan menerapkan metode Green Manufacturing dalam proses produksinya, salah satunya dengan penggunaan

Pengumpulan data sekunder dilakukan untuk data terkait dengan SMK3, statistika kecelakaan kerja berupa Injured Frequency Rate (IFR) dan Injured Severity Rate

Pengumpulan data sekunder dilakukan untuk data terkait dengan SMK3, statistika kecelakaan kerja berupa Injured Frequency Rate (IFR) dan Injured Severity Rate

Berdasarkan hasil penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 9, diperoleh bahwa keterlibatan responden dalam proses komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan sebagian besar

– Unit Citeureup PT ITP Unit Citeureup telah melakukan audit lingkungan hidup yang diwajibkan secara berkala dengan ruang lingkup yang telah disetujui oleh Menteri Lingkungan Hidup dan